Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengertian
Gastroenteritis Akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan
sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan / setengah cair
(setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya
berlangsung kurang dari 7 hari, terjadi secara mendadak. (Soebagyo, 2008).
Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh
virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006).
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006).
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan
usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir
dan darah.
2. Etiologi
a. Faktor infeksi
1). Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:
(a) Infeksi bakteri
Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan
sebagainya.
(b) Infeksi virus
Entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus,
astovirus dan lain-lain.
(c) Infeksi parasit
Cacing, protozoa, dan jamur.
2). Infeksi Parentral ialah infeksi diluar alat pencernaan makan seperti otitis media
akut (OMA) tonsillitis/ Tonsiloparingitis, bronkhopnemonia, encepalitis dsb.
Keadaan ini terutama tedapat pada anak kurang dari 2 tahun.
1

b. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi
lemak, malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan.
d. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci
tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum
mengkonsumsi makanan.
e. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus. Dapat terjadi pada anak yang lebih besar. Faktor lain
ialah karena faktor lingkungan dan cuaca.
Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut (diare
akut) ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:
1). Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:
(a) Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.
(b) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.
(c) Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.
2). Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,
makanan, gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin,
alergi.
b. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :
1). Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan mineral).
2). KKP (Kekurangan Kalori Protein).
3). BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir. (Suharyono
dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011)
3. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus
enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia
coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu
penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
2

rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus
yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam
basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.
Menurut Diskin (2008) di buku Muttaqin (2011) adapun mekanisme dasar yang
menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh
mukosa intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
b. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi
enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air
dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus, selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik

akan

mengakibatkan

berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare,


sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare. Dari ketiga mekanisme diatas
menyebabkan :
1). Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2). Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3). Hipoglekemia,
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4). Gangguan sirkulasi darah.
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat

mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi
klien akan meninggal.
Pendapat lain menurut Jonas (2003) pada buku Muttaqin (2011). Selain itu, diare
juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme
memproduksi toksin. enterotoksin yang diproduksi agen bakteri (E. Coli dan
Vibrio cholera) akan memberikan efek langsung dalam peningkatan pengeluaran
sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal.
5). Gangguan gizi (intake kurang, output berlebih)

Pathway :

4. Patogenesis
5

Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan Gastro Enteritis Akut atau
diare akut karena infeksi adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host).
a. Faktor kausal
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya lekat dan
penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat membentuk
koloni-koloni yang juga dapat menginduksi diare.
b. Faktor penjamu
Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap
organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri atas faktor-faktor daya tangkis
atau lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus,
imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus, sekresi mukosa, dan enzim
pencernaan. Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella terbukti dapat
menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih
tinggi terhadap infeksi oleh V. cholera.
Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan gejala penyakit,
serta mengurangi absorbsi elektrolit, tambahan lagi akan mengurangi kecepatan
eliminasi sumber infeksi.
Patogenesis diare akut :
a.Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung.
b.
Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
c.Oleh jasad renik dikeluarkan toksin.
d.
Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi:
a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam-basa (asidosis-metabolik hipokalemi dan sebagainya).
b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran
bertambah).
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah
5. Manifestasi Klinis
Gejala awal :
a. Anak menjadi cengeng
b. Gelisah
c. Suhu badan meningkat
d. Nafsu makan menurun atau tidak ada
e. Tinja cair (mungkin mengandung darah atau lendir)
f. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu
6

Gejala lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Muntah (dapat terjadi sebelum atau sesudah diare)


Gejala dehidrasi
Berat badan menurun
Ubun-ubun cekung (pada bayi)
Tonus dan turgor kulit berkurang
Selaput lendir dan bibir kering

Gejala klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :


a. Ringan (kehilangan 2,5% BB)
Dehidrasi Kesadaran Komposmetis, nadi kurang dari 120 kali per menit, pernafasan
biasa, ubun-ubun besar agak cekung, mata agak cekung, turgor dan tonus biasa,
mulut kering.
b. Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9% BB)
Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat, ubun-ubun
besar cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak berkurang, mulut kering.
c. Dehidrasi berat (kehilangan > 10% BB)
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali per menit, pernafasan
kusmaul, ubun-ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus kurang sekali, mulut ering
dan sianosis. (Mansjoer, 2000).

Cara Menentukan Derajat Dehidrasi


A

(Tanpa dehidrasi)

(Dehidrasi Tak Berat)

(Dehidrasi Berat)

Diare

< 4 x/hari cair

4-10 x/hari cair

> 10 x/hari cair

Muntah

sedikit / tidak

beberapa kali

sangat sering

Rasa haus

minum

Yang dinilai
I. Riwayat

Air kemih

biasa haus sekali, rakus ingin tidak dapat minum

tidak haus

minum banyak

normal

sedikit gelap

tidak ada dalam 6 jam

II. Periksa
7

Keadaan

sehat, aktif

umum

tampak sakit, mengan- sangat mengantuk, letuk,lesu, rewel, gelisah

mah, letargi, tidak sadar / koma

Air mata

ada

tidak ada

tidak ada

Mata

normal

cekung *

kering, sangat cekung

Mulut/lidah

basah

kering **

sangat kering

normal

agak cepat

cepat dan dalam

Kulit (dicubit)

kembali cepat

kembali lambat***

kembali sangat lambat

Denyut nadi

normal

agak cepat

sangat cepat, lemah ti-

Nafas
III. Raba

dak teraba
Ubun-ubun
IV Kehilangan

normal

cekung

sangat cekung

Berat Badan

< 40 g/KgBB

40-100g/KgBB

>100 g/KgBB

Cairan

< 5% BB

5-10 % BB

> 10 % BB

Keterangan :
*

Pada beberapa anak mata normalnya agak cekung : perlu dikonfirmasikan dengan

orang tua
** Kekeringan mulut dan lidah dapat diraba dengan jari bersih dan kering, mulut selalu
ke-ring pada anak yang biasa bernafas dengan mulut, mulut anak dehidrasi dapat basah
karena habis minum
*** Cubitan kulit kurang berguna pada anak dengan marasmus, kwashiorkor atau anak
ge-muk. (sangat lambat jika kembali > 2 detik)
A = Tidak / tanpa dehidrasi
B = Dehidrasi tidak berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda adalah *
C = Dehidrasi berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda adalah *
(SPM Kesehatan Anak IDAI, 2004 dan SPM Kesehatan Anak RSUD Wates, 2001)
6.
a.
b.
c.
d.
e.

Komplikasi
Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
Syok
Kejang
Sepsis
Gagal Ginjal Akut
8

f. Ileus Paralitik
g. Malnutrisi
h. Gangguan tumbuh kembang
(SPM Kesehatan Anak IDAI, 2004 dan SPM Kesehatan Anak RSUD Wates, 2001)
7. Pemeriksaan diagnostic/penunjang
a. Laboratorium
1). Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja, baik makroskopik maupun mikroskopik harus dilakukan untuk
menentukan diagnosa yang pasti.
(a) Pemeriksaan secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna tinja, ada
tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain.
(b) Pada pemeriksaan mikroskopik harus diperhatikan telur cacing, parasit, dan
bakteri.
2). Pemeriksaan darah
(a)
Homogram lengkap, meliputi : Hb, eritrosi, leukosit, dan hematokrit
untuk membantu menemukan derajat dehidrasi dan infeksi.
(b)
Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam basa.
(c)
Pemeriksaan AGD dan elektrolit, yaitu Na, K, Cl, dan Mg.
3). Pemeriksaan urine
Ditetapkan volme, berat jenis, pH, dan elektrolitnya.
b. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sebaiknya dilakukan sebagai pekerjaan rutin pada setiap
penderia diare. Lebih-lebih lagi setelaah ditemukan colon fibrescope maka akan
mempermudah dalam pembuatan diagnosa.
c. Radiologi
Penderita sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya colitis ulseratif dan
regional enteritis. Untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan
radiology.
8. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1). Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang : mengelola plan A, B, C
2). Memonitor tanda dehidrasi, syok
3). Memenuhi kebutuhan nutrisi : anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan
sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6 kali sehari), rendah serat, buah-buahan
diberikan terutama pisang.
4). Mengontrol dan mengatasi demam
5). Perawatan perineal
6). Penyuluhan kesehatan :
(a) Upayakan ASI tetap diberikan
(b) Kebersihan perorangan : cuci tangan sebelum makan
(c) Kebersihan lingkungan : buang air besar di jamban
9

(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)

Imunisasi campak
Memberikan makanan penyapihan yang benar
Penyediaan air minum yang bersih
Selalu memasak makanan
Selalu merebus dot / botol susu sebelum digunakan
Tidak jajan di sembarang tempat

b. Medis
1). Resusitasi cairan dan elektrolit
(a) Rencana Pengobatan A, digunakan untuk :
Mengatasi diare tanpa dehidrasi
Meneruskan terapi diare di rumah
Memberikan terapi awal bila anak diare lagi
Cara dasar rencana Pengobatan A :
a) Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi (oralit,
makanan cair : sup, air matang). Berikan cairan ini sebanyak anak mau dan terus
diberikan hingga diare berhenti.
Kebutuhan oralit per kelompok umur
Umur

Ddiberikan setiap

Yang disediakan

bab
< 12 bulan 50-100 ml
1-4 tahun 100-200 ml
> 5 tahun 200-300 ml

400 ml / hari (2 bungkus)


600-800 ml / hari (3-4 bungkus)
800-1000 ml / hari (4-5

Dewasa

bungkus)
1.200-2.800 ml / hari

300-400 ml

Cara memberikan oralit :


(1) Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2 tahun
(2) Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
(3) Bila anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan cairan lebih sedikit
(sesendok teh tiap 1-2 menit)
(4) Bila diare belanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk memberikan
cairan lain atau kembali ke petugas untuk mendapatkan tambahan oralit.
b) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi :
(1) Teruskan pemberian ASI
(2) Untuk anak < 6 bln dan belum mendapatkan makanan padat dapat diberikan
susu yang dicairkan dengan air yang sebanding selama 2 hari.
(3) Bila anak > / = 6 bulan atau telah mendapat makanan padat :
10

(a) Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin dicampur
dengan kacang-kacangan, sayur, daging, tam-bahkan 1 atau 2 sendok teh
minyak sayur tiap porsi.
(b) Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah kalium
(c) Dorong anak untuk makan berikan sedikitnya 6 kali sehari
(d) Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan makanan
tambahan setiap hari selama 2 minggu.
(e) Bawa anak kepada petugas bila anak tidak membaik selama 3 hari atau anak
mengalami : bab sering kali, muntah berulang, sangat haus sekali, makan
minum sedikit, demam, tinja berdarah.
Rencana Pengobatan B :
Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang); rehidrasi dengan oralit 75 ml / kg BB dalam 3
jam pertama atau bila berat badan anak tidak diketahui dan atau memudahkan
dilapangan, berikan oralit sesuai tabel :
Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama :
Umur

< 1 tahun

Jumlah oralit 300 ml

1-5 tahun

> 5tahun

Dewasa

600 ml

1.200 ml

2.400 ml

Setelah 3-4 jam, nilai kembali, kemudian pilih rencana A, B, atau C untuk
melanjutkan pengobatan :

Bila tidak ada dehidrasi ganti ke rencana A


Bila ada dehidrasi tak berat atau ringan/sedang, ulangi rencana B tetapi tawarkan

makanan, susu dan sari buah seperti rencana A


Bila dehidrasi berat, ganti dengan rencana C

Rencana Pengobatan C
Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral / cairan intravena segera. Beri 100 ml/kg BB
cairan RL, Asering atau garam normal (larutan yang hanya mengandung glukosa
tidak boleh diberikan).

Umur

30 ml/kg BB

70 ml/kg BB
11

< 12 bulan
> 1 tahun

1 jam pertama
jam pertama

5 jam kemudian
21/2 jam kemudian

Rehidrasi parenteral :

RL atau Asering untuk resusitasi / rehidrasi


D1/4S atau KN1B untuk maintenan (umur < 3 bulan)
D1/2S atau KN3A untuk maintenan (umur > 3 bulan)
(SPM Kesehatan Anak RSUD Wates, 2001)

Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba


Nilai kembali tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan

infuse
Juga berikan oralit 5 ml/kg BB/jam bila penderita bisa minum. Biasanya

setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)


Setelah 3-6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi, kemudian pilih rencana A,

B, C untuk melanjutkan pengobatan.


2). Obat-obat anti diare meliputi antimotilitas (loperamid, difenoksilat, kodein,
opium), adsorben (norit, kaolin, smekta).
3). Obat anti muntah : prometazin, domperidon, klorpromazin
4). Antibiotik hanya diberikan untuk disentri dan tersangka kolera : Metronidazol 50
mg/kgBB/hari
5). Hiponatremia (Na > 155 mEq/L), dikoreksi dengan D1/2S. Penurunan kadar Na
tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa menyebabkan edema otak
6). Hiponatremia (Na < 130 mEq/L), dikoreksi dengan RL atau NaCl
7). Hiperkalemia (K > 5 mEq/L), dikoreksi dengan kalsium glukonas perlahan-lahan
5-10 menit sambil memantau detak jantung
8). Hipokalemia (K , 3,5 mEq/L), dikoreksi dengan KCl
(Kapita Selekta Kedokteran, 2000 dan SPM Kesehatan Anak RSUD Wates, 2001)

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala
dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan
bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
12

b. Riwayat penyakit sekarang


Menggambarkan perjalanan penyakit yang saat ini sedang dialaminya. Berisi
tentang kapan terjadinya, penyebab terjadinya serta upaya yang telah dilakukan
oleh penderita untuk mengatasi penyakitnya. Awalnya suhu tubuh meningkat,
anoreksia kemudian timbul diare.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit lain yang ada kaitanya dengan penyakitnya sekarang.
Tindakan medis yang pernah didapat maupun obat-oatan yang biasa digunakan
penderita dalam menangani sakit.
d. Riwayat penyakit keluarga
3. Pola fungsi kesehatan gordon
a. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas
pasien sehari-sehari kurang baik.
b. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
c. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari,BAK sedikit atau jarang.
d. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
e. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
f. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun kurang
berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
g. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri karena
kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada
fase sakit.
h. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada penyakit.
i. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran
pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
j. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur
dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
k. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembahyang karena
gejala penyakit.
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (BB, PB, Usia)
Pemeriksaan persistem :
1). Sistem persepsi sensori :
(a) Penglihatan : air mata ada / tidak, cekung / normal
(b) Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah lembab / kering
2). Sistem persyarafan : kesadaran, kejang.
3). Sistem pernafasan : kusmaul, sianosis, cuping hidung
13

4). Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak teraba, kapilary
refill lambat, akral hangat/dingin, sianosis perifer.
5). Sistem Gastrointestinal :
(a) Mulut : membrane mukosa lembab/kering, bibir lembab/kering
(b) Perut : turgor ?, kembung / meteorismus, distensi, peristaltik meningkat,
nyeri
(c) Informasi tentang tinja : warna, volume, bau, konsistensi, lendir, darah, sisa
makanan
6). Sistem integumen : kulit kering/lembab, ubun-ubun cekung/tidak, turgor ?,
bibir kering/tidak, diaper rash/iritasi di daerah perineal, ada lipatan
kulit/keriput ?
7). Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria/anuria
8). Kepala dan leher : ukuran kepala, bentuk, kesimetrisan. Fontanel dan sutura
cekung.
9). Mata : kelopak mata, mata cekung, konjungtiva, mata sayu.
10).Telinga: inspeksi telinga luar dan dalam, pendengaran.
11).Mulut dan kerongkongan : mukosa mulut kering, rasa haus, kerongkongan
panas, lemah menelan.
12).Abdomen : turgor kulit jelek, bunyi usus peristaltik meningkat,
13).Genetalia : iritasi, kemerahan sekitarnya
14).Extermity : lemah, pergerakan lemah
B. Analisa data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan analisa serta
sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan data
obyektif dan berpedoman pada teori Abraham Maslow yang terdiri dari :
a. Kebutuhan dasar atau fisiologis
b. Kebutuhan rasa aman
c. Kebutuhan cinta dan kasih sayang
d. Kebutuhan harga diri
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil kesimpulan
tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab, yang dapat dirumuskan
dalam bentuk diagnosa keperawatan meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.
C. Diagnosa keperawatan
1. Diare b/d inflamasi bakteri / proses infeksi.
2. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
3. Risiko kerusakan integritas kulit b/d lembab
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake
makanan.
5. PK : Syok hipovolemik b.d dehidrasi
6. Kurang pengetahuan tentang penyakit diare b.d kurang informasi, keterbatasan
14

D. Intervensi keperawatan
N
o
1.

Tujuan

Diagnosa keperawatan

Diare

b.d

dan

Kriteria

Hasil

inflamasi NOC

Intervensi

NIC

bakteri / proses infeksi.

Bowel elimination

Definisi :

Balance cairan

a. lakukan

Status hidrasi

feses

BAB

cair

atau

tidak

berbentuk

Management diare

Kriteria Hasil :

Pola

defekasi,

lembek setiap hari atau

3 hari sekaki
menunjukkan

lebih
-

dari

kali

dalam sehari
Suara usus hiperaktif
Nyeri perut
Kram
Urgensi

Faktor yang berhubungan


:
-

Tingkat

stres

cemas tinggi
Alkoholik
Keracunan
Penyalahgunaan

laksatif
Radiasi
Pemberian

melalui selang
Efek samping obat
Kontaminasi
Taravelling
Inflamasi
Malabsorbsi
Proses infeksi
Iritasi
Parasit

daerah

menunjukkan
diare

berkurang
mampu menjelaskan
tindakan

bebas

iritasi

penyebab

dan

diare

dan
yang

dilakukan

jika

dan
diare

berlanjut
b. evaluasi efek samping
pengobatan

pada

gastrointestinal
c. anjurkan pasien/keluarga
mencatat warna, volume
dan konsistensi feses
d. identifikasi
faktor
penyebab

diare

(pengobatan, bakteri atau


pengaruh makanan)
e. monitor tanda dan gejala
diare
f. observasi

turgor

kulit

menunjukkan

secara teratur
g.
monitor daerah perineal
turgor kulit dan bb
dbn.

makan

rectal

frekuensi

kultur

sensitivitas

Batasan Karakteristik :
Sedikitnya BAB cair

pemeriksaan

dari iritasi dan ulcerasi


h. timbang BB
i. monitor
peningkatan
peristaltik usus
j. kelola pemberian intake
nutrisi dan cairan
k. berikan medikasi sesuai
program
Monitor elektrolit
a. monitor nilai elektrolit
b. monitor
kehilangan
15

cairan dan elektrolit


c. monitor
manifestasi
neurologi

karena

ketidakseimbangan
elektrolit
d. monitor rasa

mual,

muntah dan diare


Perawatan perineal
a. lakukan
perineal
b. jaga perineal
2

Defisit volume cairan b/d NOC:

kering
NIC :

kehilangan cairan aktif

Fluid balance

Fluid management

Definisi

Hydration

1. Timbang

cairan

Penurunan

intravaskuler,

interstisial,

Nutritional Status : Food

dan/atau and Fluid Intake

intrasellular.

diperlukan
2. Pertahankan

Ini Kriteria Hasil :

mengarah ke dehidrasi,

Mempertahankan urine

kehilangan cairan dengan

output

sesuai

turgor

kulit

pengeluaran sodium
Batasan Karakteristik :
- Kelemahan
- Haus
- Penurunan

turgor

kulit/lidah
- Membran

mukosa/kulit kering
- Peningkatan
denyut
nadi,

tetap

jika
catatan

intake dan output yang

akurat
dengan 3. Monitor status hidrasi
usia dan BB, BJ urine
( kelembaban membran
normal, HT normal
mukosa, nadi adekuat,
Tekanan darah, nadi,
tekanan
darah
suhu tubuh dalam batas
ortostatik
),
jika
normal
diperlukan
Tidak ada tanda tanda
4. Monitor vital sign
dehidrasi,
Elastisitas 5. Kolaborasikan
membran

baik,

pemberian

cairan

mukosa

darah,

intravena IV
lembab, tidak ada rasa 6. Monitor status nutrisi
7. Dorong masukan oral
haus yang berlebihan
8. Berikan
penggantian

volume/tekanan nadi
- Pengisian
vena

nesogatrik sesuai output


9. Dorong keluarga untuk

tekanan

penurunan

popok/pembalut

hygiene

penurunan

menurun
- Perubahan
mental

membantu
status

pasien

makan
10. Tawarkan snack ( jus
16

- Konsentrasi

urine

meningkat
- Temperatur

tubuh

buah, buah segar )


11. Atur
kemungkinan
tranfusi

meningkat
- Hematokrit meninggi
- Kehilangan
berat
badan

Hypovolemia
Management

seketika

a. Monitor status cairan

(kecuali pada third

termasuk intake dan

spacing)

ourput cairan
b. Monitor tingkat Hb dan
Faktor-faktor

yang

hematokrit
c. Monitor tanda vital
d. Monitor responpasien

berhubungan:
- Kehilangan

volume

terhadap

cairan secara aktif

penambahan

cairan
e. Monitor berat badan
f. Dorong pasien untuk

- Kegagalan mekanisme
pengaturan

menambah intake oral


3

Risiko
integritas

kerusakan NOC : Tissue Integrity : NIC


kulit

b/d Skin

ekskresi/BAB sering

and

kulit

Membranes

merupakan

yang

perubahan

Integritas

a
kulit

yang

yang bersifat merugikan

(sensasi,

kulit.

temperatur,

Faktor resiko :

pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi pada d
kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukkan
e
pemahaman
dalam

a.

b.

eksternal
factor mekanik
hipo/hipertermi
imobilitas fisik
substansi kimia
ekskresi atau sekresi
radiasi
kelembaban
pelembab
usia yang ekstrim
internal

Anjurkan pasien untuk


menggunakan

baik bisa dipertahankan

Pressure

Mucous Management

Definisi : Semua risiko Kriteria Hasil :


untuk

elastisitas, c
hidrasi,

pakaian

yang longgar
Hindari kerutan padaa
tempat tidur
Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering
Mobilisasi pasien (ubah
posisi pasien) setiap dua
jam sekali
Monitor kulit

akan

proses perbaikan kulit f

adanya kemerahan
Oleskan lotion atau

dan

minyak/baby oil pada

terjadinya

mencegah
sedera
g

derah yang tertekan


Monitor aktivitas dan
17

pengobatan
tulang yang menonjol
kekebalan tubuh
perubahan sensasi
perubahanpigmentasi
perubahan
status

berulang
Mampu

mobilisasi pasien
melindungi

kulit

dan

mempertahankan
kelembaban kulit dan

metabolic
perubahan sirkulasi
perubahn turgor kulit
perubahan
status

perawatan alami

nutrisi
psikogenik
4

Ketidakseimbangan
nutrisi

kurang

kebutuhan

NOC :
dari

Nutritional Status :

a. Kaji

b/d

Nutritional Status : food

makanan
b. Kolaborasi dengan ahli

tubuh

penurunan

Nutrition Management

intake and Fluid Intake

makanan

Nutritional

Status

cukup

keperluan

untuk

Adanya
berat

Batasan karakteristik :
-

Berat badan 20 %
atau lebih di bawah

ideal
Dilaporkan

adanya

intake makanan yang


kurang

dari

RDA

(Recomended

Daily

Allowance)
Membran mukosa dan

konjungtiva pucat
Kelemahan otot yang
digunakan

untuk

menelan/mengunyah

gizi untuk menentukan


yang dibutuhkan pasien.
c. Yakinkan
diet
yang

Weight control

metabolisme Kriteria Hasil :

tubuh.

alergi

jumlah kalori dan nutrisi

Definisi : Intake nutrisi nutrient Intake


tidak

adanya

dimakan

peningkatan

badan

sesuai

dengan tujuan
Beratbadan ideal sesuai

tinggi

mengandung
serat

untuk

mencegah konstipasi
d. Ajarkan
pasien
bagaimana

membuat

dengan tinggi badan


catatan makanan harian.
Mampumengidentifikasi e. Kaji kemampuan pasien
kebutuhan nutrisi
Tidk ada tanda tanda

untuk

mendapatkan

nutrisi yang dibutuhkan

malnutrisi
Menunjukkan
peningkatan

fungsi

pengecapan

dari

menelan
Tidak terjadi penurunan
berat

badan

yang

berarti
18

Luka, inflamasi pada

rongga mulut
Mudah
merasa
kenyang,

sesaat

setelah
-

mengunyah

makanan
Dilaporkan atau fakta
adanya

kekurangan

makanan
Dilaporkan

adanya

perubahan

sensasi

rasa
- Perasaan
ketidakmampuan
untuk

mengunyah

makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan
dengan

BB
makanan

cukup
- Keengganan

untuk

makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri
abdominal
dengan

atau

patologi
- Kurang

tanpa

berminat

terhadap makanan
- Pembuluh
darah
kapiler mulai rapuh
- Diare
dan
atau
steatorrhea
- Kehilangan

rambut

yang cukup banyak


(rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
misinformasi
19

Faktor-faktor

yang

berhubungan :

Ketidakmampuan
pemasukan
mencerna
atau

atau
makanan

mengabsorpsi

zat-zat

gizi

berhubungan dengan
faktor

biologis,

psikologis
5.

ekonomi.
Pk Syokhipovolemik

atau
Setelah dilakukan tindak- 1. Kaji dan catat status
an / penanganan selama 1

perfusi

perifer.

jam

Laporkan

temuan

diharapkan klien

mempunyai perfusi yang

bermakna : ekstremitas

adekuat, dengan criteria :

dingin

dan

penurunan
Kriteria hasil :

amplitude

nadi, pengisian kapiler

Amplitudo nadi perifer


meningkat
Pengisian

pucat,

kapiler

lambat.
2. Pantau tekanan darah
pada interval sering ;

singkat (< 2 detik)


Tekanan darah dalam

waspadai

rentang normal
CVP > atau = 5 cm

mmHg di bawah rentang

H2O
Frekuensi

jantung

teratur
Berorientasi
waktu,

terhadap

tempat,

dan

orang
Keluaran urin > atau =
30 ml/jam
Akral hangat

pada

pembacaan lebih dari 20


normal

klien

atau

indicator

lain

dari

hipotensi

perubahan

pusing,
mental,

keluaran urin menurun.


3. Bila hipotensi terjadi,
tempatkan klien pada
posisi telentang untuk
meningkatkan

aliran
20

Nadi teraba
Membran

balik vena. Ingat bahwa


mukosa

lembab
Turgor kulit normal
Berat badan stabil dan
dalam batas normal
Kelopak mata tidak
cekung
Tidak demam
Tidak ada rasa haus
yang sangat
Tidak ada napas pendek /kusmaul

tekanan darah > atau =


80/60

mmHg

untuk

perfusi

koroner

arteri

ginjal

dan
yang

adekuat.
4. Pantau CVp (bila jalur
dipasang)

untuk

menentukan
keadekuatan aliran balik
vena dan volume darah;
5-10 cm H2O biasanya
dianggap rentang yang
adekuat.

Nilai

mendekati

menunjukkan
hipovolemia, khususnya
bila

terkait

dengan

keluaran urin menurun,


vasokonstriksi,
peningkatan

dan
frekuensi

jantung yang ditemukan


pada hipovolemia.
5. Observasi
terhadap
indicator
serebral

perfusi
menurun

gelisah,

konfusi,

penurunan

tingkat

kesadaran.

Bila

indicator positif terjadi,


lindungi

klien

cidera

dari
dengan

meninggikan pengaman
tempat

tidur

dan
21

menempatkan

tempat

tidur pada posisi paling


rendah. Reorientasikan
klien sesuai indikasi.
6. Pantau
terhadap
indicator perfusi arteri
koroner menurun : nyeri
dada, frekuensi jantung
tidak teratur.
7. Pantau

hasil

laboratorium

terhadap

BUN (>20 mg/dl) dan


kreatinin (>1,5 mg/dl)
meninggi

laporkan

peningkatan.
8. Pantau nilai elektrolit
terhadap bukti ketidak
seimbangan , terutama
Natrium (>147 mEq/L)
dan

Kalium

(>5

mEq/L). Waspadai tanda


hiperkalemia

kelemahan

otot,

hiporefleksia, frekuensi
jantung
Juga

tidak

teratur.

pantau

tanda

hipernatremia,

retensi

cairan dan edema.


9. Berikan cairan sesuai
program

untuk

meningkatkan
vaskuler.
jumlah

volume

Jenis

dan
cairan

tergantung pada jenis


syok dan situasi klinis
22

klien : RL, Asering


10. Siapkan
untuk
pemindahan

klien

ke

ICU/PICU
(Keperawatan
Bedah

Medical

Swearingen

1996)

Kurang pengetahuan kli- Setelah


6.

dilakukan Teaching : Disease Process

en / orang tua tentang penjelasan selama X (5602)


diare b.d kurang informa- pertemuan klien / orang tua 1. Berikan penilaian tentang
si, keterbatasan kognisi, mengetahui dan memahami

tingkat

tak familier dengan sum- tentang

klien / orang tua tentang

penya-kitnya,

ber informasi.

dengan criteria :

Batasan Karakteristik :

Knowledge

proses penyakitnya
2. Jelaskan
patofisiologi
Disease

Mengetahui

Tidak tepat mengiku-ti


perintah
Tingkah laku yang
berlebihan
bermusuhan,
apatis)

(histeris,
agitasi,

jenis /

nama penyakitnya
Mampu menjelaskan
pro-ses penyakit
Mampu menjelaskan
fak-tor resiko
Mampu menjelaskan
efek penyakit
Mampu menjelaskan
tan-da

dan

diare dan ba-gaimana


hal

Mengungkapkan ma- Process (1803) :


salah

pengetahuan

gejala

penyakit
Mampu menjelaskan

ini

berhubungan

dengan

ana-tomi

dan

fisiologi

dengan

cara

yang sesuai.
3. Gambarkan tanda

dan

gejala
muncul

yang
pada

biasa
diare

dengan cara yang sesuai


4. Gambarkan
proses
penyakit diare dengan
cara yang sesuai
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab de-ngan cara

yang tepat
komplikasi
6.
Bantu
klien / orang tua
Mampu menjelaskan
mengenali
faktor
ba-gaimana mencegah
kom-plikasi

penyebab diare
7. Berikan informasi upayaupaya mencegah diare :
23

Knowledge : Health be-

selalu

havors (1805)

minum, mencuci tangan

Mampu

menjelaskan

pola nutisi yang sehat


Mampu menjelaskan
ak-tifitas

yang

merebus

sebelum makan, tidak


makan

di

botol

susu

digunakan,

cara pencegahan diare


Mampu menjelaskan

kebersihan

manajemen

stress
Mampu

menjelaskan

efek zat kimia


Mampu menjelaskan
ba-gaimana
mengurangi
sakit
Mampu

re-siko

menjelaskan

ba-gaimana
menghindari
lingkungan

yang

berba-haya

(sanitasi

kurang)
Mampu

menjelaskan

sembarang

tempat, merebus dot /

bermanfaat
Mampu menjelaskan

tek-nik

air

sebelum

memperhatikan
lingkungan

dll
8. Berikan informasi pada
klien / orang tua tentang
kondisi / perkembangan
kesehatan dengan tepat
9. Sediakan
informasi
tentang

pengukuran

diagnostik yang tersedia


10. Diskusikan perubahan
gaya

hidup

yang

mungkin

diperlukan

untuk

mencegah

komplikasi

di

masa

yang akan datang dan


atau

proses

pengontrolan penyakit
cara pemakaian obat 11. Diskusikan
pilihan
sesuai resep
terapi atau penanganan
12. Gambarkan
rasional

pilihan
rekomendasi

manajemen

terapi

penanganan
13. Dukung klien/ orang tua
untuk

meng-

eksplorasikan

atau

mendapatkan

second
24

opinion

dengan

cara

yang tepat
14. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan
dengan cara yang tepat
15. Instruksikan klien /
orang

tua

mengenai

tanda dan gejala untuk


melaporkan

pada

pemberi perawatan
16. Kuatkan informasi yang
disediakan
kesehatan

tim
yang

lain

dengan cara yang tepat


Teaching

Procedur

Treatment (5618)
1. Informasikan
klien

dan

kepada
orang

kapan

prosedur

pengobatan

akan

laksanakan
2. Informasikan
lama

di-

seberapa
prosedur

pengobatan

akan

dilakukan
3. Informasikan
peralatan

tua

tentang

yang

akan

digunakan

dalam

pengobatan
4. Informasikan

kepada

orang tua siapa yang


akan

melakukan

prosedur pengobatan
5. Jelaskan tujuan dan
alasan

dilakukan
25

prosedur pengobatan
6. Anjurkan kepada klien
untuk

kooperatif

dilakukan
pengobatan
7. Jelaskan

saat

prosedur
tentang

perasaan yang mungkin


akan

dialami

dilakukan

selama
prosedur

pengobatan
E. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan
interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi

yang tepat dengan

selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.

Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang


sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.
F. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan
dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif
dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
a. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang ditetapkan di tujuan.
b. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku
yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

26

DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith M. 2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC
Potter, P. A., & Perry, A. G. 2005, Buku ajar fundamental keperawatan : Konsep, proses
dan praktik, Edisi 4, Volume 1, EGC, Jakarta.
Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC
Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta kedokteran, Jakarta: FKUI
Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Editor Setiawan. Jakarta: EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne, C, dan Brenda G. Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth. Edisi VII. Jakarta : EGC. 2001.
Subagyo, Bambang. Ilmu Kesehatan Anak I (Diare pada Anak). Surakarta: Depdikbud RI
UNS, 1997.
Tjokronegoro, Arjatmo. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI, 2002.
http://ekapuspitasari-adeks.blogspot.co.id/2014/02/laporan-pendahuluan-gastroentritisakut.html

27

Anda mungkin juga menyukai