Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2003 memperkirakan jumlah


anak penyandang cacat di Indonesia sekitar 7-10% dari jumlah penduduk
Indonesia.Sebagian besar anak penyandang cacat atau sekitar 292.250 anak berada
di masyarakat dalam pembinaan dan pengawassan orang tua dan keluarga.Pada
umumnya mereka belum mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana
mestinya (Depkes, 2011). Kecacatan ini timbul karena bawaan lahir ataupun
didapat setelah lahir.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu natal,
prenatal, postnatal, dan sosial ekonomi.

Pada anak dengan karakteristik adanya gangguan pada otak akan terdapat
permasalahan yang menghambat anak untuk mengikuti proses tumbuh kembang
anak normal. Salah satu gangguan akibat kerusakan otak adalah Cerebral Palsy.
Cerebral palsy merupakan hasil perkembangan yang salah dari otak, dengan
karakteristik non-progresive dan terbentuk pada masa awal anal-anak.

Masa tumbuh kembang anak -anak adalah masa paling penting dalam
kehidupan seseorang. Maka sangat penting untuk memperhatikan semua faktor
dan segala aspek, baik yang mendukung maupun mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Salah satu masalah pada tumbuh kembang anak yang sering
terjadi adalah cerebral palsy.

Cerebral Palsy adalah kondisi neurologis yang terjadi permanen tapi tidak
mempengaruhi kerusakan perkembangan saraf karena itu bersifat non progresif
pada lesi satu atau banyak lokasi pada otak yang immatur (Campbell SK et al,
2001 dalam Jan S, 2008). Cerebral palsy (CP) merupakan gangguan motorik yang
disebabkan oleh kerusakan otak yang terjadi sebelum kelahiran/selama dalam
kandungan ( prenatal ), selama proses melahirkan (natal), atau setelah kelahiran
(post natal). Kerusakan otak pada anak mempengaruhi sistem motorik, dimana
anak akan mengalami gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, dan pola
gerakan yang abnormal, atau gabungan dari semua karakter tersebut, sifatnya
tetap (non progresif). Anak dengan CP, mempunyai beberapa masalah lain
termasuk masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Masalah yang paling
banyak adalah yang berkaitan dengan otak, termasuk epilepsy, gangguan mental
(mental retardation), ketidak mampuan belajar, dan kurangnya perhatian maupun
gangguan hiperaktif.
Cerebral palsy merupakan masalah kelainan bawaan lahir yang paling
banyak terjadi, setiap 2000 kelahiran bayi, 5 diantaranya mengalami cerebral
palsy. Kejadian ini sudah terjadi dalam 30 tahun terakhir, meskipun kepedulian
terhadap 2 kebidanan dan anak-anak sudah maju, tetapi mulai meningkat sedikit
di tahun-tahun terakhir abad 20 di Negara Amerika dan negara industri lainnya.

Berdasarkan gejala klinis, CP dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu :


spastic, athetoid, flaccid, rigid, dan ataxia (Indrastuti, 2004). Sedangkan
berdasarkan bagian tubuh yang terkena CP dibedakan menjadi hemiplegia,
diplegia, dan quadriplegia. Flaccid adalah salah satu dari tipe CP yang biasanya
mengenai keempat ekstremitas (quadriplegia). Permasalahan utama yang dialami
oleh pasien CP flaccid adalah dengan adanya: (1) gangguan distibusi tonus
postural dan tonus otot yang rendah, (2) gangguan koordinasi, (3) gangguan
keseimbangan, (4) gangguan aktivitas fungsional. Selain itu penderita juga dapat
mengalami problem penyerta seperti : retardasi mental, gangguan bicara. Perlunya
terapi latihan pada penderita CP adalah untuk menanamkan motorik yang baik
sejak dini.

Dalam kasus ini dibutuhkan tim dari pelayanan kesehatan masyarakat


berupa fisioterapi. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan masyarakat
yang ditunjukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan,
memelihara, dan memulihkan gerak serta fungsi tubuh manusia sepanjang daur
kehidupan dengan pelaksanaan manual, modalitas, pelatihan fungsi, dan
komunikasi. Berdasarkan keadaan diatas, maka perlu adanya suatu bahasan dan
intervensi Fisioterapi dalam mengenai masalah yang dihadapi oleh pasien dengan
Cerebral Palsy. Fisioterapi bertanggung jawab dan dituntut untuk membantu
mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan kapasitas fungsional sesuai
derajat Cerebral Palsy yang dimiliki pasien.

B. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang terjadi pada kondisi CP flaccid sangat bermacam-macam,


maka dalam hal ini penulis mengambil pembatasan masalah dengan rumusan
permasalahan yaitu:

1. Apakah teknik fasilitasi pada metode bobath dapat meningkatkan


kemampuan fungsional pada anak cerebral palsy ?
C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam karya tulis ilmiah ini sesuai dengan
rumusan masalah yang ada, yaitu :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui penatalaksanaan FT dalam meningkatkan motorik


kasar, meningkatkan koordinasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan
aktivitas fungsional pada kondisi Cerebal palsy.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apakah latihan aktif dapat meningkatkan kemampuan
motorik kasar pada kondisi Cerebal palsy.
b. Untuk mengetahui apakah latihan koordinasi dapat meningkatkan
kemampuan koordinasi terutama untuk anggota gerak atas pada kondisi
Cerebal Palsy.
c. Untuk mengetahui apakah latihan berdiri dan berjalan dapat mengenalkan
dan menanamkan pola gerakan pada kondisi Cerebal Palsy.
d. Untuk mengetahui apakah metode bobath dapat memaksimalkan
kemampuan aktivitas fungsional pada kondisi Cerebral Palsy

D. MANFAAT LAPORAN

1. Manfaat Bagi Penulis

Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan


penulis terkait kondisi Cerebal Palsy.

2. Manfaat bagi Yayasan

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi institusi - institusi
kesehatan agar dapat lebih mengenali dan menambah pengetahuan tentang kondisi
Cerebal palsy sehingga dalam penanganannya dapat ditangani secara tepat dan
maksimal.

3. Manfaat bagi Pendidikan

Dapat bermanfaat bagi dunia pendidik untuk lebih mengembangkan ilmu


pengetahuan dan pengalaman serta diharapkan dapat menyebarluaskan mengenai
kondisi Cerebal palsy.
4. Manfaat bagi Masyarakat

Diharapkan dengan adanya karya tulis ini dapat memberikan informasi


kepada masyarakat tentang apa itu Cerebral palsy sehingga masyarakat dapat
mengetahui peranan fisioterapi pada kondisi tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Cerebral Palsy adalah kondisi neurologis yang terjadi permanen tapi tidak
mempengaruhi kerusakan perkembangan saraf karena itu bersifat non progresif
pada lesi satu atau banyak lokasi pada otak yang immatur (Campbell SK et al,
2001 dalam Jan S, 2008).
Cerebral palsy (CP) merupakan suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan
otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth
mengartikan kata cerebral itu sendiri adalah otak, sedangkan palsy adalah
kelumpuhan, kelemahan, atau kurangnya pengendalian otot dalam setiap
pergerakan atau bahkan tidak terkontrol. Kerusakan otak tersebut mempengaruhi
system dan penyebab anak mempunyai koordinasi yang buruk, keseimbangan
yang buruk, pola-pola gerakan yang abnormal atau kombinasi dari karakter-
karakter tersebut (Hidayat, 2010).
Cerebral Palsy adalah berbagai perubahan yang abnormal pada organ
gerak atau fungsi motor sebagai akibat dari adanya kerusakan atau kecacatan
didalam rongga tengkorak. (America Academy of Cerebral Palsy (AACP), Viola
E. CardWell).
Cerebral Palsy adalah kumpulan gangguan motorik akibat kerusakan otak
yang terjadi sebelum, selama atau setelah lahir. (Miller, 2006).
Cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak
progresif oleh karena suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada
susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhannya
(Archie, 2007).
Flaccid atau hipotonus adalah kondisi dimana kualitas otot lebih rendah
dari normal (tonus terlihat lemah) dan biasanya gerakan cenderung lebih lambat
(Lidya, 2012).
Terapi latihan merupakan modalitas fisioterapi yang pelaksanaannya
menggunakan latihan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif (Kisner, 2007).
Cerebral palsy flaccid adalah gangguan pada otak atau saraf pusat yang bersifat
non-progresif yang disebabkan oleh adanya lesi atau perkembangan abnormal
pada otak yang ditandai dengan kondisi dimana tonus terlihat lemah dan kualitas
otot lebih rendah dari normal dan disertai gerakan yang lebih lambat. Biasanya
pada kondisi CP flaccid pada anggota gerak atas dan bawah. Pada kasus yang
akan di bahas lebih lanjut, pasien mengalami gangguan pada motorik kasarnya,
dimana pasien belum bisa duduk tegak, high kneeling, berdiri tanpa pegangan dan
berjalan.
Berikut ini adalah gambar dari pembagian lobus otak :

Keterangan :

1. Polus frontalis
2. Fissura longitudalis cerebri
3. Lobus frontalis
4. Sulcus centralis
5. Lobus parietalis
6. Lobus temporalis
7. Sulcus parietooccipitalis
8. Lobus occipitalis
9. Polus occipitalis

Fisiologi Otak
1. Hemispherium Cerebri, yang membentuk bagian otak terbesar, dipisahkan oleh
fissura longitudinalis cerebri yang dalam. Permukaan hemispherium cerebri
berada didorsolateral, medial, dan basal. Pada bagian ini terdapat alur-alur yang
dikenal sebagai fissura dan sulcus. Bagian otak yang berada di alur ini dinamakan
konvolusi atau gyrus. Fissure lateralis cerebri memisahkan lobus temporalis dari
lobus frontalis. Bagian cerebrum yang utama :
a) Lobus frontalis
Pada lobus frontalis terdiri dari beberapa area yaitu area 4 Brodmann yang
merupakan daerah motorik utama, area 6 yang merupakan bagian dari sirkuit
traktus ekstrapiramidalis, area 8 yang berhubungan dengan pergerakan mata dan
juga perubahan pupil, serta area 9, 10, 11, dan 12 yang merupakan daerah asosiasi
frontalis.
b) Lobus parietalis
Pada lobus parietalis terdiri dari area 3, 1, dan 2 yang merupakan daerah
sensorik postsentralis yang utama, serta area 5 dan 7 yang merupakan daerah
asosiasi sensorik.
c) Lobus temporalis
Bagian lobus temporalis dari hemisferium serebri terletak dibawah fissura
lateralis serebridan berjalan kebelakang sampai fissura parieto ossipitalis.
Area 41 adalah daerah auditorius primer. Area 42 merupakan korteks auditoris
sekunder atau asosiatif. Area 38, 40, 21, dan 22 adalah daerah asosiasi.
d) Lobus occipitalis
Pada lobus ossipitalis terdiri dari area 17 yang merupakan korteks striata,
korteks visual yang utama, serta area 18, dan 19 yang merupakan daerah asosiasi
visual.
e) Insula
Insula terbenam didalam fissura lateralis cerebri dapat diperlihatkan
dengan memisahkan tepi fissure sebelah atas dan bawah. Sulcus circularis yang
dalam mengelilingi insula. Beberapa gyrus brevis, yang dibentuk oleh sulcus yang
dangkal menempati bagian anterior insula ; sebuah gyrus longus menempati
bagian posterior ( Price & Wilson, 2006).
f) Rhinencephalon
Merupakan bagian tua dari hemispherium cerebri, mencakup bagian-
bagian yang berhubungan dengan persepsi sensasi olfactorius (Price & Wilson,
2006).
2. Traktus Pyramidalis dan Traktus Extrapyramidalis
Traktus Pyramidalis adalah serabut-serabut saraf motoris central yang
bergabung dalam suatu berkas yang berfungsi menjalankan impuls motorik yang
disadari. Traktus ini membentuk pyramidal pada medulla oblongata, karena
itulah dinamakan system pyramidal turun dari capsula interna dari cortex cerebri.
Kurang lebih sekitar 80 % serabut-serabut ini menyilang garis tengah dalam
decussatio pyramidium untuk membentuk traktus corticospinalis lateralis, sisanya
turun sebagai tractus corticospinalis anterior. Pada pyramidalis berfungsi pada
awal gerakan yang disusun dalam area centrochepal. Jika tractus bekerja
sendirian tanpa bantuan dari system extrapyramidalis, maka gerakan yang
dihasilkan akan menjadi gerakan yang tidak beraturan.
Sistem tractus extrapyramidalis merupakan suatu system fungsional yang
terdiri dari 3 lapisan integrasi yaitu cortical, striatal (basal ganglia), dan segmental
(mesensephalon). Daerah inhibisi dan fasilitas bulboretikularis menerima serabut-
serabut dari daerah cortex cerebri, striatum, dan cerebellum anterior. Fungsi dari
extrapyramidalis berhubungan dengan gerak yang berkaitan, pengaturan sikap,
dan integrasi otonom. Lesi pada setiap tingkat dalam system extrapyramidal
dapat mengaburkan atau menghilangkan gerakan dibawah kesadaran dan
menggantikan gerakan diluar kesadaran. Tractus pyramidalis dapat membentuk
suatu gerakan yang berarti, sedangkan tractus extrapyramidalis berpengaruh pada
kumpulan motor neuron untuk membuat gerakan yang diinginkan tanpa
melibatkan aktifitas yang diinginkan.

3.Vaskularisasi otak
Otak yang merupakan organ vital pada tubuh . Dalam peredaran darah
yang menuju ke otak, banyak mengangkut nutrisi, dan substansi lainnya yang
diperlukan bagi kehidupan seluruh jaringan dan organ tubuh sehingga
membutuhkan aliran darah yang konstan dan tetap harus dipertahankan agar tidak
mengalami kematian jaringan di otak.
Menurut anatomi arteri pada otak membentuk suatu anastomose. Arteri
karotis interna dan arteri vertebralis saling beranastomose di dasar rongga kepala
membentuk sirkulus Willisi.Vena di otak terdiri dari vena serebralis eksternal dan
vena serebralis internal. Pada anak dengan gangguan CP spastik diplegi, terdapat
gangguan pada area 6 Brodmann yang sering disebut sebagai area premotor.
Stimulasi pada area ini akan mengakibatkan gerakan bersamaan pada suatu
kelompok otot. Gerakan ini disebabkan oleh adanya stimulasi pada sistem
ekstrapiramidalis, tetapi dapat juga disebabkan oleh adanya penyebaran
rangsangan dari dalam kortek ke sistem piramidalis. Oleh sebab itu area ini
mempunyai fungsi untuk mengontrol koordinasi gerakan dari otot yang
distimulasi dan kerusakan pada area inilah yang menyebabkan spastisitas.

B. ETIOLOGI

1. Prenatal
Pada masa ini banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan
otak, antara lain :

1) faktor herediter atau genetik,


2) infeksi virus (rubella, herpes), bakteri dan parasit (toxoplasmosis),
3) anoxiajanin yang disebabkan oleh perdarahan akibat pemisahan
plasenta yang terlalu dini atau kelainan pertumbuhan plasenta,
4) inkompatibilitas rhesus(Rh) yang meliputi : anemia hemolitik,
hiperbilirubinemia, dan eritroblastosis janin,
5) gangguan metabolik ibu: diabetus mellitus,&
6) gangguan perkembangan yang meliputi kelainan pertumbuhan
otak, vaskuler, struktur skeletal.

2. Natal
Pada masa ini faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan otak
diantaranya:
1) pecahnya pembuluh darah otak dan,
2) kompresi otak akibat proses persalinan yang lama atau sulit,
3) asfiksia akibat sedasi obat,
4) gawat janin dalam persalinan,
5) solutio placentae,
6) placentae previa,&
7) prematuritas.

3. Post natal
Pada masa ini faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan otak
diantaranya :
1) gangguan pembuluh darah otak,
2) cedera kepala,
3) infeksi otak yang disebabkan bakteri atau encephalopativirus,
4) keadaan toksik seperti keracunan Pb (plumbum/ timah hitam),
5) anoxiakarena tenggelam,
6) serangan epilepsy,
7) tumor, &
8) cardiac arrest.

C. PATOFISIOLOGI

Cerebral palsy didefinisikan sebagai suatu kelainan pada gerakan


danpostur yang bersifat menetap, disebabkan oleh kecacatan nonprogresif atau
lesi yang terjadi pada otak yang belum matur. Presentasi klinik yang tampak dapat
disebabkan oleh abnormalitas struktural yang mendasar pada otak;cedera yang
terjadi pada prenatal awal, perinatal atau postnatal karena vascular insufficiency;
toksin atau infeksi risiko– risiko patofisiologi dari kelahiran prematur. Bukti–
bukti yang ada menunjukkan bahwa faktor-faktor prenatal berperan dalam 70 - 80
% kasus CP. Dalam banyak kasus, penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi
hampir sebagian besar kasus disebabkan oleh multifaktor. Selama periode
prenatal, pertumbuhan yang abnormal dapat terjadi kapan saja (dapat karena
abnormalitas yang bersifat genetik, toksik atau infeksi, atau vascular
insufficiency) (Boosara dalam Mardiani, 2006).
Menurut Salim (2006) cerebral palsy disebabkan adanya kerusakan di
otak, salah satunya disebabkan trauma capitis dan luka parut pada otak pasca-
operasi sehigga terjadi kerusakan pada tingkat cortex cerebri yang menyebabkan
impuls motorik menuju otot yang disalurkan melalui neuron yang berada di gyrus
presentalis. sehinga kerusakan dapat menyebabkan terjadinya gangguan
perkembangan motorik, gangguan kemampuan bicara, gangguan fungsi motoris,
dll.
Stres fisik yang dialami oleh bayi yang mengalami kelahiran prematur
seperti imaturitas pada otak dan vaskularisasi cerebral merupakan suatu bukti
yang menjelaskan mengapa prematuritas merupakan faktor risiko yang signifikan
terhadap kejadian CP. Sebelum dilahirkan, distribusi sirkulasi darah janin ke otak
dapat menyebabkan tendensi terjadinya hipoperfusi sampai dengan periventrikular
white matter. Hipoperfusi dapat menyebabkan haemorrhage pada matrikgerminal
atau PVL, yang berhubungan dengan kejadian diplegia spastik (Boosara dalam
Mardiani, 2006).

D. JENIS-JENIS CEREBAL PALSY

Menurut Yulianto (Abdul Salim, 2007: 178-182), cerebral palsy diklasifikasikan


menjadi enam, yaitu:

a. Spastic, anak yang mengalami kekakuan otot atau ketegangan otot,


menyebabkan sebagian otot menjai kaku, gerakan-gerakan lambat dan canggung.
Kerusakan pada kortex cerebellum yang menyebabkan hiperaktive reflex dan
strech relex. Spasticity dapat dibedakan menjadi:

1) Monoplegia, bila hanya mengenai satu ekstremitas


2) Diplegia, keempat ekstremitas terkena, tetapi kedua kaki lebih berat
dibanding kedua lengan.
3) Triplegia, bila menganai 3 ekstremitas, yang paling banyak adalah
mengenai kedua lengan dan satu kaki.
4) Quadriplegia, keempat ekstremitas terkena dengan derajat yang sama.
5) Hemiplegia, mengenai salah satu sisi tubuh dan lengan terkena lebih berat.

b. koreo-atthetoid, merupakan salah satu jenis cerebral palsi dengan ciri


menonjol, gerakan-gerakan tidak terkontrol, terdapat pada kaki, lengan, tangan,
atau otot-otot wajah yang lambat bergeliat-geliut tibatiba dan cepat. Kerusakan
pada bangsal ganglia yang mengakibatkan gerakan-gerakan menjadi tidak
terkendali dan terarah.

c. Ataxia, ditandai gerakan-gerakan tidak terorganisasi dan kehilangan


keseimbangan. Jadi keseimbangan buruk, ia mengalami kesulitan untuk memulai
duduk dan berdiri. Kerusakan otot pada cerebellum yang mengakibatkan gagguan
pada keseimbangan.

d. Distonia, ditandai dengan adanya otot yang sangat kaku, demikian juga
gerakannya, otot terlalu tegang diseluruh tubuh, cenderung menyerupai robot
waktu berjalan tahan-tahan dan kaku. Kerusakan pada bangsal ganglia yang
berakibat timbulnya getaran-getaran berirama, baik yang bertujuan meupun yang
tidak bertujuan.

e. Balismus, ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kecil tanpa disadari,


dengan irama tetap. Lebih mirip dengan getaran. Kerusakan pada bangsal ganglia
yang mengakibatkan kekakuan pada otot.

f. Campuran, yang disebut dengan campuran anak yang memiliki beberapa jenis
kelainan cerebral palsy.

Adapun karakteristik cerebral palsy sesuai dengan derajat kemampuan


fungsional yaitu:

a. Golongan Ringan Cerebral palsy golongan ringan umumnya dapat hidup


bersama anak anak sehat lainnya, kelainan yang dialami tidak mengganggu dalam
kegiatan sehari-hari, maupun dalam mengikuti pendidikan.
b. Golongan Sedang Cerebral palsy yang termasuk sedang sudah kelihatan adanya
pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau
bicara. Anak memerlukan alat bantuan khusus untuk memperbaiki pola geraknya.

c. Golongan Berat Cerebral palsy yang termasuk berat sudah menunjukkan


kelainan yang sedemikian rupa, sama sekali sulit melakukan kegiatan dan tidak
mungkin dapat hidup tanpa bantuan orang lain.

E. Tanda-tanda cerebal palsy

Sastra (2011:53) Terdapat beberapa langkah untuk mengetahui tanda-


tanda cerebal palsy yaitu:

1) Gejala awal
Pada umumnya cerebal palsy dapat terlihat pada usia kurang dari 3
tahun, dan dapat dicurigai pada kemampuan perkembangan motorik tidak
normal. Bayi yang mengalami cerebal palsy akan terlihat keterlambatan
perkembangan, misalnya tengkurang, duduk dan sebagainya.
Ada sebagian mengalami abnormalitas tonus otot. Penurunan tonus
otot, bayi akan terlihat lemas dan kaku. Ada juga bayi pada periode awal
tampak hipotonia dan selanjutnya berkembang menjadi hipertonia setelah
2-3 bulan pertama. Sehingga kemungkinan anak cerebal palsy
menunjukkan postur abnormal pada satu sisi tubuh.
2) Kelemahan dalam mengandalikan otot tenggorokan, mulut dan lidah yang
menyebabkan anak tampak selalu berliur.
3) Kesulitan makan dan menelan yang dipicu oleh masalah motorik pada
mulut, dapat menyebabkan gangguan nutrisi yang berat.
4) Inkontinentia urine, disebabkan karena penderita cerebal palsy sulit untuk
mengendalikan otot yang selalu menjaga supaya kandung kemih tetap
tertutup.
F. Deskripsi problematika fisioterapi

Untuk mengetahui masalah yang timbul pada cerebal palsy maka


tentang gambaran klinis dapat dijadikan dasar dalam menjelaskan masalah
ini.

A. IMPAIRMENT
1) Pasien mengalami kelemahan otot di ekstremitas atas dan
bawahnya.
2) Kontraktur pada otot quadriceps dan hamstring
3) Gangguan pada keseimbangan.

B. FUNGSIONAL LIMITASI
1) Pasien mampu tengkurap, berguling, duduk, berdiri, dan berjalan
dengan bantuan orang lain atau dengan merambat.
2) Pasien belum bisa berjalan sendiri.
3) Pasien mampu menggapai mainan dengan posisi tidur terlentang.
4) Pasien belum bisa berlari dan melompat.

C. PARTICIPATION RESTRICTION
Pasien tidak dapat bermain dengan anak-anak seusianya di
lingkungan rumah pasien. Dan pasien lebih cenderung bermain tab di
rumah.

G. Intervensi Fisioterapi

Dalam kasus ini teknologi alternatif yang dilaksanakan adalah:

1) Neuro structure (NS),


2) Brain gym
3) Bobath
4) Streching.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI:

1. NEURO STRUCTURE
a) Persiapan alat : - Bed, - Pasang seprai
b) Persiapan pasien : - posisi pasien tidur terlentang, di depan terapis
c) Pelaksanaan :
1) Posisi tidur terlentang:
a) Usapan tactile pada seluruh permukaan tubuh
bagian depan dengan penekanan pada setiap sendi
b) Usapan bintang lurus yang dimulai tengah lalu
berlanjut ke sisi kanan sesuai arah jarum jam.
c) Usapan bintang bergelombang yang dimulai tengah
lalu berlanjut ke sisi kanan sesuai arah jarum jam.
d) Usapan lurus pada tubuh bagian depan dimulai dari
clavicula ke pelvic.
e) Contach-strech pada bagian depan tubuh, kemudian
ke sisi kanan pasien dengan hitungan 3x.
f) Usapan angka 8 dimulai dari tengah kemudian ke
sisi kanan pasien.
g) Usapan angka 8 pada tangan & kaki yang dimulai
dari bagian medial kemudian ke bagian lateral.
h) Contract-strecth pada tangan & kaki dengan
hitungan 3x3.

2) Posisi miring
Usapan lurus dari pangkal axila sampai pelvic, contach-
strecth, satu tangan di letakkan pada bagian costae& tangan
yang lain di letankkan di pelvic, hitungan 3x.

3) Posisi terlungkup
a) Usapan lurus pada tubuh bagian belakang dimulai
dari proksimal ke distal.
b) Contract-strecth dimulai dari tengah lalu ke bagian
kanan dengan hitungan 3x3.
c) Usapan angka 8 yang dimulai dari tengah lalu ke
bagian kanan & kemudian ke kaki di mulai dari
medial ke lateral.
d) Contracth-strecth pada kaki dengan hitungan 3x3.

4) Tendon guard gerakan seperti mecangkul, pelaksanaan


menggunakan ibu jari, di berikan 7 hitungan dengan
pengulangan 3-5-7 kali di berikan di masing-masing
tendon, arah gerakan ke badan otot.

Manfaat dari neuro structure :


 Efek rileksasi bagi tubuh,
 Melancarkan proses metabolisme,
 Melancarkan sirkulasi darah,
 Meningkatkan kemampuan kognitif pada anak,
 Membentuk struktur sistem sel otak.

2. BRAIN GYM
a) Persiapan alat : - bed, - pasang seprai
b) Persiapan pasien : pasien tidur terlentang & 1 terapis memegang
tangan ,1 terapis memegang kaki.
c) Pelaksanaan:
1) Pasien terlentang angkat tangan & kaki pasien secara
bersamaan, dimulai dari kanan pasien kemudian kiri dilakukan
sebanyak 8x hitungan.
2) Pasien tidur terlantang, gerakan tangan dan kaki pasien secara
bersamaan kearah semping dimulai dari bagian kanan pasien
kemudian kiri dilakukan sebanyak 8x hitungan.
3) Lakukan gerakan menyilang dimulai dari tangan kanan & kaki
kiri dilakukan sebanyak 8x hitungan.
4) Gerakan menyilang dengan menekuk lutut & mempertemukan
antara lutut & siku, dilakukan sebanyak 8x hitungan.
5) Posisi pasien terlungkup, kemudian lakukan gerakan dengan
menekuk lutut & sikunya, dimulai dari kanan pasien kemudian
kiri, dilakukan sebanyak 50x hitungan.

Manfaat dari brain gym :

 Untuk mensinkronisasika antara otak kanan dan kiri.

3. STRECHING PADA TUNGKAI BAWAH


a) Persiapan alat : - bed, -pasang seprai
b) Persiapan pasien : pasien tidur terlentang & terapis berada di ujung
kaki pasien.
c) Pelaksanaan :
Posisikan kaki pasien selurus mungkin kemudian dorsifleksikan
kaki pasien, tahan 5detik, lalukan pengulangan selama 5x.

Manfaat dari streching :

 Untuk mengulur otot quadriceps dan hamstring yang mengalami


kontraktur.

4. Bobath
1) Untuk latihan head control
a) Posisi anak : duduk
b) Posisi terapis : di belakang anak
c) Pelaksanaan :
Terapis dilakukan dengan menstimulasi dengan sentuhan pada
cervical & mengadakan kepala anak & perintahkan anak untuk
sebisa mungkin dapat mempertahankan kepalanya.
2) Keseimbangan duduk
a) Posisi anak : duduk diatas guling / bola besar
b) Posisi terapis : di belakang pasien
c) Pelaksanaan :
pasien duduk diatas guling / bola besar & terapis berada di
belakang pasien, goyangkan bola kedepan, kebelakang &
samping kiri, kanandilakukan selama 5 menit.

3) Berdiri
a) Posisi anak : berdiri tegak
b) Posisi terapis : di belakang pasien
c) Pelaksanaan :
Pasien berdiri tegak dengan terapis berada di belakang pasien
& memfiksasi lutut pasien agar dapat berdiri tegak, dilakukan
selama 5 menit.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Cerebral Palsy adalah kondisi neurologis yang terjadi permanen
tapi tidak mempengaruhi kerusakan perkembangan saraf karena itu
bersifat non progresif pada lesi satu atau banyak lokasi pada otak yang
immatur (Campbell SK et al, 2001 dalam Jan S, 2008).
Cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak
progresif oleh karena suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik
pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai
pertumbuhannya (Archie, 2007).

INTERVENSI FISIOTERAPI
Dalam kasus ini teknologi alternatif yang dilaksanakan adalah:
1) Neuro structure (NS),
2) Brain gym
3) Bobath
4) Streching.

B. SARAN
Dalam penanganan kasus cerebral palsy seorang fisioterapis disarankan
untuk mempunyai pengetahuan tentang perkembangan aktifitas fungsional
yang normal, mekanika reflek sikap dan gerakan normal pada anak
normal. Pengaturan posisi pasien yang tepat saat melakukan aktifitas yaitu
dengan melawan pola spastisitasnya supaya otot yang spastik dapat
memanjang dan dapat mencegah terjadinya kontraktur. Koreksi sikap
perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya problem sekunder atau
deformitas.
DAFTAR PUSTAKA

Rood, M. 2000: Makalah Pelatihan Konsep Maju Fisioterapi pada Tumbuh


Kembang: NDT Treatment Concept: Sasana Husada Pro Fisio. Jakarta.
Bobath. 1994. The Motor Defisit in Patient with Cerebral Palsy. The Bobath
Centre of London.
Anonim, 2010: Artikel Fisioterapi NDT bag.1. diakses pada 15/12/2014 dari
www.rujito-fisioterapi.com/2010/01/ndt-bag-1/
Anonim, 2011: Pemeriksaan Neurologi. Diakses tanggal 15/12/2014 dari
https://yosdimleo.wordpress.com/2011/11/09/pemeriksaan-neurologi/.

Anda mungkin juga menyukai