LAPORAN PENDAHULUAN
CEREBRAL PALSY
NIM : P3.73.20.2.19.093
4. Patofisiologi
Pada CP terjadi kerusakan pada pusat motorik dan menyebabkan
terganggunya fungsi gerak yang normal. Pada kerusakan korteks cerebri terjadi
kontraksi otak yang terus menerus dimana disebabkan oleh karena tidak
terdapatnya inhibisi langsung pada lengkung reflex. Bila terdapat cidera berat
pada system ekstra pyramidal dapat menyebabkan gangguan pada semua gerak
atau hypotonic, termasuk kemampuan bicara. Namun bila hanya cedera ringan
maka gerakan gross motor dapat dilakukan tetapi tidak terkoordinasi dengan baik
dan gerakan motorik halus sering kali tidak dapat dilakukan. Gangguan proses
sensorik primer terjadi di serebelum yang mengakibatkan terjadinya ataksia.
Pada keterbatasan gerak akibat fungsi motor control akan berdampak juga pada
proses sensorik (Hardiman, 2013).
5. Manifestasi Klinis
Anak CP memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Kemampuan Motorik
Anak CP memiliki gangguan fungsi motorik. Gangguan ini berupa
kekakuan, kelumpuhan, kurang koordinasi, hilang keseimbangan dan
munculnya gerakan-gerakan ritmis. Gangguan ini tidak hanya berakibat kepada
fungsi anggota gerak tetapi fungsi-fungsi lain yang berhubungan dengan
masalah motorik lain seperti gangguan bicara, mengunyah, dan menelan.
b. Kemampuan Sensoris
Pada umumnya anak CP juga memiliki gangguan dalam hal
sensorisnya. Gangguan sensoris tersebut meliputi gangguan penglihatan,
gangguan pendengaran, dan gangguan kinestetik-taktil.
c. Kemampuan Intelektual
Kemampuan intelektual anak CP beragam dari rentang idiot sampai
gifted, tetapi sebagian besar penderita cerebral palsy mengalami
keterbelakangan mental. 1/3 dari populasi anak CP mengalami
keterbelakangan mental berat.
d. Kemampuan Persepsi
Peristiwa persepsi terjadi di otak. Karena kerusakan pada anak CP
terjadi di otak, maka pada umumnya mereka juga mengalami gangguan
persepsi baik itu secara visual, auditif maupun kinestetik-taktil.
e. Kemampuan Berbicara dan Komunikasi
Sebagian besar anak CP mengalami gangguan bicara sebagai akibat
dari kekakuan otot-otot motorik bicara mereka. Gangguan bicara yang terjadi
dapat mengarah kepada gangguan komunikasi. Anak CP mengalami kesulitan
dan mengungkapkan ide dan gagasan mereka bahkan banyak diantara mereka
yang bicaranya tidak jelas sehingga sukar dipahami maksud pembicaraanya.
f. Kemampuan Emosi dan Penyesuaian Sosial
Kebanyakan anak CP mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial
ini berkaitan dengan konsep yang mereka miliki (Azizah, 2005).
6. Komplikasi
a. Ataksi, Katarak, Hidrosepalus
b. Retardasi Mental
IQ dibawah 50, berat/beban dari otak motoriknya IQ rendah, dengan suatu
ketegangan [menyangkut] IQ yang yang lebih rendah.
c. Strain/ketegangan
Lebih sering pada qudriplegia dan hemiplegia
d. Pinggul Keseleo/Kerusakan
Sering terjadi pada quadriplegia dan paraplegia berat.
e. Kehilangan sensibilitas
Anak-anak dengan hemiplegia akan kehilangan sensibilitas.
f. Hilang pendengaran
Atrtosis sering terjadi terpasang, tetapi bukan pada anak spaskis.
g. Gangguan visual
h. Kesukaran untuk bicara
Penyebab: disartria, Retardasi mental, hilang pendengaran, atasi kortikal, gangguan
emosional dan mungkin sebab gejala lateralisasi pada anak hemiplagia.
i. Lateralisasi
Dominan pada anak yang normal nya dan yang di/terpengaruh oleh gejala
hemiplegia, kemudian akan ada berbagai kesulitan untuk pindah;gerakkan pusat
bicara
j. Inkontinensia
RM, dan terutama oleh karena berbagai kesulitan pada pelatihan kamar kecil.
k. Penyimpangan Perilaku
Tidak suka bergaul, dengan mudah dipengaruhi dan mengacaukan
ketidaksuburan/kemandulan.
8. Penatalaksanaan Medis
Tidak ada terapi standar untuk semua kasus, tergantung dari gejala, jenis
dan derajat beratnya cerebral palsy. Terapi mencakup :
a. Terapi Fisik
Tujuan utama untuk memperbaiki fungsi alat gerak, mengontrol gerakan refleks
patologis, merangsang gerakan yang normal. Metode yang digunakan antara
lain : Vojta, Bobaath, Peto, Doman-Delecato, Phelps, Shang Dian, Brunnstrom.
b. Terapi Okupasi
Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan untuk menolong diri sendiri,
memperbaikikemampuan motorik halus, penderita dilatih supaya bisa
mengena-kan pakaian, makan, minum dan keterampilan lainnya.Terapi motorik
disesuaikan dengan jenishambatan dan kelainan. Meningkatkan kemampuan
gerak pada persendian, meningkatkankekuatan otot, meningkatkan
pengontrolan motorik tubuh.
c. Terapi Wicara
Latihan vonsi : melatih gerakan bibir, lidah, otot-otot vocal. Latihan pemahaman
Bahasa. Latihan mengungkapkan: termasuk mengungkapkan dengan bahasa
verbal atau nonverbal.
d. Alat Bantu
Alat bantu untuk menopang tubuh,siku, kaki, lutut, agar fungsi persendian tetap
terjaga dan tidak terjadi perubahan bentuk.
e. Terapi Bedah
Bila terjadi kekakuan dan kelainan bentuk sendi pada pasien diatas usia 5
tahun.
f. Terapi Obat-obatan
Untuk merangsang saraf otak dan roboransia yang sesuai, mencegah kejang
pada kasus kejang (Erico, 2011).
PATHWAY CEREBRAL PALSY
Meningitis Prematuritas
Faktor Predisposisi : Virus
Purulenta purulenta B2 (Brain) Ikterus
Pembedahan
Cerebral Palsy
Konstipasi Kelumpuhan
Volume Darah Gangguan
Gangguan Nutrisi Spatisitas
Komunikasi Verbal
Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
Kurangnya Volume Hipoksia Hambatan
Cairan: Darah Risiko Jatuh
Mobilitas Fisik
(Ani. 2017)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Kaji Riwayat Kehamilan Ibu
b. Kaji Riwayat Persalinan
c. Identifikasi Anak yang Mempunyai Risiko
d. Kaji Iritabel Anak, Kesukaran Dalam Makan/Menelan, Perkembangan
Yang Terlambat Dari Anak Normal, Perkembangan Pergerakan Kurang,
Postur Tubuh Yang Abnormal, Refleks Bayi Yang Persisten, Ataxic,
Kurangnya Tonus Otot.
e. Monitor Respon Bermain Anak
f. Kaji Fungsi Intelektual
g. Riwayat Penyakit Dahulu : Kelahiran Premature Dan Tauma Lahir
h. Riwayat Penyakit Sekarang : Kelemahan Otot, Retardasi Mental,
Gangguan Hebat- Hipotonia, Melempar/Hisap Makan, Gangguan
Bicara/Suara, Visual Dan Mendengar.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak
terkontrol dan kejang.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan kelemahan
otot-otot.
c. Perubahan tumbuh kembang berhubungan dengan gangguan
neuromuscular.
d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan kesukaran
dalam artikulasi.
e. Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan neuromuscular.
f. Perubahan proses pikir berhubungan dengan serebral injury,
ketidakmampuan belajar.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Intervensi
Risiko injury berhubungan 1. Hindari anak dari benda-benda
dengan spasme, pergerakan yang membahayakan
yang tidak terkontrol dan 2. Perhatikan anak-anak saat
kejang. beraktifitas.
3. Gunakan alat pengaman bila
diperlukan.
4. Bila ada kejang; pasang alat
pengaman dimulut agar lidah
tidak tergigit
5. Lakukan suction.
6. Pemberian anti kejang bila
terjadi kejang.
Gangguan mobilitas fisik 1. Ajarkan cara berkomunikasi
berhubungan dengan dengan kata-kata yang pendek.
spasme dan kelemahan otot- 2. Ajarkan untuk latihan yang
otot. berbeda-beda pada ekstremitas
3. Ajarkan dalam menggunakan
alat bantu jalan.
4. Ajarkan cara duduk, merangkak
pada anak kecil, berjalan, dan
lain-lain.
5. Ajarkan rom yang sesuai.
Perubahan tumbuh kembang 1. Kaji tingkat tumbuh kembang.
berhubungan dengan 2. Ajarkan untuk intervensi awal
gangguan neuromuscular. dengan terapi rekreasi dan
aktivitas sekolah.
3. Berikan aktivitas yang sesuai,
menarik diri dan dapat
dilakukan oleh anak.
Gangguan komunikasi verbal 1. Kaji respon dalam
berhubungan dengan berkomunikasi.
gangguan kesukaran dalam 2. Ajarkan dan kaji makna non
artikulasi. verbal.
3. Latih dalam penggunaan bibir,
mulut dan lidah.
4. Gunakan kartu/gambar-
gambar/papan tulis untuk
memfasilitasi komunikasi.
5. Konsultasikan dengan dokter
tentang kebutuhan terapi
bicara.
Risiko aspirasi berhubungan 1. Kaji pola pernafasan.
dengan gangguan 2. Berikan oksigen sesuai dengan
neuromuscular. kebutuhan anak.
3. Lakukan suction segera bila
ada sekret
4. Berikan posisi tegak lurus atau
setengah duduk saat makan
dan minum.
Perubahan proses pikir 1. Kaji tingkat pemahaman anak.
berhubungan dengan 2. Ajarkan dalam memahami
serebral injury, percakapan dengan verbal atau
ketidakmampuan belajar. non verbal.
3. Ajarkan menulis dengan
menggunakan papan tulis atau
alat lain yang dapat digunakan
sesuai kemampuan orangtua
dan anak
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Nur. 2005. Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Anak Cerebral Palsy. Jurnal
Pendidikan Khusus. Vol 1 No. 2.
Hardiman, Budi. 2013. Naskah Publikasi “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Cerebral
Palsy Quadriplegi dengan Metode Neuro Development Treatment (NDT) di Yayasan
Sayap Ibu Yogyakarta”. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Lestari, Sri. 2009. Jurnal Penelitian “Latihan Motorik Halus Untuk Meningkatkan
Kemampuan Menulis pada Anak Cerebral Palsy di Kelas II SLB/D YPAC Kota
Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009”. Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Liswati. 2012. Mengembangkan Potensi Diri Anak Cerebral Palsy di Sekolah Inklusi Melalui
Latihan Kecakapan Hidup. Jurnal Pendidikan Khusus. Vol IX No. 1.
Sitorus, Franisca Santa Ana Boru dkk. 2016. Pravalensi Anak Cerebral Palsy di Instalasi
Rehabilitasi Medik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 2015. Jurnal
Kedokteran Klinik. Vol 1 No. 1.
PRODI PROFESI NERS-JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
NIM : P3.73.20.2.19.093
Kesadaran Composmentis Keadaan umum lemah GCS E4M6V5= 15. Kontak adekuat, Anak
tampak gerak aktif dan tidakk terkontrol, anak tampak tersenyum-tersenyum sendiri, Anak
bisa mobilisasi duduk mandiri, BB 26,5 kg, TB 130 cm, kesan gizi baik, anak tampak spastik,
tidak ada sianosis, pola nafas spontan oksigen room air, tidak ada sesak, ada kelemahan
otot, anak hanya bisa duduk di tempat tidur,ada gangguan bicara/suara.
TD 98/62 mmhg, Nadi 108x/menit, suhu 38,0 c, nafas 24x/menit, spo2 99%
Mata = pupil bulat isokor, tidak ikterik ,tidak anemis
BB 26,5 kg, TB 130 cm
BB/U: 26,5/27=98 %
TB/U: 130/131=99 %
BB/TB: 26,5/27=98 %
HA : 8 th 5 bln
Hidung= Terpasang Ngt
Jantung = s1-s2 normal, murmur/gallop negative
Paru = vesikuler, ronkhi negative, wheezing negative,
Abdomen = supel, bising usus normal
Extremitas= capillary refill kurang dari dua detik, akral hangat
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Urinalisis Normal
Swab
Swab nasofaring pertama tgl 09/10/2020: Positif
C. PENATALAKSANAAN MEDIS
Therapi :
1. Paracetamol tablet 3x250 mg PO
2. Topamax tablet 2x37,5 mg PO
3. Asam Valproat syrup 1x 7,5 ml PO
4. Risperidon tablet 2x0,25 mg PO
5. Omepraole syrup 1x20 mg PO
6. Vitamin C tablet 1x 500 mg PO
7. Ceftriaxone injection 1x 1400 mg PO
8. Riklona tablet 1x0,2 mg PO
Infus
IVFD KA-EN 1B 34 ml/ jam
Diit
Makan cair Ensure 6x300 ml/ Ngt 2000 kkal
Data Objektif:
Kesadaran composmentis , keadaan umum lemah
TD 98/62 mmhg, Nadi 108x/menit, suhu 38,0 c, nafas 24x/menit, spo2 99%
Anak tampak gerak aktif dan tidakk terkontrol
Anak tampak tersenyum-tersenyum sendiri
Anak hanya bisa mobilisasi duduk mandiri di tempat tidur
BB 26,5 kg, TB 130 cm, kesan gizi baik
Anak tampak spastis
tidak ada sianosis, pola nafas spontan oksigen room air, tidak ada sesak,
kapiler refil kurang dari 2 detik
Turgor kulit elastis, mukosa biis tampak kering, mata tidak cekung
Terpasang Ngt , terpasang infus perifer tangan kanan IVFD Kaen 1B 34 ml/jam
Diit cair ensure 6x 300 ml / ngt
Swab nasofaring pertama tgl 09/10/2020: Positif
Hemoglobin 12.8 g/dl
Hematrokit 35 ,5 %
Trombosit 120000
Leukostit 4.95 ribu
Hitung jenis:
Basofil 0.4
Eosinofil 0.2
Neutrofil 36
Limfosit 37
Monosit 26
Procalcitonin 0.20 ng/mL
Crp 0.5 mg/L
Natrium 134 meq/L
Kalium 4,0 meq/L
Clorida 106,8 meq/L
I. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan sekuder terhadap diare
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil:
-Tanda-tanda vital dalam batas normal
-Turgor kulit elastis, membran mukosa bibir lembab, mata tidak cekung
-Konsistensi BAB lembek, frekwensi 2kali/hari
-Bising usus normal 10-15 kali/menit
Intervensi:
-Observasi Tanda-tanda vital
-Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
-Pantau intake dan output
-Timbang berat badan
-Kolaborasi untuk pemberian cairan dan elektrolit
-Pantau hasil pemeriksaan elektrolit
-Berikan therapi antibiotik
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil:
-Suhu tubuh dalam batas normal
-Nadi dan RR dalam rentang normal
-tidak ada perubahan warna kulit,tidak ada pusing, dan pasien merasa nyaman
Intervensi:
-Monitor suhu tubuh
-Monitor warna kulit
-Monitor TTV dan kesadaran
-Berikan kompres pada pasien di axila
-Kolaborasi pemberian antipiretik
-Berikan cairan intra vena
3. Resiko Injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak terkontrol dan
kejang
Tujuan: Setelah dilakukan tindkan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
injury/cedera tidak terjadi
Kriteria hasil:
-Keluarga mengerti faktor yang menyebabkan cedera
-Menunjukkan perubahan perilaku,pola hidup untuk menurunkan faktor resiko
Intervensi:
-Berikan lingkungan yang aman
-Pasang pagar tempat tidur
-Hindari pasien dari benda-benda yang membahayakan
-Perhatikan saat pasien beraktivitas
-Pemberian obot anti epilepsi/kejang sesuai program dokter
J. IMPLEMENTASI
-Mengobservasi Tanda-tanda
Vital/TTV
K. EVALUASI
(SOAP)
Diagnosa 1
S: ibu pasien menatakan anak nya sudah tidak ada demam, tidak lemas,tidak ada
mual,tidak ada muntah,tidak ada diare, Bab sehari 2 kali lembek
O: TD 95/67 mmHg, Nadi 84x/menit, Pernapasan 22x/menit, suhu 37,0 c, SpO2 99%.,
kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, mukosa bibir lembab,turgor kulit elastis,
mata tidak cekung, Hb12.9 Ht 37.1
Trombosit 123.000 Leukosit 4.950, Hitung Jenis 0.2/0.0/46.3/34.1/19.4
Urinalisis Normal,Hasil swab kedua tgl 12/10/20 negatif, BB 26,5 kg, TB 130 cm, Balance
cairan/24 jam = + 300 ml, diuresis 2,5 cc/kg/bb/jam
A: Masalah kekurangan cairan tubuh dan elektrolit dapat teratasi
P: Lanjutkan intervensi di ruang rawat non infeksi pasien sudah dipindah kan ke ruang
rawat gedung A, karena swab sudah 2kali negatif
Diagnosa 2
S:Ibu pasien mengatakan sudah tidak ada demam
O: TD 95/67 mmHg, Nadi 84x/menit, Pernapasan 22x/menit, suhu 37,0 c, SpO2 99%.,
kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, swab kedua dan ketiga sudah negatif tgl
12/10/2020
A: masalah peningkatan suhu tubuh sudah teratasi
P: Lanjutkan intervensi di ruang rawat non infeksi,pasien dipindahkan ke ruang rawat ke
Gedung A
Diagnosa 3
S: ibu pasien mengatakan anak nya gelisah,gerakan aktif
Ibu pasien mengatakan mengerti akan selalu menjaga anak nya agar tidak cedera/jatuh
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada kejang
O: Anak tampak gelisah,ada gerakan aktif tidak terkontrol
Tidak ada kejang,tidak ada cedera
A: Masalah resiko injury tidak terjadi
P: Intervensi dilanjutkan di ruang rawat inap biasa gedung A