Anda di halaman 1dari 26

Visi Program Studi :

Pada tahun 2025 menghasilkan Ners yang unggul dalam menerapkan ilmu dan teknologi

keperawatan lanjut usia

Laporan Individu Keperawatan Anak

Program Studi : Alih Jenjang Keperawatan Program Sarjana Terapan dan


Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Judul Materi : Lp dan Resume Pada Pasien Anak Dengan Cerebral Palsy
Mata Kuliah : Keperawatan Anak
Dosen : Dr.Titi Sulastri, SKp., M,Kes.

Disusun oleh

Maria Ulfha
(NIM P3.73.20.2.19.093)

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2020
PRODI PROFESI NERS-JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


CEREBRAL PALSY

Nama mahasiswa : Maria Ulfha

NIM : P3.73.20.2.19.093

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Cerebral palsy merupakan salah satu bentuk brain injury, yaitu suatu kondisi
yang mempengaruhi pengendalian system motorik sebagai akibat lesi dalam otak
(R.S. Illingworth, 2006). Yaitu adanya gangguan perkembangan maupun
pengendalian fungsi motorik pada anak. Bisa juga dikatakan suatu kelainan
motorik non progresif artinya luka tidak menghasilkan degenerasi otak secara
terus menerus. Luka pada otak anak hanya terjadi sekali saja, sedangkan cidera
otak pada saat luka merupakan tingkat kerusakan untuk sisa kehidupan anak
(Liswati, 2012).
CP adalah sindroma postur dan gangguan motorik yang nonprogresif yang
menyebabkan terbatasnya aktivitas dan seringkali disertai gangguan kognitif atau
defisit visual. Hal itu disebabkan oleh adanya kerusakan otak nonprogresif atau
disfungsi perkembangan otak pada saat janin maupun bayi (Sitorus dkk, 2016)

2. Pembagian Cerebral Palsy


Adapun pengelompokkan yang masih sering digunakan dibagi ke dalam
beberapa hal, yaitu :
a. Dilihat Dari Pergerakan Otot-Otot
1) Jenis Spastik
Tipe spastik ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau
kekakuan pada sebagian atau seluruh otot. Kekakuan ini timbul sewaktu
akan digerakan sesuai dengan kehendak. Dalam keadaan ketergantungan
emosional kekakuan atau senjangan itu akan makin bertambah, sebaliknya
dalam keadaan tenang gejala itu menjadi berkurang. Pada umumnya anak
CP jenis spastik ini memiliki tingkat kecerdasan yang tidak terlalu rendah.
Diantara mereka ada yang normal bahkan ada yang diatas normal.

2) Jenis Athetoid
Pada tipe ini tidak tedapat kekejangan atau kekakuan. Otot-ototnya
dapat digerakan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada system
gerak. Hampir semua gerakan terjadi diluar control. Gerakan yang
dimaksud adalah dengan ada tidaknya control dan kordinasi gerak.
3) Jenis Ataxia
Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan
kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada waktu
berdiri dan berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada system
koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak, akibatnya anak tuna tipe ini
mengalami gangguan dalam hal koordinasi ruang dan ukuran, sebagai
contoh dalam kehidupan sehari-hari : pada saat makan mulut terkatup
terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai di ujung mulut.
4) Jenis Rigid
Pada tipe ini didapat kekakuan otot tetapi tidak seperti tipe spastik,
gerakannya tampak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih tampak.
5) Jenis Tremor
Gejala yang tampak jelas pada tipe ini adalah senantiasa dijumpai
adanya gerakan-gerakan kecil dan terus-menerus berlansung sehingga
tampak seperti bentuk getaran-getaran. Gerakan ini dapat terjadi pada
kepala, mata, tungkai, dan bibir.
6) Jenis Campuran
Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis ataupun lebih
gejala tuna CP sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan dengan
anak yang hanya memiliki satu jenis tipe kecacatan luar biasa pada
umumnya dan anak CP pada khususnya (Lestari, 2009).
b. Pembagian Menurut Jumlah Anggota Badan yang Mengalami Kelainan
1) Kelumpuhan Paraplegia adalah lumpuh pada kedua tungkai.
2) Kelumpuhan Diplegia adalah lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kaki
kanan dan kiri.
3) Kelumpuhan Tetraplegia atau Quadriplegia adalah tiap anggota gerak
mengalami kelumpuhan misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh
atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.
4) Kelumpuhan Hemiplegia adalah lumpuh anggota gerak atas dan bawah
pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau tangan
kiri dan kaki kiri.
5) Kelumpuhan Monoplegia adalah hanya satu anggota tubuh yang lumpuh
misalnya kaki kiri sedang kaki kanan dan kedua tangannya normal.
6) Kelumpuhan Double Hemiplegia (Lestari, 2009).
c. Pembagian Menurut Berat Ringannya Berdasarkan Derajat Gangguan Fungsi
dan Bagian Luas Jaringan
1) Golongan Ringan
Cerebral palsy yang termasuk golongan ringan pada umumnya dapat
hidup secara mandiri, tanpa banyak memerlukan bantuan orang lain. Hal ini
karena kelainan yang disandang tidak banyak mengganggu dirinya dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari, demikian pula dalam mengikuti
pendidikan.
Yang termasuk CP golongan ringan misalnya mereka yang
mengalami spastik ataupun paralysis monoplegia, karena kelainannya
hanya ada pada satu organ gerak saja, sementara tiga organ gerak yang lain
dapat dilakukan sendiri dengan demikian hanya penyandang CP dengan
kelainan tunggal yang termasuk golongan ringan.
2) Golongan Sedang
Cerebral palsy yang termasuk pada golongan sedang adalah anak-
anak CP yang memerlukan pertolongan khusus dan pendidikan khusus agar
anak-anak tersebut dapat mengurus dirinya sendiri dapat pindah/ambulasi
sendiri dan dapat berbicara. Mungkin anak-anak CP golongan ini
memerlukan peralatan khusus seperti kruk, brase dan lain-lain untuk
membantu latihan pola gerak dan penguat tubuh dalam melakukan
ambulasi.
Bantuan-bantuan khusus yang diberikan dengan maksud agar
mereka mampu mengurus diri sendiri mampu berjalan dan berbicara.
3) Golongan Berat
Cerebral palsy yang termasuk golongan berat sudah menunjukkan
kelainan yang sedemikian rupa, sehingga sama sekali sulit melakukan
kegiatan-kegiatan fisik dan tidak mungkin dapat hidup tanpa bantuan orang
lain. Sangat sulit untuk meningkatkan kemampuan kemandirian anak jadi
latihan dan rehabilitas yang diberikan kepada mereka sangan kecil hasilnya.
CP yang termasuk golongan berat ini selalu memerlukan perwatan dan
pertolongan orang lain selama hidupnya (Lestari, 2009).

3. Etiologi
Cerebral palsy bukan penyakit yang beridir sendiri tetapi nama yang
diberikan untuk variasi dari sindrom kerusakan saraf motorik yang terjadi sekunder
dan menjadi lesi dalam perkembangan otak. Kerusakan bersifat permanen dan tidak
dapat disembuhkan tetapi dampak dari CP dapat diperkecil. Etiologi CP dibagi
menjadi tiga:
a. Prenatal
1) Infeksi TORCH
2) Keracunan
3) Radiasi sinar X
b. Natal
i. Anoksia
ii. Perdarahan otak
iii. Premature
iv. Ikterus
c. Postnatal
i. Trauma kapitis
ii. Ensefalitis
iii. Meningitis
iv. Luka parut pasca bedah
Faktor risiko terjadinya CP antara lain jenis kelamin, ras, genetic,
sosioekonomi, riwayat obstetric, penyakit yang diderita ibu, primipara, malnutrisi,
BBLR, skor APGAR (Sitorus dkk, 2016).

4. Patofisiologi
Pada CP terjadi kerusakan pada pusat motorik dan menyebabkan
terganggunya fungsi gerak yang normal. Pada kerusakan korteks cerebri terjadi
kontraksi otak yang terus menerus dimana disebabkan oleh karena tidak
terdapatnya inhibisi langsung pada lengkung reflex. Bila terdapat cidera berat
pada system ekstra pyramidal dapat menyebabkan gangguan pada semua gerak
atau hypotonic, termasuk kemampuan bicara. Namun bila hanya cedera ringan
maka gerakan gross motor dapat dilakukan tetapi tidak terkoordinasi dengan baik
dan gerakan motorik halus sering kali tidak dapat dilakukan. Gangguan proses
sensorik primer terjadi di serebelum yang mengakibatkan terjadinya ataksia. Pada
keterbatasan gerak akibat fungsi motor control akan berdampak juga pada proses
sensorik (Hardiman, 2013).

5. Manifestasi Klinis
Anak CP memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Kemampuan Motorik
Anak CP memiliki gangguan fungsi motorik. Gangguan ini berupa
kekakuan, kelumpuhan, kurang koordinasi, hilang keseimbangan dan
munculnya gerakan-gerakan ritmis. Gangguan ini tidak hanya berakibat kepada
fungsi anggota gerak tetapi fungsi-fungsi lain yang berhubungan dengan
masalah motorik lain seperti gangguan bicara, mengunyah, dan menelan.
b. Kemampuan Sensoris
Pada umumnya anak CP juga memiliki gangguan dalam hal sensorisnya.
Gangguan sensoris tersebut meliputi gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran, dan gangguan kinestetik-taktil.
c. Kemampuan Intelektual
Kemampuan intelektual anak CP beragam dari rentang idiot sampai
gifted, tetapi sebagian besar penderita cerebral palsy mengalami
keterbelakangan mental. 1/3 dari populasi anak CP mengalami keterbelakangan
mental berat.
d. Kemampuan Persepsi
Peristiwa persepsi terjadi di otak. Karena kerusakan pada anak CP terjadi
di otak, maka pada umumnya mereka juga mengalami gangguan persepsi baik
itu secara visual, auditif maupun kinestetik-taktil.
e. Kemampuan Berbicara dan Komunikasi
Sebagian besar anak CP mengalami gangguan bicara sebagai akibat dari
kekakuan otot-otot motorik bicara mereka. Gangguan bicara yang terjadi dapat
mengarah kepada gangguan komunikasi. Anak CP mengalami kesulitan dan
mengungkapkan ide dan gagasan mereka bahkan banyak diantara mereka yang
bicaranya tidak jelas sehingga sukar dipahami maksud pembicaraanya.
f. Kemampuan Emosi dan Penyesuaian Sosial
Kebanyakan anak CP mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial ini
berkaitan dengan konsep yang mereka miliki (Azizah, 2005).

6. Komplikasi
a. Ataksi, Katarak, Hidrosepalus
b. Retardasi Mental
IQ dibawah 50, berat/beban dari otak motoriknya IQ rendah, dengan suatu
ketegangan [menyangkut] IQ yang yang lebih rendah.
c. Strain/ketegangan
Lebih sering pada qudriplegia dan hemiplegia
d. Pinggul Keseleo/Kerusakan
Sering terjadi pada quadriplegia dan paraplegia berat.
e. Kehilangan sensibilitas
Anak-anak dengan hemiplegia akan kehilangan sensibilitas.
f. Hilang pendengaran
Atrtosis sering terjadi terpasang, tetapi bukan pada anak spaskis.
g. Gangguan visual
h. Kesukaran untuk bicara
Penyebab: disartria, Retardasi mental, hilang pendengaran, atasi kortikal, gangguan
emosional dan mungkin sebab gejala lateralisasi pada anak hemiplagia.
i. Lateralisasi
Dominan pada anak yang normal nya dan yang di/terpengaruh oleh gejala hemiplegia,
kemudian akan ada berbagai kesulitan untuk pindah;gerakkan pusat bicara
j. Inkontinensia
RM, dan terutama oleh karena berbagai kesulitan pada pelatihan kamar kecil.
k. Penyimpangan Perilaku
Tidak suka bergaul, dengan mudah dipengaruhi dan mengacaukan
ketidaksuburan/kemandulan.

7. Pemeriksaan Penunjang Cerebral Palsy


Cerebral palsy dapat didiagnosis menggunakan kriteria Levine (POSTER).
POSTER terdiri dari :
a. P – Posturing/Abnormal Movement (Gangguan Posisi Tubuh atau
Gangguan Bergerak).
b. O – Oropharyngeal Problems (Gangguan Menelan atau Fokus di Lidah).
c. S – Strabismus (Kedudukan Bola Mata Tidak Sejajar)
d. T – Tone (Hipertonus atau Hipotonus).
e. E – Evolution Maldevelopment (Refleks Primitif Menetap atau Refleks
Protective Equilibrium Gagal Berkembang).
f. R – Reflexes (Peningkatan Refleks Tendon atau Refleks Babinski
menetep).
Abnormalitas empat dari enam kategori diatas dapat menguatkan diagnosis
CP (Sitorus dkk, 2016).

8. Penatalaksanaan Medis
Tidak ada terapi standar untuk semua kasus, tergantung dari gejala, jenis dan
derajat beratnya cerebral palsy. Terapi mencakup :
a. Terapi Fisik
Tujuan utama untuk memperbaiki fungsi alat gerak, mengontrol gerakan refleks
patologis, merangsang gerakan yang normal. Metode yang digunakan antara
lain : Vojta, Bobaath, Peto, Doman-Delecato, Phelps, Shang Dian, Brunnstrom.
b. Terapi Okupasi
Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan untuk menolong diri sendiri,
memperbaikikemampuan motorik halus, penderita dilatih supaya bisa mengena-
kan pakaian, makan, minum dan keterampilan lainnya.Terapi motorik
disesuaikan dengan jenishambatan dan kelainan. Meningkatkan kemampuan
gerak pada persendian, meningkatkankekuatan otot, meningkatkan pengontrolan
motorik tubuh.
c. Terapi Wicara
Latihan vonsi : melatih gerakan bibir, lidah, otot-otot vocal. Latihan
pemahaman Bahasa. Latihan mengungkapkan: termasuk mengungkapkan
dengan bahasa verbal atau nonverbal.
d. Alat Bantu
Alat bantu untuk menopang tubuh,siku, kaki, lutut, agar fungsi persendian tetap
terjaga dan tidak terjadi perubahan bentuk.
e. Terapi Bedah
Bila terjadi kekakuan dan kelainan bentuk sendi pada pasien diatas usia 5 tahun.
f. Terapi Obat-obatan
Untuk merangsang saraf otak dan roboransia yang sesuai, mencegah kejang
pada kasus kejang (Erico, 20
PATHWAY CEREBRAL PALSY
Meningitis Prematuritas
Faktor Predisposisi : Virus
Purulenta purulenta B2 (Brain) Pembedahan Ikterus

Infeksi Terjadi Dalam Perdarahan Otak Masuknya Bilirubun


Masa Kandungan ke Ganglia Basal
Gangguan Pusat Pernafasan
dan Peredaran Darah

Kelainan pada Janin Kerusakan Jaringan


Anoksia/Hipoksis Otak yang Kekal
B1 (Breath)

Cerebral Palsy

B3 (Blood) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Kelemahan Dibagian Kemampuan Menelan Gangguan


Pencernaan Terganggu, Nafsu Pertumbuhan dan Kerusakan Motorik
Perdarahan Plasenta
Makan Menurun Perkembangan

Konstipasi Kelumpuhan
Volume Darah Gangguan
Gangguan Nutrisi Spatisitas
Komunikasi Verbal
Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
Kurangnya Volume Hipoksia Hambatan
Cairan: Darah Risiko Jatuh
Mobilitas Fisik

(Ani. 2017)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Kaji Riwayat Kehamilan Ibu
b. Kaji Riwayat Persalinan
c. Identifikasi Anak yang Mempunyai Risiko
d. Kaji Iritabel Anak, Kesukaran Dalam Makan/Menelan, Perkembangan
Yang Terlambat Dari Anak Normal, Perkembangan Pergerakan Kurang,
Postur Tubuh Yang Abnormal, Refleks Bayi Yang Persisten, Ataxic,
Kurangnya Tonus Otot.
e. Monitor Respon Bermain Anak
f. Kaji Fungsi Intelektual
g. Riwayat Penyakit Dahulu : Kelahiran Premature Dan Tauma Lahir
h. Riwayat Penyakit Sekarang : Kelemahan Otot, Retardasi Mental,
Gangguan Hebat- Hipotonia, Melempar/Hisap Makan, Gangguan
Bicara/Suara, Visual Dan Mendengar.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak
terkontrol dan kejang.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan kelemahan
otot-otot.
c. Perubahan tumbuh kembang berhubungan dengan gangguan
neuromuscular.
d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan kesukaran
dalam artikulasi.
e. Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan neuromuscular.
f. Perubahan proses pikir berhubungan dengan serebral injury,
ketidakmampuan belajar.
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Intervensi
Risiko injury berhubungan 1. Hindari anak dari benda-benda
dengan spasme, pergerakan yang membahayakan
yang tidak terkontrol dan 2. Perhatikan anak-anak saat
kejang. beraktifitas.
3. Gunakan alat pengaman bila
diperlukan.
4. Bila ada kejang; pasang alat
pengaman dimulut agar lidah tidak
tergigit
5. Lakukan suction.
6. Pemberian anti kejang bila terjadi
kejang.
Gangguan mobilitas fisik 1. Ajarkan cara berkomunikasi
berhubungan dengan spasme dengan kata-kata yang pendek.
dan kelemahan otot-otot. 2. Ajarkan untuk latihan yang
berbeda-beda pada ekstremitas
3. Ajarkan dalam menggunakan alat
bantu jalan.
4. Ajarkan cara duduk, merangkak
pada anak kecil, berjalan, dan lain-
lain.
5. Ajarkan rom yang sesuai.
Perubahan tumbuh kembang 1. Kaji tingkat tumbuh kembang.
berhubungan dengan gangguan 2. Ajarkan untuk intervensi awal
neuromuscular. dengan terapi rekreasi dan aktivitas
sekolah.
3. Berikan aktivitas yang sesuai,
menarik diri dan dapat dilakukan
oleh anak.
Gangguan komunikasi verbal 1. Kaji respon dalam berkomunikasi.
berhubungan dengan gangguan 2. Ajarkan dan kaji makna non verbal.
kesukaran dalam artikulasi. 3. Latih dalam penggunaan bibir,
mulut dan lidah.
4. Gunakan kartu/gambar-
gambar/papan tulis untuk
memfasilitasi komunikasi.
5. Konsultasikan dengan dokter
tentang kebutuhan terapi bicara.
Risiko aspirasi berhubungan 1. Kaji pola pernafasan.
dengan gangguan 2. Berikan oksigen sesuai dengan
neuromuscular. kebutuhan anak.
3. Lakukan suction segera bila ada
sekret
4. Berikan posisi tegak lurus atau
setengah duduk saat makan dan
minum.
Perubahan proses pikir 1. Kaji tingkat pemahaman anak.
berhubungan dengan serebral 2. Ajarkan dalam memahami
injury, ketidakmampuan belajar. percakapan dengan verbal atau non
verbal.
3. Ajarkan menulis dengan
menggunakan papan tulis atau alat
lain yang dapat digunakan sesuai
kemampuan orangtua dan anak
DAFTAR PUSTAKA

Ani. 2017. Pathway Cerebral Palsy. https://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 25


Desember 2017.

Azizah, Nur. 2005. Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Anak Cerebral Palsy. Jurnal
Pendidikan Khusus. Vol 1 No. 2.

Erico. 2011. Penatalaksanaan Cerebral Palsy. https://www.scribd.com. Diakses pada


tanggal 25 Desember 2017.

Hardiman, Budi. 2013. Naskah Publikasi “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus


Cerebral Palsy Quadriplegi dengan Metode Neuro Development Treatment (NDT) di
Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta”. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lestari, Sri. 2009. Jurnal Penelitian “Latihan Motorik Halus Untuk Meningkatkan
Kemampuan Menulis pada Anak Cerebral Palsy di Kelas II SLB/D YPAC Kota
Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009”. Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Liswati. 2012. Mengembangkan Potensi Diri Anak Cerebral Palsy di Sekolah Inklusi Melalui
Latihan Kecakapan Hidup. Jurnal Pendidikan Khusus. Vol IX No. 1.

Sitorus, Franisca Santa Ana Boru dkk. 2016. Pravalensi Anak Cerebral Palsy di Instalasi
Rehabilitasi Medik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 2015. Jurnal
Kedokteran Klinik. Vol 1 No. 1.
PRODI PROFESI NERS-JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

FORMAT LAPORAN RESUME

Nama mahasiswa : Maria Ulfha

NIM : P3.73.20.2.19.093

A. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA


Nama : Anak P
TTL /Usia : 25 Maret 2012/ 8 tahun
Rekam medis : 372-44-56
Alamat : Jl.Percetakan negara Gg.Dahlan I No.1 Rt 05/010 Cempaka
putih barat,Jakarta Pusat
Ruang Rawat : Rscm kiara ruang rawat lantai 7
Diagnosa : Confirmed covid 19, Cerebral Palsy athetoid, Diare akut
Tanggal masuk : 11 Oktober 2020
Pendidikan : Belum sekolah
Nama Ayah/Nama Ibu : Tn.B A / Ny.L
Usia Ayah/ Ibu : 57 Tahun / 56 Tahun
Pendidikan Ayah/Ibu : SMK/ SMU
Pekerjaan Ayah/Ibu : Wiraswasta/ IRT

B. RIWAYAT KESEHATAN ANAK (Riwayat Singkat Terkait Penyakit Saat Ini)


Ibu pasien mengatakan pasien datang dengan keluhan demam naik turun sejak 9 hari smrs
suhu 39,0 celcius. Pasien riwayat kontak dengan saudara kandung pasien yang terkonfirmasi
covid 19 saat demam hari ke 7. Pasien kemudian melakukan swab tgl 9/10/20. Hasi kemudian
keluar di tanggal 11/10/20 Positif. Pasien berobat ke igd rscm karena demam yang tidak
kunjung turun, Pasien ada keluhan diare konsistensi cair ada ampas 2 hari smrs, frekuensi 8
kali/hari, pasien tampak lemas, pasien tidak ada batuk, muntah atau sesak.Pasien mengalami
cerebral palsy sejak masih bayi, Anak tampak gerak aktif dan tidakk terkontrol,anak tampak
spastik, ada kelemahan otot, anak hanya bisa duduk di tempat tidur,ada gangguan
bicara/suara.

PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran Composmentis Keadaan umum lemah GCS E4M6V5= 15. Kontak adekuat, Anak
tampak gerak aktif dan tidakk terkontrol, anak tampak tersenyum-tersenyum sendiri, Anak
bisa mobilisasi duduk mandiri, BB 26,5 kg, TB 130 cm, kesan gizi baik, anak tampak spastik,
tidak ada sianosis, pola nafas spontan oksigen room air, tidak ada sesak, ada kelemahan otot,
anak hanya bisa duduk di tempat tidur,ada gangguan bicara/suara.
TD 98/62 mmhg, Nadi 108x/menit, suhu 38,0 c, nafas 24x/menit, spo2 99%
BB 26,5 kg, TB 130 cm
BB/U: 26,5/27=98 %
TB/U: 130/131=99 %
BB/TB: 26,5/27=98 %
HA : 8 th 5 bln
Mata = pupil bulat isokor, tidak ikterik ,tidak anemis
Hidung= Bentuk simetris, tidak ada serumen/secret,trpasang o2 nasal canul 2Lpm dan fungsi
penciuman baik,terpasang Ngt
Jantung = s1-s2 normal, murmur/gallop negative
Paru = vesikuler, ronkhi negative, wheezing negative,
Abdomen = supel, bising usus normal
Extremitas= capillary refill kurang dari dua detik, akral hangat

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Darah perifer lengkap Tanggal 11/10/20


Hemoglobin 12.8 g/dl
Hematrokit 35 ,5 %
Trombosit 120000
Leukostit 4.95 ribu
Hitung jenis:
Basofil 0.4
Eosinofil 0.2
Neutrofil 36
Limfosit 37
Monosit 26
Procalcitonin 0.20 ng/mL
Crp 0.5 mg/L

Analisa gas darah Tanggal 11 Oktober 2020


Ph 7.478
Pco2 27,40
Po2 127,00
Hco3 20.50
Be -1.3
O2 sat 98,80

Elektrolit tanggal 11 Oktober 2020


Natrium 134 meq/L
Kalium 4,0 meq/L
Clorida 106,8 meq/L

Urinalisis Normal

Swab
Swab nasofaring pertama tgl 09/10/2020: Positif

Foto toraks Tanggal 11/10/2020


Dibandingkan dengan radiografi toraks tanggal 09 Oktober 2020, saat ini: Infiltrat paru
bertambah

C. PENATALAKSANAAN MEDIS
Therapi :
1. Paracetamol tablet 3x250 mg PO
2. Topamax tablet 2x37,5 mg PO
3. Asam Valproat syrup 1x 7,5 ml PO
4. Risperidon tablet 2x0,25 mg PO
5. Omepraole syrup 1x20 mg PO
6. Vitamin C tablet 1x 500 mg PO
7. Ceftriaxone injection 1x 1400 mg PO
8. Riklona tablet 1x0,2 mg PO
Infus
IVFD KA-EN 1B 34 ml/ jam
Diit
Makan cair Ensure 6x300 ml/ Ngt 2000 kkal

D. DATA FOKUS (DATA SUBJEKTIF/DATA OBJEKTIF)


YANG MENDUKUNG MASALAH KEPERAWATAN
Data Subjektif:
Ibu pasien mengatakan anak ada diare frekwensi 8 x/hari konsistensi cair
Ibu pasien mengtakan anak ada demam suhu 38 c
Ibu pasien mengatakan anak nya mengalami cerebral palsy dari kecil
Ibu pasien mengatakan anak nya sangat aktif bergerak kadang tidak terkontol
Ibu pasien mengatakan anak nya hanya bisa duduk saja
Ibu pasien mengatakan anak nya suka spastis
Ibu pasien mengatakan anak nya tertular covid 19 dari kakak nya
Ada kelemahan otot,ada gangguan bicara/suara

Data Objektif:
Kesadaran composmentis , keadaan umum lemah
TD 98/62 mmhg, Nadi 108x/menit, suhu 38,0 c, nafas 24x/menit, spo2 99%
Anak tampak gerak aktif dan tidakk terkontrol
Anak tampak tersenyum-tersenyum sendiri
Anak hanya bisa mobilisasi duduk mandiri di tempat tidur
BB 26,5 kg, TB 130 cm, kesan gizi baik
Anak tampak spastis
tidak ada sianosis, pola nafas spontan oksigen room air, tidak ada sesak,
kapiler refil kurang dari 2 detik
Turgor kulit elastis, mukosa biis tampak kering, mata tidak cekung
Terpasang Ngt , terpasang infus perifer tangan kanan IVFD Kaen 1B 34 ml/jam
Diit cair ensure 6x 300 ml / ngt
Swab nasofaring pertama tgl 09/10/2020: Positif
Hemoglobin 12.8 g/dl
Hematrokit 35 ,5 %
Trombosit 120000
Leukostit 4.95 ribu
Hitung jenis:
Basofil 0.4
Eosinofil 0.2
Neutrofil 36
Limfosit 37
Monosit 26
Procalcitonin 0.20 ng/mL
Crp 0.5 mg/L
Natrium 134 meq/L
Kalium 4,0 meq/L
Clorida 106,8 meq/L

E. DIAGNOSIS KEPERAWATAN (PRIORITAS)


1. Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
sekuder terhadap diare
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi sekunder
3. Resiko injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak terkontrol dan
kejang

I. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan sekuder terhadap diare
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil:
-Tanda-tanda vital dalam batas normal
-Turgor kulit elastis, membran mukosa bibir lembab, mata tidak cekung
-Konsistensi BAB lembek, frekwensi 2kali/hari
-Bising usus normal 10-15 kali/menit
Intervensi:
-Observasi Tanda-tanda vital
-Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
-Pantau intake dan output
-Timbang berat badan
-Kolaborasi untuk pemberian cairan dan elektrolit
-Pantau hasil pemeriksaan elektrolit
-Berikan therapi antibiotik
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu
tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil:
-Suhu tubuh dalam batas normal
-Nadi dan RR dalam rentang normal
-tidak ada perubahan warna kulit,tidak ada pusing, dan pasien merasa nyaman
Intervensi:
-Monitor suhu tubuh
-Monitor warna kulit
-Monitor TTV dan kesadaran
-Berikan kompres pada pasien di axila
-Kolaborasi pemberian antipiretik
-Berikan cairan intra vena
3. Resiko Injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak terkontrol dan
kejang
Tujuan: Setelah dilakukan tindkan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
injury/cedera tidak terjadi
Kriteria hasil:
-Keluarga mengerti faktor yang menyebabkan cedera
-Menunjukkan perubahan perilaku,pola hidup untuk menurunkan faktor resiko
Intervensi:
-Berikan lingkungan yang aman
-Pasang pagar tempat tidur
-Hindari pasien dari benda-benda yang membahayakan
-Perhatikan saat pasien beraktivitas
-Pemberian obot anti epilepsi/kejang sesuai program dokter

J. IMPLEMENTASI

NO. HARI/TGL/JA TINDAKAN RESPON (DS/DO


DX M KEPERAWATAN

1,2,3 Senin -Mengobservasi Tanda-tanda s: Ibu pasien mengatakan


tgl12/10/2020 Vital/TTV suhu anak nya demam
1 Jam 14.00 D0: TD 98/62 mmhg, Nadi
108x/menit,pernafasan
24x/mnt, suhu 38,0 c, spo2
1 Jam 14.30 -Memantau tanda dan gejala 99%
kekurangan cairan dan elektrolit
s: Ibu pasien mengatakan
anak nya diare 8x/hari cair
ada ampas
1 Jam 18.00 Do: kulit tampak elastis,
-Memantau intake dan output membran mukosa kering,
mata tidak cekung
Ds: ibu pasien mengatakan
1 Jam 18.30 bab 8x/hari
Do: Balance /24 jam=
-434ml
1 Jam 19
Diuresis/24 jam
-Menimbang berat badan 3.39ml/kg/jam
1 Jam 19.30
Do:BB 26,5kg, TB 130 cm

-Memberikan cairan parenteral


DO: Tetesan lancer tidak ada
1 Jam 18 intra vena infus Kaen 1B 34
plebitos , infus perifer tangan
ml/jam
kanan
Do: Natrium 134meq/L,
2 Jam 16.00 -Memantau hasil pemeriksaan Kalium 4,0 meq/L
elektrolit Clorida 106,8 meq/L
3 Jam 18

Do: obat ceftriaxone 1x1400


-Memberikan antibiotik therapi mg intra vena masuk
3 Jam 15.00 Ceftriaxon 1x1400 mg intra vena,
memberikan therapi zink syrup tidak ada plebitis. Obat zink
1x 20 mg Po syrup 20 mg/ngt masuk

3 Jam 18.10 -memberikan kompres pada


pasien di axila dan lipatan paha Do: suhu 37,8 c

1,2,3 Selasa 13/10/20 -Memberikan obat antipiretik


Jam 20.00 parasetamol tablet 3x250 mg Do: obat masuk melaui ngt

-Memberikan lingkungan yang


aman, Memasang pagar tempat
1 Jam 06.00 tidur, menghindari pasien dari Ds:ibu pasien mengatakan
benda-benda yang anak nya gelisah,gerakan aktif
1 Jam 05.00 membahayakan

-Memberikan obot anti


1 Jam 07.00 epilepsi/kejang Asam Valproat Do: obat masuk per oral, tidak
syrup 1x 7,5 ml PO, Risperidon ada kejang
tablet 2x0,25 mg PO, Riklona
1 Jam 06.00 tablet 1x0,2 mg PO

-Mengobservasi Tanda-tanda
Vital/TTV S: ibu pasien mengatakan
2 Jam 06.00 -Memantau tanda dan gejala anak nya sudah tidak ada
kekurangan cairan dan elektrolit demam
O: Td 92/61mmHg, Nadi
3 Jam 06.00 94x/menit, napas 22x/menit,
suhu 37,2 c, SpO2 99%.
-Memantau intake dan output S: Ibu pasien mengatkan diare
sudah berkurang 5x/hari ada
ampas
1,2,3 Rabu/14/10/20 -Memberikan cairan parenteral Do: Balance/24 jam =
-250ml
Jam 20.00 intra vena infus Kaen 1B 34
Diuresis/24 jam= 3.2
ml/jam ml/kg/jam
Do: tetesan lancar tidak ada
plebitis
1 jam 21.00 -Memantau hasil pemeriksaan
elektrolit
1 Jam 06.00
Do: Hb12.9/Ht
37.1/Trombosit
123.000/Leukosit 4.950
-Memberikan antibiotik therapi HJ 0.2/0.0/46.3/34.1/19.4
Urinalisis Normal
Ceftriaxon 1x1400 mg intra vena,
Hasil swab kedua tgl 12/10/20
1 Jam 06.00 memberikan therapi zink syrup negatif
1x 20 mg Po
Do: obat ceftriaxone 1x1400
1 Jam 06.00
mg intra vena masuk
tidak ada plebitis. Obat zink
-Memberikan obat antipiretik
syrup 20 mg/ngt masuk
2 Jam 07.00 parasetamol tablet 3x250 mg

3 Jam 07.00
Do: obat masuk per ngt
-Memberikan obot anti
epilepsi/kejang Asam Valproat
Do: obat masuk per oral, tidak
syrup 1x 7,5 ml PO, Risperidon
ada kejang
tablet 2x0,25 mg PO, Riklona
tablet 1x0,2 mg PO

-Mengobservasi Tanda-tanda
Vital/TTV

S: ibu pasien menatakan anak


nya sudah tidak ada demam
-Memantau tanda dan gejala
O: TD 95/67 mmHg, Nadi
kekurangan cairan dan elektrolit
84x/menit, napas 22x/menit,
suhu 37,0 c, SpO2 99%.
-Memantau intake dan output

O: membran mukosa lembab,


kulit elastis, mata tidak
cekung
S:ibunpasien mengatakan
anak nya sudah tidak diare,
Bab 2x/hari lembek
-Memberikan cairan parenteral
intra vena infus Kaen 1B 34 O: balance/24 jam:
ml/jam + 300 ml, diuresis/24 jam
-Memberikan antibiotik therapi 2,5cc/kgbb/jam
Ceftriaxon 1x1400 mg intra vena,
memberikan therapi zink syrup O: tetesan lancer tidak ada
1x 20 mg Po plebitis

-Memberikan obat antipiretik Do: obat ceftriaxone 1x1400


parasetamol tablet 3x250 mg mg intra vena masuk
tidak ada plebitis. Obat zink
-Memberikan obot anti syrup 20 mg/ngt masuk
epilepsi/kejang Asam Valproat
syrup 1x 7,5 ml PO, Risperidon O: obat masuk per ngt
tablet 2x0,25 mg PO, Riklona
tablet 1x0,2 mg PO
Do: obat masuk per ngt, tidak
ada kejang

K. EVALUASI
(SOAP)
Diagnosa 1

S: ibu pasien menatakan anak nya sudah tidak ada demam, tidak lemas,tidak ada mual,tidak
ada muntah,tidak ada diare, Bab sehari 2 kali lembek

O: TD 95/67 mmHg, Nadi 84x/menit, Pernapasan 22x/menit, suhu 37,0 c, SpO2 99%.,
kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, mukosa bibir lembab,turgor kulit elastis,
mata tidak cekung, Hb12.9 Ht 37.1
Trombosit 123.000 Leukosit 4.950, Hitung Jenis 0.2/0.0/46.3/34.1/19.4
Urinalisis Normal,Hasil swab kedua tgl 12/10/20 negatif, BB 26,5 kg, TB 130 cm, Balance
cairan/24 jam = + 300 ml, diuresis 2,5 cc/kg/bb/jam
A: Masalah kekurangan cairan tubuh dan elektrolit dapat teratasi
P: Lanjutkan intervensi di ruang rawat non infeksi pasien sudah dipindah kan ke ruang rawat
gedung A, karena swab sudah 2kali negatif

Diagnosa 2
S:Ibu pasien mengatakan sudah tidak ada demam
O: TD 95/67 mmHg, Nadi 84x/menit, Pernapasan 22x/menit, suhu 37,0 c, SpO2 99%.,
kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, swab kedua dan ketiga sudah negatif tgl
12/10/2020
A: masalah peningkatan suhu tubuh sudah teratasi
P: Lanjutkan intervensi di ruang rawat non infeksi,pasien dipindahkan ke ruang rawat ke
Gedung A

Diagnosa 3
S: ibu pasien mengatakan anak nya gelisah,gerakan aktif
Ibu pasien mengatakan mengerti akan selalu menjaga anak nya agar tidak cedera/jatuh
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada kejang
O: Anak tampak gelisah,ada gerakan aktif tidak terkontrol
Tidak ada kejang,tidak ada cedera
A: Masalah resiko injury tidak terjadi
P: Intervensi dilanjutkan di ruang rawat inap non infeksi gedung A

Anda mungkin juga menyukai