Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

FISIOLOGI MENSTRUASI
MATA KULIAH BIOLOGI REPRODUKSI

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2022
2

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perubahan fisik remaja merupakan ciri utama dari proses biologis yang terjadi pada
masa pubertas. Pada masa ini terjadi perubahan fisik secara cepat, yang tidak
seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Perubahan fi sik yang
terjadi termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi untuk mencapai kematangan
agar mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan yang cukup besar ini
dapat membingungkan remaja yang mengalaminya. Remaja sangat penting untuk
mempelajari perubahan yang terjadi setiap tahap kehidupannya. Remaja dapat
belajar menerima kondisi fisik diri serta merawat dan menjaganya. (Rochmania,
2017)
Mesntruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi
merupakan suatu perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ
kandungan telah berfungsi matang. Umumnya remaja yang mengalami menstruasi
pertama pada usia 12-16 tahun. Periode ini akan mengubah perilaku dari beberapa
aspek, misalnya psikologi dan lain-lainnya. Siklus menstruasi normal terjadi setiap
22-35 hari dengan lama menstruasi selama 2-7 hari (Kusmiran, 2014).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan kepada remaja dan
wanita usia subur.

2. Tujuan Khusus
Memenuhi tugas target praktek fisiologis Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Magelang, Poltekkes Kemenkes Semarang dan agar mahasiswa
mampu :
a. Melakukan pengkajian kepada remaja dan wanita usia subur
b. Melakukan interpretasi data
c. Merumuskan diagnosa kebidanan sesuai hasil pengkajian
d. Mengidentifikasi identifikasi dan antisipasi diagnosa potensial
e. Mengidentifikasi tindakan segera
f. Menyusun perencanaan sesuai diagnosa yang dirumuskan
g. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang sudah disusun
h. Melakukan evaluasi tindakan
i. Melakukan pendokumentasian
j. Melakukan pemantauan remaja dan wanita usia subur

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada ibu
sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan setiap asuhan
kebidanan
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan pada asuhan kebidanan pada
remaja dan wanita usia subur.
3

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Mesntruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi
merupakan suatu perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ
kandungan telah berfungsi matang. Umumnya remaja yang mengalami
menstruasi pertama pada usia 12-16 tahun. Periode ini akan mengubah perilaku
dari beberapa aspek, misalnya psikologi dan lain-lainnya. Siklus menstruasi
normal terjadi setiap 22-35 hari dengan lama menstruasi selama 2-7 hari
(Kusmiran, 2014).
Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskumasi) endometrium. Menstruasi merupakan suatu
siklus alamiah yang menunjukkan kesempurnaan seorang wanita. Seorang yang
mengalami menstruasi menunjukkan bahwa hormonnya sudah bekerja (Rudy
Haryono, 2016).
B. Klasifikasi
a. Siklus Endomentrium
1) Fase menstruasi
Fase ini adalah fase yang harus dialami oleh seorang wanita dewasa
setiap bulannya. Sebab melalui fase ini wanita baru dikatakan produktif.
Oleh karena itu fase menstruasi selalu dinanti oleh para wanita,
walaupun kedatangannya membuat para wanita merasa tidak nyaman
untuk beraktifitas. Biasanya ketidaknyamanan ini terjadi hanya 1-2 hari,
dimana pada awal haid pendarahan yang keluar lebih banyak dan
gumpalan darah lebih sering keluar.Pada fase menstruasi, endometrium
terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan. Rata-rata fase
ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase
menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)
menurun atau pada kadar terendahnya, sedangkan siklus dan kadar FSH
(Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat
2) Fase proliferasi
Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses pembentukan dan
pematangan ovum. Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan
cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari
siklus haid. Permukaan endometriumsecara lengkap kembali normal
sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini
endometrium tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat
dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Pada fase proliferasi terjadi
4

peningkatan kadar hormon estrogen, karena fase ini tergantung pada


stimulasi estrogenyang berasal dari folikel ovarium.
3) Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasisampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,
endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai
ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi
kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Umumnya pada fase pasca
ovulasi wanita akan lebih sensitif. Sebab pada fase ini hormon
reproduksi (FSH, LH, estrogen dan progesteron)mengalami peningkatan.
Jadi pada fase ini wanita mengalami yang namanya Pre Menstrual
Syndrome (PMS). Beberapa hari kemudian setelah gejala PMS maka
lapisan dinding rahim akan luruh kembali
4) Fase iskemi/premenstrual
Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus Luteum yang
mensekresi estrogen dan progesterone menyusut. Seiring penyusutan
kadar estrogen dan progesterone yang cepat, arteri spiral menjadi
spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan
terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan
perdarahan menstruasi dimulai.
(Ernawati Sinaga, Nonon Saribanon, Suprihatin Nailus Sa’adah, Ummu
Salamah, Yulia Andani Murti, Agusniar Trisnamiati, 2017)
b. Siklus Ovarium
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian kelenjar hipofisis mengeluarkan LH (lutenizing
hormon).Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari
folikel. Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam
ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi
ovulasi. mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih,
oosit matur (folikel de Graaf) terjadi ovulasi, sisa folikel yang kosong di
dalam ovarium berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai
puncak aktivitas fungsional pada 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi
hormon estrogen dan progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus
luteum berkurang dan kadar hormon progesterone menurun. Sehingga
lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.
(Ernawati Sinaga, Nonon Saribanon, Suprihatin Nailus Sa’adah, Ummu
Salamah, Yulia Andani Murti, Agusniar Trisnamiati, 2017)

C. Faktor Mempengaruhi Menstruasi


1. Hormon
5

Saat lahir, anak laki-laki dan anak perempuan mirip satu sama lain.
Tetapi, setelah beberapa tahun, perbedaan mulai tampak di tubuh masing-
masing. Yang menjadikan tubuh lakilaki dan perempuan berbeda adalah
pelepasan hormon seksual yang telah Allah ciptakan pada saat yang tepat
secara teratur. Sistem hormon pula yang merupakan salah satu faktor
terpenting dalam siklus menstruasi. Sistem hormonlah pengendali proses
menstruasi.Pada sistem reproduksi perempuan, sistem hormon terbagi dalam
3 jenjang:

a. Cortex adrenal
b. Hipofisis
c. Indung telur (ovarium)

Secara biokimia, estrogen, progesteron adalah derivat dari kolesterol.


Maka kadar kolesterol dalam darah yang memadai diperlukan oleh seorang
perempuan untuk mendukung aktivatas reproduksi yang sehat. Bertahun-
tahun berlalu sejak kelahiran sebelum hormon seksual bekerja, ketika
seorang anak mencapai usia remaja, hipotalamus mengirim perintah
(hormon GnRH) ke kelenjar pituitari. Setelah menerima perintah, kelenjar
pituitari melepaskan dua hormon, LH dan FSH. Daerah tujuan
hormonhormon ini adalah indung telur perempuan dan zakar laki-laki.
Kedua hormon ini memberikan perintah ke organ-organ itu untuk
“bertindak” setelah bertahun-tahun berdiam diri.
1) Hormon kelenjar hipofisis--hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan
progesterone darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam
darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin
realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi
folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan
folikel de Graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen
mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk
mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada
sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi
fertilisasi dan implantasi, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar
estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.
2) Hormon ovarium (estrogen dan progesteron)
Indung telur (Ovarium) menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen
dan progesteron. Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan
dan pemeliharaan organ-organ reproduktif wanita dan karakteristik
seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen
6

memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan dalam


perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteronjuga penting dalam
mengatur perubahan yang terjadi dalam Rahim selama siklus menstruasi.
Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan
endometrium untuk berdiamnya sel telur yang telah dibuahi. Jika terjadi
kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan
untuk mempertahankan kehamilan yang normal. (Ernawati Sinaga,
Nonon Saribanon, Suprihatin Nailus Sa’adah, Ummu Salamah, Yulia
Andani Murti, Agusniar Trisnamiati, 2017)

2. Faktor Enzim
Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang
berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolisme sehingga
mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.

3. Faktor vascular

Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan


fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula
arteri-arteri, vena-vena, dan hubungan di antara keduanya. Dengan regresi
endometrium, timbul statis dalam vena-vena serta saluran saluran yang
menghubungkannya dengan arteri, dan akhimya terjadi nekrosis dan
iperdarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari arteri maupun vena.
4. Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya
desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan
kontraksi miometriurn sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan
pada haid. (Bima, 2019)

D. Macam-Macam Gangguan Menstruasi

Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam:

1. Kelainan siklus menstruasi


a. Amenorrhea
b. Amenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memanjang dari
panjang siklus menstruasiklasik (oligemenorea) atau tidak terjadinya
perdarahan menstruasi, minimal 3 bulan berturut-turut. Amenorea
dibedakan menjadi dua jenis :
c. Amenorea Primer
d. Amenorea primer yaitu tidak terjadinya menstruasi sekalipun pada
perempuan yang mengalami amenorea.
7

e. Amenorea Sekunder
f. Amenorea sekunder yaitu tidak terjadinya menstruasi yang di selingi
dengan perdarahan menstruasi sesekali pada perempuan yang mengalami
amenorea
g. Oligomenorea
h. Oligomenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memanjang dari
panjang siklus menstruasi klasik, yaitu lebih dari 35 hari persiklusnya.
Volume perdarahannya umumnya lebih sedikit dari volume perdarahan
menstruasi biasanya. Siklus menstruasi biasanya juga bersifat ovulator
dengan fase proliferasi yang lebih panjang di banding fase proliferasi
siklus menstruasi klasik.
i. Polimenorea
j. Polimenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memendek dari
panjang siklus menstruasi klasik, yaitu kurang dari 21 hari persiklusnya,
sementara volume perdarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak
dari volume perdarahan menstruasi biasanya. (Wahyuningsih, 2018)
2. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada menstruasi
b. Menorrahgia, yaitu kondisi perdarahan yang terjadi reguler dalam interval
yang normal, durasi dan aliran darah lebih banyak.
c. Metrorraghia, yaitu kondisi perdarahan dalam interval irreguler, durasi dan
aliran darah berlebihan/banyak.
d. Polymenorrhea, yaitu kondisi perdarahan dalam interval kurang dari 21 hari.
3. Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi
a. Premenstruasi Syndrome (PMS)
Sindrom pramenstruasi (PMS) ditandai dengan gejala afektif, fisik, dan
perilaku yang berulang, sedang hingga parah yang berkembang selama
siklus menstruasi luteal dan menghilang dalam beberapa hari setelah
menstruasi. Premenstrual dysphoric disorder (PMDD) adalah kondisi yang
parah dan melumpuhkan yang dapat memengaruhi hubungan pribadi dan
aktivitas pekerjaan. PMS terjadi pada 30-40% wanita usia reproduksi;
PMDD mempengaruhi 3-8% dari populasi ini. Meskipun etiologi PMS
tidak jelas, beberapa teori menyarankan peningkatan kepekaan terhadap
perubahan hormonal normal dan kelainan neurotransmitter. Metode
diagnostik PMS adalah Catatan Harian Keparahan Masalah, yang dapat
digunakan wanita dengan PMS untuk melaporkan sendiri beberapa gejala
dan tingkat keparahannya. Meskipun kontrasepsi oral kombinasi dan
antidepresan serotonergik adalah obat yang efektif, masing-masing
merupakan pilihan berbeda untuk mengobati PMS / PMDD. Antidepresan
serotonergik adalah obat pilihan untuk memperbaiki gejala fisik dan
8

suasana hati. Kontrasepsi oral kombinasi tampaknya memperbaiki gejala


fisik. Dokter harus mempertimbangkan situasi setiap pasien secara
individual. Pilihan pengobatan lainnya termasuk modifikasi gaya hidup,
terapi perilaku kognitif, dan pengobatan herbal (misalnya chasteberry).
(Ryu & Kim, 2015)
b. Dismenore
Pada saat menstruasi, wanita kadang mengaiami nyeri. Sifat dan tingkat
rasa nyeri bervariasi, mulai dari ringan hingga yang berat. Kondisi tersebut
dinamakan dymenorrhea, yaitu keadaan nyeri yang hebat dan dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari. Dismenorea merupakan suatu fenomena
simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung. Gejala
gastrointestinal seperti mual dan diare dapat terjadi sebagai gejala
menstruasi.
9

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, F., Ilmu, B., Komunitas, K., Kedokteran, F., Lampung, U., Dokter, M. P.,

Kedokteran, F., & Lampung, U. (2016). Dismenore Primer dan Faktor Risiko

Dismenore Primer pada Remaja Primary Dysmenorrhea and Risk Factor of Primary

Dysmenorrhea in Adolescent. 5(September), 79–84.

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2010. In

Manajemen Penelitian.

Ernawati Sinaga, Nonon Saribanon, Suprihatin Nailus Sa’adah, Ummu Salamah, Yulia

Andani Murti, Agusniar Trisnamiati, S. L. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi.

http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf

LeMone, P. Burke, M, K & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Vol. 1. Eds. 5. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ryu, A., & Kim, T. H. (2015). Premenstrual syndrome: A mini review. In Maturitas.

https://doi.org/10.1016/j.maturitas.2015.08.010

SNovayelinda, R. smaroz. Du. (2015). Haid, Nyeri Pada, Primer. 2(1).

Sukarni, I. (2013). KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS. YOGJAKARTA NUHA

MEDIKA , 2013.

Anda mungkin juga menyukai