Disusun Oleh:
SUTIANA (012041103)
UNIVERSITAS BINAWAN
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Gastroenteritis akut adalah gangguan transportasi larutan di usus yang
menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses (Sodikin,
2012).
Gastroenteritis akut adalah penyakit yang terjadi akibat adanya
peradangan pada saluran perncernaan yang disebabkan oleh infeksi dengan
dejalanya terutama adalah muntah, dehidrasi dan diare Pada dasarnya diare
didefinisikan sebagai meningkatnya frekuensi buang air besar dan konsistensi
feses menjadi cair (Djojonigrat, 2014).
Gastroenteritis merupakan sindrom penyakit yang ditandai oleh
perubahan bentuk konsistensi tinja, serta bertambahnya frekuensi buang air
besar (hingga 3 kali atau lebih dalam sehari), dengan tinja yang encer dapat
berwarna hijau ataupun dapat bercampur lendir dan darah, yang juga berupa
lendir saja. (Mufidah, 2012)
Dari pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa
gastroenteritis akut adalah gangguan transportasi larutan di usus yang terjadi
akibat peradangan pada saluran pencernaan yang terjadi secara mendadak akibat
infeksi dengan gejala muntah, dehidrasi, dan diare.
B. Etiologi
Menurut mufidah (2012), terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Faktor Infeksi
1. Infeksi internal yaitu infeksi pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi enteral sebagai
berikut
a) Infeksi bakteri : Vibrio E Colli, Salmonella, Stigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
b) Infeksi virus ; enterovirus (virus Echo, Coxsackie,
Poliomyeletis) Adenovirus, Rostavirus, Astrovirus dan lain-lain)
c) Infeksi Parasit ; cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides) ; Protozoa (Entamoeba histolytica, Grandia
lamblia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida Albicans).
2. Infeksi Parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti
Otitis Media Akut (OMA), Tonsilitis / Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b) Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa,
dan sukrosa) monosakarida (intoleransi gluksosa, fruktosa, dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
intoleransi laktosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein : asam amino, B – laktoglobulin
c) Faktor Makanan Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
d) Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
C. Klasifikasi penyakit diare yaitu
Jenis-jenis gastroenteritis Menurut Suratun & Lusianah (2010, h. 137) jenis-
jenis diare :
1. Gastroenteritis akut adalah gastroenteritis yang serangannya tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Gastroenteritis akut diklasifikasikan :
a. Gastroenteritis non inflamasi, gastroenteritis ini disebabkan oleh
enterotoksin dan menyebabkan gastroenteritis cair dengan volume
yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen jarang atau
bahkan tidak sama sekali.
b. Gastroenteritisinflamasi, gastroenteritis ini disebabkan invasi bakteri
dan pengeluaran sitotoksin di kolon. Gejala klinis di tandai dengan
mulas sampai nyeri seperti kolik, mual,muntah,demam, tenesmus, gejala
dan tanda dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lendir dan darah pada
pemeriksaan feses rutin,dan secara mikroskopis terdapat sel leukosit
polimorfonuklear.
2. Gastroenteritis kronik yaitu gastroenteritis yang berlangsung selama lebih dari
14 hari. Mekanisme terjadinya gastroenteritis yang akut maupun yang
kronik dapat dibagi menjadi gastroenteritis sekresi, gastroenteritis
osmotrik, gastroenteritis eksudatif, dan gangguan motilitas.
a. Gastroenteritis sekresi, gastroenteritis dengan volume feses banyak
biasanya disebabkan oleh gangguan transport elektrolit akibat
peningkatan produksi dan sekresi air dan elektrolit namun kemampuan
absorbsi mukosa ke usus ke dalam lumen usus menurun.
Penyebabnya adalah toksin bakteri (seperti toksin kolera), pengaruh
garam empedu, asam lemak rantai pendek, dan hormon intestinal.
b. Gastroenteritis osmotic, terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat
diabsorbsi sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari
plasma ke lumen usus sehingga terjadilah gastroenteritis.
c. Gastroenteritis eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan
mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi
dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau non infeksi atau akibat radiasi.
d. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan
waktu transit makanan/minuman di usus menjadi lebih cepat. Pada
kondisi tirotoksin, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus bisa
muncul gastroenteritis ini
D. Manifestasi Klinis
Menurut Sodikin (2011) gejala-gejala yang ditunjukan penderita gastroenteritis
antara lain:
1. Anak cengeng dan gelisah.
2. Suhu badan meningkat
3. Nafsu makan berkurang atau hilang
4. Feses cair, mungkin mengandung darah atau lender
5. Buang air besar menjai kehijauan, karena tercampur empedu
6. Muntah
7. Bila keadaan semangkin berat akan terjadi dehidrasi dengan gejala-
gejala:
Gejala dehidrasi mulai tampak yaitu :
a. Berat badan turun
b. Pada bayi ubun-ubun besar cekung
c. Tonus otot dan turgor kulit berkurang
d. Nadi cepat dan lemah
e. Mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi)
f. Selaput lendir, bibir dan mulut serta kulit tampak kering
Berdasarkan keadaan klinis dehidrasi dibagi dalam 3 tingkatan yaitu :
E. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi
pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel,
atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi.
Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat
rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam
mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan
elektrolit (Khasanah, 2015).
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
1. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnyakesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
akan menimbulkan diare.
Pathway
GEA
Pelepasan
Kulit di Peningkatan BAB encer Mual dan mediator kimiawi
sekitar anus Frekwensi dengan atau muntah
lecet dan defekasi tanpa darah
iritasi
Kemerahan Agen
dan gatal anoreksia pirogenic, Spasme otot
Cairan yang dehidrasi prostaglandin polos usus
keluar
banyak
Suhu tubuh Kram perut
Gangguan
meningkat
Integritas Hipovolemia
Diare
Kulit Nyeri Akut
Hipertermia
F.Komplikasi
1. Darah samar feses : untuk memeriksa adanya darah (lebih sering pada GE yang
berasal dari bakteri)
2. Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mucus atau pus pada feses
3. hitung darah lengkap dengan differensial
4. Pemeriksaan darah pemeriksaan Analisa gas darah, elektrolit,ureum kreatinin
dan berat jenis plasma
5. Uji antigen immunoassay enzim-untuk memastikan adanya rotavirus
6. Kultur feses (jika anak dirawat di RS, pus dalam feses, tau diare yang
berkepanjangan)-untuk menentukan pathogen
7. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
8. Aspirasi duodenum (jika diduga G.lamblia)
9. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi; organisme
shigella keluar melalui urin)
H. Penatalaksanaan
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare,
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Khasanah, 2015):
Jumlah cairan:
1) jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan jumlah cairan yang
telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water
Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui
keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses).
a. Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung
meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80
mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai
cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan
parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan,persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong, dan pasien immunocompromised (Khasanah, 2015).
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–
5 hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral,
dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg
(4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atau IV) (Khasanah, 2015).
3. Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x
sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare. Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi
frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan
sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan (Khasanah, 2015).
Intervensi Keperawatan
- Hydration - Timbang
Definisi : Penurunan cairan popok/pembalut jika
- Nutritional Status : Food
intravaskuler, interstisial, diperlukan
dan/atau intrasellular. Ini and Fluid Intake
- Pertahankan catatan
mengarah ke dehidrasi,
kehilangan cairan dengan intake dan output
Kriteria Hasil : yang akurat
pengeluaran sodium
- Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
- Monitor responpasien
terhadap penambahan
cairan
- Pemberian cairan Iv
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
6. Pastikan penggantian
b. Status pernapasan : masker oksigen/kanul
kepatenan jalan nafas nasal setiap kali
Kriteria Hasil : perangkat diganti
Monitor neurologi
kesimetrisan dan
reaktivitas
2. Monitor
tingkat kesadaran
3. Monitor GCS
4. Monitor status
pernapasan.
Monitor tanda-
tanda vital
1. Monitor TD,
nadi,
suhu, dan RR
4. Monitor frekuensi
dan
5. irama pernapasan
6. Monitor suara
paru
7. Monitor pola
pernapasan abnormal
Identifikasi dari
penyebab perubahan
vital sign.
4.berikan pengobatan
antipiretik sesuai
kebutuhan
Manajemen
pengobatan
yang di perlukan,
dan kelola menurut
resep dan/atau
protokol
2.Monitor efektivitas
cara pemberian
obat yang sesuai.
Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan
nafas
2. Balikkan badan
pasien ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi
pasien
selama kejang
DAFTAR PUSTAKA