Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF


DI PUSKESMAS GRABAG 1 KABUPATEN MAGELANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik


Stase Asuhan Kebidanan Komunitas

Oleh :
Yuli Endah Triana P
P1337424821579

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komunitas Di


Puskesmas Grabag Kabupaten Magelang”.Telah disahkan dan disetuji untuk
memenuhi laporan Praktik Kebidanan Komunitas Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang.

Magelang, September 2022

Pembimbing Klinik Praktikan

Enik Risnifah S.ST Yuli Endah Triana P


NIP. 196912112003122003 NIM. P1337424821579

Mengetahui,
PembimbingAkademik

Nuril Nikmawati,S.Kp,Ns.M.Kes
NIP. 197004291994032001
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini. Penulisan
Laporan Pendahuluan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas stage Komunitas.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kelancaran penulisan ini, bukan hanya
karena kemampuan penulis, tetapi banyak ditentukan oleh bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis meyampaikan terimakasih
kepada:
1. Dr.Marsum,BE.,S.Pd,MHP sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang

2. Sri Rahayu, S.Kp, Ns, S.Tr.Keb, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Semarang

3. Nuril Nikmawati, S.Kp,Ns,M.Kes. selaku dosen pembimbung institusi

4. Dr. Agung Subroto selaku Kepala Puskesmas Grabag I

5. Enik Risnifah S.ST selaku pembimbing lahan puskesmas Grabag 1

6. Ibu , suami, anak-anak dan teman-teman tercinta , yang telah memberikan


dukungan moral dan material,

Dalam penyusunan Laporan Tugas ini penulis menyadari masih banyak kekurangan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi sempurnanya Laporan ini dimasa yang akan datang. Semoga Allah SWT
memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah diberikan dan semoga
Laporan ini dapat berguna bagi semua pihak yang memanfaatkannya.

Magelang, September 2022


Penulis

Yuli Endah Triana P


Poltekkes Kemenkes Semarang
Program Studi Profesi Kebidanan Semarang
2022
ABSTRAK

Yuli EndahTriana P
Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. I Umur 23 Tahun di Puskesmas
Grabag Kabupaten Magelang

AKI di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut SDKI tahun 2015 sebesar
305 per 100.000 kelahiran hidup bila dibandingkan dengan target MDG’s yaitu 102
per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tahun 2015 yaitu 24/1.000 kelahiran
hidup, angka ini pun hampir mencapai target MDG’s 2015 yaitu 23 per 1000
kelahiran hidup. Kesehatan ibu dan bayi dapat ditingkatkan melalui asuhan kebidanan
yang komperehensif dan berkualitas.
Penulisan Laporan ini dalam bentuk studi kasus dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney dan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.
Hasil penelitian ini diperoleh diagnosa G1P0A0 usia kehamilan 39 +3 minggu
dengan keluhan pegal pada punggung, dengan persalinan fisiologis yang diikuti masa
nifas fisiologis dan bayi baru lahir fisiologis.
Pada kehamilan terdapat kesenjangan, pada persalinan terdapat kesenjangan.
Sedangkan pada masa nifas dan bayi baru lahir tidak terjadi kesenjangan.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu pada penerapan asuhan kebidanan
terdapat kesenjangan antara teori dan praktik asuhan kebidanan yang ada di lahan.

Kata kunci : Asuhan komprehensif, kehamilan, persalinan, nifas, BBL, KB


Pustaka : 37 pustaka (2012 s/d 2017)
Health Polytechnic of the Ministry of Health of Semarang
Semarang Midwifery Professional Study Program
2022

ABSTRACT

Yuli Endah Triana P

Comprehensive Midwifery Care in Ny. I 23 years old at Puskesmas Grabag

Kabupaten Magelang

The maternal mortality rate in Indonesia is still quite high. According to the
IDHS in 2015 it was 305 per 100,000 live births compared to MDG's target of 102
per 100,000 live births. While the 2015 infant mortality rate was 24 / 1,000 live
births, this figure almost reached the 2015 MDG target of 23 per 1000 live births.
Maternal and infant health can be improved through comprehensive and quality
midwifery care.

Writing this Report in the form of a case study using Varney's 7-step
midwifery management approach and documented in the form of SOAP.

The results of this study obtained a diagnosis of G1P0A0 39 weeks gestational


age with frequent complaints of BAK and back pain, with physiological labor
followed by physiological puerperal and physiological newborns.

In pregnancy there are gaps, in labor there are gaps. Whereas in the
postpartum period and newborns there is no gap.

The conclusion from the results of this study is that on the application of
midwifery care there is a gap between the theory and practice of midwifery care that
is on the practice.

Keywords: Comprehensive care, pregnancy, childbirth, childbirth, BBL, KB


Library: 37 literature (2012 to 2017)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Continuity of care dalam pelayanan kebidanan merupakan layanan melalui

model pelayanan berkelanjutan pada wanita sepanjang masa kehamilan, kelahiran

serta masa postpartum. Selama proses kehamilan sampai postpartum wanita

memiliki resiko mengalami komplikasi. Kurangnya kualitas interaksi antara bidan

dengan wanita atau ibu hamil dapat menimbulkan permasalahan. Sehingga perlu

untuk membangun suatu hubungan interaksi antara bidan dengan ibu hamil

(Ningsih, 2017).

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan adalah

bersatunya spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi

(Sarwono, 2012). Pada umumnya, proses kehamilan yang dilalui dengan tanpa

komplikasi akan menghasilkan kelahiran bayi yang sehat dan cukup bulan melalui

jalan lahir, oleh karena itu untuk mencapai kehamilan yang berkualitas harus

didukung dengan adanya pelayanan antenatal care yang berkualitas sesuai

kebutuhan klien. Indikator pengukur keberhasilan dari asuhan yang

berkesinambungan dan berkualitas dapat dilihat dari kunjungan ibu hamil K1 dan

K4 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kemenkes, cakupan K4 di Indonesia

pada tahun 2016 mengalami penurunan cakupan K4 sebesar 85,35%. Penurunan

tersebut karena beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu adanya budaya

masyarakat pada saat menjelang persalinan pulang ke kampung halaman,

penetapan sasaran ibu hamil yang terlalu tinggi di beberapa kabupaten atau kota,

dan pencatatan dan pelaporan yang kurang optimal. Upaya pemerintah dalam

menangani penyebab penurunan ini adalah meningkatkan kualitas pelayanan

dengan pemenuhan semua komponen pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan


saat kunjungan, menyediakan puskesmas dengan aksesbilitas yang baik

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

Upaya yang dilakukan oleh kabupaten/ kota Provinsi Jawa Tengah dalam

menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) adalah

dengan meningkatkan cakupan-cakupan pelayanan kesehatan. Cakupan kesehatan

untuk menurunkan AKI dan AKB seperti cakupan kunjungan pertama ibu hamil

(K1) pada tahun 2015 sebesar 98,58%, dan untuk cakupan K4 sebesar 93,05%

cakupan tersebut masih belum mencapai target SPM yaitu 95%. Cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di kabupaten/ kota Provinsi Jawa

Tengah sebesar 98,09% dan telah melampaui target SPM yang telah ditetapkan

yaitu 90%. Cakupan pelayanan nifas pada tahun 2015 sebesar 95,69% dan telah

melampaui target SPM yaitu 90%. Cakupan kunjungan neonatus pertama (KN1)

sebesar 98,5% dan untuk kunjungan neonatus lengkap (KN3) sebesar 96,8% dan

telah melampaui target SPM yang telah ditetapkan yaitu sebesar 90% (Dinas

Kesehatan Jawa Tengah, 2017).

Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memiliki posisi strategis untuk

berperan dalam upaya percepatan turunnya AKI dan AKB (IBI, 2015). Bidan juga

memegang peranan penting dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu

dan keluarga sebelum konsepsi, saat antenatal, pascanatal, dan termasuk keluarga

berencana” (Myles, 2014).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan yang bersifat menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan bayi dalam

lingkup kebidanan adalah melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif

(continuity of care) (Kemenkes, 2014). Asuhan yang diberikan bidan merupakan

asuhan kebidanan yang berfokus pada perempuan (woman centered) yang

dilaksanakan secara berkelanjutan (continuity of care). Hal ini berarti asuhan


secara terus menerus antara seorang wanita dan bidan secara berkelanjutan dimulai

sejak masa kehamilan hingga keluarga berencana serta bayi baru lahir (IBI, 2016).

Asuhan kebidanan yang dilakukan secara continuity of care tidak hanya

merawat keadaan fisik ibu, namun juga keadaan sosial dan mental ibu sehingga

bisa meningkatkan rasa kepercayaan dan kepuasan dari pihak ibu maupun bidan.

Selain itu, tujuan dilakukannya continuity of care adalah untuk mengatasi tiga

keterlambatan dalam kebidanan yaitu terlambat mendiagnosa, terlambat merujuk,

dan terlambat mendapatkan penanganan. Hal ini dikarenakan bidan selalu

memantau keadaan ibu dari mulai hamil hingga keluarga berencana serta bayi baru

lahir, sehingga bisa disimpulkan bahwa model asuhan kebidanan dengan

continuity of care bisa menurunkan AKI dan AKB (Sandall, 2013; Santi dalam

Agung, 2015).

Continuity of care atau perawatan secara berkelanjutan merupakan paradigma

yang digunakan untuk mengatasi permasalahan kesehatan maternal, bayi baru lahir

dan balita secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam hal ini

kesinambungan perawatan kesehatan maternal akan meningkatkan derajat

kesehatan ibu serta kualitas perawatan anak. Sesuai dengan konsep continuity of

care, terdapat keterkaitan antara perawatan sejak masa kehamilan hingga masa

balita. Perawatan seorang anak dimulai sejak janin di dalam kandungan, yaitu

sejak seorang ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan/ antenatal care (ANC),

kemudian persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, dilanjutkan

dengan perawatan kesehatan ibu nifas/ KF (Kontak ibu Nifas) sebanyak 3 kali,

dan dilanjutkan dengan perawatan bayi baru lahir serta perawatan kesehatan

neonatus sebanyak 3 kali (KN), kemudian dilanjutkan dengan perawatan kesehatan

serta tumbuh kembang anak balita (Putri, 2016).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan studi

kasus tentang “Asuhan Kebidanan secara Komprehensif pada Ny. I Umur 23


Tahun di Puskesmas Dukun ”. Asuhan kebidanan komprehensif yang akan

dilakukan diharapkan ibu dapat selalu terpantau keadaannya sehingga dapat

dilakukan pencegahan dan penanganan bila ada keluhan atau masalah. Sehingga

dengan asuhan yang komprehensif ini diharapkan ibu melewati masa kehamilan

sampai masa nifas nanti tanpa komplikasi maupun resiko. Serta dapat

mempertahankan capaian cakupan yang sudah tercapai. Dapat menerapkan upaya

yang sudah dilakukan sesuai dengan kasus apabila ditemukan masalah. Hal ini

melatarbelakangi penulis untuk melakukan asuhan komprehensif yaitu

mendampingi ibu hamil dari mulai trimester III sampai nifas agar selama proses

kehamilan sampai nifas nanti keadaan ibu dapat terpantau dengan baik dan

mendeteksi secara dini apabila ditemukan suatu permasalahan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan kebidanan fisiologis secara komprehensif pada Ny. I

di Puskesmas Dukun.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan asuhan kebidanan kehamilan fisiologis pada Ny. I di

Puskesmas Dukun.

b. Memberikan asuhan kebidanan persalinan fisiologis pada Ny. I di

Puskesmas Dukun

c. Memberikan asuhan kebidanan nifas fisiologis pada Ny. I di Puskesmas

Dukun

d. Memberikan asuhan kebidanan neonatus fisiologis pada Bayi Ny. I di

Puskesmas Dukun
C. Manfaat

1. Bagi Klien dan Keluarga

Dapat memberikan pengetahuan dan pelayanan asuhan kebidanan secara

komprehensif dari ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, dan

pelayanan KB yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

2. Bagi Lahan Praktik

Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan

melalui pendekatan manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin,

nifas, bayi baru lahir, dan pelayanan KB.

3. Bagi Institusi Akademik

Sebagai bahan kajian terhadap materi asuhan pelayanan kebidanan serta

referensi bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan asuhan kebidana

secara komprehensif pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, dan

pelayanan KB.

4. Bagi Penulis

Dapat mempraktikkan teori yang didapat secara langsung di lapangan serta

memperdalam ilmu dan pengalaman dalam memberikan asuhan kebidanan pada

ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, dan pelayanan KB.

D. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Sasaran asuhan kebidanan secara komprehensif ini pada Ny. I mulai usia

kehamilan 39+3 minggu yang tidak mengalami komplikasi atau tanpa penyulit

dalam kehamilan, diikuti asuhan ibu bersalin, asuhan ibu nifas, KB pasca

persalinan, dan asuhan bayi baru lahir.

2. Tempat

Tempat yang akan digunakan untuk melakukan asuhan kebidanan secara

komprehensif yaitu pada Ny. I di Puskesmas Dukun


3. Waktu

Waktu yang akan digunakan untuk melakukan asuhan kebidanan secara

komprehensif yaitu selama ±4 minggu (pertengahan Agustus sampai

pertengahan September 2022).

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Laporan Asuhan Kebidanan Fisiologis Continuity Of

Care ini terdiri dari 5 bab, yaitu Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang,

tujuan umum dan khusus, ruang lingkup, manfaat serta sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka berisi tentang landasan teori medis dan teori

asuhan kebidanan. Teori medis meliputi batasan atau definisi, fisiologis atau

patofisiologis, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan

medis pada asuhan kebidanan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan

pelayanan KB. Teori asuhan kebidanan berisi tentang manajemen kebidanan

dengan menggunakan kerangka pikir Varney dengan pendekatan manajemen

kebidanan terdiri dari lima langkah yaitu pengumpulan data, interprestasi data,

rencana asuhan yang menyeluruh, pelaksanaan langsung asuhan dan

mengevaluasinya, serta data perkembangan menggunakan SOAP.

Bab III Metode Penelitian memuat tentang rancangan penelitian, subyek

penelitian, metode pengumpulan data dan analisa data serta masalah etika.

Bab IV Tinjauan Kasus dan Pembahasan berisi tentang hasil studi kasus

yang telah dilakukan, serta pembahasan kasus.

Bab V Penutup berisi tentang kesimpulan studi kasus yang dilakukan serta

saran.

Daftar Pustaka

Lampiran
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis

1. Kehamilan Timester III

a. Pengertian

Menurut federasi obstetri ginekokologi internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, bila dihitung saat

fertilisasi hingga lahir bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

wakti 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender

internasional, kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester I

berlangsung dalam 12 minggu, trimerter II berlangsung 12 minggu, dan

trimester III dalam 13 minggu.

Kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu).

Kehamilan wanita dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu triwulan pertama:

0-12 minggu, triwulan kedua: 13-28 minggu, triwulan ketiga: 29-40

minggu. Jadi kehamilan trimester III adalah trimester akhir kehamilan

pada periode ini pertumbuhan janin dalam rentang waktu 29-40 minggu

dan janin berada pada tahap penyempurnaan (Manuaba, 2013).

b. Perkembangan Janin Kehamilan Trimester III

Perkembangan bayi dalam trimester III akan semakin pesat, berat badan

maupun panjang tubuhnya juga akan bertambah dengan cepat. Berikut

penjelasan singkat perkembangan janin trimester ketiga dari minggu ke

minggu ( Emilia Ova, 2013).


1) Perkembangan janin 29 minggu

Dengan berat sekitar 1,2 kg dan panjang 37 cm, bayi 7 bulan dalam

kandungan akan makin memenuhi keseluruhan ruang di perut ibu.

Ukuran kepala mulai proporsional dengan tubuhnya. Dahi dan alis

matanya sudah bertumbuh sempurna. Bulu halus di badannya juga

terus tumbuh.

2) Perkembangan janin 30 minggu

Dengan panjang sekitar 38 cm dan berat sekitar 1,4 kg, bayi 7 bulan

dalam kandungan sudah bisa membuka dan menutup matanya.

Sekali terlelap janin bisa tidur sekitar 20 sampai 30 menit. Janin juga

lebih atletis sekarang dan beberapa tendangannya mungkin membuat

anda berhenti bernafas. Tulangnya masih lentur tapi akan semakin

kuat setiap harinya. Janin sudah pintar menyamankan dirinya dalam

kandungan ibu di usia ini. Sejalan dengan perkembangan janin 30

minggu, ibu mungkin mulai merasa tidak nyaman di area panggul

dan perut.

3) Perkembangan janin 31 minggu

Hampir semua organ tubuh janin sudah berkembang sempurna saat

ini, kecuali sebagian kecil paru-parunya. Latihan bernafas sudah

dilakukan sejak di dalam rahim untuk mempersiapkan bayi

menghadapi dunia luar. Ibu mungkin merasakan sentakan kecil jika

janin cegugukan selama proses berlatih bernafas ini. Syaraf otaknya

juga terus berkembang dengan pesat dan janin sudah bisa

memproses informasi dengan cepat sekarang. Seiring dengan

perkembangan janin usia 7 bulan, beratnya sekarang mencapai 1,6

kg dengan panjang 40 cm.


4) Perkembangan janin 32 minggu

Pertumbuhan janin trimester ketiga di minggu ke-32, berat bayi

antara 1,8 kg dengan panjang tubuh 42 cm. Lapisan rambut (lanugo)

pelindung janin mulai menghilang dan paru-parunya sudah hampir

berkembang sempurna. Pupil matanya sudah berfungsi dan akan

mengenyit dan melebar pada saat terekspos dengan cahaya maupun

kegelapan. Selain itu, perkembangan janin 32 minggu juga

mencakup berat badan yang bertambah semakin cepat karena ia terus

menambah lemak di tubuhnya untuk mempersiapkan diri

menghadapi persalinan dan dunia luar. Bayi yang lahir pada tahap

kehamilan ini akan bisa bertahan hidup namun kemungkinan besar

harus dirawat dalam inkubator.

5) Perkembangan janin 33 minggu

Pada perkembangan janin 33 minggu, jari jemari janin mulai

terbentuk dengan sempurna. Ukuran janin sekarang mencapai 43 cm

dengan berat 2 kg.

6) Perkembangan janin 34 minggu

Bobot janin 8 bulan dalam kandungan semakin bertambah mencapai

2,2 kg dengan panjang sekitar 44 cm. Dahi dan bulu matanya sudah

berkembang sempurna dan matanya sudah pintar berkedip-kedip.

Jika janin anda laki-laki, testiskalnya mulai terbentuk dengan

sempurna di minggu ke-34 ini.

7) Perkembangan janin 35 minggu

Bayi terus bertumbuh dan menempati hampir seluruh ruang di rahim

ibu. Gerakannya semakin berkurang karena ruang gerak yang

terbatas. Perkembangan berat badan janin 35 minggu mencapai


sekitar 2.4 kg dan panjangnya 45 cm. Pada periode ini fungsi paru-

paru bayi sudah matang.

8) Perkembangan janin 36 minggu

Pada kehamilan ke-36 minggu, berat badan bayi 8 bulan dalam

kandungan mencapai sekitar 2,5 kilogram dengan panjang sekitar 46

cm, dan ia mulai belajar mengisap dan menelan untuk

mempersiapkan diri menyusui setelah lahir. Ibu mungkin mulai

merasakan kontraksi palsu sekarang. Jika persalinan tepat waktu,

janin mungkin akan berputar ke posisi persalinan “kepala di bawah”

pada minggu ke-36 perkembangan janin ini. Jika ibu melahirkan

dalam beberapa minggu ke depan, maka usia kehamilan ibu

termasuk kategori rata-rata. Sejalan dengan pertambahan usia

kandungan anda dari minggu ke minggu, berat badan janin akan

terus bertambah dalam rahim dan tubuhnya juga semakin kuat.

Ruang geraknya dalam rahim juga semakin terbatas sejalan dengan

perkembangan janin usia 8 bulan, di mana ukuran tubuhnya makin

bertambah, sehingga aktivitas dan tendangannya juga akan semakin

berkurang.

9) Perkembangan janin 37 minggu

Bulu pada badan janin 9 bulan dalam kandungan mulai berkurang.

Janin mulai mengeluarkan hormon yang dinamakan cortisone yang

membantu mematangkan organ pernafasan. Panjang janin mencapai

47 cm dan berat 3 kg. Pada periode ini janin sudah siap lahir karena

organ tubuhnya sudah matang dan bisa bekerja sendiri.

10) Perkembangan janin 38 minggu

Pada minggu ke-38, jika ibu belum melahirkan berat badan janin

akan mencapai sekitar 3,1 kg dengan panjang 48 cm. Rambutnya


semakin panjang mencapai 5 cm. Begitu juga kukunya. Kulitnya

juga sudah mulai berwarna sedikit merah jambu. Otak dan sistem

syaraf akan terus berkembang, janin sudah menyimpan lemak yang

cukup di tubuhnya, suhu tubuhnya akan bisa bertahan stabil pada

saat ia lahir. Dan antibodi yang ia terima melalui plasenta akan

membantunya melewati beberapa bulan awal kehidupannya dalam

kondisi kesehatan yang baik.

11) Perkembangan janin 39 minggu

Pertumbuhan janin sudah sempurna. Beratnya sekarang mencapai

3,2 kg dengan panjang 49 cm. Di minggu ke-39 perkembangan janin

9 bulan ini, ibu harus siap siaga karena setiap saat bisa melahirkan.

12) Perkembangan janin 40 minggu

Pada minggu ke-40, jika ibu belum melahirkan, berat badan bayi 9

bulan dalam kandungan anda mungkin sudah mencapai sekitar 3,3

kg dan panjang kira-kira 50 cm.

c. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Jadwal pemeriksaan kehamilan sudah diatur oleh pemerintah yaitu

minimal 4 kali. Pada saat kehamilan trimester I minimal 1 kali

kunjungan pemeriksaan, pada saat memasuki trimester II minimal 1 kali

kunjungan pemeriksaan dan 2 kali kunjungan pemeriksaan untuk

trimester III (Kemenkes, 2016).

Menurut hasil peneliatian yang dilakukan (Nae & Agnes, 2015)

yang berjudul Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Dengan

Frekuensi Kunjungan Antenatal Care, ibu yang memiliki tingkat

pengetahuan baik (70,91%) melakukan antenatal care secara rutin

dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengetahuan cukup (29,09%).

Selain pengetahuan, pekerjaan ibu juga mempengaruhi frekuensi


kunjungan antenatal ibu. Sebagian besar responden merupakan ibu

rumah tangga, hal tersebut dapat dilihat bahwa ada waktu untuk

melakukan antenatal care di Puskesmas.

Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh

standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga

kesehatan yang dikenal dengan 10 T, pelayanan tersebut adalah

(Depkes, 2012):

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penambahan berat badan normal pada ibu hamil adalah 11,5-16 kg

dan apabila kurang dari 9 kilogram selama kehamilan menunjukkan

adanya gangguan pertumbuhan janin.

2) Pemeriksaan tekanan darah

3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

Pengukuran LILA dilakukan pada saat kunjungan ANC pertama

dengan standar minimal ukuran LiLA bagi wanita dewasa yaitu

minimal 23,5 cm.

4) Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)

Pengukuran TFU pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi pertumbuhan janin.Jika TFU tidak sesuai dengan

umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pada pertumbuhan

janin.

Tabel 2.1 TFU Menurut Usia Kehamilan

Usia kehamilan Tinggi fundus uteri


(dalam minggu) (TFU)
12 3 jari diatas simpisis
16 Pertengahan pusat dan simpisis
20 3 jari dibawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari diatas pusat
Pertengahan pusat dan prosesus
32
xiphoideus (px)
3 jari di bawah prosesus xiphoideus
36
(px)
Pertengahan pusat dan prosesus
40
xiphoideus (px)
Sumber: (Prawirohardjo, 2014)

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Dalam menentukan presentasi janin dilakukan dengan cara Leopold

yang terdiri dari 4 leopold. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir

trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ

lambat kurang dari 120x/menit atau DJJ cepat lebih dari 160x/menit

menunjukkan adanya gawat janin.

6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan

7) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

8) Tes laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium pertama adalah pemeriksaan golongan

darah. Pemeriksaan laboratorium rutin yaitu pemeriksaan

kadarhemoglobin darah (Hb). Pemeriksaan laboratorium khusus

dilakukan bila ibu hamil memiliki indikasi tanda bahaya kehamilan.

Pemeriksaan laboratorium khusus meliputi: golongan darah, protein

urin, kadar gula darah, darah malaria, tes sifilis, HIV (Human

Immuno Deficiency Virus), Bakteri Tahan Asam (BTA).

9) Tatalaksana kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan hasil pemeriksaan

laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan harus ditangani


sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus

yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

10) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan.

KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal meliputi

kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami dalam

kehamilan, tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas, asupan

gizi seimbang, penyakit menular dan tidak menular, inisiasi

menyusu dini dan pemberian ASI eksklusif, KB paska persalinan,

imunisasi.

d. Perubahan fisik pada kehamilan trimester III

1) Perubahan Fisik

Perubahan fisik yang dialami ibu hamil trimester 3 yaitu antara

lain pada daerah muka terdapat cloasma gravidarum, putting susu

dan areola payudara menghitam, keluarnya colostrum, dibagian

perut terdapat linea nigra, sakit bagian tubuh belakang, konstipasi,

sesak nafas, sering buang air kecil, sulit tidur, timbulnya varises,

timbulnya kontraksi perut atau yang biasa disebut dengan Braxton

Hicks, bengkak pada kaki dan pergelangan kaki, kram pada kaki,

dan terjadi peningkatan cairan vagina (Manuaba, 2014).

2) Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada ibu hamil trimester III merupakan

periode penantian dengan penuh kewaspadaan, diantaranya

mengalami rasa tidak nyaman timbul kembali merasa bahwa dirinya

jelek, aneh dan tidak menarik, merasa tidak menyenangkan jika

bayi tidak lahir tepat waktu, takut akan rasa sakit dan bahaya fisik

yang akan timbul, khawatir bayi yang dilahirkan tidak normal,


merasa sedih karena akan terpisah dengan bayinya merasa

kehilangan perhatian dan libido menurun (Sulistyawati, 2014).

e. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

Kehamilan Trimester III adalah kehamilan pada usia 29-42 minggu atau

7-10 bulan. Pada umumnya 80-90% kehamilan berlangsung normal dan

hanya 10-12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau

berkembang menjadi kehamilan patologis (Prawirohardjo, 2014).

Berikut adalah tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III:

1) Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum dapat berasal dari kelainan plasenta yaitu

plasenta previa dan solusio plasenta. Plasenta previa adalah keadaan

dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada

segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

permukaan jalan lahir. Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana

plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum

janin lahir. Pada Kehamilan usia lanjut, perdarahan yang tidak

normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang tidak selalu

disertai dengan rasa nyeri (Asrinah, 2012).

2) Sakit Kepala yang Berat

Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali

merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit

kepala yang serius adalah sakit kepala yang hebat yang menetap

dan tidak hilang setelah beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit

kepala yang hebat tersebut ibu mungkin merasa penglihatannya

kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan

adalah gejala dari pre-eklampsi (Alickha, 2012).


3) Pengelihatan kabur

Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam

jiwa ibu adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan

kabur atau berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai

dengan sakit kepala yang hebat. Assesmen yang mungkin adalah

gejala dari preeklampsia (Alickha, 2012).

4) Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan

Pada saat kehamilan, hampir seluruh ibu hamil mengalami bengkak

yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan

hilang setelah beristirahat dengan meninggikan kaki. Bengkak bisa

menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan

tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan

fisik yang lain. Hal ini dapat pertanda anemia, gagal jantung atau

pre-eklampsia (Alickha, 2012).

5) Keluar cairan pervaginam

Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III. Ibu

harus dapat membedakan antara urine dengan air ketuban. Jika

keluarnya cairan ibu tidak terasa, berbau amis dan berwarna putih

keruh,berarti yang keluar adalah air ketuban. Jika kehamilan belum

cukup bulan,hati-hati akan adanya persalinan preterm (< 37

minggu) dan komplikasi infeksi intrapartum (Alickha, 2012).

6) Gerakan janin tidak terasa

Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke-

5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih

awal. Jika bayi tidur gerakan bayi akan melemah. Gerakan bayi

akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring untuk beristirahat dan

jika ibu makan dan minum dengan baik. Bayi harus bergerak 3x
dalam 1 jam atau minimal 10x dalam 24 jam.Jika kurang dari

itu,maka waspada akan adanya gangguan janin dalam rahim,

misalnya asfiksia janin sampai kematian janin (Alickha, 2012).

7) Nyeri perut yang hebat

Sebelumnya harus dibedakan nyeri yang dirasakan adalah bukan his

seperti pada persalian. Pada kehamilan lanjut, jika ibu merasakan

nyeri yang hebat, tidak berhenti setelah beristirahat, disertai tanda-

tanda syok yang membuat keadaan umum ibu makin lama makin

memburuk dan disertai perdarahan yang tidak sesuai dengan

beratnya syok, maka kita harus waspada akan kemungkinan

terjadinya solusio placenta(Alickha, 2012). Nyeri perut yang hebat

bisa berarti apendiksitis, kehamilan etopik, aborsi, penyakit radang

pelviks, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu,

iritasi uterus, abrupsi placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi

lainnya (Asrinah,2013).

f. Kebutuhan Ibu Hamil

Kebutuhan ibu hamil dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Kebutuhan Fisik

a) Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu

tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang lebih 280

hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih

300 kalori setiap hari selama hamil. Energi yang tersembunyi

dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal, dan lemak 36.337

Kkal. Agar energi ini bisa ditabung masih dibutuhkan

tambahan energi sebanyak 26.244 Kkal, yang digunakan

untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi


energi yang bisa dimetabolisir. Dengan demikian jumlah total

energi yang harus tersedia selama kehamilan adalah 74.537

Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Untuk memperoleh

besaran energi per hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi

dengan angka 250 (perkiraaan lamanya kehamilan dalam hari)

sehingga diperoleh angka 300 Kkal.

Nutrisi bagi ibu hamil sangat dibutuhkan untuk

perkembangan janin dan ibu itu sendiri, berdasarkan jurnal

Perbedaan Asupan Protein, Zat Besi, Asam Folat, dan Vitamin

B12 antara Ibu Hamil Trimester III Anemia dan Tidak Anemia

oleh Ba'ul Setyawati dan Ahmad Syauqy “Ibu hamil tidak anemia

lebih sering mengkonsumsi protein hewani dengan frekuensi 4-5

kali seminggu sedangkan ibu hamil anemia frekuensi konsumsi

sebanyak 3-4 kali seminggu. Konsumsi protein nabati pada ibu

hamil anemia lebih tinggi dengan frekuensi sebanyak 6-7 kali

seminggu dibanding ibu hamil tidak anemia dengan frekuensi

sebanyak 3-5 kali seminggu.” Sedangkan menurut Siva Candra

Rukmana dan Martha Irene Kartasurya dalam jurnal Hubungan

Asupan Gizi dan Status Gizi Ibu Hamil Trimester III “Ada

hubungan antara tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan

protein, asupan Fe/hari, asupan folat/hari, lingkar lengan atas dan

kadar hemoglobin dengan berat badan lahir bayi. Secara

multivariat, tingkat kecukupan protein dan asupan Fe/hari ibu

hamil trimester III merupakan faktor determinan berat badan

lahir bayi.”
b) Lingkungan yang bersih

Lingkungan bersih disini adalah termasuk bebas dari polusi

udara seperti asap rokok. Selain udara, perilaku hidup bersih dan

sehat juga perlu dilaksanakan, seperti menjaga kebersihan diri,

makanan yang dimakan beserta alat makan yang digunakan,

buang air besar di jamban dan mandi menggunakan air bersih.

c) Istirahat dan Rekreasi

Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah

satunya beban berat pada perut sehingga terjadi perubahan sikap

tubuh, tidak jarang ibu akan mengalami kelelahan, oleh karena

itu istirahat dan tidur sangat penting untuk ibu hamil. Selain itu,

meskipun ibu dalam keadaan hamil, ibu masih membutuhkan

rekreasi untuk menyegarkan pikiran dan perasaan.

d) Perawatan Payudara

Perawatan payudara perlu dilakukan karena payudara

merupakan aset yang sangat penting sebagai persiapan

menyambut kelahiran sang bayi dalam proses menyusui.

e) Eliminasi

Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan

dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil.

f) Senam Hamil

Kegunaan senam hamil adalah melancarkan sirkulasi

darah, nafsu makan bertambah, pencernaan menjadi lebih baik,

dan tidur menjadi lebih nyenyak.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Puty &

Wibowo, 2012) dalam jurnal yang berjudul Pengaruh

Keikutsertaan Senam Hamil Terhadap Kecemasan Primigravida


Trimester Ketiga Dalam Menghadapi Persalinan. Dari hasil

penelitian diperoleh responden yang mengikuti senam hamil baik

pada kategori jarang (1–5 kali) maupun kategori sering (> 5 kali)

melakukan senam hamil sebagian besar responden tidak

mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan sedangkan

responden yang tidak pernah mengikuti senam hamil selama

kehamilan trimester ketiga mengalami cemas sedang dan cemas

ringan.

g) Body Mechanic

Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, tubuh

akan mengadakan penyesuaian fisik dengan pertambahan ukuran

janin. Perubahan tubuh yang paling jelas adalah tulang punggung

yang bertambah lordosis. Perubahan ini adalah rasa pegal

dipunggung dan kram di kaki ketika tidur malam. Untuk

mencegah dan mengurangi keluhan ini perlu adanya sikap tubuh

yang baik (Rukiah, 2013).

Menurut jurnal mengenai Posisi Tidur dengan Kejadian

Back Pain (Nyeri Punggung) pada Ibu Hamil Trimester III oleh

Mafikasari (2015) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

posisi tidur dengan kejadian back pain. Berdasarkan hasil

penelitian ini diharapkan ibu hamil tidur dengan posisi yang baik

dengan menyesuaikan usia kehamilannya sehingga angka

kejadian Back Pain dapat berkurang.

h) Persiapan Persalinan

Persiapan persalinan ini dimaksudkan agar jika terjadi

suatu hal yang tidak diinginkan atau persalinan maju dari hari

perkiraan, semua perlengkapan yang dibutuhkan sudah siap.


Menurut jurnal Rencanan Pemilihan Penolong dan

Tempat Persalinan Ibu Hamil Setelah Diberikan Pendidikan

Kesehatan tentang Persiapan Persalinan Aman oleh Mardela,

Aira, dkk (2012) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan

kehamilan dapat mempengaruhi pengetahuan ibu hamil menjadi

lebih baik dan sikap ibu hamil menjadi lebih positif dalam

menyikapi kehamilannya.

2) Kebutuhan psikologis

Kebutuhan psikologis bagi ibu hamil diantaranya adalah

dukungan dari keluarga, perasaan aman dan nyaman selama

kehamilan, persiapan menjadi orang tua dan dukungan dari tenaga

kesehatan (Sulistyawati, 2014).

g. Ketidaknyamanan Kehamilan Trimester III dan cara mengatasinya

Menurut (Wibowo & Bulan, 2014), ketidaknyamanan yang terjadi

pada ibu hamil trimester III yaitu :

1) Sulit tidur

Pada trimester III gangguan ini terjadi karena ibu hamil sering

kencing/ nokturia, gangguan ini juga disebabkan oleh rasa tidak

nyaman yang dirasakan ibu hamil seperti bertambahnya ukuran

rahim yang mengganggu gerak ibu. Beberapa cara untuk

mengurangi gangguan insomnia, yaitu:

a) Ibu hamil diharapkan menghindari rokok dan minuman

beralkohol. Selain membahayakan janin, rokok dan alkohol juga

membuat ibu hamil sulit tidur.

b) Sejukkan kamar tidur. Hentikan olahraga, setidaknya 3 atau 4

jam sebelum tidur.


c) Sebaiknya tidur di siang hari cukup dilakukan 30 sampai 60

menit saja. Jika ibu terlalu lama tidur siang, bisa jadi ibu tidak

dapat tidur di malam hari.

d) Untuk mempermudah tertidur, usahakan agar ibu tenang dan

rileks.

e) Biasakan miring kiri. Posisi tidur miring ke kiri akan membantu

darah dan nutrisi mengalir lancar ke janin dan rahim, serta

membantu ginjal untuk sedikit memperlambat produksi urine.

Membiasakan tidur dalam posisi ini juga bermanfaat untuk

membantu ibu tidur lebih optimal ketika perut semakin

membesar pada trimester III.

f) Minum segelas susu hangat. Kandungan asam amino tryptophan

yang terdapat dalam susu akan meningkatkan kadar serotonin

dalam otak dan membantu ibu hamil tidur. Susu juga akan

membangkitkan hormone melatonin dalam darah yang membuat

seseorang menjadi mudah mengantuk.

2) Sering kencing

Peningkatan frekuensi berkemih atau sering buang air kecil

disebabkan oleh tekanan uterus karena turunnya bagian bawah janin

sehingga kandung kemih tertekan dan mengakibatkan frekuensi

berkemih meningkat karena kapasitas kandung kemih berkurang.

Sebab lain adalah karena nocturia yang terjadinya aliran balik vena

dari ekstremitas difasilitasi saat wanita sedang berbaring pada saat

tidur malam hari. Akibatnya adalah pola diurnal kebalikannya

sehingga terjadi peningkatan pengeluaran urin pada saat hamil

tua.Cara mengurangi ketidaknyamanan ini adalah:


a) Ibu perlu penjelasan tentang kondisi yang dialaminya

mencangkup sebab terjadinya

b) Kosongkan saat ada dorongan untuk kencing

c) Mengurangi asupan cairan pada sore hari dan memperbanyak

minum saat siang hari

d) Jangan kurangi  minum untuk mencegah nokturia, kecuali jika

nokturia sangat mengganggu tidur pada malam hari

e) Batasi minum kopi, teh atau soda

f) Jelaskan tentang bahaya infeksi saluran kemih dengan menjaga

posisi tidur, yaitu berbaring miring ke kiri dan kaki ditinggikan

untuk mencegah diuresis.

3) Bengkak pada kaki

Edema pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan

peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Gangguan

sirkulasi ini disebabkan oleh tekanan uterus yang membesar pada

vena-vena panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri pada vena

kava inferior saat ia berada dalam posisi terlentang. Pakaian ketat

yang menghambat aliran balik vena dari ekstremitas bagian bawah

juga memperburuk masalah. Edema akibat kaki yang menggantung

secara umum terlihat pada area pergelangan kaki dan hal ini harus

dibedakan dengan perbedaan edema karena preeklamsia/eklamsia.

Adapun cara penangaannya adalah sebagi berikut:

a) Hindari menggunakan pakaian ketat

b) Elevasi kaki secara teratur sepanjang hari

c) Posisi menghadap kesamping saat berbaring

d) Penggunaan penyokong atau korset pada abdomen maternal yang

dapat melonggarkan vena-vena panggul.


Sedangkan sumber lain menyebutkan bahwa

ketidaknyamanan pada ibu hamil yaitu :

1) Konstipasi

Peningkatan kadar progesteron yang meyebabkan peristaltik

usus melambat dan penurunan aktivitas usus karena relaksasi otot

halus, penyerapan air di kolon meningkat, tekanan dari uterus yang

membesar pada usus, pengaruh suplemen zat besi, diet kurang serat

dan kurang gerak, dan penurunan kadar cairan. Cara mengatasinya

yaitu tingkatkan pemasukan cairan dan serat dalam makanan,

perbanyak minum jus dan air putih, istirahat yang cukup, lakukan

latihan atau senam hamil, hindari mengkonsumsi obat pencahar.

2) Kram pada kaki

Terjadi karena kadar kalsium yang rendah akibat perubahan

sistem pernapasan, tekanan uterus meningkat pada saraf, keletihan,

sirkulasi darah ke tungkai berkurang. Cara mengatasinya yaitu

kurangi konsumsi susu yang kandungan fosfornya tinggi, berlatih

dorsofleksi pada kaki untuk meregangkan otot.

3) Sakit punggung atas bawah

Terjadi karena bentuk tulang punggung lordosis karena

pembesaran rahim, kejang otot karena tekanan terhadap akar saraf

di tulang belakang, penambahan ukuran payudara, kadar hormon

yang meningkat menyebabkan kartilago di dalam sendi-sendi besar

menjadi lembek, keletihan dan sikap tubuh yang kurang baik saat

mengangkat atau mengambil barang. Cara mengatasinya yaitu

dengan cara body mekanik yang baik.

Cara untuk mengatasi ketidaknyamanan ini antara lain:

a) Postur tubuh yang baik


b) Mekanik tubuh yang tepat saat mengangkat beban

c) Hindari membungkuk berlebihan, mengangkat beban, dan

berjalan tanpa istirahat

d) Gunakan sepatu bertumit rendah; sepatu tumit tinggi tidak stabil

dan memperberat masalah pada pusat gravitasi dan lordosis

e) Jika masalah bertambah parah, pergunakan penyokong

penyokong abdomen eksternal dianjurkan (contoh korset

maternal atau belly band yang elastic)

f) Kompres hangat (jangan terlalu panas) pada punggung (contoh

bantalan pemanas, mandi air hangat, duduk di bawah siraman air

hangat)

g) Kompres es pada punggung

h) Pijatan/ usapan pada punggung

i) Untuk istirahat atau tidur; gunakan kasur yang menyokong atau

gunakan bantal dibawah punggung untuk meluruskan punggung

dan meringankan tarikan dan regangan.

Menurut jurnal mengenai Posisi Tidur dengan Kejadian Back

Pain (Nyeri Punggung) pada Ibu Hamil Trimester III oleh

Mafikasari (2015) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

posisi tidur dengan kejadian back pain. Berdasarkan hasil

penelitian ini diharapkan ibu hamil tidur dengan posisi yang baik

dengan menyesuaikan usia kehamilannya sehingga angka

kejadian Back Pain dapat berkurang.

4) Varises pada kaki dan vulva

Terjadi karena adanya tekanan dari uterus yang membesar,

kerapuhan jaringan elastik yang diakibatkan oleh hormon

progesteron dan kecenderungan faktor keturunan. Cara


mengatasinya yaitu dengan cara tinggikan kaki sewaktu berbaring

atau duduk, berbaring dengan posisi kaki ditinggikan 900 beberapa

kali sehari, jaga agar kaki jangan bersilangan, hindari berdiri atau

duduk terlalu lama, istirahat dalam posisi berbaringmiring ke kiri,

senam teratur, hindari pakaian yang ketat, jaga postur tubuh yang

baik.

2. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Menurut (Sulistyawati & Nugrahaeny, 2014) persalinan

merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir

atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri). Proses persalinan dimulai dengan adanya kontraksi persalinan

yang ditandai dengan adanya perubahan serviks secara progresif dan

diakhiri dengan lahirnya plasenta.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan

Berdasarkan (Asri & Clervo, 2013) faktor yang mempengaruhi

proses persalinan yaitu:

1) Faktor Power, yaitu tenaga atau kekuatan yang mendorong janin

keluar. Kekuatan tersebut meliputi his dan tenaga mengejan.

2) Faktor Passager, yaitu faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak,

presentasi, bagian terbawah, dan posisi janin.

3) Passage (Jalan Lahir) yaitu bagian keras (tulang-tulang panggul)

dan bagian lunak (otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-

ligamen).

4) Faktor Psikologi ibu merupakan keadaan psikologi yang dapat

mempengaruhi proses persalinan. Dukungan mental berdampak


positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh pada kelancaran

proses persalinan.

5) Faktor Penolong meliputi pengetahuan dan kompetensi yang

dimiliki penolong, diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam

memberikan asuhan tidak terjadi sehingga memperlancar proses

persalinan.

c. Tanda-Tanda Inpartu

Tanda-tanda inpartu menurut (Mochtar, 2014) yaitu adanya rasa

nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur. Lalu

keluarnya lendir darah (Bloody Show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks. Terkadang ketuban sudah pecah

dengan sendirinya. Pada pemeriksaan dalam (VT), serviks mendatar

telah mengalami pembukaan.

Menurut (Sulistyawati & Nugrahaeny, 2014) tanda masuk dalam

persalinan ada 3 yaitu:

a) Terjadinya his persalinan

His tanda persalinan yaitu pinggang terasa sakit menjalar kedepan,

sifat his teratur, interval semakin pendek dan kekuatan semakin

besar, terjadi perubahan pada serviks dan respon ibu semakin

sering.

b) Pengeluaran Lendir dan Darah

His dalam persalinan mengakibatkan perubahan serviks sehingga

menimbulkan perdarahan dan pembukaan. Pembukaan

menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis servikalis

terlepas dan akan menyebabkan perdarahan karena kapiler

pembuluh pecah
c) Pengeluaran cairan

Biasanya dikarenakan pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban

sudah pecah, maka ditargetkan persalinan akan berlangsung 24 jam.

d. Penilaian Masuk dan Turunya Kepala di Rongga Panggul

Presentasi ditentukan oleh bagian terendah janin yang masuk ke Pintu

Atas Panggul (PAP). Dapat dilakukan penilaian dengan palpasi dan

pemeriksaan dalam dengan menggunakan bidang khayal hodge atau

station (JNPK-KR, 2018).


Tabel 2.2 penurun
Pemeriksaan Luar Pemeriksaan
(Sumber : Keterangan
(Palpasi) Dalam
Rohani,

dkk.

2012. Kepala di atas PAP,


= 5/5
Asuhan mudah digerakkan.

Sulit digerakkan, bagian


H I – II terbesar kepala belum
= 4/5
masuk PAP

Bagian terbesar kepala


H II – III
belum masuk panggul
= 3/5

Bagian terbesar kepala


H III +
sudah masuk panggul
= 2/5

H III – IV Kepala di dasar panggul

= 1/5

H IV Di perineum

= 0/5

Kebidanan pada Masa Persalinan.Jakarta: Salemba Medika)

e. Tahapan Persalinan

Berdasarkan (Sulistyawati & Nugrahaeny, 2014) proses

persalinan terjadi empat fase yaitu:


1) Kala 1

Kala 1 adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi

menjadi dua fase, yaitu fase laten dimana serviks membuka sampai

3 cm dan fase aktif sampai dimana serviks membuka dari 3-10 cm,

serta kontraksi yang terjadi lebih kuat. Lama kala I untuk

primigravida berlangsung 12 jam sedangkan untuk multigravida

sekitar 8 jam.

Menurut (Yanti, 2012) Asuhan kebidanan pada kala I lebih

ditekankan pada asuhan kebidanan dalam melakukan observasi

kemajuan persalinan, observasi ini meliputi evaluasi terhadap

kesehatan ibu dan bayi yang terdiri dari pemeriksaan tanda-tanda

vital, DJJ, kontraksi uterus, pembukaan serviks, dan penurunan

bagian terbawah jani serta kemungkinan adanya bandlering. Hasil

temuan selama observasi ini dicatat dalam form kemajuan

persalinan berupa partograf (form terlampir).

Asuhan yang diberikan pada kala I yaitu menganjurkan ibu

untuk menarik napas perlahan dan dalam serta dihembusan melalui

mulut dan meminta ibu untuk jangan mengejan dulu. Untuk

mempercepat penurunan kepala dapat menganjurkan ibu untuk

berbaring miring ke kiri. Apabila ibu ingin kencing, minta ibu untuk

pergi ke kamar mandi jika masih mampu untuk berjalan, dapat juga

buang air kecil di pispot ataupun di pempers. Untuk menenangkan

pikiran dan perasaan ibu, berikan dukungan emosional serta

mengucapkan kata-kata pujian kepada ibu.

Berdasarkan hasil penelitihan yang dilakukan oleh Kalalo

Ribka Novita, dkk tahun 2017 dengan judul penelitihan ”Pengaruh


Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Respon Nyeri pada Ibu

Inpartu Kala I Fase Aktif Di Puskesmas Bahu Kota Manado”

menyatakan bahwa respon nyeri pada ibu inpartu kala I fase aktif di

Puskesmas Bahu Kota Manado sebelum diberikan teknik relaksasi

nafas dalam sebagian besar yaitu 6, respon nyeri pada ibu inpartu

kala I fase aktif di Puskesmas Bahu Kota Manado setelah diberikan

teknik relaksasi nafas dalam sebagian besar yaitu 4, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam

terhadap respon nyeri ibu inpartu kala I fase aktif di Puskesmas

Bahu Kota Manado.

Selain memberikan terapi non-farmakologis seperti

melakukan teknik relaksasi, dukungan suami dan keluarga juga

sangat berpengaruh dalam menurunkan intensitas nyeri dalam

persalinan. Seperti hasil penelitihan yang dilakukan oleh Diana,

Septi Anggraeni, dkk dengan judul penelitihan “Pengaruh

Dukungan Suami Dalam Proses Persalinan Dengan Nyeri

Persalinan Di Rsia Bunda Arif Purwokerto” yang menyatakan

bahwa Dukungan suami adalah respon yang diberikan oleh suami

terhadap istrinya yang akan bersalin. Dukungan yang diberikan

berupa dukungan fisik dan dukungan emosional. Dukungan dari

suami dapat ditunjukan dengan berbagai cara seperti memberikan

ketenangan pada istri, memberikan sentuhan dan mengungkapkan

kata-kata yang dapat memacu motivasi istri (Jhaquin, 2014),

semakin banyak pemikiran negatif yang muncul, antara lain takut

mati dan merasa bersalah, diharapkan dari dukungan suami yang

diberikan ketika persalinan akan menenangkan emosi istri sehingga

proses persalinan akan dilewati dengan perasaan senang dan


terhindar dari depresi, sehingga akan memperkecil rasa nyeri yang

dirasakan oleh ibu ketika bersalin.

Hasil penelitihan menyatakan rata-rata dukungan yang

diberikan suami saat persalinan adalah skor 15 dengan jumlah 5

responden, nilai mean yang didapatkan sebesar 13,47 dengan nilai

minimum 8 dan maximum 18. Rata-rata tingkat nyeri yang

dirasakan ibu pada saat bersalin adalah skor 5 dengan jumlah 9

responden, nilai mean yang didapatkan sebesar 4,67 dengan nilai

minimum 2 dan maksimum 7. Semakin baik dukungan yang

diberikan oleh suami saat proses persalinan, maka nyeri persalinan

yang dirasakan ibu akan semakin berkurang. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari dukungan Suami dalam

Proses Persalinan dengan nyeri persalinan.

2) Kala II

Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari

pembukaaan lengkap sampai bayi lahir. Proses ini biasanya

berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.

a) Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan pada kala II menurut Varney, 2008

terjadi sebagai berikut :

(1) Adanya engagement, yaitu kepala janin terfiksir oleh pintu

atas panggul.

(2) Terjadi penurunan bagian terendah janin akibat daya dorong

dari kontraksi uterus dan posisi ibu.

(3) Fleksi terjadi sebagai proses penyesuaian kepala janin

dengan jalan lahir sehingga diameter terkecil kepala janin


dapat masuk ke dalam panggul dan terus menuju ke dasar

panggul.

(4) Rotasi internal atau putaran paksi dalam merupakan proses

penyesuaian selanjutnya terhadap jalan lahir yaitu kepala

janin akan membuat diameter anteroposterior dari kepala

menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior dari ibu.

(5) Ekstensi adalah upaya kepala janin untuk melewati lengkung

carus pada vagina sehingga secara berturut-turut ubun-ubun

kecil, dahi, wajah dan dagu dapat lahir melalui jalan lahir.

(6) Rotasi eksternal atau putaran paksi luar adalah peristiwa

berputarnya kembali kepala janin 450 ke arah kiri atau kanan

sesuai dengan arah perputaran menuju posisi oksiput anterior

untuk menyesuaikan posisi bahu agar berada pada diameter

anteroposterior panggul ibu.

(7) Ekspulsi adalah lahirnya seluruh badan bayi mengikuti jalan

lahir (Varney, 2008).

3) Kala III

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,

yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit di sertai rasa mules pada

ibu karena otot rahim masih berkontraksi untuk melepaskan

plasenta dari tempat implantasinya.

Proses lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan memperhatikan

tanda-tanda pelepasan plasenta di bawah ini (Jenny, 2013) :

a) Uterus menjadi bundar.

b) Tali pusat memanjang.

c) Terjadi semburan darah tiba-tiba.


Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti setelah

dilahirkan. Normalnya memiliki 16-20 kotiledon, dan permukaannya

(selaput). Jika plasenta tidak lengkap, maka disebut sisa plasenta.

Manajemen aktif kala III

Segera dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir suntikan oksitosin

10 IU IM 1/3 bagian atas paha bagian luar karena oksitosin akan

merangsang kontraksi fundus uteri semakin kuat dan efektif

sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mencegah

terjadinya perdarahan. Melakukan penegangan tali pusat terkendali

dengan cara pada saat ada kontraksi yang kuat tegangkan tali pusat

dengan satu tangan dan tangan lain pada dinding abdomen menekan

uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso kranial).Setelah plasenta

lahir lakukan rangsangan taktil (Massase) fundus uteri sebanyak 15

kali selama 15 detik (JNPK-KR 2018).


4) Kala IV

Menurut Manuaba, 2014 bahwa kala IV dimulai dari saat

lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum. Rata-rata jumlah

perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-300

cc. Ada perdarahan disebabkan karena adanya kontraksi otot rahim,

dan robekan pada serviks dan perineum. Perdarahan yang

disebabkan karena adanya kontraksi otot rahim untuk mengeluarkan

sisa darah dari dalam rahim dan merupakan bagian dari proses

involusi untuk pemulihan uterus dari luka bekas implantasi

plasenta. Sedangkan perdarahan karena robekan pada serviks dan

perineum diklasifikasikan menjadi:

a) Derajat I : Mukosa vagina, dan kulit perineum.

b) Derajat II: Mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum.

c) Derajat III: Mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum, otot

spingter ani

d) Derajat IV: Mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum, otot

spingter ani, rektum.

Jika perdarahan lebih dari 500cc, maka sudah dianggap

abnormal, dengan demikian harus dicari penyebab untuk segera

ditangani. Penting untuk diingat, jangan meninggalkan wanita

bersalin 1 jam sesudah bayi dan plasenta lahir. Sebelum

meninggalkan ibu, periksa ulang dan perhatikan 7 pokok penting

berikut :

a) Kontraksi rahim.

b) Perdarahan.

c) Kandung kemih.

d) Luka/laserasi.
e) Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.

f) Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernafasan dan masalah

lain.

g) Bayi dalam keadaan baik.

Teknik melakukan penjahitan perinieum dengan cara

memberikan anestesia lokal yaitu lidocain 1% atau menggunakan

lidocain 2 % yang dilarutkan dengan air steril atau normal salin

dengan perbandingan 1:1. dan menyuntikan lidocain sejajar dengan

permukaan luka, tunggu selama 2 menit biarkan anestesia tersebut

bekerja, kemudian dilakukan penjahitan (JNPK-KR, 2008).

f. APN 60 langkah

Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua


1. Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan
a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum
dan vagina
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalasana komplikasi segera
pada ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi → siapkan :
a. Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat
b. 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk gajal bahu bayi)
c. Alat penghisap lendir
d. Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Untuk ibu :
a. Menggelar kain di perut bawah ibu
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit
c. Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastic atau dari bahan yang tidak tembus cairan
Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
4. tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
5.
periksa dalam
Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
6. memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas
atau kasa yang dibasahi air DTT
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
c. Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan
rendam sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5% →
langkah # 9. Pakai sarung tangan DTT/steril untuk
melaksanakan langkah lanjutan
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, lepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam klorin
0,5% selama 10 menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan
10. a. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus
mereda (relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas
normal (120 – 160x/menit)
b. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
c. Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam DJJ, semua
temuan pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam
partograf
Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Meneran
11. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi
yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif ) dan dokumentasikan semua temuan
yang ada
Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara
benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa
ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu
diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin
meneran atau timbul kontraksi yang kuat :
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
e. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
f. Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
pembukaan lengkap dan pimpin meneran > 120 menit (2 jam)
pada primigravida atau > 60 menit (1 jam) pada multigravida
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam selang waktu 60 menit
Persiapan untuk Melahirkan Bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong
ibu
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan
dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan
Pertolongan untuk Melahirkan Bayi
Lahirnya Kepala

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka


vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang
kepala untuk mempertahankan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernapas
cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat
bagian atas kepala bayi
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu

22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala kea rah bawah dan distal hinggal bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah
atas dan distal utuk melahirkan bahu belakang
Lahirnya Badan dan Tungkai

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang
kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukka telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki
dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari – jari lainnya
pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjum
Asuhan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian (selintas) :
a. Apakah bayi cukup bulan ?
b. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan ?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjutkan ke langkah
resusitasi pada bayi dengan asfiksia
Bila semua jwaban adalah “YA”, lanjut ke-26
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Pastikan bayi
dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang
lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemelli)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit
(IM) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat
dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusar dan geser hingga 3
cm proksimal dari pusar bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut
kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan
tengah tangan lain untuk mendorong isi tali pusat kea rah ibu
(sekitar 5 cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem
pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di
antara 2 klem tersebut
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril ada pada satu sisi
kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan tali pusat dengan
simpul kunci pada sisi lainnya
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu – bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari putting susu atau aerola mamae ibu
a. Selimuti ibu – bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi
di kepala bayi
b. Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam
c. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui
dini dalam waktu 30 – 60 menit. Menyusu untuk pertama kali
akan berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari
satu payudara
d. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasill menyusu
Manajemen Aktif Kala Tiga Persalinan

33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (diatas
simpfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang
klem untuk menegangkan tali pusat
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kea rah belakang-atas
(dorso cranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan
tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
kembali prosedur diatas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulating putting susu
Mengeluarkan plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kea rah
dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kea rah distal
maka lanjutkan dorongan kea rah cranial hingga plasenta dapat
dilahirkan
Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan
ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai
dengan sumbu jalan lahir (kearah bawah-sejajar lantai-atas)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak
lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
a. Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
b. Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptic) jika kandung
kemih penuh
c. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d. Ulangi tekanan dorso cranial dan penegangan talu pusat 15
menit berikutnya
e. Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau
terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plesenta
manual
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plsenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wajah yang
telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari
tangan atau klem ovum DTT/Steril untuk mengeluarkan selaput
yang tertinggal
Rangsangan taktil (masase) uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras)
Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual Internal,
Kompresi Aorta Abdominalis, Tampon Kondom-kateter) jika uterus
tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan takti/masase
Menilai Perdarahan

39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan telah dilahirkan


lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat
khusus
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan
perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera
lakukan penjahitan
Asuhan Pascapersalinan
41. Pastikan uterus ber kotraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
42. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh,
lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir, keringkan tangan dengan tissue atau handuk
pribadi yang bersih dan kering
Evaluasi
43. Pastikan kandung kemih kosong
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60 kali/menit).
a. Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan
segera merujuk ke rumah sakit
b. Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke
RS rujukan
c. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan
kembali kontak kulit ibu bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam
satu selimut.
Kebersihan dan Keamanan
48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai
50. Bersihkan ibu jari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah
diranjang atau disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering
51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
53. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan
fisik   bayi
56. Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis infeksi,
vitamin K₁ 1 mg IM dipaha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik
bayi baru lahir, pernapasan bayi (normal 40-60 kali/menit) dan
temperature tubuh (normal 36,5 – 37,5⁰C) setiap 15 menit
57. Setelah satu jam pemberian vitamin K₁ berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam
didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda
vital dan asuhan kala IV persalinan

3. Nifas

a. Definisi
Menurut (Sulistyawati, 2014) Masa nifas (peurperium) adalah

masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa

nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

b. Tahapan Masa Nifas

Menurut (Mochtar, 2012), masa nifas dibagai menjadi 3 periode,

yaitu:

1) Puerperium dini yaitu kepulihan ibu saat ibu dibolehkan berdiri

dan jalan-jalan.

2) Puerperium intermediet, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia lamanya 6-8 minggu.

3) Puerperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

kembali sehat sempurna, terutama selama hamil atau sewaktu

persalinan yang berlangsung dalam hitungan minggu, bulanan atau

tahunan.

c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Menurut (Sulistyawati, 2014) perubahan masa nifas ada 8, yaitu:

1) Perubahan sistem reproduksi

Perubahan pada uterus, meliputi :

Pengerutan rahim (involusi) merupakan proses kembalinya uterus

pada kondisi sebelum hamil sehingga lapisan luar desidua yang

mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati).

Proses involusio uterus meliputi 3 aktivitas, yaitu :

a) Kontraksi uterus

b) Autolysis sel-sel myometrium

c) Regenerasi epithelium
Tabel 2.3 TFU dan berat uterus selama proses involusi uteri

2) Lokhea Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

adalah Bayi lahir Setinggi pusat 1000

ekskresi Uri lahir 2 jari dibawah pusat gram

cairan 1 minggu Pertengahan pusat dan 750 gram

rahim 2 minggu symfisis 500 gram

selama 6 minggu Tidak teraba di atas 350 gram

masa nifas. 8 minggu symfisis 50 gram

Lokhea Bertambah kecil 30 gram

Sebesar normal

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.

Lokhea dibedakan menjadi 4, yaitu :

a) Lokhea rubra/merah berlangsung pada hari ke 1-4 masa post

partum, berwarna merah karena terisi darah segar, sisa jaringan

plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo, dan mekonium.

b) Lokhea sanguinolenta berlangsung pada hari ke 4-7 post

partum, berwarna merah kecoklatan dan berlendir.

c) Lokhea serosa berlangsung pada hari ke 7-14 post partum,

berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,

leukosit dan robekan atau laserasi plasenta.

d) Lokhea alba/putih berlangsung selama 2-6 minggu post

partum. Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel

epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang telah

mati.

2) Perubahan pada serviks adalah bentuk serviks agak menganga

seperti corong, serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena

penuh dengan pembuluh darah, muara serviks yang berdilatasi


sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan

dan bertahap.

3) Vulva dan vagina

Selama proses persalinan, vulva dan vagina mengalami

penekanan, sehingga mengalami peregangan. Vulva dan vagina

akan kembali seperti semula dalam waktu 3 minggu.

4) Perineum

Perineum akan menjadi kendur karena mengalami

penekanan oleh bayi selama proses persalinan.

5) Perubahan sistem pencernaan

Saat proses persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan

yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan

berlebih, kurangnya asupan cairan, serta kurangnya aktivitas hal

ini menyebabkan ibu konstipasi.

6) Perubahan sistem perkemihan

Setelah proses persalinan biasanya ibu akan sulit untuk

buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab

dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan oedema leher

kandung kemih setelah bagian ini mengalami tekanan antara

kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.

7) Perubahan sistem musculoskeletal

Ligamen-ligamen, frasia dan diafragma pelvic yang

meregang sewaktu kehamilandan persalinan berangsur menjadi

ciut dan pulih kembali dan sehingga ligamen rotundum

mengendur sehingga uterus jatuh ke belakang. Tetapi mobilitas

sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan.


Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah

persalinan.

8) Perubahan sistem endokrin

Penurunan HCG akan cepat terjadi dalam waktu 3 jam

hingga hari ke-7 post partum. Prolaktin darah akan meningkat

dengan cepat, pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin akan

menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat

pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah

hingga ovulasi terjadi. Lamanya wanita akan memndapatkan

menstruasi sangat dipengaruhi oleh faktor menyusui. Pada

menstruasi pertama bersifat anovulasi karena rendahnya kadar

esterogen dan progesteron. Kadar estrogen menurun setelah

persalinan sehingga aktivitas prolaktin meningkat dan

memperngaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.

9) Perubahan tanda vital

Suhu basal biasanya meningkat pada 24 jam pertama post

partum (37,5-38,5) sebagai akibat kerja keras saat melahirkan

sehingga kehilangan cairan dan kelelahan. Denyut nadi setelah

melahirkan biasanya akan lebih cepat tetapi tidak lebih dari

100x/menit jika denyut nadi lebih dari 100x/menit biasanya terjadi

infeksi. Sedangkakn untuk tekanan darah biasanya dikarenakan

terjadi sedikit perdarahan dan keadaan pernafasan biasanya

mengikuti keadaan suhu dan denyut nadi.

10) Perubahan sistem kardiovaskuler

Selama masa kehamilan, volume darah normal digunakan

untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan

oleh plasenta dan pembuluh darah uterin. Penarikan kembali


estrogen menyebabkan aturesis terjadi yang secara cepat

mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal.

Setelah proses persalinan, biasanya volume darah bertambah,

sehingga menimbulkan decompensasi cordis. Keadaan ini akan

normal pada 3-5 hari post partum.

11) Perubahan sistem hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar

fibrinogen, plasma serta faktor-faktor pembekuan darah makin

meningkat. Pada hari pertama post partum kadar fibinogen dan

plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan mengental

sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.

d. Perubahan Psikologis Masa Nifas

Menurut (Nugroho, Nurrezki, Warnaliza, & Wilis, 2014)

terdapat 3 fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas, antara lain:

1) Fase Taking In (hari ke 1 sampai dengan hari ke 2 )

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah

melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung

pasif pada lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara

lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan.

Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup,

komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.

2) Fase Taking Hold (hari ke 3 sampai dengan hari ke 10)

Fase ini berlagsung selama 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu

merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tangung jawab

dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga


mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah

komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian

penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan

bayinya.

3) Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan

peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan

bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran baruna. Dukungan

suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan

akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi

fisiknya.

e. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

Menurut (Nugroho et al., 2014), kebutuhan dasar ibu nifas antara

lain :

1) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan

kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk

memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk

memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :

a) Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori

tiap hari

b) Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan

karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral

c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari

d) Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum

e) Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit


Wanita dewasa Wanita hamil
f) Zat Wanita
tidak hamil (BB 20 minggu
M makanan menyusui
47 kg) terakhir

Kalori 2000 kalori 3000 kalori 800 kalori

Protein 47 gram 20 gram 40 gram

Calcium 0,6 gram 0,6 gram 0,6 gram

Ferrum 12 mg 5 mg 5 mg

Vitamin A 4000 iu 1000 iu 2000 iu

Thamin 0,7 mg 0,2 mg 0,5 mg

Riboflavin 1,1 mg 0,2  mg 0,5 mg

Niacin 12,2 mg 2 mg 5 mg

Vitamin C 60 mg 30 mg 30 mg

g)

Berdasarkan hasil penelitihan yang dilakukan oleh Rini Hayu L,

dkk dengan Judul Penelitihan “Hubungan Antara Status Nutrisi pada

Ibu Nifas dengan Penyembuhan Luka Perineum di Wilayah Kerja

Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang” menunjukkan bahwa responden

yang memiliki status nutrisi lebih terdapat 2 ibu nifas (100%)

mengalami penyembuhan luka perineum normal, sedangkan responden

yang memiliki status nutrisi baik terdapat 4 ibu nifas (14,8%)

mengalami penyembuhan luka perineum cepat dan 19 ibu nifas (82,6%)

mengalami penyembuhan luka perineum normal dan yang memiliki

status nutrisi kurang terdapat 2 ibu nifas (7,4%) mengalami

penyembuhan luka perineum lama. Nutrisi seimbang yang harus

dikonsumsi oleh ibu nifas adalah makanan yang mengandung energi,


protein, mineral dan vitamin dengan porsi cukup dan teratur, tidak

terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin

serta bahan pengawet atau pewarna. Dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status nutrisi ibu nifas

dengan penyembuhan luka perineum tetapi tingkat keeratannya rendah

karena dipengaruhi oleh faktor lain

2) Ambulasi

Setelah bersalin ibu akan merasa lelah. Oleh karena itu, ibu

harus istirahat. Mobilisasi yang dilakukan tergantung pada

komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka. Ambulasi dini

(early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan

dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu post

partum diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24-28 jam setelah

melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring

kanan atau kiri, duduk kemudian berjalan.

Dalam jurnal “Peranan Mobilisasi Dini terhadap Proses

Involusi pada Ibu Post Partum” pada tahun 2014 oleh Esyuananik

dan Anis Nur Laili menyebutkan bahwa mobilisasi dini

memperlancar pengeluran lokhea sehingga mempercepat involusi

uterus dan tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal. Apabila

ibu melakukan mobilisasi dini dengan baik, maka akan berpengaruh

terhadap percepatan proses involusi dan tidak akan menyebabkan

terjadinya sub involusi pada ibu post partum.

3) Eliminasi

Buang air sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi

normal bila dapat Buang Air Kecil (BAK) spontan setiap 3-4 jam.

Kesulitan BAK dapat disebabkan karena spingter uretra tertekan


oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo spingter ani

selama persalinan, atau dikarenakan oedem kandung kemih

selama persalinan.

Ibu diharapkan dapat Buang Air Besar (BAB) sekitar 3-4

hari post partum. Apabilan mengalami kesulitan BAB/obstipasi,

lakukan diet teratur; cukup cairan; konsumsi makanan berserat;

olahraga; berikan obat rangsangan per oral/per rektal.

4) Kebersihan Diri dan Perineum

Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi

kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan.

5) Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur

yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1

jam pada siang hari. Kurang istirahat dapat menyebabkan jumlah

ASI berkurang, memperlambat prses involusio uteri,

menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi

sendiri.

6) Seksual

Hubungan seksual dilakukan begitu darah berhenti. Namun

demikian hubungan seksual dilakukan tergantung suami istri

tersebut. Selama periode nifas, hubungan seksual juga dapat

berkurang.

7) Latihan/Senam Nifas

Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula

sekitar 6 minggu. Oleh karena itu, ibu akan berusaha memulihkan

dan mengencangkan bentuk tubuhnya. Hal tersebut dapat


dilakukan dengan cara latihan senam nifas. Senam nifas

merupakan bentuk ambulasi dini yang tujuannya untuk

memperlancar proses involusi, sedangkan ketidaklancaran proses

involusi dapat berakibat buruk pada ibu nifas seperti terjadi

perdarahan yang bersifat lanjut dan kelancaran proses involusi.

f. Penatalaksanaan Masa Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada

ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya 4 kali

kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan BBL,

dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi

antara lain sebagai berikut (Bahiyatun, 2014):

Kunjungan I : Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan

Kunjungan II : Asuhan 6 hari setelah melahirkan

Kunjungan III : Asuhan 2 minggu setelah melahirkan

Kunjungan IV : Asuhan 6 minggu setelah melahirkan

Tabel 2.5 Asuhan Kunjungan Nifas Normal

KUNJUNGAN WAKTU ASUHAN

I 6-8 jam  Mencegah perdarahan masa nifas

post karena atonia uteri

partum  Mendeteksi dan merawat penyebab

lain pendarahan

 Memberikan konseling pada ibu

mengenai bagaimana cara

pencegahan pendarahan

 Pemberian ASI awal

 Melakukan hubungan antara ibu


dengan bayi yang baru lahir

 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hypothermi

 Memastikan involusi uterus berjalan

normal, uterus berkontraksi, fundus

dibawah umbilikus dan tidak ada

tanda-tanda perdarahan abnormal

 Menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi, perdarahan abnormal

6 hari post  Memastikan ibu mendapat cukup


II
partum makanan, cairan dan istirahat

 Memastikan ibu menyusui dengan

baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit

 Memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi,tali pusat

dan merawat bayi sehari-hari

III 2 minggu  Memastikan involusi uterus berjalan

post normal, uterus berkontraksi, fundus

partum dibawah umbilikus dan tidak ada

tanda-tanda perdarahan abnormal

 Menilai adaanya tanda-tanda demam,

infeksi, perdarahan abnormal

 Memastikan ibu mendapat cukup

makan,cairan dan istirahat

 Memastikan ibu menyusui dengan


baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit

 Memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat dan merawat bayi sehari-hari

 Menanyakan pada ibu tentang

penyulit-penyulit yang ia alami


6 minggu
 Memberikan konseling untuk KB
IV post
secara dini, imunisasi, senam nifas,
partum
dan tanda-tanda bahaya yang dialami

oleh ibu dan bayi.

Sumber: Sulistyawati, 2010.

g. Infeksi Masa Nifas

Infeksi puerpuralis adalah infeksi pada traktus genetalia setelah

persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta

(Bahiyatun, 2014).

1) Infeksi Vulva, Vagina, dan Serviks

a) Vulvitis

Pada infeksi bekas syatan episiotomy atau luka

perinium jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi

marah dan bengkak, jahitan mudah lepas, serta luka yang

terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus.

b) Vaginitis

Infeksi vagina bisa terjadi secara langsung pada luka

pagina atau melalui perineum. Permukaan mukosa

membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, serta getah

mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.


Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal

terbatas.

c) Servisitis

Infeksi servik sering juga terjadi, tetapi biasanya tidak

menimbulkan banyak gejala. Luka servik yang dalam dan

meluas dapat langsung kedasar ligamentum latum sehingga

menyebabkan infeksi menjalar keparametrium. Gejala klinis

yang dirasakan pada servisitis diantaranya nyeri dan rasa

panas pada daerah infeksi, kadang perih bila BAK, demam

dengan suhu badan 39 -40.

2) Tromboflebilitis

Penyebaran infeksi melalui vena sering terjadi dan

merupakan penyebab terpenting dari kematian karna infeksi

purpuralis. Radang vena golongan 1 disebut tromboflebitis pelvis

dan infeksi vena-vena golongan 2 disebut tromboflebitis

femoralis.

a) Tromboflebitis pelvis. Tromboflebitis pelvisyang sering

meradang adalah vena ovarika karna mengalirkan darah dan

luka bekas plasenta didaerah fundus uteri.

b) Tromboflebitis femoralis. Tromboflebitis femolis rdapat

menjadi Tromboflebitisvena safena magna atau peradangan

vena femoralis sendiri, penjalaran tromboflebitis vena uterin,

dan akibat parametritis.


c) Peritonitis. Infeksi puerpuralis melalui saluran getah bening

dapat menjalar keperitonium hinga terjadi peritonitis atau

keparametrium menyebabkan parametritis. Parametris dapat

terjadi dengan 3 cara yaitu melalui robekan servik yang

dalam, penjalaran endometritis atau luka servik yang

terinfeksi melalui saluran getah bening, serta sebagai lanjutan

tromboflebitis pelvis.

3) Perdarahan dalam masa nifas

Penyebab dari pendarahan masa nifas diantaranya sisa

plasenta dan polip plasenta, endometritis purpuralis, sebab-sebab

fungsional, dan perdarah luka.

4) Infeksi saluran kemih

Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative

tinggi dan hal ini dihubungkan dengan hipotoni kandung kemih

akibat trauma kandung kemih waktu persalinan, pemeriksaan

dalam yang terlalu sering, kontaminasi kuman dari perineum atau

kateterisasi yang sering.

5) Gangguan Proses Menyusui

6) Putting susu lecet

(1) kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui

sampai aerola tertutup oleh mulut bayi.

(2) monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu

ibu.

(3) akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan

lainnya untuk mencuci puting susu.

(4) pada bayi lidah yang pendek sehingga menyebabkan bayi

sulit menghisap.
(5) rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan

menyusui dengan kurang hati-hati

a) Payudara bengkak

Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak

disusui dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada

sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.

Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau

keempat sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan

limfe akan mengakibatkan meningkanya tekanan intrakaudal,

yang akan mempengaruhi segmen pada payudaranya,

sehingga takanan pada payudara meningkat. Akibatnya,

payudara sering terasa penuh, tegang serta nyeri. Kemudian

diikuti oleh penurunan produksi ASI dan penurunan let down.

Penggunaan Bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental

engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat

menyebabkan sumbatan pada duktus (Saleha, 2014; h. 96-

105).

b) Saluran susu tersumbat

1) Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas

dan lunak pada perabaan.

2) Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan

terasa nyeri dan bengkak yang terlokalisir

c) Bendungan ASI

Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada

payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga

menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan

suhu badan.
d) Mastitis

Mastitis adalah radang pada payudara : Bengkak, nyeri

pada seluruh payudara/nyeri local; Kemerahan pada seluruh

payudara atau hanya local; Payudara keras dan berbenjol-

benjol; Panas badan dan rasa sakit umum.

e) Abses payudara

Harus dibedakan antara mastitis dan abses. Abses

payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal

ini disebabkan karena meluanya peradangan dalam payudara

tersebut.

4. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Menurut (Ai Yeyeh & Yulianti, 2012), bayi baru lahir merupakan

bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa

memakai alat pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) dengan berat

badan 2500 gram sampai 4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat

bawaan.

b. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal

Menurut Prawirohardjo (2014), ciri-ciri bayi baru lahir normal

diantaranya :

1) Lahir aterm antara 37- 42 minggu.

2) Berat badan 2500 - 4000 gram.

3) Panjang badan 48-52 cm.

4) Lingkar dada 30-38 cm.

5) Lingkar kepala 33-35 cm.

6) Lingkar lengan 11-12 cm.

7) Frekuensi denyut jantung 120-160 menit.


8) Pernafasan ±40-60x/ menit.

9) Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup.

10) Kuku agak panjang dan lembut.

11) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna.

12) Nilai APGAR >7.

13) Gerak aktif.

14) Bayi lahir langsung menangis kuat.

15) Reflek bayi baik

a) Tonik neek Refleks : ekstremitas pada satu sisi dimana kepala

ditolehkan akan ekstensi dan ekstremitas yang berlawanan akan

fleksi bila kepala bayi ditolehkan ke satu sisi.

b) Rooting Refleks : bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh

pipi, beyi dapat menolehkan kepalanya ke arah jari kita dan

membuka mulutnya.

c) Grasping Refleks : bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi

maka jari-jarinya akan langsung menggenggan sangat kuat.

d) Moro Refleks : timbulnya pergerakan tangan yang simetris

apabila dikejutkan dengan cara bertepuk tangan.

e) Sucking Refleks : benda menyentuh bibir disertai reflek

menelan.Tekanan pada mulut bayi pada langit bagian dalam gusi

atas timbul isapan yang kuat dan cepat. (Marmi, 2012)

16) Genetalia

a) Pada laki laki kematangan ditandai dengan testis yang berada

pada sekrotum dan penis yang berlubang.


b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra

yang berlubang, serta ada labiya mayora dan minora.

c) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium

dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

c. Periode transisi pada BBL

Periode transisi dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah

periode pertama reaktifitas dimulai pada saat bayi baru lahir dan

berlangsung selama 30 menit. Tahap kedua periode tidur berlangsung

sekitar 30 menit setelah kelahiran bayi sampai 2 jam. Tahap ketiga

periode kedua reaktivitas dari usia sekitar 2 jam sampai 6 jam (Hidayat,

2013).

1) Periode Pertama Reaktifitas

Periode yang berakhir kira-kira 30 menit setelah bayi lahir.

Karakteristik bayi sebagai berikut :

a) Tanda-tanda vital : frekuensi nadi apikal yang cepat dengan

irama yang tidak teratur, frekuensi pernafasan mencapai 80 kali

/ menit, irama tidak teratur, ekspirasi mendengkur serta adanya

retraksi.

b) Fluktuasi warna kulit merah muda pucat ke sianosis. Bising

usus belum ada atau pergerakan usus, bayi belum berkemih.

c) Bayi masih dengan sedikit mukus, menangis kuat, reflek

menghisap yang kuat.

d) Mata bayi terbuka lebih lama dari pada hari selanjutnya.

Saat ini adalah waktu yang paling baik untuk memulai proses

periode interaksi antara ibu dan bayi. Asuhan yang diberikan :

a) Kaji dan pantau frekuensi jantung dan pernafasan, setiap 30

menit pada 4 jam pertama setelah kelahiran.


b) Jaga bayi agar tetap hangat (suhu aksila 36,5 0c – 37 0c) dengan

penggunaan selimut hangat diatas kepala.

c) Tempatkan ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit, untuk

memfasilitasi interaksi ibu dan bayi.

2) Periode Tidur

Setelah periode pertama dan berakhir 2 - 4 jam. Karakteristik

bayi sebagai berikut :

a) Bayi dalam keadaan tidur, frekuensi jantung dan pernafasan

menurun.

b) Kestabilan warna kulit terdapat beberapa akrosianosis.

c) Bising usus bisa didengar.

Fase tidur ini bayi tidak berespon terhadap stimulus eksternal,

orang tua dapat memeluk dan mengendongnya.

3) Periode Kedua Reaktifitas

Periode kedua reaktivitas berakhir sekitar 4 - 6 jam.

Karakteristiknya :

a) Bayi mempunyai tingkat sensivitas tinggi terhadap stimulus

internal dan lingkungan. Kisaran frekuensi nadi apikal dari 120

sampai 160 kali / menit dan dapat bervariasi mulai (< 120 kali /

menit) hingga takikardia (> 160 kali / menit). Frekuensi

pernafasannya berkisar dari 30 sampai 60 kali / menit,

dengan periode pernafasan yang lebih cepat, tetapi pernafasan

tetap stabil (tidak ada pernafasan cuping hidung ataupun

retraksi).

b) Fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan ke

sianotik ringan disertai dengan bercak-bercak.


c) Bayi kerap kali berkemih dan mengeluarkan mekonium selama

periode ini.

d) Peningkatan sekresi mukus dan bayi tersedak saat sekresi.

e) Reflek menghisap sangat kuat dan bayi sangat aktif.

Asuhan yang diberikan:

a) Observasi bayi terhadap kemungkinan tersedak saat

pengeluaran mukus.

b) Observasi kemungkinan apnue dan stimulasi segera jika

diperlukan misalnya, masase punggung bayi, miringkan bayi.

c) Kaji kebutuhan bayi untuk memberikan ASI.

4) Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir

Menurut (Siwi Elisabeth, 2015), adaptasi fisiologis BBL yaitu:

a) Perubahan Sistem Pernapasan

a) Perkembangan paru-paru

Dua faktor yang berperan dalam rangsangan napas pertama

bayi, yaitu:

(1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik

lingkungan luar Rahim yang meragsang pusat pernapasan

di otak.

(2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena

kompresi paru-paru selama persalinan, yang merangsang

masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis.

b) Surfaktan dan upaya untuk bernafas

c) Fungsi pernapsan dengan kaitannya fungsi kardiovaskuler

b) Sistem Pengaturan Suhu


Menurut (Prawirohardjo, 2014), keadaan telanjang dan basah

pada bayi baru lahir menyebabkan bayi mudah kehilangan panas

melalui 4 cara, diantaranya yaitu:

a) Konduksi, melalui benda-benda pada yang kontak dengan kulit

bayi.

b) Konveksi, melalui pendinginan melalui aliran udara di sekitar

bayi.

c) Evaporasi, kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit

bayi yang basah.

d) Radiasi, melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak

secara langsung dengan kulit bayi.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Hartini Mardi

Asih, Wanda, Widyatuti, & Rustina, 2013) yang berjudul Pengaruh

Perawatan Metode Kanguru Terhadap Suhu Tubuh Bayi Yang

Mengalami Demam, suhu tubuh bayi yang demam mengalami

penurunan setelah dilakukan Perawatan Metode Kanguru (PMK)

disertai pemberian anti piretik.

Sedangkan penelitihan yang dilakukan oleh Ruri dan Aniyati

tahun 2013 dengan judul “Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini

Terhadap Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir “ menyatakan bahwa 5 dari

8 orang ibu bersalin yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini

bayinya mengalami hipotermi dengan rata-rata suhu 350C

sedangkan 3 ibu bersalin yang melakukan inisiasi menyusu dini

bayinya tidak mengalami hipotermia dengan rata-rata suhu bayi

baru lahir 36,50C. Menurut Roesli (2013 : 28) bayi yang dilakukan

inisiasi menyusu dini berada dalam suhu yang aman. Karena suhu

payudara ibu meningkat 0,50C dalam 2 menit jika bayi diletakkan


di dada ibu. Hal ini terbukti bahwa bayi pada kelompok intervensi

memiliki suhu yang normal karena langsung kontak kulit dengan

dada ibunya. Sedangkan pada kelompok kontrol bayi tidak

melakukan kontak kulit langsung dengan dada ibunya, bayi

langsung dibungkus dengan kain sehingga kemungkinan memiliki

suhu dibawah ratarata sehubungan dengan keterpaparan terhadap

lingkungan di sekitarnya. Sehingga dapat disimpulkan Rata-rata

suhu tubuh bayi baru lahir yang dilakukan IMD sebesar 36,700C

sedangkan yang tidak dilakukan IMD yaitu sebesar 36,470C dengan

kata lain mengalami hipotermi. Ada pengaruh Inisiasi Menyusu

Dini terhadap Suhu tubuh Bayi Baru Lahir.

c) Gastrointestinal

Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk mencerna

dan menelan makanan selain susu masi terbatas. Hubungan antara

esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang

mengakibatkan “gumoh. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas

kurang dari 30 cc untuk seorang bayi cukup bulan (Siwi Elisabeth,

2015).

d) Kekebalan Tubuh

Sistem imunitas bayi baru lahir memang belum matang,

sehingga rentan terhadap infeksi maupun alergi. Kekebalan alami

terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau

meminimalkan infeksi (Siwi Elisabeth, 2015).

e) Sistem Ginjal

Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir hingga masukan

cairan meningkat, mungkin urine akan tampak lebih keruh termasuk

berwarna merah muda. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat


dalam kandung kemih bayi baru lahir, tetapi mungkin tidak

mengeluarkan urine selama 12-24 jam.

f) Sistem Reproduksi

Anak laki-laki tidak menghasilkan sperma hingga pubertas,

tetapi anak perempuan sudah memiliki ovum dalam ovariumnya.

Kedua jenis kelamin ini mungkin memperlihatkan pembesaran

payudara, terkadang disertai sekresi cairan pada puting pada hari ke

4-5 karena adanya gejala berhentinya sirkulasi hormone ibu. Pada

anak perempuan, peningkatan kadar estrogen selama masa hamil

yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir mengakibatkan

pengeluaran suatu cairan atau kadang bercak darah melalui vagina

(Siwi Elisabeth, 2015).

g) Sistem Syaraf

Aktivitas-aktivitas refleks yang terdapat pada bayi baru lahir

menandakan adanya kerja sama antara system syaraf dan system

musculoskeletal (Siwi Elisabeth, 2015).

5) Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir

Berdasarkan (Departemen Kesehatan, 2009) penatalaksanaan bayi

baru lahir adalah:

1) Menjaga kehangatan meliputi mengeringkan tubuh bayi tanpa

membersihkan verniks, meletakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu

ke kulit bayi, menyelimuti ibu dan bayi dan memakaikan topi di

kepala bayi, tidak segera menimbang atau memandikan bayi.


2) Membersihkan jalan napas (bila perlu) sekaligus menilai APGAR

skore

Skor
Tanda
0 1 2

1. Frekuensi  Tidak  < 100 x/ menit > 100 x/

jantung ada  lambat, tidak menit

2. Usaha bernafas  Tidak teratur  Menangis

3. Tonus otot ada  Ekstremitas fleksi kuat

4. Reflek  Lumpuh  Gerakan sedikit  Gerakan

5. Warna kulit  Tidak  Gerakan kuat


 Tubuh

ada kemerahan,  Seluruh

 Biru/ ekstremitas biru tubuh

pucat kemerahan

Penggunaan Apgar Score bayi baru lahir ada 3 golongan :

a) Apgar score 1 menit 7-10 : Normal/ baik

b) Apgar score 1 menit 4-6 : Asphyxia/ sedang

c) Apgar score 1 menit 0-3 : Asphyxia/ berat

3) Mengeringkan dan tetap menjaga kehangatan

4) Memotong dan mengikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-

kira 2 menit setelah lahir.

5) Melakukan inisiasi menyusu dini dan kontak kulit bayi dengan kulit

ibu.

6) Memberikan salep mata antibiotika tetrasiklin / gentamisin 1% pada

kedua mata.

7) Memberikan suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri

anterolateral setelah inisiasi menyusu dini.


8) Memberi imunisasi hepatitis B 0,5 mL intramuskular, di paha kanan

anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin

K1.

Selain itu terdapat Kunjungan Neonatus (KN). Kunjungan

Neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas

kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan memberi

pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayinya. Pada (Kemenkes, 2017)

tentang standar pelayanan minimal KN dibagi menjadi 3, yaitu:

1) KN1 adalah kunjungan pada 0-2 hari. Asuhan yang diberikan yaitu

pemberian vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B 0 bila belum

diberikan pada saat lahir, perawatan tali pusat, pencegahan hipotermi,

pencegahan infeksi.

2) KN2 adalah kunjungan 2-7 hari. Asuhan yang diberikan yaitu

konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif dan

perawatan tali pusat, periksa tanda bahaya infeksi, pencegahan

hipotermi.

3) KN3 adalah kunjungan setelah 7-28 hari. Asuhan yang diberikan

yaitu imunisasi bayi 1 bulan meliputi BCG dan Polio 1, memastikan

tidak terdapat tanda-tanda infeksi, memastikan pemberian ASI

ekslusif.

5. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana (Kontrasepsi Pasca-Persalinan)

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan

konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma

yang mengakibatkan kehamilan. Tujuan dari kontrasepsi adalah

menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara

sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Dewi dan Sunarsih, 2014).
Dalam memberikan asuhan kebidanan Keluarga Berencana, Bidan harus

memberikan konseling sebelum penggunaan KB tersebut. Konseling

merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan KB. Dengan

melakukan konseling, berarti petugas membantu klien dalam memilih dan

memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya

(Saifuddin, 2016). Kontrasepsi yang bisa digunakan bagi ibu nifas dan

menyusui antara lain:

a. Metode Amenorhea Laktasi (MAL)

Metode Amenorhea Laktasi (MAL) merupakan metode kontrasepsi

sementara yang cukup efektif selama ibu menyusui secara efektif, selama

klien belum haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan.

Efektivitas dapat mencapai 98% (Affandi, dkk, 2012).

b. Kontrasepsi Sederhana

Kontrasepsi sederhana yang dapat digunakan pascapersalinan yaitu

kondom, spermisida, dan diafragma. Kondom dan spermisida dapat langsung

digunakan pascapersalinan, namun diaragma sebaiknya digunakan sampai 6

minggu pascapersalinan (Affandi, dkk, 2012).

c. Kontrasepsi Progestin

Kontrasepsi progestin dapat segera dimulai pascapersalinan karena

metode ini tidak meningkatkan resiko masalah pembekuan darah dan tidak

mengganggu ASI. Kontrasepsi progestin yang dapat digunakan oleh ibu

pascapersalinan yaitu pil dan suntik progestin, implan, dan AKDR dengan

progestin (Affandi, dkk, 2012).

d. Kontrasepsi AKDR

Kontrasepsi efektif AKDR juga dapat digunakan langsung

pascapersalinan (IUD pascaplacenta) karena tidak mengandung hormonal


sehingga aman untuk ibu menyusui maupun tidak menyusui karena dapat

digunakan untuk semua wanita usia reproduksi (Saifuddin, 2012).

IUD pascaplacenta adalah alat kontrasepsi yang termasuk dalam KB

pascapartum yang dapat langsung dipasang pada saat 10 menit setelah

plasenta diahirkan. Pemasangan IUD pascaplacenta dan segera

pascapersalinan direkomendasikan karena pada masa ini serviks masih

terbuka dan lunak sehingga memudahkan pemasangan IUD dan kurang nyeri

bila dibandingkan pemasangan setelah 48 jam pascapersalinan (Affandi,

2012). Asuhan kebidanan KB pada ibu nifas, yaitu:

a. Data Subyektif

Data subyektif dapat dievaluasi dari catatan antepartum maupun

intrapartum. Pengkajian ini dilakukan saat kunjungan nifas 6 minggu, yaitu

tentang kontrasepsi yang diinginkan oleh ibu (Bahiyatun, 2014).

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan

(Bahiyatun, 2014).

2) Pemeriksaan fisik secara head to toe (Bahiyatun, 2014).

3) Pemeriksaan ginekologi pada AKDR

Pemeriksaan ginokologi yang dilakukan adalah pemeriksaan

inspekulo dan pemeriksaan bimanual apabila akan dilakukan

pemasangan AKDR. Pemeriksaan bimanual dilakukan untuk mencari

adakah dilatasi dan nyeri tekan/goyang, mobilitas, nyeri, serta

mendeteksi adanya masa atau pembesaran (Affandi, dkk, 2012).

4) Pemeriksaan penunjang: Laboratorium (HCG) dan lain-lain. Hormon

HCG diperiksa untuk mengetahui apakah seorang calon akseptor KB

hamil atau tidak (Bahiyatun, 2014).

c. Analisa
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau

diagnosis berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan. Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan

Bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan emenuhi standar

nomenklatur/tata nama diagnosis kebidanan dan dirumuskan secara

spesifik. Contoh: P1A0, umur ibu 23 tahun, umur anak 2 minggu,

menyusui, sehat, ingin menggunakan alat kontrasepsi (Muslihatun, 2012).

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaannya yaitu memberikan konseling tentang kontrasepsi

yang akan digunakan (jenis, manfaat, cara kerja, kelebihan, kekurangan),

persetujuan tindakan medis (bila memerlukan tindakan medis), membuat

kesepakatan kunjungan ulang (Saifuddin, 2012).

Menurut Seehusen, et. al (2013) dalam jurnal penelitian yang

berjudul Contraceptive Education for Women After Childbirth, pendidikan

kontrasepsi pada ibu postpartum dapat meningkatkan penggunaan

kontrasepsi dan mengurangi pengulangan kehamilan yang tidak

direncanakan.

e. Evidance Based Kb

Pemilihan alat kontrasepsi pascasalin yang dilakukan calon akseptor

perlu dibantu dengan konseling oleh tenaga kesehatan menggunakan alat

bantu untuk menentukan alat kontrasepsi yang sesuai dengan keadaan calon

akseptor. Penelitian yang dilakukan oleh Herlyssa, Sri Mulyati, Mardiana

Dairi (2014; h. 9-18)yang berjudul Penggunaan WHO Wheel Criteria dan

Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK), dalam Pemilihan Kontrasepsi

Pasca Persalinan menunjukkan hasil bahwa WHO Wheel Criteria dan ABPK
sama-sama efektif digunakan sebagai alat bantu dalam pengambilan

keputusan ber-KB (Mulyati and Dairi, 2014).

Pemilihan alat kontrasepsi berdasarkan pada urutan prioritas yang

rasional. Prioritas utama dalam pemilihan alat kontrasepsi yang bertujuan

untuk menjarangkan kehamilan adalah AKDR dan AKBK. Hal ini dibuktikan

dengan penelitian yang dilakukan oleh STCameron, A Glasier, ZE Chen, A

Johnstone, C Dunlop, R Heller (2012; h. 1074-1080) yang berjudul Effect of

Contraception Provide at Termination of Pregnancy and Incidence ob

Subsequent Termination of Pregnancy yang menunjukkan hasil bahwa ibu

yang memilih alat kontasepsi dengan tujuan menjarangkan kehamilan lebih

banyak memilih implant dan IUD karena efektif dalam jangka panjang

(Cameron et al., 2012).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fevironica Y.O, Hj. Mumpuni

D.N, dr.A. Iskandar (2014) dalam jurnal yang berjudul Faktor-faktor yang

Menyebabkan Akseptor memilih KB Suntik 3 bulan di BPM Ny.Kuntum

Kholidah, SST di Ds. Diwek Kec. Diwek Kab. Jombang, disimpulkan KB

suntik 3 bulan adalah efektif, hampir seluruh pasangan usia subur yang

memakai alat kontrasepsi ini menyatakan praktis, sebagian besar responden

menyatakan kontrasepsi KB suntik 3 bulan tidak berpengaruh pada ibu

menyusui. Sebagian besar menyatakan dapat haid secara teratur, dan hampir

setengah responden menyatakan biaya terjangkau serta sebagian kecil dapat

mengakibatkan gemuk (Fevironica Y.O1, Hj. Mumpuni D.N2, 2014).

B. Teori Asuhan Kebidanan

1. Asuhan Kebidanan

a. Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan

kepada individu pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan secara


bertahap dan sistematis, melalui suatu proses yang disebut manajemen

kebidanan (Varney, 2008).

2. Manajemen Kebidanan

Menurut (Sulistyawati, 2014) manajemen kebidanan adalah proses

pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan

serta keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil

suatu keputusan yang berfokus kepada pasien. Langkah-langkah tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap, yaitu: riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan

kebutuhannya, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,

meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi.

b. Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi

yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar

yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah

atau diagnosis yang spesifik.

c. Mengindentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah

diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan


diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini

benar-benar terjadi.

d. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Penanganan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat

mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

e. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,

ditentukan langkah-langkah sebelumnya. langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar

yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

f. Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah

kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa

dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan

sebagian lagi oleh klien atau oleh tim kesehatan lainnya. Jika bidan

tidak melaksanakan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah tersebut

benar terlaksana.

g. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasikan didalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut

dapat dianggap efektif jika memang bernar efektif dalam


pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut

lebih efektif sedang sebagian belum efektif.

3. Dokumentasi Kebidanan SOAP

Metode pendokumentasian SOAP merupakan intisari dari proses

berfikir dalam asuhan kebidanan yang menggambarkan catatan

perkembangan klien yang merupakan suatu sistem pencatatan dan

pelaporaan informasi tentang kondisi dan perkembangan serta semua

kegiatan yang dilakukan oleh bidan dan memberikan asuhan kebidanan

terdapat dalam rekam medik. Menurut (Kemenkes RI, 2015) pencatatan

dilakukan setelah melaksanakan auhan pada formulir yang tersedia,

pendokumentasian dilakukan dengan SOAP yaitu :

a. S (Subyektif) adalah mencatat hasil anamnesa, menggambarkan

pendokumentasian hasil asuhan pengumpulan data pasien melalui

anamnesis sebagai langkah 1 Varney.

b. O (Objektif) adalah mencatat hasil pemeriksaan, sebagai langkah 1

Varney.

c. A (Analisa) adalah mencatat diagnosa dan masalah kebidanan, sebagai

langkah 2, 3, dan 4 Varney.

d. P (Penatalaksanaan) adalah mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan,

berdasarkan langkah 5, 6, dan 7 Varney.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah metode observasional

deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang dilaksanakan oleh penulis melalui

pendekatan manajemen kebidanan. Studi kasus yang digunakan penulis adalah

dengan menggunakan asuhan kebidanan menurut kerangka pikir Varney dari

pengumpulan data dasar, interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa atau


masalah bersarkan kondisi klien, menyusun rencana asuhan yang menyeluruh,

pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman serta mengevaluasi

perkembangan dengan SOAP pada asuhan kebidanan ibu hamil, bersalin, nifas,

pelayanan KB, dan BBL.

B. Subyek Penelitian

Subjek adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek

penelitian atau objek yang diteliti yang dianggap memenuhi seluruh populasi

tersebut (Notoatmodjo, 2013).

Populasi didefinisikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti (Hidayat, 2012). Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil

Trimester III di Puskesmas Dukun

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Sampel penelitian ini adalah satu ibu hamil

Trimester III di Puskesmas Dukun..

Dalam penelitian ini penulis menggunakan cara pengambilan sampel

Nonprobability sampling dengan jenis sampling yang digunakan adalah purposive

sampling.

Purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara

memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti

sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal

sebelumnya (Nursalam, 2014). Dalam Purposive sampling menggunakan dua

kriteria sampel untuk menentukan dapat atau tidaknya sampel digunakan. Kriteria

sampel tersebuta dalah sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili

dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel


(Notoatmodjo, 2014). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu hamil

Trimester III dengan usia kehamilan ≥ 36 minggu dengan kehamilan

fisiologis dilanjutkan persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB yang menjadi

pasien di Puskesmas Dukun

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

(Notoatmodjo, 2014). Kriteria eksklusi penelitian ini adalah

a. Ibu hamil Trimester III dengan usia kehamilan ≥36 minggu dengan

kehamilan patologis (ibu beresiko, penyakit menyertai kehamilan,

kelainan letak).

b. Ibu tidak bersedia menjadi responden

Subjek penelitian yang digunakan dalam studi kasus adalah Ny. I umur 23

tahun dengan kehamilan normal trimester III dengan usia kehamilan 36+3

minggu tanpa penyulit selama kehamilan.

C. Metode Pengumpulan Data dan Analisa Data

1. Sumber data Sumber

Sumber data yang diperoleh penulis berupa catatan hasil wawancara

mendalam dengan klien, catatan lapangan yang merupakan hasil pengamatan

dan observasi penulis di lapangan, serta catatan dokumen yang diperoleh dari

buku KIA klien.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu

pengamatan dan observasi lapangan, wawancara dengan klien, mencatat data


pada buku KIA klien sebagai data sekunder, dan menganalisis dokumentasi

atau catatan hasil yang diperoleh.

3. Pengolahan Data

Pengolahan data dimulai dari menyusun data yang terlah terkumpul

dan menilai kelengkapan data, mengklasifikasikan data sesuai dengan

kebutuhan, mengolah data sebagai asuhan kebidanan dan melakukan

interpretasi data dari keseluruhan asuhan yang diberikan.

4. Analisa Data

Analisis data dalam penulisan hasil studi kasus dilakukan secara

observasional deskriptif menggunakan prinsi-prinsip manajemen asuhan

kebidanan menurut Varney dan menggunakan SOAP untuk catatan

perkembangan klien.

D. Masalah Etika

Menurut Hidayat (2012) etika dalam pengumpulan laporan ini meliputi:

1. Informed Consent

Informed consent atau lembar persetujuan menjadi responden akan

diberikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi

selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden tersebut menolak

untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-

haknya. Bukti persetujuan menjadi responden dinyatakan secara tertulis oleh

reponden dan keluarganya pada lembar persetujuan menjadi responden.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi

inisial pada masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentially
Kerahasiaan informasi subjek penelitian akan dijamin oleh peneliti,

hanya data tertentu saja yang disajikan sebagai hasil asuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsalam, M. and Daniel, A. (2013) ‘Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan


Anemia Defisiensi Besi’, Sari Pediatri, 4(2), pp. 74–77.

Adam, Jusri dan J. M. L. Umboh. (2017). “Hubungan antara Umur, Parietas dan
Pendampingan Suami dengan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
Deselerasi di Ruang Bersalin RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo”. JIKMU, 5(2a), pp. 406-413.

Anggraini, Y. (2014) Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Pertama. Edited by T. Endroko.


Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Asrinah. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Azizah, Iin Nur, Melyana Nurul Widyawati dan Novita Nining Anggraini. (2012).
“Pengaruh Endorphin Massage Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Persalinan
Normal Ibu Primipara di BPS S dan B Demak”. http.jurnal.unimus.ac.id. pp.
90-96.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013) ‘Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) 2013’, Laporan Nasional 2013, pp. 1–384. doi: 1 Desember
2013.

Bahiyatun (2014) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Pertama. Edited by
M. Ester. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.

Darmawati. (2012).“Pengaruh efektifitas Konseling Terhadap Dukungan Suami


dalam Pengambilan Keputusan KB dan Pemilihan Kontrasepsi”. Idea Nursing
Journal. III(01), pp. 21-31. ISSN: 2087-2879

Depkes. 2016. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2017) ‘Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2016’.

Dewi, Vivian. 2014. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.

DMPA dengan Perubahan Cairan Tubuh”. Surabaya: Jurnal Penelitian Kesehatan:


2013: Vol.XI No.4.

Hartanto, Hanafi. 2014. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Hasanah, Armita Iriyana, Ratna Sari Hardiani dan Latifa Aini Susumaningrum.
(2017). “Hubungan Teknik Menyusui dengan Resiko Terjadinya Mastitis pada
Ibu Menyusui di desa Kemuning Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember”. E-
journal Pustaka Kesehatan, 05(2), pp. 260-267.

Herawati, Yanti dan Maya Indriati. (2017). “Pengaruh Pemberian ASI Awal
Terhadap Kejadian Ikterus pada Bayi Baru Lahir 0-7 Hari”. Jurnal Bidan
“Midwife Journal”, 03(01), pp. 67-72. eISSN 2477-345X

Hidayat, A. 2016. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017) ‘Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2016’, in. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pp. 1–
220.

Maritalia, D. (2014) Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Kedua. Edited by S.


Riyadi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Manuaba. 2014. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan Kb. Jakarta: ECG.

Metha, J. M. (2014). “Gambaran Suhu Bayi Baru Lahir 6 Jam Pasca Kelahiran
Sebelum dan Sesudah Dimandikan Selama 5 Menit”

Mulyati, Iceu. (2016). “Hubungan Asuhan Sayang Ibu dengan Lamanya Persalinan
Kala I dan II di Puskesmas Cikancing Tahun 2016”. Jurnal Proteksi
Kesehatan, 04(02), pp. 175-185.

Muazizah. 2012. Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Bayi Baru Lahir.

Muslihatun, Wafi. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Notoatmodjo, S. 2014. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nurjanah, S., Maemunah, A. S. and Badriah, D. L. (2013) Asuhan Kebidanan Post


Partum Dilengkapi Dengan Asuhan Kebidanan Post Sectio Caesarea. Pertama.
Edited by N. F. Atif. Bandung: PT Refika Aditama.

Nursalam. 2014. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: SalembaMedika.

Prawirohardjo, S. (2014) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Pertama. Edited by A. B. Saifuddin et al. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan, 2016 (2016) Profil Kesehatan Kabupaten


Grobogan. Grobogan.

Purwanti, E. (2012) Asuhan Kebidanan Untuk Ibu Nifas. Pertama. Edited by A.


Rifqy. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu.
Rukiyah, A. Y., Yulianti, L. and Liana, M. (2014) Asuhan Kebidanan III (Nifas).
Edited by Jusirman. Jakarta: Trans Info Media.

kontrasepsi’, Jurnal Ilmiah Kebidanan, 1(1), pp. 37–47.

Suherni, Widyasih, H. and Rahmawati, A. (2014) Perawatan Masa Nifas. Edited by I.


Machfoedz. Yogyakarta: Fitramaya.

Sulistiyawati Ari. 2014. Asuhan kebidanan pada masa kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika.

Suryani, Pudji dan Ina Handayani, “Senam Hamil dan Ketidaknyamanan Ibu Hamil
Trimester Ketiga”. Jurnal Bidan “Midwife Journal”. 5(01), pp 33-39. eISSN
2477-345X.

Uliyah, Musrifatul. 2013. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan.


Jakarta : Salemba Medika.

Winkjosastro, H. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
Lampiran 1. Lembar Konsultasi

LEMBAR KONSULTASI

Nama mahasiswa : Yuli Endah Triana P


NIM : P1337424821579
Tempat Praktik : Puskesmas Grabag
TANDA
HARI / SARAN / TANGAN &
MATERI
TANGGAL MASUKAN NAMA
PEMBIMBING

Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada :
Yth.Calon Responden Studi Kasus
Di Puskesmas Grabag
Desa Grabag

Dengan hormat,

Yang bertandatangan di bawahini:

Nama : Yuli Endah Triana P

NIM : P1337424821579

Adalah mahasiswa Program Studi Profesi Kebidanan Semarang Poltekkes Kemenkes


Semarang yang akan mengadakan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ny. I Usia 23 Tahun di Desa Grabag, Kecamatan Grabag,
Kabupaten Magelang”

Studi kasus ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan responden. Kerahasiaan
serta informasi yang anda berikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk
kepentiangan studi kasus. Jika saudara tidak bersedia untuk menjadi responden, maka
saudara boleh mengundurkan diri untuk tidak menjad iresponden. Apabila saudara
setuju untuk menjadi responden, maka saya harap kesediaan saudara untuk
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dan bersedia untuk dilakukan
asuhan kebidanan komprehensif.

Atas perhatian saudara, saya ucapkan terimakasih

Magelang, September 2022

Pelaksana Studi Kasus

Yuli Endah Triana P

Lampiran 4 Lembar Informed Consent

INFORMED CONSENT
Yang bertandatangan di bawahini :

Nama : Ny. I

Umur : 23 Tahun

Alamat: Desa Grabag Kecamatan Grabag

Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta manfaat asuhan

kebidanan komprehensif, identitas responden akan dirahasiakan dan informasi yang

akan diberikan hanya akan digunakan untuk kepentingan Asuhan Kebidanan

Komprehensif dengan ini saya menyatakan bersedia berpartisipasi menjadi responden

Asuhan Kebidanan Komprehensif yang dilakukan saudari Yuli Endah Triana P dari

Prodi Profesi Kebidanan Semarang.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya tanpa paksaan dari

siapapun.

Magelang, September2022
Yang Memberi Pernyataan

( )

Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai