Anda di halaman 1dari 9

BLIGHTED OVUM

A. DEFINISI

1. Blighted ovum disebut juga kehamilan anembrionik merupakan suatu keadaan


kehamilan patologi dimana janin tidak terbentuk. Dalam kasus ini kantong kehamilan
tetap terbentuk. Selain janin tidak terbentuk kantong kuning telur juga tidak
terbentuk. Kehamilan ini akan terus dapat berkembang meskipun tanpa ada janin di
dalamnya. Blighted ovum ini biasanya pada usia kehamilan 14-16 minggu akan terjadi
abortus spontan.
2. Blighted ovum merupakan kehamilan dimana kantung gestasi memiliki diameter
katung lebih dari 20 mm akan tetapi tanpa embrio. Tidak dijumpai pula adanya
denyut jantung janin. Blighted ovum cenderung mengarah pada keguguran yang
tidak terdeteksi.
3. Blighted ovum adalah kehamilan di mana sel berkembang membentuk kantung
kehamilan, tetapi tidak ada embrio di dalamnya. Telur dibuahi dan menempel ke
dinding uterin, tetapi embrio tidak berkembang. Dalam pemeriksaan urin diperoleh
hasil positif hamil. Hasil pembuahan akan terjadi keguguran saat trimester pertama
kehamilan.

B. ETIOLOGI
Blighted ovum terjadi saat awal kehamilan. Penyebab dari blighted ovum saat ini belum
diketahui secara pasti, namun diduga karena beberapa faktor. Faktor-faktor blighted
ovum :
1. Adanya kelainan kromosom dalam pertumbuhan sel sperma dan sel telur.
2. Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan
imunologi, dan diabetes melitus yang tidak terkontrol.
3. Faktor usia dan paritas. Semakin tua usia istri atau suami dan semakin banyak jumlah
anak yang dimiliki juga dapat memperbesar peluang terjadinya kehamilan kosong.
4. Kelainan genetik
5. Kebiasaan merokok dan alcohol

C. TANDA DAN GEJALA


Beberapa tanda dan gejala blighted ovum meliputi :
1. Pada awalnya pemeriksaan awal tes kehamilan menunjukkan hasil positif. Wanita
merasakan gejala-gejala hamil, dalam seperti mudah lelah, merasa ada yang lain
pada payudara atau mual-mual.
2. Hasil pemeriksaan USG saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu rahim masih kosong.
3. Meskipun tidak ada perkembangan embrio, tetapi kadar HCG akan terus diproduksi
oleh trofoblas di kantong.
4. Keluar bercak perdarahan dari vagina.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa blighted ovum adalah dengan
USG (Ultrasonografi) menunjukkan kantung kehamilan kosong. terminasi kehamilan
dengan dilatasi serviks dan dilanjutkan dengan kuretase (Sarwono, 2009). Aborsi bedah
sebelum usia kehamilan 14 minggu dilakukan dengan cara mula-mula membuka serviks,
kemudian mengeluarkan kehamilan secara mekanis yaitu dengan mengerok isi uterus
(kuretase tajam) , dengan aspirasi vakum (kuretase isap) atau keduanya. Sedangkan jika
usia kehamilan lebih dari 16 minggu dilakukan dilatasi dan evakuasi (D dan E). Tindakan
ini berupa pembukaan serviks secara lebar diikuti oleh destruksi mekanis dan evakuasi
bagian janin, setelah janin dikeluarkan secara lengkap maka digunakan kuret vakum
berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta dan sisa jaringan. Dilatasi dan Ekstrasi (D
dan X), hampir sama dengan (D dan E) yang membedakan pada (D dan X) sebagian dari
janin di ekstrasi melalui serviks yang telah membuka.

E. KOMPLIKASI POST KURETASE


1. Robekan serviks yang disebabkan oleh tenakulum.
Penanganan : Jika terjadi perdarahan, serviks yang robek dijahit kembali untuk
menghentikan perdarahan.
2. Perforasi yang disebabkan oleh sonde uterus, abortus tank, dan alat kuretnya.
Penanganan : Hentikan tindakan dan konsultasi dengan bagian bedah bila ada
indikasi untuk dilakukan laparatomi.
3. Perdarahan post kuretase yang disebabkan oleh atonia uteri, trauma dan sisa hasil
konsepsi perdarahan memanjang.
Penanganan Profilaksis dengan pemberian uterotonika, konsultasi dengan bagian
bedah dan kuretase ulang. Profilaksis menggunakan metergin dengan dosis Oral 0,2-
0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari dan IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam
bila perdarahan hebat. Jika terjadi atonia uteri dilakukan penanganan atonia uteri
yaitu memposisikan pasien trendelenburg, memberikan oksigen dan merangsang
kontraksi uterus dengan cara masase fundus uteri dan merangsang puting susu,
memberikan oksitosin, kompresi bimanual ekternal, kompresi bimanual internal dan
kompresi aorta abdominalis. Jika semua tindakan gagal lakukan tindakan operatif
laparatomi dengan pilihan bedah konservatif (mempertahankan uterus) atau dengan
histerektomi.
4. Infeksi post tindakan ditandai dengan demam dan tanda infeksi lainnya Penanganan
Berikan profilaksis dengan pemberian uterotonika. 14 Profilaksis menggunakan
metergin dengan dosis Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari dan IV / IM 0,2
mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan hebat.
ANEMIA

A. PENGERTIAN
1. Menurunnya kemampuan sel darah untuk mengikat oksigen yang dapat disebabkan
oleh menurunnya sel darah merah, berkurangnya konsentrasi hemoglobin atau
kombinasi keduanya.
2. Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah menurun , dan atau
konsentrasi haemoglobin dalam sel darah menurun, mengakibatkan transportasi
oksigen keseluruh tubuh juga berkurang.
3. Dikatakan anemia bila kadar haemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari 12 gr% bagi
ibu yang tidak hamil. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr%
pada trimester II.

B. TANDA DAN GEJALA ANEMIA


Walaupu lebih sering tidak disertai gejala ( asymptomatik ) akan tetapi anemia dapat
disertai tanda gejala sbb :
1. ibu mengeluh cepat lelah dan sering mengantuk, oleh karena rendahnya Hb dan
kurangnya oksigen, sehingga kurang transport untuk metabolisme dalam tubuh.
2. sering pusing dan lemah, oleh karena kurangnya oksigen dan energy menyebabkan
ibu merasa lemah dan capek.
3. Pucat pada membrane mukosa, konjungtiva dan pada kuku jari tangan serta kulit oleh
karena kurangnya sel darah merah dalam pembuluh darah kapiler.
4. Merasa tidak enak badan (Malaise) dan nafas pendek oleh karena menurunnya suplay
darah
5. lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), mual muntah.

C. JENIS – JENIS ANEMIA


1. Anemia defesiensi besi yaitu anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi dan
asam folat.
2. Anemia megaloblastik yaitu anemia yang terjadi karena kekurangan asam folat dan
vitamin B12.
3. Anemia hipoplastik, yaitu anemia yang terjadi karena sumsum tulang belakang kurang
mampu membuat sel – sel darah baru.
4. Anemia hemolitik, yaitu anemia yang terjadi akibat penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
D. ETIOLOGI ANEMIA.
Secara umum penyebab anemia adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam makanan
3. Mallabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain- lain.
Anemia juga dapat terjadi bila tubuh kita tidak membuat sel darah merah secukupnya.
Anemia juga disebabkan kehilangan atau kerusakan pada sel tersebut.
Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan anemia :
1. Kekurangan zat besi, vitamin B12 atau asam folat. Kekurangan asam folat dapat
menyebabkan jenis anemia megaloblastik, dengan sel darah merah yang besar
dengan warna merah muda.
2. Kerusakan pada sumsum tulang belakang atau ginjal.
3. Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid perempuan
4. Penghancuran sel darah merah (anemia hemolitik)

E. PATOFISIOLOGI ANEMIA
Anemia lebih sering ditemukan dalam kehamilan karena selama kehamilan keperluan
akan zat – zat makanan bertambah disamping itu terjadi pula perubahan – perubahan
didalam darah dan sum – sum tulang. Pertambahan volume darah selama kehamilan
lazim disebut hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah
(hemodilusi) Pertambahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. plasma 30%
2. sel darah 18%
3. haemoglobin 19%.
Keadaan ini memberikan efek :
1. Terdapat hanya sedikit sel darah merah dalam setiap liter darah artinya konsentrasi
haemoglobin berkurang.
2. Darah akan menjadi kurang kental ( less viscous ) sehingga akan mengurangi beban
kerja jantung dan membuat perfusi jaringan plasenta lebih mudah.
Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat
bagi ibu karena hemodilusi itu meringankan beban kerja jantung yang harus bekerja
lebih berat selama masa kehamilan yang disebabkan peningkatan cardiac output akibat
hypervolemia.
Hemodilusi menyebabkan pseudoanemia atau fisiologis yang tidak berbahaya bagi ibu
ataupun janin, haemodilusi dimulai pada trimester I yaitu pada kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002),
dimana volume plasma bertambah 1000 ml, sedangkan sel darah merah bertambah 500
ml.
Volume plasma merupakan cairan yang tidak berwarna didalam darah, fungsinya adalah
untuk mengangkut air, mineral, ion – ion, dan sari – sari makanan keseluruh jaringan
tubuh. Akibat dari hemodilusi, maka transport O2 keseluruh jaringan tubuh akan
berkurang sehingga menimbulkan anemia fisiologis ibu hamil, tetapi gejalanya tidak
terlalu nampak. Jika keadaan ini berlangsung lama atau tidak ada pengobatan
( suplemen ) dan perbaikan asupan gizi akan mengakibatkan kinerja organ atau jaringan
tubuh ibu hamil menurun sehingga kelancaran proses terganggu, termasuk jaringan
pembuluh darah. Pembuluh darah menjadi vasokonstriksi sehingga transport O2 semakin
berkurang yang akan menyebabkan timbulnya gejala yang lebih berat yang disebut
anemia patologi. Akibat dari berkurangnya transport O2 keseluruh jaringan tubuh ini
maka terjadilah hypoxia jaringan tubuh yang dapat menimbulkan gangguan baik pada
masa hamil, persalinan dan nifas.

F. KLASIFIKASI ANEMIA
Pemeriksaan yang biasa digunakan dalam mengklasifikasikan anemia adalah
pemeriksaan dengan cara sahli.
1. Hb 11 gr% : Tidak anemia
2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3. Hb 7 – 8 gr% : Anemia sedang
4. Hb < 7 gr% : Anemia berat

G. STADIUM ANEMIA
Anemia defesiensi zat besi biasanya terjadi secara bertahap melalui beberapa stadium,
gejalanya baru timbul pada stadium lanjut :
1. Stadium 1
Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan cadangan di dalam
tubuh, terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin (protein yang menampung zat besi)
dalam darah berkurang secara progresif.
2. Stadium 2
Cadangan zat besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk
pembentukan sel darah merah, sehingga sel darah merah yang di hasilkan jumlahnya
lebih sedikit.
3. Stadium 3
Mulai terjadi anemia, pada awal stadium ini, sel darah merah tampak normal, tetapi
jumlahnya lebih sedikit, kadar HB dan hematokrit menurun.
4. Stadium 4
Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan
mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran
yang sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia kekurangan zat besi.
5. Stadium 5
Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka akan timbul
gejala – gejala karena kekurangan zat besi dan gejala – gejala anemia makin buruk

H. PENGARUH ANEMIA TERHADAP KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS


Anemia dalam kehamilan dapat menyebabkan gangguan selama masa hamil, persalinan
dan nifas. Gangguan yang dapat terjadi antara lain :
1. Gangguan selama masa kehamilan :
a. Mengurangi masa yang menyenangkan dalam masa kehamilan karena kelelahan.
b. Mengurangi daya tahan ibu sehingga memungkinkan terjadinya infeksi
c. Abortus
d. Missed abortus
e. Kelainan konggeital
f. Meningkatkan resiko terjadinya persalinan premature karena kurangnya suplai
darah keuterus
g. Pendarahan antepartum
h. Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim
i. Asfiksia intrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi,
IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.
2. Gangguan selama persalinan :
a. Partus lama akibat kontraksi uterus yang tidak kuat karena hipoksia jaringan
b. Kurangnya kemampuan dan kekuatan ibu untuk menghadapi persalinan sehingga
menyebabkan maternal distress, selanjutnya dapat terjadi syok.
c. Dapat mengakibatkan atonia uteri dalam semua kala persainan dan terjadi
pendarahan post partum
d. Mudah terjadi infeksi selama persalinan.
e. Retensio plasenta
f. Gangguan his baik primer maupun sekunder
g. Janin akan lahir dengan anemia
h. persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah.
3. Gangguan selama masa nifas :
a. Terjadinya sub involutsio uteri, menimbulkan pendarahan post partum
b. Atonia uteri
c. Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
d. Mudah terjadi infeksi (febris puerperalis) karena kondisi yang lemah dan daya
tahan tubuh menurun.
e. Perlukaan sukar sembuh

I. PENCEGAHAN DAN PENANGANAN ANEMIA


1. Pencegahan anemia :
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan
sebelum hamil sehingga dapat diketahui data dasar kesehatan umum ibu tersebut,
dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium termasuk
pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasit.
Didaerah dengan frekwensi anemia, kehamilan yang tinggi, sebaiknya setiap wanita
hamil diberi sulfas ferosus atau glukonas ferosus (60 - 129 mg/hari) 1 tablet sehari
selama 90 hari, asam folat juga diberikan bersama dengan zat besi. Wanita
dinasehatkan pula untuk makan lebih banyak protein, mineral dan vitamin, dan bila
mengkomsumsi suplemen penambah darah sebaiknya dikomsumsi bersama dengan
vitamin C sebab dapat membantu proses penyerapan suplemen tersebut dan
menghindari teh, kopi dan kacang – kacangan sebab dapat mengganggu proses
penyerapan didalam tubuh.
2. Penanganan anemia
a. Penanganan pada anemia defesiensi besi adalah sebagai berikut :
Untuk terapi anemia defesiensi besi ialah dengan preparat besi oral atau
perenteral. Terapi oral dengan pemberian preparat besi : fero sulfat, fero glukonat
atau Na-fero bisitra.
1) Anemia ringan
Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero
glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan
kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 400 mg asam folat untuk profilaksis anemia.
2) Anemia sedang
Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi feros 600 - 1000 mg / hari
saperti sulfat ferosus atau glukonas ferosus. Hb dapat dinaikkan sampai
10g/100ml atau lebih asal masih ada cukup waktu sampai janin lahir.
3) Anemia berat
Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg
(20ml) intravena atau 2x 10 ml intra muscular . Transfuse darah kehamilan
lanjut dapat diberikan walaupun sangat jarang diberikan mengingat resiko
transfuse bagi ibu dan janin.
b. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali
karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
1. Asam folik 15 – 30 mg per hari
2. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
3. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
4. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah
c. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel
darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan
pemeriksaan retikulosi.
d. Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah
yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan
kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi
bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis
anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya
diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis
obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat
membantu penderita ini.

Anda mungkin juga menyukai