Anda di halaman 1dari 188

STAGE

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

NAMA MAHASISWA :

NIM :

RUANG :

TANGGAL PRAKTIK :

PEMBIMBING :

BERKAS YANG DIKUMPULKAN :

HARI TANGGAL PENYERAHAN :

PENERIMA :
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kaus “Asuhan Kebidanan COC”. Telah disahkan dan disetujui untuk memenuhi
Laporan Praktek Komunitas di Puskesmas

Pembimbing Institusi

Ribkha Itha Idhayanti, S.Pd. M.Kes.


TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI MEDIS


1. Konsep Kehamilan Fisiologis
a. Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan proses reproduksi normal dan alamiah semua perlu
perawatan agar ibu dan janin tetap dalam keadaan sehat. Kehamilan akan
menghadapi berbagai permasalahan yang dapat menganggu proses persalinan
dikelempokkan kehamilan resiko tinggi. Apabila setiap abnormalitas dicurigai
berdasarkan atas riwayat atau pemeriksaan fisik, maka pasien dirujuk
kepemeriksa dengan keahlian dalam ultrasonografi. Beberapa indikasi untuk
USG yaitu evaluasi pertumbuhan janin, perdarahan atepartum, deteksi dini
abnormalitas janin tertentu (letak, posisi, dan presentasi janin).
(Wahyuningsih,2020)
1) Pengertian Trimester I
Kehamilan merupakan hasil pembuahan sel telur dariperempuan dan sperma
dari laki-laki, sel telur akan bisa hidup selama maksimal 48 jam, spermatozoa
sel yang sangat kecil dengan ekor yang panjang bergerak memungkinkan untuk
dapat menembus sel telur(konsepsi), sel-sel benih ini akan dapat bertahan
kemampuan fertilisasinya selama 2-4 hari, proses selanjutnya akan terjadi
nidasi, jika nidasi ini terjadi,barulah disebut adanya kehamilan. Pada umumnya
nidasi ini terjadi di dinding depan atau belakang rahim dekat pada fundus uteri,
semakin hari akan mengalami peertumbuhan, jika kehamilan berjalan secara
normal semakin membesar dan kehamilan akan mencapai aterm (genap bulan)
(Sunarti, 2013).

Masa ini disebut juga masa organogenesis, dimana dimulainya


perkembangan organ-organ janin.Apabila terjadi cacat pada bayi nantinya pada
masa inilah penentuannya.Jadi masa ini ibu sangat membutuhkan cukup asupan
nutrisi dan juga perlindungan dari trauma.Pada masa ini uterus mengalami
trauma.Pada masa ini uterus mengalami perkembangan pesat untuk mempersiapkan
plasenta dan pertumbuhan janin.Selain itu juga mengalami perubahan adaptasi
dalam psikologisnya.Dimana ibu ingin lebih diperhatikan.Emosi ibu labil.Ini akibat
pengaruh adaptasi tubuh terhadap kehamilannya (Marmi, 2017).
1. Tanda Gejala
Menurut (Fitriana & sutanto Vita, 2017) tanda dan gejala kehamilan antara lain:
a. Tanda dan Gejala Kehamilan Pasti
1) Ibu merasakan gerakan kuat bayi di dalam perutnya.
2) Bayi dapat dirasakan di dalam Rahim.
3) Denyut jantung bayi dapat didengar.
4) Tes kehamilan medis menunjukkan bahwa ibu hamil.
b. Tanda dan gejala kehamilan tidak pasti
1. Ibu tidak menstruasi
Hal ini seringkali menjadi tanda pertama kehamilan.Jika ini terjadi, ada
kemungkinan ibu hamil, sebab terhentinya haid adalah pertanda dibuahinya
sel telur oleh sperma.Kemungkinan pemyebab tanda ini tanda ini adalah gizi
buruk, masalah emosi, menopause (berhenti haid) atau karena makan obat-
obatan seperti Primolut N, norethisteron, lutenil atau pil kontrasepsi.
2. Mual atau ingin muntah
Banyak ibu hamil merasa mual di pagi hari (sehingga rasa mual itu disebut
“morning sickness”), namun ada beberapa ibu yang mual sepanjang
hari.Mual umum terjadi pada tiga bulan pertama kehamilan.

3. Patofiologi Kehamilan
a. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi
dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung seperti uraian dibawah
ini. Keseluruhan proses tersebut merupakan matarantai fertilisasi atau konsepsi
(Manuaba, 2012)
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata,
yang engandung persediaan nutrisi
2) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase ditengah sitoplasma yang
disebut vitelus
3) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona pelusida
4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, yang mempunyai silia. Ovum
mempunyai waktu hidup terlama di dalam ampula tuba
5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. Spermtozoa
menyebar, masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri. Pada
kavum uteri, terjadi proses kapitalisasi, yaitu pelepasan lipoprotein dari
sperma sehingga mampu mengadakan fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan
perjalanan menuju tuba falopi. Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang
telah siap dibuahi serta mengikis korona radiata dan zona pelusida dengan
proses enzimatik hialuronidase. Melalui stomata spermatozoa masuk ke
dalam ovum, ekornya lepas dan tertinggal diluar. Kedua inti ovum dan inti
spermatozoa bertemu dengan membentuk zigot (Manuaba, 2012)
b. Fertilisasi
1) Fertilisasi berlangsung di ampula tuba (Jannah, 2012:56)
2) Apabila sebuah sperma berhasil menembus membran yang mengelilingi
ovum, baik sperma maupun ovum akan berada dalam membran dan membran
tidak lagi dapat ditembus oleh sperma lain disebut reaksi sona (Jannah,
2012 :56)
3) Pembelahan meosis kedua oosit selesai dan nucleus ovum menjadi
pronukleus ovum, kemudian kepala sperma membesar dan menjadi
pronukleus pria sedangkan ekornya berdegenerasi (Jannah, 2012:56)
4) Nucleus-nukleus akan menyatu dan kromosom bergabung sehingga dicapai
jumlah yang diploid (46), dengan demikian konsepsi berlangsung sehingga
terbentuklah zigot (Jannah, 2012 :57)
5) Replikasi sel mitosis yang disebut pembelahan yaitu dari zigot blastomer
 morula blastomer  blastosis.
6) Pembentukan blastosis menandai diferensiasi utama pertama embrio (Jannah,
2012 :57)
7) Morula terdiri atas 16 selberupa bola sel padat yang dihasilkan dalam 3
hari, morula masih dikelilingi oleh lapisan pelindung zona pelusida (Jannah,
2012:57)
c. Nidasi/implantasi
Dengan masuknya iti spermatozoa kedalam sitoplasma,”vitelus” membangkitkan
kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan “metafase”. Proses
pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anafase dan “ telofase” sehingga
pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa dalam keadaan
haploid aling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu dalam
pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita. Pada manusia terdapat
46 kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk autosom sedangkan 2 kromosom
sisanya sebagai pembawa tanda seks, wanita selalu resesif dengan kromosom
seks yaitu X. Laki-laki memiliki dua bentuk kromosom seks yaitu kromosom X
dan Y. Bila spermatozoa kromosom X bertemu sel ovum, terjadi jenis kelamin
wanita sedangkan bila kromosom seks Y bertemu sel ovum, terjadi jenis kelamin
laki-laki. Oleh karena itu pihak wanita tidak dapat disalahkan dengan jenis
kelamin bayinya yang lahir karena yang menentukan jenis kelamin adalah pihak
suami. Setelah pertemuan kadua inti ovum dan spermatozoa, terbentuk zigot
yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan
seterusnya. Berbarengan dengan pembelahan nti, hasil konsepsi terus berjalan
menuju uterus. Hasil pembelahan sel memenuhi eluruh ruangan dalam ovum
yang besarnya 100 MU atau 0,1 mm dan disebut stadium morula. Selama
pembelahan sel dibagian dalam , terjadi pembentukan sl dibagian luar morula
yang kemungkinan berasal dari korona radiata yang menjadi hormon korionik
gonadotropin, yang mempertahankan korpus luteum grvidarum.
Pembelahan berjalan terus dan di dalam morula terbentuk ruangan yang
mengandung cairan yang disebut blastula. Perkembangan dan pertumbuhan
berlangsung, blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas telah
siap untuk mengadakan nidasi. Sementara itu, pada fase sekresi, endometrium
telah makin tebal an makin banyak mengandung glikogen yang disebut desiua.
Sel trofoblas yang meliputi primer vili korealis melakukan destruksi enzimatik-
proteolitik, sehingga dapat menanamkan diri di dalam endometrium. Proses
penanaman blastula yang disebut nidasi atau implantasi terjadi pada hari ke 6
sampai 7 setelah konsepsi. Pada saat tertanamnya blastula kedalam
endometrium, mungkin terjadi perdarahan yang disebut tanda hartman
(Manuaba, 2012)

4. Perubahan Psikologis
Menurut (Marmi, 2017) perubahan dan adaptasi psikologis dalam Masa
Kehamilan Trimester I yaitu:
Trimester pertama sering dianggap sebagai priode penyesuain. Penyesuaian
yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung.
Selama trimester ini wanita menjadi ambivalen.Kurang dari 80% wanita
mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi, dan kesedihan.Akan tetapi
bagi wanita terutama mereka yang telah merencanakan atau telah berusaha keras
untuk hamil, merasa suka cita sekaligus tidak percaya bahwa dirinya telah hamil
dan mencari bukti kehamilan pada setiap jengkal tubuhnya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat periode
syok dan menyangkal kemudian kebingungan dan precupation dengan berbagai
masalah yang diperkirakan sebagai penyebabnya terdiri dari 3 faktor:
1. Persepsi terhadap kehamilan
2. Dukungan situasional
3. Mekanisme koping
Penyesuaian terhadap awal kehamilan, ketika pertama kali mengetahui
dirinya hamil, ia mungkin merasa syok dan menyangkal. Periode awal
ketidakyakinan adalah hal yang umum terjadi seperti:
a. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilannya
b. Merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan
c. Berharap untuk tidak hamil
d. Mencari-cari tanda untuk lebih yakin bahwa dirinya hamil
e. Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda
Hasrat wanita pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita satu
dengan wanita yang lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat
seksual akan tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu terjadinya
penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka
terhadap pasanganya masing-masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan
kasih saying yang besar dan cinta kasih tanpa seks.

5. Perubahan Fisiologis
Menurut (Marmi, 2017) perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis pada ibu
hamil selama kehamilan terjadi adaptasi anatomis, fisiologi dan biokimia yang
mencolok, banyak perubahan ini dimulai segera setelah pembuahan dan berlanjut
selama kehamilan, dan sebagain besar terjadi sebagai respon terhadap rangsangan
fisioligis yang ditimbulkan oleh janin dan plasenta.
Selama kehamilan normal, hamper semua sistem organ mengalami
perubahan dan fungsional. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan.
a. Sistem Reproduksi
1) Aksi Hipotalamus-Hipofisis Ovarium
a) Selama hamil estrogen dan progesterone menekan sekresi FSH dan LH
b) Maturasi folikel, ovulasi, dan menstruasi menjadi terhenti
c) Setelah implamantasi, ovum yang dibuahi dan vili korionik memproduksi
HCG yang mempertahankan korpus luteum untuk produksi estrogen dan
progesteron selama 8-10 minggu I kehamilan sampai plasenta dibentuk
2) Uterus
Terjadi pembesaran uterus yang terjadi akibat:
a) Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah
b) Hyperplasia (produksi serabut otot dan jaringan fibroelastis yang baru)
dan hipertrofi (pembesaran serabut otot dan fibroelastis yang sudah lama)
c) Perkembangan desidua
Pada minggu ke-7 ukuran uterus sebesar telur ayam negeri pada minggu
ke-10 sebesar buah jeruk, minggu ke-12 sebesar grapefruit (2 kali jeruk
biasa). Setelah bulan ketika, pembesaran uterus terutama disebabkan oleh
tekanan mekanis akibat pertumbuhan janin. Kehamilan dapat terlihat
setelah minggu ke-14, namun juga tergantung pada TB dan BB wanita.
Postur juga mempengaruhi tipe dan derajat pembesaran abdomen.
d) Selama minggu-minggu awal kehamilan, aliran darah uterus dan limfe
meningkat mangakibatkan edema dan kongesti panggul. Akibatnya uterus,
serviks, dan istmus melunak secara progresif dan servik menjadi agak
kebiruan (tanda Chadwick)
e) Sekitar minggu ke-7 dan ke-8 terlihat pola perlunakan uterus sebagai
berikut: istmus melunak dan dapat ditekan (tanda Hegar), serviks melunak
(tanda Goodel), dan fundus pada serviks mudah fleksi (tanda McDonald).
Ini semua adalah tanda kehamilan
f) Karena semakin membesar, fundus menekan kandung kemih
menyebabkan wanita mengalami urinary frequency (sering berkemih)
g) Uterus keluar dari rongga panggul dan dapat dipalpasi di atas simfisis
pubis antara minggu ke-12 dan ke-14 sehingga umbilicus pada minggu ke-
20 gestasi dan pada minggu ke -38 sampai ke-40 tinggi fundus turun
karena janin mulai masuk PAP
h) Setelah bulan ke-4 kehamilan, kontraksi uterus dapat dirasakan melalui
dinding abdomen (tanda Braxton-Hicks), yaitu kontraksi tidak teratur yang
tidak menimbulkan nyeri
i) Kontraksi semakin jelas dan kuat setelah minggu ke-28 sampai akhir
kehamilan. Aliran darah cepat seiring pembesaran uterus, pada kehamilan
cukup bulan yang normal, 1/6 volume darah total ibu berada dalam sistem
pendarahan uterus
j) Dengan menggunkan alat ultrasound atau stetoskop janin dapat didengar:
(a) Murmur atau uterine soufflé, suara bunya aliran darah ibu seperti
bergegas menuju plasenta, sinkron dengan nadi ibu, (b) Soufflé funic yang
sinkron dengan frekuensi DJJ dan disebabkan oleh darah janin yang
mengalir melalui plasenta, (c) frekuensi DJJ. Semua bunyi ini adalah tanda
pasti kehamilan.
k) Ballottement, adalah gerakan pasif janin yang belum enganged (teknik
mempalpasi suatu struktur terapung jari pemeriksa dalam vagina
mendorong dengan lembut ke atas, janin terdorong ke atas kemudian turun
kembali dan jari merasakan benturan lunak), dpaat diindentifikasi antara
minggu ke-16 dan ke-18.
l) Karena semakin membesar, fundus menekan kandung kemih
menyebabkan wanita mengalami urinary frequency )sering berkemih)
m)Quickening adalah tanda kemingkinan kehamilan dirasakan sebagai suatu
denyutan dan sulit dibedakan dari peristalsis
n) Friabiltas meningkta, serviks mudah berdarah bila berdarah atau disentu
3) Vagina dan Vulva
a) Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama
persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal, jaringan ikat
yang longgar, hipertrofi otot polos, dan pemanjagan vagina. Peningkatan
vaskularisasi menimbulkan warna ungu kebiruan pada mukosa vagina dan
serviks, disebut tanda Chandwick.
b) Deskuamasi (eksfoliasi) sel-sel vagina yang kaya glikoden terjadi akibat
stimulasi estrogen, sel-sel yang tanggal ini membentuk leukore (rabas
vagina yang kental dan berwarna keputihan, berbau tak enak, tidak gatal
atau mengandung darah)
c) Selama kehamilan pH vagina menjadi lebih basa, dari 4 menjadi 6,5. Hal
ini membuat bumil lebih rentan terhadap infeksi vagina. Diet yang
mengandung gula yang banyak membuat lngkungan vagina menjadi
semakin cocok untuk infeksi jamur
d) Peningkatan vaskularisasi menyebabkan peningkatan sensitivitas yang
dpaat meningkatkan keinginan dan bangkitkan seksual, khususnya pada
trimester II kehamilan
e) Peningkatan kongesti dan relaksasi pembuluh darah dan uterus yang berat
atau timbul edema dan varises vulva, biasanya membaik selama periode
pasca-partum
f) Pada nulipara, kedua labia mayora mendekat dan menutup introitus
vagina pada multipara memisah dan menganga setelah melahirkan. Sisa
robekan hymen terlihat setelah koitus, penggunaan tampon, atau
melahirkan per vaginam.
g) Leukore: deskuamasi sel-sel vagina yang kaya glikogen terjadi akibat
stimulasi estrogen dan progesterone pada serviks
h) Mukosa memenuhi saluran endoserviks membentuk sumbatan mukus,
(operculum) yang bekerja sebagai barrier terhadap infeksi selama masa
hamil
b. Payudara
1) Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat dipayudara
muncul sejak minggu ke-6 gestasi
2) Sensitivitas bervariasi, dari rasa geli ringan sampai nyeri yang tajam
3) Putting susu dan areola menjadi lebih berpigmen, warna merah muda
sekunder pada areola, dan putting susu menjadi lebih erektil
4) Hipertrofi kelenjar sebasea(lemak)yang muncul di areola primer (tuberkel
Montgomery) dapat telihat disekitar putting susu. Kelenjar sebaseaini
berperan protektif sebagai pelumas putting susu
5) Selama trimester I dan II ukuran payudara meningkat progresif. Hormon
luteal dan plasenta meningkatkan proliferasi duktus laktiferus dan jaringan
labulus-alveolar
6) Walaupun perkembangan kelenjar mammae secara fungsional lengkap pada
pertengahan masa hamil, tetapi laktasi terhambat sampai kadar estrogen
menurun, yaitu saat janin dan plasenta lahir
7) Namun pada akhir minggu ke-6 dapat keluar prakolostrum yang cair, jernih,
dan kental. Sekresi ini mengental yang kemudian disebut kolostrum, cairan
sebelum menjadi susu, berwarna krem atau putih kekuningan yang dapat
dikeluarkan selama trimester III
Perubahan mamae selama kehamilan:
Umur kehamilan Perubahan
(minggu)
3-4 minggu Rasa penuh pada payudara
6 minggu Terjadi pembesaran dan sedikit nyeri
8 minggu Pelebaran pembuluh darah vene disekitar
8 minggu mammae
12 minggu Kelenjar Montgomery mulai tampak
16 minggu Penggelapan disekitar areola dan putting
Colostrum sudah mulai keluar

c. Sistem Kardiovaskuler
Hipertrofi atau dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan oleh peningkatan
volume darah dan curah jantung. Karena diagfragma terdorong ke atas, jantung
terangkat ke atas dan berotasi ke depan dan ke kiri. Peningkatan ini juga
menimbulkan perubahan hasil auskultasi yang umum terjadi selama
hamil.Perubahan pada auskultasi mengiringi perubahan ukuran dan posisi
jantung.
1) Tekanan Darah
a) Tekanan darah arteri (arteri brakialis) dipengaruhi oleh usia, posisi ibu,
kecemasan ibu, dan ukuran manset
b) Posisi ibu mempengaruhi hasil karena posisi uterus menghambat aliran
darah vena, dengan demikian curah jantung dan tekanan darah menurun.
TD brakialis tertinggi saat wanita duduk, terendah saat wanita berbaring
(posisi rekumben lateral kiri), pada posisi terlentang berada diantaranya
keduanya
c) Selama pertengahan masa hamil, tekanan sistolik dan diastolic vena iliaka
dan vena kava inferior oleh uterus. Hal ini juga menyebabkan tekanan
vena meningkat.
2) Volume dan Komplikasi Darah
a) Volume darah meningkat sekitar 1500 mL (8.5 sampai 9 BB). Peningkatan
terdiri dari atas 1000 mL plasma + 450 mL sel darah merah (SDM).
Terjadi sekitar minggu ke-10 sampai dengan minggu ke-12
b) Peningkatan ini merupakan mekanisme protektif, penting untuk:
(1) Sistem vascular yang mengalami hipertrofi akibat pembesaran uterus,
(2) Hidrasi jaringan janin dan ibu yang adekuat saat ibu berdiri atau
telentang,
(3) Mengganti darah yang hilang selama proses melahirkan
c) Vasodilatasi perifer mempertahankan TD tetap normal walaupun volume
darah meningkat
d) Produksi sel darah merah meningkat (normal 4 s.d 5,5 juta/mm3).
Walaupun begitu, nilai normal Hb (12-16 gr/dL) dan nilai normal Ht
(37%-47%) menurun secara menyolok, yang disebut dengan anemia
fisiologis).
e) Bilai nilai Hb menurun sampai 10 gr/dL atau lebih, atau nilai Ht menurun
sampai 35% atau lebih, bumil dalam keadaan anemia
f) Curah jantung meningkat 30%-50% pada minggu ke-32 gestasi, kemudian
menurun sampai sekitar 20% pada minggu ke-40. Peningkatan volume
sekuncup (stroke volume) dan merupakan respons terhadap peningkatan
kebutuhan O2 jaringan (nilai N 5-5,5 L/menit)
g) Curah jantung tahap lanjut lebih meningkat saat ibu hamil dalam posisi
rekumben lateral dari pada dalam posisi terlentang. Pada posisi terlentang
uterus yang besar dan berat seringkali menghambat aliran balik vena.
Setiap kali terdapat pengerahan tenaga, curah jantung meningkat, misalnya
pada persalinan
h) Waktu sirkulasi dan waktu koagulasi. Waktu sirkulasi sedikit menurun
pada minggu ke-32. Kecendrungan koagulasi lebih besar selama masa
hamil, akibat peningkatan berbagai factor pembekuan. Aktivitas
fibrinolitik (pemecahan atau pelarutan bekuan darah) mengalami depresi
selama masa hamil sehingga bumil cenderung rentang terhadap thrombosis
d. Sistem Pernafasan
Kebutuhan O2 ibu meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju
metabolic dan peningkatan kebutuhan O2 jaringan uterus dan payudara
peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligament pada kerangka iga
berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Karena Rahim
membesar, panjang paru-paru berkurang. Kerangka iga bagian bawah tampak
melebar.Tinggi diafragma bergeser 4 cm selama masa hamil.Dengan semakin
tuanya kehamilan, pernafasan dada menggntikan pernafasan perut dan
penurunan diafragma saat inspirasi menjadi semakin sulit.
Vaskularisasi, sebagai respon peningkatan kadar estrogen, membuat
kapiler membesar sehingga terbentuknya edema dan hyperemia pada traktis
pernafasan atas. Kondisi ini meliputi sumbatan pada hidung dan sinus,
epistaksis, perubahan suara, dll.Peningkatan ini juga membuat membrane
timpani dan tuba eustaki bengkak, nyeri pada teinga, atau rasa penuh di telinga.
1) Fungsi paru
Wanita hamil bernafas lebih dalam (meningkatkan volume tidal), tetapi
frekuensi nafasnya kira-kira 2 kali bernafas dalam 1 menit.Peningtakan
volume tidal menyebabkan peningakatan volume nafas 1 menit sekitar
26%.Peningkatan volume nafas 1 menit disebut hiperventilasi kehamilan,
yang menyebabkan konsentrasi CO2 di alveoli menurun.Peningkatan kadar
progesterone menyebabkan hiperventilasi kehamilan. Kesadaran wanita
hamil akan kebutuhan nafas meningkat, beberapa ibu mengeluh mengalami
dyspnea saat istrahat
2) Laju Metabolisme Basal (BMR)
BMR biasanya meningkat pada bulan ke-4 gestasi, meningkat 15%-20% pada
akhir kehamilan, dan kembali ke nilai sebelum hamil pada hari ke-5 atau ke-6
pascapartum.Peningkatan BMR mencerminkan kebutuhan O2 di unit janin-
plasenta-uterus serta peninkatan konsumsi O2 akibat peningkatan kerja
jantung ibu.Pada kehamilan tahap awal banyak wanita mengeluh merasa
lemah dan letih, perasaan ini diikuti peningkatan kebutuhan tidur. Persaan
lemah dan letih sebagian besar disebabkan peningkatan aktivitas metabolic
3) Keseimbangan Asam Basa
Sekitar minggu ke-10 gestasi terjadi pelan tekanan CO2 sekitar 5
mmHg.Progesteron dapat meningakat sensitivitas reseptor pusat nafas
sehingga volume tidal meningkat, P CO2 memenurun, kelebihan basa (HCO3
atau bikarbonat) menurun, dan pH meningkat (menjadi lebih basa).
e. Sistem Ginjal
Ginjal berfungsi mempertahankan keseimbangan elektrolit dan asam basa,
mengatur volume cairan ekstrasel, mengeksresi produk sampah, dan menyimpan
nutrient yang sangat penting.
1) Perubahan Anatomi
Perubahan struktur ginjal merupakan akibat aktivitas hormonal
(estrogen dan progesterone), tekanan yang timbul akibat pembesaran uterus,
dan peningkatan volume darah
a) Sejak minggu ke-10 gestasi, pelvis ginjal dan ureter berdilatasi, karena
ureter terkompres antara uterus dan PAP
b) Perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam
volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine
c) Iritabilitas kandung kemih, nokturia, dan sering berkemih dan urgensi
(tanpa disuria) umum dilaporkan pada awal kehamilan
2) Perubahan Fungsi Ginjal
a) Pada kehamilan normal, fungsi ginjal cukup banyak berubah
b) Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal
kehamilan
c) Fungsi ginjal berubah akibat adanya hormone kehamilan, peningktan
volume darah, postur ibu, aktivitas fisik dan asupan makanan
d) Ginjal paling berfungsi efisieb pada posisi terlentang
e) Pada posisi terlentang, berat uterus akan menekan vena kava dan aorta,
sehingga curah jantung menurun. Takanan darah ibu dan frekuensi jantung
anak menurun (sindrom hipotensi) begitupula volume darah ke ginjal
f. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Dalam keadaan normal, 500 s.d 900 mEq natrium dipertahankan selama masa
hamil untuk memenuhi kebutuhan janin.Dapat terjadi hipovolemia berat dan
penurunan perfusi plasenta akibat diet dan retensi Na berlebihan, terkadang
terjadi edema fisiologis pada tungkai yang tidak memerlukan pengobatan. Pada
ibu hamil, reabsorbsi gula terganggu sehingga terjadi glikosuria
g. Sistem Integumen
1) Perubahan integument selama hamil disebabkan oleh perubahan
keseimbangan hormone dan peregangan mekanis
2) Perubahan yang umum timbul: peningkatan ketebalan kulit dan lemak
subdermal, hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan
aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, peningkatan sirkulasi dan
aktivitas vasomotor
3) Jaringan elastis kulit mudah pecah, menyebabkan stria gravidarum, atau atau
tanda regangan
4) Stria gravidarum atau tanda regangan terlihat di bawah abdomen disebebkan
kerja adenokortikosteroid

h. Sistem Muskuloskeletal
1) Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat bumil menyebabkan
postur dan cara beralan wanita berubah secara menyolok
2) Peningkatan distensi abdomen membuat panggul miring ke depan, penurunan
tonus otot perut, peningkatan beben BB pada akhir kehamilan membutuhkan
penyesuaian-ulang (realignment) kurvatura spinalis
3) Pusat gravitasi wanita bergeser ke depan. Pergerakan menjadi lebih sulit gaya
berjalan bumil yang bergoyang.
4) Struktur ligamentum dan otot tulang belakang bagian tengah dan bawah
mendapat tekana berat. Perubahan ini dan perubahan lain terkait sering
menimbulkan rasa tidak nyaman pada musculoskeletal
i. Sistem Kekebalan Tubuh
Kadar serum IgA dan IgM meningkat selama kehamilan karena adanya
peningkatan resiko infeksi
j. Sistem Neurologi
1) Kompresi saraf panggul atau statis vascular akibat pembesaran uterus dapat
menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah
2) Lordosis dorsolumbar dapat menyebabkan nyeri alibat tarikan pada saraf atau
kompresi akar saraf
3) Akroestesia (rasa baal dan gatal di tangan) timbul akibat posisi bahu yang
membungkuk, terkait dengan tarikan pada segmen pleksus brakialis
4) Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu cemas, atau juga
gangguan penglihatan seperti kesalahan reflaksi, sinusitis, atau migraine
k. Metabolisme
1) Terjadi perubahan metabolism
2) Metabolisme basal meningkat
3) Masukan makanan sangat berpengaruh untuk metabolism ibu dan janin
4) Ketidakseimbangan akan menyebabkan bebagai masalah seperti hyperemesis,
diabetes dan lain-lain
5) Retensi air meningkat akibat penurunan tekanan osmotic koloid interstisial
l. Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT)
Suatu metode untuk mengetahui penambahan BB optimal.Untuk
rekomndasi penambahan berat badan, IMT BB (kg)/ (TB(m)) 2, kategori BMI,
rendah (BMI<19,8)12,5 s/d 18, normal (BMI 19,8-26) 11,5 s/d 16, tinggi (BMI>
26-29) 7 s/d 11,5, 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5
kg, 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg, kemungkinan
penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg adalah:
Berat Badan (kg)
Janin 3-4
Plasenta 0,6
Cairan amnion 0,8
Peningkatan berat uterus 0,9
Peningkatan berat payudara 0,4
Peningkatan volume darah 1,5
Cairan ekstra seluler 1,4
Lemak 3.5
Total 12,5 kg

m. Sistem Pencernaan
Selama masa hamil, nafsu makan meningkat, sekresi usus berkurang,
fungsi hati berubah dan absorbsi nutrien meningkat. Aktivitas peristaltic
(motolitas) menurun, akibatnya bisinh usus mengilang dan konstipasi, mual,
serta muntah umum terjadi.Aliran darah ke pangguln dan tekanan vena
meningkat, menyebabkan hemoroid terbentuk pada akhir kehamilan.
1) Mulut
Gusi hiperemi, berongga, dan membengkak. Gusi cenderung mudah berdarah
karena kadar estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan
vaskulariasi selektif dan proliferasi jaringan ikat (givitis tidak spesifik). Tidak
ada peningkatan sekresi saliva, tapi ibu mengeluhkan ptialisme (kelebihan
saliva) diduga karena ibu secara tidak sadar jarang menelan saat merasa mual.
2) Gigi
Kebutuhan Cad an F lebih tinggi sekitar 0,4 gr daripada kebutuhan saat ibu
tidak hamil. Defisiensi diet yang berat dapat mengurangi simpanan unsur-
unsur didalam tulang, tetapi tidak menarik kalsium dari gigi, demineralisasi
gigi tidak terjadi selama masa kehamilan, hygiene gigi yang buruk sewaktu
hamil atau pada setiap waktu dan gingivitis dapat menimbulkan karies gigi
yang dapat menyebabkan gigi hilang
3) Nafsu makan
Pada trimester I sering terjadi penurunan nafsu makan akibat nausea dan atau
vomitus yang merupakan akibat perubahan pada saluran cerna dan
peningkatan kadar HCG dalam darah.
4) Esophagus, Lambung, dan Usus Halus
a) Herniasi bagian atas lambung (hiatus hernia) terjadi setelah bulan ke-7
atau ke-8 kehamilan akibat pergeseran lambung keatas. Kondisi ini sering
terjadi pada wanita multipara, wanita yang gemuk, atau wanita yang lebih
tua.
b) Peningkatan produksi estrogen menyebabkan penurunan sekresi HCI, oleh
karena itu pembentukan dan perkembangan tukak peptic yang sudah ada
tidak umum selama masa hamil.
c) Peningkatan produksi progesterone menyebabkan tonus dan motilitas otot
menurun, sehingga terjdi reguritasi esophagus, peningtaakan waktu
pengososngan lambung, dan peristaltic balik, akibatnya tidak mencerna
asam atau mengalami nyeri ulu hati (pirosis)
5) Kandung Empedu dan Hati
Kandung empedu sering distensi akibat penurunan tonus otot selama masa
hamil.Peningkatan waktu penggosongan dan pengentalan empedu bias
terjadi. Hiperkolesterolemia ringan terjadi akibat peningkatan kadar
progesterone, dapat menyebabkan pembentukan batu empedu selama masa
hamil
6) Rasa tidak nyaman di abdomen
Meliputi panggul berat atau tertekan, ketegangan pada ligamentum teres
uteri, flatulen (pembentukan gas berlebihan dalam lambung), distensi dank
ram usus, serta kontraksi uterus, walaupun kebanyakan rasa tidak nyaman di
abdomen merupakan konsekuensi perubahan maternal yang normal, tetapi
juga harus dowaspadai adanya kemungknan gangguan, seperti obstruksi usus
atau proses peradangan
n. Sistem Endokrin
1) Kelenjar tiroid
Pembesaran moderat kelenjar tioid merupakan akibat hyperplasia jaringan
glandular dan peningkatan vaskularitas, konsumsi O2 dan peningkatan BMR
merupakan akibat aktivitas metabolic janin
2) Kelenjar paratiroid
Kelenjar menginduksi hiperparatiroidisme sekunder ringan, suatu refleksi
peningkatan kebutuhan Cad an vitamin D saat kebutuhan rangka janin
mecapai puncak (pertengahan kedua kehamilan), kadar parathormon plasma
meningkat, kadar pincak terjadi antara minggu ke-15 dan ke-35 gestasi
3) Pankreas
Janin butuh glukosa sebagian bahan bakar pertumbuhan, tidak hanya
menghabiskan simpanan glukosa ibu tetapi juga meningkatkan kemampuan
ibu menyintesis glukosa dengan menyedot habis asam amnion ibu, kadar
glukosa ibu menurun, insulin ibu tidak dapat menembus plasenta untuk
sampai ke janin. Akibatnya, pada awal kehamilan pancreas meningkatkan
produksi insulinnya seiring peningkatan usia kehamilan, plasenta bertumbuh
dan secara progresif memproduksi hormone dalam jumlah yang lebih besar
(missal hPL, estrogen, dan progesterone).
4) Peningkatan produksi kortisol oleh kelenjar adrenal
Estrogen, progesteron, dan kortisol secara kolektif menurunkan kemampuan
ibu untuk menggunakan insulin
5) Proklatin Hipofisis
Pada kehamilan, proklatin serum mulai meningkat pada trimester 1 dan
meningkat secara progresif sampai aterm.
6) Sistem Endokrin dan Nutrisi Ibu
Progesteron menyebabkan lemak disimpan dalam jaringan subkutan di
abdomen, punggung, dan paha atas. Beberapa hormone yang lain
mempengaruhi nutrisi: aldosterone mempertahankan natrium, tiroksin
mengatur metabolisme, paratiroid mengontrol metabolism Cad an Mg, human
placenta lactogen (hPL) berperan sebagai hormon pertumbuhan, human
chorionic gonadotropin (hCG) menginduksi mual dan muntah pada beberapa
wanita selama awal kehamilan.
6. Kebijakan Program Pelayanan ANC
Pelayanan ANC minimal 5T, meningkat 7T, dan sekarang menjadi 12T, sedangkan
untuk daerah gondok dan endemik malaria menjadi 14T, yakni:
a. Ukur tinggi badan/berat badan (T1)
Dilakukan untuk mendeteksi tinggi badan ibu yang berguna untuk mengetahui
adanya resiko apabila hasil pengukuran <145 cm. Sementara untuk kenaikan
berat badan ibu hamil normal rata-rata a ntara 6,5 kg sampai 16 kg.
b. Ukur tekanan darah (T2)
c. Ukur tinggi fundus uteri (T3)
d. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid) (T4)
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi TT
Imunisasi Interval % Masa
Perlindungan Perlindungan
TT 1 Pada kunjungan ANC 0% Tidak ada
pertama
TT 2 4 minggu setelah TT1 80% 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 95% 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 99% 10 tahun

TT 5 1 tahun setelah TT 4 99% 25 tahun/ seumur


hidup
Sumber: (Pantikawati & Suryono, 2012)

e. Pemberian tablet zat besi (minimal 90 tablet) selama hamil (T5)


f. Test terhadap penyakit menular sexual/VDRL (T6)
g. Temu wicara/konseling (T7)
h. Tes/pemeriksaan Hb (T8)
i. Tes/pemeriksaan urine protein (T9)
j. Tes reduksi urine (T10)
k. Perawatan payudara (T11)
l. Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil) (T12)
m. Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemic gondok) (T13)
n. Terapi obat malaria (T14)
7. Kebutuhan dasar Ibu Hamil pada Trimester I
a. Oksigen
Meningkatnya jumlah progesterone selama kehamilan mempengaruhi pusat
pernapasan, CO2 menurun dan O2 meningkat akan bermanfaat bagi janin.
Kehamilan menyebabkan hiperventilasi, dimana keadaan CO2 menurun.
b. Nutrisi
Kebutuhan gizi ibu hamil meningkat 15% dibandingkan dengan kebutuhan
wanita normal.Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan ibu dan
janin.Makanan dikonsumsi ibu hamil 40% digunakan untuk pertumbuhan janin
dan sisanya (60%) digunakan untuk pertumbuhan ibunya.Secara normal
kenaikan berat badan ibu hamil 11-13 kg.Pada Triwulan pertama umumnya ibu
hamil mengalami penurunan berat badan karena nafsu makan turun dan sering
timbul muntah.Meskipun ibu hamil mengalami keadaan tersebut tetapi asuhan
makanan harus diberikan seperti biasa.Pada kondisi ini, ibu harus tetap berusaha
untuk makan agar janin tumbuh baik. Makan lah makanan dalam porsi kecil tapi
sering seperti sop, susu, telur, biscuit, buah-buahan segar dan jus. Kebutuhan
kalori ibu hamil yaitu 250 gr/dl, protein 85 g.
c. Personal Hygiene
Adalah kebersihan yang dilakukan untuk diri sndiri, kebersihan badan
mengurangkan kemungkinan infeksi, karena badan yang kotor banyak
mengandung kuman-kuman. Seperti merawat gigi, mandi, merawat rambut,
payudara, perawatan vagina atau vulva, dan perawatan kuku
d. Pakaian
Pakaian yang dikenakan ibu hamil harus nyaman, mudah menyerap berkeringat,
mudah dicuci, tanpa sabuk atau pita yang menekan dibagian perut/ pergelangan
tangan, pakaian juga tidak baik terlalu ketat dileher, stoking tungkai yang sering
digunakan oleh sebagian wanita tidak dianjurkan karena dapat menghambat
sirkulasi darah
e. Eliminasi
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancer, untuk
memperlancar dan mengurangi infeksi kandung kemih yaitu minum dan menjaga
kebersihan sekitar kelamin, perubahan hormonal mempengaruhi aktivitas usus
halus dan usus besar, sehingga buang air besar mengalami obstipasi (sembelit).
f. Seksual
Masalah hubungan seksual merupakan kebutuhan biologi yang tidak dapat
ditawar, tetapi perlu diperitungkan bagi mereka yang hamil, kehamilan bukan
merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual pada hamil muda
hubungan seksual sedapat mungkin dihindari, bila terdapat keguguran berulang
atau mengancam kehamilan dengan tanda infeksi, pendarahan pengeluaran air.
g. Istirahat/tidur
Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan, tetapi tidak
boleh digunakan sebagai alasan untuk menghindari pekerjaan yang tidak disukai
ibu.Ibu hamil harus mempertimbangkan pola istirahat dan tidur yang mendukung
kesehatann sendiri, maupun kesehatan bayinya. Tidur malam + sekitar 8
jam/istirahat/tidur siang ± 1 jam
h. Imunisasi
Imunisasi TT harus diberikan pada wanita hamil untuk mencegah kemungkinan
tetanus neonatorum. Imunisasi TT harus diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak
waktu TT1 dan TT2 minimal 1 bulan, dan ibu hamil harus segara dioperasi
lengkap pada umur kehamilan 8 bulan (Marmi, 2014).

8. Tanda Bahaya Pada Masa Kehamilan TM I


a. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu.Pada masa
kehamilan muda, perdarahan pervaginam yang berhubungan dengan kehailan
dapat berupa abortus, kehamilan mola, kehamilan ektopik gerganggu (KET).
1) Abortus
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan
16 minggu atau sebelum pelekatan pada plasenta selesai. Macam-macam
abortus yaitu:
a) Abortus Spontan
Yaitu abortus yang terjadi secara alamia tanpa interval luar atau buatan
untuk mengakhiri kehamilan.Cara penangananya yaittu segera upayakan
stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan-tindakan lanjutan (evaluasi
medic atau merujuk), temukan dan hentikan perdarahan lakukan
pemantauan tetap tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan
lanjutan.
b) Abortus Provokatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja,
baik dengan menggunakan obat maupun alat-alat.
c) Abortus Medisinaris adalah abortus karena tindakan dari diri sendiri
dengan alasan kehamilan tidak dilanjutkan, kehamilan dapat
membahayakan jiwa ibu.
d) Abortus Kriminalis adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan
yang tidak legal dan tidak berdasarkan indikasi medis.
e) Abortus Insipiens (keguguran sedang berlangsung). Perdarahan yang
ringan hingga sedang pada kehamilan muda dengan hasil konsepsi yang
masi berada pada kavum uteri. Pada abortus yang sedang berlangsung,
ostius yang sudah terbuka dan ketuban yang teraba kehamilan tidak bisa
dipertahankan. Kondisi ini menunjukan proses abortus sedang berlangsung
berlanjut menjadi abortus inkomlet atau komplet. Penangananya yaitu jika
ada tanda-tanda syok maka berikan cairan dan transpusi darah. Kemudian
keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode degitan atau kuretase.
Setelah itu berikan obat-obat uterotonika dan antibiotika.
f) Abortus Inkompletus (keguguran besisa) adalah sebagian dari hasil
konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidu dan plasenta.
Jika ada tanda-tanda syok maka diatasi dengan pemberian cairan dan
transpusi darah. Setelah itu keluarkan jaringan segera dengan metode
digital dan kuretase. Setelah itu beri obat-obat uterotonika dan antibiotika.
g) Abortus KompletI I adalah perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang
dari 20 minggu di sertai kurangnya sebagian hasil konsepsi dan dapat
menimbulkan perdarahan yang kadang-kadang menyebabkan syok.
h) Abortus Imminens adalah keguguran membakat dan akan terjadi. Terjadi
perdarahan bercak yang menunjukan ancaman terhadap kelangsungan
suatu kehamilan. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah
dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti spasmodika serta istrahat
yang cukup. Penanganan: tidak perlu penanganan khusus atau tirai baring
total, tidak boleh melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan
seksual. Jika perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal seperti biasa.
Lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Jika perdarahan terus
berlangsung, maka nilai kondisi janin.
i) Missed Abortion adalah keadaan janin yang telah mati, tetapi tetap berada
dalam Rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang
meninggal ini dapat mengalami hal-hal berikut:
(1) Keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan setelah fetus mati
(2) Diresopsi kembali sehingga hilang
(3) Mongering dan menipis yang disebut fetus papyracetus
(4) Jika molakornosa, karena janin sudah mati 1 minggu akan mengalami
degenerasi dan air ketubanya diresopsi
2) Molahidatidosa
Molahidatidosasecara awam dikenal dengan hamil anggur. Hamil anggur
adalah pertumuhan masa jaringan dalam Rahim yang tidak akan berkembang
menjadi janin dan merupakan hasil konsepsi yang abnormal. Jenis masalah
kehamilan ini adalah jenis penyakit trofoblas gestasional, dan bentuk kanker
dari penyakit trofoblas gestasional disebut korioparsinoma. Massa sel
abnormal tumbuh sebagai kantum berisi cairan seperti rangkaian buah anggur
sel-sel ini tumbuh pesat dalam Rahim dan sel yang abnormal ini di sebut
sebagai mol, yang berasal dari bahasa latin yang artinya massa atau benjolan.
Pada trimester I gambaran molahidatidosa tidak spesifik, sehingga seringkali
sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus
inkompletus, atau mioma uteri penanganan umum: jika diagnosis mola telah
ditegagkan, lakukan evaluasi uterus, segera lakukan evakuasi jaringan mola
dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 unit oksitosin
dalam 500 ml cairan IV (NACL atau Ringer laktat) dengan kecepatan 40-60
tetes/menit.
3) Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kehamilan Ektopik Terganggu merupakan salah satu bahaya yang
mengancam setiap wanita hamil.Gejala yang dikeluhkan penderita yaitu
berupa perdarahan pada trimester awal kehamilan yang disertai nyeri perut
hebat. Secara normal proses kehamilan terjadi ketika sel telur yang telah
dibuahi tertanam di dalam Rahim berkembang dengan baik kerena asupan
nutrisi dari pembuluh darah Rahim. Namun berbeda dengan kehamilan
normal, pada kasus kehamilan ektopik terjadi akibat sel telur yang telah
dibuahi tidak tertanam didalam Rahim dan berada di tempat lain di luar
Rahim seperti pada saluran tuba pada kondisi seperti ini janin tidak akan
bertumbuh karena tidak adanya asupan nutrisi.
4) Mual Muntah Berlebihan
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering terjadi pada kehamilan trimester I. mual biasa terjadi pada pagi hari,
tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.Gejala-gejala ini kurang
kebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung
selama kurang kebih 10 minggu. Mual muntah terjadi pada 60-80%
primigravida dan 40-60% multigravida.1 diantara 1000 kehamilan, gejalan-
gejala ini menjadi lebih berat. Rasa mual ini disebabkan oleh karena
meningktnya kadar hormone estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh
fisiologis kenaikan hormone ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf
pusat atau pengosongan lambung yang berkurang.Secara umum ibu hamil
dapat menyesuaikan dengan keadaan ini walaupun gejala mual muntah yang
berat berlangsung hingga 4 bulan (Fitriana & Susanto, 2017)

9. Ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester 1 dan Penatalaksanaannya


a. Mual (nause)
Ada banyak tindakan untuk mengatasi morning sickness.Tindakan tersebut dapat
berupa :
1) Makan dengan porsi kecil, sering bahkan setiap 2 jam, karena hal ini lebih
mudah dipertahankan dari pada makan porsi besar 3 kali sehari. Makan
biskuit kering atau roti bakar sebelum beranjak dari tempat tidur dipagi hari.
Mengurangi kejadian morning sickness dianjurkan waktu bangun pagi jangan
segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau
biskuit dengan teh hangat (Ivon, 2015)
2) Meminum air rebusan jahe. Jenis jahe yang digunakan yaitu jahe putih/kuning
kecil/jahe emprit sebanyak 2,5 gram di iris dan diseduh air panas 250 ml
ditambah gula 1 sendok makan (10 gram) diminum 2x1 sehari selama 4 hari
(Alyamaniyah & Mahmudah, 2014)
3) Jangan menyikat gigi segera setalah makan dan bangun tidur untuk
menghindari reflex gag atau reflex muntah.
4) Minum minuman yang mnegandung karbonat khususnya gingrale
5) Hindari makanan beraroma kuat atau mneyengat
6) Batasi lemak dalam makanan atau diet
7) Coba gunakan pembalut lengan yang berfungsi sebagai akupresure
8) Selalu ingat bahwa nause (mual). Kemungkinan besar berakhir pada trimester
kedua
9) Istirahat
10) Gunakan obat-obatan, ada dua masalah yang berkaitan dengan penggunaan
obat-obatan ini, yaitu terotegenitas dan keefektifan hal yang dikhawatirkan
adalah pengaruh obat terhadap embrio atau janin pada masa ini.
b. Ptialisme (salivasi berlebihan)
Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim yang disebabkan oleh
peningkatan keasaman didalam mulut atau peningkatan asupan zat pati yang
menstimulasi kelenjar saliva pada wanita yang rentan mengalami sekeresi
berlebihan.Pada wanita yang mengalami ptialisme biasanya juga mengalami
mual.Kondisi mereka berlangsung terus menerus dan menjadi suatu siklus
karena bukan saja saliva yang berlebihan ini membuat rasa mual semakin kuat,
tetapi keinginan untuk menghindari nausea juga mengakibatkan pasien menelan
lebih sedikit makanan sehingga jumlah saliva didalam mulut meningkat.
c. Keletihan
Keletihan dialami pada trimester pertama namun penyebabnya belom diketahui.
Metode yang dapat dilakukan untuk meredakan rasa letih tersebut adalah :
1) Menyakinakan pada ibu hamil bahwa keletihan merupakan suatu hal yang
normal dan akan hilang secara spontan pada umur kehamilan masuk trimester
kedua.
2) Sering beristirahat selama siang hari selama jika waktu memungkinkan
3) Latihan ringan dan nutrisi yang baik dan mencukupi kebutuhan ibu hamil.
d. Nyeri punggung bagian atas (non patologis)
Nyeri punggung yang dimaksud disini merupakan suatu kondisi yang terjadi
pada trimester pertama.Hal tersebut diakibatkan karena meningkatnya ukuran
payudara yang membuat payudara menjadi berat.Akibat dari pembesaran
payudara ini adalah terjadinya penarikan otot punggung, apabila tidak disertai
penyokongan payudara secara adekuat. Metode untuk mengurangi nyeri ini
adalah dengan :
1) Penggunaan kompres hangat untuk area yang tegang dan nyeri dianggap
mampu meredakan nyeri. Rasa hangat mengurangi spasme otot yang
disebabkan oleh iksemia yang merangsang neuron yang memblok transmisi
lanjut rangsang nyeri menyebabkan vasodilitas dan peningkatan aliran darah
ke area yang dilakukan pengompresan (Suryanti & Lilis, 2021)
2) Menggunakan mekanika tubuh yang tepat akan memfasilitasi pergerakan
tubuh, yang memungkinkan mobilisasi fisik tanpa terjadi ketegangan otot dan
penggunaan energi otot yang berlebihan. Oleh karena itu, penggunaan
mekanika tubuh yang tepat dapat mengurangi cedera muskuluskeletal ,
sebaliknya penggunaan mekanika tubuh yang tidak tepat akan meningkatkan
risiko cedera musculoskeletal. (Ummah, 2012).
3) Menggunakan body mekanik yang baik untuk mengangkat benda .
4) Berjongkok dan bukan membungkuk untuk mengangkat setiap benda agar
supaya kaki (paha) dan bukan punggung yang akan menahan beban dan
tegangan
5) Lebarkan kaki dan letakkan 1 kaki sedikit didepan kaki yang lain pada waktu
membungkung agar terdapat dasar yang luas untuk keseimbangan pada waktu
bangkit dari posisi jongkok
6) Berlatih dengan mengangkat panggul, hindari kenyamanan karena pekerjaan,
sepatu dengan hak tinggi, mengangkat beban berat dan keletihan
7) Gunakan kasur yang keras untuk tidur.
8) Gunakan bantal waktu tidur untuk meluriskan punggung
9) Dengan pemakaian jenis BH yang tepat, kubah atau penopang dapat
menyangga posisi payudara agar terangkat normal karena payudara ibu akan
membesar selama proses kehamilan, pengait dan tali yang lebar berfungsi
membantu bahu untuk menopang berat janin yang semakin besar seiring
bertambahnya usia kehamilan, pemakaian jenis BH yang tepat juga dapat
dapat mengurangi regangan pada punggung (Pebianita Garini & R.
Khairiyatul Afiyah, 2015) Menggunakan bra yang berukuran sesuai dengan
ukuran payudara. Bra yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) bahan bra menyokong dengan baik, berpori, lembut dan mudah dicuci
b) bra memliki bentuk yang mencegah penekanan dan iritasi pada payudara
dan putting sekaligus memberikan sokongan yang pas
c) tali bahu yang mudah disesuaikan dan lebar
d) tali belakang yang lebar dengan sejumlah kait pengencang yang mudah
e) penyokong mulai dari bahan hingga keatas dan dari smaping kearah
dalam.
e. Pica (mengidam makanan)
1) Mungkin berkaitan dnegan presepsi individu wanita mengenai apa yang bisa
mengurangi mual dan muntah
2) Indra pengecap menjadi tumpul sehingga mencari makanan yang lebih
merangsang
3) Tidak seharusnya menimbulkan kekawatiran asal cukup bergizi dan makanan
yang diidamkan bukan makanan yang tidak baik
f. Leukorea (keputihan)
Leukorea merupakan sekeresi vagina dalam jumlah besar dengan kosistensi
kental atau cair yang dimulai dari trimester 1 sebagai bentuk dari hiperplasi
mukosa vagina. Leukore dapat disebabkan oleh karena terjadinya peningkatan
produksi kelenjar dan lendir endoservikal sebagai akibat dari peningkatan kadar
estrogen. Hal lain yang dicurigai sebagai penyebab terjadinya leukorea adalah
pengubahan sejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam laktat
oleh basil doderlein. Untuk mengatasi leukorea adalah dengan :
1) Memperhatikan kebersihan tubuh pada area genetalia
2) Membersihkan area genetal dari arah depan kearah belakang
3) Mengganti panty perubahan katun dengan sering
4) Mengganti celana dalam secara rutin
5) Tidak melakukan douch atau menggunakan semprot unutk menjaga area
genetalia
g. Nocturia (sering berkemih)
Peningkatan frekuensi berkemih pada trimester pertama, dimungkinkan karena
terjadinya peningkatan berat badan Rahim sehingga membuat istmus menjadi
lunak (tanda hegar), hal ini menyebabkan posisi Rahim menjadi antefleksi
sehingga menekan kandung kemih secara langsung. Metode yang dapat
dilakukan guna mengantisipasi atau mengatasi hal ini adalah dengan
1) Menjelaskan mengenai penyeba terjadinyab nocturia.
2) Segera mengkosongkan kandung kemih saat terasa ingin berkemih
3) Perbanyak minum pada siang hari
4) Jangan mengurangi porsi air minum dimalam hari, kecuali apabila nocturia
mengganggu tidur sehingga menyabkan keletihan
5) Membatasi minuman yang mengandung bahan dan kain (teh, kopi, cola)
6) Bila tidur (khususnya malam hari posisi miring dengan kedua kaki
ditinggikan untuk meningkatkan diuresis (Marmi, 2017)
A. Definisi Kehamilan TM II
Pengertian dari kehamilan trimester II adalah umur kehamilan dari
bulan ke empat sampai 6 bulan (13-28 minggu) (Yeyeh, Ai Rukiyah,
Yulianti, lia, Maemunah, Hj., Susilawati, 2013). Kehamilan trimester
ke II adalah kehamilan dengan usia 12-28 minggu (Padila, 2014).
B. Fisiologi Pertumbuhan Janin Pada kehamilan TM II
1. Umur 13-16 minggu
Janin berukuran 15 cm, ini merupakan awal trimester ke – 2. Kulit janin
masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo (rambut janin), Janin
bergerak aktif yaitu menghisap dan menelan air ketuban. Telah
terbentuk mekonium (feses) dalam usus. Jantung berdenyut 120 –
150 /menit (Saifuddin, 2014)
2. Umur 17-24 minggu
Komponen mata terbentuk penuh dan juga sidik jari. Seluruh tubuh
diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai reflex
(Saifuddin, 2014)
C. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Kehamilan TM II
1. Perubahan kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam, dan kadang – kadang juga akan mengenai daerah
payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan striae gravidarum.
Linea alba akan menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea
nigra. Kadang – kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi
pada wajah dan leher yang disebut chloasma gravidarum. Selain itu,
pada areola dan daerah genital juga akan terlihat pigmentasi yang
berlebihan (Saifuddin, 2014)
2. Payudara
Munculnya kolostrum pada payudara yang biasanya dapat dikeluarkan
pada minggu ke 12 (Varney & dkk, 2016). Pada ibu hamil payudara
membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi
kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat
pengaruh melanofor, puting susu membesar dan menonjol. Hypertropi
kelenjar sabasea (lemak) muncul pada aeola mamae disebut tuberkel
Montgomery yang kelihatan di sekitar puting susu. Kelenjar sebasea ini
berfungsi sebagai pelumas puting susu, kelembutan puting susu
terganggu apabila lemak pelindung ini dicuci dengan sabun. Puting susu
akan mengeluarkan kolostrum yaitu cairan sebelum menjadi susu yang
berwarna putih kekuningan pada trimester ketiga. (Tyastuti, 2016).
3. Uterus
Selama kehamilan uterus akan akan berubah menjadi suatu organ yang
mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata – rata pada
akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 L bahkan dapat mencapai
20 L atau lebih dengan berat rata – rata 1100gram (Saifuddin, 2014)
4. Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama
fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium
tenang/ beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel
baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi
(Tyastuti, 2016)
5. Berat badan
Pada kehamilan trimester ke II ibu hamil sudah merasa lebih nyaman
biasanya mual muntah mulai berkurang sehingga nafsu makan mulai
bertambah maka pada trimester II. BB ibu hamil sudah mulai bertambah
sampai akhir kehamilan (Tyastuti, 2016)
6. Sistem pencernaan
Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos
pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan
peptin dilambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis
yang disebabkan oleh refluks asam lambung ke esophagus bawah
sebagai akibat perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus otot
sfingter esophagus bagian bawah. Mual akibat penurunan asam
hidlokorid dan penurunan motilitas, serta konstipasi sebagai akibat
penurunan motilitas usus besar. Gusi akan menjadi lebih hyperemis dan
lunak sehingga dengan trauma sedang saja bisa menyabbakan
perdarahan. Epulis selama kehamilan akan muncul. Hemorrhoid juga
merupakan suatu hal yang sering sebagai konstipasi dan penekanan
vena pada bagian bawah karena pembesaran uterus (Saifuddin,
2014)Pada trimester kedua mual muntah mulai berkurang sehingga
nafsu makan semakin meningkat (Tyastuti, 2016).
7. Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progesif akan menjadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi
anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua
tungkai (Saifuddin, 2014)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2012;121), Nyeri


Punggung Bawah (NPB) ibu hamil trimester III karena merupakan nyeri
yang terjadi akibat perubahan postur yang terjadi akibat penambahan
beban kandungan yang semakin besar yang menyebabkan pertambahan
sudut lengkungan tulang belakang. Pertambahan sudut lengkungan
menyebabkan fleksibilitas dan mobilitas dari lumbal menjadi menurun.
8. Sistem Kardiovaskuler
Ibu hamil trimester II mengalami penurunan haemoglobin dan
haematokrit yang cepat karena pada saat ini terjadi ekspansi volume
darah yang cepat. Penurunan Hb paling rendah pada kehamilan 20
minggu kemudian meningkat sedikit sampai hamil cukup bulan. Ibu
hamil dikatakan anemi apabila Hb < 11 gram % pada trimester I dan III,
Hb < 10,5 gram % pada trimeter II. Kecenderungan koagulasi lebih
besar selama hamil, hal ini disebabkan oleh meningkatnya faktor –
faktor pembekuan darah diantaranya faktor VII, VIII, IX , X dan
fibrinogen sehingga menyebabkan ibu hamil dan ibu nifas lebih rentan
terhadap trombosis (Tyastuti, 2016)
9. Sistem Respirasi
Uterus yang membesar mendorong diafragma ke atas sehingga
mengubah bentuk thorak namun tidak merubah kapasitas paru-paru.
Frekuensi respirasi meningkat untuk mendapatkan banyak oksigen yang
dibutuhkan. Keadaan ini dapat menimbulkan sedikit hiperfentilasi.
(widatiningsih & hiyana TD, 2017)
10. Sistem Metabolisme
Laju metabolisme biasa pada wanita hamil 15-25 % lebih tinggi dari
nilai normalnya dalam paruh kedua kehamilan. Sehingga masukan diit
bagi wanita tersebut harus cukup guna aktivitas tambahan ini
(widatiningsih & hiyana TD, 2017)
11. Perubahan psikologis
Pada masa ini wanita mulai merasa sehat dan mengharapkan bayinya.
Ibu sudah menerima bayinya ibu sudah menerima kehamilannya dan
mulai dapat menggunakan energi dan fikirannya secara konstruktif.
Pada trimester ini ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai
seseorang diluar dari dirinya sendiri. Pengenalan pada pergerakan fetus,
pertumbuhan dan pembesaran abdomen, serta gerakan janin saat di
USG dan membuat gambaran tersebut nyata. Semua wanita gelisah dan
lemas terhadap pertumbuhan dan pembesaran yang kurang,
perkembangan janin yang normal dan berusaha mendapatkan informasi
yang profesional dari proses tersebut. Beberapa wanita bisa lepas
kontrol, sulit menerima khususnya ketika mengalami ANC yang buruk
dan rumit oleh dokter / bidan selama asuhan kebidanan. Biasanya libido
mulai meningkat karena sudah merasa lepas dari kecemasan dan rasa
tidak nyaman seperti dirasakan pada trimester I. (Jannah, 2012)
Selama kehamilan beberapa tanda bahaya yang dialami dapat dijadikan
sebagai data dalam deteksi dini komplikasi akibat kehamilan yaitu:
1. Perdarahan pervagina
a. Plasenta Previa
Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
jalan lahir (Prawirohardjo, 2014)
b. Solusio Plasenta
Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas sebagian
atau seluruhnya permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya
yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum jalan lahir,
biasanya dihitung sejak usia kehamilan lebih dari 28 minggu
(Prawirohardjo, 2014)

2. Sakit Kepala yang Hebat


Sakit kepala yang yang menunjukan masalah serius adalah sakit kepala
yang hebat yang menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat

3. Penglihatan Kabur
Masalah penglihatan pada ibu hamil yang secara ringan dan tidak
mendadak kemungkinan karena pengaruh hormonal. Tetapi kalau
perubahan visual yang mendadak misalnya pandangan kabur atau
berbayang dan disertai sakit kepala merupakan tanda pre eklampsia.
(Tyastuti, 2016)

4. Bengkak di Wajah dan jari-jari Tangan


Hampir separuh ibu hamil mengalami bengkak normal pada kaki yang
biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat
atau meninggikan kaki. Bengkak dapat menunjukkan tanda bahaya
apabila muncul pada muka dan tangan dan tidak hilang setelah
beristirahat dan disertai keluhan fisik lain. Hal ini dapat merupakan
tanda anemia, gagal jantung atau pre eklampsia.(Tyastuti, 2016)

5. Keluar cairan pervagina


Jika keluarnya cairan ibu tidak merasa, berbau amis, dan warna putih
keruh, berarti yang keluar adalah air ketuban (Sulistyawati, 2012)

6. Gerakan janin tidak terasa


Minimal 10 kali dalam 24 jam (Sulistyawati, 2012). Gerakan bayi akan
lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu
makan dan minum dengan baik (Tyastuti, 2016)

7. Nyeri perut yang hebat


Pada kehamilkan lanjut, jika ibu merasakan nyeri yang hebat, tidak
berhenti setelah beristirahat, disertai dengan tanda-tanda syok yang
membuat keadaan umum ibu makin lama makin memburuk, dan disertai
perdarahan yang tidak sesuai dengan beratnya syok, maka kita harus
waspada akan kemungkinan terjadinya solusio plasenta (Sulistyawati,
2012)

8. Konstipasi dalam Kehamilan


Konstipasi oleh beberapa ahli juga disebut sembelit yang diartikan
sebagai kondisi tertahannya tinja (feses) di dalam usus besar pada waktu
yang cukup lama karena sulit untuk dikeluarkan. Konstipasi ini biasanya
disebabkan oleh tidak adanya gerakan paristaltik pada usus besar yang
mendorong terjadinya ketidak-teraturan buang air besar serta
menimbulkan perut terasa tidak nyaman (Marmi, 2017)
Pada usia kehamilan menginjak trimester I dan III, akan mengalami
kesulitan pada saat buang air besar karena disebabkan oleh tingginya
tingkat hormon-hormon yang ada dalam tubuh ibu hamil. Tingginya
volume hormone-hormon tersebut akan memperlambat kerja otot-otot
usus halus.
Faktor yang dapat mempengaruhi konstipasi antara lain rahim yang
membesar; peningkatan kadar progesterone; asupan cairan tidak
adekuat; diet serat tidak cukup; suplemen zat besi; kebiasaan
defekasiyang buruk; aktivitas. Adapun Faktor yang lain: pengetahuan,
status ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan. Pembesaran Uterus
menimbulkan sejumlah ketidaknyamanan normal pada kehamilan salah
satunya konstipasi rahim yang membesar menekan colon dan rektum
sehingga mengganggu ekskresi dan meningkatkan terjadinya
konstipasi. Progesterone berpengaruh pada relaksasi otot polos yang
menyebabkan penurunan tonus dan motilitas uterus. Penurunan pada
tonus menimbulkan perpanjangan waktu transisi yang akan makin lama
seiring dengan berkembangnya kehamilan. Penurunan motilitas usus
menyebabkan sisa makanan lebih lama berada di usus sehingga
meningkatkan penyerapan air dan feses menjadi keras.
Penatalaksanaan yang dirasakan ibu seperti konstipasi dapat diatasi
dengan mengonsumsi buah dan sayur. Salah satu buah yang disarankan
yaitu pisang raja. Ibu hamil yang menginjak usia trimester II sangat
disarankan mengkonsumsi buah pisang raja karena mudah dicerna dan
memiliki khaisat antasida yang sangat bermanfaat bagi penderita asam
lambung. buah pisang yang disarankan adalah buah pisang yang manis
seperti pisang raja. Karena buah pisang raja mengandung serat yang
baik sehingga dapat memperlancar buang air besar. Selain itu, di
dalamnya juga terkandung vitamin B6 yang dapat membantu
menghilangkan gejala diare. (Kartikasari & Payana, 2017)

2) Ketidaknyamanan Kehamilan Trimester III


1) Konstipasi
Konstipasi atau sembelit suatu keadaan dimana sekresi dari sisa
metabolism nutrisi tubuh dalam bentuk feces menjadi keras dan
menimbulkan kesulitan saat defekasi. Konstipasi merupakan suatu keadaan
yang sering ditemukan di dalam masyarakat, pada umumnya dihubungkan
dengan kurangnya konsumsi serat, kurang minum dan kurangnya aktifitas
fisik. Pemakaian obat-obatan dan gejala depresi juga dihubungkan dengan
terjadinya konstipasi (Sembiring, 2017).
Menurut hasil penelitian (Hartinah et al., 2019) dikatakan bahwa
70% ibu hamil trimester ketiga yang memeriksakan kandungannya
mengeluh susah buang air besar atau konstipasi dengan
ketidaknyamanannya seperti feses keras dan perut kembung. Sebanyak
70% responden yang mengeluh mengalami buang air besar susah atau
konstipasi mengatakan memiliki kebiasaan dirumah yaitu jarang
melakukan aktivitas atau olahraga seperti senam hamil, berenang, dan
pilates. Semakin sedikit melakukan pola aktivitas fisik maka semakin
menurun pergerakan peristaltik usus besar sehingga menahan feses,
sehingga feses lebih keras dan susah dikeluarkan dan memicu terjadinya
konstipasi. Untuk memperbaiki gerak peristaltik usus tersebut, dilakukan
aktivitas fisik sehingga usus besar menegang dan mulai melakukan gerak
peristaltik. Pada ibu hamil yang jarang melakukan pola aktifitas fisik lebih
cepat mengalami kenaikan berat badan sehingga perut akan semakin besar
dan dapat menekan rectum. Hal ini juga beresiko menyebabkan terjadinya
konstipasi selama kehamilan (Hartinah et al., 2019).
Cara mencegah/meringankannya :
a) Tingkatkan intake cairan, serat.
b) Minum cairan dingin/panas ketika perut kosong.
c) Olahraga/senam hamil.
d) Toilet training
e) Segera BAB bila ada dorongan. (Indrayani, 2020)
2) Hemorrhoid (wasir)
Cara mencegah/meringankannya :
a) Hindari konstipasi.
b) Makan makanan bongkahan gunakan bungkusan es.
c) Kompres panas atau mandi
d) Dengan perlahan masukkan kembali ke dalam rekttum seperlu.
(Indrayani, 2020)
3) Sesak nafas (hiperventilasi)
Cara mencegah/meringankannya :
a) Jelaskan penyebab fisiologinya.
b) Ajarkan teknik pernafasan (relaksasi).
c) Secara periodik beriri merentangkan tangan diatas kepala serta menarik
nafas panjang.
d) Posisi duduk dan berdiri yang sempurna.
e) Tidur dengan posisi setengah duduk (semi fowler).
f) Makan tidak terlalu banyak.
g) Hindari merokok.
h) Bila mempunyai asma, konsultasikan dengan dokter. (Indrayani, 2020)
4) Frekuensi kemih meningkat/nokturia
Hal ini merupakan keluhan yang fisiologis pada TM III yang
merupakan akibat dari desakan rahim kedepan menyebabkan kandung
kemih cepat terasa penuh dan sering kencing. Sesuai dengan teori dari
(Marmi, 2017) Peningkatan frekuensi berkemih berkemih pada trimester
ketiga paling sering dialami oleh wanita primigravida setelah lightening
terjadi. Lightening menyebabkan bagian terendah janin akan menurun
masuk kedalam panggul dan menimbulkan tekanan langsung pada kandung
kemih.
Berdasarkan penelitian (Elba & Putri, 2019) didapatkan hasil bahwa
ketidaknyaman pada trimester 3 kehamilan ini, rata - rata dari 30 responden
(98,3%) mengalami sering kencing sebagai ketidaknymanannya.
Kebanyakan dari responden yang merasakan ketidaknyamanan pada
trimester 3 ini lebih memilih untuk tidak memeriksakan
ketidaknyamanannya dan menunggunya sampai hilang.
Cara mencegah/meringankannya :
a) Kosongkan saat terasa dorongan untuk BAK.
b) kurangi minum di malam hari
c) Jika nocturia mengganggu tidur dan menyebabkan keletihan. Batasi
minum bahan diuretics alamiah: kopi, teh, cola dengan caffein.
d) Tidur dalam posisi berbaring miring ke kiri, kaki ditinggikan.
(Indrayani, 2020)
5) Sakit punggung bagian bawah
Penelitian yang dilakukan oleh (Fitriani, 2018) menemukan bahwa sekitar
88,2% wanita hamil yang mengalami nyeri punggung. Nyeri punggung
bawah (Nyeri pinggang) merupakan nyeri punggung yang terjadi pada area
lumbosakral. Nyeri punggung bawah biasanya akan meningkat
intensitasnya seiring pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini
merupakan akibat pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan postur
tubuhnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang
membesar.Nyeri punggung juga bisa disebabkan karena membungkuk yang
berlebihan, berjalan tanpa istirahat, angkat beban.Hal ini diperparah apabila
dilakukan dalam kondisi wanita hamil sedang lelah.Mekanika tubuh yang
tepat saat mengangkat beban sangat penting diterapkan untuk menghindari
peregangan otot tipe ini.
Cara meringankan :
a) Melakukan body mekanik secara benar
b) Menghindari menggunakan sepatu atau sandal ber hak tinggi
c) Menghindari mengangkat beban yang terlalu berat
d) Gunakan bantal waktu tidur untuk meluruskan punggung
6) Insomnia
Menurut manual ICSD-3 America Academy of Sleep Medicine
dalam (National Sleep Foundation, 2020), insomnia didefinisikan sebagai
kesulitan terus-menerus dengan inisiasi, durasi, konsolidasi, atau kualitas
tidur. Perempuan hamil yang mengalami beberapa bentuk gangguan tidur
mencapai 79%. Sebanyak 72% dari ibu hamil akan mengalami frekuensi
terbangun lebih sering pada malam hari. Umumnya kebutuhan tidur orang
dewasa yakni selama 7–8 jam, namun untuk ibu hamil bisa mencapai 10
jam. Hal ini tergantung pada umur saat ibu hamil dan stamina yang
dirasakan ibu. Kualitas tidur yang baik akan menjaga kesehatan ibu selama
hamil serta memberikan cukup energi saat persalinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Sukorini, 2017) pada
ibu hamil trimester III sebanyak 36 ibu hamil, didapat hasil ibu hamil
dengan kualitas tidur buruk sebanyak 19 ibu hamil (52,8%) dan ibu hamil
dengan kualitas tidur baik yaitu sebanyak 17 ibu hamil (47,2%). Hal ini
dapat diartikan proporsi kualitas tidur ibu hamil trimester III paling banyak
memiliki kualitas tidur yang buruk.
3) Tanda bahaya kehamilan Trimester III
1) Hipertensi Gestasional
Hipertensi dalam kehamilan berarti bahwa wanita telah menderita
hipertensi sebelum hamil atau disebut pre eklamsia tidak murni. Hipertensi
dalam kehamilan sering dijumpai dalam klinis,yang terpenting adalah
menegakkan diagnosis seawal mungkin. Menurut WHO hipertensi dalam
kehamilan yaitu apabila tekanan sistol <140 atau tekanan diastol<90
mmhg. Kenaikan tekanan sistolik <15 mmHG dibandingkan tekanan darah
sebelum hamil atau pada trimester pertama kehamilan.
2) Sakit kepala yang hebat
Wanita hamil bisa mengeluh nyeri kepala yang hebat. Sakit kepala
seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.
Namun saat sakit kepala pada kehamilan dapat menunjukkan suatu masalah
serius apabila sakit kepala itu dirasakan menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat. Kondisi sakit kepala yang hebat dalam kehamilan dapat
menjadi gejala dari pre eklamsia. (Marmi, 2017)
3) Bengkak diwajah dan ekstremitas
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka
dan ekstremitas, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan
keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal
jantung atau pre eklamsia.
4) Gerak janin tidak terasa
Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan trimester III.
Gerakan janin berkurang bisa disebabkan oleh aktifitas ibu yang berlebihan
sehingga gerak janin tidak dirasakan, kematian janin, perut tegang akibat
kontraksi berlebihan ataupun kepala sudah masuk panggul pada kehamilan
aterm.
5) Nyeri perut yang hebat
Ibu mengeluh nyeri perut pada kehamilan trimester III. Apabila nyeri
abdomen itu berhubungan dengan proses persalinan normal adalah normal.
Tetapi nyeri abdomen yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah
beristirahat sangat berkemungkinan menunjukkan masalah yang
mengancam keselamatan jiwa ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
(Marmi, 2017)
Pelayanan Kesehatan Penurunan AKI & AKB
Pada Ibu Hamil

Pengkajian Data Subyektif Konseling Terlaksananya Pemeriksaan


1. Dokter Umum Kesehatan Bagi Ibu Hamil
2. Klinik Gizi
10T 3. Dokter Gigi dan Rasionalisasi :
Mulut
1. Timbang berat badan dan  Trimester I :
ukur tinggi badan Pemberian anjuran makan sedikit tapi sering
Penegakan Diagnosis
2. Pemeriksaan tekanan darah untuk mejaga asupan nutrisi ibu hamil,
3. Nilai status gizi (ukur pembesaran uterus menyebabkan terjadinya
lingkar lengan atas) Pemeriksaan Penunjang
nocturia diharapkan ibu mengurangi minum
4. Pemeriksaan puncak rahim (laboratorium)
dimalam hari dan perbanyak minum disiang
(tinggi fundus uteri) - HB hari, pemberian anjuran menjaga personal
5. Tentukan presentasi janin - Pemeriksaan Urin  Trimester I
hygiene dapat dilakukan untuk mencegah
dan denyut jantung janin a. Mual muntah berlebihan
terjadinya pertumbuhan bakteri.
(DJJ) (hyperemesis gravidarum), akibat
Ketidaknyamanan tersebut normal disebabkan
6. Skrining status imunisasi ꜛHCG.
ꜛesterogen dan produksi kelenjar lender
Tetanus dan berikan b. Ptialsme, ꜛsaliva dimulut
endoservikal.
imunisasi Tetanus Toksoid (ngidam)
 Trimester II :
(TT) bila diperlukan. c. Nocturia (sering berkemih)
Anjuran makan-makanan berserat untuk
7. Pemberian Tablet zat besi d. Leukorea (Keputihan)
mengurangi konstipasi dan hemoroid akibat
minimal 90 tablet selama  Trimester II
ꜛprogesteron terhadap dinding vena dan usus
kehamilan a. Konstipasi
besar serta pembesaran uterus yang
8. Test laboratorium (rutin b. Hemoroid
meningkatkan tekanan vena hemoroid, serta
dan khusus) c. Gusi berdarah
melakukan kumur air hangat dgn garam untuk
9. Tatalaksana kasus  Trimester III mengatasi gusi berdarah akibat hiperplastis
10. Temu wicara (konseling), a. Sering BAK pada kapiler gusi sehingga ketebalan epitel gusi
termasuk Perencanaan b. Konstipasi mudah rapuh.
Persalinan dan Pencegahan c. Sering buang air kecil
 Trimester III :
Komplikasi (P4K) serta KB d. Sakit Punggung atas dan bawah
Konsumsi makanan berserat untuk mengatasi
paska persalinan konstipasi, tidur dgn posisi miring ke kiri
dengan kaki ditinggikan untuk mencegah
dieresis, serta gunakan kasur yang keras dan
bra yang tepat untuk menopang tubuh, dan
pendkes body mekanik
2. Konsep Persalinan Fisiologis
a. Definisi Persalinan
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan dengan presentasi
janin belakang kepala yang berlangsung secara spontan dengan lama
persalinan hingga partus dengan masa gestasi 37 – 42 minggu
(Indrayani dan Moundy E.U. Djami 2020).
b. Tanda-tanda Persalinan
Tanda - tanda awal persalinan
1) Timbulnya His Persalinan
a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian
depan.
b) Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat
intensitasnya
c) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaaan
serviks.
2) Blody show
Blody show merupakan lendir disertai darah dari jalan lahir
dengan pendataran dan pembukaan, lendir keluar disertai dengan
sedikit darah.
3) Premature Rupture Of Membrane
Premature Rupture Of Membrane adalah keluarnya cairan banyak
dengan sekonyong – konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi
akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.
c. Penyebab Mulainya Persalinan
Menurut Fitriana (2020), penyebab terjadinya persalinan antara lain:
1) Penurunan kadar progesterone
Hormon estrogen dapat meninggikan kerentanan otot rahim,
sedangkan hormone progesterone dapat menimbulkan relaksasi
otototot rahim.
2) Teori oxytocin
Pada akhir usia kehamilan, kadar oxytocin bertambah sehingga
menimbulkan kontraksi otot-otot rahim.
3) Ketegangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isimya bertambah maka terjadi
kontraksi untuk mengeluarkan yang ada di dalamnya. Demikian
pada dinding rahim, maka dengan majunya kehamilan atau
bertambahnya ukuran perut semakin teregang pula otot-otot rahim
dan akan menjadi semakin rentan.
4) Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar-kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan karena anecephalus kehamilan sering lebih
lama dari biasanya.
5) Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas, diduga menjadi salah
satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan
secara intravena, dan extra amnial menimbulkan kontraksi
myometrium pada setiap umur kehamilan.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan
1) Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,
dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina).
(Indrayani, 2020).
2) Passenger (janin dan plasenta)
Passanger (janin/plasenta) bergerak sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala
janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta
juga harus melewati jalan lahir, maka dianggap juga sebagai
bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta
jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal
(Indrayani, 2020).
3) Power
Power adalah kekuatan yang mendorong janian kleuar. Kekuatan –
kekuatan yang mendorong janin keluar kedalam persalinan ialah
His, Kontraksi otot – otot perut, kontraksi diagfragma dan aksi
drai ligamen, dengan kerjasama yang baik dan sempurna (Yuni
Fitriana dan Widy Nurwiandani 2020).
4) Posisi
Posisi ibu memengaruhi adaptasi anatomi dan fiologi persalianan.
Posisi tegak memberi sejeumlah keuntungan.mengeubah posisi
membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman dan melancarkan
sirkulasi darah. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan,
duduk, jongkok. Posisi tegak memmeungkinkan gaya gravitasi
untuk penurunan bagian terendah janin (Indrayani, 2020). d.
Psikologis Faktor psikososial terdiri dari persiapan fisik maupun
mental melahirkan, nilai dan kepercayaan, sosial budaya,
pengelaman melahirkan sebelumnya, harapan terhadap persalinan,
kesiapan melahirkan, tingkat pendidikan, dukungan orang yang
bermakna dan ststus emosional (Indrayani, 2020)
e. Tahapan Persalinan
1) Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
a) Fase laten persalinan dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap, pembukaan servik kurang dari 4 cm, biasanya
berlangsung hingga dibawah 8 jam. Fase aktif persalinan
frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau
lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih), sevik membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan
kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap
(10 cm), terjadi penurunan bagian terbawah janin.
b) Fase aktif dibagi menjadi 3 :
a. Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm
c. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali,dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
2) Kala II
Persalinan kala II (Kala pengeluaran) dimulai dari pembukaan
lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
3) Kala III
Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Proses
ini merupakan kelanjutan dari proses persalinan sebelumnya.
Selama kala III proses pemisahan dan keluarnya plasenta serta
membran terjadi akibat faktor-faktor mekanis dan homeostasis
yang saling mempengaruhi. Waktu pada saat plasenta dan
selaputnya benar-benar terlepas dari dinding uterus dapat
bervariasi. Rata-rata kala III berkisar 15-30 menit, baik ada
primipara maupun multipara.
4) Kala IV
Kala IV ditetapkan sebagai waktu 2 jam setelah plasenta lahir
lengkap, hal ini dimaksudkan agar dokter, bidan atau penolong
persalinan masih mendampingi wanita setelah persalinan selama 2
jam. Dengan cara ini kejadian-kejadian yang tidak diinginkan
karena perdarahan postpartum dapat dikurangi atau dihindarkan.
Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat menurut (Marmi, 2016) yaitu :
1. Terjadi Lightening
Menjelang minggu ke-36, tanda primigravida terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang
disebabkan kontraksi Braxton Hiks, ketegangan dinding perut,
ketegangan Ligamentum Rotundum, dan gaya berat janin dimana kepala
ke arah bawah. Masuknya bayi ke pintu atas panggul menyebabkan ibu
merasakan :
a. Ringan dibagian atas, dan rasa sesaknya berkurang
b. Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal
c. Terjadinya kesulitan saat berjalan
d. Sering kencing (follaksuria)
2. Terjadinya His Permulaan
Mula tua kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron makin
berkurang sehingga produksi oksitosin meningkat dengan demikian dapat
menimbulkan kontraksi yang lebih sering, his permulaan ini lebih sering
diitilahkan sebagai his palsu. Sifat his palsu, antara lain :
a. Rasa nyeri ringan dibagian bawah
b. Datangnya tidak teratur
c. Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda
kemajuan persalinan
d. Durasinya pendek
e. Tidak bertambah bila beraktivitas
Tanda-tanda Timbulnya Persalinan (Inpartu)(Rohani et al., 2011)
1. Terjadinya His Persalinan
His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan rasa
nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks kontraksi
rahim dimulai pada 2 face maker yang letaknya didekat cornu uteri.
His yang menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan
tertentu disebut his efektif. His efektif mempunyai sifat : adanya
dominan kontraksi uterus pada fundus uteri (fundal dominance),
kondisi berlangsung secara syncrom dan harmonis, adanya intensitas
kontraksi yang maksimal diantara dua kontraksi, irama teratur dan
frekuensi yang kian sering, lama his berkisar 45-60 detik. Pengaruh
his dapat menimbulkan : terhadap desakan daerah uterus
(meningkat) terhadap janin (penurunan) terhadap korpus uteri
(dinding menjadi tebal) terhadap itsmus uterus (teregang dan
menipis) terhadap kanalis servikalis (effacement dan pembukaan).
His persalinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Pinggangnya terasa sakit dan menjalar ke depan
b) Sifat his teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan semakin
besar
c) Terjadi perubahan pada serviks
d) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan
maka kekuatan hisnya akan bertambah
2. Keluarnya Lendir bercampur Darah
Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan lepasnya lendir
berasal dari kanalis servikalis. Sedangkan pengeluaran darah
disebabkan robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka.
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
Sebagian ibu hamil mengeluarkan ketuban akibat pecahnya selaput
ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan
dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun apabila tidak tercapai,
maka persalinan harus diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya
ekstraksi vakum atau sectio caesaria.
4. Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara
berangsur-angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah perdarahan
atau pemendekan kanalis servikalis yang semula panjang 1-2 cm
menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang tipis
seperti kertas (Marmi, 2016)
Faktor yang Mempengaruhi
Kehamilan 37-42 Minggu Tanda-tanda Inpartur
Persalinan

Proses Persalinan

Kala 1 Kala 2 Kala 3 Kala 4

Kontraksi Partus Pelepasan Plasenta Trauma Jaringan Trauma


Uterus Jaringan

Peregangan Resiko Pendarahan Nyeri Akut Resiko Tinggi


Penurunan Jaringan Infeksi
Nyeri Nyeri Akut
Suplai O2 Kompresi Saraf

Resiko Kekurangan
Gangguan Pertukaran Volume Jaringan
Nyeri Akut
Gas Peringkatan
Ketidak Tahuan
Pada Janin Perkembangan
Perpindahan Cairan
Anggota Keluarga

Kekurangan Volume Perubahan Psikologi


Cairan Keluarga
3. Konsep Nifas Fisiologis
a. Definisi Nifas
Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (ambarwati, 2020)
(Elisabeth siwi walyani dan Th. Endang Purwo Astuti,2020).
Masa nifas (puerperium) di maknai sebagai periode pemulihan
segera setelah lahirnya bayi dan plasenta serta mencerminkan keadaan
pisiologis ibu, terutama sistem reproduksi kembali mendekati keadaan
sebelum hamil. Periode ini berlangsung 6 minggu atau berakhir saat
kembalinya kesuburan (Yefi Marliandiani, nyna puspita
Ningrum,2020).
b. Tahapan Masa Nifas
Menurut (Handayani & Pujiastuti, 2016) tahapan pada masa nifas
adalah sebagai berikut :
a. Periode nifas (Berdasarkan tingkat kepulihan):
a) Puerperium dini, merupakan masa pemulihan di mana ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b) Puerperium Intermedial, Merupakan masa kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c) Remote Puerperium, merupakan masa wahtu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila setelah hamil
atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk
sehat sempurna membutuhkan waktu berminggu-minggu,
bulanan, atau tahunan.
b. Tahapan Masa Nifas (Berdasarkan Waktu):
a) Immediate puerperium, merupakan sampai 24 jam post
partum.
b) Early Puerperium, merukapan masan setelah 24 jam sampai
dengan waktu minggu pertama.
c) Late Puerperium merupakan setelah 1 minggu sampai selesai.
c. Adaptasi Psikologi Ibu pada Masa Nifas
Kesejahteraan emosional ibu selama periode pascanatal
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kelelahan, pemberian makan
yang sukses, puas dengan perannya sebagai ibu, cemas dengan
kesehatannya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang
tersedia untuk ibu. (Rukiyah dkk, 2010:45)
Menurut Handayani dan Pujiastuti (2016) masa nifas merupakan
masa transisi peran seorang ibu dimana memerlukan adaptasi
psikologis yang tidak mudah. Masa nifas merupakan masa
bertambahnya kecemasan ibu berhubungan dengan pengalaman unik
selama persalinan. Berikut merupakan fase adaptasi psikologis masa
nifas:
1) Fase Taking In
Merupakan periode ketergantungan (dependent), yang
perlangsung hari 1 sampai 2 hari pertama, dengan ciri khas ibu
fokus pada diri sendiri dan pasif terhadap lingkungan, menyatakan
adanya rasa ketidaknyamanan yang dialami: rasa mules, nyeri luka
jahitan, kurang tidur dan kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan:
istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi yang
adekuat.
2) Fase Taking On
Pada fase ini disebut meniru, pada taking in fantasi wanita tidak
hanya meniru tapi sudah membayangkan peran yang dilakukan
pada tahap sebelumnya. Pengalaman yang berhubungan dengan
masa lalu dirinya yang menyenangkan, serta harapan untuk masa
yang akan datang. Pada tahap ini wanita akan meningkatkan
perannya pada masa lalu.
3) Fase Taking Hold
Berlangsung dalam 3 sampai 10 hari setelah melahirkan,
menunjukkan bahwa ibu mengalami kekhawatiran
ketidakmampuan dan rasa tanggungjawab dalam merawat
bayinya, ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung.
4) Fase Letting Go
Fase dimana ibu mulai menerima tanggung jawab peran barunya,
berlangsung setelah 10 hari setelah melahirkan, pada masa ini ibu
mulai dapat beradaptasi dengan ketergantungan bayinya, terjadi
peningkatan perawatan bayi dan dirinya, ibu merasa percaya diri,
lebih mandiri terhadap kebutuhan bayi dan dirinya. Ibu
memerlukan dukungan keluarga terhadap perawatan bayinya.
d. Kunjungan nifas (KF)
Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu :
1) KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari
pasca persalinan;
2) KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari
pasca persalinan;
3) KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh
delapan) hari pasca persalinan;
4) KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42
(empat puluh dua) hari pasca persalinan.
(Kemenkes, 2020)
Pelayanan Kesehatan
Pada Ibu Nifas

Pengkajian Data Subyektif


Konseling
1) Perubahan
Asuhan KF 1 psikologis
a. Memastikan involusi uteri 2) Ketidaknyamanan
b. Menilai adanya perdarahan,
masa nifas
demam, atau tanda-tanda infeksi
c. Mendapat cukup makanan, cairan, 3) Cara menyusui
istirahat dengan benar
d. Memastikan menyusui dengan 4) Tanda bahaya
baik postpartum Penegakan Diagnosis
e. Perawatan bayi sehari-hari
Asuhan KF 2
a. Memastikan involusi uteri normal
b. Menilai adanya perdarahan, Pemeriksaan Penunjang Pemberian asuhan pada ibu nifas
demam, atau tanda-tanda infeksi (laboratorium)
c. Mendapat cukup makanan, cairan, 1. HB
istirahat
d. Memastikan menyusui dengan
baik dan tanda-tanda penyulit
menyusui
e. Perawatan bayi sehari-hari,
perawatan tali pusat, menjaga bayi
Terlaksananya Pemeriksaan
agar tetap hangat Penurunan AKI & AKB
Kesehatan Bagi Ibu Nifas
Asuhan KF 3
a. Menanyakan keluhan dan penyulit
yang dialami
b. Konseling mengenai KB secara
dini
c. Latihan pengencangan otot
d. Menganjurkan bayi untuk
melaksanakan imunisasi dasar
lengkap
4. Konsep Bayi Baru Lahir Fisiologis
a. Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran,
berusia 0-28 hari BBL memerlukan penyesuian pisiologis berupa
maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan estra uterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup
dengan baik (Marmi,dkk 2020).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 gram
sampai 4000 gram, mengis spontasn kurang dari 30 detik setelah lahir
dengan nilai APGAR antara 7 sampai 10 (Ns.wagio 2020).
b. Tanda-Tanda Neonatus Normal
Tanda-tanda neonatus normal adalah appearance color (warna
kulit) seluruh tubuh kemerahan, pulse (denyut jantung) >100 x/menit,
grimace (reaksi terhadap rangsangan) menangis/batuk/bersin, activity
(tonus otot) gerakan aktif, respiration (usaha nafas) bayi menangis
kuat.
Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 380C) atau terlalu dingin
(kurang dari 360C), warna kuning pada kulit (tidak pada konjungtiva),
terjadi pada hari ke-2 sampai ke-3 tidak biru, pucat, memar. Pada saat
diberi makan, hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak muntah.
Tidak juga terlihat tanda-tanda infeksi seperti tali pusat merah,
bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah. Dapat berkemih
selama 24 jam, tinja lembek, sering hijau tua, tidak ada lendir atau
darah pada tinja, bayi tidak menggigil atau tangisan kuat, dan tidak
terdapat tanda: lemas, mengantuk, lunglai, kejangkejang halus tidak
bisa tenang, menangis terus-menerus.
c. Klasifikasi Neonatus
1) Neonatus menurut masa gestasinya
a) Kurang bulan (preterm infan) : <259 hari (37 minggu)
b) Cukup bulan (term infant) : 259- 294 hari (37-42 minggu)
c) Lebih bulan( postterm infant) : >294 hari (42 minggu)
2) Neonatus menurut berat lahir :
a) Berat lahir rendah : <2500 gram
b) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
c) Berat lahir lebih : >4000 gram
d. Penanganan Bayi Baru Lahir
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan
pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek
penting dari asuhan bayi baru lahir :
1) Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat.
2) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya sesegera
mungkin.
3) Segera setelah melahirkan badan bayi, lakukan penilaian sepintas :
a) Sambil secara cepat menilai pernapasannya (menangis kuat,
bayi bergerak aktif, warna kulit kemerahan) letakkan bayi
dengan handuk diatas perut ibu.
b) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah/lendir dari
wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalanv. Periksa
ulang pernapasan bayi (sebagiab besar bayi akan menangis atau
bernapas spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir).
c) Nilai APGAR SCORE, jika bayi megap-megap atau lemah
maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
e. Pengkajian Segera Setelah Bayi Baru Lahir
Pengkajian ini dibagi ke dalam tiga tahapan yaitu:
1) Tahap I
Segera setelah lahir pada menit-menit pertama kelahiran
menggunakan sisitem penilaian APGAR, yaitu pada menit pertama,
menit kelima dan menit ke sepuluh. Pada bayi baru lahir yang tidak
langsung menangis atau benafas megap-megap, maka tidak
menggunakan nilai APGAR, tetapi dengan menilai 2 hal yaitu usaha
nafas (tangisan) dan tonus otot. Penilaian secara cepat pada saat bayi
lahir merupakan cara yang paling baik untuk mengetahui apakah bayi
memerlukan bantuan untuk bernapad. Jika bayi lahir tidak menangis
atau tidak bernafas atau bernafas megap-megap dan tonus otot
lemah/bayi tampak lunglai, maka pada kondisi bayi yang demikian,
penolong persalinan harus segera memutuskan untuk membantu bayi
bernafas. Pertolongan atau bantuan bernafas pada bayi asfiksia yang
cepat dan tepat terutama pada 60 detik atau menit pertama akan sangat
menolong kemampuan bayi untuk bisa bernafas dengan normal,dan
dapat meningkatkan keberlangsungan hidup bayi. (Arfiana & Lusiana,
2016)

Penilaian APGAR Score

Tanda Skor
0 1 2
Appearance Biru, pucat Tubuh Seluruh tubuh
Warna Kuit kemerahan, kemerahan
ekstremitas biru
Pulse Tak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
Denyut jantung x/menit x/menit
Grimace Reflek Tak ada Meringis Batuk,Bersin
Reflek terhadap
rangsangan
Activity Lemah Fleksi pada Gerakan aktif
Tonus Otot ekstremitas
Respiration Tak ada Tak teratur Menangis baik
Upaya Bernafas

2) Tahap II
Setelah 24 jam pertama kehidupan, bayi normal mengalami perubahan
perilaku fisiologis. Pada tahap ini bayi mengalamai beberapa hal yang
berkaitan dengan perubahan bayi dari intra uterus ke ekstra
uterus,sehingga disebut juga periode transisional. Tahap ini meliputi
a) Periode I :
Disebut juga reaktivitas I yaitu 30 menit pertama setelah lahir. Pada
periode ini dapat dilihat perubahan-perubahan :
(1) Bayi kadang-kadang terjaga dengan mata terbuka,memberikan
respons terhadap stimulus, menghisap dengan penuh semangat,
tiba-tiba menangis dan frekuensi pernafasan masih belum
stabil.
(2) Dengan auskultasi stetoskop bising usus terdengar aktif
(3) Bayi mengalami resfullness (tidur nyenyak yang pertama kali,
untuk memulihkan tenaga selama proses persalinan) mengikuti
fase awal reaktivitas berlangsung 2-4 jam.
(4) Suhu tubuh, pernafasan, dan denyut jantung menurun tetapi
dalam batas normal
b) Periode II
Disebut periode reaktivitas II, yang berlangsung antara 2-5 jam
setelah lahir. Pada periode ini ditandai dengan :
(1) Bayi bangun dari tidur nyenyak yang pertama, denyut jantung
dan frekuensi meningkat, reflek GAG aktif (membantu bayi
untuk mengeluarkan lendir yang masih tersisa pada
mulut,melindungi bayi dari resiko aspirasi)
(2) Bayi mengeluarkan mekoneum, urine dan menghisap aktif
(3) Periode ini berakhir ketika lendir pernafasan berkurang.
c) Periode III
Merupakan periode stabilisasi,yang berlangsung 12-24 jam setelah
lahir. Pada tahap ini bayi lebih mudah untuk tidur dan
terbangun.Tanda-tanda vital stabil, kulit berwarna kemerahan.Pada
periode ini dapat dilakukan pengkajian fisik pada bayi. (Arfiana &
Lusiana, 2016)
f. Asuhan Bayi Baru Lahir
1) Klem dan Potong Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir
tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi,
kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menagis,
maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan
tindakan resusitasi pada bayi.
Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong 5 cm dari dinding
perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril.
Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan perawatan terbuka
tanpa dibubuhi apapun.
Penelitian lain mengungkapkan bahwa efektifitas waktu
penundaan pemotongan tali pusat terhadap kadar hemoglobin pada
bayi baru lahir di rs anutapura kota palu yang dilakukan Lili
Suryani memberikan hasil bahwa penundaan pemotongan tali
pusat 3 menit setelah lahir dapat meningkatkan kadar HB pada
bayi baru lahir, Penundaan penjepitan memungkinkan waktu
untuk mentransfer darah janin di plasenta ke bayi pada saat
kelahiran. Transfusi plasenta ini dapat memberi bayi tambahan
volume darah 40% lebih banyak (Suryani, 2019)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Swedia tahun
2015 menunjukkan bahwa penundaan pemotongan tali pusat pada
bayi efektif untuk mencegah anemia defiensi zat besi pada bayi
dengan P-value 0,02 (Andersson & Andersson, 2011)
Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang
dilakukan oleh Nenik Sulasikin (2014) yang berjudul “Hubungan
Perawatan Tali Pusat dengan Lama Lepas Tali Pusat pada Bayi
Baru Lahir di BPM Mujiasih Pandak Bantul Yogyakarta”
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
perawatan tali pusat dengan lama pelepasan tali pusat. Penelitian
lain menunjukkan bahwa perawatan tali pusat dengan ASI lebih
cepat kering dari pada menggunakan kassa kering dengan
significancy level 95%.
Waktu terlama perawatan tali pusat dengan metode
terbuka dibandingkan perawatan metode tertutup yaitu 109
jam (4 hari 13 jam). Kondisi ini dikarenakan dipengaruhi oleh
faktor kelembaban dan kebersihan saat perawatan yang baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan lama waktu pelepasan tali pusat setelah
diberikan intervensi perawatan tali pusat dengan metode
tertutup dan terbuka. Nilai taraf signifikan atau 0.000 <0.05
maka H0 ditolak. Karena H0 ditolak, maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan antara perawatan tali pusat dengan
metode tertutup dan perawatan tali pusat dengan metode
terbuka terhadap lama pelepasan tali pusat. Rata-rata lama waktu
pelepasan tali pusat dengan metode perawatan tali pusat
terbuka adalah 98,7 jam (4 hari 2,7 jam),sedangkan untuk
perawatan tali pusat tertutup adalah 170,6 jam (7 hari 2,6 jam).
(Trijayanti, dkk, 2020)
2) Jaga Kehangatan Bayi
a) Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu.
b) Ganti handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan
selimut dan memastikan bahwa kepala terlindungi dengan baik
untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
c) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi
setiap 15 menit, yaitu:
(1) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila
bayi.
(2) Apabila suhu bayi >36,50C, segera hangatkan bayi.
(3) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
(4) Jangan memandikan bayi baru lahir (memandikan bayi
setelah 6 jam).
(5) Cegah terjadinya kehilangan panas dengan mengeringkan
tubuh bayi dengan handuk atau kain bersih kemudian
selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat,
kering, dan bersih. Tutupi bagian kepala bayi dengan topi
dan anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
serta jangan segera menimbang atau memandikan bayi
baru lahir karena bayi baru lahir mudah kehilangan panas
tubuhnya.
(6) Identifikasi bayi
Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang
persalinannya yang mungkin lebih dari satu persalinan
maka alat pengenal harus diberikan kepada setiap bayi
baru lahir, yaitu :
(a)Nama bayi/Nama ibu
(b)Tanggal lahir dan jam
(c)Nomor bayi
(d)Jenis kelamin
3) IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
Evidence Based Practice yang berkaitan dengan Asuhan
Kebidanan Bayi Baru Lahir yakni menurut Mundarti (2012) dalam
Penelitian Hubungan Lama IMD dengan Suhu Tubuh Bayi Baru
Lahir, bahwa lama waktu IMD yang kurang dari 1 jam membuat
bayi mengalami keadaan dimana suhu tubuhnya berada diluar
batas normal suhu tubuh bayi baru lahir (<36,5 C) (Mundarti,
2012). Batasan waktu IMD +- 1 mnt setelah bayi lahi dll
mempererat ikatan batin antara ibu-anak, setelah dilahirkan
sebaiknya bayi langsung diletakkan di dada ibunya sebelum bayi
itu dibersihkan. Sentuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkan
efek psikologis yang dalam antara ibu dan anak.
Di bawah ini merupakan beberpa penampilan dan prilaku bayi,
baik secara spontan karena adanya rangsangan adalah sebagai
berikut:
a. Tonik neek reflek, yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi
normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan
kepalanya.
b. Rooting reflek, yaitu bila jarinya menyentuh daerah sekitar
mulut bayi maka ia akan membuka mulutnya dan
memiringkan kepalanya kearah datangnya jari.
c. Grasping reflek, bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi
maka jari-jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat.
d. Moro reflek, reflek yang timbul diluar kemauan Keadaan bayi.
Contoh: bila bayi diangkat dan direnggut secara kasar dari
gendongan kemudian seolah-olah bayi gerakan yang
mengangkat tubuhnya dari orang yang mendekapnya.
e. Startle reflek , reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan
seperti mengejang pada lengan dan tangan dan sering di ikuti
dengan tangis.
f. Stapping reflek, reflek kaki secara spontan apabila bayi
diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu
dasar maka bayi seolah-olah berjalan.
g. Reflek mencari putting (rooting), yaitu bayi menoleh kearah
sentuhan pipinya atau didekat mulut, berusaha untuk
menghisap.
h. Reflek menghisap (sucking), yaitu areola putting susu tertekan
gusi bayi, lidah, dan langit-langit sehingga sinus laktefirus
tertekan dan memancarkan ASI.
i. Reflek menelan (swallowing), dimana ASI di mulut bayi
mendesak otot didaerah mulut dan faring sehingga
mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI kedalam
lambung (Rukiyah & Lia, 2012)

4) Posisi Menyusui dan Menyendawakan Bayi


Posisi menyusui bayi ada tiga macam yaitu digendong, berbaring
dan football hold. Metode menyendawakan bayi ada tiga metode
yakni disandarkan di bahu ibu, bayi duduk di pangkuan ibu dan
bayi berbaring dengan kepala miring.
5) Perawatan mata

Dibeberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara


hukum di haruskan untuk mencegah terjadinya oftalmia
neonatorum. Di daerah dimana prevalensi gonorea tinggi, setiap
bayi baru lahir perlu di beri salep mata sesudah 5 jam bayi lahir.
Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia
(penyakit menular seksual).
Pemberian obat tetes mata Eritromisin 0,5% atau
Tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata
karena klamidia (penyakit menular seksual). (Saifuddin AB,
2010) Tetes mata / salep antibiotik tersebut harus diberikan
dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran. Upaya profilaksis
untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak
diberikan dalam 1 jam pertama kehidupannya.
6) Pemberian vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru
lahir dilaporkan cukup tinggi berkisar 0,25-0,5 %. Untuk
mencegah terjadinya perdarahan tersebut semua neonatus
fisiologis dan cukup bulan perlu vitamin K peroral 1mg/hari
selama 3 hari, sedangkan bayi risiko tinggi diberi vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5-1 mg I.M. Semua neonatus yang lahir
harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg
intramuskuler di paha kiri. Memberikan suntikan vitamin KI
dangan dosis 1 mg sebanyak 0,1 cc intramuskular 1/3 paha luar
sebelah kiri untuk mencegah devisiensi Vitamin KI.
7) Pemberian imunisasi Hepatitis B
Pemberian imunisasi Hepatitis B untuk mencegah infeksi
Hepatitis B diberikan pada usia 0 hari secara IM dipaha kanan dan
selanjutnya diberikan ulangan sesuai imunisasi dasar lengkap. an
imunisasi hepatitis B 0,5 ml secara IM di paha kanan luar atas
untuk mencegah penyakit hepatitis.

8) Pemantaun lanjutan
Tujuan pemantauan bayi baru lahir yaitu untuk mengetahui
aktifitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan
bayi baru lahir yang memerlukan perhatian dan tindak lanjit dari
petugas kesehatan.
Hal-hal yang dinilai di waktu pemantauan bayi pada jam pertama
sesudah kelahiran, yaitu :
a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah.
b) Bayi tampak aktif atau lunglai.
c) Bayi tampak kemerahan atau biru.
g. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Kriteria Sehat Tidak Sehat


Nafas 40-60 x/menit >40 x/menit atau >60 x/menit
Warna Kulit Merah Muda Bayi pusat/biru pada tubuh
Ada, mata mendelik, tangan
bergerak seperti menari,
Kejang Tidak Ada menangis melengking, tiba-
tiba badan kaku, mulut
mencucu
Menangis jika sedang Menangis terus, bayi lemas
Aktivitas
haus atau buang air tidak bergerak
Tidak mau minum atau
Minum ASI Mau minum
memuntahkan semuanya
Hisapan Bayi Hisapa kuat Hisapan lemah
Kuning Pada Bayi Tidak ada/Ada : Ada
 Muncul antara 1. Muncul >24 jam
24-72 jam pertama atau
pertama menetap setelah 2
 Hilang dalam 2 minggu
minggu
 Bilirubin <15 2. Bilirubin >15 mg/dL
mg/dL
Air seni pekat dan sedikit
Buang Air Kecil 6-8 x/hari
(BAK <6 x/hari)
Sangat encer, tidak bisa BAB
Encer berisi seperti >3 hari (adanya perubahan
Buang Air Besar
biasanya konsistensi dan frekuensi
BAB)
Normal Panas seluruh tubuh/dingin
Suhu Tubuh
(36,5 0C -37,5 0C) seluruh tubuh
Merah dipinggir tali
Tali Pusat Bersih
pusat/bernanah/berbau
Merah menetap, bernanah, ada
Mata Bening
kotoran
Bercah Putih Pada
Tidak ada Ada
Mulut
Ada bintil berair dan
Kulit Bersih
kemerahan
B. TINJAUAN TEORI KEBIDANAN
1. Tinjauan Teori Asuhan Kehamilan Trimester I
a. Pengkajian

Pada langkah pertama ini dilakukan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari berbagai sumber yang berkaitan dengan kondosi klien.
Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesa. Anamnesa adalah
pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui
pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Anamnesa dapat dilakukan melalui dua
cara yaitu:
a. Aotu anamnesis adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien
langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung
dari sumbernya.
b. Allo anamnesis adalah yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk
memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan darurat
ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang
akurat.
Bagian-bagian penting dari anamnesis antara lain sebagi berikut:
Identitas
Istri Suami
Nama Nama
Usia Usia
Agama Agama
Pendidikan Pendidikan
Pekerjaan Pekerjaan
Suku/ras Suku/ras
Alamat Alamat

e) Data Subyektif
Mengambarkan pendokumtasian hanya pengumpulan data klien melalui
anamnesa tanda gejala subjektif yang diperoleh dan hasil bertanya dan
pasien, suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat perkawinan,
riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat
penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial, pola
hidup (Rukiyah et al., 2014).
1) Alasan datang
Alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, diungkapkan dengan kata-
katanya sendiri (Hani & Ummi, 2011)
2) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2012)
3) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan perlu dikaji untuk mengetahui riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan yang lalu serta riwayat kesehatan dalam
keluarga (Marmi, 2017)
4) Riwayat obstetric
a) Riwayat haid
Dalam hubungannya dengan kehamilan, menurut (widatiningsih &
hiyana TD, 2017) ditanyakan periode menstruasi yang dialami
meliputi siklus dan lama haid karena wanita sering keliru mengartikan
bercak darah implantasi sebagai periode menstruasi. Selain itu,
riwayat haid juga dapat digunakan untuk menghitung usia kehamilan
dan perkiraan persalinan.
b) Riwayat kehamilan sekarang
a) GPA
Gravida dan para dikaji untuk mengetahui pengalaman klien
tentang kehamilan. sedangkan abortus dikaji untuk mengetahui
pernah terjadi abortus, karena dapat terjadi keguguran yang
berulang (Astuti, 2012).
b) HPHT
Untuk mengetahui tanggal hari pertama dari menstruasi terakhir
klien untuk memperkirakan kapan kira-kira sang bayi akan
dilahirkan. Penentuan perkiraan lahir dengan rumus Neagle yaitu
dihitung dari tanggal haid terakhir hari ditambah 7 (tujut), bulan
ditambah 9 (sembilan) atau dikurangi 3 (tiga) tahun ditambah 1
(satu) atau tidak (Rukiyah et al., 2014).
c) Gerakan Janin
Gerakan janin dalam waktu 12 jam normal gerakan janin minimal
10 kali (Pantikawati dan Saryono, 2012). Sangat penting untuk
diketahui bahwa gerakan janin saat kehamilan harus dipantau oleh
ibu hamil, karena gerakan janin salah satu indikator bahwa janin
yang di kandung dalam kondisi hidup dan sehat, tanda reliabel
tentang kesejahteraan janin, dimana gerakan janin yang mengikuti
pola teratur dari awal ketika gerakan ini dirasakan (Rukiyah et al.,
2014).
d) TT (Tetanus Toxoid)
Dari hasil penelitian Widiyanti vaksinasi dalam kehamilan di
indonesia dianjurkan diberikan pada saat pelayanan antenal care
karena angka kejadian tetanus neonatorum di indonesi sangat
tinggi. Jadwal pemberian Imunisasi TT.
Tabel Jadwal Pemberian Imunisasi TT

Imunisasi Interval % Perlindungan Masa Perlindungan


TT 1 Pada kunjungan 0% Tidak ada
ANC pertama
TT 2 4 minggu 80% 3 tahun
setelah TT1
TT 3 6 bulan setelah 95% 5 tahun
TT 2
TT 4 1 tahun setelah 99% 10 tahun
TT 3
TT 5 1 tahun setelah 99% 25tahun/ seumur
TT 4 hidup
Sumber: (Pantikawati & Suryono, 2012).
e) Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi
dalam kehamilan trimester I.
f) ANC (Antenatal Care)
Jadwal Pemeriksaan KehamilanPemeriksaan kehamilan sangat
diperlukan untuk memantau keadaan ibu dan janinnya. Dalam
literatur (Saifuddin, 2014) sebagai berikut: (1) Kehamilan
trimester I (<14 minggu) satu kali kunjungan, (2) Kehamilan
trimester II (14-28 minggu) satu kali kunjungan, (3) kehamilan
trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu 36) dua kali
kunjungan (Rukiyah et al., 2014)
c) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan yang aterm,
persalinan yang premature, keguguran atau kegagalan kehamilan,
persalinan dengan tindakan (dengan forseps, atau dengan SC), riwayat
perdarahan pada kehamilan, persalinan atau nifas sebelumnya,
hipertensi disebabkan kehamilan pada kehamilan sebelumnya, berat
bayi sebelumnya <2500 atau >4000 kg, masalah-masalah lain yang
dialami, riwayat kebidanan yang lalu membantu anda mengelola
asuhan pada kehamilan ini (konseling khusus, test, tindak lanjut dan
rencana persalinan (Rukiyah et al., 2014)
d) Riwayat Kesehatan
Data dari riwayat keseahatan ini dapat kita gunakan sebagai
“penanda” (warning) akan adanya penyulit masa hamil. Adanya
perubahan fisik dan fisiologis pada masa hamil yang melibakan
seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi organ yang
mengalami gangguan. Beberapa data penting tentang riwayat
kesehatan pasien yang perlu kita ketahui adalah apakah pasien pernah
atau sedang menderita penyakit, seperti jantung, diabetes melitus
(DM), ginjal, hipertensi/hipotensi, dan hepatitis (Rukiyah et al., 2014)
e) Riwayat Perkawinan
Ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita akan mendapatkan
gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan. Beberapa
pertanyaan yang dapat ajukan antara lain sebagai berikut.
(1) Berapa tahun usia ibu ketika menikah pertama kali?
(2) Status pernikahan (sah/tidak)?
(3) Lama menikah?
(4) Ini adalah suami yang ke?
g) Riwayat KB
Riwayat keluarga berencana dikaji lebih awal agar pasien
mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai pilihan beberapa
alat kontrasepsi.Memberikan Penjelasan mengenai alat kontrasepsi
tertensu yang sesuai dengan kondisi dan keinginan pasien
(Sulistyawati, 2012)
h) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(1) Pola Nutrisi
Ini penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan gambaran
bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya selama hamil. Kita
bisa menggali dari pasien tentang makanan yang disukai dan yang
tidak disukai, seberapa banyak dan sering ia mengomsumsinya,
sehingga jika kita peroleh data yang tidak sesaui dengan standar
pemenuhan, maka kita dapat memberikan klarifikasi dalam
pemberian pendidikan kesehatan mengenai gizi ibu hamil.
Beberapa hal yang perlu kita tanyakan pada pasien berkaitan
dengan pola makan adalah sebagai berikut.
(a) Menu
ini dikaitkan dengan pola diet seimbang bagi ibu hamil. Kita
dapat menanyakan pada pasien tentang apa saja yang ia
makan dalam sehari (nasi, sayur, buah, makanan selingan dan
lain-lain).
(b) Frekuensi
Data ini akan memberi petunjuk bagi kita tentang seberapa
banyak asupan makanan yang dikomsumsi ibu.
(c) Jumlah Per Hari
Data ini memberikan volume atau seberapa banyak makanan
yang ibu makan dalam waktu satu kali makan. Untuk
mendapatkan gambaran total makanan yang ibu makanan,
bidan dapat mengalikannya dengan frekuensi makan dalam
sehari.
(d) Pantangan
Ini juga penting untuk kita kaji karena ada kemungkinan
pasien berpantang makanan justru pda makanan yang sangat
mendukung pemulihan fisiknya, misalnya daging, ikan, atau
telur (Sulistyawati, 2012)
(2) Pola Eliminasi
Kebutuhan fisik ibu hamil akan eliminasi berkaitan dengan
adaptasi gastrointestinal sehingga menyababkan penurunan tonus
dan mortilitas lambung dan usus terjadi reabsorbsi zat makanan
peristaltik usus lebih lambat sehingga menyebabkan obstipasi,
penekanan kandung kemih karena pengaruh hormon esterogen
dan progesteron sehingga menyebabkan sering BAK dan terjadi
pengeluaran keringat (Rukiyah et al., 2014). Menurut (saputra,
2014)peningkatan rekuensi berkemih atau sering buang air kecil
disebabkan oleh tekanan uterus karena turunya bagian bawah
janin sehingga kandung kemih tertekan dan mengakibatkan
frekuensi berkemih meningkatkat karena kapasitas kandung
kemih berkurang 12.
(3) Pola Personal Higiene
Dikaji untuk mengetahui bagaimana akan memengaruhi
kesehatan pasien dan bayinya. Jika pasien mempunyai kebiasaan
yang kurang baik dalam perawatan kebersihan dirinya, maka
bidan harus dapat memberikan bimbingan mengenai cara
perawatan kebersihan diri dan bayinya sedini mungkin. Beberapa
kebiasaan yang dilakukan dalam perawatan kebersihan diri di
antaranya mandi, keramas, ganti baju dan celana dalam dan
kebersihan kuku (Sulistyawati, 2012)
(4) Pola Istirahat Tidur
Istrahat sangat diperlukan oleh ibu hamil. Istrahat malam hari
rata-rata lama tidur malam yang normal adalah 6-8 jam. Selain
itu tidak semua wanita mempunyai kebiasaan tidur siang. Oleh
karena itu, hal ini dapat kita sampaikan kepada ibu bahwa tidur
siang sangat penting untuk menjaga kesehatan selama hamil
(Sulistyawati, 2012)
(5) Pola Seksual
Hal-hal yang berkaitan dengan pola seksual yang ditanyakan
diantaranya frekuensi dalam satu minggu dan apakah ada
gangguan ketika melakukan hubungan seksual (Sulistyawati,
2012)
(6) Pola Aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas sehari-hari dikaji untuk memberikan gambaran
tentang seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan pasien di
rumah (Sulistyawati, 2012). Ibu hamil dapat melakukan pekerjaan
seperti menyapu, mengepel, masak, dan mengajar
(7) Data Ekonomi, Psikososial, Budaya
Riwayat sosial ekonomi ibu dapat membantu mengetahui sistem
dukungan ibu dan mengambil keputusan dalam keluarga
(Rukiyah dan Yuliyanti, 2013). Adanya respon yang positif dari
keluarga terhadap kehamilan akan mempercepat proses adaptasi
ibu dalam menerima peranya (Sulistyawati, 2012). Menurut
Rukiyah dan Yuliyanti (2013) menyatakan bahwa harus dikaji
apakah ibu hamil menganut mitos tertentu yang menghambat
pemberian asuhan bagi ibu hamil dan membahayakan kehamilan.
(8) Data Pengetahuan
Dikaji pengetahuan pasien tentang pemeriksaan kehamilan,
perawatan payudara, memantau gerakan janin, waspada keluhan,
pola makan yang sehat, sikap tubuh yang baik, posisi tidur,
ketidaknyamanan dan cara mengatasinya, tanda bahaya
(Sulistyawati, 2012)

f) Data Obyektif
Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi (Rukiyah dan
Yuliyanti, 2014).
1) Keadaan Umum
Keadaan umum baik jika menunjukkan respon yang baik terhadap
lingkungandan orang lain begitupun dengan sebaliknyan jika ia kurang
atau tidak memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang
lain bahaya (Sulistyawati, 2012)
a) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan compos
mentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak
dalam keadaan sadar bahaya (Sulistyawati, 2012)
b) Tinggi Badan
Ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil antara lain
yaitu >145 cm (Prawirdjohardjo, 2005)
c) Berat Badan
Timbang BB dan pengukuran TB pertambahan BB yang normal pada
ibu hamil yaitu berdasarkan massa tubuh (BMI: body masa indeks)
dimana metode ini menentukan pertambahan optimal selama masa
kehamilan, karena merupakan hal yang penting untuk mengetahui
BMI wanita hamil. Total pertambahan BB pada kehamilan yang
normal 12,5 kg (widatiningsih & hiyana TD, 2017)
d) Tekanan darah
Menurut (Rukiyah et al., 2014) Tekanan darah perlu ukuran untuk
mengetahui perbandingan nilai dasar selama kehamilan. Tekanan
darah yang adekuat perlu untuk mempertahankan fungsi plasenta,
tetapi tekanan darah sistolik 140 mmHg atau diastolic 90 mmHg pada
saat awal pemeriksaan dapat mengindikasi potensi hypertensi
e) Lingkar Lengan Atas (LILA)
LILA normal ibu hamil adalah >23,5 cm (Romauli, 2011) Standar
minimal untuk ukuran Lingkar Lengan Atas pada wanita dewasa atau
usia reproduksi adalah 23,5 cm. Jika ukuran LILA kurang dari 23,5
cm maka interpretasinya adalah kurang energi kronis.
f) Nadi
Dalam keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60-80 x/menit (Romauli,
2011)
g) Suhu
Suhu tubuh yang normal adalah 36-37,50C, suhu tubuh lebih dari
37,50C perlu diwaspadi adanya infeksi (Romauli, 2011)
h) Pernapasan
Normalnya 15-20/menit. Menurut (widatiningsih & hiyana TD, 2017)
wanita hamil bernapas lebih cepat dan lebih dalam memerlukan lebih
banyak oksigen untuk janin dan dirinya.Peningkatan frekuensi
pernafasan dapat menunjukkan syok atau ansietas
2) Status Presen
a) Kepala
Perlu dikaji rambutdan kulit kepala, ukuran, lontur, kesimetrisan,
lokasi struktur wajah, gerakan involunter (Rukiyah et al., 2014)
b) Muka
Perlu dikaji pada muka adalah simetris, pucat, dan oedema
(widatiningsih & hiyana TD, 2017)
c) Mata
Yang dikaji pada mata adalah konjungktiva, sklera, kebesihan,
kelainan dan gangguan penglihatan (rabun jauh/dekat) (widatiningsih
& hiyana TD, 2017)
d) Hidung
Yang dikaji pada hidung adalah kebersihan, polip (hidung tersumbat),
pernafasan (widatiningsih & hiyana TD, 2017)
e) Mulut
Yang dikaji pada mulut adalalah Integritas jaringan (lembab, kering
atau pecah-pecah) (widatiningsih & hiyana TD, 2017)
f) Telinga
Yang pelu dikaji Kebersihan, gangguang pendengaran dan massa
(widatiningsih & hiyana TD, 2017)
g) Leher
Menyebutkan bahwa pada leher perlu dikaji pembesaran kelenjar
limfe, tiroid dan vena jugularis (widatiningsih & hiyana TD, 2017)
h) Ketiak
Dikaji adanya terdapat tumor atau nyeri tekan (Rukiyah dan Yulianti,
2014).
i) Dada
Dikaji retraksi dada, denyut jantung teratur dan wheezing
(widatiningsih & hiyana TD, 2017)
j) Abdomen
Dikaji bentuk, bekas lupa operasi, strie, linea, TFU, Hasil pemeriksaan
palpasi leopold, taksiran berat janin (widatiningsih & hiyana TD,
2017)
k) Vulva
Perlu kebersihan, pengeluaran pervagina dan tanda-tanda infeksi
vagina (widatiningsih & hiyana TD, 2017)
l) Ekstremitas
Dikaji di bagian ekstremitas atas adanya gangguang/ kelainan dan
bentuk untuk ekstremitas bawah bentuk, oedema dan varises
(widatiningsih & hiyana TD, 2017)
m)Refleks Patella
n) Refleks patella normal kanan/kiri (+/+) (widatiningsih & hiyana TD,
2017)
o) Anus
p) Menyatakan bahwa pada anus perlu dikaji hemoroid dan kebersihan
(widatiningsih & hiyana TD, 2017)
3) Status Obstetri
Pemeriksaan obstetri digunakn untuk mengetahui kondisi pasien
berkaitan dengan kehamilan/persalinan. Pemeriksaan meliputi:
a) Inspeksi
(1) Muka
Closma Gravidarum (Sulistyawati, 2012)
(2) Payudara
Bentuk payudara, kesimetrisan, massa, hiperpigmentasi areola,
keadaan puting kebersihan dan ruam (Sulistyawati, 2012)
(3) Abdomen
Terdapat linea nigra, striae, luka bekas operasi dan pembesaran
perut (Sulistyawati, 2012)
(4) Vulva
Kebersihan, ada varises atau tidak, kelenjar bartolin, pengeluaran
pervaginam, tanda-tanda infeksi (Sulistyawati, 2012)
b) Palpasi
(1) Payudara: teraba massa atau tidak, nyeri, kolostrum (Sulistyawati,
2012)
(2) Abdomen
(a) Leopold I menentukan tinggi fundus uteri dan apa yang
teraba di fundus
(b) Leopold II menentukan punggung kanan atau punggung kiri
(c) Leopold III menentukan bagian apa terendah. Pada kehamilan
normal yang teraba adalah kepala
(d) Leopold IV menentukan apakah bagian terendah sudah
masuk PAP (Pintu Atas Panggul) atau belum (Pantikawati &
Suryono, 2012).
(3) Tinggi Fundus Uteri
Tinggi fundus uteri, dengan dibandingkan terhadap berbagai titil
patokan, di ukur pada setiap kali kunjungan. Pertumbuhan uterus
akan terus terjadi dan dapat perkirakan sehingga tinggi fundus
uteri merupakan pedoman yang baik untuk menentukan usia
kehamilan (Rukiyah et al., 2014).
(4) Tafsiran Berat Janin (TBJ)
Taksiran berat janin, menghitung dengan caraDjonson Tausak
(TFU dalam cm) – n x 155 = gram. Bila kepala di atas atau pada
spina ischiadika maka n = 12, bila kepala di bawah spina
ishiadika maka n = 11 (Pantikawati & Suryono, 2012).
(5) Auskultasi
Auskultasi, mendengar denyut jantung janin.Normalnya adalah
120-160 x/menit (Pantikawati & Suryono, 2012).
4) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine bertujuan untuk mengetahui komplikasi adanya pre
eklamsi pada ibu hamil yang sering kali menyebabkan masalah dalam
kehamilan maupun persalinan dan terkadang menyebabkan kesakitan
dan kematian ibu dan bayi bila tidak segera diantisipasi. Pemeriksaan
urine reduksi obertujuan untuk melihat adanya glukosa dalam urine.
Urine normal biasanya tidak mengandung glukosa.Dalam kasus
tertentu urine mengandung glukosa seperti pada ibu yang mempunyai
riwayat DM (Rukiyah et al., 2014)
b) Pemeriksaan Haemoglobin
Pemeriksaan HB secara sahli dilakukan pada ibu hamil pada
kunjungan awalpada trimester III (28 minggu) dan bila didapatkan
tanda-tanda anemia menjelang persalinan seandainya terjadi
komplikasi. Menurut (Manuaba, 2012) pemeriksaan HB dilakakuan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil
pemeriksaan Hb sahli dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Hb 11 gr
% dikatakan tidak anemia, 9-10gr% anemia ringan, 7-8 gr % anemia
sedang ,< 7 gr % anemia berat (Rukiyah et al., 2014).
g) Analisa
a. Diagnosa Kebidanan
Dalam asuhan kebidanan trimester I maka diagnosa kebidanan yang
muncul adalah primigravida atau multigravida, hamil 0-12 minggu,
tunggal/ganda, intra uterine, hidup, situs bujur/lintang, posisi punggung
puka/puki, presentasi kepala, jalan lahir baik, keadaan ibu dan janin baik
(Pantikawati & Suryono, 2012).
b. Masalah
Tidak Ada
c. Diagnosa Potensial
Tidak ada
d. Antisipasi Tindakan Seger
Tidak ada

h) Penatalaksanaan
Memberikan kesehatan tentang cara mengatasi ketidaknyamanan kehamilan
trimester I sesuai dengan keluahan ibu hamil.

i) Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan
kepada pasien, meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi
sesuai diagnosis dan masalah (Sulistyawati, 2012)
a. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
b. Ibu memahami penjelasan bidan tentang ketidaknyamanan yang muncul
dan cara mengatasinya
c. Ibu memahami penjelasan bidan tentang kebutuhan nutrisi, eliminasi,
istirahat, personal hygiene dan seksual.
d. Ibu memahami penjelasan bidan tentang tanda bahaya kehamilan
trimester I
e. Imunisasi TT telah diberikan dan ibu menerima tablet Fe dan bersedia
meminumnya
f. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 1 bulan kemudian atau jika ada
keluhan.
g. Pendokumentasian

2. Asuhan Kebidanan Kehamilan Trimester II


a. Data Subyektif
1) Biodata/ Identitas
a) Nama
Digunakan untuk membedakan antar klien yang satu
dengan yang lain. Sastrawinata, 1983:154 (dalam Marmi,
2017:179).
b) Umur
Menurut Muadz (2013:145) pernikahan yang ideal
adalah wanita dengan usia 20 tahun keatas dan laki-laki
dengan usia 25 tahun keatas.
c) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan
dukungan kepada ibu selama memberikan asuhan (Marmi,
2017:179).
d) Pendidikan
Selain sebagai tambahan identitas, informasi tentang
pendidikan dan pekerjaan orang tua, baik ayah maupun ibu,
dapat menggambarkan keakuratan data diperoleh serta
dapat ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis.
(Wahidiyat, 2014:6)
e) Pekerjaan
Pekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu
kelelahan secara tidak langsung dapat menyebabkan
involusi dan laktasi terganggu sehingga masa nifas pun jadi
terganggu pada ibu nifas normal (Marmi, 2017:179).
f) Suku Bangsa
Untuk menentukan adat istiadat atau budayanya
(Marmi, 2017:179).
g) Alamat
Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat
tinggal (Marmi, 2017:179).
2) Keluhan Utama
Keluhan atau sesuatu yang dirasakan oleh pasien yang
mendorong pasien mencari layanan kesehatan. (Kemenkes RI,
2017:63)
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Penjelasan dari keluhan utama, mendeskripsikan
perkembangan gejala dari keluhan utama tersebut dimulai
saat pertama kali pasien merasakan keluhan. Menemukan
adanya gejala penyerta dan mendeskripsikannya (lokasi,
durasi, frekuensi, tingkat keparahan, faktor yang
memperburuk dan mengurangi keluhan. (Kemenkes RI,
2017:63)
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Keterangan terperinci dari semua penyakit yang pernah
dialami dan sedapat mungkin menuliskan dengan urutan
waktu, baik riwayat penyakit yang diderita sewaktu kecil,
penyakit yang diderita sesudah dewasa beserta waktu
kejadiannya serta riwayat alergi dan riwayat operasi,
riwayat pemeliharaan kesehatan atau riwayat trauma fisik
baik riwayat penyakit menular atau keturunan. (Kemenkes
RI, 2017:63-64)
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat mengenai ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara
perempuan pasien, dituliskan tentang umur, keadaan
kesehatan masing-masing bila masih hidup, atau umur
waktu meninggal dan sebabnya. Tuliskan hal-hal yang
berhubungan dengan peranan keturunan atau kontak
diantara keluarga. Ada atau tidaknya penyakit spesifik
dalam keluarga, misalnya jantung, hipertensi, diabetes dan
sebagainya. (Kemenkes RI, 2017:64)
4) Riwayat Obstetri
a) Riwayat Menstruasi
Beberapa yang harus dikaji meliputi menarche, yaitu
usia pertama kali mengalami mengalami menstruasi, siklus
menstruasi yaitu jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi sebelumnya, volume dan lamanya
menstruasi serta keluhan yang dirasakan selama menstruasi.
(Marmi, 2015:112)
b) Riwayat Kehamilan Sekarang
(1) HPHT
Pengkajian HPHT disesuaikan dengan catatan
perkembangan ibu hamil. Umur kehamilan dan tafsiran
persalinan dihitung dengan menggunkan rumus Neagle.
HPL (hari perkiraan lahir) = HPHT (hari pertama haid
terakhir) + 7 dan bulan haid terakhir -3. (Winkjosastro,
2009)
(2) HPL (hari perkiraan lahir)
: ...
HPL (hari perkiraan lahir) = HPHT (hari pertama
haid terakhir) + 7 dan bulan haid terakhir -3.
(Winkjosastro, 2009)
(3) Usia Kehamilan
Kehamilan aterm (cukup bulan) merupakan
kehamilan dengan masa gestasi 37-42 minggu.
(Winkjosastro, 2009)
(4) Gerakan Janin
Dengan mengetahui gerakan janin dalam umur
kehamilan 16 minggu, maka perkiraan umur kehamilan
dapat ditetapkan. Gerakan janin berupa positif, karena
ada. (Winkjosastro, 2009)
(5) Kekhawatiran
Kekhawatiran ibu juga dikaji untuk mengetahui
keadaan psikologi ibu dalam menghadapi masa
kehamilannya. (Winkjosastro, 2009)
(6) Status Imunisasi TT
Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil guna
memberikan kekebalan pada janin terhadap infeksi
tetanus pada saat persalinan, maupun postnatal. Bila
seorang wanita selama hidupnya mendapatkan
imunisasi sebanyak lima kali berarti akan mendapatkan
kekebalan seumur hidup (long life) dengan periode
waktu tertentu terhadap penyakit tetanus. Menurut
WHO, jika seorang ibu belum pernah mendapatkan
paling sedikit 2 kali injeksi selama kehamilan (pertama
saat kunjungan antenatal pertama dan kedua, empat
minggu setelah kunjungan pertama). Dosis terakhir
sebaikanya diberikan sebelum dua minggu persalinan
untuk mendapat efektivitas dari obat. (Hani, dkk,
2010:11)
(7) Riwayat ANC
Setidaknya melakukan 4x kunjungan ANC, dengan
bidan atau dokter kandungan ,tidak adanya masalah
dalam kehamilan, tidak memiliki kebiasaan buruk
selama kehamilan yang dapat mempengaruhi masa
nifas. (Winkjosastro, 2009)
c) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Meliputi pengkajian riwayat kehamilan, persalinan,
jumlah anak, bayi yang dilahirkan, dan proses nifas.
(Kemenkes RI, 2017:65)

d) Riwayat KB
Riwayat penggunaan alat kontasepsi meliputi jenis
kontrasepsi, keluhan atau efek samping penggunaan alat
kontrasepsi dan jangka waktu penggunaan alat kontrasepsi
serta rencana penggunaan alat kontrasepsi selanjutnya.
(Kemenkes RI, 2017:68)
5) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Kebutuhan Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010:133).
(1) Makan
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG
VI) menganjurkan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan
2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-
2800 kkal setiap hari. Kekurangan nutrisi akan
berdampak pada penurunan fungsi reproduksi (Felicia,
dkk, 2015).
Hasil kajian menunjukkan kisaran distribusi energi
gizi makro dari pola konsumsi penduduk Indonesia
berdasarkan analisis data Riskesdas (2010) adalah 9-
14% energi protein, 24-36% energi lemak, dan 54-63%
energi karbohidrat yang belum sebaik yang diharapkan,
yaitu 5-15% energi protein, 25-55% energi lemak, dan
40-60% energi karbohidrat tergantung usia atau tahap
tumbuh kembang.
Dengan menggunakan hasil perhitungan AKE dan
AKP pada setiap kelompok umur dan jenis kelamin,
serta kompoissi penduduk hasil Sensus Penduduk
tahun 2010 (dalam Hardinsyah, Riyadi dan Napitupulu,
2013:1-2), diperoleh rata-rata AKE dan AKP nasional
pada tingkat konsumsi masing-masing adalah 2150
kkal dan 57 gram perkapita perhari denganproporsi
anjuran protein hewani 25 %.
(2) Minum
Air merupakan zat gizi yang paling mendasar.
Tubuh manusia terdiri kira-kira 50-70%. Semakin tua
usia seseorang, maka proporsi air tubuhnya semakin
berkurang. Pada orang dewasa, asupan cairan berkisar
antara 1200-1500 cc perhari, walaupun sering
dianjurkan 1900 cc sebagai batas optimum. (Uliyah dan
Hidayat, 2009:32)
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan
bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi,
warna jumlah. (Ambarwati dan Wulandari, 2010:136)
c) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan
infeksi pada organ reproduksi (Kemenkes, 2015:26).
Mengganti pakaian dalam 2 kali sehari, tidak menggunakan
pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat
menstruasi normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam
sekali atau sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015:28).
Menggunakan air bersih saat mencuci vagina dari arah
depan ke belakang dan tidak perlu sering menggunakan
sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot
pewangi vagina (Fitriyah, 2014).
d) Hubungan Seksual
Kebutuhan seksual merupakan salah satu kebutuhan
yang harus dipenuhi dan sangat penting untuk diperhatikan
oleh pasangan suami-istri baik ketika sakit maupun sehat.
Manusia memiliki 14 kebutuhan dasar hidup yang wajib
dipenuhi untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Seksualitas adalah salah satu komponen penting kebutuhan
dasar manusia dari 14 kebutuhan dasar manusia tersebut.
Gangguan-gangguan seksualitas bisa dirasakan oleh satu
pihak saja ataupun kedua pihak. Pola hubungan seksual
yang normal biasanya 1-3 kali dalam 1 minggu. (Nuryadi
dan Supriadi, 2012).
e) Istirahat/ tidur
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri
yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa
kegiatan, tetapi lebih kepada suatu urutan siklus yang
berulang. Kebutuhan tidur atau istirahat pada masa dewasa
dengan rentan usia 18-40 tahun biasanya mencapai 7-8 jam/
hari. (Uliyah dan Hidayat, 2009:111)
f) Aktivitas
Apa saja aktivitas yang dilakukan klien, kelelahan
dapat mempengaruhi sistem hormonal. Aktivitas fisik dapat
memicu penurunan sirkulasi hormone seksual (Idriss, dkk,
2015).
g) Kebisasaan Yang Merugikan Kesehatan
(1) Merokok
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang
sama dengan perokok aktif. Hampir semua komplikasi
pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok, seperti
abortus, solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta
previa dan BBLR. Selain itu dapat menyebabkan
dampak buruk bagi janin antara lain SIDS (sindroma
kematian bayi mendadak), penyakit paru kronis, asma,
otitis media (Prawirohardjo, 2010).
(2) Minuman Beralkohol
Konsumsi minuman beralkohol dikaitkan dengan
peningkatan kejadian banyak penyakit, termasuk
sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular
(Wakabayashi 2010:501). Sudah lama diketahui bahwa
konsumsi alkohol (etanol) mengganggu metabolisme
lipid yang menyebabkan disfungsi jaringan adiposa.
Konsumsi alkohol kronis mengganggu metabolisme
lipid karena meningkatkan lipolisis di jaringan adiposa
dan menyebabkan deposisi lemak ektopik di dalam hati
dan perkembangan penyakit perlemakan hati (Steiner
dan Lang, 2017). Selain itu, konsumsi etanol sering
dikaitkan dengan peningkatan dalam konsentrasi
trigliserida plasma dan memiliki relevansi dengan
risiko penyakit kardiovaskular dan pankreatitis (Van De
Wiel, 2012).
(3) Obat-Obatan
Obat telah menurunkan angka kematian dan angka
kesakitan dan meningkatkan kesehatan, tetapi hanya
jika obat tersebut aman, berkhasiat, bermutu dan
digunakan dengan benar. Obat yang tidak aman, tidak
berkhasiat, tidak bermutu dan tidak digunakan dengan
benar dapat menimbulkan berbagai masalah bagi
kesehatan, kegagalan pengobatan bahkan kematian dan
dalam jangka panjang akan meningkatkan biaya
kesehatan yang sebenarnya terbatas. (WHO, 2010)
(4) Jamu-Jamuan
Konsumsi jamu-jamuan yang belum jelas
komposisinya dapat membahayakan janin dan ibu.
Satu hal yang menjadi perhatian medis adalah
kemungkinan mengendapnya material jamu pada air
ketuban.Air ketuban yang tercampur dengan residu
jamu membuat air ketuban menjadi keruh dan
menyebabkan bayi hipoksia sehingga mengganggu
saluran napas janin (Purnawati, dkk, 2012).
(5) Seks Bebas
Dampak adanya perilaku seks bebas pada remaja
adalah dapat menimbulkan rasa bersalah, takut, cemas,
apabila terjadi kehamilan dapat dikucilkan di
masyarakat, timbul perasaan malu dan depresi. Selain
itu, mempengaruhi fisiologis perilaku seks bebas yiatu
dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan sehingga melakukan tindakan aborsi, dan
tertular penyakit seksual seperti HIV AIDS, sifilis,
(Sarwono, 2011).
6) Riwayat Psikososial Spiritual
a) Riwayat Pernikahan
Meliputi status perkawinan, usia pertama kali menikah,
pernikahan yang keberapa dan lama pernikahan
sebelumnya, jumlah anak pada pernikahan sebelumnya,
status kesehatan pasangan sebelumnya, riwayat penyakit
pasangan sebelumnya, ada atau tidak perilaku seksual
beresiko serta hubungan dengan suami sekarang.
(Kemenkes RI, 2017:54)
b) Riwayat Psikososial dan Spiritual
(1) Menanyakan Data psikososial
(a) Respons ibu hamil terhadap kehamilan, apakah
diinginkan atau tidak, bermacam-macam respon
ibu hamil terhadap kehamilanya, jadi bidan harus
benar-benar pintar mencari celah hati ibu jika dia
tidak menginginkan kehamilanya menjadi
diinginkan.
(b) Respon suami terhadap kehamilan, respon suami
sangat berpengaruh pada kondisi klien, karena
suami adalah sumber dukungan utama bagi klien
dalam menjalani masa-masa sulit kehamilanya
(c) Dukungan keluarga lain terhadap kehamilan, hal
ini perlu ditanyakan karena keluarga selain suami
klien juga sangat berpengaruh besar bagi
kehamilan klien. Tanyakan bagaimana respon dan
dukungan keluarga lain, misalnya anak, orang tua,
serta mertua.
(d) Pengambilan keputusan, pengambil keputusan
perlu ditanyakan karena untuk mengetahui siapa
yang diberi kewenangan klien mengambil
keputusan apabila ada hal kegawatdaruratan.
(2) Menanyakan data spiritual
Data spiritual klien perlu ditanyakan apakah
keadaan rohaninya saat itu sedang baik ataukah sedang
stress karena suatu masalah. Apabila sadang stress,
bidan harus pintar memberikan konseling untuk
membantu memecahkan masalah kleien tersebut dan
meminta suami klien terus memberikan dukungan.
Mengingat, wanita yang sedang hamil dan keadaan
rohaninya sedang tidak stabil, hal ini sangat
berpengaruh terhadap kehamilanya.
(3) Menanyakan data sosial budaya
(a) Tradisi yang mempengaruhi kehamilan, hal ini
ditanyakan karena bangsa Indonesia mempunyai
beraneka ragam suku bangsa yang tentunya dari
setiap suku bangsa mempunyai tradisi khusus bagi
wanita hamil. Tugas bidan mengingatkan tradisi-
tradisi tersebut diperbolehkan selagi tidak
merugikan kehamilnnya.
(b) Kebiasaan yang merugikan kehamilan, ditanyakan
karena setiap orang mempunyai kebiasaan yang
berbeda-beda dan bermacam-macam, tentunya ada
yang mempunyai dampak posiif dan negatif.
Apabila ibu hamil mempunyai kebiasaan buruk
seperti merokok, bidan harus tegas mengingatkan
bahwa kebiasaan tersebut berbahaya bagi
kehamilanya.
(Walyani, 2015: 136-139)
c) Data Pengetahuan
Perlu dikaji dengan berbekal pengetahuan maka pasien akan
lebih mudah diajak memecahkan masalah yang mungkin
terjadi. (Hani, dkk, 2010:102)
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan Umum
Dengan penilaian keadaan umum ini akan dapat
diperoleh kesan apakah pasien dalam keadaan distres
akut yang memerlukan pertolongan segera, ataukah
pasien dalam keadaan yang relatif stabil sehingga
pertolongan dapat diberikan setelah dilakukan
pemeriksaan fisis yang lengkap (Wahidiyat, 2014:23).
(2) Kesadaran
Kesadaran composmentis yaitu pasien sadar
sepenuhnya respons yang adekuat terhadap semua
stimulus yang diberikan. Apatik yaitu pasien dalam
keadaan sadar namun tampak acuh tak acuh terhadap
keadaan sekitar, ia memberi respons yang adekuat bila
diberikan stimulus. Dan somnolen yaitu pasien tampak
mengantuk, selalu ingin tidur, ia tidak responsif
terhadap stimulus ringan tetapi masih memberikan
respons terhadap stimulus yang agak keras kemudian
tertidur lagi (Wahidiyat, 2014:25-26).
(3) Tekanan Darah
Tekanan darah normal untuk orang dewasa yaitu
120/80 mmHg. Pada Ukuran tekanan darah ini dibagi
menjadi dua bagian yaitu tekanan sistolik menunjukkan
tekanan darah di dalam arteri pada saat jantung
berkontraksi untuk memompa darah ke seluruh bagian
tubuh, sedangkan tekanan diastolik menunjukkan
tekanan darah di dalam arteri pada saat jantung
bersitirahat untuk mengisi darah dari seluruh bagian
tubuh. (Kemenkes RI, 2017:69)
Tekanan darah pada ibu hamil tidak boleh
mencapai 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik.
Perubahan 30 mmHg sistolik dan 15 mmHg diastolik
diatas tensi sebelum hamil, menandakan toxaemia
gravidarum (keracunan kehamilan). (Hani, dkk 2009:
91)
(4) Suhu
Peningkatan hormon progesteron yang disertai
dengan peningkatan metabolisme tubuh ibu hamil,
jumlah panas yang juga dihasilkan juga meningkat. Ibu
hamil mengalami peningkatan suhu tubuh sampai 0,5%
meskipun pada tubuh ibu hamil sudah ada upaya
kompensasi seperti pengeluaran panas lewat pernafasan
dan keringat. Suhu tubuh ibu hamil normalnya 35,80C-
370C, jika lebih dari 37,50C dikatakan demam, hal ini
mungkin ada infeksi dalam kehamilan. (Hani, dkk
2009: 91)
(5) Nadi
Denyut nadi merupakan frekuensi pemompaan
jantung pada arteri. Pengukuran denyut nadi dilakukan
dengan menggunakan stetoskop atau menggunakan jari
yang ditekankan pada nadi penderita selama 60 detik.
Denyut nadi normal untuk orang dewasa adalah 60 -
100 kali per menit. Pada bayi dan anak - anak denyut
nadi normal lebih tinggi daripada orang
dewasa. (Wahidiyat, 2014:32)
Denyut nadi meternal sedikit meningkat selama
hamil sejak usia kehamilan 4 minggu sekitar
80-90x/menit, kondisi ini memuncak pada usia 28
minggu. (Hani, dkk 2009: 91)
(6) Pernafasan
Respirasi normal atau pernafasan normal untuk
orang dewasa adalah 12 - 20 kali per menit. Pada bayi
dan anak - anak laju perapasan normal lebih tinggi
daripada orang dewasa. Laju pernapasan dapat
mengalami peningkatan dengan olahraga, demam atau
karena penyakit paru, atau kondisi medis lainnya.
(Wahidiyat, 2014:32)
Pernafasan normal pada ibu hamil adalah
16-24x/menit. Tujuan menghitung pernafasan pada ibu
hamil adalah untuk mendeteksi secara dini adanya
penyakit yang berhubungan dengan pernafasan yang
kemungkinan sebagai penyulit kehamilan dan
diprediksi akan membahayakan keselamatan ibu dan
janin selama kehamilan dan menghambat jalannya
persalinan. (Hani, dkk 2009: 91)
(7) Berat Badan (BB)
Berat badan (BB) adalah parameter antropometri
yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana
keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, BB
berkembang mengikuti pertambahan umur. Berat badan
harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang
memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini
mungkin guna mengatasi penurunan atau penambahan
berat badan yang tidak dikehendaki. (Marmi, 2015:121-
122)
Berat Badan Sehat adalah nilai rata-rata berat
badan dari sekelompok orang yang memiliki status gizi
yang bormal. Pada anak balita status gizi dengan z-skor
BB/U antara +1 sampai -1. Pada kelompok usia lainnya
bila nilai IMT atau IMT/U berada diantara 20.25
sampai 23.25. (Hardinsyah, Riyadi dan Napitupulu,
2013:4)
(8) Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang
dapat melihat status gizi sekarang dan keadaan yang
telah lalu. Pertumbuhan tinggi/ panjang badan tidak
seperti berat badan yang relatif kurang sensitif pada
masalah kekurangan gizi pada waktu singkat. (Marmi,
2015:122)
(9) Indeks Masa Tubuh
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran
IMT. Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan proporsi
standar berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB).
IMT perlu diketahui untuk menilai status gizi ibu
hamil. (Kemenkes RI, 2017:21)
(10) LILA
Penapisan status gizi dilakukan dengan pengukuran
menggunakan pita LILA pada WUS untuk mengetahui
adanya risiko KEK. Ambang batas LILA pada WUS
dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm.
Apabila hasil pengukuran kurang dari 23,5 cm atau
dibagian pita merah LILA artinya perempuan tersebut
mempunyai resiko KEK, diperkiraka akan melahirkan
bayi BBLR. (Kemenkes RI, 2017:22)
(11) Indeks Masa Tubuh (IMT)
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran
IMT. Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan proporsi
standar berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB).
IMT perlu diketahui untuk menilai status gizi ibu
hamil. (Kemenkes RI, 2017:21)
b) Status Present
Kepala : Mengkaji adanya kelainan bawaan atau genetik,
keadaan rambut, kulit kepala, warna dan
kebersihan atau keluhan dan masalah yang
dimiliki klien. (Marmi, 2015:122)
Mata : Mata ada edema atau tidak, Konjungtiva: merah
muda atau pucat Skelra: putih atau tidak.
(Marmi, 2017)
Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada secret.
(Marmi, 2017)
Mulut : Mulut dan gigi: Lidah bersih, gigi: tidak ada
karies. (Marmi, 2017)
Telinga : Bersih, tidak ada serumen. (Marmi, 2015: 123)
Leher : Pembengkakan kelenjar getah bening
merupakan tanda adanya infeksi pada klien.
Pembengkakan vena jugularis untuk
mengetahui adanya kelainan jantung, dan
kelenjar tiroid untuk menyingkirkan penyakit
Graves dan mencegah tirotoksikosis. (Marmi,
2015: 122)
Ketiak : Tidak ada benjolan dan pembesaran kelenjar
limfe. (Marmi, 2017)
Dada : Jantung: irama jantung teratur, paru-paru; ada
ronchi dan wheezing atau tidak. (Marmi, 2017)
Perut : Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada
tidaknya nyeri tekan. (Marmi, 2015: 123)
Genitalia : Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-
bintil berisi cairan, lecet, kutil seperti jengger
ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak
terdapat tanda-tanda keputihan patologis.
(Marmi, 2015: 123
Ekstremitas : Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat,
pergerakan bebas, tidak ada varises. (Marmi,
2015: 123)
Reflek Patella : Hiperrefleksia (3+ dan 4+) merupakan salah
satu tanda preeklamsi berat. Klonus biasanya
terlihat menjelang eklamsia atau pada eklamsia
aktual.
c) Status Obstetrik
(1) Inspeksi
Muka : Tidak tampak oedema, tidak tampak pucat,
tampak chloasma gravidarum. (Marmi, 2015:
123)
Mamae : Tidak terdapat benjolan/ masa yang abnormal,
puting menonjol dan areola hiperpigmentasi.
(Marmi, 2015: 123)
Abdomen : Pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada
luka bekas operasi. (Marmi, 2015: 123)
Vulva : Bersih, tidak tampak varises. (Marmi, 2015:
123)

(2) Palpasi
Leopold I : digunakan untuk menentukan usia kehamilan
dan bagian apa yang ada dalam fundus
Leopold II : dilakukan untuk menentukan letak punggung
janin dan bagian-bagian kecil janin.
Leopold III : digunakan untuk menentukan bagian apa yang
terdapat dibagian bawah dan apakah bagian
bawah anak sudah atau belum terpegang oleh
pintu atas panggul.
Leopold IV : digunakan untuk menentukan apa yang
menjadi bagian bawah dan seberapa
masuknya bagian bawah tersebut kedalam
rongga panggul.
(Hidayat, 2009)
(3) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali
kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai denganumur
kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan
janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur
setelah kehamilan 24 minggu. (Hidayat, 2009)
(4) Taksiran Berat Janin (TBJ)
Taksiran berat janin adalah salah satu cara menafsir
berat janin ketika masih di dalam uterus. Berta badan
janin mempunyai arti yang sangat penting dalam
pemberian asuhan kebidanan, khususnya asuhan
persalinan. Apabila mengetahui berat badan janin yang
akan dilahirkan, maka bidan dapat menentukan saat
rujukan, sehingga tidak terjadi keterlambatan
penanganan. Berat badan bayi yang sangat kecil atau
sangat besar berhubungan dengan meningkatnya
komplikasi selama masa persalinan dan nifas. Selain itu,
dengan mengetahui taksiran berat janin, penolong
persalinan dapat memutuskan rencana persalinan
pervaginam secara spontan atau tidak. (Hidayat, 2009)
(5) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Umumnya dilakukan dengan stetoskop monoaural
untuk mendengarkan bunyi jantung anak, bising tali
pusat, gerakan anak, bising rahim, bunyi aorta, serta
bising usus. Denyut jantung bayi sudah dapat didengar
pada akhir bulan kelima atau pada akhir trimester I dan
selanjutnya setiapkali kunjungan antenatal. DJJ lambat
kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari
160/menit menunjukkan adanya gawat janin. (Hidayat,
2009)
2) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Darah Rutin
(1) Hemoglobin
Pemeriksaan haemoglobin dilakukan untuk
mendeteksi adanya anemia dan penyakit ginjal.
Peningkatan haemoglobin dapat menunjukkan indikasi
adanya dehidrasi, penyakit paru obstruksi menahun,
gagal jantung kongesif, dan lain-lain. (Uliyah dan
Hidayat, 2009:194)
(2) HbsAg
Peradangan hati atau hepatitis disebabkan oleh
virus hepatitis, perlemakan, parasite (malaria, ameba),
alkohol, obat-obatan, dan virus lain (dengue, herpes).
Cara penularannya untuk hepatitis A dan hepatitis E
melalui kotoran atau mulut, sementara hepatitis B, C,
dan D melalui kontak cairan tubuh (ibu ke anak, anak
ke anak atau dari dewasa ke anak, transfusi darah dan
organ yang tidak diskrining, penggunaan jarum yang
tidak aman, hubungan seksual, serta kontak dengan
darah). (Kemenkes RI, 2017:2)
Penularan Hepatitis dari ibu ke anak atau secara
vertikal memiliki kemungkinan sekitar 90% hingga
95%. Hal tersebut yang mendasari Kemenkes
memprioritaskan deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil
terutama pada remaja dengan persiapan kehamilan
setelah menikah. (Kemenkes RI, 2017:2)
(3) Sifilis
Sifilis merupakan salah satu IMS (infeksi menular
seksual) yang menimbulkan kondisi cukup parah
misalnya infeksi otak (neurosifilis), kecacatan tubuh
(guma). Pada populasi ibu hamil yang terinfeksi sifilis,
bila tidak diobati dengan adekuat, akan menyebabkan
67% kehamilan berakhir dengan abortus, lahir mati,
atau infeksi neonatus (sifilis kongenital). Pada asuhan
pra nikah dianjurkan untuk pemeriksaan sifilis
mengingat akan persiapan kehamilan nantinya.
(Kemenkes RI, 2013:1)
(4) HIV/AIDS
Langkah dini yang paling efektif untuk mencegah
terjadinya penularan HIV pada bayi adalah dengan
mencegah perempuan usia reproduksi tertular HIV.
Komponen ini dapat juga dinamakan pencegahan
primer. Pendekatan pencegahan primer bertujuan untuk
mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi secara dini,
bahkan sebelum terjadinya hubungan seksual. Hal ini
berarti mencegah perempuan muda pada usia
reproduksi, ibu hamil dan pasangannya untuk tidak
terinfeksi HIV. Dengan demikian, penularan HIV dari
ibu ke bayi dijamin bisa dicegah. (Kemenkes RI,
2015:9)
(5) Golongan Darah dan Rhesus
Pemeriksaan Golongan darah dan rhesus bertujuan
menghindari komplikasi fatal saat transfusi darah, yaitu
penghancuran sel darah (hemolisis). Sistem imun yang
dimiliki seseorang akan melihat antigen yang tidak
cocok dengan dirinya sebagai benda asing, sehingga
antibodi dalam tubuh akan menyerang serta
menghancurkan sel darah. Penghancuran sel darah ini
dapat menyebabkan anemia, gagal ginjal, gangguan
paru-paru, hingga syok anafilaktik. (Kemenkes RI,
2017:77)
b) Pemeriksaan Darah yang Dianjurkan
(1) Gula Darah Sewaktu
Pemeriksaan gula darah perlu dilakukan oleh
pasangan apalagi jika ada riwayat diabetes dalam
keluarga. Pemeriksaan tersebut diperlukan untuk
mencegah dan komplikasi yang disebabkan oleh
diabetes. Terutama ketika nanti hamil, wanita dengan
risiko diabetes otomatis kan turut membahayakan janin
yang dikandung. (Kemenkes RI, 2017:80-81)
(2) TORCH (Toksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus,
dan Herpes)
TORCH adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus Toksoplasma Gondii, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes Simplex Virus II
(HSV-II). TORCH dapa menimbulka masalah
kesuburan (fertilitas) baik pada perempuan maupun
laki-laki sehingga menyebabkan sulit terjadinya
kehamilan, kecacatan janin, dan resiko keguguran.
(Kemenkes RI, 2017:82)
c. Analisa
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudaian
dianalisa dan diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa
dan masalah ibu.
1) Diagnosa kebidanan
Dalam bagian ini yang dikumpulkan oleh bidan menurut
Sulistyawati (2009:178-182) antara lain sebagai berikut :
a) Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang
berkaitan dengan kehamilannya (jumlah kehamilan,
dibedakan menjadi primigravida (hamil pertama kali) dan
multigravida (hamil yang kedua atau lebih).
Contoh cara penulisan paritas dalam interpretasi data
adalah sebagi berikut :
(1) Primigravida, G1P0A0
(a) G1 (gravida 1) berarti kehamilan yang pertama kali
(b) P0 (Partus 0) berarti belum pernah partus atau
melahirkan
(c) A0 (abortus 0) berarti belum pernah mengalami
abortus
(2) Multigravida, G3P1A1
(a) G3 (gravida 3) berarti ini adalah kehamilan yang
ketiga
(b) P1 (partus 1) berarti sudah pernah mengalami
persalinan satu kali
(c) A1 (abortus 1) atau sudah pernah mengalami
abortus satu kali
b) Usia kehamilan dalam minggu.
c) Keadaan janin Normal atau tidak normal.
2) Masalah
Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan
“diagnosa”. Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa
masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap
perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang
menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan bagaimana
wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya.
(Sulistyawati, 2009:178)
3) Diagnosa potensial
Berdasarkan diagnosa potensial yang telah dirumuskan,
bidan secepatnya melakukan tindakan antisipasi agar diagnosis
potensial tidak benar – benar terjadi.

4) Identifikasi Perlunya Tindakan Segera, Konsultasi, Kolaborasi


Berdasarkan diagnosa potensial yang telah dirumuskan,
bidan secepatnya melakukan tindakan antisipasi agar diagnose
diagnose potensial tidak benar – benar terjadi.
d. Penatalaksanaan
Pelaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut, apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan, konsseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural,
atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita
tersebut harus mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua
aspekasuhan kesehatan. (Hana, dkk, 2010:102)
Secara umum asuhan yang dapat dilakukan hal-hal berikut:
1) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang keadaan wanita
hamil, baik normal maupun tidak normal (Hana, dkk, 2010:102)
2) Memberikan nasehat-nasehat yang dibutuhkan ibu hamil (Hana,
dkk, 2010:102)
3) Pada ibu hamil TM II, nasehat-nasehat yang diperlukan antara
lain:
a) Nutrisi ibu hamil TM II
b) Personal Hygiene
c) Istirahat
d) Perawatan payudara
e) Menjelaskan tentang ketidaknyamanan selama kehamilan
TM II (Hana, dkk, 2010:102)
f) Menjelaskan tentang tanda bahaya kehamilan dan
komplikasi kehamilan TM II
g) Melakukan pemeriksaan laboratorium yang spesifik
terhadap keluhan (Hana, dkk, 2010:102)
h) Memberi Tablet Fe
Tablet Fe dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin
terutama  saat hemodulusi, pemasukan harus adekuat
selama hamil untuk mencegah anemia. Wanita hamil
memerlukan 800 mg atau 30-50 g perhari. Penambahan
mulai awal kehamilan, karena pemberian yang hanya pada
trimester 3 tidak dapat mengejar kebutuhan ibu ataupun
janin. Tablet zat besi sebaikanya tiddak diminum bersama
teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan,
sebaiknya dianjurkan ibu mengkonsumsi tablet zat besi
bersama air putih atau sari buah jeruk. (Yeyeh, 2009:50)
i) Menjadwal kunjungan sesuai perkembangan kehamilan.
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit
4 kali selama kehamilan:
(1) Satu kali pada triwulan pertama
(2) Satu kali pada triwulan kedua
(3) Dua kali pada triwulan ketiga
(Saifudin, 2009:90)
j) Triwulan pertama dari konsepsi sampai 3 bulan.Triwulan
kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga
dari bulan ke tujuh sampai 9 bulan. (Saifudin, 2009:89 )
k) Mendokumentasikan hasil asuhan. (Yeyeh, 2009: 185)
Setelah dilakukan pelaksanaan harus dievaluasi keefektifan
asuhan yang telah diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi
apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan
masalah yang telah diidentifikasi. Ada kemungkinan bahwa
sebagian asuhan tersebut efektif, sedangkan sebagian lain belum
efektif. Mengingat proses manajemen asuhan ini
berkesinambungan, maka perlu mengulang kembali dari awal
setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk
mengidentifikasi mengapa proses manajeman tidak efektif, serta
melakukan penyesuaian pada asuhan tersebut. (Hani, dkk,
2010:103)

3. Asuhan Kebidanan Kehamilan Trimester III


Asuhan kebidanan pada masa kehamilan dilakukukan untuk
menurunkan/mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perinatal,
memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan
perkembangan bayi normal. (Widatiningsih dan Dewi, 2017)
Pengkajian
Tanggal : ................. Waktu : .................. Tempat : ..................
a. Data Subyektif
1) Identitas Pasien
a) Nama istri/ Suami
Nama klien dikaji untuk membedakan seseorang dengan
orang lain. Klien dipanggil dengan nama panggilan, hal itu
bertujuan agar bidan dan pasien lebih dekat. (Widatiningsih dan
Dewi, 2017)
b)Umur
Pengkajian umur dilakukan untuk mengetahui apakah pasien
masuk dalam kategori beresiko ataupun tidak. Dikatakan
reproduksi sehat antara usia 20 hingga kurang dari 35 tahun.
Usia di atas 35 tahun, sistem reproduksi pada umumnya sudah
tidak optimal untuk pertumbuhan janin karena sudah mulai
menua. (Widatiningsih dan Dewi, 2017)
Berdasarkan hasil penelitian (Syarif et al., 2017)
menyebutkan bahwa kehamilan dengan usia ibu >35 tahun,
wanita yang lebih tua memiliki peningkatan risiko kelainan
kongenital dan gangguan kehamilan termasuk hipertensi dan
diabetes yang dapat meningkatkan risiko prematur. Sesuai
dengan teori wanita berusia >35 tahun fungsi alat reproduksinya
sudah berkurang, sehingga meningkatkan risiko terjadinya
persalinan prematur, hipertensi, solutio plasenta, janin mati, dan
plasenta previa.

c) Agama
Agama dikaji untuk mengetahui praktek agama apa saja
yang dilaksanakan oleh klien (Widatiningsih dan Dewi, 2017).
Agama juga dijadikan sebagai dasar bidan dalam
memberikan dukungan mental dan spiritual pada pasien dan
keluarga saat sebelum atau saat proses persalinan.
d) Pendidikan
Pengkajian tingkat pendidikan dilakukan untuk nantinya
menentukan metode yang paling tepat dalam menyampaikan
informasi mengenai teknik melahirkan bayi. Tingkat pendidikan
sangat berpengaruh bagaimana pemahaman nantinya saat
diberikan pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan kondisi
kehamilannya. (Widatiningsih dan Dewi, 2017)
Pendidikan merupakan suatu proses melalui pengajaran
atau pelatihan yang mampu meningkatkan perkembangan
mentak, emosional dan intelektual individu. Dengan tingginya
pendidikan, ibu hamil akan lebih mudah menghadapi dan
mengatasi setiap perubahan psikologis maupun fisiologis selama
kehamilan karena tingginya pemahaman terhadap informasi
kesehatan yang didapat serta akan meningkatkan juga keinginan
dalam melakukan pemeriksaan kehamilan demi kesehatan ibu
dan bayi dalam kandungan.(Sari Priyanti et al., 2020)
e) Suku/Bangsa
Suku/bangsa di indonesia terlalu banyak yang terkadang
memiliki bermacam-macam adat-istiadat dan terkadang
mempengaruhi kondisi kehamilan. Apabila tidak dilakukan
maka akan menimbulkan stress dan kekhawatiran khusus bagi
ibu hamil yang nantinya juga akan mempengaruhi kondisi
kehamilannya. (Widatiningsih dan Dewi, 2017)

f) Pekerjaan
Pengkajian pekerjaan dilakukan untuk mengetahui apakah
ibu memiliki atau mengerjakan pekerjaan yang beresiko dan
terpapar zat kimia atau tidak, karena itu dapat mempengaruhi
kondisi kehamilan. (Widatiningsih dan Dewi, 2017)
Pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan dengan
kehamilan risiko tinggi karena ibu hamil yang bekerja lebih
memfokuskan waktunya pada rutinitas pekerjaan sehingga
waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat akan
terbatas. Hal tersebut tentu membuat ibu lebih mudah lelah dan
kurang istirahat. Psikologi ibu juga akan terpengaruh oleh
tekanan yang ada di dalam pekerjaan. Keadaan itu tentu
mempengaruhi kondisi kehamilan ibu dan memberikan dampak
buruk, seperti abortus atau perdarahan saat hamil. Oleh karena
itu, istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang sangat
dibutuhkan untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya selama
kehamilan. (Fitrianingsih, et al. 2019)
Hubungan karakteristik pekerjaan dengan kejadian
persalinan preterm pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada
hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian persalinan preterm di
RSUD Wonosari tahun 2016. Beban kerja yang berat dapat
meningkatkan hormon prostaglandin, dengan peningkatan inilah
yang dapat memicu terjadinya persalinan lebih dini. Ibu hamil
yang bekerja memiliki pekerjaan dengan sistem shift, jam kerja
lebih lama>7 jam/hari atau >49 jam/minggu, bekerja di pabrik
dengan waktu istirahat rata-rata 1 jam dan kegiatan seperti
mengangkat atau mendorong 10 barang akan menyebabkan
persalinan preterm. (Syarif et al., 2017)

g) Alamat
Alamat dikaji untuk memberi gambaran jarak rumah ibu
dengan pelayanan kesehatan, serta dapat mempermudah
kunjungan rumah bagi bidan jika ibu hamil ada keluhan namun
tidak dapat datang kepelayanan kesehatan. (Widatiningsih dan
Dewi, 2017)
2) Alasan Datang
Hal hal yang mendasari kedatangan ibu hamil sesuai
dengan ungkapan ibu. (Widatiningsih, 2017)
3) Keluhan Utama
Hal ini dikaji untuk mengetahui apa saja yang dikeluhkan
ibu yang berkaitan dengan kehamilannya. Misalnya: konstipasi,
peningkatan frekuensi berkemih, kram tungkai, nyeri punggung
bawah, hemoroid, sesak nafas, kesemutan/baal. Kemudian dari
keluhan utama kemudian dikembangkan menjadi riwayat
kehamilan sekarang. (Widatiningsing, 2017).
Menurut Marmi (2017; h. 180) keluhan utama perlu dikaji untuk
mengetahui masalah yang dialami ibu setelah melahirkan.
Handayani dan Pujiastuti (2016; h. 116) menyatakan bahwa hal
yang perlu ditanyakan pada klien yaitu keluhan utama yang
dirasakan saat pengkajian meliputi apa , sejak kapan, intensitas,
dan hal-hal yang memperberat atau memperingan keluhan yang
dirasakan ibu.
4) Riwayat Kesehatan
Untuk mengetahui karakteristik personal, riwayat penyakit
menular/keturunan dan riwayat pengobatan (Khairoh & Arka,
2019)
Riwayat kesehatan meliputi :
a) Penyakit menular
(1) Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan
dan mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat
terjadi kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat
dalam bentuk keguguran atau persalinan prematuritas dan
kematian janin dalam rahim. (Prawiroharjo, 2014).
(2) TBC
Sikap bidan dalam menangani kehamilan dengan penyakit
tuberculosis paru sebaiknya adalah melakukan konsultasi
ke dokter untuk memastikan penyakitnya. (Marmi, 2017)
Gejala TBC pada ibu hamil sama seperti gejala TBC pada
umumnya, yaitu batuk lebih dari 2 minggu atau batuk
berdarah, demam, lemah, lesu, sesak napas, keringat
malam, nyeri dada dan nafsu makan menurun. Akibat TBC
saat kehamilan sendiri antara lain:
1) Keguguran
2) Berat janin kurang di dalam kandungan
3) Persalinan premature, terutama jika telat terdiagnosis,
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya persalinan
prematur 9x lipat
4) Kemungkinan kematian janin dan ibu meningkat 4x
lipat
5) Bayi lahir dengan berat lahir rendah
6) TBC Kongenital

Meskipun jarang terjadi, TBC kongenital pada bayi (bayi


sejak lahir terkena TBC) memiliki angka kematian yang
cukup tinggi. TBC kongenital terjadi akibat penyebaran
infeksi melalui aliran darah ibu ke janin atau akibat
tertelannya cairan ketuban yang terinfeksi.
(https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3406366/apa-
akibatnya-jika-ibu-hamil-kena-tbc#:~:text=TBC
%20kongenital%20terjadi%20akibat
%20penyebaran,terkena%20TBC%2C%20harus%20diberi
%20pengobatan. diakses pada 8 September 2022 pukul
13.10 WIB)
(3) HIV
Pada kehamilan dengan ibu yang mengidap HIV, janin
akan menjadi sangat rentan terhadap penularan selama
proses kehamilannya.Virus HIV kemungkinan besar akan
ditransfer melalui plasenta ke dalam tubuh bayi.
(Sulistyawati, 2013)
b) Penyakit menurun
1) Jantung
Pada kehamilan terdapat resiko gagal jantung, aritmia dan
tromboembolisme , beberapa ahli menyarankan pemberian
aspirin dosis rendah untuk menurunkan resiko tersebut.
(Judy,EGC, 2018: 99).Pada kehamilan akan mempengaruhi
terjadinya abortus, prematuritas, dismaturitas, IUFD, dan
mortalitas maternal.
2) Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi medis yang paling sering
mempengaruhi wanita usia subur (Powrie,2008 dalam
(Judy,EGC, 2018: 191).
Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan
preeklamsia, eklamsia, perdarahan, kelainan premature,
IUGR (Intrauterine Growth Restriction), gawat janin, dan
IUFD (Intrauterine Fetal Death).
Apabila dalam kehamilan disertai dengan proteinuria dan
oedema maka di sebut pre eklamsia yang tidak murni atau
superimposed pre-eklamsia. Penyebab utama hipertensi
esensial dan penyakit ginjal. (Marmi, 2017)
3) Asma
Asma merupakan penyakit keturunan. Asma juga dapat
bertambah atau berkurang dalam kehamilan. Ibu yang
mengalami sesak napas maka janin akan kekurangan
oksigen (hipoksia in utero) yang akan mengakibatkan
terhambatnya perkembangan janin.
Asma pada kehamilan dapat menyebabkan abortus, BBLR,
premature, dan IUFD. (Gardenia, 2012)
4) Diabetes Mellitus
Diabetes disebabkan oleh tidak adanya atau terbatasnya
insulin yang meriupakan hormon penting untuk
metabolisme karbohidrat. (Judy,EGC, 2018: 3).
Diabetes yang dialami oleh ibu hamil dapat berupa :
a) DM tipe 1 ( Insuline Dependency-DM) dan tipe 2
( Non IDDM). Keduanya jika dialami ibu sejak
sebelum hamil sering disebut pregestasional DM
b) Tipe spesifik lainnya (akibat infeksi, obat)
c) Gestasional diabetes
d) Pengaruh DM terhadap kehamilan tergantung pada
baik tidaknya kontrol glikemia/gula darah
(Widatiningsih, 2017)
Pengaruh DM pada kehamilan yaitu kelainan
kongenital, partus prematurus, hidramnion,
makrosomia, kelainan letak, dan insufisiensi plasenta.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui adanya resiko penyakit menular/keturunan dan
kelainan-kelainan genetic. Jika ada anggota dalam keluarga yang
menderita penyakit yang bersifat menurun seperti hipertensi,
penyakit jantung, diabetes, kelainan/cacat bawaan, penyakit jiwa,
kembar, preeklamsi-eklamsi pada ibu/kakak/adik kandung, maka
klien akan berpotensi mengalaminya sehingga membahayakan
kehamilan. Begitu juga jika ada anggota keluarga yang menderita
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, typhoid, herpes maka
akan berisiko menularkannya pada ibu hamil. Selain itu jika suami
menderita penyakit kelamin seperti sifilis, GO, HIV/AIDS dapat
menular ke klien dan membahayakan kehamilan ini.(Khairoh &
Arka, 2019)
6) Riwayat Obstetri
Menurut (Sulistyawati, 2013) riwayat obstetri meliputi :
(1) Riwayat Haid
1) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi.
Wanita Indonesia umumnya mengalami menarche sekitar
usia 12 tahun sampai 16 tahun.
2) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang
dialami dengan menstruasi berikutnya,dalam hitungan
hari.Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari
Jawaban yag diberikan oleh pasien biasanya bersifat
subjektif, namun kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan
beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa
kali mengganti pembalut dalam sehari.
3) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan
ketika mengalami menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit
kepala sampai pingsan atau jumlah darah yang banyak
7) Riwayat kehamilan sekarang
a) Status paritas
Paritas menunjukkan jumlah kehamilan yang pernah dialami
dan memberikan pengalaman ibu dalam menghadapi
kehamilan.(Sari Priyanti et al., 2020)
Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak
yang dilahirkan. Paritas anak kedua dan anak ketiga merupakan
paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Persalinan pertama atau lebih dari tiga mempunyai dampak
buruk terhadap ibu dan janinnya. Setelah tiga kali persalinan,
ibu berisiko melahirkan bayi cacat atau bayi berat lahir rendah.
Pada paritas tinggi lebih dari tiga, mempunyai angka kematian
maternal lebih tinggi. (Julina et. al. 2019)
b) Hari pertama haid terakhir (HPHT)
Hari pertama haid terakhir (HPHT) sangat penting untuk dikaji
agar dapat menentukan umur kehamilan dan perkiraan tanggal
persalinan, mengetahui usia kehamilan sangat berguna untuk
memantau perkembangan kehamilan sesuai dengan usia
kehamilan sedangkan taksiran persalinan berguna untuk
menentukan apakah pada saat persalinan kehamilan dalam
keadaan aterm, preterm atau posterm (Khairoh & Arka, 2019)
c) Taksiran persalinan
Untuk menentukan taksiran persalinan dengan memakai rumus
neagele. Rumus neagele dihitung berdasarkan asumsi bahwa
usia kehamilan normal adalah 266 hari sejak ovulasi (38
minggu/ 9 bulan 7 hari). (Khairoh & Arka, 2019)
d) Usia Kehamilan
Kehamilan aterm (cukup bulan) merupakan kehamilan dengan
masa gestasi 37-42 minggu. (Prawirohardjo, 2014)
e) Gerakan janin
Gerakan janin pertama kali ditanyakan untuk mengetahui gerak
janin yang pertama kali dirasakan ibu pada usia kehamilan
berapa dan mengetahui maslaah yang mungkin terjadi pada
janin. (Khairoh & Arka, 2019)
f) Kekhawatiran
Melakukan pengkajian terhadap keluhan yang dirasakan selama
hamil agar dapat diberikan penatalaksanaan untik mengurangi
keluhan dan mencegah agar keluhan tidak sampai menjadi
komplikasi. (Khairoh & Arka, 2019)
g) Status imunisasi TT
Pemberian imunisasi tetanus toksoid untuk mencegah
terjadinya tetanus neonatorum. Ibu hamil skrining status
imunisasi TT pada saat kontak pertama ANC. Pemberian
disesuaikan dengan status imunisasi ibu, jika belum pernah
atau ragu mendapat imunisasi diberikan sebanyak 2 kali dengan
interval pemberian minimal 1 bulan, jika pernah mendapatkan
imunisasi sebanyak 2 kali pemberian pada kehamilan
sebelumnya atau pada saat calon pengantin, maka hanya
diberikan 1 kali. (Khairoh & Arka, 2019)
h) Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi selama hamil untuk mengetahui
paparan penyakit yang dialami selama/sejak hamil untuk
mengetahui efek yang dapat ditimbulkan dari masalah tersebut
pada kehamilan. (Khairoh & Arka, 2019). Konsumsi jamu-
jamuan yang belum jelas komposisinya dapat membahayakan
janin dan ibu. Satu hal yang menjadi perhatian medis adalah
kemungkinan mengendapnya material jamu pada air
ketuban.Air ketuban yang tercampur dengan residu jamu
membuat air ketuban menjadi keruh dan menyebabkan bayi
hipoksia sehingga mengganggu saluran napas janin (Purnawati,
dkk, 2012).
8) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
a) Kehamilan, adakah gangguan seperti perdarahan, muntah yang
sangat (sering), toxaemia gravidarum.
b) Persalinan, spontan atau buatan, aterm atau prematur,
perdarahan, ditolong oleh siapa (bidan, dokter).
c) Nifas, adakah panas atau perdarahan,bagaimana laktasi.
d) Anak, jenis kelamin, hidup atau tidak, kalau meninggal umur
berapa dan sebabnya meninggal, berat badan waktu lahir.
(Marmi, 2017)
9) Riwayat KB
Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi hormonal dapat
mempengaruhi tanggal perkiraan lahir,karena penggunaan metode
lain dapat membantu menanggali kehamilan.(Marmi, 2017)
10) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Ini penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan gambaran
bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya selama hamil.
Kita bisa menggali dari pasien tentang makanan yang disukai
dan yang tidak disukai,seberapa banyak dan sering ia
mengonsumsinya. Kita juga harus dapat memperoleh data dari
kebiasaan pasien dalam memenuhi kebutuhan cairan.
(Sulistyawati, 2013)
xa

Kebutuhan Zat
Tidak Hamil
Makanan Hamil
Kalori 2000 kal 2300 kal
Protein 55 gr 65 gr
Kalsium 0,5 gr 1 gr
Zat Besi 12 gr 17 gr
Vitamin A 5000 IU 6000 IU
Vitamin D 400 IU 600 IU
Thiamin 0,8 mg 1 mg
Riboflavin 1,2 mg 1,3 mg
Niasin 15 mg 15 mg
Vitamin C 60 mg 90 mg
(Gardenia, 2012)
b) Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang
air besar meliputi frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan
jumlah. (Sulistyawati, 2013)
c) Pola istirahat dan tidur
Dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa
lama kebiasaan tidur siang dan tidur malam hari. (Sulistyawati,
2013)
d) Pola Seksual
Menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas seksual,
melalui pertanyaan tentang frekuensi aktivitas seksual, berapa
kali melakukan hubungan seksual dalam seminggu, serta
gangguan aktivitas seksual, apakah pasien mengalami
gangguan ketika melakukan hubungan seksual, misalnya nyeri
saat berhubungan, adanya ketidakpuasan dengan suami,
kurangnya keinginan untuk melakukan hubungan dan lain
sebagainya. (Sulistyawati, 2013)
e) Pola hygiene
Data ini perlu dikaji karena bagaimanapun juga hal ini akan
memengaruhi kesehatan pasien. Jika pasien mempunyai
kebiasaan yang kurang baik dalam perawatan kebersihan
dirinya.Meliputi mandi,keramas,ganti baju dan celana
dalam,kebersihan kuku maka akan mengganggu kesehatannya
(Sulistyawati, 2013)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cangöl dalam Sevil
didapatkan bahwa frekuensi infeksi genital pada orang yang
melakukan praktik personal hygiene genitalia dengan benar
adalah 35,1%, sedangkan orang yang tidak melakukan
personal hygiene genitalia dengan benar sejumlah 38,1%.
Aktivitas sehari-hari menyebabkan pengeluaran keringat yang
akan menempel pada kulit. Kulit yang bercampur keringat dan
kotoran menyebabkan daerah genitalia menjadi lembab, jika
tidak menjaga kebersihan genitalia dengan benar, maka jamur
dan bakteri yang berada di daerah genitalia akan tumbuh subur
sehingga menyebabkan rasa gatal dan infeksi pada daerah
tersebut. Tanda dan gejalayang ditimbulkan akibat
berkembangnya bakteri yang menginfeksi saluran kemih antara
lain seperti gatal, iritasi, bau, nyeri dan sering berkemih.
Bakteri dapat masuk ke uretra dan menyebabkan infeksi pada
organ urogenital. Infeksi tersebut antara lain adalah infeksi
saluran kemih (ISK), balanitis dan phimosis atau paraphimosis.
Bakteri yang ada di uretra dapat naik ke dalam ginjal melalui
ureter kemudian kandung kemih sehingga menyebabkan infeksi
saluran kemih atas. ISK atas lebih berbahaya dibandingkan
dengan ISK bawah karena bakteri telah menginfeksi ginjal
sehingga bakteri dapat masuk ke dalam sistem sirkulasi darah.
Bakteri yang masuk ke dalam sistem sirkulasi darah merupakan
faktor predisposisi terjadinya gagal ginjal kronik yang
disebabkan oleh ISK. (Wahyuningtyas, 2016)
11) Data Psikososial dan Spiritual
Meliputi riwayat perkawinan,kehamilan ini diharapkan atau tidak
oleh ibu dan suami,serta respon dan dukungan keluarga terhadap
kehamilan ini,mekanisme koping,ibu tinggal serumah dengan siapa
saja,pengambil keputusan utama dalam keluarga,yang menemani
ibu selama ANC, adat istiadat yang berkaitan dengan kehamilan,
rencana tempat dan penolong persalinan,praktik agama yang
berhubungan dengan kehamilan,tingkat pengetahuan ibu.
(Widatiningsih, 2017)
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kunjungan awal prenatal difokuskan untuk
mengidentifikasi kelainan yang sering mengontribusi morbiditas
dan mortalitas dan untuk mengidentifikasi gambaran tubuh yang
menunjukkan gangguan genetik. Pemeriksaan harus mencakup
penetapan tinggi badan dan berat badan,tekanan darah,nadi dan
pemeriksaan kulit, kelenjar tiroid, jantung, paru-
paru,payudara,ekstremitas dan abdomen,serta pemeriksaan pelvis.
(Marmi, 2017)
a) Pemeriksaan Umum:
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui hal ini, cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. (Sulistyawati, 2013)
(2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai
dari keadaan komposmentis (kesadaran maksimal) sampai
dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
(Sulistyawati, 2013)
(3) Berat badan
Berat badan ditimbang pada kunjungan awal untuk
membuat rekomendasi penambahan berat badan pada
wanita hamil dan untuk membatasi kelebihan atau
kekurangan berat. (Marmi, 2011)
(4) TB
Tubuh yang pendek dapat menjadi indikator gangguan
genetik. Karena tinggi badan yang sering kali tidak
diketahui dan tinggi badan berubah seiring peningkatan
usia wanita,tinggi badan harus diukur pada saat kunjungan
awal. (Marmi, 2017)
(5) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT.
Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan proporsi standar
berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB).
(6) LILA
Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan atas pada
wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm. Jika
ukuran lingkar lengan atas kurang dari 23,5cm maka
interprestasinya adalah kurang energy kronis (KEK).
(Widatiningsih, 2017)
(7) Tanda Vital
(a) Tekanan darah
Tekanan darah memiliki dua komponen yaitu sistolik
dan diastolik. Pada waktu ventrikel berkonstraksi,
darah akan dipompakan ke seluruh tubuh, tekanan
aliran darah pada kontraksi disebut tekanan darah
sistolik. Pada saat ventrikel sedang rileks, darah dari
atrium masuk ke ventrikel, tekanan aliran darah pada
waktu ventrikel sedang rileks disebut tekanan darah
diastolik. Tekanan darah diukur dengan alat pengukur
tekanan darah yang disebut dengan Tensimeter. Diukur
untuk mengetahui kemungkinan terjadi hipertensi,yaitu
bila tekanan darahnya lebih dari 140 atau 190 mmHg.
(Marmi, 2017)
(b) Nadi
Denyut nadi maternal sedikit meningkat selama hamil,
tetapi jarang melebihi 100 denyut permenit (dpm).
Curigai hipotiroidisme jika denyut nadi lebih dari 100
dpm. Periksa adanya eksoflatmia dan hiperrefleksia
yang menyerai. (Marmi, 2017)
(c) Suhu
Peningkatan suhu menunjukkan proses infeksi atau
dehidrasi. (Widatiningsih, 2017)
Suhu tubuh normal 36-37,5oC. (Marmi, 2017)
(d) Respirasi
Wanita hamil nernapas lebih cepat dan lebih dalam
karena memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin
dan untuk dirinya. (Widatiningsih, 2017)
Untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan,normalnya
16-24 x/menit. (Marmi, 2017)
2) Status Present
Menurut (Khairoh & Arka, 2019) pemeriksaan tidak hanya
dilakukan secara pandang tetapi sekaligus dengan rabaan,
pemeriksaan diawali dari:
a. Wajah
Perhatikan adanya pembengkakan pada wajah. Apabila terdapat
pembengkakan atau edemadi wajah, perhatikan juga adanya
pembengkakan pada tanga dan kaki, apabila ditekan
menggunakan jari akan berbekas cekungan yang lambat
kembali seperti semula. Apabila bengkak terjadi pada wajah,
tangan dan kaki merupakan pertanda terjadinya pre eclampsia
b. Mata
Periksa perubahan warna konjungtiva mata. Konjungtiva yang
pucat menandakan ibu menderita anemia sehingga harus
dilakukan penanganan lebih lanjut. Pada pemeriksaan mata
juga lihat warna sclera, apabila sclera berwarna kekuningan
curigai bahwa ibu memliliki riwayat penyakit hepatitis
c. Mulut dan gigi
Ibu hamil mengalami perubahan hormone baik itu progesterone
maupun estrogen. Dampak dari perubahan hormone kehamilan
itu dapat mempengaruhi kesehatan mulut dan gigi.
d. Leher
Periksa adanya pembengkakan pada leher yang biasanya
disebabkan oleh pembengkakan kelenjar tiroid dan apabila ada
pembesarab pada vena jugularis curigai bahwa ibu memiliki
penyakit jantung.
e. Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas meliputi pemeriksaan tangan dan kaki
untuk mengetahui adanya pembengkakan/edema sebagai
indikasi dari preeklamsia
f. Payudara
Perhatikan kesimetrisan bentuk payudara, bentuk putting
payudara menonjol atau mendatar, apabila putting payudara
mendatar, berikan ibu konseling melakukan perawatan
payudara agar puing payudara menonjol. Kemudian perhatikan
adanya bekas operasi dan lakukan palpasi untuk mengetahui
adanya benjolan yang abnormal dan nyeri tekan dimulai dari
daerah axilla sampai seluruh bagian payudara. Periksa adanya
pengeluaran colostrum/cairan lain. Pemeriksaan payudara ini
bertujuan untuk mempersiapkan ibu dalam menyusui bayi.
g. Abdomen
Pembesaran abdomen yang tidak sesuai usia kehamilan ialah
faktor resiko terjadinya kehamilan dengan mola hidatidosa,
kehamilan kembar, polihidramnion
3) Status Obstetrik
a.) Inspeksi
(1) Muka
Kloasma gravidarum,keadaan selaput mata pucat atau
merah,adakah oedema pada muka,bagaimana keadaan
lidah,gigi.
(2) Leher
Apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyalit
jantung), apakah kelenjar gondok membesar atau kelenjar
limfe membengkak.
(3) Dada
Bentuk payudara,pigmentasi putting susu, dan gelanggang
susu,keadaan putting susu,adakah colostrum.
(4) Perut
Perut membesar ke depan atau ke samping (pada ascites
misalnya membesar ke samping), keadaan pusat,
pigmentasi di linea alba, nampakkan gerakan anak atau
striae gravidarum atau bekas luka.
(5) Vulva
Keadaan perinium, carilah varises, tanda chadwick,
condyloma, flour. (Marmi, 2017)
4) Palpasi
Menuut (Marmi, 2017) maksud pemeriksaan raba ialah untuk
menentukan:
a) Besarnya rahim dan dengan ini menentukan umur kehamilan.
b) Menentukan letaknya anak dalam rahim.
c) Selain dari pada itu harus diraba apakah ada tumor-tumor lain
dalam rongga perut,kista,myoma,pembesaran limpa
d) Cara melalukan palpasi ialah menurut leopold yang terdiri atas
4 bagian:

Leopold I : digunakan untuk menentukan usia kehamilan


dan bagian apa yang ada dalam fundus
Leopold II : dilakukan untuk menentukan letak punggung
janin dan bagian-bagian kecil janin.
Leopold III : digunakan untuk menentukan bagian apa yang
terdapat dibagian bawah dan apakah bagian
bawah anak sudah atau belum terpegang oleh
pintu atas panggul.
Leopold IV : digunakan untuk menentukan apa yang
menjadi bagian bawah dan seberapa
masuknya bagian bawah tersebut kedalam
rongga panggul.
5) Tinggi Fundus Uteri
TFU merupakan salah satu pemantauan dalam kehamilan.
Pengukuran TFU diatas simfisis dipakai untuk mengukur kemajuan
perkembangan janin dalam kandungan. Dengan TFU dapat
memperkirakan umur kehamilan, dapat mengetahui resiko tinggi.
TFU yang tetap atau bahkan menurun dapat mendeteksi retardasi
pertumbuhan intra uteri, peningkatan yang lebih bisa saji adanya
kehamilan gemeli atau hidramnion. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pengukuran TFU memegang peranan penting
dalam pemeriksaan kehamilan dan penting untuk dipelajari dan
dikuasai seorang kebidanan. (Sari, 2018)
6) Taksiran Berat Janin
Taksiran berat janin dianggap penting pada masa kehamilan karena
pertumbuhan janin intrauterine berlangsung tidak konstan, yaitu
berlangsung cepat pada awal masa kemudian melambat seiring
bertambahnya usia kehamilan dan berhubungan dengan
meningkatnya risiko terjadinya komplikasi selama persalinan pada
ibu dan bayi seperti berat lahir rendah atau berat lahir berlebih.
(Hidayah & Khusna, 2015)

7) Pemeriksaan penunjang
Menurut (Yuliani, 2021), pemeriksaan penunjang masa kehamilan
meliputi.
a) Haemoglobin
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) yang dilakukan
minimal satu kali pada trimester pertama dan satu kali pada
trimester ketiga untuk mengetahui keadaan ibu hamil anemia
atau tidak. Jika pada usia 21 bulan ibu hamil mengalami
anemia, hal ini dapat memengaruhi proses tumbuh kembang
janin
b) Golongan darah
Pemeriksaan golongan darah untuk mengetahui jenis golongon
darah ibu dalam rangka mempersiapkan calon pendonor jika
diperlukan pada saat situasi gawat darurat
c) Kadar gula darah
Pemeriksaan kadar ula darah selama kehamilan jika dicurigai
menderita diabetes mellitus. Minimal pemeriksaan dilakukan
satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua
dan satu kali pada akhir trimester ketiga
d) Protein urin
Pemeriksaan protein urin pada trimester kedua dan ketioga
sesuai indikasi untuk mengtahui adanya protein uria pada ibu
hamil sebagai indicator preeklamsia pada ibu hamil
e) Sifilis
Pemeriksaan tes sifilis yang dilakukan sedini mungkin di
daerah yang memiliki resiko tinggi serta di tujukan pada ibu
hamil yang di duga terkena resiko.
c. Analisa
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.
1. Diagnosis Kebidanan
Dalam bagian ini yang disimpilkan oleh bidan antara lain sebagai
berikut
a) Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksiseorang wanita yang berkaitan
dengan kehamilannya (jumlah kehamilannya). Contoh cara
penulisan paritas dalam interpretasi data sebagai berikut :
b) Primigravida : G1P0A0
G1 (gravida 1) atau hamil yang pertama kali
P0 (partus 0) berarti belum pernah partus atau melahirkan
A0 (abortus 0) berarti belum pernah mengalami abortus
c) Multigravida : G3P1A1
G3(gravida 3) atau ini adalah kehamilannya yang ketiga
P1 (partus 1)atau sudah pernah mengalami persalinan satu kali
A1(abortus 1) atau sudah pernah mengalami abortus satu kali
d) Usia Kehamilan dalam minggu
e) Keadaan janin
f) Normal atau tidak normal
2. Masalah
Masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap
perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh.
Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu
mengalami kenyataan terhadap diagnosis. (Sulistyawati, 2013).
3. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain
juga.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan,sambil terus mengamati kondisi klien.
(Sulistyawati, 2013)
d. Perencanaan
Pelaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut,
apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah
yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural, atau masalah
psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut harus
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspekasuhan
kesehatan. (Sulistyawati, 2013)
Secara umum asuhan yang dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah
dimengerti
2. Memberikan KIE mengenai bagaimana cara mengatasi
ketidaknyamanan TM III.
3. Menjelaskan mengenai resiko tinggi hamil dan nutrisi yang baik
bagi ibu hamil dan janin.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan Kegel Exercise untuk
mengatasi sering kencing.
5. Memberikan KIE terhadap masalah yang mungkin timbul pada
masa kehamilan, yaitu Sering pusing; Kaki dan wajah bengkak
pada kehamilan tua; Sulit BAB pada kehamilan tua; BB tidak
naik; Perut terlalu besar dibandingkan usia kehamilan; Gerakan
janin kurang; Perut terlalu kecil dibanding usia kehamilan;
Sering nyeri pinggang; Nyeri perut bagian bawah sampai
keselangkangan; Mudah capek / lelah; Kram pada kaki; Tangan
kesemutan; Sering naik asam lambung; Flek-flek pada
kehamilan; Sakit punggung; Puting susu mengeluarkan cairan;
Pendarahan; Keputihan; Sering Buang Air Kecil (BAK); Rasa
terbakar saat BAK; Sulit tidur; Sesak nafas; Sembelit; Mulas;
Payudara mengeras; Peningkatan berat janin lambat; Nyeri perut
bagian bawah; Sesak nafas; Wasir; Sering sakit kepala; Dada
terasa panas; Tidak bisa menahan kencing; Mimisan; Rasa gatal
hebat; Adanya stretch mark; Sensitif; Nyeri perut; Penglihatan
kabur; Kontraksi pada usia kehamilan muda; Panas pada
lambung; Gusi mudah berdarah; Sering sendawa, buang angin;
Sering kembung dan maag; Rasa kepanasan; Enggan
berhubungan seks saat hamil;Gigi ngilu; Gigi berlubang; Hamil
terdeteksi janin dengan kelainan (kelainan kongenital, Down
Syndrom, dll); Hamil di usia tua; Hamil dengan riwayat pernah
melakukan kuret; Nyeri perut hebat; Tidak menyukai bau-bauan
tertentu; Pemeriksaan kehamilan rutin; Hanya ingin makan
makanan tertentu (KEPMENKES 320 Th 2020)
6. Memberikan KIE tentang perubahan psikologis ibu Trimester
III, yaitu ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir
sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan
kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejalanya persalinan.
Perasaan khawatir dan takut kalau bayinya akan dilahirkan tidak
normal lebih sering muncul. seorang ibu akan takut akan rasa
sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan.
(Widatiningsih, 2017)
7. Memberikan KIE tentang persiapan persalinan dan laktasi, yaitu
senam hamil dan perawatan payudara.
8. Keterampilan yang harus dimiliki bidan dalam praktik asuhan
kehamilan menurut KEPMENKES 320 Th 2020, yaitu
pemeriksaan fisik terfokus pada ibu hamil, inspeksi abdomen,
penilaian pembesaran uterus normal selama kehamilan,
melakukan palpasi abdomen dalam pemeriksaan kehamilan,
mengidentifikasi masalah pada payudara pada masa hamil,
perawatan payudara, pemeriksaan denyut jantung janin
stetoskop dan doppler, pemeriksaan perkusi pada ekstremitas,
penghitungan usia kehamilan, periksa dalam saat hamil,
identifikasi status TT 4, penghitungan tafsiran berat janin,
mengisi buku kesehatan ibu dan anak (KIA), pemberian
suplemen vitamin dan mineral, penentuan status gizi ibu hamil,
edukasi nutrisi pada ibu hamil,pemberian makanan tambahan
pada ibu hamil kurang energi kronik (KEK), memfasilitasi
senam hamil, konseling adaptasi kehamilan, konseling
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi, konseling
keluarga berencana, pemberian pendidikan kesehatan pada
perempuan, keluarga dan masyarakat tentang perkembangan
kehamilan, gejala dan tanda bahaya serta tindakan yang
dilakukan ketika terdapat tanda bahaya, pemberian pendidikan
kesehatan pada ibu dan keluarga untuk persiapan persalinan dan
kelahiran, penggunaan cardiotocography (CTG), interprestasi
hasil cardiotocography (CTG) amniosintesis, edukasi hasil
pemeriksaan penunjang pada masa hamil. skrining kehamilan
risiko tinggi, konseling pada ibu hamil yang berisiko, KIE tanda
bahaya kehamilan, identifikasi kehamilan dengan kelainan,
tatalaksana awal pada ibu hamil dengan penyakit sistemik,
tatalaksana pada ibu hamil dengan penyakit infeksi, tatalaksana
pada kehamilan dengan penyulit obstetrik (hiperemesis
gravidarum, hipertensi, infeksi), tatalaksana awal kasus
kegawatdaruratan pada kehamilan (kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, abortus imminen, solutio placenta,
placenta previa, preeklamsi, kejang, henti nafas, penurunan
kesadaran, syok, henti jantung), skrining gangguan psikologis
ibu hamil, tatalaksana gangguan psikologis pada ibu hamil
pemberian suplemen vitamin dan mineral, tatalaksana awal
kelainan letak, presentasi dan kehamilan ganda, tatalaksana
tokolisis, fasilitasi kelas ibu hamil, tata laksana dengan korban
kekerasan fisik dan seksual.
9. Menganjurkan untuk rutin dalam mengonsumsi Vitamin C dan
tablet tambah darah.
Pemberian suplementasi gizi bertujuan untuk pencegahan dan
pengobatan anemia. TTD adalah suplemen gizi yang
mengandung senyawa besi yang setara dengan 60 mg besi
elemental dan 400 mcg asam.
10. Merujuk pasien berkonsultasi dengan dokter umum mengenai
kesehatan kehamilannya.
11. Menganjurkan ibu untuk beristirahat dan menjaga kehamilannya
dengan berhati-hati.
12. Menganjurkan klien untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
lengkap untuk pemeriksaan hemoglobin dan urin lengkap.
13. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai
jadwal atau jika ada keluhan.
14. Memberikan suplemen berupa kalsium, B6 dan tablet tambah
darah.
15. Melakukan dokumentasi
1. Asuhan Kebidanan Persalinan Fisiologis
1) Data Subyektif
1) Alasan Datang
Hal hal yang mendasari kedatangan ibu hamil sesuai dengan
ungkapan ibu. (Widatiningsih, 2017)
2) Keluhan Utama
Keluhan utama atau alasan utama wanita datang ke rumah sakit
atau bidan ditentukan dalam wawancara. (Marmi, 2016)
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang
sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan
penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan.
Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan
darah,denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan
ketegangan otot.(Sari et al., 2018)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Adam & Umboh, 2015)
menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara parietas
dengan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Deselarasi.
Menurut peneliti adanya hubungan antara parietas dengan
intensitas nyeri yang dirasakan ibu pada persalinan kali I
fase aktiv deseleratif karena ibu primipara memang belum
pernah mempunyai pengalaman melahirkan termasuk
pengalaman nyeri waktu persalinan yang mengakibatkan sulit
untuk mengantisipasinya. Selain itu proses melahirkan yang
tidak sama dengan multipara, karena pada primipara proses
penipisan biasanya terjadi lebih dulu daripada dilatasi
serviks. Sedangkan pada multipara proses penipisan dan
dilatasi serviks terjadi bersamaan. Pengaruh ini disebabkan
oleh adanya pengalaman sebelumnya yang dirasakan oleh
ibu multipara dimana pengalaman ini merupakan salah satu
factor yang dapat menyebabkan intensitas nyeri yang dirasakan
individu berbeda.
3) Tanda-tanda Persalinan
1. Kontraksi
Informasi ini membantu membedakan antara kontraksi
persalinan sejati dan palsu. Pada persalinan sejati, intensitas
kontraksi menjadi semakin kuat dengan berjalan, sedangkan
pada kontraksi palsu hal ini jarang terjadi bahkan
menghilang. (Padila, 2014)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Ardhiyanti & Susanti, 2016) bahwa sebanyak 22,9% dengan
his lemah mengalami persalinan lama, sedangkan pada
kelompok kontrol sebanyak 4,2% dengan his lemah
mengalami persalinan lama. Pengaruh negatif yang
diperoleh berarti semakin tinggi frekuensi his maka waktu
yang dibutuhkan lama kala II semakin kurang. Kuat dan
lemahnya his pada saat proses persalinan sangat
berpengaruh pada cepat atau lamanya suatu persalinan.
Apabila pada saat proses persalinan his lemah, maka
dapat memperlambat proses persalinan.
2. Frekuensi
Informasi ini sangat penting untuk menetapkan awal
persalinan, biasanya dimulai sejak kontraksi menjadi teratur,
dan membedakan kontraksi persalinan palsu dan sejati. Pada
persalinan palsu, frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi
tidak meningkat, tidak teratur, dan durasinya pendek.
Kontraksi pada persalinan sejadi pada awal tidak teratur dan
durasinya singkat, tetapi kemudian menjadi teratur dan
disertai peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas
kontraksi. (Padila, 2014)
3. Lokasi Ketidaknyamanan
Informasi ini membantu untuk membedakan antara kontraksi
persalinan sejati dan palsu. Kontraksi persalinan palsu
biasanya dirasakan pada abdomen bagian bawah dan lipat
paha. Kontraksi persalinan sejati biasanya dirasa sebagai
nyeri yang menyebar dari fundus ke punggung. (Padila,
2014)
4. PPV
Bloody show adalah tanda yang menunjukkan persalinan.
Apabila bloody show meningkat berarti wanita akan segera
memasuki kala II persalinan. (Padila, 2014)
4) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang dan Dahulu
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang,
penyakit umum yang pernah diderita, serta penyakit yang
dialami saat masa kehamilan maupun saat hamil (Marmi,
2017)
Dikaji untuk membantu bidan mengidentifikasi kondisi
kesehatan yang dapat mempengaruhi kehamilan.
(1) Sistem kardiovaskuler
(a) Penyakit jantung
Perubahan fisiologis normal pada masa hamil
meningkatkan curah jantung wanita hingga
mencapai 40% melebihi curah jantungnya ketika
tidak hamil saat ia berada pada keadaan istirahat.
Peningkatan ini terjadi pada awal kehamilan dan
mencapai puncaknya pada usia kehamilan 20 hingga
24 minggu. Peningkatan curah jantung selama
kehamilan, persalinan, dan pelahiran akan
meningkatkan resiko dekompensasi jantung pada
wanita yang mempunyai riwayat penyakit jantung.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Wiyati &
Wibowo, 2013) menunjukkan terdapat 59 kasus
(66%) hamil dengan penyakit jantung yang disertai
gagal jantung. Sebanyak 35,6% terjadi komplikasi
kardiovaskuler maternal. Angka kematian ibu
sebanyak 8,5%. Luaran perinatal meliputi 57 bayi
lahir hidup (90,5%); komplikasi perinatal prematur
24 bayi (38,1), sisanya masa kehamilan 16 bayi
(25,4%) dan IUGR 7 (11,1), IUFD 6 kasus (9,5%)
dan kematian dalam 7 hari 5 kasus (7,9%).
(b) Hipertensi
Wanita hipertensi yang ditanyakan hamil perlu
mendiskusikan dengan dokternya tentang
pengobatan mana yang aman digunakan selama
mengandung. Selain itu wanita dengan hipertensi
yang sudah ada sebelumnya mengalami peningkatan
resiko terjadinya preeklmasia selama kehamilan.
Penelitian yang dilakukan oleh (Alatas Haidar,
2019) menyatakan bahwa hipertensi pada kehamilan
sering terjadi (6-10 %) dan meningkatkan risiko
morbiditas dan mortalitas pada ibu, janin dan
perinatal. Pre-eklampsia/eklampsia dan hipertensi
berat pada kehamilan risikonya lebih besar.
(c) Anemia
Anemia di definisikan sebagai penurunan jumlah sel
darah merah atau penurunan konstrasi hemoglobin
di dalam sirkulasi darah. Definisi anemia yang
diterima secara umum adalah kadar Hbkurang dari
12,0 gram per millimeter (12 gram/desiliter) untuk
wanita tidak hamil dan kurang dari 10,0 gram
permilimeter (10 gram/desiliter) untuk wanita hamil.
Penelitian yang dilakukan oleh (Purwaningtyas &
Prameswari, 2017) menyatakan bahwa salah satu
factor terjadinya anemia dalam kehamilan adalah
status gizi ibu hamil. Kekurangan gizi tentu saja
akan menyebabkan akibat yang buruk bagi ibu
dan janin. Kekurangan gizi dapat menyebabkan
ibu menderita anemia, suplai darah yang
mengantarkan oksigen dan makanan pada janin
akan terhambat, sehingga janin akan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh
karena itu pemantauan gizi ibu hamil sangatlah
penting dilakukan.
(d) Sistem pernapasan
Asma
Wanita yang memilik riwayat asma berat sebelum
hamil terbukti akan terus mengalaminya dan
menjadi semakin buruk selama masa hamil. Asma
dihubungkan dengan peningkatan angka kematian
perinatal, hyperemesis gravidarum, pelahiran
preterm, hipertensi kronis, preeklamsia, bayi berat
lahir rendah dan perdarahan pervaginam.
TBC
Pada kehamilan dengan infeksi TBC resiko
prematuritas, IUGR, dan berat badan lahir setelah
rendah meningkat, serta resiko kematian perinatal
meningkat 6 x lipat. Keadaan ini terjadi akibat
diagnosa yang terlambat, pengobatan yang tidak
teratur dan derajat keparahan lesi di paru. Infeksi
TBC dapat menginfeksi janin yang dapat
menyebabkan tuberculosis conginetal.
(e) Sistem endokrin
Diabetes Melitus
Factor resiko utama diabetes maternal ini adalah
berat badan berlebih, peningkatan berat badan dan
kurangnya aktivitas fisik. Jelas hal ini menjadi
pertimbangan bagi semua bidan dalam
menganjurkan pola hidup sehat kepada wanita.
Diabetes juga merupakan permasalahan yang terus
meningkat pada wanita usia subur. Oleh sebab itu
penapisan diabetes harus dilakukan pada semua
wanita hamil.
Diabetes dapat memberikan penyulit pada ibu
berupa preeklamsia, polihidramnion, infeksi saluran
kemih, persalinan seksio sesaria, trauma persalinan
akibat bayi besar. Bagi bayi dapat menimbulkan
makrosomia, hambatan pertumbuhan janin, cacat
bawaan, hipoglikemia, hipokalsemia,
hipomagnesemia, hiperbilirubinemia, asfiksia
perinatal, dan sindrom gawat nafas neonatal
(Prawirohardjo, 2018).
Hipertiroid
Hipertiroid dalam kehamilan pada umunya
disebabkan oleh penyakit Grave (struma difusa
toksika). Insidensi penyakit Grave dalam kehamilan
diatas 20 minggu adalah 2%. Penyebab terbanyak
lainnya adalah struma multinodosa, tetapi kelainan
ini hanya terjadi pada golongan usia diatas 40 tahun.
Hipertiroid dalam kehamilan menyebabkan resiko
abortus dan janin mati dalam rahim 3 kali dari
kehamilan normal. (Prawirohardjo, 2018). Penelitan
yang dilakukan oleh (Suparman, 2021) menyatakan
bahwa Hipertiroid dalam kehamilan yang tidak
dikendalikan dengan baik dikaitkan dengan insidensi
preeklampsia yang lebih tinggi, gagal jantung, krisis
tiroid, dan hasil perinatal yang buruk. Hasil perinatal
yang buruk berupa persalinan prematur, berat badan
lahir rendah (BBLR), IUGR, stillbirth, hydrops
fetalis, hipotiroidism, dan goiter.
Hepatitis B
Kehamilan tidak akan memperberat infeksi virus
hepatitis, akan tetapi jika terjadi infeksi akut pada
kehamilan bisa menimbukan mortalitas tinggi pada
ibu dan bayi.
(f) Sistem urogenital
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih merupakan komplikasi medic
utama pada wanita hamil. Sekitar 15% wanita,
mengalami paling sedikit satu kali serangan akut
infeksi saluran kemih selamaa hidupnya. Akibat
infeksi inin dapat mengakibatkan masalah pada ibu
dan jnain. ISK berkaitan dengan kejadian anemia,
hipertensi, kelahiran premature dan BBLR
(Prawirohardjo, 2018).
(g) Sistem reproduksi
Kista ovarium
Kista ovarim dalam kehamilan dapat menyebabkan
nyeri perut oleh karena putaran tangkai, pecah atau
perdarahan (Prawirohardjo, 2018).
2. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat mengenai ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara
perempuan pasien, dituliskan tentang umur, keadaan
kesehatan masing-masing bila masih hidup, atau umur waktu
meninggal dan sebabnya. Tuliskan hal-hal yang berhubungan
dengan peranan keturunan atau kontak diantara keluarga. Ada
atau tidaknya penyakit spesifik dalam keluarga, misalnya
jantung, hipertensi, diabetes dan sebagainya. (Kemenkes RI,
2017)
5) Riwayat Obstetrik
Menurut Sulistyawati (2013) riwayat obstetri meliputi :
Riwayat Haid
o Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi.
Wanita Indonesia umumnya mengalami menarche sekitar
usia 12 tahun sampai 16 tahun.
o Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang
dialami dengan menstruasi berikutnya,dalam hitungan
hari.Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.
o Volume
Jawaban yag diberikan oleh pasien biasanya bersifat
subjektif, namun kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan
beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa kali
mengganti pembalut dalam sehari.
o Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan
ketika mengalami menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit
kepala sampai pingsan atau jumlah darah yang banyak.
6) Riwayat Kehamilan Sekarang
a) Status paritas
Paritas menunjukkan jumlah kehamilan yang pernah dialami
dan memberikan pengalaman ibu dalam menghadapi
kehamilan. (Sari Priyanti, 2020)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ardhiyanti & Susanti,
2016) menyatakan bahwa 35,4 persen dengan paritas
berisiko (>3) mengalami persalinan lama, sedangkan pada
kelompok kontrol sebanyak 20,8 persen dengan paritas
berisiko mengalami persalinan lama. Paritas berisiko
dapat menyebabkan terjadinya persalinan lama dikarenakan
otot–otot rahim pada ibu yang sering melahirkan sudah
melemah sehingga bisa mengakibatkan lamanya proses
persalinan.
b) Hari pertama haid terakhir (HPHT)
Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu/9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Usia
kehamilan dan tafsiran persalinan (rumus neagle : tanggal
HPHT ditambah 7, bulan dikurang 3). (Marmi, 2014)
c) Taksiran persalinan
Untuk menentukan taksiran persalinan dengan memakai
rumus neagele. Rumus neagele dihitung berdasarkan asumsi
bahwa usia kehamilan normal adalah 266 hari sejak ovulasi
(38 minggu/ 9 bulan 7 hari). (Khairoh & Arka, 2019)
d) Usia Kehamilan
Usia kehamilan cukup bulan yaitu pada usia kehamilan 37-42
minggu. (Marmi, 2014)
Penelitian yang dilakukan oleh (Jumhati & Novianti, 2018)
didapatkan bahwa faktor umur kehamilan mempengaruhi
kejadian BBLR karena semakin kurang sempurna
pertumbuhan organ-organ tubuhnya, sehingga dapat
mempengaruhi berat badan ketika lahir. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa umur kehamilan merupakan faktor yang
penyebab terjadinya BBLR.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mengatakan
(Ratnawati & Yusnawati, 2016) Ada hubungan kehamilan
serotinus dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Tahun2016.
Dimana usia kehamilannya telah mencapai 42 minggu
lengkap atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi
yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin
yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan
ataupun nifas.

e) Gerakan janin
Gerakan janin pertama kali ditanyakan untuk mengetahui
gerak janin yang pertama kali dirasakan ibu pada usia
kehamilan berapa dan mengetahui maslaah yang mungkin
terjadi pada janin.
f) Kekhawatiran
Melakukan pengkajian terhadap keluhan yang idrasakan
selama hamil agar dapat diberikan penatalaksanaan untik
mengurangi keluhan dan mencegah agar keluhan tidak
sampai menjadi komplikasi. (Khairoh & Arka, 2019)
g) Riwayat ANC
Riwayat ANC perlu dikaji apakah ibu sudah memenuhi
standar kunjungan ANC atau belum. Selama kehamilan
setidaknya ibu sudah melakukan ANC 4 kali yang dibagi
menjadi 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, 2 kali
pada trimester III. (Widatiningsih, 2017)
h) Status imunisasi TT
Pemberian imunisasi tetanus toksoid untuk mencegah
terjadinya tetanus neonatorum. Ibu hamil skrining status
imunisasi TT pada saat kontak pertama ANC. Pemberian
disesuaikan dengan status imunisasi ibu, jika belum pernah
atau ragu mendapat imunisasi diberikan sebanyak 2 kali
dengan interval pemberian minimal 1 bulan, jika pernah
mendapatkan imunisasi sebanyak 2 kali pemberian pada
kehamilan sebelumnya atau pada saat calon pengantin, maka
hanya diberikan 1 kali. (Khairoh & Arka, 2019)
Jadwal Pemberian Suntikan TT
Antigen Interval Lama
(selang waktu minimal) perlindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal pertama -
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun

7) Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi selama hamil untuk mengetahui
paparan penyakit yang dialami selama/sejak hamil untuk
mengetahui efek yang dapat ditimbulkan dari masalah tersebut
pada kehamilan. (Khairoh & Arka, 2019)
8) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
a) Kehamilan, adakah gangguan seperti perdarahan, muntah
yang sangat (sering), toxaemia gravidarum.
b) Persalinan, spontan atau buatan, aterm atau prematur,
perdarahan, ditolong oleh siapa (bidan, dokter).
c) Nifas,adakah panas atau perdarahan, bagaimana laktasi.
d) Anak, jenis kelamin, hidup atau tidak, kalau meninggal
umur berapa dan sebabnya meninggal, berat badan waktu
lahir.
9) Riwayat KB
Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi hormonal
dapat mempengaruhi tanggal perkiraan lahir, karena penggunaan
metode lain dapat membantu menanggali kehamilan. (Marmi,
2017). Riwayat keluarga berencana dikaji lebih awal agar pasien
mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai pilihan
beberapa alat kontrasepsi.Memberikan Penjelasan mengenai alat
kontrasepsi tertensu yang sesuai dengan kondisi dan keinginan
pasien (Sulistyawati, 2012)

10) Pola Aktivitas Terakhir Kali


a) Pola Nutrisi
(1)Pola makan
Data ini penting untuk diketahui agar bisa mendapatkan
gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya
sampai dengan masa awal persalinan. Karena makanan
dan cairan akan memberi banyak energi. Data fokus
mengenai asupan makanan pasien adalah sebagai
berikut:
a) Kapan atau jam berapa terakhir kali makan
b) Makanan yang dimakan
c) Jumlah makanan yang dimakan
(2)Pola minum
Pada masa persalinan, data mengenai intake sangat
penting karena akan menentukan kecenderungan
terjadinya dehidrasi. Data yang perlu kita tanyakan
berkaitan dengan intake cairan adalah sebagai berikut :
a) Kapan terakhir kali minum
b) Berapa banyak yang diminum
c) Apa yang diminum
b) Pola Eliminasi
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat
diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama
persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi
glomerulus dan aliran plasma ginjal. (Rukiyah, 2013)
Kandung kemih harus sering dievaluasi untuk mengetahui
adanya kandung kemih yang penuh, yang akan mencegah
penurunan bagian presentasi jenin.
c) Pola istirahat dan tidur
Istirahat sangat diperlukan oleh ibu hamil. Oleh karena itu,
bidan perlu menggali kebiasaan istirahat ibu supaya
diketahui hambatan yang mungkin muncul jika didapatkan
data yang senjang tentang pemenuhan kebutuhan istirahat.
Bidan dapat menanyakan tentang berapa lama ia tidur
dimalam dan siang hari. (Sulistyawati, 2013)
d) Pola Personal Hygiene
Data ini perlu dikaji karena bagaimanapun juga hal ini akan
memengaruhi kesehatan pasien dan bayinya. Jika pasien
mempunyai kebiasaan yang kurang baik dalam perawatan
kebersihan dirinya. Meliputi mandi, keramas, ganti baju dan
celana dalam, kebersihan kuku. (Sulistyawati, 2013)
e) Pola Aktivitas Seksual
Pada kebanyakan budaya, aktivitas seksual tidak dilarang
sampai akhir kehamilan. Sampai saat ini belum
membuktikan dengan pasti bahwa koitus dan orgasme
dikontraindikasikan selama masa hamil untuk wanita yang
sehat secara medis dan memiliki kondisi obstetri yang
prima. Akan tetapi riwayat abortus spontan atau ancaman
abortus lebih satu kali,keguguran yang nyaris terjadi pada
trimester kedua atau ketuban pecah dini, perdarahan atau
sakit perut pada kehamilan trimester ketiga merupakan
peringatan untuk tidak melakukan koitus dan orgasme.
(Sulistyawati, 2013)
f) Pola Kebiasaan
Merokok
Kebanyakan wanita mengetahui bahwa mereka tidak boleh
merokok pada masa kehamilan meskipun mereka tidak
mengetahui bahaya yang sebenarnya.
Alkohol
Masalah signifikan yang ditimbulkan oleh anak-anak yang
mengalami sindrom alkohol janin dan gangguan
perkembangan saraf terkait alkohol membuat wajib
menanyakan asupan alkohol dan mengingatkan wanita efek
potensial alkohol jangka pajang pada bayi yang
dikandungnya.
Obat terlarang
Wanita yang menggunakan obat-obatan tidak akan
tertolong, kecuali mereka diidentifikasi sejak awal.
Konsumsi Jamu
Kebiasaan minum jamu merupakan kebiasaan yang berisiko
bagi wanita hamil, karena efek minum jamu dapat
membahayakan tumbuh kembang janin seperti
menimbulkan kecacatan, abortus, BBLR, partus prematurus,
kelainan ginjal dan jantung janin, asfiksia neonatrum,
kematian janin dalam kandungan dan malformasi organ
janin. (Widatiningsih, 2017)
11) Data psikosial-spiritual
Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi,
ketakutan dan fantasi. Pada trimester II adanya
ketidaknyamanan kehamilan (mual,muntah), narchistik, pasif
dan introvert. Pada trimester III klien merasa tidak feminim
lagi karena perubahan tubuhnya, ketakutan akan kelahiran bayi
nya,distress keluarga karena adanya perasaan sekarat selama
persalinan berlangsung. Faktor-faktor situasi, seperti pekerjaan
wanita dan pasangannya, pendidikan, status perkawinan, latar
belakang budaya dan etnik,serta status sosial ekonomi
ditetapkan dalam riwayat sosial. (Marmi, 2016)
12) Data Pengetahuan
Dikaji untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu, hal
yang sudah diketahui dan hal yang ingin diketahui.
(Widatiningsih, 2017)
2) Data Obyektif
a) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kunjungan awal prenatal difokuskan
untuk mengidentifikasi kelainan yang sering mengontribusi
morbiditas dan mortalitas dan untuk mengidentifikasi
gambaran tubuh yang menunjukkan gangguan genetik.
Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum
Untuk mengetahui hal ini, cukup dengan mengamati keadaan
pasien secara keseluruhan. (Sulistyawati, 2013)
Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari
keadaan komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
koma (pasien tidak dalam keadaan sadar). (Sulistyawati, 2013)
Berat badan
Berat badan ditimbang pada kunjungan awal untuk membuat
rekomendasi penambahan berat badan pada wanita hamil dan
untuk membatasi kelebihan atau kekurangan berat.
TB
Tubuh yang pendek dapat menjadi indikator gangguan genetik.
Karena tinggi badan yang sering kali tidak diketahui dan tinggi
badan berubah seiring peningkatan usia wanita, tinggi badan
harus diukur pada saat kunjungan awal.
LILA
Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan atas pada wanita
dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm. Jika ukuran
lingkar lengan atas kurang dari 23,5cm maka interprestasinya
adalah kurang energi kronis (KEK). (Widatiningsih, 2017)
Tanda Vital :
Tekanan darah
Meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-
rata 15 (10-20) mmHg dari diastolic rata-rata 5-10 mmHg.
Pada waktu-waktu diantara kontraksi tekanan darah timbul
kembali ketingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah
posisi tubuh dari terlentang ke posisi miring. Perubahan
tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa
takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan
darah. (Marmi, 2014)

Nadi
Denyut nadi orang dewasa 60-80 kali permenit. Frekuensi
yang mencolok selama kontraksi uterus sedikit lebih tinggi
dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama
persalinan. (Marmi, 2014)
Suhu
Suhu tubuh normal adalah 36-37,50C. Suhu sedikit meningkat
selama persalinan, tertinggi selama dan segera setelah
melahirkan. Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-10C
adalah normal yang mencerminkan peningkatan metabolisme
selama persalinan. (Marmi, 2014)
Respirasi
Wanita hamil bernapas lebih cepat dan lebih dalam karena
memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk
dirinya. (Widatiningsih, 2017)
b) Status Present
Menurut Khairoh & Arka (2019) pemeriksaan tidak hanya
dilakukan secara pandang tetapi sekaligus dengan rabaan,
pemeriksaan diawali dari:
(1) Wajah
Perhatikan adanya pembengkakan pada wajah. Apabila
terdapat pembengkakan atau edemadi wajah, perhatikan
juga adanya pembengkakan pada tanga dan kaki, apabila
ditekan menggunakan jari akan berbekas cekungan yang
lambat kembali seperti semula. Apabila bengkak terjadi
pada wajah, tangan dan kaki merupakan pertanda
terjadinya pre eklampsia.
(2) Mata
Periksa perubahan warna konjungtiva mata. Konjungtiva
yang pucat menandakan ibu menderita anemia sehingga
harus dilakukan penanganan lebih lanjut. Pada
pemeriksaan mata juga lihat warna sclera, apabila sclera
berwarna kekuningan curigai bahwa ibu memliliki riwayat
penyakit hepatitis.
(3) Mulut dan gigi
Ibu hamil mengalami perubahan hormone baik itu
progesterone maupun estrogen. Dampak dari perubahan
hormone kehamilan itu dapat mempengaruhi kesehatan
mulut dan gigi.
(4) Leher
Periksa adanya pembengkakan pada leher yang biasanya
disebabkan oleh pembengkakan kelenjar tiroid dan apabila
ada pembesarab pada vena jugularis curigai bahwa ibu
memiliki penyakit jantung.
(5) Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas meliputi pemeriksaan tangan dan
kaki untuk mengetahui adanya pembengkakan/edema
sebagai indikasi dari preeklamsia.
(6) Payudara
Perhatikan kesimetrisan bentuk payudara, bentuk putting
payudara menonjol atau mendatar, apabila putting
payudara mendatar, berikan ibu konseling melakukan
perawatan payudara agar puing payudara menonjol.
Kemudian perhatikan adanya bekas operasi dan lakukan
palpasi untuk mengetahui adanya benjolan yang abnormal
dan nyeri tekan dimulai dari daerah axilla sampai seluruh
bagian payudara. Periksa adanya pengeluaran
colostrum/cairan lain. Pemeriksaan payudara ini bertujuan
untuk mempersiapkan ibu dalam menyusui bayi.

(7) Abdomen
Pembesaran abdomen yang tidak sesuai usia kehamilan
ialah faktor resiko terjadinya kehamilan dengan mola
hidatidosa, kehamilan kembar, polihidramnion
c) Status Obstetrik
Inspeksi
(1) Muka
Kloasmagravidarum, keadaan selaput mata pucat atau
merah, adakah oedema pada muka, bagaimana keadaan
lidah, gigi.
(2) Leher
Apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyalit
jantung), apakah kelenjar gondok membesar atau kelenjar
limfe membengkak.
(3) Dada
Bentuk payudara, pigmentasi putting susu, dan gelanggang
susu, keadaan putting susu, adakah colostrum.
(4) Perut
Perut membesar ke depan atau ke samping (pada ascites
misalnya membesar ke samping), keadaan pusat,
pigmentasi di linea alba, nampakkan gerakan anak atau
striae gravidarum atau bekas luka.
(5) Vulva
Tidak ada varises, flour albus, tidak ada perdarahan.
(Marmi, 2014)
Palpasi

Leopold I : digunakan untuk menentukan usia kehamilan


dan bagian apa yang ada dalam fundus
Leopold II : dilakukan untuk menentukan letak punggung
janin dan bagian-bagian kecil janin.
Leopold III : digunakan untuk menentukan bagian apa yang
terdapat dibagian bawah dan apakah bagian
bawah anak sudah atau belum terpegang oleh
pintu atas panggul.
Leopold IV : digunakan untuk menentukan apa yang
menjadi bagian bawah dan seberapa
masuknya bagian bawah tersebut kedalam
rongga panggul.
Pemeriksaan abdomen meliputi :
(1) Menentukan tinggi fundus uteri
Untuk pengukuran tinggi fundus yang akan dikaitkan
dengan taksiran berat bayi,sebaiknya digunakan pita
pengukur dan dilakukan saat uterus tidak sedang
berkontraksi. (JNPK-KR, 2017)
TFU merupakan salah satu pemantauan dalam kehamilan.
Pengukuran TFU diatas simfisis dipakai untuk mengukur
kemajuan perkembangan janin dalam kandungan. Dengan
TFU dapat memperkirakan umur kehamilan, dapat
mengetahui resiko tinggi. TFU yang tetap atau bahkan
menurun dapat mendeteksi retardasi pertumbuhan intra
uteri, peningkatan yang lebih bisa saji adanya kehamilan
gemeli atau hidramnion. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pengukuran TFU memegang peranan
penting dalam pemeriksaan kehamilan dan penting untuk
dipelajari dan dikuasai seorang kebidanan. (Sari, 2018)
(2) Memantau kontraksi uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam
tangan untuk memantau lamanya kontraksi uterus. (JNPK-
KR, 2017)
(3) Memantau DJJ
Gunakan fetoskop Pinnards atau doppler untuk mendengar
denyut jantung janin(DJJ) dalam rahim ibu dan untuk
menghitung jumlah denyut jantung janin per
menit,gunakan jarum detik pada jam dinding atau jam
tangan. (JNPK-KR, 2017)
(4) Menentukan presentasi
Untuk menentukan apakah presentasinya adalah kepala
atau bokong maka perhatikan dan pertimbangkan
bentuk,ukuran dan kepadatan bagian tersebut. (JNPK-KR,
2017)
(5) Menentukan penurunan kepala
Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan
menghitung proporsi bagian terbawah janin yang masih
berada ditas tepi atas simpisis dan dapat diukur dengan
lima jari tangan pemeriksa(perlimaan).
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari
(perlimaan) adalah :
(a) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba
diatas simfisis pubis
(b) 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah
memasuki pintu atas panggul
(c) 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul
(d) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin
masih berada diatas simpisis dan (3/5) bagian telah
turun melewati bidang tengah rongga panggul(tidak
dapat digerakkan)
(e) 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba
bagian terbawah janin yang berada diatas simfisis
dan 4/5 bagian telah masuk ke dalam rongga
panggul.
(f) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat
teraba dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian
terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga
panggul. (Sondakh, 2013)
Pemeriksaan dalam
Vaginal toucher sebaiknya dilakukan 4 jam selama kala I
persalinan dan setelah selaput ketuban pecah, catat pada jam
berapa diperiksa, oleh siapa dan sudah pembukaan berapa
dengan VT dapat diketahui muga effeccement, konsistensi,
keadaan ketuban, presentasi, denominator dan hodge. (Marmi,
2016)
3) Analisa
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam
pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan pasien
yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan
informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka
proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga
menuntut bidan untuk 44 sering melakukan analisis data yang
dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan pasien
dan analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data
pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien,
dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.
Analisis merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut helen varney langkah kedua, ketiga, dan keempat
sehingga mencakup hal-hal berikut ini: diagnosis/masalah
kebidanan, diagnosis/masalah potensial serta perlunya
mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi
diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera harus
diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi: tindakan
mendiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.
(Rukiyah, 2013)
a) Diagnosis Kebidanan
Dalam bagian ini yang disimpilkan oleh bidan antara lain
sebagai berikut
(1)Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang
berkaitan dengan kehamilannya (jumlah kehamilannya).
Penelitian yang dilakukan oleh (Khoiriah, 2017)
menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang
bermakna antara paritas dengan kejadian bayi berat lahir
rendah, sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan
paritas dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) terbukti. Ibu
dengan paritas tinggi dapat mempengaruhi ibu untuk
melahirkan bayi BBLR, itu dikarenakan kehamilan yang
berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan pada dinding
pembuluh darah uterus, hal ini akan mempengaruhi nutrisi ke
janin pada kehamilan selanjutnya sehingga dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin yang selanjutnya
akan melahirkan bayi dengan BBLR.
(2)Usia Kehamilan dalam minggu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Murbiah
& Pujiana, 2015) didapatkan bahwa ada hubungan antara usia
kehamilan dengan kejadian perdarahan postpartum yang
berarti bahwa usia kehamilan dapat berpeluang 72 kali
terjadinya perdarahan postpartum. Ibu melahirkan dengan
usia kehamilan < 37 minggu disebut persalinan preterm. Pada
ibu yang mengalami persalinan preterm ini dapat
merupakan faktor risiko untuk terjadinya retensio plasenta.
Retensio plasenta merupakan faktor risiko dan penyebab
langsung terjadinya perdarahan postpartum.
(3)Keadaan janin
Normal atau tidak normal. (Marmi, 2011)
b) Masalah
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang
sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan
penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan.
Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan
darah,denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan
ketegangan otot.(Sari et al., 2018)
Penelitian yang dilakukan oleh (Gultom, 2019) menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara kelompok kelainan
his pada ibu bersalin dengan partus lama. Faktor power atau
his dan kekuatan yang mendorong janin keluar adalah faktor
yang sangat penting dalam proses persalinan. Kelainan his
menyebabkan kerintangan jalan lahir yang lazim terdapat pada
setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami hambatan atau kemacetan.
c) Diagnosa Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil terus mengamati kondisi klien.
Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah
potensial benar benar terjadi. (Sulistyawati, 2013)
Hasil penelitian (Ummah et al., 2018) menunjukkan hasil
perhitungan Odds Ratio menunjukkan bahwa persalinan lama
(primipara >24 jam dan multipara >18 jam) memiliki resiko
1,5 kali lebih besar untuk mengalami perdarahan
postpartum dibandingkan ibu yang tidak mengalami
persalinan lama. Mekanisme terjadinya perdarahan pada
persalinan lama adalah kelemahan dan kelelahan otot
rahim.Bila persalinan berlangsung lama dan terlambat
penanganannya dapat menimbulkan trias komplikasi baik
terhadap ibu maupun bayi. Pada ibu berupa pendarahan,
infeksi dan trauma persalinan sedangkan pada bayi berupa
infeksi, trauma persalinan dan aspiksia sampai kematian janin
dalam rahim yang akhirnya menyebabkan angka kematian ibu
dan bayi.
4) Penatalaksanaan
Realisasi dari perencanaan sebagian dilakukan oleh bidan,pasien
atau anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya
sendiri,ia tetap memikul tanggung jawab atas terlaksananya
seluruh perencanaan. Pada situasi dimana ia hrus berkolaborasi
dengan dokter, misalkan karena pasien mengalami
komplikasi,bidan masih tetap bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama tersebut.Manajemen yang
efisien akan menyingkat waktu,biaya dan meningkatkan mutu
asuhan.(Sulistyawati, 2013)
PELAKSANAAN
Tanggal ....................... Jam ................................
KALA I
Menurut (JNPK-KR, 2017)
1. Mempersiapkan ruang untuk persalinan dan kelahiran bayi.
2. Persiapan perlengkapan, bahan bahan dan obat obatan yang
diperlukan.
3. Persiapan rujukan jika terjadi penyulit.
4. Memberikan asuhan sayang ibu.
5. Membantu pengaturan posisi ibu.
6. Memberikan cairan dan nutrisi.
7. Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur.
8. Pencegahan infeksi.
KALA II
Menurut (JNPK-KR, 2017)
4. Persiapan penolong persalinan.
5. Sarung tangan.
6. Perlengkapan pelindung diri.
7. Persiapan tempat persalinan, peralatan, dan bahan.
8. Penyiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi.
9. Persiapan ibu dan keluarga.
10. Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan diantaranya : membantu
ibu untuk berganti posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan
makanan dan minuman, teman bicara, memberikan dukungan dan
semangat selama persalinan dan melahirkan bayinya.
11. Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat
kepada ibu dan anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan
kemajuan proses persalinan atau kelahiran bayi kepada mereka.
12. Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala dua
persalinan.
13. Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
14. Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada
dorongan kuat dan spontan untuk meneran. Jangan anjurkan ibu untuk
meneran berkepanjangan sehingga upaya bernafas akan terhalang.
15. Anjurkan ibu beristirahat di antara kontraksi.
16. Anjurkan ibu untuk minum selama persalinan kala dua.
17. Membersihkan perineum ibu.
18. Mengosongkan kandung kemih.
19. Lakukan amniotomi jika selaput ketuban belum pecah, telah terjadi
pembukaan lengkap dan ibu meneran spontan. Perhatikan warna air
ketuban yang keluar saat dilakukan amniotomi. Jika terjadi pewarnaan
mekonium pada air ketuban maka dilakukan persiapan pertolongan
bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya hipoksia
intrauterin.
20. Membimbing ibu untuk meneran.
21. Menolong kelahiran bayi.
Posisi ibu saat melahirkan
Apapun posisi yang dipilih oleh ibu,pastikan tersedia alas kain atau
sarung bersih dibawah ibu dan kemudahan untuk menjangkau semua
peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membantu kelahiran
bayi. Tempatkan juga kain atau handuk bersih diatas perut ibu sebagai
alas tempat meletakkan bayi baru lahir.
Pencegahan laserasi
Bimbing ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernafas dengan
cepat pada waktunya.
Melahirkan kepala
Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang bersih
dan kering yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan siapkan kain
atau handuk bersih pada perut bawah ibu (untuk mengeringkan bayi
segera setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan
(diselubungi kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu sisi
perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain
pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi
kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewatiintroitus
dan perineum.
Periksa tali pusat pada leher
Jika ada lilitan di leher bayi cukup longgar maka lepaskan liiltan
tersebut dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan sangat erat maka
klem jepit tali pusat pada 2 tempat dimana jarak antara masing-masing
klem adalah 3 cm, kemudian potong tali pusat di antara 2 klem
tersebut.
Melahirkan bahu
1. Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali
pusat, tunggu kontraksi berikut dan terjadinya putaran paksi
luar secara spontan.
2. Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta
ibu untuk meneran sambil penolong menekan kepala ke arah
bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu depan melwati
simfisis.
3. Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala ke atas dan lateral
tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat
dilahirkan.
Melahirkan seluruh tubuh bayi
 Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke
arah perineum dan sangga bahu dan lengan atas bayi pada
tangan tersebut.
 Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku
dan lengan bawah posterior saat melewati perineum.
 Tangan bawah (posterior) menopang bagian samping
posterior tubuh bayi saat dilahirkan
 Secara simultan, tangan atas (anterior) menelusuri dan
memegang bahu, siku dan lengan bawah anterior
 Lanjutkan penelusuran dan pegang bagian punggung, bokong
dan kaki
 Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas di antara
kedua kaki bayi yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan
ketiga jari tangan lainnya.
 Letakkkan bayi diatas kain atau handuk yang telah disiapkan
pada perut bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya
 segera keringkan dan lakukan rangsangan taktil pada tubuh
bayi dengan kain atau selimut di atas ibu. Pastikan bahwa
kepala bayi tertutup dengan baik.
Menurut Wijaya dkk (2015) dalam Jurnal Keperawatan
tentang Pengaruh Pendampingan Suami Terhadap Lamanya
Persalinan Kala II Di Ruang Delima RSUD Dr.H.Abdul
Moeloek Lampung didapatkan hasil penelitian bahwa
responden yang didampingi suami pada saat proses persalinan
kala II (100%), rata-rata lamanya proses persalinan kala II
yaitu 105,84 menit. Lama proses persalinan kala II paling
cepat adalah 70 menit dan paling lama adalah 145 menit,
Rata-rata lama persalinan kala II adalah 105,84menit. Hasil
uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,000, terlihat ada
perbedaan rata-rata lama persalinan kala II antara responden
yang didampingi suami dengan responden yang tidak
didampingi suami. Rata-rata lama persalinankala II responden
yang didampingi suami tampak lebih cepat dibandingkan
dengan rata-rata lama persalinankala II responden yang tidak
didampingi suami.
KALA III
Menurut (JNPK-KR, 2017)
1. Pindahkan klem (penjepit tali pusat) ke sekitar 5-10 cm dari
vulva
2. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu(beralaskan kain)
tepat diatas simpisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba
kontraksi uterus dan menekan uterus pada saat melakukan
penegangan tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat,
tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain
(pada dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan
kepala ibu (dorsokranial). Lakukan secara hati-hati untuk
mencegah terjadinya inversio uteri.
3. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat
menjulur) tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan
dorso kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri
bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah lepas dan
dapat dilahirkan.
4. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina,lahirkan
plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang
plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan dalam wadah
penampung. Karena selaput ketuban mudah robek, pegang
plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta
hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.
5. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk
melahirkan selaput ketuban.
KALA IV
Menurut (JNPK-KR, 2017)
1. Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus,dapat membuat uterus
berkontraksi secara adekuat dan efektif
2. Evaluasi tinggi fundus dilakukan dengan cara meletakkan telunjuk
sejajar tepi atas fundus.Umumnya fundus uteri setinggi atau 2 jari
dibawah pusat.
3. Estimasi kehilangan darah secara keseluruhan
4. Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan(laserasi atau
episiotomi) perineum
5. Evaluasi keadaan umum ibu
6. Setelah persalinan dekontaminasi alas plastik,tempat tidur dan
matras dengan larutan klorin 0,5% kemudian cuci dengan deterjen
dan bilas dengan air bersih.
7. Dokumentasikan semua asuhan/temuan selama persalinan
2. Asuhan Kebidanan Nifas Fisiologis
Pada pemberian asuhan kebidanan nifas ini meliputi asuhan
kebidanan nifas 6 jam, asuhan kebidanan nifas 6 hari, dan asuhan
kebidanan nifas 2 minggu.
a. Asuhan Kebidanan Nifas 6 Jam
1) Data Subjektif
1) Keluhan Utama
Masalah yang dihadapi berkaitan dengan masa nifas, merasa
mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada
perineum.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Parulian et al.,
2016) kepada 20 ibu post partum hari ke-1 pada 0–2 jam setelah
partus yang mengalami nyeri kontraksi uterus. Penelitian ini
dilakukan dengan cara mengobservasi nyeri yang dirasakan oleh
ibu post partum, menggunakan lembar observasi dengan skala
nyeri Numeric Rating Scale (NRS). Nyeri kontraksi uterus
meningkat secara bermakna setelah bayi keluar, diakibatkan
oleh keluarnya hormon oksitosin yang dilepas oleh kelenjar
hipofisis sehingga dapat memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus. Rasa sakit (after pain) seperti mulas-mulas disebabkan
karena kontraksi uterus yang berlangsung 2–4 hari post partum,
sehingga ibu perlu mendapatkan pengertian mengenai nyeri
yang dirasakan.
2) Riwayat Persalinan Sekarang
Riwayat persalinan dikaji untuk mengetahui jenis persalinan
spontan atau SC, pada ibu nifas normal klien melahirkan
normal, ada komplikasi atau tidak dalam persalinan, plasenta
lahir spontan atau tidak, tali pusat normal atau tidak, perineum
ada robekan atau tidak, perdarahan untuk mengetahui jumlah
perdarahan, serta proses persalinan yang dikaji adalah tanggal
lahir, BB, PB, apgar score, cacat bawaan, dan air ketuban.
3) Pola Kehidupan Sehari-hari
(1)Nutrisi
Ibu yang menyusui membutuhkan konsumsi tambahan
500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup,
minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk
minum setiap kali menyusui), pil zat besi diminum untuk
menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
dan minum vitamin A (200. 000 unit) 1x1 agar bisa
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
(2)Pekerjaan
Pekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu kelelahan
secara tidak langsung dapat menyebabkan involusi dan
laktasi terganggu sehingga masa nifas pun jadi terganggu
pada ibu nifas normal. (Marmi,2017)
Penelitian yang dilakukan oleh (Sihombing, 2018)
didapatkan hasil uji statistik hubungan antara pekerjaan ibu
dengan pemberian ASI Eksklusif diperoleh nilai p value =
0,005 < 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara
pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Hinai Kiri . Pekerjaan merupakan salah satu
kendala ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya. Status pekerjaan diduga menjadi kaitan dengan pola
pemberian ASI. Bekeja selalu dijadikan alasan tidak
memberikan ASI Eksklusif pada bayi karena ibu
meninggalkan tumah sehingga waktu pemberian ASI
berkurang.
(3)Ambulasi
Pada masa nifas, perempuan sebaiknya melakukan
ambulasi dini. Yang dimaksud dengan ambulasi dini adalah
beberapa jam setelah melahirkan, segera bangun dari tempat
tidur dan bergerak, agar lebih kuat dan lebih baik. Karena
lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-
miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya
trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan
duduk, hari ke-3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau 5 sudah
diperbolehkan pulang.
(4)Eliminasi
Kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan
gangguan kontraksi rahim, yang dapat menyebabkan
timbulnya perdarahan dari rahim. Pengeluaran air seni akan
meningkat 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke-5
setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume darah
meningkat pada saat hamil tidak diperlukan lagi setelah
persalinan. Menahan buang air kecil akan menyebabkan
terjadinya bendungan air seni dan gangguan kontraksi rahim
sehingga pengeluaran cairan vagina tidak lancar.
Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan
akan rasa sakit, takut jahitan terbuka, atau karena adanya
haemoroid. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca
melahirkan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi
obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per
oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.
(5)Kebersihan Diri
Menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk
menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun luka.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Tulas et al.,
2017) diperoleh hasil uji Chi-Square dengan p value 0.001
yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
perawatan luka perineum dengan perilaku personal hygiene
pada pasien ibu post partum di Rumah Sakit Pancaran Kasih
GMIM Manado.Perilaku personal hygiene (kebersihan diri)
dapat memperlambat penyembuhan, hal ini dapat
menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman.
Adanya benda asing, pengelupasan jaringan yang luas akan
memperlambat penyembuhan luka dan kekuatan regangan
luka menjadi tetap rendah. Perawatan perineum yang tidak
benar dapat mengakibatkan kondisi perineum yang terkena
lokhea dan lembab akan sangat menunjang
perkembangbiakan bakteri yang menyebabkan infeksi pada
perineum. Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat
ke saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang
dapat berakibat pada munculnya komplikasi kandung kemih
maupun jalan lahir.
(6)Istirahat
Delapan jam pasca persalinan, ibu harus tidur terlentang
untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu boleh miring
ke kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Fatmawati,
R., & Hidayah, 2019) didapatkan rerata tidur siang
67,14±24,37 menit dan tidur malam 424,6±50,77 menit.
Hasil ini menunjukkan pola tidur siang ibu nifas adalah 1 jam
lebih 25 menit dan tidur malam selama 7 jam 45 menit. Data
hasil penelitian menunjukkan pola tidur siang ibu nifas
termasuk dalam kategori normal dalam rentang 1-2 jam dan
tidur malam 7-8 jam serta ada peningkatan jam tidur.
Pada masa postpartum, ibu membutuhkan istirahat dan
tidur yang cukup. Istirahat sangat penting untuk ibu
menyusui, serta untuk memulihkan keadaannya setelah hamil
dan melahirkan. Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui
minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat
malam dan siang. Kurang istirahat atau tidur pada ibu
postpartum akan mengakibatkan kurangnya suplai ASI,
memperlambat proses involusi uterus, dan menyebabkan
ketidakmampuan merawat bayi serta depresi.
(7)Seksual
Waktu yang paling tepat untuk melakukan hubungan
seksual adalah selesai masa nifas (keluarnya lokhea). Pada
masa ini, tubuh memang sedang berjuang untuk kembali ke
kondisi sebelum hamil dan biasanya ini berlangsung selama
40 hari. Namun, keputusan bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
4) Adat Istiadat
Adat pada masa nifas adalah menu makan pada ibu nifas,
misalnya ibu nifas harus pantang makan yang berasal dari
daging, ikan, telur dan goreng-gorengan karena dipercaya akan
menghambat penyembuhan luka persalinan dan makanan ini
akan membuat ASI menjadi amis. Adat ini akan sangat
merugikan pasien karena justru pemulihan kesehatannya akan
terhambat.
Hasil penelitian yang dilakukan Muthoharoh (2018),
menunjukkan bahwa hampir seluruh responden yang melakukan
pantang makanan pada masa nifas yaitu 18 (64,3%) mengalami
proses involusi yang lambat yaitu 15 (54%). Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pantang makanan pada ibu nifas dengan proses involusi.
5) Data Psikososial
Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis
selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi ibu.
Pada hari 1-2 post partum wanita menjadi pasif dan sangat
bergantung serta berfokus pada dirinya dan tubuhnya sendiri
(Taking in).
Suami merupakan du-kungan pertama dan utama dalam
memberikan dukungan sosial kepada istri sebelum pihak lain
yang memberikan. Hal ini karena suami adalah orang pertama
yang menyadari adanya perubahan fisik dan psikis diri
pasangannya. Kepuasan dalam hubungan suami istri terhadap
kebutuhan pasangannya terutama suami kepada istri dapat
membantu mempercepat penyesuaian diri terhadap peran
barunya sebagai ibu. Besarnya manfaat yang dirasakan individu
terhadap hubungan pernikahannya dan berpengaruh positif
terhadap kesehatan psikologis inilah yang dinamakan sebagai
kepuasan pernikahan. Penelitian yang dilakukan oleh
(Oktaputrining et al., 2018) didapatkan hasil (p) = 0,001 yang
berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara dukungan
sosial dan kepuasan pernikahan dengan kecenderungan post
partum blues. Dukungan yang diberikan berupa perhatian,
komunikasi dan hubungan emosional yang hangat sangat
penting untuk mengurangi gejala munculnya post partum blues.
Kepuasan pernikahan menjadi faktor utama dalam membantu
seorang ibu melewati proses adaptasi dalam proses pasca
melahirkan. Seorang suami yang memberikan perhatiannya
dengan membantu merawat bayi, memandikan, dll serta ikut
bangun dimalam hari mampu membantu pencegahan dari
timbulnya gejala post partum blues.
6) Data Pengetahuan
Dikaji untuk mengetahui seberapa jauh pengetahun ibu
tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan
menguntungkan selama masa nifas.
b. Data Objektif
1) Keadaan Umum/Kesadaran
Untuk mengetahui keadaan ibu, secara umum nifas normal
biasanya baik. (Marmi, 2017:180)
2) Vital Sign
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang dialaminya.
a) Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama
masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang
disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, dll.
Tetapi pada umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh
kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai > 38°C
adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi.
b) Nadi
Nadi berkisar antara 60-8-x/menit. Denyut nadi diatas
100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya
suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan proses
persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang
berlebihan.
c) Pernapasan
Pernapasan harus berada dalam rentang yang normal,
yaitu sekitar 20-30x/menit.
d) Tekanan Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah
akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan
terjadinya preeklampsia postpartum.
2) Status Present
Data fokus untuk pemeriksaan status present nifas 6 jam adalah :
a) Mata
Keadaan konjungtiva merah muda, sklera tidak pucat,
dan tidak ada bengkak pada kelopak mata.
b) Ekstremitas
Atas dan bawah tidak edema, ada kekakuan otot dan
sendi, kemerahan, tidak varises. Selama masa nifas, dapat
terbentuk thrombus sementara pada vena manapun di pelvis
yang mengalami dilatasi. Rasa sakit, merah, lunak dan
adanya pembengkakan pada kaki merupakan tanda terjadinya
Thrombopeblitis. (Marmi, 2017)
3) Pemeriksaan Obstetri
a) Mammae
Dikaji bentuknya simetris, puting susu menonjol, dan ada
pengeluaran colostrum.
Pengkajian payudara pada awal pascapartum meliputi penampilan
dan integritas puting susu, memar atau iritasi, adanya kolostrum,
adanya sumbatan duktus, kongesti, dan tanda- tanda mastitis
potensial.
b) Abdomen
Perlu dikaji uterus untuk mengetahui TFU, bagaimana
kontraksi uterus, konsistensi uterus, posisi uterus. Pada ibu nifas
normal TFU 2 jari di bawah pusat kontraksinya baik, konsistensi
keras dan posisi uterus di tengah. Juga dikaji apakah ada diastasis
rekti. Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominalis
lebih dari 2, 5 cm pada tepat setinggi umbilicus sebagai akibat
pengaruh hormone terhadap linea alba serta perenggangan
mekanis dinding abdomen. (Marmi, 2017).
c) Genetalia
Pengeluaran pervaginam pada hari 1-3 pasca persalinan
keluar lochea rubra yang berkarakteristik berwarna merah
kehitaman terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.
c. Assessment
Diagnosa kebidanan yang dituliskan adalah sebagai berikut :
Ny.X usia 20-35 tahun P ≤4 A0 6 jam Postpatum, fisiologis.
Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.
Data dasar yang meliputi :
1) Data subjektif
Data yang didapat dari hasul anamnesa pasien
2) Data objektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan pasien

Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa potensial atau masalah potensial yang
mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini
membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu
mengamati dan bersiap-siap bila hal tersebut benar-benar terjadi.
Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini.
d. Pelaksanaan
Tanggal : Jam :

1) Tata laksana di samakan dengan teori yang di ambil


2) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
3) Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan untuk memulihkan
tenaganya.
4) Menjelaskan pada ibu akibat kurang istirahat akan mengurangi
produksi ASI dan juga memperbanyak perdarahan yang dapat
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri.
5) Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini dengan
gerakan secara sederhana dan bertahap seperti miring kanan dan
miring kiri, duduk setelah itu berdiri dari tempat tidur dan berusaha
untuk berjalan.
6) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat genitalianya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Mukarramah
(2018), menunjukkan hasil bahwa 20 responden yang memiliki
personal hygiene yang baik dalam masa nifas mengalami
penyembuhan luka perineum yang baik (sembuh) yaitu sebanyak
15 orang (75%), sedangkan dari 12 responden yang memiliki
personal hygiene yang tidak baik dalam masa nifas mengalami
penyembuhan luka perineum yang tidak baik (tidak sembuh) yaitu
sebanyak 10 orang (83,3%).
7) Memberikan penjelasan tentang manfaat ASI yang mengandung
bahan yang sangat diperlukan bayi, mudah dicerna, memberikan
perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih, siap untuk
minum dan hemat biaya.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Indrayani
(2017), menyatakan bahwa ada hubungan inisiasi menyusu dini
dengan involusi uterus ibu post partum 6 jam. Inisiasi menyusui
dini dimana bayi mulai menghisap puting ibu yang akan
merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang mengakibatkan
kontraksi uterus ibu sehingga proses involusi uterus ibu dapat
berjalan normal.
8) Memberikan konseling tentang perawatan payudara yaitu menjaga
payudara agar tetap bersih dan kering terutama puting susu,
menggunakan BH yang menyokong payudara, apabila puting susu
lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting
setiap kali selesai menyusu.
9) Memberitahu ibu untuk makan yang banyak dan bergizi seperti
lauk-pauk dan sayur-sayuran agar produksi air susu banyak.
Menurut penelitian yang dilakukan Indrayani (2017), pada ibu
pasca salin dengan status gizi yang baik akan terhindar dari infeksi
dan mempercepat involusi uterus.
10) Memberikan konseling mengenai asuhan BBL, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
11) Memberikan ibu terapi tablet tambah darah, pencegahan
perdarahan dan lancar ASI.

b. Asuhan Kebidanan Pada Nifas 6 hari


Tanggal : Jam :
S Keluhan utama yang dihadapi berkaitan dengan masa nifas,
misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena
adanya jahitan pada perineum.
Penyesuaian psikologi pada nifas 6 hari yakni ibu mengalami
taking hold yaitu ibu khawatir akan kemampuannya untuk
merawat bayinya dan khawatir tidak mampu bertanggung jawab
untuk merawat bayinya. Pada masa ini ibu sangat sensitive akan
ketidakmampuannya, cepat tersinggung maka hati-hati dalam
berkomunikasi dan perlu diberi support/dukungan.

O 1) Keadaan umum dan Kesadaran

Dikaji mental dan penampilan meliputi sikap, kecemasan, air


muka untuk identifikasi post partum blues atau depresi post
partum.

2) Vital Sign
a) Suhu badan
Pada hari ke-4 postpartum, suhu badan akan naik
disebabkan karena pembentukan ASI. Kemungkinan
payudara membengkak, maupun infeksi pada
endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem
lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38 derajat waspada
terhadap infeksi post partum.
b) Nadi
Denyut nadi normal 60-80x/menit. Denyut nadi yang
melebihi 100 kali per menit waspada kemungkinan infeksi
atau perdarahan post partum.
c) Pernafasan
Pernafasan pada ibu post partum umumnya pernafasan
lambat atau normal, hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
d) Tekanan darah
Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah
biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi
lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post
partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsi post
partum.
3) Pemeriksaan Fisik
Data fokus untuk pemeriksaan status present nifas 6 hari
adalah :
a) Mata
Keadaan konjungtiva merah muda, sklera tidak pucat,
dan tidak ada bengkak pada kelopak mata.
b) Abdomen
Dikaji apakah ada diastasis rekti. Diastasis rekti adalah
pemisahan otot rektus abdominalis lebih dari 2,5 cm pada
tepat setinggi umbilicus sebagai akibat pengaruh hormone
terhadap linea alba serta perenggangan mekanis dinding
abdomen.
c) Ekstremitas
Atas dan bawah : edema, kekakuan otot dan sendi ada
atau tidak, kemerahan, varises. Selama masa nifas, dapat
terbentuk thrombus sementara pada vena manapun di
pelvis yang mengalami dilatasi. Rasa sakit, merah, lunak
dan adanya pembengkakan pada kaki merupakan tanda
terjadinya Thrombopeblitis.
4). Pemeriksaan Obstetri
a) Mamae
Keluar ASI yang disebut dengan ASI peralihan yang
keluar sejak hari ke-4 s/d ke-10. Dimana volumenya
bertambah banyak, kadar immunoglobin dan protein
menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
Lalu dikaji pula apakah payudara simetris, puting susu
menonjol, tidak nyeri dan lecet pada puting, Tidak ada
pembengkakan.
b) Abdomen
Pada minggu pertama atau 7 hari postpartum TFU di
pertengahan pusat dan simfisis.
c) Genetalia
Pada hari ke 3 sampai hari ke 7 post partum, lochea
yang dikeluarkan berwarna merah kecoklatan dan lendir
putih (lochea sanguinolenta).

A Diagnosa Kebidanan yang dituliskan adalah sebagai berikut :

Ny.X usia 20-35 tahun, P ≤4 A0, 6 hari postpatum,


fisiologis.

Masalah : Masalah sesuai keluhan pasien


Diagnosa Potensial : Normalnya tidak ada
Kebutuhan Segera : Normalnya tidak ada

P Tanggal : Jam :

1. Memastikan involusi uteri berjalan normal. Uterus


berkontraksi fundus di bawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3. Memastikan mendapatkan cukup makanan , cairan dan
istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari. (Anggraini, 2010;h.5)

3. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas 2 Minggu


Tanggal : Jam :
S Pada nifas 2 minggu ibu dalam fase letting go, dalam fase ini
ibu sudah menerima tanggung jawab akan peran barunya, fase ini
berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan.

O 1) Keadaan umum dan Kesadaran


Dikaji mental dan penampilan meliputi sikap, kecemasan,
air muka untuk identifikasi post partum blues atau depresi post
partum.
2) Vital Sign
a) Suhu badan
Apabila kenaikan suhu diatas 38 derajat waspada terhadap
infeksi post partum.
b) Nadi
Denyut nadi normal, 60-80x/menit. Denyut nadi yang
melebihi 100 kali per menit waspada kemungkinan infeksi
atau perdarahan post partum.
c) Pernafasan
Pernafasan pada ibu post partum umumnya pernafasan
lambat atau normal, hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
d) Tekanan darah
Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah
biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi
lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post
partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsi post
partum.
3) Pemeriksaan Fisik
Data fokus untuk pemeriksaan status present nifas 6 hari
adalah :
a) Mata
Keadaan konjungtiva merah muda, sklera tidak pucat, dan
tidak ada bengkak pada kelopak mata.
b) Abdomen
Dikaji apakah ada diastasis rekti. Diastasis rekti adalah
pemisahan otot rektus abdominalis lebih dari 2,5 cm pada
tepat setinggi umbilicus sebagai akibat pengaruh hormone
terhadap linea alba serta perenggangan mekanis dinding
abdomen.
c) Ekstremitas
Atas dan bawah : edema, kekakuan otot dan sendi ada atau
tidak, kemerahan, varises. Selama masa nifas, dapat
terbentuk thrombus sementara pada vena manapun di pelvis
yang mengalami dilatasi. Rasa sakit, merah , lunak dan
adanya pembengkakan pada kaki merupakan tanda
terjadinya Thrombopeblitis.
4) Pemeriksaan Obstetrik
a) Mammae.
Dikaji apakah payudara simetris, puting susu menonjol,
tidak nyeri dan lecet pada puting, Tidak ada
pembengkakan. Pada hari ke10 dan seterusnya ASI yang
keluar sudah termasuk dalam ASI matur berwarna putih.
b) Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen masa nifas 2 minggu
tinggi fundus uteri sudah tidak teraba dengan berat uterus
350 gram.
c) Genetalia
Pada pemeriksaan genetalia, lochea yang keluar pada 2
minggu post partum berwarna kuning kecoklatan dengan
ciri-ciri lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga
terdiri dari leukosit dan robekan/laserasi plasenta yang
disebut lochea serosa.

A Diagnosa Kebidanan yang dituliskan adalah sebagai berikut :


Ny.X usia 20-35 tahun, P ≤4 A0, 2 minggu postpatum,
fisiologis.

Masalah : Masalah sesuai keluhan pasien


Diagnosa Potensial : Normalnya tidak ada
Kebutuhan Segera : Normalnya tidak ada

P Tanggal : Jam :

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu 2 minggu pasca


bersalin, antara lain :

1.Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak ada tanda


penyulit.
2.Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
3.Memberitahu ibu untuk makan makanan yang banyak dan
bergiziseperti lauk-pauk seperti tekur, ikan, ayam, tahu, tempe
dan sayuran hijau agar produksi ASI tetap banyak.
4.Memberikan konseling kepada ibu tentang KB
pascapersalinan.
Macam-macam alat kontrasepsi adalah sebagai berikut :
a. MAL (Metode Amenorhea Laktasi)
MAL merupakan metode kontrasepsi sementara yang cukup
efektif, selama klien belum mendapat haid, dan waktunya
kurang dari 6 bulan pascapersalinan. Efektivitas dapat encapai
98% bila menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat
cukup asupan per laktasi.
b. Kontrasepsi Kombinasi

Jika ibu dalam masa menyusui, jangan dipakai sebelum 6-8


minggu pasca persalinan karena selama 6-8 minggu
pascapersalinan kontrasepsi kombinasi akan mengurangi ASI
dan mempengaruhi tumbuh kembang bayi. Selama 3 minggu
pascapersalinan kontrasepsi kombinasi meningkatkan risiko
masalah pembekuan darah. Jika sedang memakai MAL
sebaiknya tunda sampai 6 bulan. Jika ibu tidak menyusui dapat
dimulai 3 minggu pascapersalinan karena sesudah 3 minggu
pascapersalinan tidak meningkatkan risiko pembekuan darah.
c. Kontrasepsi Progestin
Sebelum 6 minggu pascapersalinan, klien menyusui dapat
menggunakan kontrasepsi progestin. Jika sedang menggunakan
MAL, dapat ditunda sampai 6 bulan. Jika tidak menyusui,
dapat segera dimulai. Jika tidak menyusui lebih dari 6 minggu
pascapersalinan, atau sudah dapat haid, kontrasepsi progestin
dapat dimulai setelah yakin tidak ada kehamilan, tidak ada
pengaruh terhadap ASI.
d. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR dapat dipasang langsung pasca plasenta, sewaktu
seksio sesarea, atau pascapersalinan, sebelum klien pulang ke
rumah. Jika tidak, insersi ditunda sampai 4-6 minggu
pascapersalinan. Jika laktasi atau haid sudah dapat, insersi
dilakukan sesudah yakin tidak ada kehamilan. Tidak ada
pengaruh terhadap ASI dan efek samping lebih sedikit pada
klien yang menyusui.
e. Kondom/Spermisida
Kondom dapat dilakukan setiap saat pascapersalinan. Tidak
ada pengaruh terhadap laktasi.
f. Diafragma
Diafragma digunakan sebaiknya menunggu sampai 6 minggu
pascapersalinan. Tidak ada pengaruh terhadap laktasi.
g. KB alamiah
Tidak dianjurkan menggunakan KB alamiah sampai sikluas
haid kembali teratur. Tidak ada pengaruh terhadap laktasi.
h. Koitus Interuptus/Abstinensia
Koitus interuptus dapat digunakan setiap waktu dan tidak ada
pengaruh terhdapa laktasi atau tumbuh kembang bayi. Abstensi
100% efektif.
i. Kontrasepsi Mantap: Tubektomi
Tubektomi dapat dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan. Jika
tidak, tunggu sampai 6 minggu pascapersalinan. Tidak ada
pengaruh terhadap laktasi atau tumbuh kembang bayi.
j. Vasektomi
Vasektomi dapat dilakukan setiap saat namun tidak segera
efektif karena perlu paling sedikit 20 ejakulasi (±3 bulan)
sampai benar-benar steril. Merupakan salahsatu cara KB untuk
pria.

Berdasarkan hasil penelitian Evi dkk (2016) tentang hubungan


dukungan suami dengan kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi pil
KB kombinasi didapatkan hasil sebagian besar responden tidak
didukung suami sebanyak 18 responden (51,4%) dan sebagian
besar tidak patuh mengkonsumsi pil KB kombinasi sebanyak 22
responden (62,9%). Analisis bivariat didapatkan bahwa nilai 2
hitung 8,583 dengan nilai p-value 0,003 (=0,05). Kesimpulannya
ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan
kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi pil KB kombinasi.
3. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Fisiologis
Asuhan pada bayi segera setelah lahir adalah asuhan yang diberikan pada
bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Pada bagian ini akan di
deskripsikan pemberian asuhan kebidanan secara teori pada bayi baru lahir
(BBL) 6 jam, bayi baru lahir (BBL) 6 hari, dan bayi baru lahir (BBL) 2 minggu.
a. Bayi Baru Lahir 6 Jam
1) Identitas Bayi
Identifikasi bayi merupakan alat pengenal bayi agar tidak tertukar.
2) Data Subyektif
a) Riwayat Kesehatan
(1)Riwayat Kehamilan
harus dilakukan pengkajian usia gestasi ibu, catatan pranatal
ibu, riwayat jarak persalinan yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan janin.
(2)Riwayat Persalinan
Faktor perinatal meliputi prematur/postmatur, partus lama,
penggunan obat selama persalinan, gawat janin, suhu ibu
meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur
mekonium, amnionitis, ketuban pecah dini (KPD) perdarahan
dalam persalinan, dan jenis persalinan.
b) Pola Kebiasaan Sehari – hari
(1) Nutrisi
Pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin setelah lahir
(dalam waktu 30 menit) atau dalam 3 jam setelah masuk rumah
sakit, kecuali apabila pemberian minum harus ditunda karena
masalah tertentu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fortuna, Dewi dan
Ika Y (2018) menunjukan hampir setengah sampel (45%)
mendapatkan ASI pertama pada 1-6 jam, 40% diberikan ASI
pertama pada <1 jam dan sebagian kecil (15%) diberikan ASI
pertama kali setelah kelahirannya pada >6 jam. Hampir
seluruhnya (77.5%) tidak mengalami ikterus, 2.5% mengalami
ikterus derajat I, 12.5% mengalami ikterus derajat II dan 7.5%
mengalami ikterus derajat III. Hasil uji statistik didapatkan nilai
p= 0.004 <a (0.05) dengan nilai rho = 0.445 maka Ho ditolak
dan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara waktu
pemberian ASI dengan kejadian ikterus neonatorum dengan
kekuatan hubungan yang bersifat sedang.
(2) Eliminasi
BAK: bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam
setelah lahir. Hari selanjutnya bayi akan BAK sebanyak 6-8
kali/hari. Pada awalnya volume urin bayi sebanyak 20-30
ml/hari, meningkat menjadi 100-200 ml/hari pada akhir minggu
pertama. Warna urin keruh/merah muda dan berangsur-angsur
jernih karena intake cairan meningkat. Jika dalam 24 jam bayi
tidak BAK, bidan atau petugas kesehatan harus mengkaji jumlah
intake cairan dan kondisi uretra.
BAB : kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada
hari-hari pertama kehidupannya adalah berupa mekoneum.
Warna mekoneum adalah hijau kehitam-hitaman, lembut.
Mekoneum ini keluar pertama kali dalam waktu 24 jam setelah
lahir. Mekoneum dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir.
Mekoneum yang telah keluar dalam 24 jam menandakan anus
bayi baru lahir telah berfungsi.
(3) Istirahat
Setiap hari bayi tidur kira-kira 16 jam. Tidur pertama bayi
dikenal sebagai fase tidur, yang berlangsung dalam 2 jam setelah
kelahiran lamanya dapat beberapa detik sampai beberapa jam.
(4) Aktifitas
Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir
menghabiskan waktunya untuk tidur.
3) Data Obyektif
Data yang diperoleh ini merupakan hasil dari apa yang dilihat dan
dirasakan oleh bidan pada waktu pemeriksaan yang akan menjadi
komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan. (Marmi dan
Raharjo, 2015; h. 492- 493)
a) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan Umum
(a) Menangis
Bayi menangis terdengar keras dan nada sedang saat
dalam keadaan normal, jika terjadi kelainan suara bayi akan
terdengar nada tinggi dan lemah.
(b) Gerakan
Pada bayi baru lahir aktivias atau gerakan aktif dan
ekstremitas dalam keadaan fleksi.
(c) Warna Kulit
Pada bayi baru lahir normal warna kulit kemerahan dan
licin karena jaringan subcutan cukup.
(2) Vital Sign
(a) Nadi
Denyut jantung bayi baru lahir normal antara 100-160
kali permenit, tetapi dianggap masih normal jika di atas 160
kali permenit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali
dalam satu hari selama beberapa hari pertama kehidupan,
terutama bila bayi mengalami distress.
(b) Suhu
Suhu tubuh normal pada neonatus antara 36,50C-37,50C
melalui pengukuran di aksila dan rectum.
(c) Respirasi
Pernafasan bayi baru lahir normalnya 30-60 kali
permenit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pada
fase ekspirasi. (Muslihatun, 2010;h.31)
Fase tidak stabil terjadi selama 6-8 jam pertama
kehidupan dapat terjadi pernafasan cepat mencapai 80 kali
permenit, pernafasan cuping hidung sementara retaksi dan
suara seperti mendengkur dapat terjadi.
(3) Pengukuran Antopometri
(a) Berat Badan
Berat badan pada bayi baru lahir normal yaitu antara
2500 gram – 4000 gram.
Penelitian yang dilakukan oleh (Lestari, 2021) didapatkan
hasil uji Chi-Square diperoleh nilai (P=0,008) <
(α=0,05), maka Ho ditolak artinya terdapat hubungan
kejadian BBLR terhadap pertumbuhan. Dampak bayi
dengan BBLR ini adalah pertumbuhannya akan lambat. Hal
ini terjadi karena bayi yang lahir BBLR baik dismatur
maupun prematuritas murni sejak dalam kandungan
sudah mengalami berbagai masalah yang menyebabkan
bayi tersebut lahir BBLR tetapi, pada bayi dengan
BBLR biasanya tidak akan mampu mengejar pertumbuhan
fisiknya terutama jika tidak mendapatkan asupan nutrisi
yang tidak mencukupi, dan atau lingkungan
perawatan yang tidak adekuat. Bayi tersebut akan
mengalami gangguan pertumbuhan yang ditandai dengan
berat badan dan tinggi badan yang tidak sesuai dengan
kriteria atau standar yang normal.
(b) Panjang Badan
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48 - 52
cm.
(c) Lingkar Kepala
Lingkar kepala 33 - 35 cm, cara pengukuran lingkar
kepala dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala
kembali lagi ke dahi.
(d) Lingkar Dada
Lingkar dada 30 – 38 cm, cara pengukuran lingkar
dada yaitu dilakukan dari daerah dada ke punggung kembali
ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu)
(e) Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas pada bayi baru lahir adalah 11 cm
(Arfiana dan Arum,2016)
b) Status Present
(1) Kepala
Saat kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang
kepala tumpang tindih yang disebut moulding atau molase.
Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga
ubun-ubun mudah diraba (Marmi dan Raharjo, 2015;h.56)
(2) Mata
Periksa jumlah, posisi atau letak mata. Periksa adanya
trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina.
Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman
gonokokus dapat menjadi penoftalmia dan menyebabkan
kebutaan.

Tes mata pada bayi baru lahir berfungsi untuk deteksi dini
ganguan mata yang bisa mengganggu penglihatan bayi. Khusus
untuk bayi prematur kurang dari 34 minggu atau berat badan
kurang dari 1.500 gram, standar kedokteran di Indonesia
mensayaratkan pemeriksaan mata deteksi ROP (Retinophaty of
Prematurity). Kelainan retina ini berpotensi menyebabkan
kebutaan. Insiden ROP pada bayi laki-laki sedikit lebih tinggi
daripada bayi perempuan. Lewat skrining ini, diharapkan ROP
dapat terdeteksi sedini mungkin sehingga dapat diterapi secara
optimal. (https://www.ayahbunda.co.id/bayi-gizi-kesehatan/-
pemeriksaan-mata-bayi-baru-lahir- diakses 5 September 2022)

Pada bayi baru lahir, biasanya dokter akan melakukan


pemeriksaan mata dasar mencakup “red refleks“, blink (berkedip)
dan respon pupil . Pada pemeriksaan “red refleks” dihasilkan
ketika kilatan kamera menerangi retina yang kaya darah. Jika mata
melihat langsung ke lensa kamera dan warna refleks di kedua mata
merah, dalam banyak kasus hal tersebut merupakan indikasi yang
baik bahwa retina kedua mata tidak terhalang dan sehat.
(http://rsjakarta.co.id/kapan-waktu-yang-disarankan-untuk-
melakukan-pemeriksaan-mata-pada-anak/ diakses 5 September
2022)
(3) Telinga
Telinga berada pada garis lurus dengan mata, neonatus
terkejut atau menangis sebagai reaksi pada suara keras.
Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang. Daun
telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas
di bagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang
letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang
mengalami sindrom tertentu (Pierre-Robin). (Wagiyo dan
Putrono, 2016; h. 433)
(4) Hidung
Periksa adanya pernafasan cuping hidung, jika cuping
hidung mengembang menunjukan adanya gangguan pernafasan.
Bayi harus bernafas dengan hidung, jika melalui mulut harus
diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas karena
atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel
yang menonjol ke nasofaring.
(5) Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah, lidah,
palatum, bercak putih pada gusi, reflek menghisap, adakah
labio/palatoskisis, trush, sianosis.

(6)Leher
Periksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika
terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan
tulang leher.
(7) Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila
tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pnemotoraks,
paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernafasan yang
normal dinding dada abdomen bergerak secara bersamaan. Pada
bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan
tampak simetris, payudara dapat tampak membesar tapi ini
normal.
(8) Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara
bersamaan dengan gerakan dada saat bernafas. Jika perut sangat
cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika. Perut
membuncit kemungkinan terdapat splenomegali atau tumor.
Perut kembung kemungkinan terjadi enterokolitis vesikalis atau
omfalokel.
Perawatan tali pusat dilakukan dengan tidak membubuhkan
apapun pada tali pusat atau dengan cara perawatan kering
terbuka, dan bisa juga dengan mengoleskan ASI dan dibiarkan
terbuka (Arfiana dan Arum, 2016 ;h.7)
Hasil penelitian yang dilakukan Reni et al (2018),
menunjukkan bahwa dari 40 responden kelompok kontrol
terdapat 38 responden (95%) dengan lama pelepasan tali
pusatnya berkisar antara 1-7 hari dan 2 responden (5%) dengan
lama pelepasan tali pusat >7 hari. Rerata waktu lepas tali pusat
bayi yang dirawat dengan perawatan terbuka lebih cepat yaitu
5.43 hari.

(9) Genital
a. Perempuan
Pada bayi cukup bulan, labia mayor menutupi labia
minor. Terkadang tampak sekret yang berdarah dari vagina,
hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl
bedding).
b. Laki-laki
Periksa posisi lubang uretra. Skrotum harus dipalpasi
untuk memastikan jumlah testis ada dua.
(10) Punggung
Melihat adanya pembengkakan, cekungan atau lubang,
meraba adanya spina bifida atau massa abnormal. (Arfiana dan
Lusiana A., 2016;h. 7)
(11) Anus
Perlu dikaji apakah anus berlubang atau tidak, jika bayi
sudah BAB tidak perlu dilakukan colok dubur. (Arfiana dan
Lusiana A., 2016;h. 7)
(12) Ekstremitas
(a) Atas
Kedua lengan harus sama panjang dan kedua lengan
harus bergerak. Jika gerakan kurang kemungkinan adanya
kerusakan neurologis atau fraktur.Telapak tangan harus
dapat terbuka, garis tengah yang hanya satu buah berkaitan
dengan abnormalitas kromosom seperti trisomi 21.
(b) Bawah
Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kurangnya
gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur,
kerusakan neurologis.
(13) Kulit
Adanya verniks kaseosa pembengkakan atau bercak hitam,
tanda lahir/ tanda mongol.
(14) Refleks
(a) Reflek Rooting (mencari)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.
(b) Reflek Sucking dan Swallowing
Benda menyentuh bibir disertai reflek menelan.
Tekanan pada mulut bayi pada langit bagian dalam gusi atas
timbul isapan yang kuat dan cepat.
(c) Reflek Moro
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila
kepala tiba-tiba digerakkanatau dikejutkan dengan cara
bertepuk tangan.
(d) Reflek Grasp
Dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan
dengan gentle, normalnya bayi akan menggenggam denagn
kuat.
(e) Reflek Tonic Neck
Ekstremitaas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan
akan ekstensi dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi
bila kepala bayi ditolehkan ke satu sisi selagi istirahat.
Respon ini dapat tidak ada atau tidak lengkap segera setelah
lahir.
(f) Reflek Babinski
Gores telapak kaki dimulai dari tumit, gores sisi lateral
telapak kaki kearah atas kemudian gerakan jari sepanjang
telapak kaki. Bayi akan menunjukkan respon berupa semua
jari kaki hyperekstensi dan ibu jari dorsifleksi.
4) Assesment
Diagnosa kebidanan yang dituliskan adalah sebagai berikut :
Bayi Baru Lahir Ny.X usia 6 jam fisiologis.
Masalah :
Masalah pada BBL berupa penyakit yang lazim terjadiseperti bercak
mongolia, hemangioma, ikterus fisiologis, muntah, gumoh, oral trush,
diaper rash, sebhorrea, infeksi, miliariasis, furunkel dan diare.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Herawati &
Indriati, 2017) didapatkan sebagian besar bayi baru lahir tidak
mengalami ikterus yaitu sebanyak 80.44% dan sisanya mengalami
ikterus yaitu sebanyak 19.56%. Ikterus neonatorum merupakan suatu
keadaan dimana kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang mempunyai
potensi menimbulkan kern-ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan
baik. Sebagian besar ikterus neonatorum ini proses terjadinya
mempunyai dasar patologis.
Diagnosa Potensial :
Ikterus berat penyebab ensepalopati bilirubin/kernikterus dan bayi
yang menderita kernikterus akan mengalami gangguan tumbuh
kembang. Kernikterus dapat dicegah dengan manajemen menyusui
yang optimal.
5) Pelaksanaan
Penatalaksanaan untuk bayi baru lahir usia 6 jam yaitu:
a) Melanjutkan pengamatan pernafasan, warna, dan aktivitas.
b) Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus tubuh bayi
dengan kain kering hangat dan menutup kepala bayi. Serta
menghindari memandikan bayi minimal sampai 6 jam dan hanya
jika tidak terdapat masalah medis serta suhu tubuh bayi 36, 50 C
atau lebih.
c) Memastikan bayi telah mendapatkan Vitamin K1 setelah IMD serta
Imunisasi Hepatitis B selang 1-2 jam setelah pemberian Vitamin
K1.
d) Melakukan perawatan tali pusat dengan cara membiarkan tali pusat
tetap terbuka, mengering, dan hanya dibersihkan setiap hari
dengan air bersih agar tidak terjadi peningkatan kelembapan pada
kulit bayi. Jika perlu tutup dengan menggunakan kasa steril.
e) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi,
yaitu setiap 2-3 jam dan pada payudara kanan dan kiri secara
bergantian sampai payudara terasa kosong.
f) Menerapkan sistem Rooming in atau Rawat Gabung yaitu dengan
menempatkan bayi selalu di dekat ibu secara satu ruang terus-
menerus selama 24 jam apabila tidak ada kontra indikasi pada ibu
serta bayi. Jika ibu dan bayi berdekatan, maka kontak antara ibu
dan bayi akan lebih sering, ibu dapat melakukan perawatan
langsung dan menyusui bayinya setiap saat sesuai kebutuhan bayi
sehingga membantu proses involusio uteri , mencegah bayi
hipotermi karna kontak skin to skin serta dapat berfungsi untuk
kontasepsi bagi ibu (MAL). (Arfiana dan Lusiana A., 2016)
g) Memulangkan bayi apabila tak dijumpai kelainan.
Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya dipulangkan
minimal 24 jam setelah lahir apabila selama pengawasan tidak
dijumpai kelainan. Sedangkan pada bayi yang lahir di rumah bayi
dianggap dipulangkan pada saat petugas kesehatan meninggalkan
tempat persalinan. Pada bayi yang lahir normal dan tanpa masalah
petugas kesehatan meninggalkan tempat persalinan paling cepat 2
jam setelah lahir.( Kemenkes RI No 53, 2014; h.26)

b. Bayi Baru Lahir Usia 6 Hari


Tanggal : Jam :
a. Data a) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
Subyektif a) Pola Nutrisi
Bayi menyusu sesuai dengan kehendak atau
kebutuhannya yaitu setiap 2-3 jam (paling
sedikit setiap 4 jam.
b) Pola Eliminasi
(a)BAB
Umumnya di 4 atau 5 minggu pertama dalam
sehari bayi dapat BAB lebih dari 5 kali atau 6
kali, tidak masalah selama pertumbuhannya
bagus. Bayi yang minum ASI eksklusif bisa
saja tidak BAB selama 2-4 hari bahkan bisa
sampai 7 hari karena semua asupan diserap
dengan baik, sehingga memang tidak ada
ampas makanan yang dikeluarkan.
(b)BAK
Bayi baru lahir BAK 7-10 kali sehari dengan
volume 15-16 ml/kgBB pada bayi cukup
bulan. Warna urine yang pucat menunjukkan
bahwa asupan cairan bayi cukup
c) Pola Istirahat dan Tidur
Bayi baru lahir tidur dalam 2 jam setelah
kelahiran dan berlangsung beberapa menit
sampai beberapa jam. Dalam 2 minggu pertama
sampai usia 3 bulan bayi tidur selama 16-20 jam
sehari yang dibagi menjadi 4-5 periode.
b. Data 1. Pemeriksaan Fisik
Obyektif a) Pemeriksaan Umum
1) Pernapasan
Pernapasan normal bayi baru lahir 30-60
kali per menit, tanpa disertai retraksi
prosesus xifoideus, napas cuping hidung,
serta suara dengkur.
2) Suhu
Suhu normal bayi baru lahir 36,5-37,50C
melalui pengukuran suhu aksila. bila suhu
bayi di bawah 36,50C, maka bayi mengalami
hipotermia.
3) Denyut Jantung
Denyut jantung normal bayi baru lahir
120-160 kali per menit. Denyut jantung bayi
bervariasi, saat bayi tidur atau menangis
100-180 denyut per menit (Varney,2017)
b) Antropometri
Dalam minggu pertama, berat badan bayi
baru lahir akan turun dulu baru kemudian naik
kembali. Penurunan berat badan maksimal
10%.
c) Status Present
Data fokus untuk pemeriksaan status
present pada bayi baru lahir 6 hari adalah
abdomen. Abdomen harus tampak bulat dan
bergerak secara bersamaan dengan gerakan
dada saat bernafas. Jika perut sangat cekung
kemungkinan terdapat hernia diafragmatika.
Perut membuncit kemungkinan terdapat
splenomegali atau tumor. Perut kembung
kemungkinan terjadi enterokolitis vesikalis
atau omfalokel.
c. Assesment Diagnosa Kebidanan
Bayi Baru Lahir Ny.X usia 6 hari fisiologis.
Masalah : Normalnya tidak ada
Diagnosa Potensial : Normalnya tidak ada
d. Pelaksanaan Tanggal : Jam :
a) Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi seperti
(a) pernafasan sulit atau lebih dari 60x/menit, (b)
terlalu hangat (>380C) atau terlalu dingin (<360C),
(c) Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama),
biru, pucat atau memar, (d) hisapan saat menyusu
lemah, rewel, sering muntah, mengantuk
berlebihan, (e) tali pusat merah, bengkak, keluar
cairan, berbau busuk, berdarah, (f) tanda-tanda
infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah,
bengkak, bau busuk, keluar cairan, pernafasan
sulit. (g) tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK
dalam 24 jam, tinja lembek/encer, sering berwarna
hijau tua, ada lendir atau darah. (h) Menggigil,
rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa
tenang, menangis terus-menerus.
b) Memberikan informasi hasil pemeriksaan bayi pada
ibu dan keluarga, bayinya dalam keadaan baik dan
sehat.
c) Memberikan konseling mengenai pemberian ASI
yang baik dan benar, ibu diharapkan mencuci
tangan sebelum dan sesudah memberikan ASI
kepada bayinya, di upayakan posisi perut ibu atau
saling bersentuhan seluruh bagian hitam payudara
atau areola dan puting susu harus masuk kedalam
masuk ke dalam mulut bayi. Bila berhasil, bayi
terlihat nyaman dan tenang dalam menyusu, ASI
diberikan sesering mungkin atau jika bayi mau, dan
jangan menjadwalkan pemberian ASI karena akan
mengurangi nutrisi bayi.
d) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan
yang diberikan.

c. Bayi Baru Lahir Usia 2 Minggu


Tanggal : Jam :
a. Data a) Pola Nutrisi
Subyektif Pemberian ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam
(paling sedikit setiap 4 jam). Seorang bayi yang
menyusu sesuai permintaannya bisa menyusu sebanyak
12-15 kali dalam 24 jam. Frekuensi enyusui itu dapat
diatur sedemikian rupa dengan membuat jadwal rutin ,
sehingga bayi akan menyusu sekitar 5-10 kali sehari.
b) Pola Eliminasi
Umumnya bayi di 4 atau 5 minggu pertama dalam
sehari bisa lebih dari 5 kali atau 6 kali. Namun bayi
yang minum ASI ekslusif sebaliknya bisa saja tidak
BAB selama 2 sampai 4 hari bahkan bisa 7 hari sekali.
Bayi yang diberi ASI akan membuat warna tinja hijau
keemasan, lembut, dan berbentuk biji-bijian. Sedangkan
yang formula tinja berwarna hitam pekat, bergumpal.
Bayi baru lahir cenderung sering BAK 7-10X sehari.
Jika urine pucat, kondisi ini menunjukan masukan
cairan yang cukup(Marmi, 2015;80)
c) Pola Tidur
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya
sering tidur, bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-
rata tidur sekitar 16 jam sehari.
b. Data a. Tanda-tanda Vital
Objektif 1) Pernafasan
Pernafasan bayi baru lahir rata – rata 40 kali per
menit, dengan jenis pernafasan diafragma dan
abdomen, tanpa ada retraksi dinding dada maupun
pernafasan cuping hidung (Arfiana dan Arum, 2016;
h.15)
2) Suhu
Suhu tubuh normal pada neonatus, adalah 36,5
– 37, 50C melalui pengukuran aksila.
3) Denyut Jantung
Frekuensi jantung bayi baru lahir 100 – 160x
per menit, tetapi dianggap masih normal jika di atas
160 x permenit dalam jangka waktu pendek,
beberapa kali dalam satu hari selama beberapa kali
dalam satu hari selama beberapa hari pertama
kehidupan, terutama bila bayi mengalami disstres.
b. Berat Badan
Berat badan bayi akan turun 10-15%,
pertambahan berat badan pada minggu kedua 15
gram/kgBB/hari.
ASI mengandung karbohidrat 10,3 gram dan lemak 5
gram3 yang dapat meningkatkan berat badan bayi.
Indikator terbaik kecukupan air susu adalah memiliki
berat badan yang sama dengan atau diatas berat badan
lahir pada usia 10 hari (Varney dkk, 2017)
c. Pemeriksaan Fisik
Tali pusat : talipusat harus tetap kering dan akan
putus pada 2 minggu.
c. Assesment Diagnosa Kebidanan yang dituliskan adalah sebagai
berikut:
Bayi Baru Lahir Ny.X usia 2 minggu fisiologis.
Masalah : Normalnya tidak ada
Diagnosa Potensial : Normalnya tidak ada
d. Pelaksanaan Tanggal : Jam :
a. Melakukan pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan
dan perkembangan anak meliputi; Pemeriksaan fisik,
pengukuran fisiologis (tanda-tanda vital), penampilan
umum, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak.
b. Melibatkan ibu dalam memberikan ASI secara on
demand. Pada periode usia 0-6 bulan, kebutuhan gizi
bayi baik kualitas terpenuhinya dari ASI saja.
c. Melibatkan ibu untuk melakukan perawatan bayi
dirumah.
Tempat tidur bayi harus hangat, diletakkan didekat
tempat tidur ibu. Bayi harus tetap dijaga kebersihannya
dengan menyekanya dengan lembut dan
memperhatikan lipatan kulitnya. Mengenakan pakaian
bayi, menjaga bayi tetap hangat.
d. Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi seperti (1)
pernafasan sulit atau lebih dari 60x/menit, (2) terlalu
hangat (>380C) atau terlalu dingin (<360C), (3) Kulit
bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat
atau memar, (4) hisapan saat menyusu lemah, rewel,
sering muntah, mengantuk berlebihan, (5) tali pusat
merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk,
berdarah, (6) tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh
meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan,
pernafasan sulit. (7) tidak BAB dalam 3 hari, tidak
BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer, sering
berwarna hijau tua, ada lendir atau darah. (8)
Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak
bisa tenang, menangis terus-menerus.
e. Memberikan informasi hasil pemeriksaan bayi pada ibu
dan keluarga, bayinya dalam keadaan baik dan sehat.
f. Memberikan koseling mengenai pemberian ASI yang
baik dan benar, ibu diharapkan mencuci tangan sebelum
dan sesudah memberikan ASI kepada bayinya, di
upayakan posisi perut ibu atau saling bersentuhan
seluruh bagian hitam payudara atau areola dan puting
susu harus masuk kedalam masuk ke dalam mulut bayi.
Bila berhasil, bayi terlihat nyaman dan tenang dalam
menyusu, ASI diberikan sesering mungkin atau jika
bayi mau, dan jangan menjadwalkan pemberian ASI
karena akan mengurangi nutrisi bayi
g. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan
yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, A., Bagu, A. A., & Sari, N. P. (2016). Pemberian Inisiasi Menyusu Dini Pada
Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Manarang, 2(2).
Arfiana, & Lusiana, A. (2016). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Transmedika.
Alatas Haidar. (2019). Hipertensi Pada Kehamilan. Herb Medicine Journal, 2, 4005–
4008.
Ardhiyanti, Y., & Susanti, S. (2016). Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian
Persalinan Lama di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Kesehatan
Komunitas, 3(2), 83–87. https://doi.org/10.25311/keskom.vol3.iss2.108
Asih, Y., & Risneni. (2016). Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan (Pertama). Trans
Info Media.
Dwi, A., & Clevero, C. (2016). Asuhan Persalinan Normal. Nuha Medika.
Elba, F., & Putri, V. R. (2019). Gambaran Kebiasaan Ibu Hamil Dalam Mengatasi
Ketidaknyamanan Selama Kehamilan di RSUd R. Syamsudin, SH. Jurnal
Kesehatan Ilmiah Indonesia, 4(2), 22–28.
Fitriani, L. (2018). No Title. 4(2).
Fitriana Yuni dan Nurwiandani Widy. (2020). Asuhan Persalianan Konsep Persaliana
Secara Komprehensif dalam Asuhan Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.
Fortuna, Dewi, RR dan Ika Y. (2018). Waktu Pemberian ASI dan Kejadian Ikterus
Neonatorum. Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia (JIKI), 4 (1), 43-52.
Hartinah, D., Karyati, S., & Rokhani, S. (2019). Hubungan Pola Aktivitas Fisik
Dengan Konstipasi Pada Ibu Hamil Trimester III Di Puskesmas Gribig
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2017. Jurnal Ilmu Keperawatan
Dan Kebidanan, 10(2), 350. https://doi.org/10.26751/jikk.v10i2.651
Handayani, E., & Pujiastuti, W. (2016). Asuhan Holistik Masa Nifas dan Menyusui.
Transmedika.
Herawati, Y., & Indriati, M. (2017). Pengaruh Pemberian Asi Awal Terhadap
Kejadian Ikterus Pada Bayi Baru Lahir 0-7 Hari. Jurnal Kebidanan, 3(01),
67–72.
Hutagaol, H. S., Darwin, E., & Yantri, E. (2014). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) terhadap Suhu dan Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir. Jurnal
Kesehatan Andalas, 3(3), 332–338.
https://www.ayahbunda.co.id/bayi-gizi-kesehatan/-pemeriksaan-mata-bayi-baru-
lahir- (diakses 5 September 2022)
http://rsjakarta.co.id/kapan-waktu-yang-disarankan-untuk-melakukan-pemeriksaan-
mata-pada-anak/ (diakses 5 September 2022)
Indrayani dan Moundy Emma Unaria Djami.(2020). asuhan persalinan dan bayi baru
lahir. Jakarta: CV.Trans info media
Jannah, N. (2013). Konsep Kebidanan. Ar Ruzz Media.
JNPK-KR. (2017). Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Depkes RI.
Khairoh, K. U., & Arka, R. dan M. (2019). Asuhan Kebidanan Kehamilan. CV.Jakad
Publishing Surabaya.
Khoiriah, A. (2017). Hubungan Antara Usia Ibu dan Paritas Ibu Bersalin dengan
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Di RS. Siti Khadijah Palembang. Jurnal
Kesehatan, 8(2), 310–314. http://dx.doi.org/10.35842/jkry.v5i2.201
Lestari, E. S. (2021). HUBUNGAN ASI EKSKLUSIF DAN BBLR
DALAMPERTUMBUHAN BAYI USIA 1-2 TAHUN. Akademi
Keperawatan RS Dustira Cimahi Jawa Barat,Indonesia, 3(1), 80–96.
Marmi. (2011). Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Pustaka Pelajar.
Marmi. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Pustaka
Pelajar.
Marmi. (2016). Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Pustaka Pelajar.
Marmi. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Pustaka Pelajar.
Muhihi, A., Sudfeld, C. R., Smith, E. R., Noor, R. A., Mshamu, S., Briegleb, C.,
Bakari, M., Masanja, H., Fawzi, W., & Chan, G. J. Y. (2016). Risk factors for
small-for-gestational-age and preterm births among 19,269 Tanzanian
newborns. BMC Pregnancy and Childbirth, 16(1), 1–12.
https://doi.org/10.1186/s12884-016-0900-5
National Sleep Foundation. (2020). Insomnia.
Purwaningtyas, M. L., & Prameswari, G. N. (2017). Faktor Kejadian Anemia pada
Ibu Hamil. Higeia Journal of Public Health Research and Development, 1(3),
84–94.
Prawirohardjo, S. (2018). Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
RI, K. (2017). Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil. Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Rukiyah, A. Y. (2013). Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Trans Info Media.
Ryanti Dewi Fortuna, R., Yudianti, I., & Mardiyanti Poltekkes Kemenkes Malang Jl
Besar Ijen No, T. (2018). Waktu Pemberian ASI dan Kejadian Ikterus
Neonatorum eISSN 2615-5516. Mei, 4(1), 43–52.
Sari, D. P. (2018). Perhitungan Usia Kehamilan Berdasarkan Pengukuran Tinggi
Fundus Uteri dengan Hari Pertama Haid Terakhir di BPS Farida Yuliani Desa
Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto. Biomedika, 11(2), 113–
117. https://doi.org/10.31001/biomedika.v11i2.402
Sari, D. P., St, S., Rufaida, Z., Bd, S. K., Sc, M., Wardini, S., Lestari, P., St, S., &
Kes, M. (2018). Nyeri persalinan. Stikes Majapahit Mojokerto, 1–117.
Sari Priyanti, Dian Irawati, & Agustin Dwi Syalfina. (2020). Frekuensi Dan Faktor
Risiko Kunjungan Antenatal Care. Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal
of Midwifery), 6(1), 1–9. https://doi.org/10.33023/jikeb.v6i1.564
Sembiring, L. P. (2017). Konstipasi pada Kehamilan. Jurnal Ilmu Kedokteran, 9(1),
7. https://doi.org/10.26891/jik.v9i1.2015.7-10
Sondakh, J. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir (Erlangga
(ed.)).
Sukorini, M. U. (2017). HUBUNGAN GANGGUAN KENYAMANAN FISIK DAN
PENYAKIT DENGAN KUALITAS TIDUR IBU HAMIL TRIMESTER III. Te
Indonesian Journal of Public Health, 12(1), 1–12.
Suparman, E. (2021). Hipertiroid dalam kehamilan. 9(28), 1–36.
Syarif, A. B., Santoso, S., & Widyasih, H. (2017). Usia Ibu dan Kejadian Persalinan
Preterm. Jurnal Kesehatan Ibu Dan Anak, 11(2), 20–24.
https://doi.org/10.29238/kia.v11i2.35
Walyani, E. S. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru lahir. Pustaka
Baru Press.
Widatiningsih, S. dan Dewi, C. H. T. (2017). Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan.
Trans Medika.
Yuliani, D. R. (2021). Asuhan Kehamilan. Yayasan Kita Menulis.

Anda mungkin juga menyukai