Pada tahun 2025 menghasilkan Ners yang unggul dalam menerapkan ilmu dan teknologi
Disusun oleh
Maria Ulfha
(NIM P3.73.20.2.19.093)
NIM : P3.73.20.2.19.093
2) Jenis Athetoid
Pada tipe ini tidak tedapat kekejangan atau kekakuan. Otot-ototnya
dapat digerakan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada system
gerak. Hampir semua gerakan terjadi diluar control. Gerakan yang
dimaksud adalah dengan ada tidaknya control dan kordinasi gerak.
3) Jenis Ataxia
Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan
kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada waktu
berdiri dan berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada system
koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak, akibatnya anak tuna tipe ini
mengalami gangguan dalam hal koordinasi ruang dan ukuran, sebagai
contoh dalam kehidupan sehari-hari : pada saat makan mulut terkatup
terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai di ujung mulut.
4) Jenis Rigid
Pada tipe ini didapat kekakuan otot tetapi tidak seperti tipe spastik,
gerakannya tampak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih tampak.
5) Jenis Tremor
Gejala yang tampak jelas pada tipe ini adalah senantiasa dijumpai
adanya gerakan-gerakan kecil dan terus-menerus berlansung sehingga
tampak seperti bentuk getaran-getaran. Gerakan ini dapat terjadi pada
kepala, mata, tungkai, dan bibir.
6) Jenis Campuran
Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis ataupun lebih
gejala tuna CP sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan dengan
anak yang hanya memiliki satu jenis tipe kecacatan luar biasa pada
umumnya dan anak CP pada khususnya (Lestari, 2009).
b. Pembagian Menurut Jumlah Anggota Badan yang Mengalami Kelainan
1) Kelumpuhan Paraplegia adalah lumpuh pada kedua tungkai.
2) Kelumpuhan Diplegia adalah lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kaki
kanan dan kiri.
3) Kelumpuhan Tetraplegia atau Quadriplegia adalah tiap anggota gerak
mengalami kelumpuhan misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh
atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.
4) Kelumpuhan Hemiplegia adalah lumpuh anggota gerak atas dan bawah
pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau tangan
kiri dan kaki kiri.
5) Kelumpuhan Monoplegia adalah hanya satu anggota tubuh yang lumpuh
misalnya kaki kiri sedang kaki kanan dan kedua tangannya normal.
6) Kelumpuhan Double Hemiplegia (Lestari, 2009).
c. Pembagian Menurut Berat Ringannya Berdasarkan Derajat Gangguan Fungsi
dan Bagian Luas Jaringan
1) Golongan Ringan
Cerebral palsy yang termasuk golongan ringan pada umumnya dapat
hidup secara mandiri, tanpa banyak memerlukan bantuan orang lain. Hal ini
karena kelainan yang disandang tidak banyak mengganggu dirinya dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari, demikian pula dalam mengikuti
pendidikan.
Yang termasuk CP golongan ringan misalnya mereka yang
mengalami spastik ataupun paralysis monoplegia, karena kelainannya
hanya ada pada satu organ gerak saja, sementara tiga organ gerak yang lain
dapat dilakukan sendiri dengan demikian hanya penyandang CP dengan
kelainan tunggal yang termasuk golongan ringan.
2) Golongan Sedang
Cerebral palsy yang termasuk pada golongan sedang adalah anak-
anak CP yang memerlukan pertolongan khusus dan pendidikan khusus agar
anak-anak tersebut dapat mengurus dirinya sendiri dapat pindah/ambulasi
sendiri dan dapat berbicara. Mungkin anak-anak CP golongan ini
memerlukan peralatan khusus seperti kruk, brase dan lain-lain untuk
membantu latihan pola gerak dan penguat tubuh dalam melakukan
ambulasi.
Bantuan-bantuan khusus yang diberikan dengan maksud agar
mereka mampu mengurus diri sendiri mampu berjalan dan berbicara.
3) Golongan Berat
Cerebral palsy yang termasuk golongan berat sudah menunjukkan
kelainan yang sedemikian rupa, sehingga sama sekali sulit melakukan
kegiatan-kegiatan fisik dan tidak mungkin dapat hidup tanpa bantuan orang
lain. Sangat sulit untuk meningkatkan kemampuan kemandirian anak jadi
latihan dan rehabilitas yang diberikan kepada mereka sangan kecil hasilnya.
CP yang termasuk golongan berat ini selalu memerlukan perwatan dan
pertolongan orang lain selama hidupnya (Lestari, 2009).
3. Etiologi
Cerebral palsy bukan penyakit yang beridir sendiri tetapi nama yang
diberikan untuk variasi dari sindrom kerusakan saraf motorik yang terjadi sekunder
dan menjadi lesi dalam perkembangan otak. Kerusakan bersifat permanen dan tidak
dapat disembuhkan tetapi dampak dari CP dapat diperkecil. Etiologi CP dibagi
menjadi tiga:
a. Prenatal
1) Infeksi TORCH
2) Keracunan
3) Radiasi sinar X
b. Natal
i. Anoksia
ii. Perdarahan otak
iii. Premature
iv. Ikterus
c. Postnatal
i. Trauma kapitis
ii. Ensefalitis
iii. Meningitis
iv. Luka parut pasca bedah
Faktor risiko terjadinya CP antara lain jenis kelamin, ras, genetic,
sosioekonomi, riwayat obstetric, penyakit yang diderita ibu, primipara, malnutrisi,
BBLR, skor APGAR (Sitorus dkk, 2016).
4. Patofisiologi
Pada CP terjadi kerusakan pada pusat motorik dan menyebabkan
terganggunya fungsi gerak yang normal. Pada kerusakan korteks cerebri terjadi
kontraksi otak yang terus menerus dimana disebabkan oleh karena tidak
terdapatnya inhibisi langsung pada lengkung reflex. Bila terdapat cidera berat
pada system ekstra pyramidal dapat menyebabkan gangguan pada semua gerak
atau hypotonic, termasuk kemampuan bicara. Namun bila hanya cedera ringan
maka gerakan gross motor dapat dilakukan tetapi tidak terkoordinasi dengan baik
dan gerakan motorik halus sering kali tidak dapat dilakukan. Gangguan proses
sensorik primer terjadi di serebelum yang mengakibatkan terjadinya ataksia. Pada
keterbatasan gerak akibat fungsi motor control akan berdampak juga pada proses
sensorik (Hardiman, 2013).
5. Manifestasi Klinis
Anak CP memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Kemampuan Motorik
Anak CP memiliki gangguan fungsi motorik. Gangguan ini berupa
kekakuan, kelumpuhan, kurang koordinasi, hilang keseimbangan dan
munculnya gerakan-gerakan ritmis. Gangguan ini tidak hanya berakibat kepada
fungsi anggota gerak tetapi fungsi-fungsi lain yang berhubungan dengan
masalah motorik lain seperti gangguan bicara, mengunyah, dan menelan.
b. Kemampuan Sensoris
Pada umumnya anak CP juga memiliki gangguan dalam hal sensorisnya.
Gangguan sensoris tersebut meliputi gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran, dan gangguan kinestetik-taktil.
c. Kemampuan Intelektual
Kemampuan intelektual anak CP beragam dari rentang idiot sampai
gifted, tetapi sebagian besar penderita cerebral palsy mengalami
keterbelakangan mental. 1/3 dari populasi anak CP mengalami keterbelakangan
mental berat.
d. Kemampuan Persepsi
Peristiwa persepsi terjadi di otak. Karena kerusakan pada anak CP terjadi
di otak, maka pada umumnya mereka juga mengalami gangguan persepsi baik
itu secara visual, auditif maupun kinestetik-taktil.
e. Kemampuan Berbicara dan Komunikasi
Sebagian besar anak CP mengalami gangguan bicara sebagai akibat dari
kekakuan otot-otot motorik bicara mereka. Gangguan bicara yang terjadi dapat
mengarah kepada gangguan komunikasi. Anak CP mengalami kesulitan dan
mengungkapkan ide dan gagasan mereka bahkan banyak diantara mereka yang
bicaranya tidak jelas sehingga sukar dipahami maksud pembicaraanya.
f. Kemampuan Emosi dan Penyesuaian Sosial
Kebanyakan anak CP mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial ini
berkaitan dengan konsep yang mereka miliki (Azizah, 2005).
6. Komplikasi
a. Ataksi, Katarak, Hidrosepalus
b. Retardasi Mental
IQ dibawah 50, berat/beban dari otak motoriknya IQ rendah, dengan suatu
ketegangan [menyangkut] IQ yang yang lebih rendah.
c. Strain/ketegangan
Lebih sering pada qudriplegia dan hemiplegia
d. Pinggul Keseleo/Kerusakan
Sering terjadi pada quadriplegia dan paraplegia berat.
e. Kehilangan sensibilitas
Anak-anak dengan hemiplegia akan kehilangan sensibilitas.
f. Hilang pendengaran
Atrtosis sering terjadi terpasang, tetapi bukan pada anak spaskis.
g. Gangguan visual
h. Kesukaran untuk bicara
Penyebab: disartria, Retardasi mental, hilang pendengaran, atasi kortikal, gangguan
emosional dan mungkin sebab gejala lateralisasi pada anak hemiplagia.
i. Lateralisasi
Dominan pada anak yang normal nya dan yang di/terpengaruh oleh gejala hemiplegia,
kemudian akan ada berbagai kesulitan untuk pindah;gerakkan pusat bicara
j. Inkontinensia
RM, dan terutama oleh karena berbagai kesulitan pada pelatihan kamar kecil.
k. Penyimpangan Perilaku
Tidak suka bergaul, dengan mudah dipengaruhi dan mengacaukan
ketidaksuburan/kemandulan.
8. Penatalaksanaan Medis
Tidak ada terapi standar untuk semua kasus, tergantung dari gejala, jenis dan
derajat beratnya cerebral palsy. Terapi mencakup :
a. Terapi Fisik
Tujuan utama untuk memperbaiki fungsi alat gerak, mengontrol gerakan refleks
patologis, merangsang gerakan yang normal. Metode yang digunakan antara
lain : Vojta, Bobaath, Peto, Doman-Delecato, Phelps, Shang Dian, Brunnstrom.
b. Terapi Okupasi
Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan untuk menolong diri sendiri,
memperbaikikemampuan motorik halus, penderita dilatih supaya bisa mengena-
kan pakaian, makan, minum dan keterampilan lainnya.Terapi motorik
disesuaikan dengan jenishambatan dan kelainan. Meningkatkan kemampuan
gerak pada persendian, meningkatkankekuatan otot, meningkatkan pengontrolan
motorik tubuh.
c. Terapi Wicara
Latihan vonsi : melatih gerakan bibir, lidah, otot-otot vocal. Latihan
pemahaman Bahasa. Latihan mengungkapkan: termasuk mengungkapkan
dengan bahasa verbal atau nonverbal.
d. Alat Bantu
Alat bantu untuk menopang tubuh,siku, kaki, lutut, agar fungsi persendian tetap
terjaga dan tidak terjadi perubahan bentuk.
e. Terapi Bedah
Bila terjadi kekakuan dan kelainan bentuk sendi pada pasien diatas usia 5 tahun.
f. Terapi Obat-obatan
Untuk merangsang saraf otak dan roboransia yang sesuai, mencegah kejang
pada kasus kejang (Erico, 20
PATHWAY CEREBRAL PALSY
Meningitis Prematuritas
Faktor Predisposisi : Virus
Purulenta purulenta B2 (Brain) Pembedahan Ikterus
Cerebral Palsy
Konstipasi Kelumpuhan
Volume Darah Gangguan
Gangguan Nutrisi Spatisitas
Komunikasi Verbal
Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
Kurangnya Volume Hipoksia Hambatan
Cairan: Darah Risiko Jatuh
Mobilitas Fisik
(Ani. 2017)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Kaji Riwayat Kehamilan Ibu
b. Kaji Riwayat Persalinan
c. Identifikasi Anak yang Mempunyai Risiko
d. Kaji Iritabel Anak, Kesukaran Dalam Makan/Menelan, Perkembangan
Yang Terlambat Dari Anak Normal, Perkembangan Pergerakan Kurang,
Postur Tubuh Yang Abnormal, Refleks Bayi Yang Persisten, Ataxic,
Kurangnya Tonus Otot.
e. Monitor Respon Bermain Anak
f. Kaji Fungsi Intelektual
g. Riwayat Penyakit Dahulu : Kelahiran Premature Dan Tauma Lahir
h. Riwayat Penyakit Sekarang : Kelemahan Otot, Retardasi Mental,
Gangguan Hebat- Hipotonia, Melempar/Hisap Makan, Gangguan
Bicara/Suara, Visual Dan Mendengar.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak
terkontrol dan kejang.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan kelemahan
otot-otot.
c. Perubahan tumbuh kembang berhubungan dengan gangguan
neuromuscular.
d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan kesukaran
dalam artikulasi.
e. Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan neuromuscular.
f. Perubahan proses pikir berhubungan dengan serebral injury,
ketidakmampuan belajar.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Intervensi
Risiko injury berhubungan 1. Hindari anak dari benda-benda
dengan spasme, pergerakan yang membahayakan
yang tidak terkontrol dan 2. Perhatikan anak-anak saat
kejang. beraktifitas.
3. Gunakan alat pengaman bila
diperlukan.
4. Bila ada kejang; pasang alat
pengaman dimulut agar lidah tidak
tergigit
5. Lakukan suction.
6. Pemberian anti kejang bila terjadi
kejang.
Gangguan mobilitas fisik 1. Ajarkan cara berkomunikasi
berhubungan dengan spasme dengan kata-kata yang pendek.
dan kelemahan otot-otot. 2. Ajarkan untuk latihan yang
berbeda-beda pada ekstremitas
3. Ajarkan dalam menggunakan alat
bantu jalan.
4. Ajarkan cara duduk, merangkak
pada anak kecil, berjalan, dan lain-
lain.
5. Ajarkan rom yang sesuai.
Perubahan tumbuh kembang 1. Kaji tingkat tumbuh kembang.
berhubungan dengan gangguan 2. Ajarkan untuk intervensi awal
neuromuscular. dengan terapi rekreasi dan aktivitas
sekolah.
3. Berikan aktivitas yang sesuai,
menarik diri dan dapat dilakukan
oleh anak.
Gangguan komunikasi verbal 1. Kaji respon dalam berkomunikasi.
berhubungan dengan gangguan 2. Ajarkan dan kaji makna non verbal.
kesukaran dalam artikulasi. 3. Latih dalam penggunaan bibir,
mulut dan lidah.
4. Gunakan kartu/gambar-
gambar/papan tulis untuk
memfasilitasi komunikasi.
5. Konsultasikan dengan dokter
tentang kebutuhan terapi bicara.
Risiko aspirasi berhubungan 1. Kaji pola pernafasan.
dengan gangguan 2. Berikan oksigen sesuai dengan
neuromuscular. kebutuhan anak.
3. Lakukan suction segera bila ada
sekret
4. Berikan posisi tegak lurus atau
setengah duduk saat makan dan
minum.
Perubahan proses pikir 1. Kaji tingkat pemahaman anak.
berhubungan dengan serebral 2. Ajarkan dalam memahami
injury, ketidakmampuan belajar. percakapan dengan verbal atau non
verbal.
3. Ajarkan menulis dengan
menggunakan papan tulis atau alat
lain yang dapat digunakan sesuai
kemampuan orangtua dan anak
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Nur. 2005. Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Anak Cerebral Palsy. Jurnal
Pendidikan Khusus. Vol 1 No. 2.
Lestari, Sri. 2009. Jurnal Penelitian “Latihan Motorik Halus Untuk Meningkatkan
Kemampuan Menulis pada Anak Cerebral Palsy di Kelas II SLB/D YPAC Kota
Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009”. Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Liswati. 2012. Mengembangkan Potensi Diri Anak Cerebral Palsy di Sekolah Inklusi Melalui
Latihan Kecakapan Hidup. Jurnal Pendidikan Khusus. Vol IX No. 1.
Sitorus, Franisca Santa Ana Boru dkk. 2016. Pravalensi Anak Cerebral Palsy di Instalasi
Rehabilitasi Medik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 2015. Jurnal
Kedokteran Klinik. Vol 1 No. 1.
PRODI PROFESI NERS-JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
NIM : P3.73.20.2.19.093
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran Composmentis Keadaan umum lemah GCS E4M6V5= 15. Kontak adekuat, Anak
tampak gerak aktif dan tidakk terkontrol, anak tampak tersenyum-tersenyum sendiri, Anak
bisa mobilisasi duduk mandiri, BB 26,5 kg, TB 130 cm, kesan gizi baik, anak tampak spastik,
tidak ada sianosis, pola nafas spontan oksigen room air, tidak ada sesak, ada kelemahan otot,
anak hanya bisa duduk di tempat tidur,ada gangguan bicara/suara.
TD 98/62 mmhg, Nadi 108x/menit, suhu 38,0 c, nafas 24x/menit, spo2 99%
BB 26,5 kg, TB 130 cm
BB/U: 26,5/27=98 %
TB/U: 130/131=99 %
BB/TB: 26,5/27=98 %
HA : 8 th 5 bln
Mata = pupil bulat isokor, tidak ikterik ,tidak anemis
Hidung= Bentuk simetris, tidak ada serumen/secret,trpasang o2 nasal canul 2Lpm dan fungsi
penciuman baik,terpasang Ngt
Jantung = s1-s2 normal, murmur/gallop negative
Paru = vesikuler, ronkhi negative, wheezing negative,
Abdomen = supel, bising usus normal
Extremitas= capillary refill kurang dari dua detik, akral hangat
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Urinalisis Normal
Swab
Swab nasofaring pertama tgl 09/10/2020: Positif
C. PENATALAKSANAAN MEDIS
Therapi :
1. Paracetamol tablet 3x250 mg PO
2. Topamax tablet 2x37,5 mg PO
3. Asam Valproat syrup 1x 7,5 ml PO
4. Risperidon tablet 2x0,25 mg PO
5. Omepraole syrup 1x20 mg PO
6. Vitamin C tablet 1x 500 mg PO
7. Ceftriaxone injection 1x 1400 mg PO
8. Riklona tablet 1x0,2 mg PO
Infus
IVFD KA-EN 1B 34 ml/ jam
Diit
Makan cair Ensure 6x300 ml/ Ngt 2000 kkal
Data Objektif:
Kesadaran composmentis , keadaan umum lemah
TD 98/62 mmhg, Nadi 108x/menit, suhu 38,0 c, nafas 24x/menit, spo2 99%
Anak tampak gerak aktif dan tidakk terkontrol
Anak tampak tersenyum-tersenyum sendiri
Anak hanya bisa mobilisasi duduk mandiri di tempat tidur
BB 26,5 kg, TB 130 cm, kesan gizi baik
Anak tampak spastis
tidak ada sianosis, pola nafas spontan oksigen room air, tidak ada sesak,
kapiler refil kurang dari 2 detik
Turgor kulit elastis, mukosa biis tampak kering, mata tidak cekung
Terpasang Ngt , terpasang infus perifer tangan kanan IVFD Kaen 1B 34 ml/jam
Diit cair ensure 6x 300 ml / ngt
Swab nasofaring pertama tgl 09/10/2020: Positif
Hemoglobin 12.8 g/dl
Hematrokit 35 ,5 %
Trombosit 120000
Leukostit 4.95 ribu
Hitung jenis:
Basofil 0.4
Eosinofil 0.2
Neutrofil 36
Limfosit 37
Monosit 26
Procalcitonin 0.20 ng/mL
Crp 0.5 mg/L
Natrium 134 meq/L
Kalium 4,0 meq/L
Clorida 106,8 meq/L
I. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan sekuder terhadap diare
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil:
-Tanda-tanda vital dalam batas normal
-Turgor kulit elastis, membran mukosa bibir lembab, mata tidak cekung
-Konsistensi BAB lembek, frekwensi 2kali/hari
-Bising usus normal 10-15 kali/menit
Intervensi:
-Observasi Tanda-tanda vital
-Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
-Pantau intake dan output
-Timbang berat badan
-Kolaborasi untuk pemberian cairan dan elektrolit
-Pantau hasil pemeriksaan elektrolit
-Berikan therapi antibiotik
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu
tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil:
-Suhu tubuh dalam batas normal
-Nadi dan RR dalam rentang normal
-tidak ada perubahan warna kulit,tidak ada pusing, dan pasien merasa nyaman
Intervensi:
-Monitor suhu tubuh
-Monitor warna kulit
-Monitor TTV dan kesadaran
-Berikan kompres pada pasien di axila
-Kolaborasi pemberian antipiretik
-Berikan cairan intra vena
3. Resiko Injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak terkontrol dan
kejang
Tujuan: Setelah dilakukan tindkan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
injury/cedera tidak terjadi
Kriteria hasil:
-Keluarga mengerti faktor yang menyebabkan cedera
-Menunjukkan perubahan perilaku,pola hidup untuk menurunkan faktor resiko
Intervensi:
-Berikan lingkungan yang aman
-Pasang pagar tempat tidur
-Hindari pasien dari benda-benda yang membahayakan
-Perhatikan saat pasien beraktivitas
-Pemberian obot anti epilepsi/kejang sesuai program dokter
J. IMPLEMENTASI
-Mengobservasi Tanda-tanda
Vital/TTV S: ibu pasien mengatakan
2 Jam 06.00 -Memantau tanda dan gejala anak nya sudah tidak ada
kekurangan cairan dan elektrolit demam
O: Td 92/61mmHg, Nadi
3 Jam 06.00 94x/menit, napas 22x/menit,
suhu 37,2 c, SpO2 99%.
-Memantau intake dan output S: Ibu pasien mengatkan diare
sudah berkurang 5x/hari ada
ampas
1,2,3 Rabu/14/10/20 -Memberikan cairan parenteral Do: Balance/24 jam =
-250ml
Jam 20.00 intra vena infus Kaen 1B 34
Diuresis/24 jam= 3.2
ml/jam ml/kg/jam
Do: tetesan lancar tidak ada
plebitis
1 jam 21.00 -Memantau hasil pemeriksaan
elektrolit
1 Jam 06.00
Do: Hb12.9/Ht
37.1/Trombosit
123.000/Leukosit 4.950
-Memberikan antibiotik therapi HJ 0.2/0.0/46.3/34.1/19.4
Urinalisis Normal
Ceftriaxon 1x1400 mg intra vena,
Hasil swab kedua tgl 12/10/20
1 Jam 06.00 memberikan therapi zink syrup negatif
1x 20 mg Po
Do: obat ceftriaxone 1x1400
1 Jam 06.00
mg intra vena masuk
tidak ada plebitis. Obat zink
-Memberikan obat antipiretik
syrup 20 mg/ngt masuk
2 Jam 07.00 parasetamol tablet 3x250 mg
3 Jam 07.00
Do: obat masuk per ngt
-Memberikan obot anti
epilepsi/kejang Asam Valproat
Do: obat masuk per oral, tidak
syrup 1x 7,5 ml PO, Risperidon
ada kejang
tablet 2x0,25 mg PO, Riklona
tablet 1x0,2 mg PO
-Mengobservasi Tanda-tanda
Vital/TTV
K. EVALUASI
(SOAP)
Diagnosa 1
S: ibu pasien menatakan anak nya sudah tidak ada demam, tidak lemas,tidak ada mual,tidak
ada muntah,tidak ada diare, Bab sehari 2 kali lembek
O: TD 95/67 mmHg, Nadi 84x/menit, Pernapasan 22x/menit, suhu 37,0 c, SpO2 99%.,
kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, mukosa bibir lembab,turgor kulit elastis,
mata tidak cekung, Hb12.9 Ht 37.1
Trombosit 123.000 Leukosit 4.950, Hitung Jenis 0.2/0.0/46.3/34.1/19.4
Urinalisis Normal,Hasil swab kedua tgl 12/10/20 negatif, BB 26,5 kg, TB 130 cm, Balance
cairan/24 jam = + 300 ml, diuresis 2,5 cc/kg/bb/jam
A: Masalah kekurangan cairan tubuh dan elektrolit dapat teratasi
P: Lanjutkan intervensi di ruang rawat non infeksi pasien sudah dipindah kan ke ruang rawat
gedung A, karena swab sudah 2kali negatif
Diagnosa 2
S:Ibu pasien mengatakan sudah tidak ada demam
O: TD 95/67 mmHg, Nadi 84x/menit, Pernapasan 22x/menit, suhu 37,0 c, SpO2 99%.,
kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, swab kedua dan ketiga sudah negatif tgl
12/10/2020
A: masalah peningkatan suhu tubuh sudah teratasi
P: Lanjutkan intervensi di ruang rawat non infeksi,pasien dipindahkan ke ruang rawat ke
Gedung A
Diagnosa 3
S: ibu pasien mengatakan anak nya gelisah,gerakan aktif
Ibu pasien mengatakan mengerti akan selalu menjaga anak nya agar tidak cedera/jatuh
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada kejang
O: Anak tampak gelisah,ada gerakan aktif tidak terkontrol
Tidak ada kejang,tidak ada cedera
A: Masalah resiko injury tidak terjadi
P: Intervensi dilanjutkan di ruang rawat inap non infeksi gedung A