DISUSUN OLEH :
BAGUS DIAN SAPUTRA
21220010
A. Definisi Gastroenteritis/Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja
berbentuk cair atau setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat
(Markum, 2008).
Menurut WHO (2014), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x
sehari dan diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut
dan kronis.
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekwensi
defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g
per hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014).
Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi
dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
B. Etiologi
Etilogi diare menurut Brunner&Suddart (2014):
1. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kutang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
6. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang,
gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom
Zollinger-Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gelaja diare menurut Brunner&Suddart (2014):
1. Peningkatan frekwensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses
2. Kram abdomen, distensi, gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia dan
rasa haus, kontraksi anus dan nyeri serta mengejan yang tidak efektif
(tenemus) setiap kali defekasi.
3. Feses cair, yang mengindikasikan penyakit pada usus kecil
4. Feses semi padat, lunak yang disebakan oleh gangguan pada usus besar
5. Terdapat lender, darah, dan nanah dalam feses, yang menunjukan kolitis
atau inflamasi
6. Cipratan minyak pada cairan toilet, yang merupakan diagnosis
insufisiensi pancreas dan diare nokturnal, yang merupakan manifestasi
neuropatik diabetik.
D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan
asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare.
E. Pathway Diare
DIARE
Mual muntah
Kehilangan cairan &
elektrolit berlebih
Nafsu makan menurun
Dehidrasi
BB menurun
Kerusakan
Integritas Kulit Kekurangan Volume
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang
Cairan
dari Kebutuhan Tubuh
F. Komplikasi Diare
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
- feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
- Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
- AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun )
- Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
H. Penalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut Brunner&Suddart (2014):
a. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol gejala,
mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi penyakit
penyebab
b. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-imflamasi)
dan antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)), defiknosilit
(limotil) dapat mengurangi tingkat keparahan diare.
c. Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat
diprogramkan
d. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi
atau diare tergolong berat
e. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang
sangat muda atau pasien lansia.
f. Terapi obat menurut Markum (2008):
- obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
e. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan
susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan,
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
h. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
1) Pertumbuhan
- Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg
(rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
- Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
- Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan
gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
- Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
2) Perkembangan
a. Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
- Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai
kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan
kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan
mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
b. Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario
kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui
dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri,
jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag
terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat
berkembang pada diri anak.
c. Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan,
bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
- berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
- Meniru membuat garis lurus (GH)
- Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata
(BBK)
- Melepasa pakaian sendiri (BM)
2. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar
lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup
pada anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat >35x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat >40x/mnt
karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat >120x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2
detik, suhu meningkat >37,50C, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memajang >2 detik,
kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria
(200-400 ml/ 24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
B. MASALAH KEPERAWATAN
a Daire
b Resiko ketidakseimbangan cairan
C. PERTANYAAN KLINIS
Apakah penderita diare yang diberi intervensi dengan madu dapat menurun
intinsitas diare?
D. PICO
P : Diare
I : Pemberian madu
C :-
O : Menurunkan intinsitas diare
E. SEARCHING LITERATURE (JOURNAL)
Setalah dilakukan Searching literature (journal) di Goggle scholar,
didapatkat :
No Kata Kunci Google Scholar
1 Diare 840.600
2 Madu 114.000
3 Pemberian 1.740.000
dan dipilihlah 1 jurnal dari Google scholar dengan judul " PENGARUH
PEMBERIAN MADU PADA DIARE AKUT”
Dengan alasan
1. Jurnal tersebut sesuai dengan kasus
2. Jurnal tersebut up to date
Appraisal
dicantumkan ? Semarang
Ya, sesuai
- Apakah asal institusi penulis
sesuai dengan topic penelitian ?
Bidang - Apakah bidang ilmu yang Ilmu Kesehatan Anak
Ilmu tercantum dalam judul penelitian
? Ya, sesuai
- Apakah latar belakang penulis
( institusi tempat berkerja ) sesuai
dengan bidang ilmu topic
penulisan ?
Metodologi - Apakah tujuan penelitian Tujuan penelitian ini untuk
disebutkan ? Menilai dan membuktikan
bahwa pemberian madu pada
pasien diare akut akan
mengurangi frekuensi diare,
- Apakah desain penelitian yang lama rawat, dan meningkatkan
digunakan ? berat badan.
terpercaya ?
G. VIA
1. Validity :
a Desain :
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian uji klinis
(randomized controlled trial) dengan tersamar tunggal
b Sampel :
Randomized controlled trial tersamar tunggal pada 70 subyek diare akut
dengan diare ringan sedang
b Kriteria inklusi dan ekslusi :
1) Pasien dengan penyakit diare
2) pasien dengan kondisi sadar dan kooperatif
3) Mampu berkomunikasi dengan baik dan mempunyai pendengaran
yang baik.
4) Kelainan bawaan seperti deformitas dinding dada yang tidak
memungkinkan dilakukan penelitian.
5) Pasein yang mengalami penurunan kesadaran
c Randomisasi :
Penelitian ini Dilakukan di ruang perawatan Sub-bagian
Gastroenterologi Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan
RSUD Ketileng Semarang. Waktu penelitian dilakukan bulan Mei 2009
sampai Januari 2010.
2. Importance :
a. Karakteristik subjek :
Penelitian ini akan menguji dua variabel, yaitu variabel dependend
dalam penelitian ini adalah diare dan variabel independen adalah
pemberian madu.
b. Beda mean
Setelah dilakukan intervensi diantara dua kelompok yaitu dengan
kelompok tidak terkontrol dengan nilai p=0,036 sedangkan kelompok
terkontrol dengan nilai p=0,947
c. Nilai p value :
Pada hasil pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa
teknik terani napas dalam dapat mengurani penurunan nsesak napas
dengan hasil Pemberian madu terbukti menurunkan frekuensi diare pada
hari ke 2, 4, dan 5, memperpendek lama perawatan serta kesembuhan
50% yang terjadi di hari ke-3.Tidak terdapat perbedaan kenaikan berat
badan pada kedua kelompok
3. Applicability :
a. Dalam diskusi
Hasil dua kelompok yaitu dengan kelompok tidak terkontrol
dengan nilai p=0,036 sedangkan kelompok terkontrol dengan nilai
p=0,947
hasil Pemberian madu terbukti menurunkan frekuensi diare pada
hari ke 2, 4, dan 5, memperpendek lama perawatan serta kesembuhan
50% yang terjadi di hari ke-3.Tidak terdapat perbedaan kenaikan berat
badan pada kedua kelompok
Modifikasi diare dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan yang dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan
oksigen dalam darah (Guyton, 2007).
b. Karakteristik klien
Dalam penelitian ini terdiri dari 70 responden penderita diare yang dibagi
menjadi 2 kelompok antara kelompok intervensi dan kontrol.
c. Fasilitas
Penelitian dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Ketileng
Semarang
d. Biaya
Dalam penelitian ini tidak dijelaskan jumlah biaya yang digunakan
4. Diskusi
Intervensi yang dilakukan berupa pemberian suplementasi madu
secara oral oleh seorang petugas 20 g perhari, terbagi rata dalam 3 kali
pemberian (pada jam 07.00, 15.00, 21.00) dengan pengenceran
menggunakan aquadest steril menjadi 10 cc pada masing-masing
pemberian
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja
berbentuk cair atau setengan padat, dapat disertai frekuensi yang
meningkat (Markum, 2008).
Suandi. 2012. Diet Anak Sakit Gizi Klinik. Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran
ECG