Mata Kuliah :
KELOMPOK 2
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Pasien Sinusitis”
kemudian shalawat berserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Quran dan sunnah untuk keselamatan umat
didunia.
Kelompok 2
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
6. Bagaimana Pathway dari penyakit Sinusitis?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit Sinusitis?
8. Apa saja komplikasi dari penyakit Sinusitis?
9. Bagaimana Pencegahan penyakit Sinusitis?
10. Apa saja penatalaksanaan penyakit Sinusitis?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dengan Pasien Sinusitis
4
BAB 2
2.1 Pengkajian
1. Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: Nama, Umur, Agama,
Pendidikan, Pekerjaan, Suku/Bangsa, Alamat, Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Dan
Penanggung Biaya.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
Keluhan utama : Biasanya klien mengeluh nyeri kepala, sinus dan tenggorokan
3. Riwayat penyakit saat ini
Biasanya Klien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan hidung tersumbat, pilek yang
sering kambuh, demam, pusing, ingus kental di hidung, nyeri di antara dua mata,
penciuman berkurang.
4. Riwayat penyakit dahulu :
Tanyakan apakah klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau
trauma, apakah klien pernah mempunyai riwayat penyakit THT.
5. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
6. Pemeriksaan fisik
- Status kesehatan umum : Keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
- Pemeriksaan fisik data fokus hidung : Adanya nyeri tekan pada sinus, saat
rinoskopi (mukosa merah dan bengkak)
2.2 Diagnosa
5
2.3 Intervensi
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
nebulizer
6
Keluhan nyeri ferbal
berkurang
Terapeutik
Skala nyeri 2
- Berikan terknik non
Ekspresi klien tidak farmakologi untuk mengurangi
menyeringai lagi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesik
7
- Berikan cairan oral
Edukasi
Kolaborasi
8
BAB 3
3.1 Definisi
Sinusitis adalah proses inflamasi pada mukosa atau selaput lendir sinus
parsial. Akibatnya peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau
kerusakan tulang di bawahnya.
Sinus paranasal adalah rongga yang ditemukan di tulang wajah. Terdiri dari
sinus frontal (di dahi), sinus etmoid (basis hidung), sinus maksila (pipi kanan dan
kiri), sinus sphenoid (di belakang sinus etmoid). (Efiaty, 2007).
Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus paranasal. Menurut anatomi
sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid,
sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid. (Endang Mangunkususmo dan Nusjirwan
Rifki, 2001)
Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi.
infeksi virus, bakteri dan jamur. Sinusitis biasa terjadi pada salah satu dari keempat
sinus yang ada (Cangjaya, 2002). Fungsi sinus adalah sebagai bilik personansi saat
bicara. sinus menjadi tempat terjadinga infeksi.
3.2 Etiologi
9
Sinusitis paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lender yang
dialirkan ke dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, kea rah
tenggorokan untuk ditelan di saluran pencernaan. Semua keadaan yang
mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan
menyebabkan terjadinya sinusitis. Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2
macam, yaitu :
1. Faktor lokal adalah smua kelainan pada hidung yang dapat mnegakibatkan
terjadinya sumbatan; antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor, benda
asing, iritasi polutan, dan gangguan pada mukosilia (rambut halus pada selaput
lendir)
2. Faktor sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan
sinusitis; antara lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS), penggunaan
obat – obat yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung (NIC NOC, 2015).
3. Sakit Kepala
4. Hiposmia / anosmia
10
5. Halitosis
6. Post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak.
3.4 Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya
klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung
substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan
tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi
edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat
bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam ronga
sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini biasa
dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa
hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media
baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan ini
disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi
berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin
membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya
perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip
dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.
Klasifikasi dan mikrobiologi: Consensus international tahun 1995 membagi
rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika lebih dari 8
minggu.
11
Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu,
subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik jika lebih dari 3 bulan.
Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan
dari sinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya
factor predisposisi harus dicari dan di obati secara tuntas.
Menurut berbagai penelitian, bacteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut
adalah streptococcus pneumonia (30-50%). Hemopylus influenzae (20-40%) dan
moraxella catarrhalis (4%). Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan (20%).
Pada sinusitis kronik, factor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya
bakteri yang ada lebih condong ka rarah bakteri negative gram dan anaerob.
3.5 Pathway
12
a. Rinoskopi anterior
Pada pemeriksaan Rinoskopi anterior akan didapatkan mukosa yang edema
dan hiperemis, terlihat sekret mukopus pada meatus media. Pada sinusitis
ethmoiditis kronis eksasserbasi akut dapat terlihat suatu kronisitas misalnya
terlihat hipertrofi konka, konka polipoid ataupun poliposis hidung.
b. Rinoskopi posterior
Pada pemerikasaan Rinoskopi posterior, tampak sekret yang purulen di
nasofaring dan dapat turun ke tenggorokan.
c. Nyeri tekan pipi sakit
d. Transiluminasi
Dilakukan di kamar gelap memakai sumber cahaya penlight berfokus jelas
yang dimasukkan ke dalam mulut dan bibir dikatupkan. Arah sumber cahaya
menghadap ke atas. Pada sinus normal tampak gambaran terang pada daerah
glabella. Pada sinusitis ethmoidalis akan tampak kesuraman
3.7 Komplikasi
Menurut Efiaty Arsyad Soepardi, 2001
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotika.
Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan
eksaserbasi akut. Komplikasi yang dapat terjdi ialah :
Osteomielitis dan abses sub periostal
Paling sering timbul akibat sinusitis frotal dan biasanya ditemukan pada anak –
anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral.
Kelainan orbita
13
Disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata. Yang paling
sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran
infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat
timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses sub periostal, abses orbita dan
selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus cavernosus.
Kelainan intracranial
Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau sub dural, abses otak dan
thrombosis sinus cavernosus
3.8 Pencegahan
a. Makan-makanan bergizi serta konsumsi vitamin C untuk menjaga dan
memperkuat daya tahan tubuh
b. Rajin berolahraga, karena tubuh yang sehat tidak mudah terinfeksi virus maupun
bakteri
c. Hindari stres
d. Hindari merokok
e. Usahakan hidung selalu lembab meskipun udara sedang panas
f. Hindari efek buruk dari polusi udara dengan menggunakan masker
g. Bersihkan ruang tempat tinggal
h. Istirahat yang cukup
i. Hindari alergen (debu,asap,tembakau) jika diduga menderita alergi
3.9 Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala, memberantas infeksi, dan
menghilangkan penyebab.Pengobatan dapat dilakukan dengan cara konservatif dan
pembedahan. Pengobatan konservatif terdiri dari :
1. Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersih dengan kelembapan
yang ideal 44-55%.
2. Antibiotika yang adekuat paling sedikit selama 2 minggu.
3. Analgetika untuk mengatassi rasa nyeri
4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih dari
pada 5 hari karena dapat terjadi rebound congestion dan rinitis
medikamentosa.Selain itu pada pemeberian dekongestan terlalu lama dapat
14
timbul rasa nyeri, rasa terbakar, dan rasa kering karena atrofi mukosa dan
kerusakan silia.
5. Anthistamin jika ada faktor elergi
6. Kortikosteroid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup
parah.Pengobatan opertaif dilakukan hanya jika ada gejala sakit kronis, otitis
komplikasi abses intrakranial. Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki
saluran saluran sinus paranasalis yaitu dengan cara membebaskan muara sinus
dari sumber . Operasi dapar dilakukan dengan alat sinoskopi (1-‘‘ESS =
functional endoscopic sinus surgery). Teknologi ballon sinuplasty digunakan
sebagai perawatan sinusitis. Teknologi ini, sama dengan Ballon Angioplasty
untuk jantung, menggunakan kateter balon sinus yang kecil dan lentur
( fleksibel ) untuk membuka sumbatan saluran sinus, memulihkan saluran
pembuangan sinus yang normal dan fungsi-fungsinya.Ketika balon
mengembang, ia akan secara perlahan mengubah struktur dan memperlebar
dinding-dingding dari saluran tersebut tanpa merusak jalur sinus.
BAB 4
4.1 Kasus
15
Tuan M datang ke RS pada tanggal 14 Mei 2020 dengan keluhan nyeri di kepala dan
tenggorokan disertai sesak napas. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, hilang
timbul, dan dimulai sejak 7 hari yang lalu. Nyeri dirasakan semakin hebat saat
menelan makanan ataupun menundukkan kepala. Pasien mengatakan sering pilek
dengan ingus yang kental di hidung dan merasa kedinginan. Terlihat pernapasan
menggunakan cuping hidung dan terdengar ronkhi. Pasien mengaku pernah
mempunyai riwayat penyakit THT sebelumnya. Keadaan umum pasien compos
mentis, S: 38oC, N: 84x/menit, TD: 120/80 mmHg, RR: 25x/menit (Takipnea), BB:65,
TB: 170. Pemeriksaan penunjang rinoskopi anterior, rinoskopi posterior, nyeri tekan
pipi, transiluminasi, dan X foto sinus paransilais, menunjukkan diagnosa medis
sinusitis.
4.2 Pengkajian
a. Identitas /biodata klien
Nama : Tn.M
Umur : 41 tahun
TTL : 12 mei 1979
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama:
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri di kepala dan tenggorokan
disertai sesak napas.
Riwayat kesehatan sekarang:
Tn.M datang kerumah sakit pada tanggal 14 mei 2020 dengan keluhan nyeri
dikepala disertai sesak napas.nyeri dirasakan sejak 7 hari yg lalu.nyeri dirasakan
semakin hebat saat menelan makanan ataupun menundukan kepala.pasien
mengatakan mengeluh pilek dengan ingus yang kental di hidung dan merasa
kedinginan.terlihat pernafasan menggunakan cuping hidung dan terdengar suara
ronkhi.pasien mengaku pernah mempunyai riwayat penyakit THT
sebelumnya.keadaan umum pasien compos mentis. S:38°C;N:84×/mnt;
TD:120/80mmhg; RR:25×/mnt(Takipnea) BB:65 kg;TB:170 cm. Pemeriksaan
16
penunjang rinoskopi anterior,rinoskopi anterior, nyeri tekan pipi,transiluminasi,
dan x foto sinus paranasalais, menunjukan diagnosa medis sinusitis.
Riwayat kesehatan masa lalu:
Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat THT
Riwayat kesehatan keluarga:
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit sinusitis
Riwayat keadaan lingkungan:
Pasien bertempat tinggal di lingkungan yang kurang bersih,ventilasi rumah
kurang(Tidak adekuat)
B. Pemeriksaan B1-B6
B1(Breathing) : Tidak teratur,suara napas ronkhi berhubungan dengan secret
kental yg ada pada hidung.
B2(Blood) : Normal
B3(Brain) : Pasien composmentis
B4(Bladder) : Normal
B5(Bowel) : Nyeri dirasakan sangat hebat saat menelan makanan .
B6(Bone) : Kelemahan otot dan malaise
C. Pemeriksaan penunjang
Rinoskopi anterior
Rinoskopi posterior
Nyeri tekan pipi sakit
Transiluminasi
17
X foto sinus paranasalais
Pasien mengatakan :
1. P : nyeri semakin
18
hebat saat menelan Infeksi oleh virus
dan menundukkan
kepala
2. Q : nyeri pada Inflamasi pada sinus
tenggorokan sejak 7
hari yang lalu.
Peradangan
3. R : nyeri terasa
seperti ditusuk-tusuk
4. S : mengatakan
nyeri kepala dan
skala nyeri 8
tenggorokan
5. T : nyeri hilang
timbul
NYERI
Do :
1. KU : Compos metis
2. Tampak meringis
Do : Makrofag menangkap
benda asing yang masuk
1. Suhu : 38oC
ke tubuh
2. Takipnea
Merangsang pengeluaran
mediator kimia
Prostalglandin
19
Peningkatan set. point
Hipotalamus
(HIPERTERMI)
4.5 Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang mengental.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada hidung.
3. Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi.
4.6 Intervensi
20
- berikan minum hangat
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
nebulizer
Edukasi
21
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesik
Kolaborasi
4.7 Implementasi
22
- Memberikan minum hangat
- Mengajarkan batuk efektif
- Memberikan nebulizer (kolaborasi)
23
3 - Monitor suhu tubuh
16/05/2020 - Monitor kadar eloktrolit
(08.00) - Menyediakan lingkungan yang dingin
- Menganjurkan melonggarkan pakaian
- Memberikan cairan oral
- Menganjurkan tirah baring
- Memberian cairan elektrolit intravena
(kolaborasi)
4.8 Evaluasi
24
b.d adanya P : intervensi dihentikan
sekret yang
mengental
BAB 5
25
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang
terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan
sinusitis sphenoid. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus
maksila,sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenid kanan dan kiri.
Sampai saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus
paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak mempunyai fungsi apa-
apa, karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang muka. Beberapa teori yang
dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain : Sebagai pengatur kondisi udara
(air conditioning), Sebagai penahan suhu (thermal insulators) , Membantu keseimbangan
kepala dan lain-lain.
Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu : Faktor local dan Faktor
Sistemik. Tanda dan gejala dari penyakit sinusitis adalah : Hidung tersumbat, nyeri di
daerah sinus, sakit kepaladan lain-lain. Klasifikasi ada 3 macam yaitu sinusitis akut, sub
akut dan kronik. Pemeriksaan penunjang antara lain Transiluminasi, Rinoskopi anterior,
Rinoskopi posterior dan lain-lain.
Pencegahan pada penyakit sinusitis Rajin berolahraga, karena tubuh yang sehat
tidak mudah terinfeksi virus maupun bakteri, Hindari stres, Hindari merokok dan lain-
lain. Penatalaksanaannya yaitu Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersih
dengan kelembaban yang ideal 45-55%, Antibiotika ayang adekuat palingsedikit selama 2
minggu, Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri.
5.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Cody, T. d. (1986). Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Tanggerang Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Nurarif, A. h. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-
NOC edisi revisi jilid 3. Jogjakarta: Mediaction.
Soepardi, E. &. (2001). Teling Hidung Tenggorokan Kepala Leher. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
27