Disusun Oleh:
Mufrotul Mukaromah
P1337424220052
DANDELION
Asuhan masa nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis, baik pada ibu
maupun bayi. Diperkirakan bahwa 50% kematian ibu pada masa nifas terjadi pada 24
jam pertama. Masa nifas berpeluang untuk terjadinya kematian ibu maternal, sehingga
perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas dengan dikunjungi oleh tenaga
kesehatan minimal 3 kali sejak persalinan. Pelayanan ibu nifas meliputi pemeriksaan
kesehatan pasca persalinan untuk mengetahui apakah terjadi perdarahan pasca
persalinan, keluar cairan bau dari jalan lahir, demam tinggi, payudara bengkak
kemerahan disertai rasa sakit dan lain- lain. Oleh karena itu pengkajian merupakan
langkah sangat penting dalam mengumpulkan semua data yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara keseluruhan.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Patologis Pada Ny. N Umur 32
Tahun P3A0 6 jam Post Partum dengan HbsAg positif Di RST dr. Soedjono Magelang
dengan pendekatan manajemen kebidanan.
b. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. N Umur 32 Tahun P3A0 6 jam Post
Partum dengan HbsAg positif Di RST dr. Soedjono Magelang dengan pendekatan
manajemen kebidanan.
2. Melakukan pengkajian data objektif pada Ny. N Umur 32 Tahun P3A0 6 jam Post
Partum dengan HbsAg positif Di RST dr. Soedjono Magelang dengan pendekatan
manajemen kebidanan.
3. Menentukan assesment pada Ny. N Umur 32 Tahun P3A0 6 jam Post Partum
dengan HbsAg positif Di RST dr. Soedjono Magelang dengan pendekatan
manajemen kebidanan.
4. Menyusun planning pada Ny. N Umur 32 Tahun P3A0 6 jam Post Partum dengan
HbsAg positif Di RST dr. Soedjono Magelang dengan pendekatan manajemen
kebidanan.
1.2 Manfaat
a. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman nyata dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan HbsAg Positif
b. Bagi Civitas Akademika
Dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan bagi mahasiswa dalam
meningkatkan proses pembelajaran mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan HbsAg Positif
c. Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai masukan bagi fasilitas pelayanan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan pada ibu nifas dengan HbsAg Positif
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Masa Nifas
A. Pengertian
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil. Nifas (Peurperium) berasal dari bahasa Latin.
Peurperium berasal dari dua suku kata yakni Peur dan parous. Peur berarti bayi dan parous
berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Peurperium merupakan masa setelah
kehamilan (Nurjanah, 2013).
1. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari
perdarahan haid biasa atau bila memerlukan pergantian pembalut-pembalut 2 kali dalam
setengah jam).
2. Pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk.
3. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan.
5. Pembengkakan diwajah atau ditangan.
6. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atau jika merasa tidak enak badan.
7. Payudara yang bertambah atau berubah menjadi merah panas dan atau terasa
8. sakit.
9. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
10. Rasa sakit merah, lunak dan atau pembengkakan di kaki.
11. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau dirinya sendiri.
12. Merasa sangat letih dan nafas terengah-engah.
H. Komplikasi Masa
Nifas Perdarahan
Postpartum
Perdarahan postpartum/ hemorargi postpartum (HPP) adalah kehilangan darah
sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan. HPP dibagi menjadi dua,
antara lain sebagai berikut:
a. Kebutuhan nutrisi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum dan menyusui meningkat
25%, karena berguna untuk proses penyembuhan setelah melahirkan dan untuk produksi
ASI untuk pemenuhan kebutuhan bayi. Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga kali dari
kebutuhan biasa (pada perempuan dewasa tidak hamil kebutuhan kalori 2.000-2.500 kal,
perempuan hamil 2.500-3.000 kal, perempuan nifas dan menyusui 3.000-3.800 kal).
Ibu nifas dan menyusui memerlukan makan makanan yang beraneka ragam yang
mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah-buahan. Menu
makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu
asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau
pewarna. Disamping itu, makanan yang dikonsumsi ibu postpartum juga harus
mengandung:
1. Sumber tenaga (energi)
Sumber energi terdiri dari karbohidrat dan lemak. Sumber energi ini berguna untuk
pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, penghematan protein (jika sumber
tenaga kurang). Zat gizi sebagai sumber dari karbohidrat terdiri dari beras, sagu,
jagung, tepung terigu dan ubi. Sedangkan zat gizi sumber Lemak adalah mentega,
keju, lemak (hewani) kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa, dan margarine
(nabati).
2. Sumber pembangun (protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak atau mati.
Protein dari makanan harus diubah menjadi asam amino sebelum diserap oleh sel
mukosa usus dan dibawa ke hati melalui pembuluh darah vena. Sumber zat gizi
protein adalah ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu, keju
(hewani)
kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu dan tempe (nabati). Sumber
protein terlengkap terdapat dalam susu, telur, dan keju yang juga mengandung zat
kapur, zat besi, dan vitamin B.
3. Sumber pengatur dan pelindung (air, mineral dan vitamin)
Zat pengatur dan pelindung digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit
dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh.
a. Air
Ibu menyusui sedikitnya minum 3-4 liter setiap hari (anjurkan ibu minum setiap
kali selesai menyusui). Kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan
pertama minimal adalah 14 gelas (setara 3-4 liter) perhari, dan pada 6 bulan kedua
adalah minimal 12 gelas (setara 3 liter). Sumber zat pengatur dan pelindung bisa
diperoleh dari semua jenis sayuran dan buah-buahan segar.
b. Mineral
Jenis–jenis mineral penting dan dibutuhkan pada ibu nifas dan menyusui adalah
1. Zat kapur atau calcium berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi anak,
dengan sumber makanannya adalah susu, keju, kacang-kacangan, dan
sayuran berwarna hijau, b). Fosfor diperlukan untuk pembentukan kerangka
tubuh, sumber makananya adalah susu, keju dan daging
2. Zat besi, tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena
dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel, serta penambahan sel
darah merah sehingga daya angkut oksigen mencukupi kebutuhan. Sumber
zat besi adalah kuning telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang-kacangan dan
sayuran hijau
3. Yodium, sangat penting untuk mencegah timbulnya kelemahan mental dan
kekerdilan fisik, sumber makanannya adalah minyak ikan, ikan laut, dan
garam beryodium.
c. Vitamin
Jenis–jenis vitamin yang dibutuhkan oleh ibu nifas dan menyusui adalah
1. vitamin A
Digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang, perkembangan
saraf penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Sumber
vitamin A adalah kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna hijau, dan
kuning. Selain sumber-sumber tersebut ibu menyusui juga mendapat tambahan
kapsul vitamin A (200.000 IU).
2. Vitamin B1 (Thiamin)
Diperlukan untuk kerja syaraf dan jantung, membantu metabolisme
karbohidrat secara tepat oleh tubuh, nafsu makan yang baik, membantu proses
pencernaan makanan, meningkatkan pertahanan tubuh terhadap infeksi dan
mengurangi kelelahan. Sumber vitamin B1 adalah hati, kuning telur, susu,
kacang-kacangan, tomat, jeruk, nanas, dan kentang bakar.
3. Vitamin B2 (riboflavin)
Dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu makan, pencernaan, sistem
urat syaraf, jaringan kulit, dan mata. Sumber vitamin B2 adalah hati, kuning
telur, susu, keju, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau.
b. Kebutuhan Ambulasi
Mobilisasi dini pada ibu postpartum disebut juga early ambulation, yaitu upaya sesegera
mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing berjalan.
Klien diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum. Keuntungan
yang diperoleh dari Early ambulation adalah:
2. Defekasi
Agar buang air besar dapat dilakukan secara teratur dapat dilakukan dengan diit teratur,
pemberian cairan banyak, makanan yang cukup serat dan olah raga. Jika sampai hari ke 3
post partum ibu belum bisa buang air besar, maka perlu diberikan supositoria dan minum
air hangat
A. Identitas Pasien
1. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar mengetahui identitas,
membedakan klien, dan untuk mengenal atau memanggil nama ibu dan suami dan untuk
mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama (Sulistyawati, 2012).
2. Umur
Pengkajian usia ibu, terutama ibu nifas yang pertama kali hamil. Bila umur lebih dari 35
tahun kurang dari 16 tahun merupakan faktor penyebab komplikasi masa nifas seperti HPP,
postpartum blues, dan sebagainya (Sulistyawati, 2012).
3. Agama
Dikaji untuk mengetahui agama apa yang dianut ibu, sehingga bidan bisa melakukan asuhan
sesuai agama yang ibu anut. (Handayani, Sih Rini. Mulyati, 2017)
4. Pendidikan
Untuk mencapai hasil konseling yang maksimal, pendidikan terakhir perlu dikaji supaya
bidan lebih mudah menemukan cara yang tepat dalam melakukan KIE sesuai dengan
tingkat intelektual dan pengetahuan ibu (Handayani, Sih Rini. Mulyati, 2017)
5. Pekerjaan
Pekerjaan harus dikaji untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu memiliki potensi
membahayakan (Marmi, 2017) pekerjaan juga dapat menunjukan antara asupan nutrisi ibu.
6. Alamat
Alamat dikaji untuk mengetahui tempat tinggal ibu saat ini, alamat bisa menjadi acuan yang
membedakan pasien yang memiliki nama yang sama, alamat dibutuhkan untuk
menghubungi keluarga diwaktu tertentu (Marmi, 2016, p. 120). Menurut (Handayani, Sih
Rini. Mulyati, 2017) mengetahui alamat juga bertujuan mempermudah bidan dalam
melakukan kunjungan rumah terhadap perkembangan ibu.
B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
Alasan datang adalah hal yang melatar belakangi ibu datang ke pelayanan kesehatan,
kunjungan ulang, dan ada hal yang ibu ingin tanyakan prihal ketidaknyamanan yang
dirasakannya (Sulistyawati, 2012).
2. Keluhan Utama
Tanyakan keluhan utama yang saat ini sedang ibu rasakan, pada kasus ibu nifas dengan
anemia sedang keluhan yang rasakan yaitu lemas dan pusing
3. Riwayat Kesehatan
a. Sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita
pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinnya (Sulistyawati,
2012).
b. Dahulu
Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit menurun seperti jantung,
hipertensi, asma, diabetes, hipotiroid, penyakit ginjal, kista ovarium, dan tidak menderita
penyakit menular seperti TBC, sifilis, gonore, HIV/AIDS dan hepatitis yang dapat
mempengaruhi pada nifas (Sulistyawati, 2012).
b. Keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyetainya
(Sulistyawati, 2012).
4. Riwayat Perkawinan
Perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah, sah atau tidak, karena bila tanpa
status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses
nifas (Sulistyawati, 2012).
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid
Informasi yang perlu diketahui tentang riwayat obstetric adalah siklus haid, frekuensi
haid, lama haid berlangsung, menarche, haid teratur atau tidak, banyaknya darah, sifat
darah (cair atau gumpalan-gumalan, warnanya, baunya), serta ada nyeri haid atau tidak.
(Marmi, 2017)
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu Riwayat Kehamilan
Pengkajian meliputi kehamilan yang ke berapa, jumlah kelahiran, dan abortus atau
keguguran berapa kali. (Marmi, 2017).
c. Riwayat Persalinan dan Nifas yang Lalu
Jika ibu G>1 maka identifikasi keadaan kehamilan sebelumnya tanyakan adakah penyulit
atau komplikasi saat hamil yang lalu, identifikasi persalinan sebelumnya mengalami
komplikasi atau tidak, cara persalinan normal atau buatam, lahir cukup bulan atau
premature, siapa penolongnya, saat nifas apakah ibu mengalami penyulit, Bagaimana
kondisi anak saat ini berat badan lahir berapa, jika memiliki anak yang sudah meninggal
maka tanyakan di umur berapa anak meninggal, apa penyebabnya (Marmi, 2017).
d. Riwayat Persalinan Sekarang
Menurut marmi 2017 riwayat persalinan dikaji untuk mengetahui jenis persalinan, adanya
komplikasi pada saat persalinan, adanya komplikasi pada saat nifas, plasenta lahir spontan
atau tidak, proses persalinan serta dikaji tanggal lahir, jenis kelamin, BB, PB, LK,
LD, LILA,
APGAR SCORE dan kelainan bawaan
e. Riwayat KB
Hal-hal yang perlu dikaji adalah jenis kontrasepsi apa saja yang pernah ibu pakai, durasi
pemakaian setiap alat kontrasepsi (Marmi, 2017) . Menurut (Handayani, Sih Rini.
Mulyati, 2017) pengkajian alat kontrasepsi juga bertujuan merencanakan metode
kontrasepsi apa yang akan digunakan setelah masa nifas ini.
b. Pola Eliminasi
Berkemih harus terjadi dalam 4-8 jam pertama dan minimal sebanyak 200cc. Merangsang
berkemih dapat dilakukan dengan cara rendam duduk (sitz bath) untuk mengurangi edema
dan relaksasi sfingter, lalu kompres hangat/dingin Dan dalam 3 hari ibu harus bisa BAB
(Sulistyawati,2015)
c. Istirahat
Selama masa nifas ibu harus beristirahat cukup untuk mengurangi kelelahan yang
berlebihan, karena kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal seperti
mengurangi jumlah ASI diproduksi, memperlambat proses involusi uterus,
memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi tidak ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri (Sulistyawati,2015)
d. Mobilisasi
Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi.
Apakah ibu melakukan ambulasi,seberapa sering ,apakah kesulitan, dengan bantuan atau
sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi. (Sulistyawati,2015)
e. Personal Hygiene
Sulistyawati (2015; h. 102) menyebutkan bahwa pada ibu nifas sebaiknya dianjurkan
menjaga kebersihan seluruh tubuh. Mengajarkan pada ibu bagaimana cara membersihkan
kemaluan, mengganti pembalut setiap kali darah penuh atau minimal 2 kali sehari,
mencuci tangan setiap kali selesai memembersihkan kemaluannya
f. Pola menyusui
Bayi baru lahir minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam. Untuk
memberikan ASI pada bayi yang tidur adalah membangunkannya selama siklus tidurnya
(Sulistyawati, 2015).
Mengkaji adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, meliputi pegalaman tentang melahirkan,
adakah masalah perkawinan dan ketidakmampuan merawat bayi baru lahir, pola koping,
hubungan dengan suami, bayi, anggota keluarga lain, dukungan sosial, dan pola komunikasi
termasuk potensi keluarga untuk memberikan perawatan kepada bayi dan ibu. Selain itu
dikaji pula budaya yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan budaya
perawatan bayi dan ibu postpartum (Astuti, 2015).
C. Data Obyektif
1. Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil
pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria: baik, jika pasien memperlihatkan respon
yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan; lemah, jika kurang atau tidak memberikan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi berjalan sendiri.
(Suprapti & herawati 2018)
2. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan dapat melakukan pengkajian
derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai koma
(pasien tidak dalam keadaan sadar). Composmentis, letargis, somnolen, apatis, coma.
(Suprapti & herawati 2018)
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah
Marmi (2015; h. 104) menyatakan bahwa tekanan darah normal adalah sistolik antara 90-
120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan normal, tekanan darah biasanya
tidak berubah
b. Nadi
Denyut nadi diatas 100x/menit pada ibu nifas adalah mengidentifikasikan adanya suatu
d. Pernapasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16- 24 kali per menit. Pada ibu post
partum pernafasan lambat atau normal dikarenakan ibu dalam proses pemulihan atau dalam
kondisi istirahat. (Marmi, 2015; h. 104)
e. Suhu
Menurut Rukiyah (2013;h.68) Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2˚C. Sesudah
melahirkan suhu dapat naik kurang lebih 0,5˚C dari keadaan normal. Bila suhu badan lebih
dari 38˚C waspada terhadap infeksi postpartum
4. Status present
a. Kepala
Untuk mengetahui apakah rambut rontok atau tidak, menilai warna, kelembatan dan
karakteristik rambut (Rukiah dkk, 2013)
b. Mata
Untuk mengetahui keadaan konjunngtiva pucat atau merah muda. Sklera putih atau kuning,
Pada ibu nifas dengan anemia sedang konjungtiva pucat (Rukiah dkk.2013)
c. Hidung
Untuk mengetahui keadaan hidung dari kebersihan, ada atau tidak polip (Sulistyawati,2012)
d. Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga apakah ada gangguan pendengaran atau tidak, ada
serumen atau tidak (Sulistyawati, 2012)
e. Leher
Untuk mengetahui pembengkakan pada kelenjar tiroid, pembesaran pada kelenjar limfe
dan pembesaran vena jugularis (Rukiah dkk, 2013)
f. Dada
Untuk mengetahui simetris atau tidak, ada retraksi dinding dada atau tidak (Sulistyawati,
2012)
g. Perut
Untuk mengetahui ada bejolan atau tidak, ada pembengkakan atau tidak, ada nyeri tekan
atau tidak (Sulistyawati, 2012)
h. Ekstremitas
Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, adanya varises, adanya kelainan atau tidak
(Sulistyawati, 2012)
i. Vulva
Untuk mengetahui ada atau tidaknya robekan
j. Anus
Untuk mengetahui kebersihan dan adanya haemoroid atau tidak (Sulistyawati, 2012)
5. Pemeriksaan Obstetri
a. Muka : Ada atau tidak Cloasma gravidarum
b. Payudara
Pembesaran Mammae : Untuk mengetahui pembesaran mammae Areola Mammae :
Terjadi hiperpigmentasi aerola
Putting Susu : Untuk mengetahui kebersihan dan keadan putting susu
ASI : Terdapat pengeluaran kolostrum
c. Abdomen
Fundus Uteri : ibu nifas 6 jam Postpartum TFU teraba 2 jari dibawah pusat
Kontraksi Uterus : Teraba Keras atau tidak
Kandung Kemih : Teraba kosong atau tidak
d. Genetalia
Untuk mengetahui keadaan perineum ibu adakah robekan, jenis lochea, dan untuk
mengetahui jumlah pengeluaran pervaginam
6. Pemeriksaan Penunjang
Pada ibu nifas patologis dengan HbsAg positif dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
pemeriksaan HbsAg
D. ANALISA
1. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus anak hidup, umur ibu, keadaan
masa nifas (Suprapti & herawati 2018) Ny... umur ... tahun P ...A ...dalam masa nifas hari ke…
dengan… Ny. X umur 20-35 tahun P ≤ 4 A0 post partum dengan HbsAg positif.
2. Masalah
Masalah adalah segala hal yang setelah diidentifikasi ternyata memerlukan
penanganan(Suprapti & herawati 2018).
3. Diagnosis potensial
Diagnosis potensial adalah hal yang mungkin muncul setelah mengkaji diagnosis dan masalah.
Pada ibu nifas dengan HBsAg positif dapat menular ke bayinya.
E. PENATALAKSANAAN
1. Mengobservasi tanda-tanda vital ibu
3. Menjelaskan kepada ibu kebutuhan nutrisi dan cairan dengan memberikan diet rendah
lemak, tinggi kalori, tinggi karbohidrat dan protein.
4. Menjelaskan kepada ibu bahwa bayi dengan ibu hepatitis maka akan mendapatkan
imunisasi hepatitis setelah lahir dengan immunoglobis hepatitis B dan vaksin hepatitis B
dosis rendah dan diulang umur 1 tahun dan 6 bulan setelahnya.
5. Memotivasi ibu untuk tidak menyusui bayinya sebelum mendapatkan HBIG dan vaksin
hepatitis B. setelah mendapatkan HBIG dan vaksin Hepatitis B maka ibu boleh
menyusuinya
6. Menjelaskan kepada ibu cara menyusui yang benar
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologis pada Ny.N Umur 32 tahun P3A0 6 Jam
Postpartum dengan HbsAg Positif di RST Dr. Soedjono, penulis tidak menemukan kesenjangan antara
konsep teori dengan kenyataan di lapangan. Adapun hal ini dapat penulis jabarkan sesuai dengan bentuk
pendokumentasian SOAP yang digunakan sebagai berikut:
A. Data Subjektif
Penulis tidak menemukan kesulitan karena sikap kooperatif Ny.N yang dilakukan secara lisan
dengan penulis. Pada kasus ini penulis menemukan adanya permasalahan pada Ny. N.
B. Data Objektif
Dalam menegakan diagnosis pada Ny.N tidak terdapat kesenjangan antara teori dan temuan di
lapangan. Didapatkan data yang mendukung penegakan diagnosa.
C. Analisa
Berdasarkan data subjektif yang dikaji langsung oleh penulis pada tanggal 09 Oktober 2022,
Ny.N Umur 32 tahun P3A0 6 Jam Postpartum dengan HbsAg Positif, Ny N mengatakan
ASInya masih keluar sedikit. Ini merupakan persalinan ke tiganya, anak 1 lahir pada tahun
2009 dengan spontan, anak ke 2 lahir pada tahun 2020 dengan persalinan spontan terdapat
masalah pada kehamilannya yaituHbsAg positif. Pola nutrisi pada Ny N belum memakan nasi,
Ny.N makan makanan ringan seperti Roti. Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny N seperti
tekanan darah, nadi, lila, pernafasan, status present hasilnya baik dan normal. Dilakukan juga
pemeriksaan penunjang pada Ny N yaitu hasil HbsAg positif.
D. Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan oleh penulis kepada Ny. N yaitu mengobservasi tanda tanda vital,
menjelaskan kepada ibu mengenai kebutuhan nutrisi dan cairan. Memberikan diet tinggi kalori,
tinggi protein dan karbohidrat sserta rendah lemak. Menjelaskan kepada ibu bahwa bayi dengan
hepatitis maka akan mendapatkan imunisasi hepatitis setelah lahir dengan immunoglobis
hepatitis B dan vaksin hepatitis dosis rendah dan diulang umur 1 dan 6 bulan setelahnya.
Memotivasi untuk tidak menyusui bayinya sebelum mendapatkan HBIG dan vaksin hepatitis B.
Memberitahu ibu cara menyusui yang baik dan benar
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil patologis pada Ny.N Umur
32 tahun P3A0 6 Jam Postpartum dengan HbsAg Positif di RST Dr. Soedjono Magelang,
penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil pengkajian data subyektif dan obyektif Ny. N
usia 32 tahun P3A0 6 Jam Postpartum pada tanggal 09 Oktober 2022 sudah sesuai
dengan teori yang ada dan hasil pengkajian data subyektif dan obyektif ditemukan
adanya masalah, yaitu ibu dengan HbsAg positif. Sehingga Nifas Ny. N dikatakan
patologis. Analisa data yang telah dilakukan berdasarkan teori- teori yang ada sehingga
diagnosa yang ditegakkan adalah Ny.N Umur 32 tahun P3A0 6 Jam Postpartum dengan
HbsAg Positif
B. Saran
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil patologis pada Ny. A, saran yang
ingin disampaikan penulis yaitu:
1. Bagi ibu Nifas
Diharapkan ibu nifas dapat memahami dan melakukan nasehat dan anjuran yang
telah disampaikan bidan sehingga ibu dapat menjalani masa nifas dengan baik dan
dapat mencukupi kebutuhannya selama masa nifas, diantaranya kebutuhan nutrisi
dan cairan. Selain itu ibu diharapkan segera datang ke bidan bila terjadi keluhan/
masalah.
2. Bagi instansi pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat memberikan bahan masukan agar meningkatkan pelayanan
kebidanan khususnya asuhan pada ibu nifas untuk mengurangi AKI.
3. Bagi institusi pendidikan
Dihadapkan agar institusi pendidikan lebih meningkatkan atau menambah referensi,
sehingga dapat membantu penulis atau mahasiswa dalam penyelesaian laporan
dengan kasus ibu nifas dengan HbsAg positif.
4. Bagi penulis
Diharapkan dengan adanya laporan ilmiah ini dapat meningkatkan kualitas dan
pengetahuan penulis, khususnya keterampilan dalam melakukan asuhan pada ibu
nifas dengan HbsAg positif
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, S., Judiastini, T.D., Rahmiati, L., & Susanti, A.I. (2015). Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. Jakarta: Erlangga.
Kemenkes RI. (2018). Inilah Capaian Kinerja Kemenkes RI Tahun 2015-2017. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=17081700004.
Marmi (2014). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas ”Puerperium Care”. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Maryunani, A. (2015). Asuhan Ibu Nifas dan Asuhan Ibu Menyusui. Bogor: In Media.
Sulistyawati, A. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: CV Andi Offset