Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

DI SUSUN OLEH :
NAMA : SAKURAWATI
NIP : 19761010 200212 2 004

PUSKEMAS UJUNGBATU
ROKAN HULU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Kerena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
waktu yang berjudul “Kesehatan Reproduksi Remaja”.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaa makalah ini dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat makalah ini bagi para tenaga
kesehatan khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini
dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para tenaga
kesehatan, masyarakat dan pembaca.

Ujungbatu, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
A. Pengertian Remaja........................................................................................4
B. Pemeliharaan Organ Reproduksi..................................................................4
C. Seksualitas Remaja.......................................................................................7
D. Penyimpangan Perilaku Seksual.................................................................13
E. Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja..................................................15
BAB III PENUTUP...............................................................................................25
A. Kesimpulan.................................................................................................25
B. Saran............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO, remaja apabila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.
Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja
adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. Pada buku-
buku Pediatri, pada umumnya mendefi nisikan remaja remaja adalah bila seorang
anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun
untuk anak laki-laki. Menurut Diknas, anak dianggap remaja bila anak sudah
berumur 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah (Soetjiningsih,
2004).
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi dan proses reproduksi remaja. Berbagai permasalahan kesehatan
reproduksi remaja antara lain: kehamilan tidak dikehendaki, kehamilan dan
persalinan usia muda, ketergantungan napza meningkatkan resiko penyakit
menular seksual (termasuk infeksi HIV/AIDS), dan resiko terkena penyakit
menular seksual.Permasalahan tersebut disebabkan kurangnya informasi,
pemahaman dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara
reproduksi.Orang tua yang diharapkan remaja dapat dijadikan tempat bertanya
atau dapat memberikan penjelasan tentang masalah kesehatan reproduksi, ternyata
tidak banyak berperan karena masalah tersebut masih dianggap tabu untuk
dibicarakan dengan anak remajanya. Guru, yang juga diharapkan oleh orang tua
dan remaja dapat memberikan penjelasan yang lebih lengkap kepada siswanya
tentang kesehatan reproduksi, ternyata masih menghadapi banyak kendala dari
dalam dirinya, seperti: tabu, merasa tidak pantas, tidak tahu cara
menyampaikannya, tidak ada waktu, dan lain sebagainya. Solusi yang tepat untuk
menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan pemberian pendidikan mengenai
kesehatan reproduksi.
Menurut Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
(2009:1) bahwajumlah remaja umur 10-19 tahun di Indonesia terdapat 43 juta atau
19,61% dari jumlahpenduduk Indonesia sebanyak 220 juta. Sekitar 1 juta remaja

1
pria (5%) dan 200 ribu remajawanita (1%) menyatakan secara terbuka bahwa
pernah melakukan hubungan seksual.Sebanyak 8% pria umur 15-24 tahun telah
menggunakan obat-obatan terlarang. Sedangkanuntuk kasus HIV/AIDS dari 6987
penderita AIDS, 3,02% adalah kelompom usia 15-19tahun dan 54,77% adalah
kelompok usia 20-29 tahun (Departemen Kesehatan RI,September 2006). Ini
terjadi karena pengetahuan merekamengenai kesehatan reproduksi masih kurang.
Sehingga sangat memerlukan perhatian dari semua pihak, karena orang yang sehat
aktivitas belajarnya akan baik. Apabila kasus remaja inidibiarkan, sudah tentu
akan merusak masa depan remaja khususnya mereka dan masa depan keluarga
dan masa depan bangsa Indonesia.
Indonesia saat ini mulai lebih memperhatikan masalah kesehatan
reproduksi dengan serius. Dengan PIK KRR (Pusat Informasi dan Konseling
Kesehatan Reproduksi Remaja) yang merupakan salah satu program sub BKKBN,
pemerintah mengupayakan agar remaja tidak melewati masa remajanya dengan
hal-hal yang tidak berguna. Karena pada masa-masa remajalah kita mengalami
proses pencarian jalan hidup yang seperti apa yang akan kita pilih. Melalui
program ini, agaknya pemerintah mulai concern melihat perkembangan zaman
instant yang serba canggih ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah di antaranya :
1. Bagaimanakah pengertian remaja ?
2. Bagaimana cara memelihara organ reproduksi ?
3. Apa yang dimaksud dengan seksualitas remaja ?
4. Apa yang dimaksud dengan penyimpangan perilaku seksual ?
5. Bagaimanakah konseling kesehatan reproduksi remaja ?

2
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui Pengertian remaja
2. Untuk mengetahui cara memelihara organ reproduksi
3. Untuk mengetahui seksualitas remaja
4. Untuk mengetahui penyimpangan perilaku seksual
5. Untuk mengetahui konseling kesehatan reproduksi remaja

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Remaja
Secara etimologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi
remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode
usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara
itu, menurut The Health Resources and Services Administrations Guidelines
Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga
tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-17 tahun); dan
remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi
kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun.
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun
sampai 20-21 tahun.
2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik
dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual;
3. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami
perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral,
diantara masa anak-anak menuju masa dewasa.

B. Pemeliharaan Organ Reproduksi


1. Pemeliharaan Organ Reproduksi Pada Remaja Perempuan
a. Pembersihan Vagina
Membersihkan vagina dengan cara membasuh bagian di antara vulva
(bibir vagina) secara hati-hati menggunakan air bersih dan sabun yang lembut
(mild) setiap habis buang air kecil, buang air besar ataupun ketika mandi. Apabila
anda alergi dengan sabun yang lembut, anda bisa membasuhnya dengan air
hangat.
Cara membasuh vagina yang benar adalah dari arah depan ke belakang ,
dan jangan terbalik karena akan menyebabkan bakteri yang ada di sekitar anus

4
terbawa masuk ke vagina. Gunakanlah air bersih, lebih baik lagi air hangat, tetapi
jangan terlalu panas karena bisa menyebabkan kulit yang sensitif di daerah vagina
melepuh dan lecet.Setelah itu, sebelum memakai celana lagi, keringkan erlebih
dahulu dengan menggunakan handuk atau tisu yang tidak berparfum.
b. Mengganti celana dalam secara teratur
Celana dalam adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam menjaga
kebersihan daerah kewanitaan.Oleh karena itu sangat dianjurkan bagi kaum
wanita untuk mengganti celana dalam 2x sehari di saat mandi.Apalagi, jika anda
termasuk wanita yang aktif dan mudah berkeringat.
Pada saat menstruasi gunakan pembalut dengan bahan yang lembut
sehingga dapat menyerap dengan baik dan tidak mengandung bahan yang bis
membuat alergi ( misalnya parfum atau gel). Pembalut perlu diganti sekitar 4-5
kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang biak
pada pembalut.
c. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina
Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina penting untuk dilakukan agar
mencegah masuknya kuman masuk ke dalam vagina.
d. Memilih celana dalam
Selalu gunakan celana dalam yang bersih dan terbuat dari bahan katun.
Bahan lain, seperti nylon dan polyester akan emmbuat gerah dan panas sehingga
vagina menjadi lembab sehingga memberikan kesempatan bagi bakteri dan jamur
untuk berkembang biak.
e. Handuk/washlap
Hindari juga menggunakan handuk atau washlap milik orang lain untuk
mengeringkan vagina anda.
f. Mencukur rambut kemaluan
Bagi wanita dianjurkan untuk mencukur sebagian dari rambut kemaluan
untuk menghindari kelembaban yang berlebihan di daerah vagina.
Selain melakukan perawatan daerah kewanitaan, pemeriksaan rutin oleh
dokter juga perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan secara menyeluruh dan agar
dokter mengetahui jika terdapat gangguan sehingga dapat segera ditangani.

5
2. Pemeliharaan Organ Reproduksi Pada Remaja Pria
Untuk mencegah penyakit pada organ kelamin, berikut adalah beberapa
tips untuk memelihara organ reproduksi pada pria :
a. Membersihkan organ kelamin secara teratur
Bersihkan organ kelamin setiap hari dengan menggunakan air
bersih.Untuk para pria, terutama yang tidak disunat, sebaiknya bersihkan
bagian dalam penutup kepala penis.Hal ini karena kotoran yang terdapat di
dalam (smegma) dapat memicu terjadinya kanker.Oleh karena itu, penis
harus dibersihkan setiap hari.
Sebaliknya untuk pria yang telah disunat, pastikan penutup kepala
penis telah terbuka secara sempurna.Jika masih menempel maka itu sangat
beresiko menimbulkan penyakit.
b. Mencukur rambut kemaluan
Usahakan mencukur pendek rambut kemaluan secara
berkala.Jangan biarkan rambut kemaluan tetap panjang karena bisa
menjadi tempat tumbuhnya bakteri.Akn tetapi, jangan mencukur habis
rambut kemaluan.Sebab, sebenarnya rambut kemaluan juga memiliki
bakteri flora normal yang berguna menjaga kebersihan alat kelamin.
c. Gantilah celana dalam minimal dua kali sehari
Sebagaimana halnya wanita, celana dalam pria hendaknya diganti
minimal dua kali sehari.Hal ini karena celana dalam sangat riskan untuk
tumbuh kembangnya bakteri yang merugikan apabila dalm kondisi kotor
ataupun lembab akibat keringat.Oleh karena itu, mengganti celana dalam
secara teratur (minimal dua kali sehari) dapat mencegah berkembangnya
bakteri.
d. Hindari sinar elektromagnetik
Hindarkan organ kelamin dari paparan cairan berbahaya ataupun
gelombang elektromagnet kuat, seperti sinar x. Khusus untuk pria,
usahakan menghindari penggunaan celana ketat ataupun menempelkan
sesuatu yang hangat/panas, misalnya laptop di atas paha ataupun pada
kelamin, karena hal ini akan berpengaruh pada sistem reproduksi sel-sel
kelamin yang bisa mengakibatkan kemandulan.

6
C. Seksualitas Remaja
1. Pengertian seksualitas
Seks berarti jenis kelamin. Segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis
kelamin disebut dengan seksualitas. Menurut Masters, Johnson, dan Kolodny
(1992), seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, diantaranya
adalah dimensi biologis, psikologis, social, dan kultural.
a. Dimensi Biologis
Berdasarkan perspektif biologis (fisik), seksualitas berkaitan dengan
anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia, serta
dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis manusia. Termasuk di dalamnya
menjaga kesehatannya dari gangguan seperti penyakit menular seksual, infeksi
saluran reproduksi (ISR), bagaimana memfungsikan seksualitas sebagai alat
reproduksi sekaligus alat rekreasi secara optimal, serta dinamika munculnya
dorongan seksual secara biologis.
b. Dimensi Psikologi
Berdasarkan dimensi ini, seksualitas berhubungan erat dengan
bagaimana manusia menjalani fungsi seksual sesuai dengan identitas jenis
kelaminnya, dan bagaimana dinamika aspek psikologis (kognisi, emosi, motivasi,
perilaku) terhadap seksualitas itu sendiri, serta bagaimana dampak psikologis dari
keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia. Misalnya bagaimana
seseorang berperilaku sebagai seorang laki-laki atau perempuan, bagaimana
seseorang mendapatkan kepuasan psikologis dari perilaku yang dihubungkan
dengan identitas peran jenis kelamin, serta bagaimana perilaku seksualnya dan
motif yang melatarbelakanginya.
c. Dimensi Sosial
Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi
antarmanusia, bagaimana seseorang beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
tuntutan peran dari lingkungan sosial, serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi
seksualitas dalam kehidupan manusia.
d. Dimensi Kultural dan Moral
Dimensi ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dan moral
mempunyai penilaian terhadap seksualitas yang berbeda dengan negara barat.

7
Seksualitas di negara-negara barat pada umumnya menjadi salah satu aspek
kehidupan yang terbuka dan menjadi hak asasi manusia. Berbeda halnya dengan
moralitas agama, misalnya menganggap bahwa seksualitas sepenuhnya adalah hak
Tuhan sehingga penggunaan dan pemanfaatannya harus dilandasi dengan norma-
norma agama yang sudah mengatur kehidupan seksualitas manusia secara
lengkap.
1) Seksualitas.
Adalah kenikmatan yang merupakan bentuk interaksi antara pikiran
dan tubuh. Umumnya sensualitas melibatkan pancaindra (aroma, rasa,
penglihatan, pendengaran, sentuhan) dan otak (organ yang paling kuat terkait
dalam seks dalam fungsi fantasi, antisipasi, memori, atau pengalaman).
2) Intimacy
Ikatan emosional atau kedekatan dalam relasi interpersonal. Biasanya
mengandung unsur-unsur kepercayaan, keterbukaan diri, kelekatan dengan
orang lain, kehangatan, kedekatan fisik, dan saling menghargai.
3) Identitas.
Peran jenis kelamin yang mengandung pesan-pesan gender perempuan
dan laki-laki dan mitos-mitos (feminimitas dan maskulinitas), serta orientasi
seksual. Hal ini juga menyangkut bagaimana seseorang menghayati peran
jenis kelamin sesuai dengan peran jenis kelaminnya.
4) Lingkaran Kehidupan (lifecycle).
Aspek biologis dari seksualitas yang terkait dengan anatomi dan
fisiologis organ seksual.
5) Eksploitasi (exploitation).
Unsur control dan manipulasi terhadap seksualitas, seperti: kekerasan
seksual, pornografi, pemerkosaan, dan pelecehan seksual.Sementara itu,
menurut Hidayat (1997), ruang lingkup seksualitas terbagi atas hal-hal berikut.
2. Ruang Lingkup Seksualitas
a. Seksual Biologis
Komponen yang mengandung beberapa ciri dasar seks yang terlihat pada
individu yang bersangkutan (kromosom, hormone, serta ciri seks primer dan
sekunder). Ciri seks primer timbul sejak lahir, yaitu alat kelamin luar (genitalia

8
eksterna) dan alat kelamin dalam (genitalia interna) . ciri seks sekunder timbul
saat seseorang meningkat dewasa, misalnya timbul bulu-bulu badan di tempat
tertentu (ketiak, dada): berkembangnya payudara perempuan, dan perubahan suara
laki-laki.
b. Identitas Seksual.
Identitas Seksual adalah konsep diri pada individu yang menyatakan
dirinya laki-laki atau perempuan. Identitas seksual dalam bentuknya banyak
dipengaruhi oleh lingkungan dan tokoh yang sangat penting (orang tua).
c. Identitas Gender.
Identitas Gender adalah penghayatan perasaan laki-lakian atau
keperempuanan yang dinyatakan dalam bentuk perilaku sebagai laki-laki atau
perempuan dalam lingkungan budayanya. Identitas budaya merupakan interaksi
antara factor fisik dan psikoseksual. Interaksi yang harmonis diantara kedua factor
ini akan menunjang perkembangan norma seorang perempuan atau laki-laki.
d. Perilaku Seksual.
Perilaku seksual yaitu orientasi seksual dari seorang individu yang
merupakan interaksi antara kedua unsur yang sulit dipisahkan, yaitu tingkah laku
seksual dan tingkah laku gender. Tingkah laku seksual didasari oleh dorongan
seksual untuk mencari dan memperoleh kepuasan seksual, yaitu orgasmus.
Tingkah laku gender adalah tingkah laku dengan konotasi maskulin atau feminim
diluar tingkah laku seksual. Perilaku seksual itu mulai tampak setelah anak
menjadi remaja.
3. Tujuan seksualitas
Tujuan umum :Meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia.
Tujuan khusus :
a. Prokreasi (menciptakan atau meneruskan keturunan).
b. Rekreasi (memperoleh kenikmatan biologis/seksual).
4. Dimensi pribadi yang terkait dengan seksualitas
Berikut adalah tiga elemen dimensi pribadi yang terkait dengan seksualitas
a. Harga diri
Adalah konsep individu tentang dirinya yang menggambarkan pemaknaan
tentang diri serta seberapa jauh kepuasan yang didapatkannya dari

9
gambaran tentang diri tersebut.Sangat memengaruhi tingkah laku
seseorang.
b. Kemampuan berkomunikasi
Yaitu cara remaja mengekspresikan perasaan, keinginan, dan pendapatnya
tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan seksualitasnya. Bila
remaja mampu mengomunikasikannya dengan baik, maka akan
mempermudah dirinya dalam menanggulangi permasalahan seksualitas
yang dialami.
c. Kemampuan mengambil keputusan
Sepanjang kehidupan, banyak keputusan mengenai seksualitas yang harus
diambil, misalnya: perilaku seksual yang dipilih, memilih pasangan hidup,
dan perencanaan kehamilan.
5. Sikap Positif Terhadap Seksualitas
Tingkah laku yang menunjukan sikap positif terhadap seksualitas
adalah sebagai berikut :
a. Menempatkan seks sesuai dengan fungsi dan tujuan
b. Tidak menganggap seks itu jijik, tabu dan jorok
c. Tidak menjadikan candaan dan bahan obrolan murahan
d. Mengikuti norma atau aturan dalam menggunakannya
e. Membicarakan seks dalam konteks ilmiah atau belajar untuk memahami
diri dan orang lain, serta pemanfaatkan secara baik dan benar sesuai
dengan fungsi dan tujuan sakralnya.
6. Perkembangan Seksualitas Remaja
Sejak masa remaja, pada diri seorang anak terlihat adanya perubahan-
perubahn pada bentuk tubuh yang di sertai dengan perubahan struktur dan
fungsi.pematangan kelenjar pituitari berpengaruh pada proses pertumbuhan tubuh
sehingga remaja mendapatkan ciri-cirinya sebagai perempuan dewasa atau laki-
laki dewasa.
Masa remaja diawali oleh masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-
perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi
tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan tubuh

10
ini di sertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan
karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder.
Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ
reproduksi,sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam
bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin, misalnya: pada remaja putri di tandai
dengan pembesaran buah dada dan pinggul, sedangkan pada remaja putra
mengalami pembesaran suara, tumbuh bulu dada, kaki, serta kumis.
Karakteristik seksual sekunder ini tidak berhubungan lansung dengan fungsi
reproduksi, tetapi perannya dalam kehidupan seksual tidak kalah pentingnya
karena berhubungan dengan sex appeal (daya tarik seksual).
Kematangan seksual pada remaja ini menyebabkan munculnya minat
seksual dan keingintahuan remaja tentang seksual.
a. Minat Dalam Permasalahan Yang Menyangkut Kehidupan Seksual
Remaja mulai ingin tahu tentang kehidupan seksual manusia. Intuk itu,
mereka mencari informasi mengenai seks, baik melalui buku, flim, atau
gambar-gambar lain yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Hal ini
dilakukan remaj karena kurang terjadinya komunikasi yang bersikap dialogis
antara remaja dengan orang dewasa, baik orang tuan maupun guru, mengenai
masalah seksual, dimna kebnyakan masyarakat masih menganggap tabu
untuk membicarakan masalah seksual dalam kehidupan sehari-hari.
b. Keterlibatan Aspek Emosi dan Sosial
Pada saat berkencanperubahan fisik dan fungsu fisiologis pada remaja,
menyebabkan daya tarik terhadap lawan jenis yang merupakan akibat
timbulnya dorongan-dorongan seksual. Misalnya, pada anak laki-laki
dorongan yang ada dalam dirinya terrealisasi dengan aktifitas mendekati
teman perempuaannya, hingga terjalin hubungan. Dalam berkencan, biasanya
para remaja melibatkan aspek emosi yang di ekspresikan dengan berbagai
cara, seperti bergandengan tangan, berciuman, memberikan tanda mata,
bunga, kepercayaan, dan sebagainya.
c. Minat Dalam Keintiman Secara Fisik
Dengan adanya dorongan-dorongan seksual dan rasa ketertarikan terhadap
lawan jenis kelaminya, perilaku remaja mulai di arahkan untuk menarik

11
perhatian lawan jenis kelaminya. Dalam rangka mencari pengetahuan
mengenai seks ada remaja yang melakukannya secara terbuka bahkan mulai
mencoba mengadakan eksperimen dalam kehidupan seksual. Misalnya dalam
berpacaran, mereka mengekspresikan perasaannya dalam bentuk-bentuk
perilaku yang menuntut keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti
berciuman, bercumbu, dan lain-lain.perkembangan minat seksual ini
menyebabkan masa remaja disebut juga dengan masa keaktifan seksual tinggi
yang merupakan masa ketika masalah seksual dan lawan jenis menjadi bahan
pembicaraan yang menarik dan di penuhi dengan rasa ingin tahu tentang
masalah seksual.

7. Tugas Perkembangan Seksualitas Remaja


a. Orientasi seksual
Orientasi seksual atau kecenderungan seksual adalah pola ketertarikan
seksualemosional, romantis, dan/atau seksual terhadap laki-laki, perempuan,
keduanya, tak satupun, atau jenis kelamin lain. American Psychological
Association menyebutkan bahwa istilah ini juga merujuk pada perasaan
seseorang terhadap "identitas pribadi dan sosial berdasarkan ketertarikan itu,
perilaku pengungkapannya, dan keanggotaan pada komunitas yang sama."
Heteroseksual rasa tertarik terhadap lawan jenis timbul dan sejalan dengan
berkembangnya minat terhadap aktivitas yang berhubungan dengan seks.
Keadaan ini ditandai oleh rasa ingin tahu yang kuat dan kehausan akan informasi
yang selanjutnya dapat berkembang kea rah tingkah laku seksual yang
sesungguhnya.
b. Peran seks
Peran seks adalah menerima dan mengembangkan peran serta kemampuan
tertentu selaras dengan jenis kelaminnya, Bagi remaja laki-laki hal itu mungkin
tidak terlalu menjadi masalah.Namun, bagi remaja perempuan bermacam
revolusi dan perubahan pandangan atau nilai terhadap peran perempuan yang
berlangsung terus menerus sampai saat ini dapat menimbulkan masalah tertentu.
Perubahan-perubahan nilai dan norma tentang seks yang terjadi saat ini dapat

12
menimbulkan berbagai persoalan bagi remaja (pelacuran, penyakit kelamin
menular, penyimpangan seksual, kehamilan diluar nikah, dan sebagainya).

8. Perilaku Seksual Remaja


a. Pengertian
Seksualits merupakan bagian dari kehidupan manusia, baik pria maupun
perempuan. Seperti tubuh dan jiwa yang berkembang, seksualitas juga
berkembang sejak masa anak-anak, remaja, sampai dewasa. Seksualitas
diekspresikan dalam bentuk perilaku seksual, yang di dalamnya tercakup fungsi
seksual.
b. Cara yang biasa di lakukan orang untuk menyalurkan dorongan
seksual
Setiap manusia normal mempunyai dan merasakan adanya dorongan
seksual atau yang lebih populer di sebut sebagai gairah seksual. Dorongan
seksual adalah suatu bentuk keinginan yang bersifat erotik yang mendorong
seseorang untuk melakukan aktivitas seksual sampai kepada hubungan seksual.
Dorongan seksual di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :
1) Hormon seks, khususnya testosteron. Peranan hormon ini mulai aktif
pada masa remaja.
2) Rangsangan seksual yang di terima
3) Keadaan kesehatan tubuh secara umum
4) Faktor psikososial
5) Pengalaman seksual sebelumnya
Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual
1) Dorongan seksual
2) Keadaan kesehatan tubuh
3) Psikis
4) Pengetahuan seksual
5) Pengalaman seksual sebelumnya

13
D. Penyimpangan Perilaku Seksual
1. Pengertian
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang
untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara
yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak
wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti
pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik.
2. Jenis-Jenis Gangguan Seksual
a. Gangguan Identitas Diri : Transeksualisme
Transeksualisme adalah suatu kelainan identitas jenis kelamin yang
nyata. Gangguan itu adalah keinginan untuk memiliki jenis kelamin yang
berlawanan dengan kenyataan (wanita ingin menjadi pria, pria ingin
menjadi wanita); atau keyakinan bahwa seseorang telah masuk ke dalam
sebuah tubuh dengan jenis kelamin yang salah. Minat seksual kaum
transeksual ini biasanya adalah yang sejenis kelamin (homoseksual, walaupun
mereka tidak mau disebut sebagai homoseks), tetapi juga yang melaporkan
pernah mengalami hubungan heteroseksual dan beberapa di antara mereka
dilaporkan aseksual (tidak berminat pada seks).
b. Gangguan identitas jenis masa kanak-kanak
Walaupun transeksualisme biasanya mulai timbul sejak masa kanak-
kanak, akan tetapi ada gangguan jenis yang hanya terjadi pada masa kanak-
kanak saja.

c. Gangguan identitas jenis tidak khas


Yaitu tidak sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda transeksualisme,
akan tetapi ada perasaan-perasaan tertentu yang menolak struktur anatomi
dirinya seperti merasa tidak mempunyai vagina atau vagina yang akan
tumbuh menjadi penis (pada wanita), atau merasa tidak punya penis atau jijik
pada penisnya sendiri (pada pria).
d. Parafilia (Devisiasi seksual)
Adalah gangguan seksual karena pada penderita seringkali
menghayalkan perbuatan seksual yang tidak lazim, sehingga khayalan

14
tersebut menjadi kekuatan yang mendorong penderita untuk mencoba dan
melakukan aktivitas yang dikhayalkannya.
e. Disfungsi Psikoseksual
Adanya hambatan pada selera/minat seksual atau terdapat hambatan
pada perubahan psikofisiologik, yang biasanya terjadi pada orang yang
sedang bergairah seksual. Misalnya hambatan selera seksual, hambatan gairah
seks (Impoten, dan firgiditas), hambatan orgasme, ejakulasi prematur,
dispareunia fungsional, vaginismus fungsional.
f. Homoseksual
Terminologi/definisi homoseksual tidak hanya diberlakukan buat pria,
sebenarnya wanita yang hanya sharing terhadap sesamanya juga termasuk
dalam kategori homoseksual, tetapi di masyarakat umum istilah lesbianisme
lebih dikenal untuk wanita yang suka sama wanita. Padahal arti homo sendiri
berarti sama, sejenis, atau golongan. Berarti homoseksualadalah orang yang
merasakan atau hanya tertarik dengan jenis kelamin yang sama, kalau cewek
seneng sama cewek, terus cowok seneng sama cowok juga. Lesbianisme
dalam batas-batas tertentu di anggap sebagai deviasi seksual, misalnya yang
dilakukan di asrama-asrama putri atau rumah penjara, karena keadaan yang
mendorong pelaku-pelakunya untuk berbuat demikia. Dalam keadaan normal
mereka tidak melakukannya lagi. Dan mereka dapat dimasukkan ke dalam
golongan lesbian pasif dan dapat terkait dalam pernikahan. Namun demikian,
banyak di antara mereka yang menunjukkan sikap dingin (frigid) dalam
hubungan heteroseksual (permpuan-lelaki). Lesbian yang aktif tidak akan
menikah, akan tetapi hanya pasangan yang sejenis kelaminnya saja.

E. Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja


1. Pengertian
Konseling kesehatan reproduksi remaja (KRR) adalah suatu proses
konsultasi dimana seorang konselor memberikan informasi yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi remaja.

15
2. Tujuan
Tujuan konseling KRR adalahuntuk membantu kliennya dengan menggali
kondisi dan permasalahan klien serta memberikan informasi dan fakta kepada
kliennya agar mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengambil suatu
keputusan mengenai tindakan yang akan diambil. Muatan pendidikan yang
disarankan dalam materi pemberian konseling KRR antara lain: seksualitas,
penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, dan napza.
3. Ciri-Ciri Suatu Konseling
a. Dilakukan secara berkesinambungan
b. Dilakukan dalam perjumpaan tatap muka
c. Perlu orang yang ahli dibidang konseling
d. Tujuannya memecahkan masalah klien
e. Klien akhirnya mampu memecahkan masalahnya sendiri
4. Hal-Hal yang Mempengaruhi Kualitas Konseling
a. Struktur
Struktur merupakan pemahaman bersama antara konselor dan konseli
mengenai karakteristik, kondisi, prosedur dan parameter konseling. Struktur
membantu untuk memperjelas hubungan antara konselor dan konseli, memberinya
arah, melindungi hak masing-masing, peran dan obligasi baik dari konselor
maupun konseli dan menjamin konseling sukses.
b. Inisiatif
Inisiatif dapat dilihat sebagai motivasi untuk berubah. Sebagian besar
konseli memang datang untuk konseling atas kemauaannya sendiri. Namun,
dalam konseling terdapat juga konseli yang enggan untuk konseling atas kemauan
sendiri.
c. Kualitas Konseling
Karakteristik konseling yang dianggap akan mempermudah konseling
adalah konseling yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. Yakni Young,
Atractive, Verbal, Intelligent, Sussessful (YAVIS). Sedangkan konseli yang sulit
untuk diajak konseling cirinya yakni HOUND (Homely, Old, Unintellegent,
Nonverbal, Disadvantaged). Selain factor tersebut, factor yang memegang

16
peranan penting adalah kesiapan konselngi untuk berubah. Karena dengan hal
tersebut akan memudahkan jalannya konseling.
d. Kualitas Konselor
Konselor yang berkualitas akan mendukung berhasilnya konseling. Ada
beberapa karakteristik yang harus dipenuhi konselor agar dapat membantu
terjadinya perubahan dalam diri konseling yang dihadapinya. Antara lain yakni
konselor harus memiliki kejujuran, self-awarenes, kongruensi, kemampuan untuk
berkomunikasi dan pengetahuan.
5. Prinsip Konseling
Kemampuan menolong orang lain digambarkan dalam sejumlah
keterampilan yang digunakan oleh seseorang sesuai dengan profesinya meliputi
(Hopsan,1978) :
a. Pengajaran
b. Nasehat dan bimbingan
c. Pengambilan tindakan langsung
d. Pengelolaan
e. Konseling
6. Tahapan Konseling (GATHER)
Gallen dan Leitenmaier (1987) memberikan suatu akronim yang dapat
dijadikan panduan bagi petugas klinik KB untuk melakukan konseling. Akronim
tersebut adalah GATHER yang merupakan singkatan dari “
G : Greet
Memberikan salam, memperkenalkan diri dan membuka komunikasi
A : Ask atau Assess
Menanyakan keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai apakah
keluhan / keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi
yang dihadapi
T : Tell
Beritahu bahwa persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien adalah
seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan
uapaya penyelesaian masalah tersebut.

17
H : Help
Bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu yang
harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat mmenyelesaikan
masalah tersebut, termasuk keuntungan dan keterbatasan dari masing-
masing cara tersebut. Minta pasien untuk memutuskan cara terbaiuk
bagi dirinya.
E : Explain
Jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan/dianjurkan dan hasil yang
diharapkan mungkin bisa segra terlihat atau diobservasi beberapa saat
hingga menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula siapa
dan dimana pertolongan lanjutan atau darurat dapat diperoleh.
R : Refer/Return visit
Rujuk bila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai
atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah
diberikan.
7. Teknik Konseling
a. Teknik/pendekatan authoritarian atau detective, dalam proses
wawancara konseling berpusat pada konselor
b. Teknik/pendekatan non-directive atau conseli centred, dalam
pendekatan ini konseli diberi kesempatan untuk memimpin wawancara
dan memikul sebagian besar dari tanggung jawab atas pemecahan
masalahnya sendiri.
c. Teknik/pendekatan edetic
d. Dalam pendekatan edetic, konselor menggunakan cara yang dianggap
baik atau tepat, sesuai dengan konseling dan masalahnya.
8. Sikap Tubuh
Dalam membina hubungan baik terdapat sikap dan perilaku dasar yang
dibutuhkan dalam melakukan komunikasi dngean klien yaitu dapat
menerapkan SOLER. SOLER merupakan akronim dari :
S : Face your clients Squarely (menghadap ke klien) dan smile/ nod at
client (senyum/mengangguk ke klien)

18
O :Open and non-judgement facial expressions (ekspresi muka
menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai)
L : Lean towards client (tubuh condong ke klien)
E : Eye contact in a culturally-acceptable manner (kontak mata atau
tatap ata sesuai cara dan budaya setempat)
R : Relaxed and friendly manner (santai dan sikap bersahabat)
Intonasi dan volume suara dapat mencerminkan sikap hangat/tidaknya
seseorang.Suara yang keras, menggebu-gebu, kurang menunjukkan kehangatan
dibandingkan dengan volume dan intonasi suara yang lembut, tidak terlalu keras.
9. Kode etik
Bimo Walgito (1980) mengemukakan beberapa butir rumusan kode etik
bimbingan dan konseling sebagai berikut :
a. Membimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang
bimbingan dan penyuluhan harus memegang teguh prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling.
b. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat
mencapai hasil yang sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada
keahliannya atau wewenangnya.
c. Oleh karena pekerjaan pembimbing langsung dengan kehidupan
pribadi orang seperti telah dikemukakan di atas maka seorang
pembimbing harus:
1) Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-
baiknya
2) Menunjukkan sikap hormat kepada klien.
3) Menunjukkan penghargaan yang sama kepada bermacam-macam
klien.
4) Pembimbing tidak diperkenankan :
a) Menggunakan tenaga-tenaga pembantu yang tidak ahli atau
tidak terlatih.
b) Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggung
jawabkan.

19
c) Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin menimbulkan
hal-hal yangtidak baik bagi klien.
d) Mengalihkan klien kepada konselor lain, tanpa persetujuan
klien tersebut.
e) Meminta bantuan ahli dalam bidang lain di luar kemampuan
atau di luar keahliannya ataupun di luar keahlian stafnya
yang diperlukan dalam melaksanakan bimbiingan dan
konseling.
f) Pembimbing harus selalu menyadari akan tanggung
jawabnya yang berat yang memerlukan pengabdian penuh.
Di samping rumusan tersebut, terdapat rumusan kode etik bimbingan dan
konseling yang dirumuskan oleh Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia, yang
dikutip oleh Syahril dan Riska Ahmad (1986) yaitu :
a. Pembimbing/konselor menghormati harkat pribadi, integritas dan
keyakinan klien.
b. Pembimbing/konselor menempatkan kepentingan klien di atas
kepentingan pribadi       pembimbing/konselor sendiri.
c. Pembimbng/konselor tidak membedakan klien atas dasar suku
bangsa, warna kulit, kepercayaan atau status sosial ekonominya.
d. Pembimbing/konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata
berusaha untuk mengerti kekurangan-kekurangannya dan prasangka-
prasangka yang ada pada dirinya yang dapat mengakibatkan
rendahnya mutu layanan yang akan diberikan serta merugikan klien.
e. Pembimbing/konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat
rendah hati, sederhana, sabar, tertib, dan percaya pada paham hidup
sehat.
f. Pembimbing/konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang
diberikan padanya, dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan
tingkah laku profesional sebagaimana dikemukakan dalam kode etik
bimbingan dan konseling.
g. Pembimbng/konselor memiliki sifat tanggung jawab baik terhadap
lembaga dan orang-orang yang dilayani, maupun terhadap profesinya.

20
h. Pembimbng/konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi
mungkin.
i. Pembimbing/konselor menguasai pengetahuan dasar yang memadai
tentang hakikat dan tingkah laku orang, serta tentang teknik dan
prosedur layanan bimbingan guna dapat memberikan layanan dengan
sebaik-baiknya.
j. Seluruh catatan tentang klien merupakan informasi yang bersifat
rahasia, dan pembimbing menjaga kerahasiaan ini.
k. Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang
menggunakan dan menafsirkan hasilnya.
l. Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan
keperluan lain yang    membutuhkan data tentang sifat dan diri
kepribadian seperti taraf inteligensi, minat, bakat, dan kecenderungan-
kecenderungan dalam diri pribadi seseorang.
m. Data hasil tes psikologis harus diintegrasikan dengan informasi
lainnya yang diperoleh dari sumber lain, serta harus diperlakukan
setaraf dengan informasi lainnya itu.
n. Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai
alasan digunakannya tes psikologi dan apa hubungannya dengan
masalah yang dihadapi klien.
o. Hasil tes psikologi harus diberitahukan kepada klien dengan disertai
alasan-alasan tentang kegiatan-kegiatannya dan hasil tersebut dapat
diberitahukan pada pihak lain, sejauh pihak yang diberitahukan itu
ada hubungannya dengan usaha bantuan pada klien dan tidak
merugikan klien sendiri.
10. Perbedaan Antara Konseling,Motivasi Dan Nasihat
a. Konseling
Konseling adalah terapi yang bertujuan untuk memberikan
penyusunan kembali kepribadian seseorang, termasuk usaha penyembuhan
gangguan emosi, gangguan penyesuaian diri di lingkungan,pencapaian terhadap
aktualisasi diri, reduksi rasa cemas dan penghapusan perilaku mal adaptif
menuju pembelajaran perilaku adaptif. Dalam kegiatan konseling klien

21
diberikan kesempatan mengeksplorasi dirinya yang merngarah pada
peningkatan kesadaran dan kemungkinan memilih. Dengan demikian fokus
utama konseling adalah proses kesadaran, masalah-masalah, berlangsung dalam
jangka waktu yang singkat dan membantu klien menyngkirkan hal-hal yang
menghambat pertumbuhan pribadi. Melalui konseling klien akan dibantu untuk
menemukan solusi, keputusan, harapan-harapan, dan perasaan agar bisa hidup
lebih efektif. Dalam konseling pengambilan keputusan merupakan tanggung
jawab klien dan konseling harus berpijak dengan kuat di dalam kerangka
pemikiran klien.
b. Motivasi
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Baku, motivasi adalah dorongan
yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu
tindakan dengan tujuan tertentu.
c. Nasihat
Memberikan nasihat kepada klien merupakan bentuk kegiatan
pemberian informasi yang sudah biasa dilakukan oleh konselor.Klien selalu
menganggap konselor atau pembimbing sebagai seorang ahli.Para konselor
pemula sering kali menganggap tugas paling pokok adalah memberi
nasihat.Memberi nasihat merupakan suatu kebiasaan lama dalam membantu
seseorang dan hal ini merupakan kejadian yang wajar terjadi di antara orang-
orang yang saling mengenal dan saling percaya.Pemberi nasehat berperan
seakan ia seorang “ahli” dan memikul tanggung jawab lebih besar terhadap
klien. Nasehat diberikan dalam kerangka pemikiran si penolong.Pemberian
nasehat lebih mengarahkan dan akibatnya mengambil sebagian dari tanggung
jawab klien
MOTIVAS
ASPEK NASIHAT KONSELING
I
Tujuan Mengharap Mengharapka Membantu klien agar dpt
klien mau n klien menentukan
mengikuti mengikuti keinginannya             
usul petugas usul petugas (mengambil keputusan)

Informasi

22
yang Penekanan Penekanan Harus memberikan informasi
diberikan pada hal  hal pada hal  hal yang lengkap dan benar. Serta 
yang baik yang baik atau objektif dan netral
buruk, sesuai
dengan
nasihat yang
Arah
diberikan
komunikasi Lebih Harus dua arah
banyak satu Lebih banyak
arah satu arah
Komunikas
i verbal dan Kurang Penerapan komunikasi verbal
non verbal menerapkan dan non verbal merupakan suatu
Menerapkan
komunikasi hal yang mutlak dilakukan.
komunikasi
verbal dan verbal dan non
non verbal verbal

11. Persiapan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja


Sebelum pertemuan konseling dilaksanakan, konselor melakukan
persiapan-persiapan sebagai berikut :
a. Menyiapkan diri baik secara mental psikologis agar konselor tidak
terpengaruh oleh emosi tau masalah pribadi yang dapat mengganggu
konsentrasi/proses konseling
b. Mengatur dan menata tempat konseling sesuai dengan persyaratan
yaitu, nyaman, tidak bising, aman, terjamin privacinya dan tenang.
c. Menyiapkan alat bantu agar mempermudah dalam memberikan
penjelasan tentang KRR, alat bantu dapat berupa Leaflet, lembar balik,
alat peraga, gambar , dan sebagainya.
12. Deskripsi Pemberian Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja
Dalam Kelompok
Konseling kelompok adalah proses bantuan yang diberikan oleh
seorang ahli kepada individu secara berkelompok yang membutuhkan baik

23
dalam penyelesaian masalah, pengembangan potensi maupun penyesuaian diri
dengan lingkungan. Konseling mencakup penggunaan teknik wawancara, tes
dan studi mengenai informasi latar belakang klien untuk sampai pada satu
perencanaan sistematis dari tujuan-tujuan pendidikan atau pengajaran kejuruan.
Prosedur konseling yang mendekati terapi, juga dapat dipakai oleh beberapa
konselor.
Kelompok menunjuk pada gabungan dua pribadi atau lebih pribadi
untuk maksud-maksud sama atau minat-minat sama, menurut Lewis Loeser,
memiliki lima cirri pokok: pertama, interaksi dinamik diantara anggota; kedua,
suatu tujuan bersama; ketiga, hubungan antara ukuran (besar) dan fungsi;
keempat, adanya kemauan (volition) dan kesetujuan (consent); dan kelima,
suatu kapasitas arah diri.
Konseling kelompok adalah bukan suatu himpunan individu-individu
yang karena satu atau lain alasan tergabung bersama, melainkan suatu satuan/
unit orang yang mempunyai tujuan yang ingin dicapai bersama, berinteraksi
dan berkomunikasi secara intensif satu sama lain pada waktu berkumpul, saling
tergantung dalam proses bekerja sama, dan mendapatkan kepuasan pribadi dari
interaksi psikologis dengan seluruh anggota yang tergabung dalam satuan itu.
Dibedakan berdasarkan tugas kelompok, dalam rangka meningkatkan
kemampuan kelompok dalam berkomunikasi, maka dibedakan ke dalam dua
tujuan yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut:
a. Tujuan yang ingin dicapai bersama dapat menyangkut sesuatu
yang tidak langsung berkaitan dengan kehidupan batin peserta/
anggota kelompok, disebut kelompok tugas
b. Tujuan yang ingin dicapai juga dapat menyangkut sesuatu yang
langsung berkaitan dengan kehidupan batin anggota dalam
kelompok, disebut kelompok perkembangan.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi dan proses reproduksi remaja. Berbagai permasalahan kesehatan
reproduksi remaja antara lain: kehamilan tidak dikehendaki, kehamilan dan
persalinan usia muda, ketergantungan napza meningkatkan resiko penyakit
menular seksual (termasuk infeksi HIV/AIDS), dan resiko terkena penyakit
menular seksual.
Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja, Pertumbuhan adalah perubahan
yang menyangkut segi kuantitatif yang ditandai dengan peningkatan dalam
ukuraan fisik dan dapat diukur sedangkan perkembangan adalah perubahan yang
menyangkut aspek kualitatif dan kuantitatif. Rangkaian perubahan dapat bersifat
progresif, teratur, berkesinambungan, serta akumulatif.
Masa remaja ialah periode waktu individual beralih dari fase anak ke fase
dewasa.Tugas-tugas perkembangan remaja terdiri dari  : Menerima keadaan dan
penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya secara efektif, Belajar berperan
sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-laki atau perempuan), Mencapai relasi
yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, baik sejenis maupun lawan
jenis, Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab,
Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orang tua dan orang dewasa
lainnya, Mempersiapkan karir dan kemandirian secara ekonomi, Menyiapkan diri
(fisik dan psikis) dalam menghadapi perkawinan dan kehidupan keluarga,
Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk hidup
bermasyarakat dan untuk masa depan (dalam bidang pendidikan atau
pekerjaan),Mencapai nilai-nilai kedewasaan. Menstruasi/haid adalah perubahan
fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dipengaruhi oleh
hormon reproduksi. Pada masnuia hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia
pubertas dan monopause. Siklus menstruasi permulaan sikluas menstruasi ditandai
dengan luruhnya lapisan fungsional stratum endometrium hingga lapisan dasar
stratum; periode ini disebut dengan menstruasi atau haid.Kelenjar hipofisis

25
melepaskan FSH, yang mengawali pertumbuhan folikel di ovarium dan pelepasan
hormon (khususnya estrogen), dari ovarium.Lapisan uterus mulai tumbuh
kemabli.Sekitar pertengahan siklus (hari ke-14), folikel ruptur karena pengaruh
LH dari kelenjar hipofisis.Sekitar periode ini, beberapa wanita dapat mengalami
berbagai tingkatan nyeri abdomen, yang dikenal dengan Mengalami berbagai
tingkatan nyeri abdomen, yang dikenal dengan mittelschm’erz dan kondisi ini
dapat menandakan berlangsungnya ovulasi dan aktivitas tuba fallopi. Sedangkan
pada laki-laki di tandai dengan mimpi basah atau emisi nokturnal (bahasa Inggris:
nocturnal orgasm) adalah pengeluaran cairan semen di saat tidur yang hanya
dialami oleh laki-laki. Mimpi basah sering dialami oleh remaja laki-laki yang
sebagai menjadi tanda bahwa ia telah memasuki masa pubertas. Hal ini bisa dipicu
mimpi yang erotis maupun tidak, tergantung dari yang mengalami mimpi itu
sendiri (khususnya bila ia seorang pria dewasa).
Pemeliharaan organ reproduksi pada remaja khusunya pada remaja
perempuan yaitu : pembersihan vagina, mengganti celana dalam dengan teratur,
selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina, memilih celana dalam,
mencukur rambut kemaluan. Sedangkan pemeliharaan organ reproduksi pada
remaja pria yaitu : Membersihkan organ kelamin secara teratur, Mencukur rambut
kemaluan, Gantilah celana dalam minimal dua kali sehari, Hindari sinar
elektromagnetik.

B. Saran
Saran yang ingin kami sampaikan kepada para pembaca bahwa hal yang
paling penting bagi remaja yaitu memelihara kesehatan organ reproduksi remaja
mengingat pentingnya kesehatan. Di samping itu kita perlu mengingat pergaulan
remaja saat ini yang tidak terbatas sehingga pengetahuan tentang alat reproduksi
remaja sangat bermanfaat untuk mencegah dan menghindari terjadi hal-hal yang
merugikan remaja, mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program yang
mengajarkan perilaku sehat kepada para remaja.Pembaca diharapkan bisa
memahami pembahasan tentang kesehatan reproduksi remaja.

26
DAFTAR PUSTAKA

Kusmiran, Eni.2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Wanita. Jakarta : Salemba


Medika
Suseno,Tutu A.dkk.2011. Kamus Kebidanan.Yogyakarta : Citra Pustaka
Holmes,Debbie.2012.Buku Ajar Ilmu Kebidanan.Jakarta : EGC
Aizid, Rizem.2012. Mengatasi Infertilitas (Kemandulan) Sejak Dini. Yogyakarta :
2012
Wulandari, Diah.2009. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Priyanto, Agus.2009. Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana
Pelayanan Kesehatan Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta : Salemba
Medika
Widyastuti, Yani.2010. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya
Lubis, Namora Lumongga.2013. Psikologi Reproduksi Wanita & Perkembangan
Reproduksinya ditinjau dari Aspek Fisik dan Psikologi.Jakarta :
Kencana Prenada Media Group
Saifuddin,Abdul Bari.2009.Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial.Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Tresnawati, Frisca. 2013. Asuhan Kebidanan Panduan Lengkap Menjadi Bidan
Profesional.Jakarta : Prestasi Pelajar Publisher

27

Anda mungkin juga menyukai