Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN CEREBRAL PALSY DI


YPAC MAKASSAR

REVIEW STUDI KASUS

Oleh:
RIKA PUTRI PERMATA
NIM : 01.3.21.00500

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI


PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
T.A 2021/2022
STIKES RS BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

Nama : RIKA PUTRI PERMATA


NIM : 01.3.21.00500
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN CEREBRAL
PALSY DI YPAC MAKASSAR

Mengetahui, Kediri, 2 Desember 2021


Dosen Pembimbing Mahasiswa

Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep Rika Putri Permata

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep

KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih
Anugerah-Nya, Penyertaan-Nya, Perlindungan-Nya, serta Petunjuk-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan “ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN
CEREBRAL PALSY DI YPAC MAKASSAR “
Dalam kesempatan ini dengan suka cita saya mengucapkan terima kasih
kepada:
Ibu Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing pada praktik profesi
asuhan keperawatan anak yang memberikan kesempatan dan bimbingan kepada kami
dalam melaksanakan kegiatan.
Saya menyadari bahwa laporan asuhan keperawatan ini jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran dalam perbaikan langkah selanjutnya sangat saya harapkan.

Kediri, 2 Desember 2021

Penyusun

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Medis


1.1.1 Pengertian
Cerebral palsy (CP) adalah salah satu jenis gangguan/kelainan yang
masuk kedalam kelompok anak tuna daksa. Sulit bagi kita menerjemahkan
kata cerebral palsy atau lebih kita kenal dengan istilah CP ke dalam Bahasa
Indonesia. Menurut asal katanya CP berasal dari kata cerebral = otak dan
palsy = kekakuan, sehingga CP diartikan sebagai kekakuan pada otak .
Cerebral palsy merupakan salah satu bentuk brain injury, yaitu suatu
kondisi yang mempengaruhi pengendalian system motorik sebagai akibat lesi
dalam otak. Yaitu adanya gangguan perkembangan maupun pengendalian
fungsi motorik pada anak. Bisa juga dikatakan suatu kelainan motorik non
progresif artinya luka tidak menghasilkan degenerasi otak secara terus
menerus. Luka pada otak anak hanya terjadi sekali saja, sedangkan cidera otak
pada saat luka merupakan tingkat kerusakan untuk sisa kehidupan anak
(Liswati, 2012).
CP adalah sindroma postur dan gangguan motorik yang nonprogresif
yang menyebabkan terbatasnya aktivitas dan seringkali disertai gangguan
kognitif atau defisit visual. Hal itu disebabkan oleh adanya kerusakan otak
nonprogresif atau disfungsi perkembangan otak pada saat janin maupun bayi
(Sitorus dkk, 2016).

1.1.2 Etiologi
Cerebral palsy bukan penyakit yang beridir sendiri tetapi nama yang
diberikan untuk variasi dari sindrom kerusakan saraf motorik yang terjadi
sekunder dan menjadi lesi dalam perkembangan otak. Kerusakan bersifat
permanen dan tidak dapat disembuhkan tetapi dampak dari CP dapat
diperkecil. Etiologi CP dibagi menjadi tiga :
a. Prenatal
1) Infeksi TORCH
2) Keracunan
3) Radiasi sinar X
b. Natal
1) Anoksia
2) Perdarahan otak
3) Premature
4) Ikterus
c. Postnatal
1) Trauma kapitis
2) Ensefalitis
3) Meningitis
4) Luka parut pasca bedah
Faktor risiko terjadinya CP antara lain jenis kelamin, ras, genetic,
sosioekonomi, riwayat obstetric, penyakit yang diderita ibu, primipara,
malnutrisi, BBLR, skor APGAR (Sitorus dkk, 2016).

1.1.3 Pembagian Cerebral Palsy


Adapun pengelompokkan yang masih sering digunakan dibagi ke dalam
beberapa hal, yaitu:
a. Dilihat Dari Pergerakan Otot-Otot
1) Jenis Spastik Tipe spastik ini ditandai dengan adanya gejala
kekejangan atau kekakuan pada sebagian atau seluruh otot.
Kekakuan ini timbul sewaktu akan digerakan sesuai dengan
kehendak. Dalam keadaan ketergantungan emosional kekakuan atau
senjangan itu akan makin bertambah, sebaliknya dalam keadaan
tenang gejala itu menjadi berkurang. Pada umumnya anak CP jenis
spastik ini memiliki tingkat kecerdasan yang tidak terlalu rendah.
Diantara mereka ada yang normal bahkan ada yang diatas normal.
2) Jenis Athetoid
Pada tipe ini tidak tedapat kekejangan atau kekakuan. Otot-ototnya
dapat digerakan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada
system gerak. Hampir semua gerakan terjadi diluar control.
Gerakan yang dimaksud adalah dengan ada tidaknya control dan
kordinasi gerak.
3) Jenis Ataxia
Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan
kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada
waktu berdiri dan berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak
pada system koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak,
akibatnya anak tuna tipe ini mengalami gangguan dalam hal
koordinasi ruang dan ukuran, sebagai contoh dalam kehidupan
sehari-hari : pada saat makan mulut terkatup terlebih dahulu
sebelum sendok berisi makanan sampai di ujung mulut.
4) Jenis Rigid
Pada tipe ini didapat kekakuan otot tetapi tidak seperti tipe spastik,
gerakannya tampak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih
tampak
5) Jenis Tremor
Gejala yang tampak jelas pada tipe ini adalah senantiasa dijumpai
adanya gerakan-gerakan kecil dan terus-menerus berlansung
sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran. Gerakan ini dapat
terjadi pada kepala, mata, tungkai, dan bibir.
6) Jenis Campuran
Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis ataupun lebih
gejala tuna CP sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan
dengan anak yang hanya memiliki satu jenis tipe kecacatan luar
biasa pada umumnya dan anak CP pada khususnya

b. Pembagian Menurut Jumlah Anggota Badan yang Mengalami


Kelainan
1) Kelumpuhan Paraplegia adalah lumpuh pada kedua tungkai.
2) Kelumpuhan Diplegia adalah lumpuh kedua tangan kanan dan
kiri atau kaki kanan dan kiri.
3) Kelumpuhan Tetraplegia atau Quadriplegia adalah tiap
anggota gerak mengalami kelumpuhan misalnya tangan kanan
dan kedua kakinya lumpuh atau tangan kiri dan kedua kakinya
lumpuh.’
4) Kelumpuhan Hemiplegia adalah lumpuh anggota gerak atas
dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan
kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri.
5) Kelumpuhan Monoplegia adalah hanya satu anggota tubuh
yang lumpuh misalnya kaki kiri sedang kaki kanan dan kedua
tangannya normal.
6) Kelumpuhan Double Hemiplegia
c. Pembagian Menurut Berat Ringannya Berdasarkan Derajat Gangguan
Fungsi dan Bagian Luas Jaringan
1) Golongan Ringan Cerebral palsy yang termasuk golongan
ringan pada umumnya dapat hidup secara mandiri, tanpa
banyak memerlukan bantuan orang lain. Hal ini karena
kelainan yang disandang tidak banyak mengganggu dirinya
dalam memenuhi kebutuhan seharihari, demikian pula dalam
mengikuti pendidikan. Yang termasuk CP golongan ringan
misalnya mereka yang mengalami spastik ataupun paralysis
monoplegia, karena kelainannya hanya ada pada satu organ
gerak saja, sementara tiga organ gerak yang lain dapat
dilakukan sendiri dengan demikian hanya penyandang CP
dengan kelainan tunggal yang termasuk golongan ringan
2) Golongan Sedang
Cerebral palsy yang termasuk pada golongan sedang adalah
anak-anak CP yang memerlukan pertolongan khusus dan
pendidikan khusus agar anak-anak tersebut dapat mengurus
dirinya sendiri dapat pindah/ambulasi sendiri dan dapat
berbicara. Mungkin anak-anak CP golongan ini memerlukan
peralatan khusus seperti kruk, brase dan lain-lain untuk
membantu latihan pola gerak dan penguat tubuh dalam
melakukan ambulasi. Bantuan-bantuan khusus yang diberikan
dengan maksud agar mereka mampu mengurus diri sendiri
mampu berjalan dan berbicara.
3) Golongan Berat
Cerebral palsy yang termasuk golongan berat sudah
menunjukkan kelainan yang sedemikian rupa, sehingga sama
sekali sulit melakukan kegiatan-kegiatan fisik dan tidak
mungkin dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Sangat sulit
untuk meningkatkan kemampuan kemandirian anak jadi
latihan dan rehabilitas yang diberikan kepada mereka sangan
kecil hasilnya. CP yang termasuk golongan berat ini selalu
memerlukan perwatan dan pertolongan orang lain selama
hidupnya

1.1.4 Patofisiologi
Cerebral Palsy Pada CP terjadi kerusakan pada pusat motorik dan
menyebabkan terganggunya fungsi gerak yang normal. Pada kerusakan
korteks cerebri terjadi kontraksi otak yang terus menerus dimana disebabkan
oleh karena tidak terdapatnya inhibisi langsung pada lengkung reflex. Bila
terdapat cidera berat pada system ekstra pyramidal dapat menyebabkan
gangguan pada semua gerak atau hypotonic, termasuk kemampuan bicara.
Namun bila hanya cedera ringan maka gerakan gross motor dapat dilakukan
tetapi tidak terkoordinasi dengan baik dan gerakan motorik halus sering kali
tidak dapat dilakukan. Gangguan proses sensorik primer terjadi di serebelum
yang mengakibatkan terjadinya ataksia. Pada keterbatasan gerak akibat fungsi
motor control akan berdampak juga pada proses sensorik (Hardiman, 2013).

1.1.5 Patway

Prenatal Natal Post natal

- Malformasi
congenital - Anoksial - Trauma kapitis
- Infeksi dalam hipoksia - Infeksi
kandungan - Perdarahan - Kem ikterus
- Radiasi intra cranial
- Tok gravidarum - Trauma lahir
- Afiksia dalam - Prematuritas
kandungan

Cerebral plasy

Non Operative
operative

Kerusakan Kecacatan Kerusakan Kerusakan


nerfus multifase motorik N troklearis
okulomotorius Fisioterapi Luka
insisi

Gangguan Kelumpuhan
Strabismus Gangguan
tumbuh sepastisitas pendengaran
kembang
Kerusakan
jaringan
Gangguan
sensori Hambatasn Gangguan
persepsi mobilitas komunikasi
fisik verbal
Risiko
cidera

1.1.6 Manifestasi Klinis Cerebral Palsy


Anak CP memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Kemampuan Motorik Anak CP memiliki gangguan fungsi motorik.
Gangguan ini berupa kekakuan, kelumpuhan, kurang koordinasi, hilang
keseimbangan dan munculnya gerakan-gerakan ritmis. Gangguan ini
tidak hanya berakibat kepada fungsi anggota gerak tetapi fungsifungsi
lain yang berhubungan dengan masalah motorik lain seperti gangguan
bicara, mengunyah, dan menelan.

b. Kemampuan Sensoris Pada umumnya anak CP juga memiliki gangguan


dalam hal sensorisnya. Gangguan sensoris tersebut meliputi gangguan
penglihatan, gangguan pendengaran, dan gangguan kinestetik-taktil.

c. Kemampuan Intelektual Kemampuan intelektual anak CP beragam dari


rentang idiot sampai gifted, tetapi sebagian besar penderita cerebral palsy
mengalami keterbelakangan mental. 1/3 dari populasi anak CP
mengalami keterbelakangan mental berat.

d. Kemampuan Persepsi Peristiwa persepsi terjadi di otak. Karena kerusakan


pada anak CP terjadi di otak, maka pada umumnya mereka juga
mengalami gangguan persepsi baik itu secara visual, auditif maupun
kinestetiktaktil.

e. Kemampuan Berbicara dan Komunikasi Sebagian besar anak CP


mengalami gangguan bicara sebagai akibat dari kekakuan otot-otot
motorik bicara mereka. Gangguan bicara yang terjadi dapat mengarah
kepada gangguan komunikasi. Anak CP mengalami kesulitan dan
mengungkapkan ide dan gagasan mereka bahkan banyak diantara mereka
yang bicaranya tidak jelas sehingga sukar dipahami maksud
pembicaraanya

f. Kemampuan Emosi dan Penyesuaian Sosial Kebanyakan anak CP


mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial ini berkaitan dengan
konsep yang mereka miliki

1.1.7 Pemeriksaan Penunjang Cerebral Palsy


Cerebral palsy dapat didiagnosis menggunakan kriteria Levine (POSTER).
POSTER terdiri dari :
a. P – Posturing/Abnormal Movement (Gangguan Posisi Tubuh atau
Gangguan Bergerak).
b. O – Oropharyngeal Problems (Gangguan Menelan atau Fokus di Lidah).
c. S – Strabismus (Kedudukan Bola Mata Tidak Sejajar)
d. T – Tone (Hipertonus atau Hipotonus).
e. E – Evolution Maldevelopment (Refleks Primitif Menetap atau Refleks
Protective Equilibrium Gagal Berkembang).
f. R – Reflexes (Peningkatan Refleks Tendon atau Refleks Babinski
menetep). Abnormalitas empat dari enam kategori diatas dapat
menguatkan diagnosis CP (Sitorus dkk, 2016)

1.1.8 Penatalaksanaan Cerebral Palsy


Tidak ada terapi standar untuk semua kasus, tergantung dari gejala, jenis dan
derajat beratnya cerebral palsy. Terapi mencakup :
a. Terapi Fisik Tujuan utama untuk memperbaiki fungsi alat gerak,
mengontrol gerakan refleks patologis, merangsang gerakan yang normal.
Metode yang digunakan antara lain : Vojta, Bobaath, Peto, Doman-
Delecato, Phelps, Shang Dian, Brunnstrom.
b. Terapi Okupasi Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan untuk
menolong diri sendiri, memperbaikikemampuan motorik halus, penderita
dilatih supaya bisa mengena-kan pakaian, makan, minum dan
keterampilan lainnya.Terapi motorik disesuaikan dengan jenishambatan
dan kelainan. Meningkatkan kemampuan gerak pada persendian,
meningkatkankekuatan otot, meningkatkan pengontrolan motorik tubuh.
c. Terapi Wicara Latihan vonsi : melatih gerakan bibir, lidah, otot-otot
vocal. Latihan pemahaman Bahasa. Latihan mengungkapkan: termasuk
mengungkapkan dengan bahasa verbal atau nonverbal.
d. Alat Bantu Alat bantu untuk menopang tubuh,siku, kaki, lutut, agar fungsi
persendian tetap terjaga dan tidak terjadi perubahan bentuk.
e. Terapi Bedah Bila terjadi kekakuan dan kelainan bentuk sendi pada pasien
diatas usia 5 tahun.
f. Terapi Obat-obatan Untuk merangsang saraf otak dan roboransia yang
sesuai, mencegah kejang pada kasus kejang (Erico, 2011).

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Kaji Riwayat Kehamilan Ibu
b. Kaji Riwayat Persalinan
c. Identifikasi Anak yang Mempunyai Risiko
d. Kaji Iritabel Anak, Kesukaran Dalam Makan/Menelan, Perkembangan Yang
Terlambat Dari Anak Normal, Perkembangan Pergerakan Kurang, Postur
Tubuh Yang Abnormal, Refleks Bayi Yang Persisten, Ataxic, Kurangnya
Tonus Otot.
e. Monitor Respon Bermain Anak
f. Kaji Fungsi Intelektual
g. Riwayat Penyakit Dahulu : Kelahiran Premature Dan Tauma Lahir
h. Riwayat Penyakit Sekarang : Kelemahan Otot, Retardasi Mental, Gangguan
Hebat- Hipotonia, Melempar/Hisap Makan, Gangguan Bicara/Suara, Visual
Dan Mendengar.
1.2.1 Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan Defisiensi Stimulus
b. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan Gangguan
neuromuskuler

Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan Defisiensi Stimulus


Gangguan Tumbuh Kembang ( D.0106)
Kategori : Psikologis
Subkategori :Pertumbuhan dan Perkembangan
Definisi
Kondisi individu mengalami gangguan kemampuan bertumbuh dan berkembang
sesuai dengan kelompok usia
Penyebab
1. Elek ketidakmampuan fisik
2. Keterbatasan lingkungan
3. Inkonsistensi respon
4. Pengabaian
5. Terpisah dari orang tua tua dan/atau orang terdekat
6. Defisiensi stimulus
Penyebab Objektif
Subjektif 1. Tidak mampu melakukan keterampilan
(tidak tersedia) atau perilaku khas sesuai usia (fisik,
bahasa, motorik, psikososial)
2. Pertumbuhan fisik terganggu
Gejala Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Tidak mampu melakukan perawatan
diri sesuai usia
2. Afek datar
3. Raspon sosial lambat
4. Kontak mata terbatas
5. Nafsu makan menurun
6. Lesu
7. Mudah Marah
8. Regresi
9. Pola tidur terganggu (pada bayi)
Kondisi Klinis Terkait
1. Hipotiroidismo
2. Sindrom gagal tumbuh (Failure to Thrive Syndrome)
3. Leukemia
4. Defisiensi hormon pertumbuhan
5. Dementia
6. Delirium
7. Kelainan jantung bawaan
8. Penyakit Kronis
9. Gangguan Kepribadian

SLKI
Status Perkembangan L.10101
Definisi
Kemampuan untuk berkembang sesuai dengan kelompok usia
Ekspektasi Membaik
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningka
t
Keterampilan 1 2 3 4 5
perilaku sesuai
usia
Kemampuan 1 2 3 4 5
melakukan
perawata diri
Respon Sosial 1 2 3 4 5
Kontak Mata 1 2 3 4 5

Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun


Meningkat Menurun
Kemarahan 1 2 3 4 5

Regresi 1 2 3 4 5

Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik


Memburu Membaik
k
Afek 1 2 3 4 5

Pola Tidur 1 2 3 4 5

SIKI
Perawatan Perkembangan I.10339
Definisi
Mengidenafikasi dan merawat untuk menfasilitasi perkembangan yang optimal
pada aspek motorik halus, motorik kasar bahasa, kognitif, sosial, emosional di tiap
tahapan usia anak
Tindakan
Observasi
- Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
- Identifikasi layaral perilaku dan fisiologis yang ditunjukkan bayi (mis lapar,
tidak nyaman)
Terapeutik
- Pertahankan sentuhan saminimal mungkin pada bayi prematur
- Berikan sentuhan yang bersifal gertle dan tidak ragu-ragu
- Minimalkan nyeri
- Minimalkan kebisingan ruangan
- Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal
- Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
- Sediakan aktivitas yang memotivasi anak berinteraksi dengan anak lainnya
- Fasilitasi anak barbagi dan bergaria /bergilir
- Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan positif atau umpan
balik atas usahanya
- Pertahankan kenyamanan anak
- Fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara mandiri (mis
makan, sikat gigi, cuci tangan memakai baju)
- Bernyanyi bersama anak lagu-lagu yang disukai
- Bacakan cerita atau dongeng
- Dukung partisipasi anak di sekolah, ekstrakurikuler dan aktivitas komunitas
Edukasi
- Jelaskan orang tua dan/atau pengasuh tentang milestone perkembangan anak
dan perilaku anak
- Anjurkan orang tua menyentuh dan menggendong bayinya
- Anjurkan orang tua berinter, aksi dengan anaknya
- Ajarkan anak keterampilan berinteraksi
- Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi
-Rujuk untuk Konseling, Jika Perlu

SDKI
Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan Gangguan neuromuskuler
(D.00119)
Definisi : Penurunan, perlambatan, atau ketiadaan kemampuan untuk menerima,
memproses, mengirim, dan/atau menggunakan sistem simbol.

Gejala dan Tanda mayor Penyebab


Subjektif 1. Penurunan sirkulasi serebral
1. Tidak tersedia 2. Gangguan neuromuskuler
Objektif 3. Gangguan pendengaran
2. Tidak mampu berbicara atau 4. Gangguan musculoskeletal
mendengar
5. Kelainan palatum
3. Menunjukkan respon tidak sesuai
6. Hambatan fisik (mis.
Terpasang trakheostomi,
intubasi, krikotiroidektomi)
Gejala dan Tanda minor
7. Hambatan individu (mis.
Subyektif
Ketakutan, kecemasan,
1. Tidak tersedia merasa malu, emosional,
kurang privasi)
Objektif
8. Hambatan psikologis (mis.
1. Afasia Gangguan psikotik,
2. Disfasia gangguan konsep diri, harga
diri rendah, ganggaun emosi)
3. Apraksia
9. Hambatan lingkungan (mis.
4. Disleksia Ketidakcukupan informasi,
5. Disartria ketiadaan orang terdekat,
ketidaksesuaian budaya,
6. Afonia Bahasa asing)
7. Dislalia
8. Pelo
9. Gagap
10. Tidak ada kontak mata
11. Sulit memahami komunikasi
12. Sulit mempertahankan komunikasi
13. Sulit menggunakan ekspresi wajah
atau tubuh
14. Tidak mampu menggunakan
ekspresi wajah atau tubuh
15. Sulit menyusun kalimat
16. Verbalisasi tidak tepat
17. Sulit menggunakan kata-kata
18. Disorientasi orang, ruang, waktu
19. Defisit penglihatan
20. Delusi

Kondisi Klinis Terkait


1. Stroke
2. Cedera kepala
3. Trauma wajah
4. Peningkatan tekanan intracranial
5. Hipoksia kronis
6. Tumor
7. Miastenia gravis
8. Sclerosis multiple
9. Distropi muskuler
10. Penyakit Alzheimer
11. Kuadriplegia
12. Labiopalatoskizis
13. Infeksi laring
14. Fraktur rahang
15. Skizofrenia
16. Delusi
17. Paranoid
18. Autisme

SLKI : Komunikasi verbal .Kode: (L.13118 )


Definisi : Kemampuan menerima, memproses, mengirim, dan/atau menggunakan
sistem simbol.
Membur Cukup Sedang Cukup Membaik
uk membu membaik
ruk
Ekspetasi meningkat
Kriteria hasil
Kemampuan 1 2 3 4 5
berbicara
Kemampuan 1 2 3 4 5
mendengar
Kesesuaian 1 2 3 4 5
ekspresi
wajah/tubuh
Kontak mata 1 2 3 4 5

Asifia 1 2 3 4 5

Disfaksia 1 2 3 4 5

Pelo 1 2 3 4 5

Gagap 1 2 3 4 5

Respon perilaku 1 2 3 4 5

Pemahaman 1 2 3 4 5
komunikasi

SIKI
Promosi Komunikasi Deficit Bicara
Promosi Komunikasi Deficit Bicara I.13492
Definisi : Menggunakan teknik komunikasi tambahan pada individu dengan gangguan
pengelihatan
Tindakan
Observasi
 Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume dasn diksi bicara
 Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan dengan bicara
 Monitor frustrasi, marah, depresi atau hal lain yang menganggu bicara
 Identifikasi prilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
Terapeutik
 Gunakan metode komunikasi alternative (mis: menulis, berkedip, papan
Komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan, dan computer)
 Sesuaikan gaya Komunikasi dengan kebutuhan (mis: berdiri di depan pasien,
dengarkan dengan seksama, tunjukkan satu gagasan atau pemikiran sekaligus,
bicaralah dengan perlahan sambil menghindari teriakan, gunakan Komunikasi
tertulis, atau meminta bantuan keluarga untuk memahami ucapan pasien.
 Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan
 Ulangi apa yang disampaikan pasien
 Berikan dukungan psikologis
 Gunakan juru bicara, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan berbicara perlahan
 Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis dan fisiologis yang
berhubungan dengan kemampuan berbicara
Kolaborasi
 Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis

1.2.2 Evaluasi
1 Perkembangan anak dapat sesuai dengan usianya
2 Perkembangan komunikasi pada anak dapat sesuai dengan usianya

DAFTAR PUSTAKA

Ani. 2017. Pathway Cerebral Palsy. https://www.scribd.com diakses pada 25


desember 2017.
Erico. 2011. Penatalaksanaan Cerebral Palsy. https://www.scribd.com. Diakses pada
25 desember 2017.
Hardiman, Budi. 2013. Naskah Publikasi “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus
Cerebral Palsy Quadriplegi dengan Metode Neuro Development Treatment
(NDT) di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta”. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Liswati. 2012. Mengembangkan Potensi Diri Anak Cerebral Palsy di Sekolah Inklusi
Melalui Latihan Kecakapan Hidup. Jurnal Pendidikan Khusus. Vol IX No. 1.
Sitorus, Franisca Santa Ana Boru dkk. 2016. Pravalensi Anak Cerebral Palsy di
Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode
2015. Jurnal Kedokteran Klinik. Vol 1 No. 1.

STIKES RS. BAPTIS KEDIRI


PRODI PENDIDIKAN NERS PROGRAM PROFESI
LEMBAR BIMBINGAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

NAMA : RIKA PUTRI PERMATA


NIM : 01.3.21.00500
No Tanggal Kegiatan Masalah Tanda
tangan CI/
Dosen
1 2 Desember 1. Preconference
2021 Kasus 2

Kediri , November 2021


Dosen Pembimbing

Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep

Anda mungkin juga menyukai