Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DISTOSIA

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Keperawatan Maternitas
yang dibimbing oleh Ibu Dra Goretti Maria Sindarti, M. Kes

Oleh :
Kelompok 6 / 2A
Delia Ihda Mufidah (P17210191018)
Pangestu Esa Ramadhani (P17210191020)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MALANG
Oktober 2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia
dan rahmat-Nya, kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan dengan Pasien Distosia” dengan lancar.

Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas Keperawatan


Maternitaas. Rasa terima kasih kami tidak terkirakan kepada yang terhormat Ibu
Dra Goretti Maria Sindarti, M. Kes selaku pembimbing materi dalam pembuatan
makalah ini, serta semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah
ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan distosia. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih belum
sempurna, maka saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi
perbaikan makalah selanjutnya.

Malang, 11 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan.................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN.................


2.1 Konsep Penyakit.................................................................................................
2.1.1 Definisi Distosia.............................................................................................
2.1.2 Etiologi Distosia.............................................................................................
2.1.3 Tanda dan Gejala Distosia.............................................................................
2.1.4 Klasifikasi Distosia........................................................................................
2.1.5 Manifestasi Klinis..........................................................................................
2.1.6 Patofisiologi Distosia.....................................................................................
2.1.7 Pathway Distosia............................................................................................
2.1.8 Komplikasi Distosia.......................................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Distosia...............................................................................
2.1.10 Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................................
2.3 Asuhan Keperawatan.........................................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Distosia yang secara literatur berarti persalinan yang sulit, memiliki
karakteristik kemajuan persalinan yang abnormal atau lambat. Persalinan
abnormal atau lambat umum terjadi bila ada disproporsi antara ukuran bagian
terbawah janin dengan jalan lahir. Pada presentasi kepala, distosia adalah
indikasi yang paling umum saat ini untuk seksio sesaria primer. CPD
(cephalopelvic disproportion) adalah akibat dari panggul sempit, ukuran
kepala janin yang besar,atau lebih sering kombinasi dari kedua di atas. Setiap
penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitas pelvis dapat
mengakibatkan distosia selama persalinan. Panggul sempit disebut-sebut
sebagai salah satu kendala dalam melahirkan secara normal karena
menyebabkan obstructed labor yang insidensinya adalah 1-3% dari persalinan.
Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri
tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya pada ibu dan janin.
Bahaya pada ibu dapat berupa partus lama yang dapat menimbulkan dehidrasi
serta asidosis, dan infeksi intrapartum, ruptur uteri mengancam serta resiko
terjadinya fistula vesikoservikalis, atau fistula vesikovaginalis, atau fistula
rektovaginalis karena tekanan yang lama antara kepala janin dengan tulang
panggul. Sedangkan bahaya pada janin dapat berupa meningkatkan kematian
perinatal, dan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin bahkan bisa
menimbulkan fraktur pada os parietalis.
Oleh sebab itu, penatalaksanaan keperawatan yang tepat akan sangat
membantu mengurangi dan memperbaiki masalah-masalah yang berhubungan
dengan resiko tinggi persalinan pada distosia. Dimana dengan perencanaan
yang tepat akan memberikan hasil yang lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penatalaksaan pada asuhan keperawatan pasien dengan
distosia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penyusunan makalah ini adalah agar dapat melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan distosia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengkaji pada pasien dengan distosia
2. Menetukan atau mengidentifikasi diagnosa pada pasien dengan
distosia
3. Menentukan perencanaan atau intervensi pada pasien dengan distosia
4. Menentuka tindakan keperawatan atau implementasi pada pasien
dengan distosia
5. Melakukan evaluasi pada pasien dengan distosia
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Definisi Distosia

Distosia adalah persalinan abnormal atau sulit yang ditandai


dengan terlalu lambatnya kemajuan persalinan (Luthfiana et al., 2019).
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul
akibat berbagai kondisi (ASKEP & BAIDAWI, n.d.). Jadi dapat
disimpulkan distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia
karena kelainan tenaga (his) yg tidak normal, baik kekuatan maupun
sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan.

2.1.2 Etiologi Distosia


Distosia dapat disebabkan oleh :
1. Distosia karena kelainan presentasi
Malpersentasi adalah semua persentasi janin selain vertex sementara
malposisi adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan
oksiput sebagai titik referens, masalah ;janin yang dalam keadaan
malpresentasi dan malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama
2. Distosia karena kelainan posisi janin
a. Letak sunsang disebabkan oleh prematuritas karena bentuk rahim
relative kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala
relative besar, hidramion anak mudah bergerak, plasenta previa
karena mengahalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul,
bentuk rahim yang abnormal, kelainan bentuk kepala seperti
amemsefalus dan hidrosefalus
b. Letak lintang disebabkan oleh fiksasi kepala tidak ada indikasi
CPD, hidrosefalus, ansefalus, plasenta previa, dan tumor pelvis,
janin mudah bergerak karena hidramion, multiparitas, pertumbuhan
janin terhambat, atau janin mati, gemeli, kelainan uterus, lumbar
skoliosis, monster, pelvic kidney, dan kandung kemih serta rectum
penuh.
3. Distosia karena kelainan tenaga/ His
Disebabkan oleh sering dijumpai pada primigravida tua dan inersia
uteri sering dijumpai pada multi gravida, factor herediter, emosi dan
kekuatan, salah pimpinan persalinan pada kala II atau salah pemberian
obat seperti oksitosin dan obat penenang.
4. Distosia karena kelainan alat kandungan dan jalan lahir
Berkaitan dengan variasi ukuran dan tulang pelvis ibu atau
keabnormalan saluran reproduksi yang dapat mengganggu dorongan
atau pengeluaran janin
5. Distosia karena kelainan janin
1. Bayi besar
a. Diabetes mellitus
DM mengakibatkan ibu melahirkan bayi besar dengan berat
lahir mencapai 4000-5000 gram atau lebih
b. Keturunan
Seorang ibu gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan
bayi besar
c. Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya
Bila ibu hamil punya riwayat melahirkan bayi makrosomia
sebelumnya, maka ia berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk
kembali melahirkan makrosomia dibandingkan wanita yang
belum pernah melahirkan bayi makrosomia karena umumnya
berat seorang bayi yang akan lahir berikutnya bertambah
sekitar 80-120 gr.
2. Hydrosefalus
Disebabkan terjadi penyumbatan aliran cairan serebrospinal pada
salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem
ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid.
3. Anensefalus
Disebabkan faktor mekanik, faktor infeksi, faktor obat, faktor umur
ibu, dan faktor hormonal.

4. Kembar siam
Terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah
secara sempurna. Karena terjadinya pemisahan yang lambat, maka
pemisah anak tidak sempurna dan terjadi kembar siam (UNPAD
1998).
5. Gawat janin
a. Infusiensi uteruplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus
plasenta dalam waktu singkat) berupa aktivitas uterus yang
berlebihan, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin,
hipotensi ibu, kompresi venakava, posisi terlentang, perdarahan
ibu, solusio plasenta, dan plasenta previa.
b. Infusiensi uteruplasenter kronik (kurang aliran darah uterus
plasenta dalam waktu lama) berupa penyakit hipertensi.
c. Diabetes melliltus
Pada ibu penderita DM maka kemungkinan pada bayi akan
mengalami hipoglikemia karena pada ibu yg diabetes
mengalami toleransi glukosa terganggu dan seringkali disertai
hipoksia.
d. Isoimunisasi rh, postmaturnitas atau dismaturnitas, kompresi
(penekanan) tali pusat.

2.1.3 Tanda dan Gejala


Gejala dari distosia umumnya baru akan terlihat saat proses
persalinan terjadi. Pada distosia bahu, dokter akan mengidentifikasi
kondisi ini saat melihat sebagian kepala dari bayi keluar dari jalan lahir,
namun bagian tubuh yang lain tidak dapat keluar dari rahim. Dokter
menyebut gejala dari dsitosia bahu sebagai the turtle sign, yang berarti
tanda kura-kura. Hal ini disebabkan oleh kepala bayi yang sudah terlihat
mulai keluar dari rahim kemudian terlihat akan kembali masuk, layaknya
seekor kura-kura yang mengeluarkan kepala dari cangkangnya lalu
memasukkannya kembali.

2.1.4 Klasifikasi Distosia


1. Distosia karena kelainan presentasi
Malpersentasi adalah semua persentasi janin selain vertex sementara
malposisi adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan
oksiput sebagai titik referens, masalah janin yang dalam keadaan
malpresentasi dan malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama.

Kelainan letak, persentasi atau posisi:


a. Posisi oksipitalis posterior persisten, yaitu persalinan persentasi
belakang kepala.
b. Presentasi puncak kepala, bila defleksinya ringan sehingga UUB
merupakan bagian terendah.
c. Presentasi muka, dimana kepala dalam kedudukan defleksi
maksimal sehingga oksiput tertekan pada punggung.
d. Presentasi dahi, kedudukan kepala berada antara fleksi maksimal
dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian terendah.
e. Letak sungsang, janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri.
f. Letak lintang, sumbu memanjang janin menyilang, sumbu
memanjang ibu tegak lurus atau mendekati 90 derajat.
g. Presentasi ganda, keadaan dimana disamping kepala janin di dalam
rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan di
samping bokong janin dijumpai tangan

2. Distosia Kelainan Tenaga dan atau His


a. Inersia uteri atau Hypotonic uterine countraction.
Kontraksi uterus lebih lemah, singkat dan jarang daripada
normal. Keadaan umum biasanya baik, dan rasa nyeri tidak
seberapa.
b. His terlampau kuat atau Hypertonic uterine contraction (tetania
uteri)
His yang terlalu kuat dan sering menyebabkan persalinan
berlangsung singkat tanpa relaksasi rahim. Hal ini dapat
membahayakan bagi ibu karena terjadinya perlukaan luas pada
jalan lahir (dapat menyebabkan ruptura uteri) sedangkan bayi bisa
mengalami perdarahan dalam tengkorak karena mendapat tekanan
kuat dalam waktu singkat.

c. Aksi uterus inkoordinasi atau uncoordinate hypertonic uterine


contraction.
Sifat his yang tidak berubah dimana tidak ada koordinasi
dan sinkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi
kontraksi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan, apalagi
dalam pengeluaran janin.

3. Distosia karena alat kandungan dan jalan lahir


Berkaitan dengan variasi ukuran dan tulang pelvis ibu atau
keabnormalan saluran reproduksi yang dapat mengganggu dorongan
atau pengeluaran janin.

4. Distosia karena kelainan janin


Klasifikasi :
a. Distosia kepala: hydrosefalus (kepala besar, hygromonas koli atau
tumor leher)
b. Distosia bahu: bahu janin lebar seperti anak kingkong
c. Distosia perut: hydro post fetalis,asites,akardiakus
d. Distosia bokong: meningokel, spina bifida dan tumor pada bokong
janin
e. Kembar siam (double monster)
f. Monster lainnya.
1) Pertumbuhan janin yang berlebihan (janin besar )
Dikenal dengan makrosomia,atau giant baby adalah bayi
dengan berat badan diatas 4 kilogram.
2) Hydrosefalus
Keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis
dalam pentrikel otak,sehingga kepala menjadi besar serta
terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun.cairan yang
tertimbun dalam pentrikel biasanya antara 500-1500 ml,akan
tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter.hydrosefalus
seringkali disertai kelainan bawaan lain seperti misalnya
spinabifida.
3) Anencefalus
Suatu kelainan congenital dimana tulang tengkorak hanya
terbentuk dari bagian basal dari os frontalis,os parietalis,dan os
oksipitali,os orbita sempit hingga Nampak penonjolan bola
mata.
4) Kembar siam
Terjadi pada janin kembar ,melekat dengan penyatuan janin
secara lateral.pada banyak kasus biasanya terjadi persalinan
premature.apabila terjadi kemacetan dapat dilakukan tindakan
vaginal dengan merusak janin atau melakukan section saesaria.
5) Gawat janin
Terjadi bila janin tidak menerima cukup oksigen,sehingga
mengalami hipoksia .
h. Distosia karena kelainan panggul
Jenis kelainan panggul:
1. Panggul ginekoid
2. Panggul anthropoid
3. Panggul android
4. Panggul platipeloid
2.1.5 Manifestasi Klinis
1. Dapat dilihat dan diraba, perut terasa membesar kesamping
2. Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan
3. Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan
4. Terjadi distensi berlebihan pada uterus
5. Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan
dengan letak dada, teraba bagian-bagian kecil janin dan denyut jantung
janin terdengar lebih jelas pada dada.

2.1.6 Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang
menyebakan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang
bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) dibawah
ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan menyebabkan bahu
depan (anterior) berada dibawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada
pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan
bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak lahir mengikuti kepala.
2.1.7 Pathway
Kelainan respon psikologis
Kelainan tenaga Kelainan bentuk dan letak Kelainan jalan lahir
janin (janin besar, letsu )
Kurang pengetahuan ttg PAP sempit Ketokolamin
cara mengejan dg benar
Vasokontriksi pmb.
Kontraksi tdk sinkron Darah di miometrium
dg tenaga Janin kesulitan
melewati PAP His/ kontraksi uterus
Tenaga cepat habis

Kesulitan persalinan/ macet

DISTOSIA

Tonus otot Partus lama Rencana


tindakan SC
Obstruksi mekanis pd Penekanan pd jalan
Penekanan kepala
penurunan janin lahir Krisis situasi
janin pd panggul
Menekan saraf Ketokolamin
Resiko cedera
pada ibu Resiko cedera
Respon hipotalamus stress
pada janin
Pengeluaran mediator nyeri
Ansietas
Respon nyeri

13
Nyeri akut
2.1.8 Komplikasi
Distosia yang tidak ditangani dengan segera dapat mengakibatkan
komplikasi antara lain:
a. Pada ibu akan terjadi ruptur jalan lahir akibat his yang kuat sementara
kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan dan juga dapat
mengakibatkan terjadinya fistula karena nekrosis pada jalan lahir
b. Pada janin distosia akan berakibat kematian karena janin mengalami
hipoksia dan perdarahan

2.1.9 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a. Fase laten yang memanjang
Selama ketuban masih utuh dan passage serta passanger normal, pasien
dengan fase laten memanjang sering mendapat manfaat dari hidrasi
dan istirahat terapeutik. Apabila dianggap perlu untuk tidur, morfin (15
mg) dapat memberikan tidur 6-8 jam. Apabila pasien terbangun dari
persalinan, diagnosa persalinan palsu dapat ditinjau kembali, berupa
perangsangan dengan oksitosin.
b. Protraksi
Dapat ditangani dengan penuh harapan, sejauh persalinan mau dan
tidak ada bukti disproporsi sevalopelvik, mal presentasi atau fetal
distress. Pemberian oksitosin sering bermanfaat pada pasien dengan
suatu kontrakti hipotonik.
c. Kelainan penghentian
Apabila terdapat disproporsi sevalopelvik dianjurkan untuk dilakukan
seksio caesarea. Perangsangan oksitosin hanya dianjurkan sejauh
pelviks memadai untuk dilalui janin dan tidak ada tanda-tanda fetal
distress
Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yg seksama terhadap janin yg
sedang tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan
predisposisi terhadap makrosomia (bayi besar) memungkinkan
dilakukannya sejumlah kontrol terhadap pertumbuhan yg berlebihan
pemantauan glukosa darah (pada saat datang atau umur 3 jam, kemudian

14
tiap 6 jam sampai 24 jam atau bila kadar glukosa >_ 45 gr % dua kali
berturut- turut). Pemantauan elektrolit pemberian glukosa parenteral sesuai
indikasi hidrokortison 5mg/ kg /hari IM dalam dua dosis bila pemberian
glukosa parenteral tidak efektif.

2.1.10 Pemeriksaan Diagnostik


a. Tes Prenatal
Digunakan untuk memastikan penyulit persalinan seperti janin besar,
malpresentasi.
b. Pelvimetri sinar X
Digunakan untuk mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi dan posisi
janin.
c. Pengambilan sample kulit kepala janin
Digunakan untuk mendeteksi atau mencegah asidosis.

15
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku/bangsa.
2. Keluhan utama
Proses persalinan yang lama menyebabkan adanya keluhan nyeri dan
cemas.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti: Kelainan letak
janin (lintang, sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia
sebelumnya, biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti
hipertensi, anemia, panggul sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya
ada riwayat kembar dll.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM,
eklamsi dan pre eklamsi.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
b. Mata
Biasanya konjungtiva anemis
c. Thorak
Inpeksi pernafasan: frekuensi, kedalaman nafas, jenis pernafasan,
biasanya ada bagian paru yang tertinggal saat pernafasan
d. Abdomen
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak
awal persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak,
presentasi dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau
lembek, biasanya anak kembar atau tidak, lakukan perabaan pada

16
simpisis biasanya blas penuh atau tidak untuk mengetahui adanya
distensi usus dan kandung kemih.
e. Vulva dan Vagina
Lakukan VT: biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edema pada
vulva atau servik, biasanya teraba promantorium, ada atau tidaknya
kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk
mengidentifikasi adanya plasenta previa.
f. Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk
panggul dan kelainan tulang belakang.
7. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi-menajemen
Kesehatan klien terkadang tidak mengetahui bagaimana penatalaksaan
terhadap sakitnya ini
b. Pola nutrisi – metabolik
Biasanya pada klien terdapat penurunan nafsu makan karena sakit yang
ia alami
c. Pola eliminasi
Biasanya pada klien ini distensi usus atau kandung kemih yang
mungkin menyertai
d. Pola latihan dan aktivitas keadaan
Biasanya pada klien ini mengalami keletihan, kurang energi, letargi,
dan penurunan penampilan
e. Pola istirahat dan tidur
Biasanya pada klien ini istriharatnya terganggu karena sakit yang
dirasakan
f. Konsep diri merasa stress dengan keadaan penyakitnya ini
g. Pola peran dan hubungan
Biasanya ada sedikit masalah karena klien merasa rendah diri karena
selalu merasa bergantung kepada orang di sekitarnya
h. Pola reproduksi uterus mungkin distensi berlebihan karena
hidramnion, gestasi multipel.

17
i. Pola kognitif-perseptual
Biasanya tidak ada masalah dengan indra.
j. Pola coping
Klien biasanya tampak cemas dan keakutan
k. Pola keyakinan
Pada keadaan ini klien susah menjalankan kewajibannya dalam
beribadah karena sakit yang ia alami.

2.2.2 Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

2.2.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis d.d gelisah
2. Resiko cedera pada ibu b.d persalinan lama kala I, II, dan III
3. Resiko cedera pada janin b.d persalinan lama I, II, dan III
4. Ansietas b.d krisis situasional d.d tampak cemas, RR 26x/menit

2.2.4 Intervensi Keperawatan

NO SLKI SIKI RASIONAL


DX (DPD PPNI & Tim, (DPP PPNI, n.d.)
2018)
1. Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I. 08238)
(L. 08066) Observasi
Setelah dilakukan asuhan -Identifikasi lokasi, karakteristik, -Membantu dalam mendiagnosa
keperawatan diharapkan durasi, frekuensi, kualitas, dan memilih tindakan, penekanan

tingkat nyeri menurun intensitas nyeri kepala pada serviks yang

dengan kriteria hasil: berlangsung lama dan

18
menyebabkan nyeri
- Keluhan nyeri menurun -Identifikasi skala nyeri -Setiap insividu mempunyai skala
- Sikap protektif nyeri yang berbeda, dengan skala
menurun dapat diketahui intensitas nyeri
- Gelisah menurun pasien
- Kesulitan tidur -Identifikasi respon nyeri non
- Dengan mengetahui respon nyeri
menurun Verbal
dapat menentukan skala dan
- Perineum merasa intensitas nyeri
-Idenifikasi faktor yang
tertekan menurun - Membantu dalam
memperberat dan meperingan
- Uterus teraba membulat mengidentifikasi derajat
nyeri
turun ketidaknyamanan
Terapeutik
- Ketegangan otot
-Berikan teknik nonfarmakologis
menurun -Teknik farmakologis dapat
untuk mengurangi rasa nyeri
- Tekanan darah mengalihkan perhatian pasien dan
(mis TENS, hipnosis, akupresur,
membaik efektif mengurangi rasa nyeri
terapi musik,dll)
-Kontrol lingkungan yang -Lingkungan yang nyaman dapat
memperberat rasa nyeri (mis mengalihkan rasa nyeri yang
suhu ruangan, pemcahayaan, dirasakan pasien
kebisingan)
-Fasilitasi istirahat dan tidur -Fasilitas istirahat tidur yang
nyaman akan membantu pasien
melupakan rasa nyeri yang
dideritanya
-Pertimbangkan jenis dan
-Dengan mempertimbangkan jenis
sumber nyeri dalam pemilihan
dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi nyeri
strategi akan lebih efektif dalam
menangani nyeri
Edukasi
-Jelaskan penyebab, periode, dan
- Pengetahuan yang memadai dapat
pemicu nyeri
memberi orientasi tentang
penyebab nyeri pada pasien

19
-Jelaskan strategi meredakan
nyeri -Dengan menjelaskan beberapa
strategi meredakan nyeri, pasien
akan lebih sigap menanganinya
-Ajarkan teknik secara mandiri
nonfarmakologis untuk -Teknik nonfarmakologis relaksasi
mengurangi rasa nyeri dapat mengalihkan perhatian dan
Kolaborasi mengurangi rasa nyeri pasien
-Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu -Pemberian analgetik dapat
mengurangi nyeri hebat

2. Tingkat Cedera (L. Pencegahan Cedera (I. 14537)


14136) Observasi
Setelah dilakukan asuhan -Identifikasi area lingkungan - Tindakan ini dilakukan agar

keperawatan diharapkan yang berpotensi menyebabkan mengurangi resiko cedera

tingkat cedera menurun cedera


dengan kriteria hasil: -Identifikasi obat yang -Obat sedatif yang diberikan terlalu

-Ketegangan otot berpotensi menyebabkan cedera dini dapat menghambat atau

menurun menghentikan persalinan

-Perdarahan menurun Terapeutik


-Sediakan pencahayaan yang - Pacahayaan yang terang dan tidak
-Ekspresi wajah
memadai remang-remang akan mengurangi
kesakitan menurun
resiko cedera
-Frekuensi napas
-Sediakan pispot atau urinal -Kandung kemih dapat
membaik
untuk eliminasi di tempat tidur, menghambat aktifitas uterus dan
-Pola istirahat / tidur
jika perlu mempengaruhi penurunan janin
membaik
-Pertahankan posisi tempat tidur - Menghindari resiko jatuh pada

di posisi terendah saat digunakan pasien


-Pastikan roda tempat tidur atau -Mengurangi resiko jatuh pada
kursi roda dalam kondisi pasien

terkunci
-Gunakan pengaman tempat -Memimimalkan resiko jatuh yang

20
tidur sesuai dengan kebijakan dapat menyebakan cedera pada
fasilitas yankes pasien
-Diskusikan mengenai latihan - Untuk meningkatkan kesiapan
dan terapi fisik yang diperlukan fisik dan mental calon ibu selama
proses persalinan.
Edukasi
-Anjurkan berganti posisi secara - Disarankan untuk tidak berada
perlahan dan duduk selama dalam posisi yang sama selama
beberapa menit sebelum berdiri lebih dari 30 menit agar punggung
tidak menjadi kaku.

3. Tingkat Cedera (L. Pemantauan Denyut Jantung


14136) Janin (I. 02056)
Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan diharapkan -Identifikasi status obstetrik - DJJ harus direntang dari 120-160

tingkat cedera menurun dengan variasi rata-rata percepatan

dengan kriteria hasil: dengan variasi rata-rata, percepatan

-Ketegangan otot dalam respon terhadap aktivitas

menurun maternal, gerakan janin dan

-Ekspresi wajah kontraksi uterus.


-Monitor denyut jantung janin -Bradikardia dan takikardia pada
kesakitan menurun
-Frekuensi napas janin dapat disebabkan oleh stress,

membaik hipoksia, asidosis, atau sepsis.


- Monitor tanda vital ibu
-Pola istirahat tidur -Untuk mengetahui kondisi umum

membaik pasien
Terapeutik
-Atur posisi pasien
-Untuk mengurangi resiko cedera
pada janin dalam proses kehamilan
maupun persalinan
-Lakukan menuver Leopoid
-Menentukan posisi janin dapat
untuk menentukan posisi janin
mengidentifikasi faktor yang
memperberat disfungsional

21
Edukasi persalinan
-Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan -Untuk mengurangi kecemasan dan
tingkat cedera pada pasien
4. Tingkat Ansietas (L. Reduksi Ansietas (I. 09314)
09093) Observasi
Setelah dilakukan asuhan -Identifikasi saat tingkat -Mengetahui sejauh mana

keperawatan diharapkan ansietas berubah kecemasan mengganggu pasien

tingkat ansietas menurun -Monitor tanda-tanda ansietas - Perubahan tanda-tanda dapat

dengan kriteria hasil: (verbal dan nonverbal) digunakan sebagai indikator

-Verbalisasi kebingungan terjadinya ansietas pada klien.

menurun Terapeutik
-Verbaslisasi khawatir -Ciptakan suasana terapeutik - Membina hubungan saling

akibat kondisi yang untuk menumbuhkan percaya sehingga dapat mengurangi

dihadapi menurun kepercayaan kecemasan

-Perilaku gelisah -Temani pasien untuk -Menjamin pasien tidak akan

menurun mengurangi kecemasan, jika sendiri atau terterlantar

-Perilaku tegang memunginkan


-Motivasi menidentifikasi situasi -Memotivasi pasien dapat
menurun
yang memicu kecemasan mengontrol kecemasan pada pasien
-Pola tidur membaik
-Pola berkemih membaik
Edukasi
- Pemahaman yang baik akan suatu
-Jelaskan prosedur, termasuk
prosedur dapat mengurangi ansietas
sensasi yang mungkin dialami
- Partisipasi keluarga akan
-Anjurkan keluaga untuk tetap
mengurangi tingkat ansietas pasien
bersama pasien, jika perlu
-Pengungkapan perasaan dapat
-Anjurkan mengungkapkan
mengurangi ansietas
perasaan dan persepsi
- Teknik kegiatan pengalihan dapat
-Latih kegiatan pengalihan untuk
digunakan untuk mengurangi
mengurangi ketegangan
ketegangan

-Latih teknik relaksasi -Membantu menurunkan ansietas


dan menungkinkan pasien untuk

22
berperan secara aktif

Kolaborasi -Agen farmakologis dapat


-Kolaborasi pemberian obat digunakan sebagai salah satu
antiansietas, jika perlu pilihan untuk meredakan
kecemasan pada klien

2.2.5 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah tahap dalam proses keperawatan yang
merupakan serangkaian kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh
perawat secara langsung pada klien. Tindakan keperawatan dilakukan
dengan mengacu pada rencana tindakan atau intervensi keperawatan yang
telah ditetapkan atau dibuat.
Berdasarkan rencana keperawatan, maka pelaksanaan
implementasi dari masing-masing diagnosa berikut:
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis d.d gelisah
2. Resiko cedera pada ibu b.d persalinan lama kala I, II, dan III
3. Resiko cedera pada janin b.d persalinan lama I, II, dan III
4. Ansietas b.d krisis situasional d.d tampak cemas, RR 26x/menit

2.2.6 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah
masalah keperawatan telah teratasi atau tidak teratasi dengan mengacu
pada kriteria evaluasi.
Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif
dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon (jangka
panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap
perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan.
Evaluasi formatif atau disebut juga dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi

23
terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan di
lakukan.
Adapun evaluasi pada pasien dengan distosia adalah sebagai
berikut:
- Keluhan nyeri menurun
- Perineum merasa tertekan menurun
- Uterus teraba membulat turun
- Perdarahan menurun
- Ekspresi wajah kesakitan menurun
- Frekuensi napas membaik
- Pola istirahat tidur membaik
- Perilaku gelisah menurun
- Perilaku tegang menurun

DAFTAR PUSTAKA

ASKEP, K. K., & BAIDAWI, A. T. (n.d.). SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG.

Luthfiana, N., Sari, R. D. P., & Prabowo, A. Y. (2019). Penatalaksanaan Ekstraksi

Vakum pada Multigravida dengan Riwayat Seksio Sesarea Atas Indikasi

Letak Lintang. Jurnal Medula, 8(2), 89–93.

PPNI, DPD, & Tim, S. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

PPNI, DPP. (n.d.). SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia Edisi, 1.

PPNI, T. P. S. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta

Selatan: DPP: Dewan Pengurus Pusat.

24
25

Anda mungkin juga menyukai