DISUSUN OLEH :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, atas berkah dan rahmatNya makalah ini
dapat dibuat dan disampaikan tepat pada waktunya.
Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat menjadi salah satu sumber
literatur atau sumber informasi pengetahuan bagi pembaca.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan makalah ini lebih
sempurna dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Tujuan
BAB II LANDASAN TEORI
1. Pengertian laktasi.
2. Anatomi payudara dan fisiologi laktasi.
3. Manfaat dan keunggulan ASI.
4. Persiapan dan teknik menyusui.
5. Masalah-masalah dalam menyusui.
6. Langkah-langkah menuju keberhasilan menyusui.
7. Cara pemberian ASI dalam kondisi khusus
8. Klinik laktasi.
9. Konseling pemberian ASI.
BAB III PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perempuan mendapat anugerah Tuhan untuk dapat mengandung, melahirkan
dan menyusui. Kodrat ini ditandai oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu
rahim beserta semua bagiannya untuk tumbuh kembang janin selama di dalam
kandungan, dan payudara untuk menyusui anaknya. Artinya semua perempuan
berpotensi menyusui sama dengan potensinya untuk mengandung dan melahirkan.
Sayangnya, tidak semua perempuan bias memahami dan menghayati
kodratnya. Entah karena pengetahuan yang kurang atau persepsi yang keliru tentang
payudara dan menyusui, pemahaman yang kurang tentang peran dan fungsi ibu,
payudara tidak selalu dilihat sebagai perangkat untuk menyusui anaknya. Akibatnya
ASI menjadi terbuang percuma, ada tapi tidak dimanfaatkan, dan ibu lebih suka
menukarnya dengan susu formula, padahal manfaat ASI sampai sekarang belum ada
tandingannya.
Menyusui memang alamiah, tapi sekedar memahami menyusui sebagai kodrat
saja belumlah cukup. Perlu pemahaman yang mendalam tentang ASI, baik manfaat
maupun segala sesuatu yang berkaitan dengan teknis pemberian ASI.
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Sebagai hasil dari tugas yang diberikan oleh dosen pengajar dalam mata kuliah
keperawatan maternitas dan untuk mengetahui bagaimana proses laktasi secara
keseluruhan.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Untuk mengetahui pengertian laktasi.
b. Untuk mengetahui anatomi payudara dan fisiologi laktasi.
c. Untuk mengetahui manfaat dan keunggulan ASI.
d. Untuk mengetahui persiapan dan teknik menyusui.
e. Untuk mengetahui masalah-masalah dalam menyusui.
f. Untuk mengetahui langkah-langkah menuju keberhasilan menyusui.
g. Untuk mengetahui cara pemberian ASI dalam kondisi khusus
h. Untuk mengetahui tentang klinik laktasi.
i. Untuk mengetahui tentang konseling pemberian ASI.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
1. LAKTASI
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai
proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari
siklus reproduksi mamalia termasuk manusia (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).
Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu harus sudah
siap baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat
menyusu. Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500
800 ml/hari (3000 ml/hari) (Rukiyah, dkk, 2011).
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai
proses bayi mengisap dan menelan ASI
Lakatasi adalah proses sintesis air susu oleh sel-sel epitel glandula lactifera
dan proses mengalirnya air susu dari sitoplasma ke lumen alveoli, serta
pencurahan air susu dari alveoli ke sisterna.
2. MENYUSUI
Berdasarkan pocket Oxford Dictionary, menyusui di defenisikan sebagai feed
a baby from the breast, atau dengan kata lain, menyusui adalah proses anak
mendapatkan air susu melalui cara menyusu/mengisap/mengemut payudara ibu.
Menyusui memiliki pengertian yang lebih luas dan lebih kompleks, karena tidak
hanya membahas tentang ibu, tetapi juga si anak, atau dengan kata lain laktasi
adalah salah satu bagian dari menyusui.
3. MANAJEMEN LAKTASI
Manajemen Laktasi adalah merupakan segala daya upaya yang dilakukan
untuk membantu Ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini
dilakukan terhadap dalam tiga tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal),
sewaktu Ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa
menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Susiana, H,
2009).
Manajemen Laktasi adalah tata laksana yang dipelukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya
(Direktorat Gizi Masyarakat, 2005)
Manajemen Laktasi adalah upaya upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui (Siregar, 2004).
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada, dan
fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang
payudara, berat sekitar 200 gram, umumnya yang kiri lebih besar dari yang kanan.
Pada waktu hamil membesar mencapai 600 gram, pada waktu menyusui bisa
mencapai 800 gram.
a. Korpus (badan)
Yaitu bagian yang membesar. Di
dalam korpus terdapat alveolus
yaitu unit terkecil yang
memproduksi susu. Alveolus
terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan
pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok membentuk lobulus, dan
beberapa lobulus berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. Dari
alveolus ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), beberapa duktulus
bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
b. Areola
Yaitu bagian kehitaman di tengah payudara. Di bawah areola terdapat saluran
yang besar melebar disebut sinus laktiferus, akhirnya semua sinus memusat ke
dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun
saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi akan memompa ASI
keluar.
c. Papilla (puting)
Yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara, dimasukkan ke mulut bayi
untuk aliran susu.
Ada 4 macam bentuk puting yaitu normal/umum, pendek/datar, panjang dan
terbenam (inverted). Namun hal ini tidak berpengaruh terhadap proses laktASI
Pada papilla dan areola terdapat saraf peraba yang sangat penting untuk
refleks menyusui. Bila puting dihisap, terjadi rangsangan saraf yang
diteruskan ke kelenjar hipofisis yang kemudian merangsang produksi dan
pengeluaran ASI.
Bentuk payudara
2. FISIOLOGI LAKTASI
Laktasi atau menyusui mempunyai 2 pengertian yaitu produksi dan pengeluaran
ASI. Hormon yang berfungsi untuk produksi ASI adalah hormon prolaktin,
disamping hormon lain seperti insulin, tiroksin dan sebagainya.
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI Biasanya
belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari
kedua atau ketiga pasca perasalinan, kadar estrogen dan progestero menurun
drastis sehingga prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi
ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu,
terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI lebih lancar.
Dua reflek pada Ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu prolaktin dan
reflek aliran/oksitosin, timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan oleh
bayi.
a. Reflek prolaktin
Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh
estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu lepasnya
plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan
progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan
kalang payudara karena ujung-ujung syaraf sensoris yang berfungsi sebagai
reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla
spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat
sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu
sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise
anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli
yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu
tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan
menjadi normal pada minggu ke 2-3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin
akan meningkat dalam keadaan seperti stress atau pengaruh psikis, anestesi,
operasi dan rangsangan puting susu.
a. Rooting Refleks
Bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh kearah sentuhan. bila
bibirnya dirangsang atau disentuh dia akan membuka mulut dan berusaha
mencari putting untuk menyusu
b. Sucking Refleks / refleks menghisap
Terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-langit dalam mulut bayi. jika
putting susu menyentuh langit-langit belakang mulut bayi terjadi refleks
menghisap dan terjadi tekanan terhadap daerah aerola oleh gusi, lidah, serta
langit-langit, sehingga isi sinus laktiferus (tempat penampungan ASI pada
payudara) diperas keluar kedalam rongga mulut bayi.
c. Refleks Menelan
Bila ada cairan didalam rongga mulut terjadi refleks menelan.
a. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses
maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi
taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
b. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam
lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang
diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA
dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan
kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat
dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-
masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
2. Aspek Imunologik
a. ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminASI.
b. Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi.
Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli
dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
c. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan
yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
d. Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan
salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak
daripada susu sapi.
e. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil.
Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT)
antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi
saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT)
antibodi jaringan payudara Ibu.
f. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang
pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora
usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang
merugikan.
3. Aspek Psikologik
a. Rasa percaya diri Ibu untuk menyusui
Ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi.
Menyusui dipengaruhi oleh emosi Ibu dan kasih saying terhadap bayi akan
meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan
meningkatkan produksi ASI.
b. Interaksi Ibu dan Bayi
Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan
Ibu-bayi tersebut.
c. Pengaruh kontak langsung Ibu-bayi
Ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti
sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena
bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang
sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
4. Aspek Kecerdasan
a. Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
b. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ
point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia
3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan
bayi yang tidak diberi ASI.
5. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas
yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomisf
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat
pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.
2. Pemeriksaan Payudara
Dalam masa kehamilan payudara Ibu harus diperiksa sebagai persiapan menyusui.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui keadaan payudara sehingga bila
terdapat kelainan dapat segera diketahui. Pemeriksaan payudara dilaksanakan
pada kunjungan pertama Ibu ketika memeriksa kehamilannya. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi.
a. Inspeksi
- Payudara
Ukuran dan bentuk payudara tidak berpengaruh pada produksi ASI. Perlu
di perhatikan bila terdapat kelainan pembesaran masif, gerakan yang tidak
simetris pada perubahan posisi. Permukaan yang tidak rata seperti adanya
elevasi, retraksi atau luka pada kulit payudara harus dipikirkan kearah
tumor atau kegansan dibawahnya. Saluran limfe yang tersumbat dapat
menyebabkan kulit bengkak, dan membuat gambaran seperti kulit jeruk.
Perlu di perhatikan adanya warna kulit kemerhan seperti tanda radang,
penyakit kulit atau bahkan keganasan.
- Areola
Pada umumnya ukuran dan bentuk akan meluas pada masa puberitas dan
pada masa kehamilan akan bersifat simetris, bila batas areola tidak arata
(tidak melingkar) perlu diperhatikan. Pigmentasi yang meningkat apada
saat kehamilan menyebabkan warna kulit pada areola lebih gelap
dibandingkan sebelum hamil.
- Puting susu
Ukuran puting susu sangat berpariasi dan tidak mempunyai arti khusus.
Pada bentuk puting susu yang terbenam perlu dipikirkan retraksi akibat
keganasan namun tidak smua puting susu terbenam disebabkan oleh
keganasan.
b. Palpasi Payudara
Tujuan utama pemeriksaan palpasi payudara adalah untuk mencari masa.
Setuap masa harus digambarkan secara jelas dan ciri-ciri massa yang teraba
harus dievaluASI dengan baik. Pemeriksaan puting susu merupakan hal
penting dalam mempersiapkan ibu untuk menyusui.
4. Tehnik Menyusui
Seorang Ibu dengan bayi pertama mungkin akan mengalami masalah ketika
menyusui yang sebetulnya hanya karena tidak tahu cara menyusui yang
sebenarnya sangat sederhana. Cara meletakan bayi pada payudara ketika
menyusui berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Sebenarnya kepekaan
tersebut sangat sangat mebantu dalam proses pembentukan ikatan batin antara ibu
dan bayi. Dalam hal tersebut, Ibu memerlukan pendamping yang dapat
membimbingnya untuk bisa merawat bayi termasuk menyusui. Tenaga kesehatan
yang berkecimpung dalam bidang laktasi seharusnya mengetahui bahwa menyusui
adalah suatu proses alamiah. Namun, untuk mencapai keberhasilan menyusui
diperlukan pengetahuan mengenai teknik menyusui yang benar.
5. Posisi Menyusui
Posisi menyusui yang biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, berbaring.
Ada posisi khusus yang bersangkutan dengan situasi tertentu seperti menyusui
bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola dimana kedua bayi
disusui secara bersamaan, di payudara kanan dan kiri. Pada ASI yang memancar
(penuh), bayi di tengkurapkan diatas dada Ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala
bayi, dengan posisi ini bayi tidak akan tersedak.
Berbagai macam posisi menyusui
Posisi menyusui bayi kembar
8. Pengeluaran ASI
Bila ASI berlebihan sampai keluar memancar, sebaiknya dikeluarkan atau diperah
terlebih dahulu sebelum menyusui. Hal ini untuk menghindari bayi tersedak atau
bayi enggan menyusu. Tindakan pengeluaran atau memerah ASI juga dilakukan
pada ibu bekerja yang menyimpan ASI untuk bayinya dirumah disebabkan ASI
yang merembes karena payudara penuh, untuk bayi yang mengalami masalah
mengisap (misal berat badan lahir rendah/BBLR), menghilangkan bendungan atau
memacu produksi ASI, atau ibu sakit sehingga tidak dapat langsung menyusui
bayinya.
9. Penyimpanan ASI
a. Di udara terbuka : 6-8 jam
b. Di lemari es (4C) : 24 jam
c. Di freezer/beku (-18C) : 6 bulan
b. Payudara bengkak
Dibedakan antara payudara penuh karena berisi ASI dengan payudara
bengkak. Pada payudara penuh terjadi kondisi rasa berat pada payudara, panas
dan keras. Bila diperiksa, ASI keluar dan tidak ada demam. Pada payudara
bengkak ditemukan kondisi sakit, puting kencang, kulit mengkilat walau tidak
merah, dan bila diperiksa, ASI tidak keluar, serta bisa timbul demam setelah
24 jam. Hal ini terjadi karena produksi ASI meningkat, terlambat menyusui
dini, perlekatan kurang baik, kurang sering ASI dikeluarkan dan mungkin juga
ada pembatasan waktu menyusui. Untuk mencegah maka diperlukan menyusui
dini, perlekatan yang baik, menyusui on demand atau bayi harus lebih sering
disusui. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI
dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun.
Yang dapat dilakukan :
- Kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit
- Ibu harus rileks
- Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
- Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan ke arah
tengah)
- Stimulasi payudara dan putting
- Kompres dingin pasca menyusui untuk mengurangi pembengkakan
- Pakailah BH yang sesuai
- Bila terlalu sakit dapat diberikan obat anti-nyeri (analgetik) sesuai
petunjuk dokter.
- BB (berat badan) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan.
- BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali.
- Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam dengan cairan urin
pekat, bau menyengat dan warna kuning.
- Faktor tehnik menyusui : keadaan ini yang paling sering dijumpai, antara
lain masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan dot/botol dan lain-lain.
- Faktor psikologis : seperti tidak adanya keinginan ibu untuk menyusui
- Faktor fisik ibu : antara lain pengaruh dari KB, kontrasepsi, merokok,
kurang gizi, pengaruh obat, dan lainnya.
- Faktor kondisi bayi : misalnya bayi sakit, adanya abnormalitas dan lain-
lain.
2. Istirahat
Bila laktasi tidak berlangsung baik biasanya penyabab utamanya adalah kelelahan
pada ibu.Oleh karena itu, istirahat dan tidur yang cukup merupakan kebutuhan
yang harus dipenuhi
3. Obat obatan
Pemakaian obat obatan dalam masa menyusui perlu mendapat perhatian,
apakah mempunyai efek samping yang positif atau negatif terhadap laktasi.
Contoh obat yang dapat mengurangi produksi ASI yaitu pil KB yang
mengandung hormon estrogen.
7. Ibu bekerja
Selama cuti hendaknya ibu menyusui bayinya terus. Jangan juga membiasakan
bayi menyusu dengan botol bila masa cuti telah habis dan ibu harus bekerja
kembali.
9. Penyapihan
Menghentikan pemberian ASI harus dilakukan secara bertahap dengan jalan
meningkatkan frekuensi pemberian makanan anak dan menurunkan frekuensi
pemberian ASI secara bertahap dalam kurun waktu 2 3 bulan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menyusui adalah proses alami manusia tetapi tidak sederhana seperti yang di
bayangkan khalayak umum.Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan ini. Agar
menyusui berhasil, setiap ibu harus percaya dapat melakukannya dengan didukung
petunjuk pengetahuan dan manajemen praktek menyusui yang benar dan tepat.
Persiapan dini sejak masa kehamilan hingga menyusui sangat membantu kelancaran
proses menyusui secara keseluruhan.
Penggunaan ASI telah dideklarasikan sebagai gerakan nasional yang
merupakan upaya peningkatan derajat kesehatan Ibu dan anak.Untuk mencapai
keberhasilan gerakan nasional perlu didukung oleh peran serta seluruh anggota
masyarakat para Ibu sebagai pelopor peningkatan kualitas sumberdaya
indonesia.praktek menyusui yg baik dan benar setiap ibu perlu mempelajarinya.bukan
pada Ibu yang pertama kali hamil dan melahirkan tetapi juga Ibu Ibu yang
melahirkan anak yang ke 2 dan seterusnya.
B. SARAN
1. Peranan petugas kesehatan sangat penting dalam melindungi,meningkatkan, dan
mendukung usaha menyusui baik sebelum, selama maupun setelah kehamilan dan
persalinan.Petugas kesehatan harus mampu memotivasi , memberikan bimbingan
dan penyuluhan manajemen menyusui dikalangan Ibu.Dukungan tenaga kesehatan
ini akan sangat menentukan suksesnya kampaye ASI disamping dukungan
keluarga dan lingkungan.
2. Dengan mengikuti dan mempelajari pengetahuan mengenai menyusui atau laktasi
diharapkan setiap ibu hamil,bersalin dan menyusui dapat memberikan ASI secara
optimal sehingga bayi dapat tumbuh kembang normal sebagai calon sumberdaya
manusia yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Program Manajemen Laktasi, 2009, Buku Bacaan Manajemen Laktasi Jakarta : Perinasia
http://wiyati.wordpress.com/2008/06/25/managemen-laktASI/