Anda di halaman 1dari 8

ANALGESIK DAN SPASMOLITIK

By: Priska

Kalau dari soal-soal yang ada, jenis-jenis soalnya:

 analgesic: ditanyakan efek anlagesiknya didapatkan dengan menghambat jalur apa/dimana.. misal:
analgesic opioid yang berkerja pada otak dan medulla spinalis; kemungkinan efek samping. Pelajari
gambar-gambar alur nyeri di bawah ya..
 spasmolitik: yang berefek ke reseptor contohnya apa, dan yang berefek langsung ke otot apa aja;
kemungkinan efek samping

NYERI adalah suatu spectrum sensasi yang sangat luas, baik karakteristik maupun intensitasnya (ranging
from unpleasant to intolerable). Stimulus nyeri dideteksi oleh reseptor fisiologis, yang disebut
nociceptors, yang secara morfologis tampak sebagai free-nerve endings. Impuls dari nosiseptor ini akan
dialirkan melalui myelinated axon (Aδ-fibers, 5 – 30 m/s) dan unmyelinated axon (C-fibers, 0,2 – 2 m/s).

Ujung saraf bebas dari:


- Aδ fibers  merespon terhadap tekanan kuat atau panas
- C-fibers  merespon terhadap stimulus kimiawi yang berasal dari jaringan yang terkena trauma
atau injury (H+, K+, histamine, bradykinin, etc.)

Baik itu stimulus kimia, mekanik, atau panas, apabila disertai dengan kehadiran prostaglandin, stimulus
akan jauh lebih efektif (terasa lebih sakit).

Mekanisme Perifer

Tissue injury:
- Melepaskan mediator inflamasi, seperti K+, H+, bradikinin, histamine, 5HT (serotonin), nitric oxide
- Aktivasi jalur asam arakidonat  produksi leukotrien dan prostanoid
prostanoids:any of  a group of  complex  fatty acids  derived  from arachidonic acid,  including  the
prostaglandins, prostanoic acid,  and  the thromboxanes.
- Aktivasi nocicepsi perifer
- Memodulasi aferen primer untuk stimulus berikutnya
Modulasi adalah proses perubahan (varying) suatu gelombang periodik sehingga menjadikan suatu sinyal mampu
membawa suatu informasi. 

Stimulus kimia juga mendasari terjadinya:


- Nyeri sekunder akibat proses inflamasi atau iskemia (angina pectoris, infark miokardium)
- Nyeri intens yang terjadi pada waktu overdistensi atau kontraksi spasmodic dari otot polos organ
abdomen, dan
- Nyeri akibat anoxemia local yang terjadi pada area spasme (visceral pain)

Regulasi
 Peristalsis yang terjadi dalam usus dimediasi oleh aktivitas serabut saraf enteric.
 Nitric oxide (NO) berperan sebagai mediator utama relaksasi dalam proses peristalsis
 Asetilkolin (Ach) dan neurotransmitter lainnya memediasi terjadinya kontraksi
 Serotonin (5-hydroxytrptamine, 5HT), yang dilepaskan oleh sel enteroendokrin, merupakan
regulator penting dari motilitas usus  serotonin memiliki efek ke neuron enteric  PROXIMAL
CONTRACTION and DISTAL RELAXATION (peristalsis normal kan kalau usus proksimal kontraksi,
usus sebelah distal akan relaksasi, ini yang memungkinkan makanan bisa terdorong ke bagian distal
usus).
 Spasme otot dapat diredakan secara medis dengan menggunakan relaksan, seperti mebeverin dan
hyoscine.

Etiologi – Nyeri Abdomen Akut


 Common
- Intestinal colic
- Disentri
- Hepatitis
- Gastritis

 Less common
- Appendicitis
- Obstruksi usus
- Peritonitis
- Renal colic
- Hennoch – Schonlein purpura
 Rare
- Pancreatitis
- kolik bilier
- diverticulum Meckel
- keracunan timah
- porphyria = defisiensi enzim yang bekerja pada jalur pembentukan heme  bermanifestasi
sebagai gangguan hepar dan sistem saraf
- sickle cell crisis  kondisi emergensi pada sickle cell anemia. Pada SCA, eritrosit yang memiliki
deformitas bentuk jadi bulan sabit akan cenderung untuk membentuk suatu gumpalan, yang
dapat menghambat aliran darah ke organ tubuh seperti otak, paru-paru, ginjal, hepar, tulang,
dan limpa; kondisi ini yang memicu terjadinya nyeri. Common trigger dari pembentukan
gumpalan: infeksi dan dehidrasi.
- herpes zoster

Progersi Nyeri
 short-lasting dan self-limiting  indikasi kolik, dan nyerinya biasanya berulang (rekurensi)
 nyeri akibat inflamasi biasanya berlangsung lebih lama dan jarang tekuren
 Tipe nyeri:
- nyeri tumpul  mengindikasikan nyeri kronik
- nyeri kolik  mengindikasikan spasme otot polos dari organ berongga, seperti kolik ureter atau
kolik usus

Sensasi nyeri dapat dipengaruhi atau dimodifikasi dengan cara sbb:

 eliminasi penyebab nyeri


 menurunkan sensitivitas nosiseptor (dengan pemberian analgesic antipiretik, anastesi lokal)
 menginterupsi konduksi nosiseptif pada saraf sensori (dengan pemberian anestesi lokal)
 supresi transmisi impuls nosiseptif di medulla spinalis (dengan pemberian opioids)
 inhibisi persepsi nyeri di sistem saraf pusat (dengan pemberian opioids, general anesthetics)
 mengganggu respon emosional terhadap nyeri (dengan pemberian antidepresan sebagai co-
analgesik)

TARGET TERAPI NYERI


1) farmakoterapi:
- non-opioid analgesics
- opioid analgesics
- nerve block
- adjuvant analgesics (neuropathic, muskuloskeletal)
2) stimulasi elektris
- Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
- Percutaneous electrical nerve stimulation (PENS)
3) metode alternetif
- Acupuncture
- Physical Therapy
- Chiropractics
- Surgery

ANALGESIK

1) Paracetamol

 Pyrexia = demam  parasetamol juga bermanfaat sebagai antipiretik


 Aktivitas analgesic kuat, tapi aktivitas anti-inflamasinya sangat kecil atau hampir tidak ada.
 Efek analgesiik  mengurangi nyeri ringan hingga sedang
 Mekanisme aksinya tidak diketahui sepenuhnya.
 Hati-hati  sifatnya hepatotoksik
 Merupakan 1st line untuk low back pain, migraine, dan tension headache.

2) NSAIDS (COX-1 / Cox-2)

 punya efek inflamasi yang cukup kuat  melalui inhibisi COX-1 dan COX-2  inhibisi produksi
prostaglandin
 hati-hati pada pasien tukak lambung
 pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan

3) Codein

4) Tramadol

 Tramadol merupakan analgesic golongan opioid dengan efek samping opioid yang lebih rendah,
terutama efek samping pada depresi pernapasan, konstipasi, dan potensi kecanduan
(addiction).
 Efek analgesic yang ditimbulkan oleh opioid, terjadi sebagai akibat kerja opioid pada reseptor
opioid (reseptor , reseptor , dan reseptor ). Ketiga reseptor ini dapat ditemukan di sistem
saraf pusat (otak dan kornu dorsalis medulla spinalis), yang berperan pada transmisi dan
modulasi nyeri.
 Tersedia sediaan intravena, intramuscular, subkutan, dan per oral
 Tramadol juga sama efektif dengan morfin dalam meredakan nyeri post-operatif (moderate
pain), tetapi tidak tampak lebih efektif untuk severe acute pain.
 Efek samping yang umum: pusing, nausea, mulut kering, dan sedasi
 Ketika digunakan untuk meredakan kolik renal, tramadol 100 mg sama efektif dengan pethidine
50 mg

5) Opioids

 Merupakan analgesic golongan opioid,terutama lewat ikatannya dengan reseptor .


 Punya efek analgesic yang kuat.
 Hati-hati efek samping: depresi respirasi, konstipasi, drownsiness, dan ketagihan (addiction)

ANTISPASMODIK (SPASMOLITIK)
= obat yang digunakan untuk meredakan spasme otot polos di saluran cerna.

Ada 2 kelompok obat utama:


a) Drugs- affecting autonomic innervations  anti-kolinergik dan parasimpatolitik
b) Drugs directly affecting smooth muscle function

Indikasi dan therapeutical use:

- Irritable Bowel Syndrome (IBS),


- flatulent distention of the abdomen (meteorism),
- spasme otot polos,
- analgo-spasmolitik: pada spasme otot polos yang sangat nyeri, seperti kolik renal, bilier, dan
intestine

Antispasmodics (affecting autonomic innervations)

1) Parasimpatolitik (antimuskarinik)
 Merupakan antagonis pada reseptor muskarinik (reseptor M)
 Memiliki efek spasmolitik pada sel otot polos, tetapi memiliki efek kebalikan (spasme +) pada
sphincter
 Contoh: atropine, trospium, tolterodine, scopolamine
 Efek samping: xerostomia, mydriasis, cycloplegia, peningkatan tekanan okuler, retensi urin

2) Antikolinergik
 Merupakan antagonis pada reseptor muskarinik (reseptor M) dan reseptor nikotinik (reseptor
N)
 Memiliki efek spasmolitik , baik pada otot polos maupun sphincter
 Sering dalam bentuk kombinasi dengan obat lain
 Quarternary amines  absorpsinya lambat  sehingga efek samping ke sistem saraf pusat
rendah
 Contoh: otilonium, fenpiverine

Antispasmodics (directly affecting smooth muscle)


 Mekanisme aksi: inhibisi kanal Ca2+ , aktivasi kanal K+, stimulasi sintesis NO (nitric oxide)
 Contoh: papaverine (opiate), drotaverine, mebeverine, alverine

Mebeverine
 Mebeverine HCl termasuk dalam kelompok senyawa musculotropic antispasmodic
 Senyawa ini bekerja secara langsung pada otot polos usus pada tingkat seluler  berperan
dalam relaksasi otot
 Mebeverine juga merupakan inhibitor dari calcium-depot replenishment  sehingga
Mebeverine memiliki dual action untuk menormalisasi motilitas usus kecil
 Indikasi:
- Spastic functional disturbance pada kolon
- Irritable bowel syndrome (bentuk primer)
Papaverine
 Merupakan opium alkaloid (golongan opioid juga), yang terutama digunakan dalam terapi
spasme organ visceral, vasospasme (terutama yang melibatkan jantung dan otak)
 Papaverine digunakan dalam terapi spasme saluran gastrointestinal, ductus bilier, dan ureter,
serta sebagai vasodilator cerebral dan koroner.
 Mekanisme: mekanisme aksi in vivo tidak sepenuhnya jelas, tetapi inhibisi enzim
phosphodiesterase menyebabkan elevasi kadar siklik AMP secara signifikan. Papaverin juga
dapat mengganggu respirasi mitokondrial.
 Efek samping: efek samping yang sering dijumpai, antara lain takikardia ventricular, konstipasi,
peningkatan kadar transaminase, peningkatan kadar alkaline phosphatase, somnolence dan
vertigo.

N-Butylscopolamine (hyoscin)
 Merupakan antagonis reseptor muskarinik
 Digunakan untuk meredakan spasme yang menyakitkan pada duktus bilier, ginjal, dan ureter
 Karena efek terapeutik biasanya lemah, hyoscin ini biasa diberikan konkomitan (bersamaan)
dengan analgesic lain yang poten (seperti opioid meperidine: Tramadol).
 Nama scopolamine diambl dari nama genus tanaman Scopolia
 Nama hyoscine berasal dara nama scientifik untuk henbane, Hyoscyamus niger.

Anda mungkin juga menyukai