Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

OLEH :
ST.NURJENI
14420202084

CI INSTITUSI CI LAHAN

(...............................) (...............................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
A. Konsep Medis
1. Definisi
Gastroenteritis atau diare akut merupakan penyakit yang ditandai dengan
berubahnya bentuk tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan
(lebih dari 3 kali dalam kurun waktu satu hari) (Prawati & Haqi, 2019).
Gastroenteritis merupakan defekasi encer maupun lembek yang terjadi
pada balita dan dikeluarkan lebih dari 3 kali dalam sehari dengan atau tanpa
darah atau lender pada feses (Samiyati et al., 2019).
Dapat disimpulkan Gastroenteritis merupakan suatu keadaan pengeluaran
tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan
peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari.
Berdasarkan wakktu terjadinya, diare akut berlangsung kurang dari 14 hari
dan diare kronik berlangsung lebih dari 4 minggu (Meisuri et al., 2020).
2. Etiologi
(Kardiyudiani & Susanti, 2019)
a. Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kurang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Obat-obatan : antibiotic.
g. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis, obstruksi
usus
3. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah: (Kardiyudiani &
Susanti, 2019)
1) Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya
dapat timbul diare pula.
4) Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
4. Pathway

Faktor makanan (basi, beracun, alergi Faktor infeksi (bakteri Faktor malabsopsi (karbohidrat,
Faktor Psikologis protein, lemak)
makanan) dan virus)

Toksin tak dapat Cemas Masuk dan berkembang Makanan tidak diserap
diserap dalam usus oleh villi usus

Peningkatan tekanan osmotic


Hiperperistaltik Hipersekresi air dan elektrolit
dalam lumen usus
dalam rongga usus

Menurunnya kesempatan usus Pergeseran air dan elektrolit ke


GEA
menyerap makanan rongga usus

Frekuensi BAB Distensi Refleks Spasme otot Inflamasi pada Frekuensi BAB
meningkat Abdomen dinding usus mukosa usus meningkat

Output Cairan dan Mual dan NYERI Merangsang sel-sel Area anus menjadi
Eletrolit Berlebihan muntah AKUT endotel hipotalamus lecet/iritasi

Gangguan keseimbangan Intake tidak Memacu pengeluaran Memacu kerja


cairan dan elektrolit adekuat prostaglandin thermostat GANGGUAN
hipotalamus INTEGRITAS
KULIT
HIPOVOLEMIK DEFISIT NUTRISI HIPERTERMI
5. Manifestasi klinik
(Kardiyudiani & Susanti, 2019)
 Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
 Suhu tubuh meninggi/demam
 Feces encer, berlendir atau berdarah
 Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
 Anus lecet
 Muntah sebelum dan sesudah diare
 Anoreksia
 Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
 Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor
kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa
kering.
 Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
 Keram abdominal
 Lemah
 Pucat
 Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.
 Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
6. Komplikasi
(Kardiyudiani & Susanti, 2019)
1) Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolik
2) Syok
3) Hipokalemia/Hipoglikemia
4) Sepsis
5) Gagal ginjal akut
6) Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7) Ileus paralitik
8) Malnutrisi
9) Gangguan tumbuh kembang
7. Pemeriksaan Penunjang
(Kardiyudiani & Susanti, 2019)
a. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
b. Kultur tinja
c. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine, dan glukosa.
d. Pemeriksaan tinja : pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah
8. Penatalaksanaan
(Kardiyudiani & Susanti, 2019)
1) Medis
Pemberian Cairan Oral
a. Cairan Per Oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan
Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi
ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri
(mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula
dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah
sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut
b. Cairan Parenteral
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung
dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang
lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi
juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya
(Kardiyudiani & Susanti, 2019).
b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali sehari
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang PQRS
P : Apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan,
diare dapat disebabkan infeksi, faktor makanan dan faktor
malabsorbsi.
Q : Frekuensi BAB lebih dari 3x dalam sehari,dengan darah/lendir,
konsistensi cair,mual,muntah,badan terasa lemah sehingga
mengganggu aktifitas sehari-hari.
R : Perut terasa sakit, anus terasa perih.
S : Skala / keparahan, kondisi lemah dapatmenurunkan aktifitas sehari-
hari T : Diare dapat terjadi sewaktu-waktu, lamanya diare akut 3-5
hari. Diare berkepanjangan >7 hari dan diare kronis 14 hari.
d. Riwayat penyakit sebelumnya : Infeksi parenteral seperti Infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA), infeksi saluran kemih, otitis media akut (OMA)
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare
f. Lingkungan Rumah dan Komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygine yang kurang
mudah terkena kuman penyebab diare
g. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAK/BAB di tempat sembarangan, tidak menggunakan jamban yang baik,
sehingga mempermudah masuknya kuman lewat fekal-oral
h. Persepsi sensori keluarga tentang kesehatan
Kondisi fisik yang lemah dan buang air besar yang berlebihan sehingga
membutuhkan keputusan untuk segera ditangani, ini bergantung pada
tingkat pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh pasien dan
keluarga
i. Pola Nutrisi
Makanan dan minuman yang krang hygiene dapat berpengaruh terhadap
diare, sehingga status gizi dapat terganggu dan dapat terjadi hipoglikemi
dan dapat menyebabkan penurunan berat badan serta dapat menyebabkan
dehidrasi.
j. Pola Eleminasi
Frekuensi buang air besar meliputi (konsistensi,bau,warna) adakan darah
atau lendir, dan pola buang air kecil perlu dikaji untuk ouput terhadap
kehilangan cairan lewat urin
k. Pola Iatirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat akan terganggu karena frekuensi buang air besar yang
berlebihan,sehingga klien tidak dapat istirahat secara optimal
l. Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan dalam beraktifitas karena tubuh klien yang
lemah, sehingga perlu bantuan untuk kebutuhan sehari-harinya
2. Pemeriksaan Fisik
(Kardiyudiani & Susanti, 2019)
1) Sistem Neurologi :
Kesadaran umum klien saat dikasi menggunakan GCS(Glassgow Coma
Skale), (composmentis, apatis, somnolen, delirium, sopor atau koma).
a. Inspeksi periksa kedaan umum klien meliputi : kondisi klien saat
pertama pengkajian
b. Palpasi : adanya nyeri tekan, parase, aneshtesia
c. Perkusi : lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen. Jika
terdengar timpani berarti perkusi di atas organ yang berisi udara. Jika
terdengar pekak, berarti mengenai organ padat
d. Auakultasi : untuk mendengarkan bising usus pada beberapa area perut
selama beberapa menit. Dengarkan bising usus apakah normal,
hiperaktif, hipoaktif, atau tidak ada bising usus, serta perhatikan
frekuensi dan karakternya.
2) Sistem penginderaan
a. Subyektif, klien mengatakan merasa mudah haus dan penglihatan
berkunang-kunang
b. Inspeksi : Kepala kesimetrisan muka, warna rambut dan kebersihan
kepala.
c. Mata : apakah ada gangguan penglihatan, konjungtiva adakah
anemis,sklera adakah ikterus,reflek mata dan pupil terhadap
cahaya,pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syock hipovolemik
reflek pupil (-)
d. Hidung : pada klien yg mengalami dehidrasi berat dapat menimbulkan
asidosis metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis
respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan mengambil O2, nampak
adanya pernafasan cuping hidung.
3) Sistem Integumen
a. Subjektif : kulit kering
b. Inspeksi : kulit kering, sekresi sedikit, selaput mukosa kering, turgor
kulit tidak efektif
4) Sistem pernafasan
a. Subjektif : Adakah sesak atau tidak
b. Inspeksi : bentuk simetris, kaji frekuensi,irama, dan tingkat kedalaman
pernafasan,adakah penumpukan sekresi stidor
c. Palpasi : Kaji adanya massa, nyeri tekan
d. Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vaskuler,
adakan suara nafas tambahan
5) Sistem Pencernaan
a. Subjektif, merasa lapar atau haus
b. Inspeksi, buang air besar, konsistensi,bau,warna, frekuensi lebih dari 3
kali dalam 1 jam. Adakah disertai dengan lendir atau darah
c. Auskultasi, bising usus meningkat >20 detik dengan durasi 1 menit
d. Perkusi : mendengar adanya gas,cairan atau massa (-),hepar dan lkien
tidak membesar suara tymphani.
6) Sistem perkemihan
a. Subjektif urin lebih sedikit dari biasanya,dengan warna kuning
pekat,dan bau khas urin
b. Ispeksi : observasi output tiap 24 jm
7) Sistem Muskoloskeletal
a. Subjektif : lemah
b. Isnpeksi, klien tampak lemah,aktivitas menurun
c. Palpasi, hipotoni, kulit kering, turgor kulit tidak elastis.
3. Diagnosis Keperawatan
(PPNI, 2016)
a. Hipovolemia
Penyebab:
- Kehilangan cairan aktif
- Kegagalan mekanisme regulasi
- Peningkatan permeabilitas kapiler
- Kekurangan intake cairan
- Evaporasi
Gejala dan tanda mayor
Objektif
- Frekuensi nadi meningkat
- Nadi teraba lemah
- Tekanan darah menurun
- Tekanan nadi menyempit
- Turgor kulit menurun
- Membrane mukosa kering
- Volume urin menurun
- Hematocrit meningkat
Gejala dan tanda minor
Subjektif
- Merasa lemah
- Mengeluh haus
Objektif
- Pengisisan vena menurun
- Status mental berubah
- Suhu tubuh meningkat
- Konsentrasi urin meningkat
- Bera badan turun tibah-tiba
b. Defisit nutrisi
Penyebab:
- Ketidakmampuan menelan makanan
- Ketidakmampuan mencerna makanan
- Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
- Peningkatan kebutuhan metabolisme
- Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
- Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)
Gejala dan tanda mayor
Objektif
- Berat badan menurun min 10% dibawah rentang ideal
Gejala dan tanda minor
Subjektif
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram / nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
Objektif
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
c. Hipertermia
Penyebab:
- Dehidrasi
- Terpapar lingkungan panas
- Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
- Ketidaksesuai pakaian dengan suhu lingkungan
- Peningkatan laju metabolism
- Respon trauma
- Aktivitas perlebihan
- Penggunaan inkubator
Gejala dan tanda mayor
Objektif
- Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan tanda minor
Objektif
- Kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
d. Nyeri Akut
Penyebab:
- Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
- Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
- Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat., prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
- Mengeluh nyeri
Objektif
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Objektif
- Tekanan darah meningkat
- Pola nafas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaphoresis
e. Gangguan Integritas Kulit
Penyebab:
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan status nutrisi (kelebihan/kekurangan)
- Kekurangan/kelebihan volume cairan
- Penurunan mobilitas
- Bahan kimia iritatif
- Suhu lingkungan yang ektrem
- Faktor mekanis (mis. Penakanan pada tonjolan tulang, gesekan)
atau faktor eletris (elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)
- Efek samping terapi radiasi
- Kelembabab
- Proses penuaan
- Neuropati perifer
- Perubahan pigmentasi dan hormonal
Gejala dan tanda mayor
Objektif
- Kerusakan jaringan dan / atau lapisan kulit
Gejala dan tanda minor
Objektif
- Nyeri
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma
4. Intervensi Keperawatan
(PPNI, 2018)
1) Hipovolemia
Manajemen Hipovolemia
Observasi:
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urin menurun, haus, lemah)
- Monitor intake dan output
Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV.
Pemantauan Cairan
Observasi
- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
- Monitor frekuensi napas
- Monitor tekanan darah
- Monitor elastisitas atau turgor kulit
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Standar Luaran (PPNI, 2017)
Status cairan membaik
Kriteria Hasil:
- Tekanan nadi membaik
- Turgor kulit meningkat
- Frekuensi nadi membaik
- Tekanan darah membaik
- Membrane mukosa membaik
- Jugula Venous Pressure membaik (JVP)
- Intake cairan membaik
- Suhu tubuh membaik
Keseimbangan cairan meningkat
Kriteria Hasil:
- Kelembaban membran mukosa meningkat
- Dehidrasi menurun
- Tekanan darah membaik
- Denyut nadi radial membaik
- Membran mukosa membaik
- Mata cekung membaik
- Turgor kulit membaik
Keseimbangan elektrolit meningkat
Kriteria Hasil:
- Serum natrium meningkat
- Serum kalium meningkat
- Serum klorida meningkat
2) Defisit nutrisi
Manajemen Nutrisi
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
- Identifikasi perlunya pengguaan selang NGT
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi mentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Edukasi
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaboratif
- Kolobarasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.
Pemantauan Nutrisi
Observasi
- Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi (mis. Pengetahuan,
ketersediaan makanan, agama/kepercayaan, budaya, mengunyah tidak
adekuat, gangguan menelan, pengguanaan obat-obatan atau pasca
operasi)
- Identifikasi perubahan berat badan
- Identikiasi kelainan pada kulit (mis. Memar yang berlebihan, luka
yang sulit sembuh, dan pendarahan)
- Identifikasi kelainan pada rambut (mis. Kering, tipis, kasar, dan
mudah patah)
- Identifikasi pola makan (mis. Kesukaan/ketidaksukaan makanan,
konsumsi makanan cepat saji, makan terburu-buru)
- Identifikasi kelainan pada kuku (mis. Berbentuk sendok, retak, mudah
patah, dan bergerigi)
- Identifikasi kemampuan menelan (mis. Fungsi motoric wajah, reflex
menelan, dan reflex gang)
- Identifikasi kelaianan eliminasi (mis. Diare, darah, lendir, dan
eliminasi yang tidak teratur)
- Monitor mual dan muntah
- Monitor asupan oral
- Monitor warna konjungtiva
- Monitor hasil laboratorium (mis. Kadar kolesterol, albumin serum,
transferrin, kreatinin, hb, hematocrit, dan elektrolit darah)
Terapeutik
- Timbang berat badan
- Hitung perubahan berat badan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Standar Luaran (PPNI, 2017)
Status nutrisi membaik
Kriteria Hasil:
- Porsi makanan yang dihaiskan meningkat
- Nyeri abdomen menurun
- Diare menurun
- Frekuensi makan membaik
- Bising usus membaik
- Membran mukosa membaik
Eliminasi fekal membaik
Kriteria Hasil:
- Nyeri abdomen menurun
- Kram abdomen menurun
- Konsistensi feses membaik
- Frekuensi defekasi membaik
- Peristaltik usus membaik
Fungsi gastrointestinal membaik
Kriteria Hasil:
- Nyeri abdomen menurun
- Frekuensi BAB membaik
- Konsistensi feses membaik
- Peristaltik usus membaik
- Jumlah feses membaik
- Warna feses membaik
3) Hipertermia
Manajemen Hipertermia
Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan incubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaboratif
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Edukasi Termoregulasi
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Edukasi
- Ajarkan kompres hangat jika demam
- Ajarkan cara pengukuran suhu
- Anjurkan penggunaan pakaian yang dapat menyerap keringat
- Anjurkan tetap memandikan pasien, jika memungkinkan.
- Anjurkan pemberian antipiuretik, sesuai indikasi
- Anjurkan menciptakan lingkungan yang nyaman
- Anjurkan banyak minum
- Anjurkan melakukan pemeriksaan darah jika demam lebih dari 3 hari
Standar Luaran (PPNI, 2017)
Termoregulasi membaik
Kriteria Hasil:
- Suhu tubuh membaik
- Tekanan darah membaik
Status cairan membaik
Kriteria Hasil:
- Tekanan nadi membaik
- Turgor kulit meningkat
- Frekuensi nadi membaik
- Tekanan darah membaik
- Membrane mukosa membaik
- Jugula Venous Pressure membaik (JVP)
- Intake cairan membaik
- Suhu tubuh membaik
Status kenyamanan meningkat
Kriteria Hasil:
- Keluhan tidak nyaman menurun
- Gelisah menurun
- Mual menurun
- Pola eliminasi membaik
4) Nyeri Akut
Manajemen Nyeri
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfrmakologis untuk mengurani rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaboratif
- Kolaborasi pemberian analgesik
Pemberian Analgesik
Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuian jenis analgesik
- Monitor ttv sebelum dan sesudah pemberian analgesic
Terapeutik
- Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus oploid untuk
memperthankan kadar dalam serum
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaboratif
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, sesuai indikasi
Standar Luaran (PPNI, 2017)
Tingkat nyeri menurun
Kriteria Hasil:
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Muak menurun
- Frekuensi nadi membaik
- Tekanan darah membaik
- Pola tidur membaik
Kontrol nyeri meningkat
Kriteria Hasil:
- Melaporkan nyeri terkontrol meningkat
- Kemampuan mengenali omset nyeri meningkat
- Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat
- Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologis meningkay
- Keluhan nyeri menurun
- Penggunaan analgesik menurun
Fungsi Gastroentestinal membaik
Kriteria Hasil:
- Nyeri abdomen menurun
- Frekuensi BAB membaik
- Konsistensi feses membaik
- Peristaltik usus membaik
- Jumlah feses membaik
- Warna feses membaik
6) Gangguan Integritas Kulit/jaringan
Perawatan Integritas kulit
Observasi
- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Berisihkan parineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
- Gunakan produk berbahan pertolium/minyak pada kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergi pada kulit
sendsitiv
- Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
Standar Luaran (PPNI, 2017)
Integritas kulit dan jaringan meningkat
Kriteri Hasil:
- Kerusakan jaringan menurun
- Kerusakan lapisan kulit menurun
- Nyeri menurun
- Kemerahan menurun
- Suhu kulit membaik
- Sensasi membaik
Status nutrisi membaik
Kriteria Hasil:
- Porsi makanan yang dihaiskan meningkat
- Nyeri abdomen menurun
- Diare menurun
- Frekuensi makan membaik
- Bising usus membaik
- Membran mukosa membaik
Termoregulasi membaik
Kriteria Hasil:
- Suhu tubuh membaik
- Tekanan darah membaik
DAFTAR PUSTAKA

Kardiyudiani, N. K., & Susanti, B. D. (2019). Keperawatan Medikal Bedah 1. PT.


PUSTAKA BARU.
Meisuri, N. P., Perdani, R. R. W., Mutiara, H., & Sukohar, A. (2020). Efek
Suplementasi Madu Terhadap Penurunan Frekuensi Diare Akut Pada Anak di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Majority, 9(2), 26–32.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.
PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
Prawati, D. D., & Haqi, D. N. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare di
Tambak Sari Kota Surabaya. Jurnal Promkes: The Journal of Healt Promotion
and Healt Education, 7(1), 34–45. https://doi.org/10.20473
Samiyati, M., Suhartono, & Dharminto. (2019). Hubungan Sanitasi Lingkungan
Rumah Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Karanganyar Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1), 388–
395. https://doi.org/2356-3346

Anda mungkin juga menyukai