Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN ASUHAN KEPERWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN DIARE AKUT DI


RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN

REVIEW STUDI KASUS

OLEH :
RIKA PUTRI PERMATA
NIM : 01.3.21.00500

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

STIKES RS BAPTIS KEDIRI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

Nama : RIKA PUTRI PERMATA


NIM : 01.3.21.00500
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN DIARE
AKUT DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN

Mengetahui, Kediri, 6 Desember 2021


Dosen Pembimbing Mahasiswa

Maria Anita Y, S.Kep., Ns., M.Kes Rika Putri Permata

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep

KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih Anugerah-
Nya, Penyertaan-Nya, Perlindungan-Nya, serta Petunjuk-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan “ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN DIARE
AKUT DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN “
Dalam kesempatan ini dengan suka cita saya mengucapkan terima kasih
kepada:
Ibu Maria Anita Y, S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing pada praktik
profesi asuhan keperawatan anak yang memberikan kesempatan dan bimbingan
kepada kami dalam melaksanakan kegiatan.
Saya menyadari bahwa laporan asuhan keperawatan ini jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran dalam perbaikan langkah selanjutnya sangat saya harapkan.

Kediri, 6 Desember 2021

Penyusun

LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Teori
1.1.1 Definisi
Diare adalah peningkatan frekuensi atau penurunan konsistensi feses.
Diare pada anak dapat bersifat akut atau kronik (Carman, 2016)
Diare adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan
manifestasi di sertai muntah-muntah atau ketidaknyaman abdomen (Muttaqin
& Sari, 2011).
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan
frekwensi defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih
dari 200g per hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner&Suddart,
2014).

1.1.2 Etiologi
Etilogi diare menurut Brunner&Suddart (2014):
a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang,
gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom
Zollinger-Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.

1.1.3 Tanda dan gejala


Tanda dan Gelaja diare menurut Brunner&Suddart (2014):
a. Peningkatan frekwensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses
b. Kram abdomen, distensi, gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia dan
rasa haus, kontraksi anus dan nyeri serta mengejan yang tidak efektif
(tenemus) setiap kali defekasi.
c. Feses cair, yang mengindikasikan penyakit pada usus kecil
d. Feses semi padat, lunak yang disebakan oleh gangguan pada usus besar
e. Terdapat lender, darah, dan nanah dalam feses, yang menunjukan kolitis
atau inflamasi
f. Cipratan minyak pada cairan toilet, yang merupakan diagnosis
insufisiensi pancreas dan diare nokturnal, yang merupakan manifestasi
neuropatik diabetik.

1.1.4 Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita.
Diare akut didefenisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-
tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam
traktus GI. Diare akut biasanya sembuh sendiri (berlangsung kurang dari 14
hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
Diare infeksius akut (Gastroenteritis Infeksiosa) dapat disebabkan oleh
virus, bakteri dan parasit yang patogen.
b. Diare kronis sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan (lamanya sakit lebih dari 14 hari). Kerap
kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorbsi,
penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makan, 5 intoleransi
laktosa, atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari
penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
c. Diare intraktabel pada bayi merupakan sindrom yang terjadi pada bayi
dalam usia beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih lama dari 2
minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebab
dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebab yang paling
sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.
d. Diare kronis nonspesifik, yang juga dikenal dengan istilah kolon iritabel
Pada anak atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering
dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Anak-anak ini
memperlihatkan feses yang lembek yang sering disertai partikel makanan
yang tidak tercerna, dan lamanya diare melebihi 2 minggu. Anak-anak yang
menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan pada
anak-anak ini tidak terdapat gejala malnutrisi dan tidak ada darah dalam
fesesnya serta tidak tampak infeksi enterik.

1.1.5 Patofisiologi
Menurut Muttaqin & Sari (2011) secara umum kondisi peradangan pada
gastrointestinal disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa,
memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini
menghasilkan peningkatan sekresi cairan atau menurunkan absorpsi cairan
sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Mekanisme
dasar yang menyebabkan diare meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan
makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2) Respons inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan
intestinal akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan
respons peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding
usus ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
3) Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare.

1.1.6 Patway
Faktor infeksi F.malabsorbsi F.makanan F.Psikologi
KH,Lemak,Protein

Masuk dan meningk. Tekanan toksin tak dapat cemas


berkembang osmotik diserap
dalam usus

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga
menurunya kesempatan usus
menyerap makanan

DIARE

Frekuensi BAB meningkat distensi abdomen

Kehilangan cairan & elektrolit integritas kulit


berlebihan perianal

gangguan ketidakseimbangan gangguan Integritas kulit


cairan dan elektrolit Asidosis
Metabolik mual, muntah

sesak nafsu makan menurun

Gangguan Oksigensi BB menurun

Defisit Nutrisi
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
a. Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
b. Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
c. AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,
HCO3 menurun )
d. Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

1.1.8 Penalaksanaan Medis


Penatalaksanaan medis menurut Brunner&Suddart (2014):
a. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol gejala,
mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi penyakit penyebab
b. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-imflamasi) dan
antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)), defiknosilit (limotil)
dapat mengurangi tingkat keparahan diare.
c. Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat
diprogramkan
d. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi atau
diare tergolong berat
e. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang sangat
muda atau pasien lansia.
f. Terapi obat menurut Markum (2015):
1. obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2. obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3. antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.
1.2 Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi
juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x

c. Riwayat Penyakit Sekarang


BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5
hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari
(diare kronis).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
e. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan
susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan,
kebiasan cuci tangan,
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
h. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
1. Pertumbuhan
 Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-
rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
 Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
 Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
 Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
2. Perkembangan
a. Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
 Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal
dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
b. Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario
kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan
orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua
terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka
anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya
perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
c. Gerakan kasar dan halus, bicara, bahasa dan kecerdasan, bergaul
dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
 berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
 Meniru membuat garis lurus (GH)
 Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
 Melepasa pakaian sendiri (BM)
3. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat >35x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah,
minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus,
minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat >40x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat >120x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
meningkat >37,50C, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang >2 detik, kemerahan pada daerah
perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami
stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa,
dan kemudian menerima.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit bd diare
b. Defisit Nutrisi bd ketidakmampuan mencerna makanan

Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit bd diare


SDKI
Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit D.0037
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan

Definisi : berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit


Faktor Risiko :
1. Ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi dan intoksikasi air)
2. Kelebihan volume cairan
3. Gangguan mekanisme regulasi (mis. Diabetes)
4. Efek samping prosedur (mis. Pembedahan)
5. Diare
6. Muntah
7. Disfungsi ginjal
8. Disfungsi regulasi endokrin
Kondisi Klinis Terkait
1. Gagal ginjal
2. Anoreksia nervosa
3. Diabetes melitus
4. Penyakit Chron
5. Gastroenteritis
6. Pankreatitis
7. Cedera kepala
8. Kanker
9. Trauma multipel
10. Luka bakar
11. Anemia sel sabit
SLKI
Keseimbangan Elektrolit L.03021
Definisi : Kadar serum elektrolit dalam batas normal
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
Serum
1 2 3 4 5
natrium
Serum
1 2 3 4 5
kalium
Serum
1 2 3 4 5
klorida
Serum
1 2 3 4 5
kalsium
Serum
1 2 3 4 5
magnesium
Serum
1 2 3 4 5
fosfor

Keseimbangan Cairan L. 05020


Definisi : Ekuilibrum antara volume cairan di ruang intraselular dan ekstraselular tubuh.
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
Asupan
1 2 3 4 5
cairan
Keluaran
1 2 3 4 5
cairan
Kelembaban
membran 1 2 3 4 5
mukosa
Asupan
1 2 3 4 5
makanan
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Edema 1 2 3 4 5
Dehidrasi 1 2 3 4 5
Asites 1 2 3 4 5
Konfusi 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
Tekanan
1 2 3 4 5
Darah
Denyut nadi
1 2 3 4 5
radial
Tekanan
arteri rata- 1 2 3 4 5
rata
Membran
1 2 3 4 5
mukosa
Mata
1 2 3 4 5
cekung
Turgor kulit 1 2 3 4 5
Berat badan 1 2 3 4 5

SIKI
Pemantauan Elektrolit I. 03122
Definisi : mengumpulkan dan menganalisis data terkait regulasi keseimbangan elektrolit
Tindakan
Observasi :
- mengidentifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
- monitor kadar elektrolit seru
- monitor kehilangan cairan, jika perl
- monitor mual, muntah dan diar
- monitor tanda dan gejala hipokalemia (misalnya, kelemahan otot, interval
berkepanjangan, gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen ST,
gelombang U, kelelahan, paresthesia, penurunan refleks, anoreksia,
konstipasi, penurunan motilitas usus, depresi pernapasan)
- monitor tanda dan gejala hiperkalemia (misalnya rangsangan, gelisah, mual,
muntah, takikardia yang menyebabkan bradikardia, fibrilasi atau takikardia
ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS tumpul,
blok jantung yang mengarah ke acitol)
- monitor tanda dan gejala hiponatremia (misalnya disorientasi, otot berkedut,
sakit kepala, selaput lendir kering, hipotensi postural, kejang, lesu, penurunan
kesadaran)
- monitor tanda dan gejala hipernatremia (misalnya haus, demam, mual,
muntah, gelisah, mudah marah, selaput lendir kering, takikardia, hipotensi,
lesu, kebingungan, kejang) monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis, peka
rangsang, tanda Chvostek [spasme otot wajah], tanda Trousseau [spasme
karpal], kram otot, interval QT memanjang)
- monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis, nyeri tulang, haus, anoreksia,
letargi, kelemahan otot, segmen QT memendek, gelombang T lebar, kompleks
QRS lebar, interval PR memanjang)
- monitor tanda dan gejala Hipomagnesium (mis, depresi pernafasan, apatis,
tanda Chvostek, tanda Trousseau, konfusi, disritmia)
- monitor tanda dan gejala hipermagnesemia (mis, kelemahan otot, hiporefleks,
bradikardia, depresi SSP, letargi, koma, depresi)
Terapeutik :
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- informasikan hasil pemantauan, Jika perlu

Manajemen Cairan I. 03098


Tindakan
Observasi
- Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
kapiler, kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
- Monitor berat badan harian
- Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat
jenis urine, BUN)
- Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia)
Terapeutik
- Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam
- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu

Defisit Nutrisi bd ketidakmampuan mencerna makanan

SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)


Defisit Nutrisi D.
0019
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Penyebab :
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)\
6. Faktor psikologis (mis. stres, keengganan untuk makan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Berat badan menurun minimal
10% dibawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : Objektif :
1. Cepat kenyang setelah makan 1. Bising usus hiperaktif
2. Kram/nyeri abdomen 2. Otot pengunyah lemah
3. Nafsu makan menurun 3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amvotropic lateral sclerosis
Referensi
1. Luka bakar
2. Kanker
3. Infeksi
4. AIDS
5. Penyakit Crohn’s
6. Enterokolitis
7. Fibrosis kistik

SLKI (Standart Luaran Keperawatan Indonesia)


Status Nutrisi
L.03030
Definisi : Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Ekspetasi : Membaik
Kriteria Hasil
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
Porsi makanan yang
1 2 3 4 5
dihabiskan
Kekuatan otot
1 2 3 4 5
pengunyah
Kekuatan otot menelan 1 2 3 4 5
Serum albumin 1 2 3 4 5
Verbalisasi keinginan
untuk meningkatkan 1 2 3 4 5
nutrisi
Pengetahuan tentang
pilihan makanan yang 1 2 3 4 5
sehat
Pengetahuan tentang
pilihan minuman yang 1 2 3 4 5
sehar
Pengetahuan tentang
standar asupan nutrisi 1 2 3 4 5
yang tepat
Penyiapan dan
penyimpanan makanan 1 2 3 4 5
yang aman
Penyiapan dan
penyimpanan 1 2 3 4 5
minuman yang aman
Sikap terhadap 1 2 3 4 5
makanan/minuman
sesuai dengan tujuan
kesehatan

Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Perasaan cepat
1 2 3 4 5
kenyang
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare 1 2 3 4 5

Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
Berat badan
Indek Massa 1 2 3 4 5
Tubuh (IMT)
Frekuensi makan 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Tebal lipatan kulit
1 2 3 4 5
trisep
Membran mukosa 1 2 3 4 5

SIKI (Standar Inrtervensi Keperawtan Indonesia)

Manajemen Nutrisi
I.03119
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
Tindakan
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Bates. B, 2015. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta


Brunner&Suddart. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 12. EGC. Jakarta
Carpenitto.LJ. 2016. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 7.
EGC. Jakarta.
Carman Susan. 2016. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC
Muttaqin arif dan Sari Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Salemba Medika
Ngastiyah. 2015. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Suryanah. 2010. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 3. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai