Anda di halaman 1dari 9

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Hak asasi manusia atau yang sering disebut dengan HAM adalah suatu hak yang
dimiliki seseorang sejak lahir seperti hak untuk hidup seperti yang tertuang dalam UUD
1945 dalam pasal 28 A yang berbunyi “setiap orang berhak untuk hidup dan
mempertahankan hidupnya” artinya setiap orang berhak untuk hidup, memenuhi
kebutuhannya, serta mempertahankannya dengan tenang dan bebas. Tanpa
diganggu dan dicampur tangani oleh siapapun, baik oleh individu, kelompok, maupun
oleh Negara. Mereka berhak atas kelangsungan hidup tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Dasar hokum yang menjamin hak untuk hidup di Indonesia juga terdapat dalam
pasal 9 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
yang berbunyi :
1. setiap orang berhak untuk hidup mempertahankan hidup dan meningkatkan
taraf kehidupannya
2. setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan
batin
3. setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat

kejahatan terhadap umat manusia adalah istilah di dalam hokum internasional yang
mengacu pada tindakan pembunuhan dengan penyiksaan terhadap tubuh dari orang-
orang, sebagai suatu kejahatan penyerangan terhadap yang lain.
Dalam hal ini Pertanggung jawaban komandan militer dan atasan sipil komandan
militer dapat dipertanggung jawabkan atas pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh
pasukan atau anak buah yang berada di bawah komandonya. Ketentuan ini terdapat
dalam pasal 42 yaitu : komandan militer atau seseorang yang secara efektif bertindak
sebagai komandan militer dapat dipertanggung jawabkan terhadap pelanggaran HAM
berat yang dilakukan pasukan yang berada di bawah komando dan pengendaliannya
yang efektif, atau di bawah kekuasaan dan pengendalian yang efektif dan pelanggaran
HAM berat tersebut merupakan akibat dari tidak dilakukan pengendalian pasukan
secara patut, yaitu komandan militer atau seseorang tersebut mengetahui bahwa pasukan
tersebut sedang melakukan atau baru saja melakukan pelanggaran HAM berat dan ii.
Komandan militer atau seseorang tersebut tidak melakukan tindaka yang layak dan
diperlukan dalam ruang lingkup kekuasaannya untuk mencegah atau menghentikan
perbuatan tersebutatau menyerahkan pelakunya kepada pejabat yang berwenang untuk
dilakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan.

1
seperti halnya dalam kasus pembunuhan yang dilakukan oleh oknum TNI prada DP
yang membunuh pacarnya, Fera Oktaria secara sadis.
Pembunuhan secara harfiah berarti menghilangkan nyawa orang lain sengan cara
melawan hukum dan merugikan kepentingan pihak lain, dalam hal ini menghilangkan
nyawa seseorang dapat dikatakan sangat bertentangan dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dari sekian
banyak kejahatan yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat adalah kejahatan
terhadap tubuh dan nyawa, artinya kejahatan terhadap nyawa ( misdrijven tegen bet
leven ) berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa penyebab terjadinya kasus pembunuhan yang dilakukan oleh


Oknum TNI Prada DP terhadap kekasihnya Fera Oktaria?
2. Bagiamana Proses peradilan Militer
3. Bagaimana proses Hukum atau tindak Hukum yang dijalani
Prada DP ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kasus pembunuhan yang


dilakukan oleh oknum TNI Prada DP terhadap kekasihnya Fera
Oktaria
2. Untuk mengetahui bagaimana proses peradilan militer
3. Untuk mengetahui Proses Hukum atau tindak hokum yang dijalani
Prada DP

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Penyebab terjadinya Pembunuhan

Prada DP adalah seorang siswa ( anggota TNI) yang tengah menjalani pendidikan,
Prada DP diduga membunuh Fera Oktaria tak lain adalah kekasihnya yang ditemukan
membusuk dengan kondisi tangan terpotong dan tanpa busana di kamar penginapan di
Musi Banyuasin, Jumat (10/5). Dari petunjuk yang ada, petugas menyimpulkan
pelakunya adalah Prada DP yang kabur dari tempat pendidikan sejak 4 Mei 2019.

Pembunuhan ini terjadi lantaran Prada DP belum siap menikahi korban karena
tengah menjalani masa pendidikan sebagai anggota TNI. Setelah membunuh korban,
Prada DP memutuskan untuk kabur namun akhirnya ditangkap Pomdam II Sriwijaya
saat berada di salah satu padepokan di serang, Banten, Kamis (13/6).

Anggota TNI Prada DP membunuh pacarnya, fera oktaria secara sadis. Dalam
persidangan di Pengadilan Militer 1-04 Jakabaring Palembang, terungkap kekejaman
DP saat menghabisi Fera.

Pembunuhan diawali keributan keduanya usai berhubungan badan di kamar


penginapan sungai lilin, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Penyebabnya lantaran
ponsel korban terkunci dan sandinya tak bisa di buka dengan nomor yang telah
disepakati, yakni tanggal pertama kali pacaran 091914.

Perubahan sandi ponsel itu membuat terdakwa curiga. Dia merasa korban telah
memiliki pacar lain sehingga menyembunyikan rahasia. Terdakwa yang emosi
membenturkan kepala korban ke dinding hingga pingsan. Dalam keadaan emosi,
terdakwa lalu membekap mulut korban hingga tewas.

Berikut deretan kekejaman yang dilakukan Prada DP terhadap kekasihnya Fera


Oktaria :

1. Tolak Tanggung Jawab Pacar Hamil 2 Bulan

Dalam persidangan Prada DP (22) mengaku sempat berhubungan badan dua kali
dengan pacarnya, Fera Oktaria (21), di penginapan sebelum pembunuhan.

3
Korban menyebut dirinya tengah hamil 2 bulan akibat hubungan terlarang yang
telah dilakukan antara korban (fera ) dan terdakwa (Prada DP).

“kamu mau enak saja berhubungan (bersetubuh) terus, kapan kamu mau
menikahi saya?, ya sekarang saya sudah hamil dua bulan”. Kata Oditur Mayor D
Butar menirukan ucapan korban saat membacakan dakwaan.

Mendengar jawaban itu membuat terdakwa naik pitam. Dia langsung


membenturkan kepala korban ke dinding hingga pingsan. Dalam keadaan emosi,
terdakwa membekap mulut korban hingga tewas.
Sebelumnya “Prada DP telah berencana untuk membunuh korban jika memiliki
pria lain katanya”.

2. Kali Gergaji Untuk Hilangkan Jejak

Usai menghabisi nyawa pacarnya, Fera Oktaria(21), Prada DP mencoba


menghilangkan jejak dengan cara memutilasi dan membakar. Usaha itu gagal
lantaran dua gergaji yang dipakai patah saat memotong tangan korban. Oditur
Mayor D Butar Butar menjelaskan, terdakwa dua kali berusaha memotong tubuh
korban usai pembunuhan. Namun semuanya gagal lantaran gergaji yang
digunakan Prada DP patah.

Percobaan pertama ketika terdakwa mendapatkan gergaji di gudang penginapan.


Dia memotong tangan korban namun belum sepenuhnya terpotong gergaji itu
tiba-tiba patah.

“gergaji itu patah sebelum tangan korban putus,” ungkap Mayor D Butar Butar
di pengadilan Militer 1-04 Jakabaring Palembang, Kamis (1/8).

Tak ingin rencananya gagal total, terdakwa pergi ke pasar menggunakan sepeda
motor korban. Terdakwa membeli gergaji, tas, koper, dan buah jeruk. Setelah itu
diapun kembali ke kamar penginapan. Tak lama-lama berpikir, terdakwa
kembali mencoba memotong tubuh korban. Dia berencana memasukkan
potongan tubuh itu ke dalam koper yang ia beli.

“tangan korban putus, tapi gergaji itu kembali patah,” kata dia (Prada DP).

4
3. Masukkan Mayat Pacar Ke Koper Usai Gagal Dimutilasi &
Dibakar

Setelah dua kali mencoba memutilasi tubuh korban namun gagal karena dua
gergaji yang di pakai patah semua. Hanya tangan kanan korban saja yang sempat
terpotong.

Selain itu, terdakwa berusaha membakar mayat korban dan hasilnya juga gagal
lantaran obat nyamuk yang dibakar padam. Padahal, dia sudah menyiramkan
bahan bakar jenis pertalite ke sekujur tubuh korban.

Gagal dengan usaha itu, terdakwa mencoba usaha lain. Dia bermaksud
memasukkan korban ke koper yang di belinya di pasar. Lagi-lagi gagal karena
tidak muat.
“ setelah diukur terdakwa, ternuyata tidak pas. Dia membatalkan memasukkan
jasad korban,” ungkap Mayor D butar butar dalam persidangan di pengadilan
Militer I-04 Jakabaring Palembang, kamis (1/8).

2.2Proses Hukum Peradilan Militer

Ketentuan UU No 34. Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (UU


TNI), tidak dibatasi apakah anggota TNI tersebut sedang menjalankan tugas
atau tidak , sedang menggunakan seragam atau tidak, sehingga dapat diartikan
bahwa sekalipun anggota TNI tersebut tidak dalam menjalankan tugas ataupun
tidak menggukan seragam, tetap wajib untuk mematuhi ketentuan TNI.

Terlebih apabila sikap anggota TNI bertentangan dengan tugas pokok TNI
sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat (1) UU TNI yang menyatakan bahwa:
“tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan
keutuhan wilayah Negara kesatuan republic Indonesia yang berdasarkan
undang-undang dasar Negara republic Indonesia tahun 1945, serta melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman
dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara”.

Kemudiaan mengenai tindakan kasus Pembunuhan yang dilakukan oleh Prada


DP telah diatur dalam pasal 9 ayat (1) UU No.31 Tahun 1997 tentang peradilan
militer sebagai berikut :
“pengadilan dalam lingkungan peradilan militer berwewenang:”

5
1 mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu
melakukan tindak pidanan adalah :
a. Prajurit
b. Yang berdasarkan undang-undang dipersamakan dengan prajurit
c. Anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang dipersamakan
atau dianggap sebagai prajurit berdasarkan undang-undang
d. Seseorang yang tidak masuk golongan huruf a, huruf b, dan huruf c, tetapi
atas keputusan panglima dengan persetujuan menteri kehakiman harus
diadili oleh suatu pengadilan dalam lingkungan peradilan militer.

Pasal 1 angka (13) UU TNI menyatakan bahwa prajurit adalah anggota TNI.
Dengan demikian, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di atas,
setiap anggota TNI yang sedang bertugas atau tidak, yang melakukan tindak pidanan
diadili di pengadilan dalam lingkungan militer.

Secara khusus, aturan tindak pidana yang dilakukan oleh anggota TNI tertuang
dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana MIliter (KUHPM). Namun demikian, pada
praktiknya ketentuan yang digunakan bagi anggota TNI yang melakukan tindak pidanan
selama dikategorikan sebagai tindak pidana umum, tetap menggunakan aturan yang
terdapat dalam kitab undang-undang hokum pidana (KUHP) akan tetapi tetap diadili di
pengadilan militer.

2.3Proses Hukum atau Tindak Hukum untuk Prada DP


Pertanggung jawaban komandan militer dan atasan sipil komandan militer dapat
dipertanggung jawabkan atas pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh pasukan atau
anak buah yang berada di bawah komandonya. Ketentuan ini terdapat dalam pasal 42
yaitu : komandan militer atau seseorang yang secara efektif bertindak sebagai
komandan militer dapat dipertanggung jawabkan terhadap pelanggaran HAM berat
yang dilakukan pasukan yang berada di bawah komando dan pengendaliannya yang
efektif, atau di bawah kekuasaan dan pengendalian yang efektif dan pelanggaran HAM
berat tersebut merupakan akibat dari tidak dilakukan pengendalian pasukan secara patut,
yaitu komandan militer atau seseorang tersebut mengetahui bahwa pasukan tersebut
sedang melakukan atau baru saja melakukan pelanggaran HAM berat dan ii. Komandan
militer atau seseorang tersebut tidak melakukan tindaka yang layak dan diperlukan
dalam ruang lingkup kekuasaannya untuk mencegah atau menghentikan perbuatan
tersebutatau menyerahkan pelakunya kepada pejabat yang berwenang untuk dilakukan
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan.

6
Prada DP akan menjalani proses persidangan di Pengadilan Militer I-04
Palembang setelah terlibat kasus pembunuhan serta mutilasi Fera Oktaria (21)
yang tak lain adalah kekasihnya sendiri.

Komandan Polisi Militer Kodam (Danpomdam) II Sriwijaya Kolonel CPM


Donald Siagian menjelaskan, proses persidangan seorang prajurit TNI hamper
sama dengan pidana Umum. Hanya saja ada beberapa hukuman tambahan
sebagai prajurit, seperti pemecatan dari kesatuan.

Prada DP didakwa dengan pasal berlapis karena membunuh pacarnya


sendiri, Fera Oktaria. Terdakwa didakwakan pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana dan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan. Pasal itu
dikenakan karena terdakwa telah merencakan pembunuhan saat bertemu,
ancamannya hukuman mati.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hak asasi manusia atau yang sering disebut dengan HAM adalah suatu hak yang
dimiliki seseorang sejak lahir seperti hak untuk hidup seperti yang tertuang dalam UUD
1945 dalam pasal 28 A yang berbunyi “setiap orang berhak untuk hidup dan
mempertahankan hidupnya” artinya setiap orang berhak untuk hidup, memenuhi
kebutuhannya, serta mempertahankannya dengan tenang dan bebas.

Terkait kasus pembunuhan yang telah dilakukan oleh Prada DP sudah melanggar
HAM dan termasuk pelanggaran HAM berat karena membunuh dan memutilasi
kekasinya yang tak lain adalah Fera Oktaria.

Prada DP adalah seorang siswa ( anggota TNI) yang tengah menjalani pendidikan,
Prada DP diduga membunuh Fera Oktaria tak lain adalah kekasihnya yang ditemukan
membusuk dengan kondisi tangan terpotong dan tanpa busana di kamar penginapan di
Musi Banyuasin, Jumat (10/5). Dari petunjuk yang ada, petugas menyimpulkan
pelakunya adalah Prada DP yang kabur dari tempat pendidikan sejak 4 Mei 2019.

Pembunuhan ini terjadi lantaran Prada DP belum siap menikahi korban karena
tengah menjalani masa pendidikan sebagai anggota TNI. Setelah membunuh korban,
Prada DP memutuskan untuk kabur namun akhirnya ditangkap Pomdam II Sriwijaya
saat berada di salah satu padepokan di serang, Banten, Kamis (13/6).

Akibat perbuatannya kini Prada DP harus mendekam di Penjara selama proses


persidangan berlangsung, dan Prada DP terancam hukuman berlapis bahkan hukuman
mati.

3.2 Saran

Perlu adanya penegakan hukum untuk para pelanggar HAM berat khususnya di
Indonesia terkait pembunuhan atau penghilangan secara paksa nyawa seseorang.
Bahkan oknum TNI Prada DP juga harus menjalani Proses hokum akibat tindakan dan
perbuatan yang telah ia lakukan.

Demikian makalah yang kami buat bila ada kesalahan kata dalam penulisan kami
mohon maaf atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/palembang
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp.

Anda mungkin juga menyukai