NAMA MAHASISWA :
NIM :
RUANG :
TANGGAL PRAKTIK :
PEMBIMBING :
PENERIMA :
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kaus “Asuhan Kebidanan COC”. Telah disahkan dan disetujui untuk memenuhi
Laporan Praktek Komunitas di Puskesmas
Pembimbing Institusi
3. Patofiologi Kehamilan
a. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi
dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung seperti uraian dibawah
ini. Keseluruhan proses tersebut merupakan matarantai fertilisasi atau konsepsi
(Manuaba, 2012)
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata,
yang engandung persediaan nutrisi
2) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase ditengah sitoplasma yang
disebut vitelus
3) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona pelusida
4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, yang mempunyai silia. Ovum
mempunyai waktu hidup terlama di dalam ampula tuba
5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. Spermtozoa
menyebar, masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri. Pada
kavum uteri, terjadi proses kapitalisasi, yaitu pelepasan lipoprotein dari
sperma sehingga mampu mengadakan fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan
perjalanan menuju tuba falopi. Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang
telah siap dibuahi serta mengikis korona radiata dan zona pelusida dengan
proses enzimatik hialuronidase. Melalui stomata spermatozoa masuk ke
dalam ovum, ekornya lepas dan tertinggal diluar. Kedua inti ovum dan inti
spermatozoa bertemu dengan membentuk zigot (Manuaba, 2012)
b. Fertilisasi
1) Fertilisasi berlangsung di ampula tuba (Jannah, 2012:56)
2) Apabila sebuah sperma berhasil menembus membran yang mengelilingi
ovum, baik sperma maupun ovum akan berada dalam membran dan membran
tidak lagi dapat ditembus oleh sperma lain disebut reaksi sona (Jannah,
2012 :56)
3) Pembelahan meosis kedua oosit selesai dan nucleus ovum menjadi
pronukleus ovum, kemudian kepala sperma membesar dan menjadi
pronukleus pria sedangkan ekornya berdegenerasi (Jannah, 2012:56)
4) Nucleus-nukleus akan menyatu dan kromosom bergabung sehingga dicapai
jumlah yang diploid (46), dengan demikian konsepsi berlangsung sehingga
terbentuklah zigot (Jannah, 2012 :57)
5) Replikasi sel mitosis yang disebut pembelahan yaitu dari zigot blastomer
morula blastomer blastosis.
6) Pembentukan blastosis menandai diferensiasi utama pertama embrio (Jannah,
2012 :57)
7) Morula terdiri atas 16 selberupa bola sel padat yang dihasilkan dalam 3
hari, morula masih dikelilingi oleh lapisan pelindung zona pelusida (Jannah,
2012:57)
c. Nidasi/implantasi
Dengan masuknya iti spermatozoa kedalam sitoplasma,”vitelus” membangkitkan
kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan “metafase”. Proses
pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anafase dan “ telofase” sehingga
pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa dalam keadaan
haploid aling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu dalam
pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita. Pada manusia terdapat
46 kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk autosom sedangkan 2 kromosom
sisanya sebagai pembawa tanda seks, wanita selalu resesif dengan kromosom
seks yaitu X. Laki-laki memiliki dua bentuk kromosom seks yaitu kromosom X
dan Y. Bila spermatozoa kromosom X bertemu sel ovum, terjadi jenis kelamin
wanita sedangkan bila kromosom seks Y bertemu sel ovum, terjadi jenis kelamin
laki-laki. Oleh karena itu pihak wanita tidak dapat disalahkan dengan jenis
kelamin bayinya yang lahir karena yang menentukan jenis kelamin adalah pihak
suami. Setelah pertemuan kadua inti ovum dan spermatozoa, terbentuk zigot
yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan
seterusnya. Berbarengan dengan pembelahan nti, hasil konsepsi terus berjalan
menuju uterus. Hasil pembelahan sel memenuhi eluruh ruangan dalam ovum
yang besarnya 100 MU atau 0,1 mm dan disebut stadium morula. Selama
pembelahan sel dibagian dalam , terjadi pembentukan sl dibagian luar morula
yang kemungkinan berasal dari korona radiata yang menjadi hormon korionik
gonadotropin, yang mempertahankan korpus luteum grvidarum.
Pembelahan berjalan terus dan di dalam morula terbentuk ruangan yang
mengandung cairan yang disebut blastula. Perkembangan dan pertumbuhan
berlangsung, blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas telah
siap untuk mengadakan nidasi. Sementara itu, pada fase sekresi, endometrium
telah makin tebal an makin banyak mengandung glikogen yang disebut desiua.
Sel trofoblas yang meliputi primer vili korealis melakukan destruksi enzimatik-
proteolitik, sehingga dapat menanamkan diri di dalam endometrium. Proses
penanaman blastula yang disebut nidasi atau implantasi terjadi pada hari ke 6
sampai 7 setelah konsepsi. Pada saat tertanamnya blastula kedalam
endometrium, mungkin terjadi perdarahan yang disebut tanda hartman
(Manuaba, 2012)
4. Perubahan Psikologis
Menurut (Marmi, 2017) perubahan dan adaptasi psikologis dalam Masa
Kehamilan Trimester I yaitu:
Trimester pertama sering dianggap sebagai priode penyesuain. Penyesuaian
yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung.
Selama trimester ini wanita menjadi ambivalen.Kurang dari 80% wanita
mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi, dan kesedihan.Akan tetapi
bagi wanita terutama mereka yang telah merencanakan atau telah berusaha keras
untuk hamil, merasa suka cita sekaligus tidak percaya bahwa dirinya telah hamil
dan mencari bukti kehamilan pada setiap jengkal tubuhnya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat periode
syok dan menyangkal kemudian kebingungan dan precupation dengan berbagai
masalah yang diperkirakan sebagai penyebabnya terdiri dari 3 faktor:
1. Persepsi terhadap kehamilan
2. Dukungan situasional
3. Mekanisme koping
Penyesuaian terhadap awal kehamilan, ketika pertama kali mengetahui
dirinya hamil, ia mungkin merasa syok dan menyangkal. Periode awal
ketidakyakinan adalah hal yang umum terjadi seperti:
a. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilannya
b. Merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan
c. Berharap untuk tidak hamil
d. Mencari-cari tanda untuk lebih yakin bahwa dirinya hamil
e. Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda
Hasrat wanita pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita satu
dengan wanita yang lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat
seksual akan tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu terjadinya
penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka
terhadap pasanganya masing-masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan
kasih saying yang besar dan cinta kasih tanpa seks.
5. Perubahan Fisiologis
Menurut (Marmi, 2017) perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis pada ibu
hamil selama kehamilan terjadi adaptasi anatomis, fisiologi dan biokimia yang
mencolok, banyak perubahan ini dimulai segera setelah pembuahan dan berlanjut
selama kehamilan, dan sebagain besar terjadi sebagai respon terhadap rangsangan
fisioligis yang ditimbulkan oleh janin dan plasenta.
Selama kehamilan normal, hamper semua sistem organ mengalami
perubahan dan fungsional. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan.
a. Sistem Reproduksi
1) Aksi Hipotalamus-Hipofisis Ovarium
a) Selama hamil estrogen dan progesterone menekan sekresi FSH dan LH
b) Maturasi folikel, ovulasi, dan menstruasi menjadi terhenti
c) Setelah implamantasi, ovum yang dibuahi dan vili korionik memproduksi
HCG yang mempertahankan korpus luteum untuk produksi estrogen dan
progesteron selama 8-10 minggu I kehamilan sampai plasenta dibentuk
2) Uterus
Terjadi pembesaran uterus yang terjadi akibat:
a) Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah
b) Hyperplasia (produksi serabut otot dan jaringan fibroelastis yang baru)
dan hipertrofi (pembesaran serabut otot dan fibroelastis yang sudah lama)
c) Perkembangan desidua
Pada minggu ke-7 ukuran uterus sebesar telur ayam negeri pada minggu
ke-10 sebesar buah jeruk, minggu ke-12 sebesar grapefruit (2 kali jeruk
biasa). Setelah bulan ketika, pembesaran uterus terutama disebabkan oleh
tekanan mekanis akibat pertumbuhan janin. Kehamilan dapat terlihat
setelah minggu ke-14, namun juga tergantung pada TB dan BB wanita.
Postur juga mempengaruhi tipe dan derajat pembesaran abdomen.
d) Selama minggu-minggu awal kehamilan, aliran darah uterus dan limfe
meningkat mangakibatkan edema dan kongesti panggul. Akibatnya uterus,
serviks, dan istmus melunak secara progresif dan servik menjadi agak
kebiruan (tanda Chadwick)
e) Sekitar minggu ke-7 dan ke-8 terlihat pola perlunakan uterus sebagai
berikut: istmus melunak dan dapat ditekan (tanda Hegar), serviks melunak
(tanda Goodel), dan fundus pada serviks mudah fleksi (tanda McDonald).
Ini semua adalah tanda kehamilan
f) Karena semakin membesar, fundus menekan kandung kemih
menyebabkan wanita mengalami urinary frequency (sering berkemih)
g) Uterus keluar dari rongga panggul dan dapat dipalpasi di atas simfisis
pubis antara minggu ke-12 dan ke-14 sehingga umbilicus pada minggu ke-
20 gestasi dan pada minggu ke -38 sampai ke-40 tinggi fundus turun
karena janin mulai masuk PAP
h) Setelah bulan ke-4 kehamilan, kontraksi uterus dapat dirasakan melalui
dinding abdomen (tanda Braxton-Hicks), yaitu kontraksi tidak teratur yang
tidak menimbulkan nyeri
i) Kontraksi semakin jelas dan kuat setelah minggu ke-28 sampai akhir
kehamilan. Aliran darah cepat seiring pembesaran uterus, pada kehamilan
cukup bulan yang normal, 1/6 volume darah total ibu berada dalam sistem
pendarahan uterus
j) Dengan menggunkan alat ultrasound atau stetoskop janin dapat didengar:
(a) Murmur atau uterine soufflé, suara bunya aliran darah ibu seperti
bergegas menuju plasenta, sinkron dengan nadi ibu, (b) Soufflé funic yang
sinkron dengan frekuensi DJJ dan disebabkan oleh darah janin yang
mengalir melalui plasenta, (c) frekuensi DJJ. Semua bunyi ini adalah tanda
pasti kehamilan.
k) Ballottement, adalah gerakan pasif janin yang belum enganged (teknik
mempalpasi suatu struktur terapung jari pemeriksa dalam vagina
mendorong dengan lembut ke atas, janin terdorong ke atas kemudian turun
kembali dan jari merasakan benturan lunak), dpaat diindentifikasi antara
minggu ke-16 dan ke-18.
l) Karena semakin membesar, fundus menekan kandung kemih
menyebabkan wanita mengalami urinary frequency )sering berkemih)
m)Quickening adalah tanda kemingkinan kehamilan dirasakan sebagai suatu
denyutan dan sulit dibedakan dari peristalsis
n) Friabiltas meningkta, serviks mudah berdarah bila berdarah atau disentu
3) Vagina dan Vulva
a) Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama
persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal, jaringan ikat
yang longgar, hipertrofi otot polos, dan pemanjagan vagina. Peningkatan
vaskularisasi menimbulkan warna ungu kebiruan pada mukosa vagina dan
serviks, disebut tanda Chandwick.
b) Deskuamasi (eksfoliasi) sel-sel vagina yang kaya glikoden terjadi akibat
stimulasi estrogen, sel-sel yang tanggal ini membentuk leukore (rabas
vagina yang kental dan berwarna keputihan, berbau tak enak, tidak gatal
atau mengandung darah)
c) Selama kehamilan pH vagina menjadi lebih basa, dari 4 menjadi 6,5. Hal
ini membuat bumil lebih rentan terhadap infeksi vagina. Diet yang
mengandung gula yang banyak membuat lngkungan vagina menjadi
semakin cocok untuk infeksi jamur
d) Peningkatan vaskularisasi menyebabkan peningkatan sensitivitas yang
dpaat meningkatkan keinginan dan bangkitkan seksual, khususnya pada
trimester II kehamilan
e) Peningkatan kongesti dan relaksasi pembuluh darah dan uterus yang berat
atau timbul edema dan varises vulva, biasanya membaik selama periode
pasca-partum
f) Pada nulipara, kedua labia mayora mendekat dan menutup introitus
vagina pada multipara memisah dan menganga setelah melahirkan. Sisa
robekan hymen terlihat setelah koitus, penggunaan tampon, atau
melahirkan per vaginam.
g) Leukore: deskuamasi sel-sel vagina yang kaya glikogen terjadi akibat
stimulasi estrogen dan progesterone pada serviks
h) Mukosa memenuhi saluran endoserviks membentuk sumbatan mukus,
(operculum) yang bekerja sebagai barrier terhadap infeksi selama masa
hamil
b. Payudara
1) Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat dipayudara
muncul sejak minggu ke-6 gestasi
2) Sensitivitas bervariasi, dari rasa geli ringan sampai nyeri yang tajam
3) Putting susu dan areola menjadi lebih berpigmen, warna merah muda
sekunder pada areola, dan putting susu menjadi lebih erektil
4) Hipertrofi kelenjar sebasea(lemak)yang muncul di areola primer (tuberkel
Montgomery) dapat telihat disekitar putting susu. Kelenjar sebaseaini
berperan protektif sebagai pelumas putting susu
5) Selama trimester I dan II ukuran payudara meningkat progresif. Hormon
luteal dan plasenta meningkatkan proliferasi duktus laktiferus dan jaringan
labulus-alveolar
6) Walaupun perkembangan kelenjar mammae secara fungsional lengkap pada
pertengahan masa hamil, tetapi laktasi terhambat sampai kadar estrogen
menurun, yaitu saat janin dan plasenta lahir
7) Namun pada akhir minggu ke-6 dapat keluar prakolostrum yang cair, jernih,
dan kental. Sekresi ini mengental yang kemudian disebut kolostrum, cairan
sebelum menjadi susu, berwarna krem atau putih kekuningan yang dapat
dikeluarkan selama trimester III
Perubahan mamae selama kehamilan:
Umur kehamilan Perubahan
(minggu)
3-4 minggu Rasa penuh pada payudara
6 minggu Terjadi pembesaran dan sedikit nyeri
8 minggu Pelebaran pembuluh darah vene disekitar
8 minggu mammae
12 minggu Kelenjar Montgomery mulai tampak
16 minggu Penggelapan disekitar areola dan putting
Colostrum sudah mulai keluar
c. Sistem Kardiovaskuler
Hipertrofi atau dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan oleh peningkatan
volume darah dan curah jantung. Karena diagfragma terdorong ke atas, jantung
terangkat ke atas dan berotasi ke depan dan ke kiri. Peningkatan ini juga
menimbulkan perubahan hasil auskultasi yang umum terjadi selama
hamil.Perubahan pada auskultasi mengiringi perubahan ukuran dan posisi
jantung.
1) Tekanan Darah
a) Tekanan darah arteri (arteri brakialis) dipengaruhi oleh usia, posisi ibu,
kecemasan ibu, dan ukuran manset
b) Posisi ibu mempengaruhi hasil karena posisi uterus menghambat aliran
darah vena, dengan demikian curah jantung dan tekanan darah menurun.
TD brakialis tertinggi saat wanita duduk, terendah saat wanita berbaring
(posisi rekumben lateral kiri), pada posisi terlentang berada diantaranya
keduanya
c) Selama pertengahan masa hamil, tekanan sistolik dan diastolic vena iliaka
dan vena kava inferior oleh uterus. Hal ini juga menyebabkan tekanan
vena meningkat.
2) Volume dan Komplikasi Darah
a) Volume darah meningkat sekitar 1500 mL (8.5 sampai 9 BB). Peningkatan
terdiri dari atas 1000 mL plasma + 450 mL sel darah merah (SDM).
Terjadi sekitar minggu ke-10 sampai dengan minggu ke-12
b) Peningkatan ini merupakan mekanisme protektif, penting untuk:
(1) Sistem vascular yang mengalami hipertrofi akibat pembesaran uterus,
(2) Hidrasi jaringan janin dan ibu yang adekuat saat ibu berdiri atau
telentang,
(3) Mengganti darah yang hilang selama proses melahirkan
c) Vasodilatasi perifer mempertahankan TD tetap normal walaupun volume
darah meningkat
d) Produksi sel darah merah meningkat (normal 4 s.d 5,5 juta/mm3).
Walaupun begitu, nilai normal Hb (12-16 gr/dL) dan nilai normal Ht
(37%-47%) menurun secara menyolok, yang disebut dengan anemia
fisiologis).
e) Bilai nilai Hb menurun sampai 10 gr/dL atau lebih, atau nilai Ht menurun
sampai 35% atau lebih, bumil dalam keadaan anemia
f) Curah jantung meningkat 30%-50% pada minggu ke-32 gestasi, kemudian
menurun sampai sekitar 20% pada minggu ke-40. Peningkatan volume
sekuncup (stroke volume) dan merupakan respons terhadap peningkatan
kebutuhan O2 jaringan (nilai N 5-5,5 L/menit)
g) Curah jantung tahap lanjut lebih meningkat saat ibu hamil dalam posisi
rekumben lateral dari pada dalam posisi terlentang. Pada posisi terlentang
uterus yang besar dan berat seringkali menghambat aliran balik vena.
Setiap kali terdapat pengerahan tenaga, curah jantung meningkat, misalnya
pada persalinan
h) Waktu sirkulasi dan waktu koagulasi. Waktu sirkulasi sedikit menurun
pada minggu ke-32. Kecendrungan koagulasi lebih besar selama masa
hamil, akibat peningkatan berbagai factor pembekuan. Aktivitas
fibrinolitik (pemecahan atau pelarutan bekuan darah) mengalami depresi
selama masa hamil sehingga bumil cenderung rentang terhadap thrombosis
d. Sistem Pernafasan
Kebutuhan O2 ibu meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju
metabolic dan peningkatan kebutuhan O2 jaringan uterus dan payudara
peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligament pada kerangka iga
berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Karena Rahim
membesar, panjang paru-paru berkurang. Kerangka iga bagian bawah tampak
melebar.Tinggi diafragma bergeser 4 cm selama masa hamil.Dengan semakin
tuanya kehamilan, pernafasan dada menggntikan pernafasan perut dan
penurunan diafragma saat inspirasi menjadi semakin sulit.
Vaskularisasi, sebagai respon peningkatan kadar estrogen, membuat
kapiler membesar sehingga terbentuknya edema dan hyperemia pada traktis
pernafasan atas. Kondisi ini meliputi sumbatan pada hidung dan sinus,
epistaksis, perubahan suara, dll.Peningkatan ini juga membuat membrane
timpani dan tuba eustaki bengkak, nyeri pada teinga, atau rasa penuh di telinga.
1) Fungsi paru
Wanita hamil bernafas lebih dalam (meningkatkan volume tidal), tetapi
frekuensi nafasnya kira-kira 2 kali bernafas dalam 1 menit.Peningtakan
volume tidal menyebabkan peningakatan volume nafas 1 menit sekitar
26%.Peningkatan volume nafas 1 menit disebut hiperventilasi kehamilan,
yang menyebabkan konsentrasi CO2 di alveoli menurun.Peningkatan kadar
progesterone menyebabkan hiperventilasi kehamilan. Kesadaran wanita
hamil akan kebutuhan nafas meningkat, beberapa ibu mengeluh mengalami
dyspnea saat istrahat
2) Laju Metabolisme Basal (BMR)
BMR biasanya meningkat pada bulan ke-4 gestasi, meningkat 15%-20% pada
akhir kehamilan, dan kembali ke nilai sebelum hamil pada hari ke-5 atau ke-6
pascapartum.Peningkatan BMR mencerminkan kebutuhan O2 di unit janin-
plasenta-uterus serta peninkatan konsumsi O2 akibat peningkatan kerja
jantung ibu.Pada kehamilan tahap awal banyak wanita mengeluh merasa
lemah dan letih, perasaan ini diikuti peningkatan kebutuhan tidur. Persaan
lemah dan letih sebagian besar disebabkan peningkatan aktivitas metabolic
3) Keseimbangan Asam Basa
Sekitar minggu ke-10 gestasi terjadi pelan tekanan CO2 sekitar 5
mmHg.Progesteron dapat meningakat sensitivitas reseptor pusat nafas
sehingga volume tidal meningkat, P CO2 memenurun, kelebihan basa (HCO3
atau bikarbonat) menurun, dan pH meningkat (menjadi lebih basa).
e. Sistem Ginjal
Ginjal berfungsi mempertahankan keseimbangan elektrolit dan asam basa,
mengatur volume cairan ekstrasel, mengeksresi produk sampah, dan menyimpan
nutrient yang sangat penting.
1) Perubahan Anatomi
Perubahan struktur ginjal merupakan akibat aktivitas hormonal
(estrogen dan progesterone), tekanan yang timbul akibat pembesaran uterus,
dan peningkatan volume darah
a) Sejak minggu ke-10 gestasi, pelvis ginjal dan ureter berdilatasi, karena
ureter terkompres antara uterus dan PAP
b) Perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam
volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine
c) Iritabilitas kandung kemih, nokturia, dan sering berkemih dan urgensi
(tanpa disuria) umum dilaporkan pada awal kehamilan
2) Perubahan Fungsi Ginjal
a) Pada kehamilan normal, fungsi ginjal cukup banyak berubah
b) Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal
kehamilan
c) Fungsi ginjal berubah akibat adanya hormone kehamilan, peningktan
volume darah, postur ibu, aktivitas fisik dan asupan makanan
d) Ginjal paling berfungsi efisieb pada posisi terlentang
e) Pada posisi terlentang, berat uterus akan menekan vena kava dan aorta,
sehingga curah jantung menurun. Takanan darah ibu dan frekuensi jantung
anak menurun (sindrom hipotensi) begitupula volume darah ke ginjal
f. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Dalam keadaan normal, 500 s.d 900 mEq natrium dipertahankan selama masa
hamil untuk memenuhi kebutuhan janin.Dapat terjadi hipovolemia berat dan
penurunan perfusi plasenta akibat diet dan retensi Na berlebihan, terkadang
terjadi edema fisiologis pada tungkai yang tidak memerlukan pengobatan. Pada
ibu hamil, reabsorbsi gula terganggu sehingga terjadi glikosuria
g. Sistem Integumen
1) Perubahan integument selama hamil disebabkan oleh perubahan
keseimbangan hormone dan peregangan mekanis
2) Perubahan yang umum timbul: peningkatan ketebalan kulit dan lemak
subdermal, hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan
aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, peningkatan sirkulasi dan
aktivitas vasomotor
3) Jaringan elastis kulit mudah pecah, menyebabkan stria gravidarum, atau atau
tanda regangan
4) Stria gravidarum atau tanda regangan terlihat di bawah abdomen disebebkan
kerja adenokortikosteroid
h. Sistem Muskuloskeletal
1) Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat bumil menyebabkan
postur dan cara beralan wanita berubah secara menyolok
2) Peningkatan distensi abdomen membuat panggul miring ke depan, penurunan
tonus otot perut, peningkatan beben BB pada akhir kehamilan membutuhkan
penyesuaian-ulang (realignment) kurvatura spinalis
3) Pusat gravitasi wanita bergeser ke depan. Pergerakan menjadi lebih sulit gaya
berjalan bumil yang bergoyang.
4) Struktur ligamentum dan otot tulang belakang bagian tengah dan bawah
mendapat tekana berat. Perubahan ini dan perubahan lain terkait sering
menimbulkan rasa tidak nyaman pada musculoskeletal
i. Sistem Kekebalan Tubuh
Kadar serum IgA dan IgM meningkat selama kehamilan karena adanya
peningkatan resiko infeksi
j. Sistem Neurologi
1) Kompresi saraf panggul atau statis vascular akibat pembesaran uterus dapat
menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah
2) Lordosis dorsolumbar dapat menyebabkan nyeri alibat tarikan pada saraf atau
kompresi akar saraf
3) Akroestesia (rasa baal dan gatal di tangan) timbul akibat posisi bahu yang
membungkuk, terkait dengan tarikan pada segmen pleksus brakialis
4) Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu cemas, atau juga
gangguan penglihatan seperti kesalahan reflaksi, sinusitis, atau migraine
k. Metabolisme
1) Terjadi perubahan metabolism
2) Metabolisme basal meningkat
3) Masukan makanan sangat berpengaruh untuk metabolism ibu dan janin
4) Ketidakseimbangan akan menyebabkan bebagai masalah seperti hyperemesis,
diabetes dan lain-lain
5) Retensi air meningkat akibat penurunan tekanan osmotic koloid interstisial
l. Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT)
Suatu metode untuk mengetahui penambahan BB optimal.Untuk
rekomndasi penambahan berat badan, IMT BB (kg)/ (TB(m)) 2, kategori BMI,
rendah (BMI<19,8)12,5 s/d 18, normal (BMI 19,8-26) 11,5 s/d 16, tinggi (BMI>
26-29) 7 s/d 11,5, 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5
kg, 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg, kemungkinan
penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg adalah:
Berat Badan (kg)
Janin 3-4
Plasenta 0,6
Cairan amnion 0,8
Peningkatan berat uterus 0,9
Peningkatan berat payudara 0,4
Peningkatan volume darah 1,5
Cairan ekstra seluler 1,4
Lemak 3.5
Total 12,5 kg
m. Sistem Pencernaan
Selama masa hamil, nafsu makan meningkat, sekresi usus berkurang,
fungsi hati berubah dan absorbsi nutrien meningkat. Aktivitas peristaltic
(motolitas) menurun, akibatnya bisinh usus mengilang dan konstipasi, mual,
serta muntah umum terjadi.Aliran darah ke pangguln dan tekanan vena
meningkat, menyebabkan hemoroid terbentuk pada akhir kehamilan.
1) Mulut
Gusi hiperemi, berongga, dan membengkak. Gusi cenderung mudah berdarah
karena kadar estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan
vaskulariasi selektif dan proliferasi jaringan ikat (givitis tidak spesifik). Tidak
ada peningkatan sekresi saliva, tapi ibu mengeluhkan ptialisme (kelebihan
saliva) diduga karena ibu secara tidak sadar jarang menelan saat merasa mual.
2) Gigi
Kebutuhan Cad an F lebih tinggi sekitar 0,4 gr daripada kebutuhan saat ibu
tidak hamil. Defisiensi diet yang berat dapat mengurangi simpanan unsur-
unsur didalam tulang, tetapi tidak menarik kalsium dari gigi, demineralisasi
gigi tidak terjadi selama masa kehamilan, hygiene gigi yang buruk sewaktu
hamil atau pada setiap waktu dan gingivitis dapat menimbulkan karies gigi
yang dapat menyebabkan gigi hilang
3) Nafsu makan
Pada trimester I sering terjadi penurunan nafsu makan akibat nausea dan atau
vomitus yang merupakan akibat perubahan pada saluran cerna dan
peningkatan kadar HCG dalam darah.
4) Esophagus, Lambung, dan Usus Halus
a) Herniasi bagian atas lambung (hiatus hernia) terjadi setelah bulan ke-7
atau ke-8 kehamilan akibat pergeseran lambung keatas. Kondisi ini sering
terjadi pada wanita multipara, wanita yang gemuk, atau wanita yang lebih
tua.
b) Peningkatan produksi estrogen menyebabkan penurunan sekresi HCI, oleh
karena itu pembentukan dan perkembangan tukak peptic yang sudah ada
tidak umum selama masa hamil.
c) Peningkatan produksi progesterone menyebabkan tonus dan motilitas otot
menurun, sehingga terjdi reguritasi esophagus, peningtaakan waktu
pengososngan lambung, dan peristaltic balik, akibatnya tidak mencerna
asam atau mengalami nyeri ulu hati (pirosis)
5) Kandung Empedu dan Hati
Kandung empedu sering distensi akibat penurunan tonus otot selama masa
hamil.Peningkatan waktu penggosongan dan pengentalan empedu bias
terjadi. Hiperkolesterolemia ringan terjadi akibat peningkatan kadar
progesterone, dapat menyebabkan pembentukan batu empedu selama masa
hamil
6) Rasa tidak nyaman di abdomen
Meliputi panggul berat atau tertekan, ketegangan pada ligamentum teres
uteri, flatulen (pembentukan gas berlebihan dalam lambung), distensi dank
ram usus, serta kontraksi uterus, walaupun kebanyakan rasa tidak nyaman di
abdomen merupakan konsekuensi perubahan maternal yang normal, tetapi
juga harus dowaspadai adanya kemungknan gangguan, seperti obstruksi usus
atau proses peradangan
n. Sistem Endokrin
1) Kelenjar tiroid
Pembesaran moderat kelenjar tioid merupakan akibat hyperplasia jaringan
glandular dan peningkatan vaskularitas, konsumsi O2 dan peningkatan BMR
merupakan akibat aktivitas metabolic janin
2) Kelenjar paratiroid
Kelenjar menginduksi hiperparatiroidisme sekunder ringan, suatu refleksi
peningkatan kebutuhan Cad an vitamin D saat kebutuhan rangka janin
mecapai puncak (pertengahan kedua kehamilan), kadar parathormon plasma
meningkat, kadar pincak terjadi antara minggu ke-15 dan ke-35 gestasi
3) Pankreas
Janin butuh glukosa sebagian bahan bakar pertumbuhan, tidak hanya
menghabiskan simpanan glukosa ibu tetapi juga meningkatkan kemampuan
ibu menyintesis glukosa dengan menyedot habis asam amnion ibu, kadar
glukosa ibu menurun, insulin ibu tidak dapat menembus plasenta untuk
sampai ke janin. Akibatnya, pada awal kehamilan pancreas meningkatkan
produksi insulinnya seiring peningkatan usia kehamilan, plasenta bertumbuh
dan secara progresif memproduksi hormone dalam jumlah yang lebih besar
(missal hPL, estrogen, dan progesterone).
4) Peningkatan produksi kortisol oleh kelenjar adrenal
Estrogen, progesteron, dan kortisol secara kolektif menurunkan kemampuan
ibu untuk menggunakan insulin
5) Proklatin Hipofisis
Pada kehamilan, proklatin serum mulai meningkat pada trimester 1 dan
meningkat secara progresif sampai aterm.
6) Sistem Endokrin dan Nutrisi Ibu
Progesteron menyebabkan lemak disimpan dalam jaringan subkutan di
abdomen, punggung, dan paha atas. Beberapa hormone yang lain
mempengaruhi nutrisi: aldosterone mempertahankan natrium, tiroksin
mengatur metabolisme, paratiroid mengontrol metabolism Cad an Mg, human
placenta lactogen (hPL) berperan sebagai hormon pertumbuhan, human
chorionic gonadotropin (hCG) menginduksi mual dan muntah pada beberapa
wanita selama awal kehamilan.
6. Kebijakan Program Pelayanan ANC
Pelayanan ANC minimal 5T, meningkat 7T, dan sekarang menjadi 12T, sedangkan
untuk daerah gondok dan endemik malaria menjadi 14T, yakni:
a. Ukur tinggi badan/berat badan (T1)
Dilakukan untuk mendeteksi tinggi badan ibu yang berguna untuk mengetahui
adanya resiko apabila hasil pengukuran <145 cm. Sementara untuk kenaikan
berat badan ibu hamil normal rata-rata a ntara 6,5 kg sampai 16 kg.
b. Ukur tekanan darah (T2)
c. Ukur tinggi fundus uteri (T3)
d. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid) (T4)
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi TT
Imunisasi Interval % Masa
Perlindungan Perlindungan
TT 1 Pada kunjungan ANC 0% Tidak ada
pertama
TT 2 4 minggu setelah TT1 80% 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 95% 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 99% 10 tahun
3. Penglihatan Kabur
Masalah penglihatan pada ibu hamil yang secara ringan dan tidak
mendadak kemungkinan karena pengaruh hormonal. Tetapi kalau
perubahan visual yang mendadak misalnya pandangan kabur atau
berbayang dan disertai sakit kepala merupakan tanda pre eklampsia.
(Tyastuti, 2016)
Proses Persalinan
Resiko Kekurangan
Gangguan Pertukaran Volume Jaringan
Nyeri Akut
Gas Peringkatan
Ketidak Tahuan
Pada Janin Perkembangan
Perpindahan Cairan
Anggota Keluarga
Tanda Skor
0 1 2
Appearance Biru, pucat Tubuh Seluruh tubuh
Warna Kuit kemerahan, kemerahan
ekstremitas biru
Pulse Tak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
Denyut jantung x/menit x/menit
Grimace Reflek Tak ada Meringis Batuk,Bersin
Reflek terhadap
rangsangan
Activity Lemah Fleksi pada Gerakan aktif
Tonus Otot ekstremitas
Respiration Tak ada Tak teratur Menangis baik
Upaya Bernafas
2) Tahap II
Setelah 24 jam pertama kehidupan, bayi normal mengalami perubahan
perilaku fisiologis. Pada tahap ini bayi mengalamai beberapa hal yang
berkaitan dengan perubahan bayi dari intra uterus ke ekstra
uterus,sehingga disebut juga periode transisional. Tahap ini meliputi
a) Periode I :
Disebut juga reaktivitas I yaitu 30 menit pertama setelah lahir. Pada
periode ini dapat dilihat perubahan-perubahan :
(1) Bayi kadang-kadang terjaga dengan mata terbuka,memberikan
respons terhadap stimulus, menghisap dengan penuh semangat,
tiba-tiba menangis dan frekuensi pernafasan masih belum
stabil.
(2) Dengan auskultasi stetoskop bising usus terdengar aktif
(3) Bayi mengalami resfullness (tidur nyenyak yang pertama kali,
untuk memulihkan tenaga selama proses persalinan) mengikuti
fase awal reaktivitas berlangsung 2-4 jam.
(4) Suhu tubuh, pernafasan, dan denyut jantung menurun tetapi
dalam batas normal
b) Periode II
Disebut periode reaktivitas II, yang berlangsung antara 2-5 jam
setelah lahir. Pada periode ini ditandai dengan :
(1) Bayi bangun dari tidur nyenyak yang pertama, denyut jantung
dan frekuensi meningkat, reflek GAG aktif (membantu bayi
untuk mengeluarkan lendir yang masih tersisa pada
mulut,melindungi bayi dari resiko aspirasi)
(2) Bayi mengeluarkan mekoneum, urine dan menghisap aktif
(3) Periode ini berakhir ketika lendir pernafasan berkurang.
c) Periode III
Merupakan periode stabilisasi,yang berlangsung 12-24 jam setelah
lahir. Pada tahap ini bayi lebih mudah untuk tidur dan
terbangun.Tanda-tanda vital stabil, kulit berwarna kemerahan.Pada
periode ini dapat dilakukan pengkajian fisik pada bayi. (Arfiana &
Lusiana, 2016)
f. Asuhan Bayi Baru Lahir
1) Klem dan Potong Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir
tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi,
kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menagis,
maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan
tindakan resusitasi pada bayi.
Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong 5 cm dari dinding
perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril.
Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan perawatan terbuka
tanpa dibubuhi apapun.
Penelitian lain mengungkapkan bahwa efektifitas waktu
penundaan pemotongan tali pusat terhadap kadar hemoglobin pada
bayi baru lahir di rs anutapura kota palu yang dilakukan Lili
Suryani memberikan hasil bahwa penundaan pemotongan tali
pusat 3 menit setelah lahir dapat meningkatkan kadar HB pada
bayi baru lahir, Penundaan penjepitan memungkinkan waktu
untuk mentransfer darah janin di plasenta ke bayi pada saat
kelahiran. Transfusi plasenta ini dapat memberi bayi tambahan
volume darah 40% lebih banyak (Suryani, 2019)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Swedia tahun
2015 menunjukkan bahwa penundaan pemotongan tali pusat pada
bayi efektif untuk mencegah anemia defiensi zat besi pada bayi
dengan P-value 0,02 (Andersson & Andersson, 2011)
Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang
dilakukan oleh Nenik Sulasikin (2014) yang berjudul “Hubungan
Perawatan Tali Pusat dengan Lama Lepas Tali Pusat pada Bayi
Baru Lahir di BPM Mujiasih Pandak Bantul Yogyakarta”
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
perawatan tali pusat dengan lama pelepasan tali pusat. Penelitian
lain menunjukkan bahwa perawatan tali pusat dengan ASI lebih
cepat kering dari pada menggunakan kassa kering dengan
significancy level 95%.
Waktu terlama perawatan tali pusat dengan metode
terbuka dibandingkan perawatan metode tertutup yaitu 109
jam (4 hari 13 jam). Kondisi ini dikarenakan dipengaruhi oleh
faktor kelembaban dan kebersihan saat perawatan yang baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan lama waktu pelepasan tali pusat setelah
diberikan intervensi perawatan tali pusat dengan metode
tertutup dan terbuka. Nilai taraf signifikan atau 0.000 <0.05
maka H0 ditolak. Karena H0 ditolak, maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan antara perawatan tali pusat dengan
metode tertutup dan perawatan tali pusat dengan metode
terbuka terhadap lama pelepasan tali pusat. Rata-rata lama waktu
pelepasan tali pusat dengan metode perawatan tali pusat
terbuka adalah 98,7 jam (4 hari 2,7 jam),sedangkan untuk
perawatan tali pusat tertutup adalah 170,6 jam (7 hari 2,6 jam).
(Trijayanti, dkk, 2020)
2) Jaga Kehangatan Bayi
a) Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu.
b) Ganti handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan
selimut dan memastikan bahwa kepala terlindungi dengan baik
untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
c) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi
setiap 15 menit, yaitu:
(1) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila
bayi.
(2) Apabila suhu bayi >36,50C, segera hangatkan bayi.
(3) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
(4) Jangan memandikan bayi baru lahir (memandikan bayi
setelah 6 jam).
(5) Cegah terjadinya kehilangan panas dengan mengeringkan
tubuh bayi dengan handuk atau kain bersih kemudian
selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat,
kering, dan bersih. Tutupi bagian kepala bayi dengan topi
dan anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
serta jangan segera menimbang atau memandikan bayi
baru lahir karena bayi baru lahir mudah kehilangan panas
tubuhnya.
(6) Identifikasi bayi
Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang
persalinannya yang mungkin lebih dari satu persalinan
maka alat pengenal harus diberikan kepada setiap bayi
baru lahir, yaitu :
(a)Nama bayi/Nama ibu
(b)Tanggal lahir dan jam
(c)Nomor bayi
(d)Jenis kelamin
3) IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
Evidence Based Practice yang berkaitan dengan Asuhan
Kebidanan Bayi Baru Lahir yakni menurut Mundarti (2012) dalam
Penelitian Hubungan Lama IMD dengan Suhu Tubuh Bayi Baru
Lahir, bahwa lama waktu IMD yang kurang dari 1 jam membuat
bayi mengalami keadaan dimana suhu tubuhnya berada diluar
batas normal suhu tubuh bayi baru lahir (<36,5 C) (Mundarti,
2012). Batasan waktu IMD +- 1 mnt setelah bayi lahi dll
mempererat ikatan batin antara ibu-anak, setelah dilahirkan
sebaiknya bayi langsung diletakkan di dada ibunya sebelum bayi
itu dibersihkan. Sentuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkan
efek psikologis yang dalam antara ibu dan anak.
Di bawah ini merupakan beberpa penampilan dan prilaku bayi,
baik secara spontan karena adanya rangsangan adalah sebagai
berikut:
a. Tonik neek reflek, yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi
normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan
kepalanya.
b. Rooting reflek, yaitu bila jarinya menyentuh daerah sekitar
mulut bayi maka ia akan membuka mulutnya dan
memiringkan kepalanya kearah datangnya jari.
c. Grasping reflek, bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi
maka jari-jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat.
d. Moro reflek, reflek yang timbul diluar kemauan Keadaan bayi.
Contoh: bila bayi diangkat dan direnggut secara kasar dari
gendongan kemudian seolah-olah bayi gerakan yang
mengangkat tubuhnya dari orang yang mendekapnya.
e. Startle reflek , reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan
seperti mengejang pada lengan dan tangan dan sering di ikuti
dengan tangis.
f. Stapping reflek, reflek kaki secara spontan apabila bayi
diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu
dasar maka bayi seolah-olah berjalan.
g. Reflek mencari putting (rooting), yaitu bayi menoleh kearah
sentuhan pipinya atau didekat mulut, berusaha untuk
menghisap.
h. Reflek menghisap (sucking), yaitu areola putting susu tertekan
gusi bayi, lidah, dan langit-langit sehingga sinus laktefirus
tertekan dan memancarkan ASI.
i. Reflek menelan (swallowing), dimana ASI di mulut bayi
mendesak otot didaerah mulut dan faring sehingga
mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI kedalam
lambung (Rukiyah & Lia, 2012)
8) Pemantaun lanjutan
Tujuan pemantauan bayi baru lahir yaitu untuk mengetahui
aktifitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan
bayi baru lahir yang memerlukan perhatian dan tindak lanjit dari
petugas kesehatan.
Hal-hal yang dinilai di waktu pemantauan bayi pada jam pertama
sesudah kelahiran, yaitu :
a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah.
b) Bayi tampak aktif atau lunglai.
c) Bayi tampak kemerahan atau biru.
g. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Pada langkah pertama ini dilakukan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari berbagai sumber yang berkaitan dengan kondosi klien.
Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesa. Anamnesa adalah
pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui
pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Anamnesa dapat dilakukan melalui dua
cara yaitu:
a. Aotu anamnesis adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien
langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung
dari sumbernya.
b. Allo anamnesis adalah yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk
memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan darurat
ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang
akurat.
Bagian-bagian penting dari anamnesis antara lain sebagi berikut:
Identitas
Istri Suami
Nama Nama
Usia Usia
Agama Agama
Pendidikan Pendidikan
Pekerjaan Pekerjaan
Suku/ras Suku/ras
Alamat Alamat
e) Data Subyektif
Mengambarkan pendokumtasian hanya pengumpulan data klien melalui
anamnesa tanda gejala subjektif yang diperoleh dan hasil bertanya dan
pasien, suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat perkawinan,
riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat
penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial, pola
hidup (Rukiyah et al., 2014).
1) Alasan datang
Alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, diungkapkan dengan kata-
katanya sendiri (Hani & Ummi, 2011)
2) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2012)
3) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan perlu dikaji untuk mengetahui riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan yang lalu serta riwayat kesehatan dalam
keluarga (Marmi, 2017)
4) Riwayat obstetric
a) Riwayat haid
Dalam hubungannya dengan kehamilan, menurut (widatiningsih &
hiyana TD, 2017) ditanyakan periode menstruasi yang dialami
meliputi siklus dan lama haid karena wanita sering keliru mengartikan
bercak darah implantasi sebagai periode menstruasi. Selain itu,
riwayat haid juga dapat digunakan untuk menghitung usia kehamilan
dan perkiraan persalinan.
b) Riwayat kehamilan sekarang
a) GPA
Gravida dan para dikaji untuk mengetahui pengalaman klien
tentang kehamilan. sedangkan abortus dikaji untuk mengetahui
pernah terjadi abortus, karena dapat terjadi keguguran yang
berulang (Astuti, 2012).
b) HPHT
Untuk mengetahui tanggal hari pertama dari menstruasi terakhir
klien untuk memperkirakan kapan kira-kira sang bayi akan
dilahirkan. Penentuan perkiraan lahir dengan rumus Neagle yaitu
dihitung dari tanggal haid terakhir hari ditambah 7 (tujut), bulan
ditambah 9 (sembilan) atau dikurangi 3 (tiga) tahun ditambah 1
(satu) atau tidak (Rukiyah et al., 2014).
c) Gerakan Janin
Gerakan janin dalam waktu 12 jam normal gerakan janin minimal
10 kali (Pantikawati dan Saryono, 2012). Sangat penting untuk
diketahui bahwa gerakan janin saat kehamilan harus dipantau oleh
ibu hamil, karena gerakan janin salah satu indikator bahwa janin
yang di kandung dalam kondisi hidup dan sehat, tanda reliabel
tentang kesejahteraan janin, dimana gerakan janin yang mengikuti
pola teratur dari awal ketika gerakan ini dirasakan (Rukiyah et al.,
2014).
d) TT (Tetanus Toxoid)
Dari hasil penelitian Widiyanti vaksinasi dalam kehamilan di
indonesia dianjurkan diberikan pada saat pelayanan antenal care
karena angka kejadian tetanus neonatorum di indonesi sangat
tinggi. Jadwal pemberian Imunisasi TT.
Tabel Jadwal Pemberian Imunisasi TT
f) Data Obyektif
Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi (Rukiyah dan
Yuliyanti, 2014).
1) Keadaan Umum
Keadaan umum baik jika menunjukkan respon yang baik terhadap
lingkungandan orang lain begitupun dengan sebaliknyan jika ia kurang
atau tidak memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang
lain bahaya (Sulistyawati, 2012)
a) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan compos
mentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak
dalam keadaan sadar bahaya (Sulistyawati, 2012)
b) Tinggi Badan
Ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil antara lain
yaitu >145 cm (Prawirdjohardjo, 2005)
c) Berat Badan
Timbang BB dan pengukuran TB pertambahan BB yang normal pada
ibu hamil yaitu berdasarkan massa tubuh (BMI: body masa indeks)
dimana metode ini menentukan pertambahan optimal selama masa
kehamilan, karena merupakan hal yang penting untuk mengetahui
BMI wanita hamil. Total pertambahan BB pada kehamilan yang
normal 12,5 kg (widatiningsih & hiyana TD, 2017)
d) Tekanan darah
Menurut (Rukiyah et al., 2014) Tekanan darah perlu ukuran untuk
mengetahui perbandingan nilai dasar selama kehamilan. Tekanan
darah yang adekuat perlu untuk mempertahankan fungsi plasenta,
tetapi tekanan darah sistolik 140 mmHg atau diastolic 90 mmHg pada
saat awal pemeriksaan dapat mengindikasi potensi hypertensi
e) Lingkar Lengan Atas (LILA)
LILA normal ibu hamil adalah >23,5 cm (Romauli, 2011) Standar
minimal untuk ukuran Lingkar Lengan Atas pada wanita dewasa atau
usia reproduksi adalah 23,5 cm. Jika ukuran LILA kurang dari 23,5
cm maka interpretasinya adalah kurang energi kronis.
f) Nadi
Dalam keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60-80 x/menit (Romauli,
2011)
g) Suhu
Suhu tubuh yang normal adalah 36-37,50C, suhu tubuh lebih dari
37,50C perlu diwaspadi adanya infeksi (Romauli, 2011)
h) Pernapasan
Normalnya 15-20/menit. Menurut (widatiningsih & hiyana TD, 2017)
wanita hamil bernapas lebih cepat dan lebih dalam memerlukan lebih
banyak oksigen untuk janin dan dirinya.Peningkatan frekuensi
pernafasan dapat menunjukkan syok atau ansietas
2) Status Presen
a) Kepala
Perlu dikaji rambutdan kulit kepala, ukuran, lontur, kesimetrisan,
lokasi struktur wajah, gerakan involunter (Rukiyah et al., 2014)
b) Muka
Perlu dikaji pada muka adalah simetris, pucat, dan oedema
(widatiningsih & hiyana TD, 2017)
c) Mata
Yang dikaji pada mata adalah konjungktiva, sklera, kebesihan,
kelainan dan gangguan penglihatan (rabun jauh/dekat) (widatiningsih
& hiyana TD, 2017)
d) Hidung
Yang dikaji pada hidung adalah kebersihan, polip (hidung tersumbat),
pernafasan (widatiningsih & hiyana TD, 2017)
e) Mulut
Yang dikaji pada mulut adalalah Integritas jaringan (lembab, kering
atau pecah-pecah) (widatiningsih & hiyana TD, 2017)
f) Telinga
Yang pelu dikaji Kebersihan, gangguang pendengaran dan massa
(widatiningsih & hiyana TD, 2017)
g) Leher
Menyebutkan bahwa pada leher perlu dikaji pembesaran kelenjar
limfe, tiroid dan vena jugularis (widatiningsih & hiyana TD, 2017)
h) Ketiak
Dikaji adanya terdapat tumor atau nyeri tekan (Rukiyah dan Yulianti,
2014).
i) Dada
Dikaji retraksi dada, denyut jantung teratur dan wheezing
(widatiningsih & hiyana TD, 2017)
j) Abdomen
Dikaji bentuk, bekas lupa operasi, strie, linea, TFU, Hasil pemeriksaan
palpasi leopold, taksiran berat janin (widatiningsih & hiyana TD,
2017)
k) Vulva
Perlu kebersihan, pengeluaran pervagina dan tanda-tanda infeksi
vagina (widatiningsih & hiyana TD, 2017)
l) Ekstremitas
Dikaji di bagian ekstremitas atas adanya gangguang/ kelainan dan
bentuk untuk ekstremitas bawah bentuk, oedema dan varises
(widatiningsih & hiyana TD, 2017)
m)Refleks Patella
n) Refleks patella normal kanan/kiri (+/+) (widatiningsih & hiyana TD,
2017)
o) Anus
p) Menyatakan bahwa pada anus perlu dikaji hemoroid dan kebersihan
(widatiningsih & hiyana TD, 2017)
3) Status Obstetri
Pemeriksaan obstetri digunakn untuk mengetahui kondisi pasien
berkaitan dengan kehamilan/persalinan. Pemeriksaan meliputi:
a) Inspeksi
(1) Muka
Closma Gravidarum (Sulistyawati, 2012)
(2) Payudara
Bentuk payudara, kesimetrisan, massa, hiperpigmentasi areola,
keadaan puting kebersihan dan ruam (Sulistyawati, 2012)
(3) Abdomen
Terdapat linea nigra, striae, luka bekas operasi dan pembesaran
perut (Sulistyawati, 2012)
(4) Vulva
Kebersihan, ada varises atau tidak, kelenjar bartolin, pengeluaran
pervaginam, tanda-tanda infeksi (Sulistyawati, 2012)
b) Palpasi
(1) Payudara: teraba massa atau tidak, nyeri, kolostrum (Sulistyawati,
2012)
(2) Abdomen
(a) Leopold I menentukan tinggi fundus uteri dan apa yang
teraba di fundus
(b) Leopold II menentukan punggung kanan atau punggung kiri
(c) Leopold III menentukan bagian apa terendah. Pada kehamilan
normal yang teraba adalah kepala
(d) Leopold IV menentukan apakah bagian terendah sudah
masuk PAP (Pintu Atas Panggul) atau belum (Pantikawati &
Suryono, 2012).
(3) Tinggi Fundus Uteri
Tinggi fundus uteri, dengan dibandingkan terhadap berbagai titil
patokan, di ukur pada setiap kali kunjungan. Pertumbuhan uterus
akan terus terjadi dan dapat perkirakan sehingga tinggi fundus
uteri merupakan pedoman yang baik untuk menentukan usia
kehamilan (Rukiyah et al., 2014).
(4) Tafsiran Berat Janin (TBJ)
Taksiran berat janin, menghitung dengan caraDjonson Tausak
(TFU dalam cm) – n x 155 = gram. Bila kepala di atas atau pada
spina ischiadika maka n = 12, bila kepala di bawah spina
ishiadika maka n = 11 (Pantikawati & Suryono, 2012).
(5) Auskultasi
Auskultasi, mendengar denyut jantung janin.Normalnya adalah
120-160 x/menit (Pantikawati & Suryono, 2012).
4) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine bertujuan untuk mengetahui komplikasi adanya pre
eklamsi pada ibu hamil yang sering kali menyebabkan masalah dalam
kehamilan maupun persalinan dan terkadang menyebabkan kesakitan
dan kematian ibu dan bayi bila tidak segera diantisipasi. Pemeriksaan
urine reduksi obertujuan untuk melihat adanya glukosa dalam urine.
Urine normal biasanya tidak mengandung glukosa.Dalam kasus
tertentu urine mengandung glukosa seperti pada ibu yang mempunyai
riwayat DM (Rukiyah et al., 2014)
b) Pemeriksaan Haemoglobin
Pemeriksaan HB secara sahli dilakukan pada ibu hamil pada
kunjungan awalpada trimester III (28 minggu) dan bila didapatkan
tanda-tanda anemia menjelang persalinan seandainya terjadi
komplikasi. Menurut (Manuaba, 2012) pemeriksaan HB dilakakuan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil
pemeriksaan Hb sahli dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Hb 11 gr
% dikatakan tidak anemia, 9-10gr% anemia ringan, 7-8 gr % anemia
sedang ,< 7 gr % anemia berat (Rukiyah et al., 2014).
g) Analisa
a. Diagnosa Kebidanan
Dalam asuhan kebidanan trimester I maka diagnosa kebidanan yang
muncul adalah primigravida atau multigravida, hamil 0-12 minggu,
tunggal/ganda, intra uterine, hidup, situs bujur/lintang, posisi punggung
puka/puki, presentasi kepala, jalan lahir baik, keadaan ibu dan janin baik
(Pantikawati & Suryono, 2012).
b. Masalah
Tidak Ada
c. Diagnosa Potensial
Tidak ada
d. Antisipasi Tindakan Seger
Tidak ada
h) Penatalaksanaan
Memberikan kesehatan tentang cara mengatasi ketidaknyamanan kehamilan
trimester I sesuai dengan keluahan ibu hamil.
i) Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan
kepada pasien, meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi
sesuai diagnosis dan masalah (Sulistyawati, 2012)
a. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
b. Ibu memahami penjelasan bidan tentang ketidaknyamanan yang muncul
dan cara mengatasinya
c. Ibu memahami penjelasan bidan tentang kebutuhan nutrisi, eliminasi,
istirahat, personal hygiene dan seksual.
d. Ibu memahami penjelasan bidan tentang tanda bahaya kehamilan
trimester I
e. Imunisasi TT telah diberikan dan ibu menerima tablet Fe dan bersedia
meminumnya
f. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 1 bulan kemudian atau jika ada
keluhan.
g. Pendokumentasian
d) Riwayat KB
Riwayat penggunaan alat kontasepsi meliputi jenis
kontrasepsi, keluhan atau efek samping penggunaan alat
kontrasepsi dan jangka waktu penggunaan alat kontrasepsi
serta rencana penggunaan alat kontrasepsi selanjutnya.
(Kemenkes RI, 2017:68)
5) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Kebutuhan Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010:133).
(1) Makan
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG
VI) menganjurkan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan
2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-
2800 kkal setiap hari. Kekurangan nutrisi akan
berdampak pada penurunan fungsi reproduksi (Felicia,
dkk, 2015).
Hasil kajian menunjukkan kisaran distribusi energi
gizi makro dari pola konsumsi penduduk Indonesia
berdasarkan analisis data Riskesdas (2010) adalah 9-
14% energi protein, 24-36% energi lemak, dan 54-63%
energi karbohidrat yang belum sebaik yang diharapkan,
yaitu 5-15% energi protein, 25-55% energi lemak, dan
40-60% energi karbohidrat tergantung usia atau tahap
tumbuh kembang.
Dengan menggunakan hasil perhitungan AKE dan
AKP pada setiap kelompok umur dan jenis kelamin,
serta kompoissi penduduk hasil Sensus Penduduk
tahun 2010 (dalam Hardinsyah, Riyadi dan Napitupulu,
2013:1-2), diperoleh rata-rata AKE dan AKP nasional
pada tingkat konsumsi masing-masing adalah 2150
kkal dan 57 gram perkapita perhari denganproporsi
anjuran protein hewani 25 %.
(2) Minum
Air merupakan zat gizi yang paling mendasar.
Tubuh manusia terdiri kira-kira 50-70%. Semakin tua
usia seseorang, maka proporsi air tubuhnya semakin
berkurang. Pada orang dewasa, asupan cairan berkisar
antara 1200-1500 cc perhari, walaupun sering
dianjurkan 1900 cc sebagai batas optimum. (Uliyah dan
Hidayat, 2009:32)
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan
bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi,
warna jumlah. (Ambarwati dan Wulandari, 2010:136)
c) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan
infeksi pada organ reproduksi (Kemenkes, 2015:26).
Mengganti pakaian dalam 2 kali sehari, tidak menggunakan
pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat
menstruasi normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam
sekali atau sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015:28).
Menggunakan air bersih saat mencuci vagina dari arah
depan ke belakang dan tidak perlu sering menggunakan
sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot
pewangi vagina (Fitriyah, 2014).
d) Hubungan Seksual
Kebutuhan seksual merupakan salah satu kebutuhan
yang harus dipenuhi dan sangat penting untuk diperhatikan
oleh pasangan suami-istri baik ketika sakit maupun sehat.
Manusia memiliki 14 kebutuhan dasar hidup yang wajib
dipenuhi untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Seksualitas adalah salah satu komponen penting kebutuhan
dasar manusia dari 14 kebutuhan dasar manusia tersebut.
Gangguan-gangguan seksualitas bisa dirasakan oleh satu
pihak saja ataupun kedua pihak. Pola hubungan seksual
yang normal biasanya 1-3 kali dalam 1 minggu. (Nuryadi
dan Supriadi, 2012).
e) Istirahat/ tidur
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri
yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa
kegiatan, tetapi lebih kepada suatu urutan siklus yang
berulang. Kebutuhan tidur atau istirahat pada masa dewasa
dengan rentan usia 18-40 tahun biasanya mencapai 7-8 jam/
hari. (Uliyah dan Hidayat, 2009:111)
f) Aktivitas
Apa saja aktivitas yang dilakukan klien, kelelahan
dapat mempengaruhi sistem hormonal. Aktivitas fisik dapat
memicu penurunan sirkulasi hormone seksual (Idriss, dkk,
2015).
g) Kebisasaan Yang Merugikan Kesehatan
(1) Merokok
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang
sama dengan perokok aktif. Hampir semua komplikasi
pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok, seperti
abortus, solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta
previa dan BBLR. Selain itu dapat menyebabkan
dampak buruk bagi janin antara lain SIDS (sindroma
kematian bayi mendadak), penyakit paru kronis, asma,
otitis media (Prawirohardjo, 2010).
(2) Minuman Beralkohol
Konsumsi minuman beralkohol dikaitkan dengan
peningkatan kejadian banyak penyakit, termasuk
sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular
(Wakabayashi 2010:501). Sudah lama diketahui bahwa
konsumsi alkohol (etanol) mengganggu metabolisme
lipid yang menyebabkan disfungsi jaringan adiposa.
Konsumsi alkohol kronis mengganggu metabolisme
lipid karena meningkatkan lipolisis di jaringan adiposa
dan menyebabkan deposisi lemak ektopik di dalam hati
dan perkembangan penyakit perlemakan hati (Steiner
dan Lang, 2017). Selain itu, konsumsi etanol sering
dikaitkan dengan peningkatan dalam konsentrasi
trigliserida plasma dan memiliki relevansi dengan
risiko penyakit kardiovaskular dan pankreatitis (Van De
Wiel, 2012).
(3) Obat-Obatan
Obat telah menurunkan angka kematian dan angka
kesakitan dan meningkatkan kesehatan, tetapi hanya
jika obat tersebut aman, berkhasiat, bermutu dan
digunakan dengan benar. Obat yang tidak aman, tidak
berkhasiat, tidak bermutu dan tidak digunakan dengan
benar dapat menimbulkan berbagai masalah bagi
kesehatan, kegagalan pengobatan bahkan kematian dan
dalam jangka panjang akan meningkatkan biaya
kesehatan yang sebenarnya terbatas. (WHO, 2010)
(4) Jamu-Jamuan
Konsumsi jamu-jamuan yang belum jelas
komposisinya dapat membahayakan janin dan ibu.
Satu hal yang menjadi perhatian medis adalah
kemungkinan mengendapnya material jamu pada air
ketuban.Air ketuban yang tercampur dengan residu
jamu membuat air ketuban menjadi keruh dan
menyebabkan bayi hipoksia sehingga mengganggu
saluran napas janin (Purnawati, dkk, 2012).
(5) Seks Bebas
Dampak adanya perilaku seks bebas pada remaja
adalah dapat menimbulkan rasa bersalah, takut, cemas,
apabila terjadi kehamilan dapat dikucilkan di
masyarakat, timbul perasaan malu dan depresi. Selain
itu, mempengaruhi fisiologis perilaku seks bebas yiatu
dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan sehingga melakukan tindakan aborsi, dan
tertular penyakit seksual seperti HIV AIDS, sifilis,
(Sarwono, 2011).
6) Riwayat Psikososial Spiritual
a) Riwayat Pernikahan
Meliputi status perkawinan, usia pertama kali menikah,
pernikahan yang keberapa dan lama pernikahan
sebelumnya, jumlah anak pada pernikahan sebelumnya,
status kesehatan pasangan sebelumnya, riwayat penyakit
pasangan sebelumnya, ada atau tidak perilaku seksual
beresiko serta hubungan dengan suami sekarang.
(Kemenkes RI, 2017:54)
b) Riwayat Psikososial dan Spiritual
(1) Menanyakan Data psikososial
(a) Respons ibu hamil terhadap kehamilan, apakah
diinginkan atau tidak, bermacam-macam respon
ibu hamil terhadap kehamilanya, jadi bidan harus
benar-benar pintar mencari celah hati ibu jika dia
tidak menginginkan kehamilanya menjadi
diinginkan.
(b) Respon suami terhadap kehamilan, respon suami
sangat berpengaruh pada kondisi klien, karena
suami adalah sumber dukungan utama bagi klien
dalam menjalani masa-masa sulit kehamilanya
(c) Dukungan keluarga lain terhadap kehamilan, hal
ini perlu ditanyakan karena keluarga selain suami
klien juga sangat berpengaruh besar bagi
kehamilan klien. Tanyakan bagaimana respon dan
dukungan keluarga lain, misalnya anak, orang tua,
serta mertua.
(d) Pengambilan keputusan, pengambil keputusan
perlu ditanyakan karena untuk mengetahui siapa
yang diberi kewenangan klien mengambil
keputusan apabila ada hal kegawatdaruratan.
(2) Menanyakan data spiritual
Data spiritual klien perlu ditanyakan apakah
keadaan rohaninya saat itu sedang baik ataukah sedang
stress karena suatu masalah. Apabila sadang stress,
bidan harus pintar memberikan konseling untuk
membantu memecahkan masalah kleien tersebut dan
meminta suami klien terus memberikan dukungan.
Mengingat, wanita yang sedang hamil dan keadaan
rohaninya sedang tidak stabil, hal ini sangat
berpengaruh terhadap kehamilanya.
(3) Menanyakan data sosial budaya
(a) Tradisi yang mempengaruhi kehamilan, hal ini
ditanyakan karena bangsa Indonesia mempunyai
beraneka ragam suku bangsa yang tentunya dari
setiap suku bangsa mempunyai tradisi khusus bagi
wanita hamil. Tugas bidan mengingatkan tradisi-
tradisi tersebut diperbolehkan selagi tidak
merugikan kehamilnnya.
(b) Kebiasaan yang merugikan kehamilan, ditanyakan
karena setiap orang mempunyai kebiasaan yang
berbeda-beda dan bermacam-macam, tentunya ada
yang mempunyai dampak posiif dan negatif.
Apabila ibu hamil mempunyai kebiasaan buruk
seperti merokok, bidan harus tegas mengingatkan
bahwa kebiasaan tersebut berbahaya bagi
kehamilanya.
(Walyani, 2015: 136-139)
c) Data Pengetahuan
Perlu dikaji dengan berbekal pengetahuan maka pasien akan
lebih mudah diajak memecahkan masalah yang mungkin
terjadi. (Hani, dkk, 2010:102)
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan Umum
Dengan penilaian keadaan umum ini akan dapat
diperoleh kesan apakah pasien dalam keadaan distres
akut yang memerlukan pertolongan segera, ataukah
pasien dalam keadaan yang relatif stabil sehingga
pertolongan dapat diberikan setelah dilakukan
pemeriksaan fisis yang lengkap (Wahidiyat, 2014:23).
(2) Kesadaran
Kesadaran composmentis yaitu pasien sadar
sepenuhnya respons yang adekuat terhadap semua
stimulus yang diberikan. Apatik yaitu pasien dalam
keadaan sadar namun tampak acuh tak acuh terhadap
keadaan sekitar, ia memberi respons yang adekuat bila
diberikan stimulus. Dan somnolen yaitu pasien tampak
mengantuk, selalu ingin tidur, ia tidak responsif
terhadap stimulus ringan tetapi masih memberikan
respons terhadap stimulus yang agak keras kemudian
tertidur lagi (Wahidiyat, 2014:25-26).
(3) Tekanan Darah
Tekanan darah normal untuk orang dewasa yaitu
120/80 mmHg. Pada Ukuran tekanan darah ini dibagi
menjadi dua bagian yaitu tekanan sistolik menunjukkan
tekanan darah di dalam arteri pada saat jantung
berkontraksi untuk memompa darah ke seluruh bagian
tubuh, sedangkan tekanan diastolik menunjukkan
tekanan darah di dalam arteri pada saat jantung
bersitirahat untuk mengisi darah dari seluruh bagian
tubuh. (Kemenkes RI, 2017:69)
Tekanan darah pada ibu hamil tidak boleh
mencapai 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik.
Perubahan 30 mmHg sistolik dan 15 mmHg diastolik
diatas tensi sebelum hamil, menandakan toxaemia
gravidarum (keracunan kehamilan). (Hani, dkk 2009:
91)
(4) Suhu
Peningkatan hormon progesteron yang disertai
dengan peningkatan metabolisme tubuh ibu hamil,
jumlah panas yang juga dihasilkan juga meningkat. Ibu
hamil mengalami peningkatan suhu tubuh sampai 0,5%
meskipun pada tubuh ibu hamil sudah ada upaya
kompensasi seperti pengeluaran panas lewat pernafasan
dan keringat. Suhu tubuh ibu hamil normalnya 35,80C-
370C, jika lebih dari 37,50C dikatakan demam, hal ini
mungkin ada infeksi dalam kehamilan. (Hani, dkk
2009: 91)
(5) Nadi
Denyut nadi merupakan frekuensi pemompaan
jantung pada arteri. Pengukuran denyut nadi dilakukan
dengan menggunakan stetoskop atau menggunakan jari
yang ditekankan pada nadi penderita selama 60 detik.
Denyut nadi normal untuk orang dewasa adalah 60 -
100 kali per menit. Pada bayi dan anak - anak denyut
nadi normal lebih tinggi daripada orang
dewasa. (Wahidiyat, 2014:32)
Denyut nadi meternal sedikit meningkat selama
hamil sejak usia kehamilan 4 minggu sekitar
80-90x/menit, kondisi ini memuncak pada usia 28
minggu. (Hani, dkk 2009: 91)
(6) Pernafasan
Respirasi normal atau pernafasan normal untuk
orang dewasa adalah 12 - 20 kali per menit. Pada bayi
dan anak - anak laju perapasan normal lebih tinggi
daripada orang dewasa. Laju pernapasan dapat
mengalami peningkatan dengan olahraga, demam atau
karena penyakit paru, atau kondisi medis lainnya.
(Wahidiyat, 2014:32)
Pernafasan normal pada ibu hamil adalah
16-24x/menit. Tujuan menghitung pernafasan pada ibu
hamil adalah untuk mendeteksi secara dini adanya
penyakit yang berhubungan dengan pernafasan yang
kemungkinan sebagai penyulit kehamilan dan
diprediksi akan membahayakan keselamatan ibu dan
janin selama kehamilan dan menghambat jalannya
persalinan. (Hani, dkk 2009: 91)
(7) Berat Badan (BB)
Berat badan (BB) adalah parameter antropometri
yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana
keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, BB
berkembang mengikuti pertambahan umur. Berat badan
harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang
memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini
mungkin guna mengatasi penurunan atau penambahan
berat badan yang tidak dikehendaki. (Marmi, 2015:121-
122)
Berat Badan Sehat adalah nilai rata-rata berat
badan dari sekelompok orang yang memiliki status gizi
yang bormal. Pada anak balita status gizi dengan z-skor
BB/U antara +1 sampai -1. Pada kelompok usia lainnya
bila nilai IMT atau IMT/U berada diantara 20.25
sampai 23.25. (Hardinsyah, Riyadi dan Napitupulu,
2013:4)
(8) Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang
dapat melihat status gizi sekarang dan keadaan yang
telah lalu. Pertumbuhan tinggi/ panjang badan tidak
seperti berat badan yang relatif kurang sensitif pada
masalah kekurangan gizi pada waktu singkat. (Marmi,
2015:122)
(9) Indeks Masa Tubuh
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran
IMT. Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan proporsi
standar berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB).
IMT perlu diketahui untuk menilai status gizi ibu
hamil. (Kemenkes RI, 2017:21)
(10) LILA
Penapisan status gizi dilakukan dengan pengukuran
menggunakan pita LILA pada WUS untuk mengetahui
adanya risiko KEK. Ambang batas LILA pada WUS
dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm.
Apabila hasil pengukuran kurang dari 23,5 cm atau
dibagian pita merah LILA artinya perempuan tersebut
mempunyai resiko KEK, diperkiraka akan melahirkan
bayi BBLR. (Kemenkes RI, 2017:22)
(11) Indeks Masa Tubuh (IMT)
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran
IMT. Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan proporsi
standar berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB).
IMT perlu diketahui untuk menilai status gizi ibu
hamil. (Kemenkes RI, 2017:21)
b) Status Present
Kepala : Mengkaji adanya kelainan bawaan atau genetik,
keadaan rambut, kulit kepala, warna dan
kebersihan atau keluhan dan masalah yang
dimiliki klien. (Marmi, 2015:122)
Mata : Mata ada edema atau tidak, Konjungtiva: merah
muda atau pucat Skelra: putih atau tidak.
(Marmi, 2017)
Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada secret.
(Marmi, 2017)
Mulut : Mulut dan gigi: Lidah bersih, gigi: tidak ada
karies. (Marmi, 2017)
Telinga : Bersih, tidak ada serumen. (Marmi, 2015: 123)
Leher : Pembengkakan kelenjar getah bening
merupakan tanda adanya infeksi pada klien.
Pembengkakan vena jugularis untuk
mengetahui adanya kelainan jantung, dan
kelenjar tiroid untuk menyingkirkan penyakit
Graves dan mencegah tirotoksikosis. (Marmi,
2015: 122)
Ketiak : Tidak ada benjolan dan pembesaran kelenjar
limfe. (Marmi, 2017)
Dada : Jantung: irama jantung teratur, paru-paru; ada
ronchi dan wheezing atau tidak. (Marmi, 2017)
Perut : Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada
tidaknya nyeri tekan. (Marmi, 2015: 123)
Genitalia : Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-
bintil berisi cairan, lecet, kutil seperti jengger
ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak
terdapat tanda-tanda keputihan patologis.
(Marmi, 2015: 123
Ekstremitas : Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat,
pergerakan bebas, tidak ada varises. (Marmi,
2015: 123)
Reflek Patella : Hiperrefleksia (3+ dan 4+) merupakan salah
satu tanda preeklamsi berat. Klonus biasanya
terlihat menjelang eklamsia atau pada eklamsia
aktual.
c) Status Obstetrik
(1) Inspeksi
Muka : Tidak tampak oedema, tidak tampak pucat,
tampak chloasma gravidarum. (Marmi, 2015:
123)
Mamae : Tidak terdapat benjolan/ masa yang abnormal,
puting menonjol dan areola hiperpigmentasi.
(Marmi, 2015: 123)
Abdomen : Pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada
luka bekas operasi. (Marmi, 2015: 123)
Vulva : Bersih, tidak tampak varises. (Marmi, 2015:
123)
(2) Palpasi
Leopold I : digunakan untuk menentukan usia kehamilan
dan bagian apa yang ada dalam fundus
Leopold II : dilakukan untuk menentukan letak punggung
janin dan bagian-bagian kecil janin.
Leopold III : digunakan untuk menentukan bagian apa yang
terdapat dibagian bawah dan apakah bagian
bawah anak sudah atau belum terpegang oleh
pintu atas panggul.
Leopold IV : digunakan untuk menentukan apa yang
menjadi bagian bawah dan seberapa
masuknya bagian bawah tersebut kedalam
rongga panggul.
(Hidayat, 2009)
(3) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali
kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai denganumur
kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan
janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur
setelah kehamilan 24 minggu. (Hidayat, 2009)
(4) Taksiran Berat Janin (TBJ)
Taksiran berat janin adalah salah satu cara menafsir
berat janin ketika masih di dalam uterus. Berta badan
janin mempunyai arti yang sangat penting dalam
pemberian asuhan kebidanan, khususnya asuhan
persalinan. Apabila mengetahui berat badan janin yang
akan dilahirkan, maka bidan dapat menentukan saat
rujukan, sehingga tidak terjadi keterlambatan
penanganan. Berat badan bayi yang sangat kecil atau
sangat besar berhubungan dengan meningkatnya
komplikasi selama masa persalinan dan nifas. Selain itu,
dengan mengetahui taksiran berat janin, penolong
persalinan dapat memutuskan rencana persalinan
pervaginam secara spontan atau tidak. (Hidayat, 2009)
(5) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Umumnya dilakukan dengan stetoskop monoaural
untuk mendengarkan bunyi jantung anak, bising tali
pusat, gerakan anak, bising rahim, bunyi aorta, serta
bising usus. Denyut jantung bayi sudah dapat didengar
pada akhir bulan kelima atau pada akhir trimester I dan
selanjutnya setiapkali kunjungan antenatal. DJJ lambat
kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari
160/menit menunjukkan adanya gawat janin. (Hidayat,
2009)
2) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Darah Rutin
(1) Hemoglobin
Pemeriksaan haemoglobin dilakukan untuk
mendeteksi adanya anemia dan penyakit ginjal.
Peningkatan haemoglobin dapat menunjukkan indikasi
adanya dehidrasi, penyakit paru obstruksi menahun,
gagal jantung kongesif, dan lain-lain. (Uliyah dan
Hidayat, 2009:194)
(2) HbsAg
Peradangan hati atau hepatitis disebabkan oleh
virus hepatitis, perlemakan, parasite (malaria, ameba),
alkohol, obat-obatan, dan virus lain (dengue, herpes).
Cara penularannya untuk hepatitis A dan hepatitis E
melalui kotoran atau mulut, sementara hepatitis B, C,
dan D melalui kontak cairan tubuh (ibu ke anak, anak
ke anak atau dari dewasa ke anak, transfusi darah dan
organ yang tidak diskrining, penggunaan jarum yang
tidak aman, hubungan seksual, serta kontak dengan
darah). (Kemenkes RI, 2017:2)
Penularan Hepatitis dari ibu ke anak atau secara
vertikal memiliki kemungkinan sekitar 90% hingga
95%. Hal tersebut yang mendasari Kemenkes
memprioritaskan deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil
terutama pada remaja dengan persiapan kehamilan
setelah menikah. (Kemenkes RI, 2017:2)
(3) Sifilis
Sifilis merupakan salah satu IMS (infeksi menular
seksual) yang menimbulkan kondisi cukup parah
misalnya infeksi otak (neurosifilis), kecacatan tubuh
(guma). Pada populasi ibu hamil yang terinfeksi sifilis,
bila tidak diobati dengan adekuat, akan menyebabkan
67% kehamilan berakhir dengan abortus, lahir mati,
atau infeksi neonatus (sifilis kongenital). Pada asuhan
pra nikah dianjurkan untuk pemeriksaan sifilis
mengingat akan persiapan kehamilan nantinya.
(Kemenkes RI, 2013:1)
(4) HIV/AIDS
Langkah dini yang paling efektif untuk mencegah
terjadinya penularan HIV pada bayi adalah dengan
mencegah perempuan usia reproduksi tertular HIV.
Komponen ini dapat juga dinamakan pencegahan
primer. Pendekatan pencegahan primer bertujuan untuk
mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi secara dini,
bahkan sebelum terjadinya hubungan seksual. Hal ini
berarti mencegah perempuan muda pada usia
reproduksi, ibu hamil dan pasangannya untuk tidak
terinfeksi HIV. Dengan demikian, penularan HIV dari
ibu ke bayi dijamin bisa dicegah. (Kemenkes RI,
2015:9)
(5) Golongan Darah dan Rhesus
Pemeriksaan Golongan darah dan rhesus bertujuan
menghindari komplikasi fatal saat transfusi darah, yaitu
penghancuran sel darah (hemolisis). Sistem imun yang
dimiliki seseorang akan melihat antigen yang tidak
cocok dengan dirinya sebagai benda asing, sehingga
antibodi dalam tubuh akan menyerang serta
menghancurkan sel darah. Penghancuran sel darah ini
dapat menyebabkan anemia, gagal ginjal, gangguan
paru-paru, hingga syok anafilaktik. (Kemenkes RI,
2017:77)
b) Pemeriksaan Darah yang Dianjurkan
(1) Gula Darah Sewaktu
Pemeriksaan gula darah perlu dilakukan oleh
pasangan apalagi jika ada riwayat diabetes dalam
keluarga. Pemeriksaan tersebut diperlukan untuk
mencegah dan komplikasi yang disebabkan oleh
diabetes. Terutama ketika nanti hamil, wanita dengan
risiko diabetes otomatis kan turut membahayakan janin
yang dikandung. (Kemenkes RI, 2017:80-81)
(2) TORCH (Toksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus,
dan Herpes)
TORCH adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus Toksoplasma Gondii, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes Simplex Virus II
(HSV-II). TORCH dapa menimbulka masalah
kesuburan (fertilitas) baik pada perempuan maupun
laki-laki sehingga menyebabkan sulit terjadinya
kehamilan, kecacatan janin, dan resiko keguguran.
(Kemenkes RI, 2017:82)
c. Analisa
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudaian
dianalisa dan diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa
dan masalah ibu.
1) Diagnosa kebidanan
Dalam bagian ini yang dikumpulkan oleh bidan menurut
Sulistyawati (2009:178-182) antara lain sebagai berikut :
a) Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang
berkaitan dengan kehamilannya (jumlah kehamilan,
dibedakan menjadi primigravida (hamil pertama kali) dan
multigravida (hamil yang kedua atau lebih).
Contoh cara penulisan paritas dalam interpretasi data
adalah sebagi berikut :
(1) Primigravida, G1P0A0
(a) G1 (gravida 1) berarti kehamilan yang pertama kali
(b) P0 (Partus 0) berarti belum pernah partus atau
melahirkan
(c) A0 (abortus 0) berarti belum pernah mengalami
abortus
(2) Multigravida, G3P1A1
(a) G3 (gravida 3) berarti ini adalah kehamilan yang
ketiga
(b) P1 (partus 1) berarti sudah pernah mengalami
persalinan satu kali
(c) A1 (abortus 1) atau sudah pernah mengalami
abortus satu kali
b) Usia kehamilan dalam minggu.
c) Keadaan janin Normal atau tidak normal.
2) Masalah
Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan
“diagnosa”. Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa
masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap
perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang
menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan bagaimana
wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya.
(Sulistyawati, 2009:178)
3) Diagnosa potensial
Berdasarkan diagnosa potensial yang telah dirumuskan,
bidan secepatnya melakukan tindakan antisipasi agar diagnosis
potensial tidak benar – benar terjadi.
c) Agama
Agama dikaji untuk mengetahui praktek agama apa saja
yang dilaksanakan oleh klien (Widatiningsih dan Dewi, 2017).
Agama juga dijadikan sebagai dasar bidan dalam
memberikan dukungan mental dan spiritual pada pasien dan
keluarga saat sebelum atau saat proses persalinan.
d) Pendidikan
Pengkajian tingkat pendidikan dilakukan untuk nantinya
menentukan metode yang paling tepat dalam menyampaikan
informasi mengenai teknik melahirkan bayi. Tingkat pendidikan
sangat berpengaruh bagaimana pemahaman nantinya saat
diberikan pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan kondisi
kehamilannya. (Widatiningsih dan Dewi, 2017)
Pendidikan merupakan suatu proses melalui pengajaran
atau pelatihan yang mampu meningkatkan perkembangan
mentak, emosional dan intelektual individu. Dengan tingginya
pendidikan, ibu hamil akan lebih mudah menghadapi dan
mengatasi setiap perubahan psikologis maupun fisiologis selama
kehamilan karena tingginya pemahaman terhadap informasi
kesehatan yang didapat serta akan meningkatkan juga keinginan
dalam melakukan pemeriksaan kehamilan demi kesehatan ibu
dan bayi dalam kandungan.(Sari Priyanti et al., 2020)
e) Suku/Bangsa
Suku/bangsa di indonesia terlalu banyak yang terkadang
memiliki bermacam-macam adat-istiadat dan terkadang
mempengaruhi kondisi kehamilan. Apabila tidak dilakukan
maka akan menimbulkan stress dan kekhawatiran khusus bagi
ibu hamil yang nantinya juga akan mempengaruhi kondisi
kehamilannya. (Widatiningsih dan Dewi, 2017)
f) Pekerjaan
Pengkajian pekerjaan dilakukan untuk mengetahui apakah
ibu memiliki atau mengerjakan pekerjaan yang beresiko dan
terpapar zat kimia atau tidak, karena itu dapat mempengaruhi
kondisi kehamilan. (Widatiningsih dan Dewi, 2017)
Pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan dengan
kehamilan risiko tinggi karena ibu hamil yang bekerja lebih
memfokuskan waktunya pada rutinitas pekerjaan sehingga
waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat akan
terbatas. Hal tersebut tentu membuat ibu lebih mudah lelah dan
kurang istirahat. Psikologi ibu juga akan terpengaruh oleh
tekanan yang ada di dalam pekerjaan. Keadaan itu tentu
mempengaruhi kondisi kehamilan ibu dan memberikan dampak
buruk, seperti abortus atau perdarahan saat hamil. Oleh karena
itu, istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang sangat
dibutuhkan untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya selama
kehamilan. (Fitrianingsih, et al. 2019)
Hubungan karakteristik pekerjaan dengan kejadian
persalinan preterm pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada
hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian persalinan preterm di
RSUD Wonosari tahun 2016. Beban kerja yang berat dapat
meningkatkan hormon prostaglandin, dengan peningkatan inilah
yang dapat memicu terjadinya persalinan lebih dini. Ibu hamil
yang bekerja memiliki pekerjaan dengan sistem shift, jam kerja
lebih lama>7 jam/hari atau >49 jam/minggu, bekerja di pabrik
dengan waktu istirahat rata-rata 1 jam dan kegiatan seperti
mengangkat atau mendorong 10 barang akan menyebabkan
persalinan preterm. (Syarif et al., 2017)
g) Alamat
Alamat dikaji untuk memberi gambaran jarak rumah ibu
dengan pelayanan kesehatan, serta dapat mempermudah
kunjungan rumah bagi bidan jika ibu hamil ada keluhan namun
tidak dapat datang kepelayanan kesehatan. (Widatiningsih dan
Dewi, 2017)
2) Alasan Datang
Hal hal yang mendasari kedatangan ibu hamil sesuai
dengan ungkapan ibu. (Widatiningsih, 2017)
3) Keluhan Utama
Hal ini dikaji untuk mengetahui apa saja yang dikeluhkan
ibu yang berkaitan dengan kehamilannya. Misalnya: konstipasi,
peningkatan frekuensi berkemih, kram tungkai, nyeri punggung
bawah, hemoroid, sesak nafas, kesemutan/baal. Kemudian dari
keluhan utama kemudian dikembangkan menjadi riwayat
kehamilan sekarang. (Widatiningsing, 2017).
Menurut Marmi (2017; h. 180) keluhan utama perlu dikaji untuk
mengetahui masalah yang dialami ibu setelah melahirkan.
Handayani dan Pujiastuti (2016; h. 116) menyatakan bahwa hal
yang perlu ditanyakan pada klien yaitu keluhan utama yang
dirasakan saat pengkajian meliputi apa , sejak kapan, intensitas,
dan hal-hal yang memperberat atau memperingan keluhan yang
dirasakan ibu.
4) Riwayat Kesehatan
Untuk mengetahui karakteristik personal, riwayat penyakit
menular/keturunan dan riwayat pengobatan (Khairoh & Arka,
2019)
Riwayat kesehatan meliputi :
a) Penyakit menular
(1) Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan
dan mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat
terjadi kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat
dalam bentuk keguguran atau persalinan prematuritas dan
kematian janin dalam rahim. (Prawiroharjo, 2014).
(2) TBC
Sikap bidan dalam menangani kehamilan dengan penyakit
tuberculosis paru sebaiknya adalah melakukan konsultasi
ke dokter untuk memastikan penyakitnya. (Marmi, 2017)
Gejala TBC pada ibu hamil sama seperti gejala TBC pada
umumnya, yaitu batuk lebih dari 2 minggu atau batuk
berdarah, demam, lemah, lesu, sesak napas, keringat
malam, nyeri dada dan nafsu makan menurun. Akibat TBC
saat kehamilan sendiri antara lain:
1) Keguguran
2) Berat janin kurang di dalam kandungan
3) Persalinan premature, terutama jika telat terdiagnosis,
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya persalinan
prematur 9x lipat
4) Kemungkinan kematian janin dan ibu meningkat 4x
lipat
5) Bayi lahir dengan berat lahir rendah
6) TBC Kongenital
Kebutuhan Zat
Tidak Hamil
Makanan Hamil
Kalori 2000 kal 2300 kal
Protein 55 gr 65 gr
Kalsium 0,5 gr 1 gr
Zat Besi 12 gr 17 gr
Vitamin A 5000 IU 6000 IU
Vitamin D 400 IU 600 IU
Thiamin 0,8 mg 1 mg
Riboflavin 1,2 mg 1,3 mg
Niasin 15 mg 15 mg
Vitamin C 60 mg 90 mg
(Gardenia, 2012)
b) Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang
air besar meliputi frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan
jumlah. (Sulistyawati, 2013)
c) Pola istirahat dan tidur
Dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa
lama kebiasaan tidur siang dan tidur malam hari. (Sulistyawati,
2013)
d) Pola Seksual
Menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas seksual,
melalui pertanyaan tentang frekuensi aktivitas seksual, berapa
kali melakukan hubungan seksual dalam seminggu, serta
gangguan aktivitas seksual, apakah pasien mengalami
gangguan ketika melakukan hubungan seksual, misalnya nyeri
saat berhubungan, adanya ketidakpuasan dengan suami,
kurangnya keinginan untuk melakukan hubungan dan lain
sebagainya. (Sulistyawati, 2013)
e) Pola hygiene
Data ini perlu dikaji karena bagaimanapun juga hal ini akan
memengaruhi kesehatan pasien. Jika pasien mempunyai
kebiasaan yang kurang baik dalam perawatan kebersihan
dirinya.Meliputi mandi,keramas,ganti baju dan celana
dalam,kebersihan kuku maka akan mengganggu kesehatannya
(Sulistyawati, 2013)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cangöl dalam Sevil
didapatkan bahwa frekuensi infeksi genital pada orang yang
melakukan praktik personal hygiene genitalia dengan benar
adalah 35,1%, sedangkan orang yang tidak melakukan
personal hygiene genitalia dengan benar sejumlah 38,1%.
Aktivitas sehari-hari menyebabkan pengeluaran keringat yang
akan menempel pada kulit. Kulit yang bercampur keringat dan
kotoran menyebabkan daerah genitalia menjadi lembab, jika
tidak menjaga kebersihan genitalia dengan benar, maka jamur
dan bakteri yang berada di daerah genitalia akan tumbuh subur
sehingga menyebabkan rasa gatal dan infeksi pada daerah
tersebut. Tanda dan gejalayang ditimbulkan akibat
berkembangnya bakteri yang menginfeksi saluran kemih antara
lain seperti gatal, iritasi, bau, nyeri dan sering berkemih.
Bakteri dapat masuk ke uretra dan menyebabkan infeksi pada
organ urogenital. Infeksi tersebut antara lain adalah infeksi
saluran kemih (ISK), balanitis dan phimosis atau paraphimosis.
Bakteri yang ada di uretra dapat naik ke dalam ginjal melalui
ureter kemudian kandung kemih sehingga menyebabkan infeksi
saluran kemih atas. ISK atas lebih berbahaya dibandingkan
dengan ISK bawah karena bakteri telah menginfeksi ginjal
sehingga bakteri dapat masuk ke dalam sistem sirkulasi darah.
Bakteri yang masuk ke dalam sistem sirkulasi darah merupakan
faktor predisposisi terjadinya gagal ginjal kronik yang
disebabkan oleh ISK. (Wahyuningtyas, 2016)
11) Data Psikososial dan Spiritual
Meliputi riwayat perkawinan,kehamilan ini diharapkan atau tidak
oleh ibu dan suami,serta respon dan dukungan keluarga terhadap
kehamilan ini,mekanisme koping,ibu tinggal serumah dengan siapa
saja,pengambil keputusan utama dalam keluarga,yang menemani
ibu selama ANC, adat istiadat yang berkaitan dengan kehamilan,
rencana tempat dan penolong persalinan,praktik agama yang
berhubungan dengan kehamilan,tingkat pengetahuan ibu.
(Widatiningsih, 2017)
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kunjungan awal prenatal difokuskan untuk
mengidentifikasi kelainan yang sering mengontribusi morbiditas
dan mortalitas dan untuk mengidentifikasi gambaran tubuh yang
menunjukkan gangguan genetik. Pemeriksaan harus mencakup
penetapan tinggi badan dan berat badan,tekanan darah,nadi dan
pemeriksaan kulit, kelenjar tiroid, jantung, paru-
paru,payudara,ekstremitas dan abdomen,serta pemeriksaan pelvis.
(Marmi, 2017)
a) Pemeriksaan Umum:
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui hal ini, cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. (Sulistyawati, 2013)
(2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai
dari keadaan komposmentis (kesadaran maksimal) sampai
dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
(Sulistyawati, 2013)
(3) Berat badan
Berat badan ditimbang pada kunjungan awal untuk
membuat rekomendasi penambahan berat badan pada
wanita hamil dan untuk membatasi kelebihan atau
kekurangan berat. (Marmi, 2011)
(4) TB
Tubuh yang pendek dapat menjadi indikator gangguan
genetik. Karena tinggi badan yang sering kali tidak
diketahui dan tinggi badan berubah seiring peningkatan
usia wanita,tinggi badan harus diukur pada saat kunjungan
awal. (Marmi, 2017)
(5) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT.
Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan proporsi standar
berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB).
(6) LILA
Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan atas pada
wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm. Jika
ukuran lingkar lengan atas kurang dari 23,5cm maka
interprestasinya adalah kurang energy kronis (KEK).
(Widatiningsih, 2017)
(7) Tanda Vital
(a) Tekanan darah
Tekanan darah memiliki dua komponen yaitu sistolik
dan diastolik. Pada waktu ventrikel berkonstraksi,
darah akan dipompakan ke seluruh tubuh, tekanan
aliran darah pada kontraksi disebut tekanan darah
sistolik. Pada saat ventrikel sedang rileks, darah dari
atrium masuk ke ventrikel, tekanan aliran darah pada
waktu ventrikel sedang rileks disebut tekanan darah
diastolik. Tekanan darah diukur dengan alat pengukur
tekanan darah yang disebut dengan Tensimeter. Diukur
untuk mengetahui kemungkinan terjadi hipertensi,yaitu
bila tekanan darahnya lebih dari 140 atau 190 mmHg.
(Marmi, 2017)
(b) Nadi
Denyut nadi maternal sedikit meningkat selama hamil,
tetapi jarang melebihi 100 denyut permenit (dpm).
Curigai hipotiroidisme jika denyut nadi lebih dari 100
dpm. Periksa adanya eksoflatmia dan hiperrefleksia
yang menyerai. (Marmi, 2017)
(c) Suhu
Peningkatan suhu menunjukkan proses infeksi atau
dehidrasi. (Widatiningsih, 2017)
Suhu tubuh normal 36-37,5oC. (Marmi, 2017)
(d) Respirasi
Wanita hamil nernapas lebih cepat dan lebih dalam
karena memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin
dan untuk dirinya. (Widatiningsih, 2017)
Untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan,normalnya
16-24 x/menit. (Marmi, 2017)
2) Status Present
Menurut (Khairoh & Arka, 2019) pemeriksaan tidak hanya
dilakukan secara pandang tetapi sekaligus dengan rabaan,
pemeriksaan diawali dari:
a. Wajah
Perhatikan adanya pembengkakan pada wajah. Apabila terdapat
pembengkakan atau edemadi wajah, perhatikan juga adanya
pembengkakan pada tanga dan kaki, apabila ditekan
menggunakan jari akan berbekas cekungan yang lambat
kembali seperti semula. Apabila bengkak terjadi pada wajah,
tangan dan kaki merupakan pertanda terjadinya pre eclampsia
b. Mata
Periksa perubahan warna konjungtiva mata. Konjungtiva yang
pucat menandakan ibu menderita anemia sehingga harus
dilakukan penanganan lebih lanjut. Pada pemeriksaan mata
juga lihat warna sclera, apabila sclera berwarna kekuningan
curigai bahwa ibu memliliki riwayat penyakit hepatitis
c. Mulut dan gigi
Ibu hamil mengalami perubahan hormone baik itu progesterone
maupun estrogen. Dampak dari perubahan hormone kehamilan
itu dapat mempengaruhi kesehatan mulut dan gigi.
d. Leher
Periksa adanya pembengkakan pada leher yang biasanya
disebabkan oleh pembengkakan kelenjar tiroid dan apabila ada
pembesarab pada vena jugularis curigai bahwa ibu memiliki
penyakit jantung.
e. Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas meliputi pemeriksaan tangan dan kaki
untuk mengetahui adanya pembengkakan/edema sebagai
indikasi dari preeklamsia
f. Payudara
Perhatikan kesimetrisan bentuk payudara, bentuk putting
payudara menonjol atau mendatar, apabila putting payudara
mendatar, berikan ibu konseling melakukan perawatan
payudara agar puing payudara menonjol. Kemudian perhatikan
adanya bekas operasi dan lakukan palpasi untuk mengetahui
adanya benjolan yang abnormal dan nyeri tekan dimulai dari
daerah axilla sampai seluruh bagian payudara. Periksa adanya
pengeluaran colostrum/cairan lain. Pemeriksaan payudara ini
bertujuan untuk mempersiapkan ibu dalam menyusui bayi.
g. Abdomen
Pembesaran abdomen yang tidak sesuai usia kehamilan ialah
faktor resiko terjadinya kehamilan dengan mola hidatidosa,
kehamilan kembar, polihidramnion
3) Status Obstetrik
a.) Inspeksi
(1) Muka
Kloasma gravidarum,keadaan selaput mata pucat atau
merah,adakah oedema pada muka,bagaimana keadaan
lidah,gigi.
(2) Leher
Apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyalit
jantung), apakah kelenjar gondok membesar atau kelenjar
limfe membengkak.
(3) Dada
Bentuk payudara,pigmentasi putting susu, dan gelanggang
susu,keadaan putting susu,adakah colostrum.
(4) Perut
Perut membesar ke depan atau ke samping (pada ascites
misalnya membesar ke samping), keadaan pusat,
pigmentasi di linea alba, nampakkan gerakan anak atau
striae gravidarum atau bekas luka.
(5) Vulva
Keadaan perinium, carilah varises, tanda chadwick,
condyloma, flour. (Marmi, 2017)
4) Palpasi
Menuut (Marmi, 2017) maksud pemeriksaan raba ialah untuk
menentukan:
a) Besarnya rahim dan dengan ini menentukan umur kehamilan.
b) Menentukan letaknya anak dalam rahim.
c) Selain dari pada itu harus diraba apakah ada tumor-tumor lain
dalam rongga perut,kista,myoma,pembesaran limpa
d) Cara melalukan palpasi ialah menurut leopold yang terdiri atas
4 bagian:
7) Pemeriksaan penunjang
Menurut (Yuliani, 2021), pemeriksaan penunjang masa kehamilan
meliputi.
a) Haemoglobin
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) yang dilakukan
minimal satu kali pada trimester pertama dan satu kali pada
trimester ketiga untuk mengetahui keadaan ibu hamil anemia
atau tidak. Jika pada usia 21 bulan ibu hamil mengalami
anemia, hal ini dapat memengaruhi proses tumbuh kembang
janin
b) Golongan darah
Pemeriksaan golongan darah untuk mengetahui jenis golongon
darah ibu dalam rangka mempersiapkan calon pendonor jika
diperlukan pada saat situasi gawat darurat
c) Kadar gula darah
Pemeriksaan kadar ula darah selama kehamilan jika dicurigai
menderita diabetes mellitus. Minimal pemeriksaan dilakukan
satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua
dan satu kali pada akhir trimester ketiga
d) Protein urin
Pemeriksaan protein urin pada trimester kedua dan ketioga
sesuai indikasi untuk mengtahui adanya protein uria pada ibu
hamil sebagai indicator preeklamsia pada ibu hamil
e) Sifilis
Pemeriksaan tes sifilis yang dilakukan sedini mungkin di
daerah yang memiliki resiko tinggi serta di tujukan pada ibu
hamil yang di duga terkena resiko.
c. Analisa
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.
1. Diagnosis Kebidanan
Dalam bagian ini yang disimpilkan oleh bidan antara lain sebagai
berikut
a) Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksiseorang wanita yang berkaitan
dengan kehamilannya (jumlah kehamilannya). Contoh cara
penulisan paritas dalam interpretasi data sebagai berikut :
b) Primigravida : G1P0A0
G1 (gravida 1) atau hamil yang pertama kali
P0 (partus 0) berarti belum pernah partus atau melahirkan
A0 (abortus 0) berarti belum pernah mengalami abortus
c) Multigravida : G3P1A1
G3(gravida 3) atau ini adalah kehamilannya yang ketiga
P1 (partus 1)atau sudah pernah mengalami persalinan satu kali
A1(abortus 1) atau sudah pernah mengalami abortus satu kali
d) Usia Kehamilan dalam minggu
e) Keadaan janin
f) Normal atau tidak normal
2. Masalah
Masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap
perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh.
Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu
mengalami kenyataan terhadap diagnosis. (Sulistyawati, 2013).
3. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain
juga.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan,sambil terus mengamati kondisi klien.
(Sulistyawati, 2013)
d. Perencanaan
Pelaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut,
apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah
yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural, atau masalah
psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut harus
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspekasuhan
kesehatan. (Sulistyawati, 2013)
Secara umum asuhan yang dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah
dimengerti
2. Memberikan KIE mengenai bagaimana cara mengatasi
ketidaknyamanan TM III.
3. Menjelaskan mengenai resiko tinggi hamil dan nutrisi yang baik
bagi ibu hamil dan janin.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan Kegel Exercise untuk
mengatasi sering kencing.
5. Memberikan KIE terhadap masalah yang mungkin timbul pada
masa kehamilan, yaitu Sering pusing; Kaki dan wajah bengkak
pada kehamilan tua; Sulit BAB pada kehamilan tua; BB tidak
naik; Perut terlalu besar dibandingkan usia kehamilan; Gerakan
janin kurang; Perut terlalu kecil dibanding usia kehamilan;
Sering nyeri pinggang; Nyeri perut bagian bawah sampai
keselangkangan; Mudah capek / lelah; Kram pada kaki; Tangan
kesemutan; Sering naik asam lambung; Flek-flek pada
kehamilan; Sakit punggung; Puting susu mengeluarkan cairan;
Pendarahan; Keputihan; Sering Buang Air Kecil (BAK); Rasa
terbakar saat BAK; Sulit tidur; Sesak nafas; Sembelit; Mulas;
Payudara mengeras; Peningkatan berat janin lambat; Nyeri perut
bagian bawah; Sesak nafas; Wasir; Sering sakit kepala; Dada
terasa panas; Tidak bisa menahan kencing; Mimisan; Rasa gatal
hebat; Adanya stretch mark; Sensitif; Nyeri perut; Penglihatan
kabur; Kontraksi pada usia kehamilan muda; Panas pada
lambung; Gusi mudah berdarah; Sering sendawa, buang angin;
Sering kembung dan maag; Rasa kepanasan; Enggan
berhubungan seks saat hamil;Gigi ngilu; Gigi berlubang; Hamil
terdeteksi janin dengan kelainan (kelainan kongenital, Down
Syndrom, dll); Hamil di usia tua; Hamil dengan riwayat pernah
melakukan kuret; Nyeri perut hebat; Tidak menyukai bau-bauan
tertentu; Pemeriksaan kehamilan rutin; Hanya ingin makan
makanan tertentu (KEPMENKES 320 Th 2020)
6. Memberikan KIE tentang perubahan psikologis ibu Trimester
III, yaitu ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir
sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan
kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejalanya persalinan.
Perasaan khawatir dan takut kalau bayinya akan dilahirkan tidak
normal lebih sering muncul. seorang ibu akan takut akan rasa
sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan.
(Widatiningsih, 2017)
7. Memberikan KIE tentang persiapan persalinan dan laktasi, yaitu
senam hamil dan perawatan payudara.
8. Keterampilan yang harus dimiliki bidan dalam praktik asuhan
kehamilan menurut KEPMENKES 320 Th 2020, yaitu
pemeriksaan fisik terfokus pada ibu hamil, inspeksi abdomen,
penilaian pembesaran uterus normal selama kehamilan,
melakukan palpasi abdomen dalam pemeriksaan kehamilan,
mengidentifikasi masalah pada payudara pada masa hamil,
perawatan payudara, pemeriksaan denyut jantung janin
stetoskop dan doppler, pemeriksaan perkusi pada ekstremitas,
penghitungan usia kehamilan, periksa dalam saat hamil,
identifikasi status TT 4, penghitungan tafsiran berat janin,
mengisi buku kesehatan ibu dan anak (KIA), pemberian
suplemen vitamin dan mineral, penentuan status gizi ibu hamil,
edukasi nutrisi pada ibu hamil,pemberian makanan tambahan
pada ibu hamil kurang energi kronik (KEK), memfasilitasi
senam hamil, konseling adaptasi kehamilan, konseling
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi, konseling
keluarga berencana, pemberian pendidikan kesehatan pada
perempuan, keluarga dan masyarakat tentang perkembangan
kehamilan, gejala dan tanda bahaya serta tindakan yang
dilakukan ketika terdapat tanda bahaya, pemberian pendidikan
kesehatan pada ibu dan keluarga untuk persiapan persalinan dan
kelahiran, penggunaan cardiotocography (CTG), interprestasi
hasil cardiotocography (CTG) amniosintesis, edukasi hasil
pemeriksaan penunjang pada masa hamil. skrining kehamilan
risiko tinggi, konseling pada ibu hamil yang berisiko, KIE tanda
bahaya kehamilan, identifikasi kehamilan dengan kelainan,
tatalaksana awal pada ibu hamil dengan penyakit sistemik,
tatalaksana pada ibu hamil dengan penyakit infeksi, tatalaksana
pada kehamilan dengan penyulit obstetrik (hiperemesis
gravidarum, hipertensi, infeksi), tatalaksana awal kasus
kegawatdaruratan pada kehamilan (kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, abortus imminen, solutio placenta,
placenta previa, preeklamsi, kejang, henti nafas, penurunan
kesadaran, syok, henti jantung), skrining gangguan psikologis
ibu hamil, tatalaksana gangguan psikologis pada ibu hamil
pemberian suplemen vitamin dan mineral, tatalaksana awal
kelainan letak, presentasi dan kehamilan ganda, tatalaksana
tokolisis, fasilitasi kelas ibu hamil, tata laksana dengan korban
kekerasan fisik dan seksual.
9. Menganjurkan untuk rutin dalam mengonsumsi Vitamin C dan
tablet tambah darah.
Pemberian suplementasi gizi bertujuan untuk pencegahan dan
pengobatan anemia. TTD adalah suplemen gizi yang
mengandung senyawa besi yang setara dengan 60 mg besi
elemental dan 400 mcg asam.
10. Merujuk pasien berkonsultasi dengan dokter umum mengenai
kesehatan kehamilannya.
11. Menganjurkan ibu untuk beristirahat dan menjaga kehamilannya
dengan berhati-hati.
12. Menganjurkan klien untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
lengkap untuk pemeriksaan hemoglobin dan urin lengkap.
13. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai
jadwal atau jika ada keluhan.
14. Memberikan suplemen berupa kalsium, B6 dan tablet tambah
darah.
15. Melakukan dokumentasi
1. Asuhan Kebidanan Persalinan Fisiologis
1) Data Subyektif
1) Alasan Datang
Hal hal yang mendasari kedatangan ibu hamil sesuai dengan
ungkapan ibu. (Widatiningsih, 2017)
2) Keluhan Utama
Keluhan utama atau alasan utama wanita datang ke rumah sakit
atau bidan ditentukan dalam wawancara. (Marmi, 2016)
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang
sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan
penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan.
Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan
darah,denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan
ketegangan otot.(Sari et al., 2018)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Adam & Umboh, 2015)
menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara parietas
dengan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Deselarasi.
Menurut peneliti adanya hubungan antara parietas dengan
intensitas nyeri yang dirasakan ibu pada persalinan kali I
fase aktiv deseleratif karena ibu primipara memang belum
pernah mempunyai pengalaman melahirkan termasuk
pengalaman nyeri waktu persalinan yang mengakibatkan sulit
untuk mengantisipasinya. Selain itu proses melahirkan yang
tidak sama dengan multipara, karena pada primipara proses
penipisan biasanya terjadi lebih dulu daripada dilatasi
serviks. Sedangkan pada multipara proses penipisan dan
dilatasi serviks terjadi bersamaan. Pengaruh ini disebabkan
oleh adanya pengalaman sebelumnya yang dirasakan oleh
ibu multipara dimana pengalaman ini merupakan salah satu
factor yang dapat menyebabkan intensitas nyeri yang dirasakan
individu berbeda.
3) Tanda-tanda Persalinan
1. Kontraksi
Informasi ini membantu membedakan antara kontraksi
persalinan sejati dan palsu. Pada persalinan sejati, intensitas
kontraksi menjadi semakin kuat dengan berjalan, sedangkan
pada kontraksi palsu hal ini jarang terjadi bahkan
menghilang. (Padila, 2014)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Ardhiyanti & Susanti, 2016) bahwa sebanyak 22,9% dengan
his lemah mengalami persalinan lama, sedangkan pada
kelompok kontrol sebanyak 4,2% dengan his lemah
mengalami persalinan lama. Pengaruh negatif yang
diperoleh berarti semakin tinggi frekuensi his maka waktu
yang dibutuhkan lama kala II semakin kurang. Kuat dan
lemahnya his pada saat proses persalinan sangat
berpengaruh pada cepat atau lamanya suatu persalinan.
Apabila pada saat proses persalinan his lemah, maka
dapat memperlambat proses persalinan.
2. Frekuensi
Informasi ini sangat penting untuk menetapkan awal
persalinan, biasanya dimulai sejak kontraksi menjadi teratur,
dan membedakan kontraksi persalinan palsu dan sejati. Pada
persalinan palsu, frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi
tidak meningkat, tidak teratur, dan durasinya pendek.
Kontraksi pada persalinan sejadi pada awal tidak teratur dan
durasinya singkat, tetapi kemudian menjadi teratur dan
disertai peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas
kontraksi. (Padila, 2014)
3. Lokasi Ketidaknyamanan
Informasi ini membantu untuk membedakan antara kontraksi
persalinan sejati dan palsu. Kontraksi persalinan palsu
biasanya dirasakan pada abdomen bagian bawah dan lipat
paha. Kontraksi persalinan sejati biasanya dirasa sebagai
nyeri yang menyebar dari fundus ke punggung. (Padila,
2014)
4. PPV
Bloody show adalah tanda yang menunjukkan persalinan.
Apabila bloody show meningkat berarti wanita akan segera
memasuki kala II persalinan. (Padila, 2014)
4) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang dan Dahulu
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang,
penyakit umum yang pernah diderita, serta penyakit yang
dialami saat masa kehamilan maupun saat hamil (Marmi,
2017)
Dikaji untuk membantu bidan mengidentifikasi kondisi
kesehatan yang dapat mempengaruhi kehamilan.
(1) Sistem kardiovaskuler
(a) Penyakit jantung
Perubahan fisiologis normal pada masa hamil
meningkatkan curah jantung wanita hingga
mencapai 40% melebihi curah jantungnya ketika
tidak hamil saat ia berada pada keadaan istirahat.
Peningkatan ini terjadi pada awal kehamilan dan
mencapai puncaknya pada usia kehamilan 20 hingga
24 minggu. Peningkatan curah jantung selama
kehamilan, persalinan, dan pelahiran akan
meningkatkan resiko dekompensasi jantung pada
wanita yang mempunyai riwayat penyakit jantung.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Wiyati &
Wibowo, 2013) menunjukkan terdapat 59 kasus
(66%) hamil dengan penyakit jantung yang disertai
gagal jantung. Sebanyak 35,6% terjadi komplikasi
kardiovaskuler maternal. Angka kematian ibu
sebanyak 8,5%. Luaran perinatal meliputi 57 bayi
lahir hidup (90,5%); komplikasi perinatal prematur
24 bayi (38,1), sisanya masa kehamilan 16 bayi
(25,4%) dan IUGR 7 (11,1), IUFD 6 kasus (9,5%)
dan kematian dalam 7 hari 5 kasus (7,9%).
(b) Hipertensi
Wanita hipertensi yang ditanyakan hamil perlu
mendiskusikan dengan dokternya tentang
pengobatan mana yang aman digunakan selama
mengandung. Selain itu wanita dengan hipertensi
yang sudah ada sebelumnya mengalami peningkatan
resiko terjadinya preeklmasia selama kehamilan.
Penelitian yang dilakukan oleh (Alatas Haidar,
2019) menyatakan bahwa hipertensi pada kehamilan
sering terjadi (6-10 %) dan meningkatkan risiko
morbiditas dan mortalitas pada ibu, janin dan
perinatal. Pre-eklampsia/eklampsia dan hipertensi
berat pada kehamilan risikonya lebih besar.
(c) Anemia
Anemia di definisikan sebagai penurunan jumlah sel
darah merah atau penurunan konstrasi hemoglobin
di dalam sirkulasi darah. Definisi anemia yang
diterima secara umum adalah kadar Hbkurang dari
12,0 gram per millimeter (12 gram/desiliter) untuk
wanita tidak hamil dan kurang dari 10,0 gram
permilimeter (10 gram/desiliter) untuk wanita hamil.
Penelitian yang dilakukan oleh (Purwaningtyas &
Prameswari, 2017) menyatakan bahwa salah satu
factor terjadinya anemia dalam kehamilan adalah
status gizi ibu hamil. Kekurangan gizi tentu saja
akan menyebabkan akibat yang buruk bagi ibu
dan janin. Kekurangan gizi dapat menyebabkan
ibu menderita anemia, suplai darah yang
mengantarkan oksigen dan makanan pada janin
akan terhambat, sehingga janin akan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh
karena itu pemantauan gizi ibu hamil sangatlah
penting dilakukan.
(d) Sistem pernapasan
Asma
Wanita yang memilik riwayat asma berat sebelum
hamil terbukti akan terus mengalaminya dan
menjadi semakin buruk selama masa hamil. Asma
dihubungkan dengan peningkatan angka kematian
perinatal, hyperemesis gravidarum, pelahiran
preterm, hipertensi kronis, preeklamsia, bayi berat
lahir rendah dan perdarahan pervaginam.
TBC
Pada kehamilan dengan infeksi TBC resiko
prematuritas, IUGR, dan berat badan lahir setelah
rendah meningkat, serta resiko kematian perinatal
meningkat 6 x lipat. Keadaan ini terjadi akibat
diagnosa yang terlambat, pengobatan yang tidak
teratur dan derajat keparahan lesi di paru. Infeksi
TBC dapat menginfeksi janin yang dapat
menyebabkan tuberculosis conginetal.
(e) Sistem endokrin
Diabetes Melitus
Factor resiko utama diabetes maternal ini adalah
berat badan berlebih, peningkatan berat badan dan
kurangnya aktivitas fisik. Jelas hal ini menjadi
pertimbangan bagi semua bidan dalam
menganjurkan pola hidup sehat kepada wanita.
Diabetes juga merupakan permasalahan yang terus
meningkat pada wanita usia subur. Oleh sebab itu
penapisan diabetes harus dilakukan pada semua
wanita hamil.
Diabetes dapat memberikan penyulit pada ibu
berupa preeklamsia, polihidramnion, infeksi saluran
kemih, persalinan seksio sesaria, trauma persalinan
akibat bayi besar. Bagi bayi dapat menimbulkan
makrosomia, hambatan pertumbuhan janin, cacat
bawaan, hipoglikemia, hipokalsemia,
hipomagnesemia, hiperbilirubinemia, asfiksia
perinatal, dan sindrom gawat nafas neonatal
(Prawirohardjo, 2018).
Hipertiroid
Hipertiroid dalam kehamilan pada umunya
disebabkan oleh penyakit Grave (struma difusa
toksika). Insidensi penyakit Grave dalam kehamilan
diatas 20 minggu adalah 2%. Penyebab terbanyak
lainnya adalah struma multinodosa, tetapi kelainan
ini hanya terjadi pada golongan usia diatas 40 tahun.
Hipertiroid dalam kehamilan menyebabkan resiko
abortus dan janin mati dalam rahim 3 kali dari
kehamilan normal. (Prawirohardjo, 2018). Penelitan
yang dilakukan oleh (Suparman, 2021) menyatakan
bahwa Hipertiroid dalam kehamilan yang tidak
dikendalikan dengan baik dikaitkan dengan insidensi
preeklampsia yang lebih tinggi, gagal jantung, krisis
tiroid, dan hasil perinatal yang buruk. Hasil perinatal
yang buruk berupa persalinan prematur, berat badan
lahir rendah (BBLR), IUGR, stillbirth, hydrops
fetalis, hipotiroidism, dan goiter.
Hepatitis B
Kehamilan tidak akan memperberat infeksi virus
hepatitis, akan tetapi jika terjadi infeksi akut pada
kehamilan bisa menimbukan mortalitas tinggi pada
ibu dan bayi.
(f) Sistem urogenital
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih merupakan komplikasi medic
utama pada wanita hamil. Sekitar 15% wanita,
mengalami paling sedikit satu kali serangan akut
infeksi saluran kemih selamaa hidupnya. Akibat
infeksi inin dapat mengakibatkan masalah pada ibu
dan jnain. ISK berkaitan dengan kejadian anemia,
hipertensi, kelahiran premature dan BBLR
(Prawirohardjo, 2018).
(g) Sistem reproduksi
Kista ovarium
Kista ovarim dalam kehamilan dapat menyebabkan
nyeri perut oleh karena putaran tangkai, pecah atau
perdarahan (Prawirohardjo, 2018).
2. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat mengenai ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara
perempuan pasien, dituliskan tentang umur, keadaan
kesehatan masing-masing bila masih hidup, atau umur waktu
meninggal dan sebabnya. Tuliskan hal-hal yang berhubungan
dengan peranan keturunan atau kontak diantara keluarga. Ada
atau tidaknya penyakit spesifik dalam keluarga, misalnya
jantung, hipertensi, diabetes dan sebagainya. (Kemenkes RI,
2017)
5) Riwayat Obstetrik
Menurut Sulistyawati (2013) riwayat obstetri meliputi :
Riwayat Haid
o Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi.
Wanita Indonesia umumnya mengalami menarche sekitar
usia 12 tahun sampai 16 tahun.
o Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang
dialami dengan menstruasi berikutnya,dalam hitungan
hari.Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.
o Volume
Jawaban yag diberikan oleh pasien biasanya bersifat
subjektif, namun kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan
beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa kali
mengganti pembalut dalam sehari.
o Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan
ketika mengalami menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit
kepala sampai pingsan atau jumlah darah yang banyak.
6) Riwayat Kehamilan Sekarang
a) Status paritas
Paritas menunjukkan jumlah kehamilan yang pernah dialami
dan memberikan pengalaman ibu dalam menghadapi
kehamilan. (Sari Priyanti, 2020)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ardhiyanti & Susanti,
2016) menyatakan bahwa 35,4 persen dengan paritas
berisiko (>3) mengalami persalinan lama, sedangkan pada
kelompok kontrol sebanyak 20,8 persen dengan paritas
berisiko mengalami persalinan lama. Paritas berisiko
dapat menyebabkan terjadinya persalinan lama dikarenakan
otot–otot rahim pada ibu yang sering melahirkan sudah
melemah sehingga bisa mengakibatkan lamanya proses
persalinan.
b) Hari pertama haid terakhir (HPHT)
Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu/9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Usia
kehamilan dan tafsiran persalinan (rumus neagle : tanggal
HPHT ditambah 7, bulan dikurang 3). (Marmi, 2014)
c) Taksiran persalinan
Untuk menentukan taksiran persalinan dengan memakai
rumus neagele. Rumus neagele dihitung berdasarkan asumsi
bahwa usia kehamilan normal adalah 266 hari sejak ovulasi
(38 minggu/ 9 bulan 7 hari). (Khairoh & Arka, 2019)
d) Usia Kehamilan
Usia kehamilan cukup bulan yaitu pada usia kehamilan 37-42
minggu. (Marmi, 2014)
Penelitian yang dilakukan oleh (Jumhati & Novianti, 2018)
didapatkan bahwa faktor umur kehamilan mempengaruhi
kejadian BBLR karena semakin kurang sempurna
pertumbuhan organ-organ tubuhnya, sehingga dapat
mempengaruhi berat badan ketika lahir. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa umur kehamilan merupakan faktor yang
penyebab terjadinya BBLR.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mengatakan
(Ratnawati & Yusnawati, 2016) Ada hubungan kehamilan
serotinus dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Tahun2016.
Dimana usia kehamilannya telah mencapai 42 minggu
lengkap atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi
yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin
yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan
ataupun nifas.
e) Gerakan janin
Gerakan janin pertama kali ditanyakan untuk mengetahui
gerak janin yang pertama kali dirasakan ibu pada usia
kehamilan berapa dan mengetahui maslaah yang mungkin
terjadi pada janin.
f) Kekhawatiran
Melakukan pengkajian terhadap keluhan yang idrasakan
selama hamil agar dapat diberikan penatalaksanaan untik
mengurangi keluhan dan mencegah agar keluhan tidak
sampai menjadi komplikasi. (Khairoh & Arka, 2019)
g) Riwayat ANC
Riwayat ANC perlu dikaji apakah ibu sudah memenuhi
standar kunjungan ANC atau belum. Selama kehamilan
setidaknya ibu sudah melakukan ANC 4 kali yang dibagi
menjadi 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, 2 kali
pada trimester III. (Widatiningsih, 2017)
h) Status imunisasi TT
Pemberian imunisasi tetanus toksoid untuk mencegah
terjadinya tetanus neonatorum. Ibu hamil skrining status
imunisasi TT pada saat kontak pertama ANC. Pemberian
disesuaikan dengan status imunisasi ibu, jika belum pernah
atau ragu mendapat imunisasi diberikan sebanyak 2 kali
dengan interval pemberian minimal 1 bulan, jika pernah
mendapatkan imunisasi sebanyak 2 kali pemberian pada
kehamilan sebelumnya atau pada saat calon pengantin, maka
hanya diberikan 1 kali. (Khairoh & Arka, 2019)
Jadwal Pemberian Suntikan TT
Antigen Interval Lama
(selang waktu minimal) perlindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal pertama -
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun
7) Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi selama hamil untuk mengetahui
paparan penyakit yang dialami selama/sejak hamil untuk
mengetahui efek yang dapat ditimbulkan dari masalah tersebut
pada kehamilan. (Khairoh & Arka, 2019)
8) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
a) Kehamilan, adakah gangguan seperti perdarahan, muntah
yang sangat (sering), toxaemia gravidarum.
b) Persalinan, spontan atau buatan, aterm atau prematur,
perdarahan, ditolong oleh siapa (bidan, dokter).
c) Nifas,adakah panas atau perdarahan, bagaimana laktasi.
d) Anak, jenis kelamin, hidup atau tidak, kalau meninggal
umur berapa dan sebabnya meninggal, berat badan waktu
lahir.
9) Riwayat KB
Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi hormonal
dapat mempengaruhi tanggal perkiraan lahir, karena penggunaan
metode lain dapat membantu menanggali kehamilan. (Marmi,
2017). Riwayat keluarga berencana dikaji lebih awal agar pasien
mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai pilihan
beberapa alat kontrasepsi.Memberikan Penjelasan mengenai alat
kontrasepsi tertensu yang sesuai dengan kondisi dan keinginan
pasien (Sulistyawati, 2012)
Nadi
Denyut nadi orang dewasa 60-80 kali permenit. Frekuensi
yang mencolok selama kontraksi uterus sedikit lebih tinggi
dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama
persalinan. (Marmi, 2014)
Suhu
Suhu tubuh normal adalah 36-37,50C. Suhu sedikit meningkat
selama persalinan, tertinggi selama dan segera setelah
melahirkan. Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-10C
adalah normal yang mencerminkan peningkatan metabolisme
selama persalinan. (Marmi, 2014)
Respirasi
Wanita hamil bernapas lebih cepat dan lebih dalam karena
memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk
dirinya. (Widatiningsih, 2017)
b) Status Present
Menurut Khairoh & Arka (2019) pemeriksaan tidak hanya
dilakukan secara pandang tetapi sekaligus dengan rabaan,
pemeriksaan diawali dari:
(1) Wajah
Perhatikan adanya pembengkakan pada wajah. Apabila
terdapat pembengkakan atau edemadi wajah, perhatikan
juga adanya pembengkakan pada tanga dan kaki, apabila
ditekan menggunakan jari akan berbekas cekungan yang
lambat kembali seperti semula. Apabila bengkak terjadi
pada wajah, tangan dan kaki merupakan pertanda
terjadinya pre eklampsia.
(2) Mata
Periksa perubahan warna konjungtiva mata. Konjungtiva
yang pucat menandakan ibu menderita anemia sehingga
harus dilakukan penanganan lebih lanjut. Pada
pemeriksaan mata juga lihat warna sclera, apabila sclera
berwarna kekuningan curigai bahwa ibu memliliki riwayat
penyakit hepatitis.
(3) Mulut dan gigi
Ibu hamil mengalami perubahan hormone baik itu
progesterone maupun estrogen. Dampak dari perubahan
hormone kehamilan itu dapat mempengaruhi kesehatan
mulut dan gigi.
(4) Leher
Periksa adanya pembengkakan pada leher yang biasanya
disebabkan oleh pembengkakan kelenjar tiroid dan apabila
ada pembesarab pada vena jugularis curigai bahwa ibu
memiliki penyakit jantung.
(5) Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas meliputi pemeriksaan tangan dan
kaki untuk mengetahui adanya pembengkakan/edema
sebagai indikasi dari preeklamsia.
(6) Payudara
Perhatikan kesimetrisan bentuk payudara, bentuk putting
payudara menonjol atau mendatar, apabila putting
payudara mendatar, berikan ibu konseling melakukan
perawatan payudara agar puing payudara menonjol.
Kemudian perhatikan adanya bekas operasi dan lakukan
palpasi untuk mengetahui adanya benjolan yang abnormal
dan nyeri tekan dimulai dari daerah axilla sampai seluruh
bagian payudara. Periksa adanya pengeluaran
colostrum/cairan lain. Pemeriksaan payudara ini bertujuan
untuk mempersiapkan ibu dalam menyusui bayi.
(7) Abdomen
Pembesaran abdomen yang tidak sesuai usia kehamilan
ialah faktor resiko terjadinya kehamilan dengan mola
hidatidosa, kehamilan kembar, polihidramnion
c) Status Obstetrik
Inspeksi
(1) Muka
Kloasmagravidarum, keadaan selaput mata pucat atau
merah, adakah oedema pada muka, bagaimana keadaan
lidah, gigi.
(2) Leher
Apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyalit
jantung), apakah kelenjar gondok membesar atau kelenjar
limfe membengkak.
(3) Dada
Bentuk payudara, pigmentasi putting susu, dan gelanggang
susu, keadaan putting susu, adakah colostrum.
(4) Perut
Perut membesar ke depan atau ke samping (pada ascites
misalnya membesar ke samping), keadaan pusat,
pigmentasi di linea alba, nampakkan gerakan anak atau
striae gravidarum atau bekas luka.
(5) Vulva
Tidak ada varises, flour albus, tidak ada perdarahan.
(Marmi, 2014)
Palpasi
Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa potensial atau masalah potensial yang
mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini
membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu
mengamati dan bersiap-siap bila hal tersebut benar-benar terjadi.
Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini.
d. Pelaksanaan
Tanggal : Jam :
2) Vital Sign
a) Suhu badan
Pada hari ke-4 postpartum, suhu badan akan naik
disebabkan karena pembentukan ASI. Kemungkinan
payudara membengkak, maupun infeksi pada
endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem
lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38 derajat waspada
terhadap infeksi post partum.
b) Nadi
Denyut nadi normal 60-80x/menit. Denyut nadi yang
melebihi 100 kali per menit waspada kemungkinan infeksi
atau perdarahan post partum.
c) Pernafasan
Pernafasan pada ibu post partum umumnya pernafasan
lambat atau normal, hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
d) Tekanan darah
Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah
biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi
lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post
partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsi post
partum.
3) Pemeriksaan Fisik
Data fokus untuk pemeriksaan status present nifas 6 hari
adalah :
a) Mata
Keadaan konjungtiva merah muda, sklera tidak pucat,
dan tidak ada bengkak pada kelopak mata.
b) Abdomen
Dikaji apakah ada diastasis rekti. Diastasis rekti adalah
pemisahan otot rektus abdominalis lebih dari 2,5 cm pada
tepat setinggi umbilicus sebagai akibat pengaruh hormone
terhadap linea alba serta perenggangan mekanis dinding
abdomen.
c) Ekstremitas
Atas dan bawah : edema, kekakuan otot dan sendi ada
atau tidak, kemerahan, varises. Selama masa nifas, dapat
terbentuk thrombus sementara pada vena manapun di
pelvis yang mengalami dilatasi. Rasa sakit, merah, lunak
dan adanya pembengkakan pada kaki merupakan tanda
terjadinya Thrombopeblitis.
4). Pemeriksaan Obstetri
a) Mamae
Keluar ASI yang disebut dengan ASI peralihan yang
keluar sejak hari ke-4 s/d ke-10. Dimana volumenya
bertambah banyak, kadar immunoglobin dan protein
menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
Lalu dikaji pula apakah payudara simetris, puting susu
menonjol, tidak nyeri dan lecet pada puting, Tidak ada
pembengkakan.
b) Abdomen
Pada minggu pertama atau 7 hari postpartum TFU di
pertengahan pusat dan simfisis.
c) Genetalia
Pada hari ke 3 sampai hari ke 7 post partum, lochea
yang dikeluarkan berwarna merah kecoklatan dan lendir
putih (lochea sanguinolenta).
P Tanggal : Jam :
P Tanggal : Jam :
Tes mata pada bayi baru lahir berfungsi untuk deteksi dini
ganguan mata yang bisa mengganggu penglihatan bayi. Khusus
untuk bayi prematur kurang dari 34 minggu atau berat badan
kurang dari 1.500 gram, standar kedokteran di Indonesia
mensayaratkan pemeriksaan mata deteksi ROP (Retinophaty of
Prematurity). Kelainan retina ini berpotensi menyebabkan
kebutaan. Insiden ROP pada bayi laki-laki sedikit lebih tinggi
daripada bayi perempuan. Lewat skrining ini, diharapkan ROP
dapat terdeteksi sedini mungkin sehingga dapat diterapi secara
optimal. (https://www.ayahbunda.co.id/bayi-gizi-kesehatan/-
pemeriksaan-mata-bayi-baru-lahir- diakses 5 September 2022)
(6)Leher
Periksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika
terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan
tulang leher.
(7) Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila
tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pnemotoraks,
paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernafasan yang
normal dinding dada abdomen bergerak secara bersamaan. Pada
bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan
tampak simetris, payudara dapat tampak membesar tapi ini
normal.
(8) Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara
bersamaan dengan gerakan dada saat bernafas. Jika perut sangat
cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika. Perut
membuncit kemungkinan terdapat splenomegali atau tumor.
Perut kembung kemungkinan terjadi enterokolitis vesikalis atau
omfalokel.
Perawatan tali pusat dilakukan dengan tidak membubuhkan
apapun pada tali pusat atau dengan cara perawatan kering
terbuka, dan bisa juga dengan mengoleskan ASI dan dibiarkan
terbuka (Arfiana dan Arum, 2016 ;h.7)
Hasil penelitian yang dilakukan Reni et al (2018),
menunjukkan bahwa dari 40 responden kelompok kontrol
terdapat 38 responden (95%) dengan lama pelepasan tali
pusatnya berkisar antara 1-7 hari dan 2 responden (5%) dengan
lama pelepasan tali pusat >7 hari. Rerata waktu lepas tali pusat
bayi yang dirawat dengan perawatan terbuka lebih cepat yaitu
5.43 hari.
(9) Genital
a. Perempuan
Pada bayi cukup bulan, labia mayor menutupi labia
minor. Terkadang tampak sekret yang berdarah dari vagina,
hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl
bedding).
b. Laki-laki
Periksa posisi lubang uretra. Skrotum harus dipalpasi
untuk memastikan jumlah testis ada dua.
(10) Punggung
Melihat adanya pembengkakan, cekungan atau lubang,
meraba adanya spina bifida atau massa abnormal. (Arfiana dan
Lusiana A., 2016;h. 7)
(11) Anus
Perlu dikaji apakah anus berlubang atau tidak, jika bayi
sudah BAB tidak perlu dilakukan colok dubur. (Arfiana dan
Lusiana A., 2016;h. 7)
(12) Ekstremitas
(a) Atas
Kedua lengan harus sama panjang dan kedua lengan
harus bergerak. Jika gerakan kurang kemungkinan adanya
kerusakan neurologis atau fraktur.Telapak tangan harus
dapat terbuka, garis tengah yang hanya satu buah berkaitan
dengan abnormalitas kromosom seperti trisomi 21.
(b) Bawah
Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kurangnya
gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur,
kerusakan neurologis.
(13) Kulit
Adanya verniks kaseosa pembengkakan atau bercak hitam,
tanda lahir/ tanda mongol.
(14) Refleks
(a) Reflek Rooting (mencari)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.
(b) Reflek Sucking dan Swallowing
Benda menyentuh bibir disertai reflek menelan.
Tekanan pada mulut bayi pada langit bagian dalam gusi atas
timbul isapan yang kuat dan cepat.
(c) Reflek Moro
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila
kepala tiba-tiba digerakkanatau dikejutkan dengan cara
bertepuk tangan.
(d) Reflek Grasp
Dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan
dengan gentle, normalnya bayi akan menggenggam denagn
kuat.
(e) Reflek Tonic Neck
Ekstremitaas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan
akan ekstensi dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi
bila kepala bayi ditolehkan ke satu sisi selagi istirahat.
Respon ini dapat tidak ada atau tidak lengkap segera setelah
lahir.
(f) Reflek Babinski
Gores telapak kaki dimulai dari tumit, gores sisi lateral
telapak kaki kearah atas kemudian gerakan jari sepanjang
telapak kaki. Bayi akan menunjukkan respon berupa semua
jari kaki hyperekstensi dan ibu jari dorsifleksi.
4) Assesment
Diagnosa kebidanan yang dituliskan adalah sebagai berikut :
Bayi Baru Lahir Ny.X usia 6 jam fisiologis.
Masalah :
Masalah pada BBL berupa penyakit yang lazim terjadiseperti bercak
mongolia, hemangioma, ikterus fisiologis, muntah, gumoh, oral trush,
diaper rash, sebhorrea, infeksi, miliariasis, furunkel dan diare.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Herawati &
Indriati, 2017) didapatkan sebagian besar bayi baru lahir tidak
mengalami ikterus yaitu sebanyak 80.44% dan sisanya mengalami
ikterus yaitu sebanyak 19.56%. Ikterus neonatorum merupakan suatu
keadaan dimana kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang mempunyai
potensi menimbulkan kern-ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan
baik. Sebagian besar ikterus neonatorum ini proses terjadinya
mempunyai dasar patologis.
Diagnosa Potensial :
Ikterus berat penyebab ensepalopati bilirubin/kernikterus dan bayi
yang menderita kernikterus akan mengalami gangguan tumbuh
kembang. Kernikterus dapat dicegah dengan manajemen menyusui
yang optimal.
5) Pelaksanaan
Penatalaksanaan untuk bayi baru lahir usia 6 jam yaitu:
a) Melanjutkan pengamatan pernafasan, warna, dan aktivitas.
b) Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus tubuh bayi
dengan kain kering hangat dan menutup kepala bayi. Serta
menghindari memandikan bayi minimal sampai 6 jam dan hanya
jika tidak terdapat masalah medis serta suhu tubuh bayi 36, 50 C
atau lebih.
c) Memastikan bayi telah mendapatkan Vitamin K1 setelah IMD serta
Imunisasi Hepatitis B selang 1-2 jam setelah pemberian Vitamin
K1.
d) Melakukan perawatan tali pusat dengan cara membiarkan tali pusat
tetap terbuka, mengering, dan hanya dibersihkan setiap hari
dengan air bersih agar tidak terjadi peningkatan kelembapan pada
kulit bayi. Jika perlu tutup dengan menggunakan kasa steril.
e) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi,
yaitu setiap 2-3 jam dan pada payudara kanan dan kiri secara
bergantian sampai payudara terasa kosong.
f) Menerapkan sistem Rooming in atau Rawat Gabung yaitu dengan
menempatkan bayi selalu di dekat ibu secara satu ruang terus-
menerus selama 24 jam apabila tidak ada kontra indikasi pada ibu
serta bayi. Jika ibu dan bayi berdekatan, maka kontak antara ibu
dan bayi akan lebih sering, ibu dapat melakukan perawatan
langsung dan menyusui bayinya setiap saat sesuai kebutuhan bayi
sehingga membantu proses involusio uteri , mencegah bayi
hipotermi karna kontak skin to skin serta dapat berfungsi untuk
kontasepsi bagi ibu (MAL). (Arfiana dan Lusiana A., 2016)
g) Memulangkan bayi apabila tak dijumpai kelainan.
Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya dipulangkan
minimal 24 jam setelah lahir apabila selama pengawasan tidak
dijumpai kelainan. Sedangkan pada bayi yang lahir di rumah bayi
dianggap dipulangkan pada saat petugas kesehatan meninggalkan
tempat persalinan. Pada bayi yang lahir normal dan tanpa masalah
petugas kesehatan meninggalkan tempat persalinan paling cepat 2
jam setelah lahir.( Kemenkes RI No 53, 2014; h.26)
Adam, A., Bagu, A. A., & Sari, N. P. (2016). Pemberian Inisiasi Menyusu Dini Pada
Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Manarang, 2(2).
Arfiana, & Lusiana, A. (2016). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Transmedika.
Alatas Haidar. (2019). Hipertensi Pada Kehamilan. Herb Medicine Journal, 2, 4005–
4008.
Ardhiyanti, Y., & Susanti, S. (2016). Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian
Persalinan Lama di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Kesehatan
Komunitas, 3(2), 83–87. https://doi.org/10.25311/keskom.vol3.iss2.108
Asih, Y., & Risneni. (2016). Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan (Pertama). Trans
Info Media.
Dwi, A., & Clevero, C. (2016). Asuhan Persalinan Normal. Nuha Medika.
Elba, F., & Putri, V. R. (2019). Gambaran Kebiasaan Ibu Hamil Dalam Mengatasi
Ketidaknyamanan Selama Kehamilan di RSUd R. Syamsudin, SH. Jurnal
Kesehatan Ilmiah Indonesia, 4(2), 22–28.
Fitriani, L. (2018). No Title. 4(2).
Fitriana Yuni dan Nurwiandani Widy. (2020). Asuhan Persalianan Konsep Persaliana
Secara Komprehensif dalam Asuhan Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.
Fortuna, Dewi, RR dan Ika Y. (2018). Waktu Pemberian ASI dan Kejadian Ikterus
Neonatorum. Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia (JIKI), 4 (1), 43-52.
Hartinah, D., Karyati, S., & Rokhani, S. (2019). Hubungan Pola Aktivitas Fisik
Dengan Konstipasi Pada Ibu Hamil Trimester III Di Puskesmas Gribig
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2017. Jurnal Ilmu Keperawatan
Dan Kebidanan, 10(2), 350. https://doi.org/10.26751/jikk.v10i2.651
Handayani, E., & Pujiastuti, W. (2016). Asuhan Holistik Masa Nifas dan Menyusui.
Transmedika.
Herawati, Y., & Indriati, M. (2017). Pengaruh Pemberian Asi Awal Terhadap
Kejadian Ikterus Pada Bayi Baru Lahir 0-7 Hari. Jurnal Kebidanan, 3(01),
67–72.
Hutagaol, H. S., Darwin, E., & Yantri, E. (2014). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) terhadap Suhu dan Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir. Jurnal
Kesehatan Andalas, 3(3), 332–338.
https://www.ayahbunda.co.id/bayi-gizi-kesehatan/-pemeriksaan-mata-bayi-baru-
lahir- (diakses 5 September 2022)
http://rsjakarta.co.id/kapan-waktu-yang-disarankan-untuk-melakukan-pemeriksaan-
mata-pada-anak/ (diakses 5 September 2022)
Indrayani dan Moundy Emma Unaria Djami.(2020). asuhan persalinan dan bayi baru
lahir. Jakarta: CV.Trans info media
Jannah, N. (2013). Konsep Kebidanan. Ar Ruzz Media.
JNPK-KR. (2017). Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Depkes RI.
Khairoh, K. U., & Arka, R. dan M. (2019). Asuhan Kebidanan Kehamilan. CV.Jakad
Publishing Surabaya.
Khoiriah, A. (2017). Hubungan Antara Usia Ibu dan Paritas Ibu Bersalin dengan
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Di RS. Siti Khadijah Palembang. Jurnal
Kesehatan, 8(2), 310–314. http://dx.doi.org/10.35842/jkry.v5i2.201
Lestari, E. S. (2021). HUBUNGAN ASI EKSKLUSIF DAN BBLR
DALAMPERTUMBUHAN BAYI USIA 1-2 TAHUN. Akademi
Keperawatan RS Dustira Cimahi Jawa Barat,Indonesia, 3(1), 80–96.
Marmi. (2011). Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Pustaka Pelajar.
Marmi. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Pustaka
Pelajar.
Marmi. (2016). Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Pustaka Pelajar.
Marmi. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Pustaka Pelajar.
Muhihi, A., Sudfeld, C. R., Smith, E. R., Noor, R. A., Mshamu, S., Briegleb, C.,
Bakari, M., Masanja, H., Fawzi, W., & Chan, G. J. Y. (2016). Risk factors for
small-for-gestational-age and preterm births among 19,269 Tanzanian
newborns. BMC Pregnancy and Childbirth, 16(1), 1–12.
https://doi.org/10.1186/s12884-016-0900-5
National Sleep Foundation. (2020). Insomnia.
Purwaningtyas, M. L., & Prameswari, G. N. (2017). Faktor Kejadian Anemia pada
Ibu Hamil. Higeia Journal of Public Health Research and Development, 1(3),
84–94.
Prawirohardjo, S. (2018). Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
RI, K. (2017). Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil. Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Rukiyah, A. Y. (2013). Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Trans Info Media.
Ryanti Dewi Fortuna, R., Yudianti, I., & Mardiyanti Poltekkes Kemenkes Malang Jl
Besar Ijen No, T. (2018). Waktu Pemberian ASI dan Kejadian Ikterus
Neonatorum eISSN 2615-5516. Mei, 4(1), 43–52.
Sari, D. P. (2018). Perhitungan Usia Kehamilan Berdasarkan Pengukuran Tinggi
Fundus Uteri dengan Hari Pertama Haid Terakhir di BPS Farida Yuliani Desa
Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto. Biomedika, 11(2), 113–
117. https://doi.org/10.31001/biomedika.v11i2.402
Sari, D. P., St, S., Rufaida, Z., Bd, S. K., Sc, M., Wardini, S., Lestari, P., St, S., &
Kes, M. (2018). Nyeri persalinan. Stikes Majapahit Mojokerto, 1–117.
Sari Priyanti, Dian Irawati, & Agustin Dwi Syalfina. (2020). Frekuensi Dan Faktor
Risiko Kunjungan Antenatal Care. Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal
of Midwifery), 6(1), 1–9. https://doi.org/10.33023/jikeb.v6i1.564
Sembiring, L. P. (2017). Konstipasi pada Kehamilan. Jurnal Ilmu Kedokteran, 9(1),
7. https://doi.org/10.26891/jik.v9i1.2015.7-10
Sondakh, J. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir (Erlangga
(ed.)).
Sukorini, M. U. (2017). HUBUNGAN GANGGUAN KENYAMANAN FISIK DAN
PENYAKIT DENGAN KUALITAS TIDUR IBU HAMIL TRIMESTER III. Te
Indonesian Journal of Public Health, 12(1), 1–12.
Suparman, E. (2021). Hipertiroid dalam kehamilan. 9(28), 1–36.
Syarif, A. B., Santoso, S., & Widyasih, H. (2017). Usia Ibu dan Kejadian Persalinan
Preterm. Jurnal Kesehatan Ibu Dan Anak, 11(2), 20–24.
https://doi.org/10.29238/kia.v11i2.35
Walyani, E. S. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru lahir. Pustaka
Baru Press.
Widatiningsih, S. dan Dewi, C. H. T. (2017). Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan.
Trans Medika.
Yuliani, D. R. (2021). Asuhan Kehamilan. Yayasan Kita Menulis.