Anda di halaman 1dari 18

KGD DAN KRITIS

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS

GEA (GASTROENTERITIS AKUT )

Disusun Oleh:

SUTIANA (012041103)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS BINAWAN

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Gastroenteritis akut adalah gangguan transportasi larutan di usus yang
menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses (Sodikin,
2012).
Gastroenteritis akut adalah penyakit yang terjadi akibat adanya
peradangan pada saluran perncernaan yang disebabkan oleh infeksi dengan
dejalanya terutama adalah muntah, dehidrasi dan diare Pada dasarnya diare
didefinisikan sebagai meningkatnya frekuensi buang air besar dan konsistensi
feses menjadi cair (Djojonigrat, 2014).
Gastroenteritis merupakan sindrom penyakit yang ditandai oleh
perubahan bentuk konsistensi tinja, serta bertambahnya frekuensi buang air
besar (hingga 3 kali atau lebih dalam sehari), dengan tinja yang encer dapat
berwarna hijau ataupun dapat bercampur lendir dan darah, yang juga berupa
lendir saja. (Mufidah, 2012)
Dari pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa
gastroenteritis akut adalah gangguan transportasi larutan di usus yang terjadi
akibat peradangan pada saluran pencernaan yang terjadi secara mendadak akibat
infeksi dengan gejala muntah, dehidrasi, dan diare.

B. Etiologi
Menurut mufidah (2012), terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Faktor Infeksi
1. Infeksi internal yaitu infeksi pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi enteral sebagai
berikut
a) Infeksi bakteri : Vibrio E Colli, Salmonella, Stigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
b) Infeksi virus ; enterovirus (virus Echo, Coxsackie,
Poliomyeletis) Adenovirus, Rostavirus, Astrovirus dan lain-lain)
c) Infeksi Parasit ; cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides) ; Protozoa (Entamoeba histolytica, Grandia
lamblia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida Albicans).
2. Infeksi Parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti
Otitis Media Akut (OMA), Tonsilitis / Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b) Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa,
dan sukrosa) monosakarida (intoleransi gluksosa, fruktosa, dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
intoleransi laktosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein : asam amino, B – laktoglobulin
c) Faktor Makanan Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
d) Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
C. Klasifikasi penyakit diare yaitu
Jenis-jenis gastroenteritis Menurut Suratun & Lusianah (2010, h. 137) jenis-
jenis diare :
1. Gastroenteritis akut adalah gastroenteritis yang serangannya tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Gastroenteritis akut diklasifikasikan :
a. Gastroenteritis non inflamasi, gastroenteritis ini disebabkan oleh
enterotoksin dan menyebabkan gastroenteritis cair dengan volume
yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen jarang atau
bahkan tidak sama sekali.
b. Gastroenteritisinflamasi, gastroenteritis ini disebabkan invasi bakteri
dan pengeluaran sitotoksin di kolon. Gejala klinis di tandai dengan
mulas sampai nyeri seperti kolik, mual,muntah,demam, tenesmus, gejala
dan tanda dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lendir dan darah pada
pemeriksaan feses rutin,dan secara mikroskopis terdapat sel leukosit
polimorfonuklear.
2. Gastroenteritis kronik yaitu gastroenteritis yang berlangsung selama lebih dari
14 hari. Mekanisme terjadinya gastroenteritis yang akut maupun yang
kronik dapat dibagi menjadi gastroenteritis sekresi, gastroenteritis
osmotrik, gastroenteritis eksudatif, dan gangguan motilitas.
a. Gastroenteritis sekresi, gastroenteritis dengan volume feses banyak
biasanya disebabkan oleh gangguan transport elektrolit akibat
peningkatan produksi dan sekresi air dan elektrolit namun kemampuan
absorbsi mukosa ke usus ke dalam lumen usus menurun.
Penyebabnya adalah toksin bakteri (seperti toksin kolera), pengaruh
garam empedu, asam lemak rantai pendek, dan hormon intestinal.
b. Gastroenteritis osmotic, terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat
diabsorbsi sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari
plasma ke lumen usus sehingga terjadilah gastroenteritis.
c. Gastroenteritis eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan
mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi
dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau non infeksi atau akibat radiasi.
d. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan
waktu transit makanan/minuman di usus menjadi lebih cepat. Pada
kondisi tirotoksin, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus bisa
muncul gastroenteritis ini

D. Manifestasi Klinis
Menurut Sodikin (2011) gejala-gejala yang ditunjukan penderita gastroenteritis
antara lain:
1. Anak cengeng dan gelisah.
2. Suhu badan meningkat
3. Nafsu makan berkurang atau hilang
4. Feses cair, mungkin mengandung darah atau lender
5. Buang air besar menjai kehijauan, karena tercampur empedu
6. Muntah
7. Bila keadaan semangkin berat akan terjadi dehidrasi dengan gejala-
gejala:
Gejala dehidrasi mulai tampak yaitu :
a. Berat badan turun
b. Pada bayi ubun-ubun besar cekung
c. Tonus otot dan turgor kulit berkurang
d. Nadi cepat dan lemah
e. Mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi)
f. Selaput lendir, bibir dan mulut serta kulit tampak kering
Berdasarkan keadaan klinis dehidrasi dibagi dalam 3 tingkatan yaitu :

a. Dehidrasi Klinis : Kehilangan cairan 2 % - 5 % dari berat badan.


Gambaran klinis : Dehidrasi, turgor kulit kurang plastis, suara serak,
pasien belum jatuh dalam keadaan pre syok.
b. Dehidrasi Sedang : Kehilangan cairan 5 % - 8 % dari berat badan.
Gambaran klinis : Turgor jelek, suara serak, pasien jatuh dalam pre syok
/ syok, nadi cepat, nafas cepat dan dalam.
c. Dehidrasi Berat : Kehilangan cairan 8 % - 10 % dari berat badan.
Gambaran klinis : Turgor jelek, suara serak, pasien jatuh kedalam pre syok
/ syok, nadi cepat, nafas cepat, kesadaran menurun, otot kaku.

Penentuan derajat dehidrasidapat ditentukan dan berdasarkan :


1) Keadaan Klinis : ringan, sedang dan berat
2) Berat jenis plasma : pada dehidrasi BJ plasma meningkat
a. Dehidrasi Berat : BJ plasma 1,032 – 1,040
b. Dehidrasi Sedang : BJ plasma 1,028– 1,032
c. Dehidrasi Ringan :BJ plasma 1,025- 1,028

E. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi
pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel,
atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi.
Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat
rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam
mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan
elektrolit (Khasanah, 2015).
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
1. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnyakesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
akan menimbulkan diare.
Pathway

Infeksi virus dan Malabsorbsi Makanan, efek


bakteri samping obat-obatan

Kuman masuk Tekanan osmotik Toksin tidak


dan berkembang meningkat dapat diabsorbsi
dalam usus

Pergeseran air Hiperperistaltik


Toksin dalam dan elektrolit ke
dinding usus rongga usus
halus

Hipersekresi air Isi rongga usus Kemampuan


dan elektrolit meningkat absorbsi
usus meningkat menurun

GEA

BAB sering dengan Inflamasi saluran


konsistensi encer pencernaan

Pelepasan
Kulit di Peningkatan BAB encer Mual dan mediator kimiawi
sekitar anus Frekwensi dengan atau muntah
lecet dan defekasi tanpa darah
iritasi
Kemerahan Agen
dan gatal anoreksia pirogenic, Spasme otot
Cairan yang dehidrasi prostaglandin polos usus
keluar
banyak
Suhu tubuh Kram perut
Gangguan
meningkat
Integritas Hipovolemia
Diare
Kulit Nyeri Akut
Hipertermia
F.Komplikasi

Menurut (Ngastiyah,2014) komplikasi yang terjadi akibat gastroenteritis:

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat).


2. Rejatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila
penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan
menyebabkan penurunan tekanan darah.
3. Hypokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisensi enzim
lactase.
6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan gastroenteritis jika lama
atau kronik)
G. Pemeriksaan Penunjang

1. Darah samar feses : untuk memeriksa adanya darah (lebih sering pada GE yang
berasal dari bakteri)
2. Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mucus atau pus pada feses
3. hitung darah lengkap dengan differensial
4. Pemeriksaan darah pemeriksaan Analisa gas darah, elektrolit,ureum kreatinin
dan berat jenis plasma
5. Uji antigen immunoassay enzim-untuk memastikan adanya rotavirus
6. Kultur feses (jika anak dirawat di RS, pus dalam feses, tau diare yang
berkepanjangan)-untuk menentukan pathogen
7. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
8. Aspirasi duodenum (jika diduga G.lamblia)
9. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi; organisme
shigella keluar melalui urin)
H. Penatalaksanaan

1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare,
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Khasanah, 2015):
Jumlah cairan:
1) jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan jumlah cairan yang
telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water
Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui
keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses).
a. Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung
meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80
mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai
cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan
parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan,persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong, dan pasien immunocompromised (Khasanah, 2015).
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–
5 hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral,
dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg
(4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atau IV) (Khasanah, 2015).
3. Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x
sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare. Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi
frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan
sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan (Khasanah, 2015).

4. Asuhan Keperawatan Teori


Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2015) diagnose keperawatan yang dapat muncul pada
pasien dengan Gastroenteritis akut yaitu :
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d
output cairan yang berlebihan.
2. Ketidakefektifan pola napas b/d abnormalitas metabolik atau ketidak
seimbangan asam basa.
3. Hipertermi b/d terjadinya dehidrasi dan ketidakmampuan atau penurunan
kemampuan untuk berkeringat
4. Risiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah.
6. Gangguan integritas kulit b/d iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
7. Cemas b/d perubahan status Kesehatan
8. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB
menurun terus menerus.

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Defisit volume cairan b/d NOC: NIC :


kehilangan cairan aktif
- Fluid balance - Fluid management

- Hydration - Timbang
Definisi : Penurunan cairan popok/pembalut jika
- Nutritional Status : Food
intravaskuler, interstisial, diperlukan
dan/atau intrasellular. Ini and Fluid Intake
- Pertahankan catatan
mengarah ke dehidrasi,
kehilangan cairan dengan intake dan output
Kriteria Hasil : yang akurat
pengeluaran sodium

- mempertahankan urine - Monitor status hidrasi


output sesuai dengan (kelembaban
Batasan Karakteristik : usia dan BB, BJ urine membran mukosa,
normal, HT normal nadi adekuat,
-    Kelemahan tekanan darah
- Tekanan darah, nadi, ortostatik), jika
-    Haus suhu tubuh dalam batas diperlukan
-    Penurunan turgor normal
kulit/lidah - Monitor vital sign
- Tidak ada tanda tanda
-    Membran mukosa/kulit dehidrasi, Elastisitas - Monitor masukan
kering turgor kulit baik, makanan / cairan dan
membran mukosa hitung intake kalori
-    Peningkatan denyut lembab, tidak ada rasa harian
nadi, penurunan haus yang berlebihan
tekanan darah,     -  Kolaborasikan
penurunan pemberian cairan
volume/tekanan nadi intravena IV

-    Pengisian vena - Monitor status nutrisi


menurun
Dorong masukan oral
-    Perubahan status - Berikan penggantian
mental nesogatrik sesuai
-    Konsentrasi urine output
meningkat - Dorong keluarga untuk
-    Temperatur tubuh membantu pasien
meningkat makan

-    Hematokrit meninggi - Tawarkan snack ( jus


buah, buah segar )
-    Kehilangan berat badan
seketika (kecuali pada - Kolaborasi dokter jika
third spacing) tanda cairan berlebih
muncul meburuk
Faktor-faktor yang
berhubungan: - Atur kemungkinan
tranfusi
- Kehilangan volume cairan
secara aktif - Persiapan untuk
tranfusi
-  Kegagalan mekanisme
pengaturan
Hypovolemia
Management

- Monitor status cairan


termasuk intake dan
ourput cairan
- Pelihara IV line

-  Monitor tingkat Hb
dan hematokrit

- Monitor tanda vital

- Monitor responpasien
terhadap penambahan
cairan

- Monitor berat badan

- Dorong pasien untuk


menambah intake oral

- Pemberian cairan Iv
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan

-  Monitor adanya tanda


gagal ginjal

2. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Terapi oksigen


napas berhubungan keperawatan 1X24 jam 1. Bersihkan mulut,
dengan : didapatkan kriteria hasil: hidung dan
sekret trakea dengan
obstruksi jalan napas, a. Status penrnapasan : tepat
terdapat benda asing ventilasi
2. Pertahankan
dijalan napas, secret Kriteria hasil kepatenan jalan nafas
dibronki dan eksudat di
alveoli 1)frekuensi pernapasan 3. Berikan oksigen
tambahan seperti
2)Irama pernapasan
yang diperintahkan
3)Kedalaman pernapasan
4. Monitor aliran oksigen
4) Penggunaan otot bantu
nafas 5. Periksa perangkat
pemberian oksigen
5) Suara nafas tambahan secara berkala untuk
memastikan
6) Retraksi dinding dada 7)
bahwa kosentrasi
Dispnea saat istirahat yang telah di
tentukan sedang di
8) Atelektasis.
berikan

6. Pastikan penggantian
b. Status pernapasan : masker oksigen/kanul
kepatenan jalan nafas nasal setiap kali
Kriteria Hasil : perangkat diganti

1) frekuensi pernapasan 7. Pantau adanya tanda-


tanda keracunan
2) pernapasan cuping
hidung oksigen dan kejadian
atelektasis.

Monitor neurologi

1. Pantau ukuran pupil,


bentuk

kesimetrisan dan
reaktivitas

2. Monitor

tingkat kesadaran

3. Monitor GCS

4. Monitor status
pernapasan.

Monitor tanda-
tanda vital

1. Monitor TD,
nadi,
suhu, dan RR

2. Catat adanya fluktuasi


tekanan darah

3. Monitor kualitas nadi

4. Monitor frekuensi
dan

5. irama pernapasan

6. Monitor suara
paru

7. Monitor pola
pernapasan abnormal

8. Monitor suhu, warna,


dan kelembapan kulit.

Identifikasi dari
penyebab perubahan
vital sign.

3. Hipertermia berhubungan Perawatan demam


dengan peningkatan laju
metabolisme a.Termoregulasi 1. Pantau suhu
Kriteria hasil : dan
Batasan tanda-tanda
1. Suhu tubuh dalam vital lainya
karakteristik
rentang normal
2. Monitor warna kulit
● Konvulsi 2. Nadi dan RR dalam dan suhu
rentang normal
● Kulit kemerahan 3. Monitor asupan dan
3. tidak ada keluaran,
● Peningkatan suhu perubahan warna
tubuh diatas normal kulit dan tidak ada sadari perubahan
● Kejang pusing kehilangan cairan
yang tak di rasakan
● Takardi
4. Beri obat atau cairan
● Takipnea IV

● Kulit teraba hangat 5. Tutup pasien dengan


selimut atau
Faktor yang berhubungan pakaian ringan
● Anastesia 6. Dorong konsumsi
cairan
● Penurunan respirasi
7. Fasilitasi
● Dehidrasi

● Pemajajan lingkungan istirahat, terapkan


yang panas pembatan aktivitas
jika diperlukan
● Penyakit
8. Berikan oksigen yang
● Pemakaian pakaian sesuai
yang tidak sesuai
dengan suhu 9. Tingkatkan
lingkungan
sirkulasi udara
● Peningkatan laju
metabolism 10. Mandikan pasien
dengan spon
● Medikasi hangat dengan hati-
hati
● Trauma
Pengaturan suhu
Aktivitasberlebihan
1. monitor suhu paling
tidak setiap 2 jam
sesuai kebutuhan

2. monitor dan laporkan


adanya tanda gejala
hipotermia
dan hipertermia

3. tingkatka intake cairan


dan nutrisi adekuat

4.berikan pengobatan
antipiretik sesuai
kebutuhan

Manajemen
pengobatan

1.Tentukan obat apa

yang di perlukan,
dan kelola menurut
resep dan/atau
protokol

2.Monitor efektivitas
cara pemberian
obat yang sesuai.

Manajemen kejang

1. Pertahankan jalan
nafas

2. Balikkan badan
pasien ke satu sisi

3. Longgarkan pakaian

4. Tetap disisi
pasien
selama kejang

5. Catat lama kejang

Monitor tingkat obat-


obatan anti epilepsi
dengan benar

4 Risiko kerusakan integritas NOC : Tissue Integrity : Skin NIC : Pressure


kulit b/d ekskresi/BAB and Mucous Membranes Management
sering
Kriteria Hasil :   Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian
Definisi : Perubahan pada yang longgar
epidermis dan dermis
  Integritas kulit yang baik   Hindari kerutan padaa
bisa dipertahankan (sensasi, tempat tidur
elastisitas, temperatur,
Batasan karakteristik :   Jaga kebersihan kulit
hidrasi, pigmentasi)
agar tetap bersih dan
- Gangguan pada   Tidak ada luka/lesi pada kering
bagian tubuh kulit
- Kerusakan lapisa   Mobilisasi pasien (ubah
kulit (dermis)   Perfusi jaringan baik posisi pasien) setiap dua
- Gangguan jam sekali
permukaan kulit   Menunjukkan pemahaman
(epidermis) dalam proses perbaikan kulit   Monitor kulit akan
- Faktor yang dan mencegah terjadinya adanya kemerahan
berhubungan : sedera berulang
Eksternal :   Oleskan lotion atau
- Hipertermia atau   Mampu melindungi kulit minyak/baby oil pada
hipotermia dan mempertahankan derah yang tertekan
- Substansi kimia kelembaban kulit dan
- Kelembaban udara perawatan alami   Monitor aktivitas dan
- Faktor mekanik mobilisasi pasien
(misalnya : alat yang
dapat menimbulkan   Monitor status nutrisi
luka, tekanan, pasien
restraint)
- Immobilitas fisik   Memandikan pasien
- Radiasi dengan sabun dan air
- Usia yang ekstrim hangat
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan
- Internal :
- Perubahan status
metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang
berhubungan dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
- Perubahan status
cairan
- Perubahan
pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
5. Cemas b/d perubahan NOC : NIC :
status kesehatan
❖  Anxiety control Anxiety Reduction
(penurunan kecemasan)
❖  Coping
Definisi : - Gunakan pendekatan
❖  Impulse control yang menenangkan
Perasaan gelisah yang tak - Nyatakan dengan
jelas dari Kriteria Hasil : jelas harapan
ketidaknyamanan atau terhadap pelaku
❖  Klien mampu pasien
ketakutan yang disertai
mengidentifikasi dan - Jelaskan semua
respon autonom (sumner
mengungkapkan gejala prosedur dan apa
tidak spesifik atau tidak
cemas yang dirasakan
diketahui oleh individu);
selama prosedur
perasaan keprihatinan ❖  Mengidentifikasi, - Pahami prespektif
disebabkan dari antisipasi mengungkapkan dan pasien terhdap
terhadap bahaya. Sinyal ini situasi stres
menunjukkan tehnik untuk
merupakan peringatan - Temani pasien untuk
mengontol cemas
adanya ancaman yang memberikan
akan datang dan ❖  Vital sign dalam batas keamanan dan
memungkinkan individu normal mengurangi takut
untuk mengambil langkah - Berikan informasi
untuk menyetujui ❖  Postur tubuh, ekspresi faktual mengenai
terhadap tindakan wajah, bahasa tubuh dan diagnosis, tindakan
tingkat aktivitas prognosis
Ditandai dengan menunjukkan berkurangnya - Dorong keluarga
untuk menemani
kecemasan
−    Gelisah anak
- Lakukan back / neck
−    Insomnia rub
- Dengarkan dengan
−    Resah
penuh perhatian
−    Ketakutan -  Identifikasi tingkat
kecemasan
−    Sedih - Bantu pasien
mengenal situasi
−    Fokus pada diri yang menimbulkan
kecemasan
−    Kekhawatiran -  Dorong pasien
untuk
−    Cemas
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
-  Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
-  Barikan obat untuk
mengurangi
kecemasan

Sumber : Nanda Internasional (2015-2017) & NIC-NOC (2015)

DAFTAR PUSTAKA

Djojonigrat, Dharmika. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing


Khasanah, Nur Aulia. 2015. Hipertermi Pada An. M Gastroenteritis Akut Diruang
Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Mufidah, Fatchul. 2012. Cermati Penyakit-Penyakit Yang rentang Diderita Anak Usia
Sekolah. Yogyakarta: FlashBooks.
Munnink, B. Van der Hoek, L. 2016. Viruses Causing Gastrointeritis : The Know, the
New and Those Beyond. Viruses. 8(2), pp. 42.
Huda N. Amin.dkk . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda-NIC NOC.Jilid 1. Yogyakarta : Med Action Publishing ; 2015
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Vol.3.Jakarta : EGC ; 2002.

Anda mungkin juga menyukai