Anda di halaman 1dari 47

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

RENDAHNYA CAKUPAN IBU HAMIL K1


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TALIWANG
KABUPATEN SUMBAWA BARAT
TAHUN 2022

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan oleh:
HERDIANA
NIM : 2022E1D067M

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
TAHUN 2022/2023
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian ibu menurut World Health Organization (WHO) adalah

kematian yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan atau dalam 42 hari

setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak

langsung dari kehamilan atau persalinan (Depkes RI, 2009). Menurut

WHO, rasio kematian ibu di negara berkembang mencapai 462/100.000

kelahiran hidup, yang berarti 42 kali lebih tinggi dibandingkan dengan

negara maju sebesar 11/100.000 kelahiran hidup (WHO, 2020). Kematian

maternal 98% terjadi di negara berkembang dan sebenarnya sebagian

besar kematian dini dapat dicegah.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) per 2012

menyebutkan AKI di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Dengan demikian terdapat rata-rata 3 kematian ibu dalam setiap 1.000 kelahiran

di Indonesia. AKI menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat

tahun 2020 yaitu 122 kematian dari 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk

data kasus kematian ibu di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020 sebanyak

34/100.000 KH, dan mengalami kenaikan ditahun 2021 yaitu 75/100.000 KH

(Dinas Kesehatan KSB, 2022).

Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat

persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian ibu

adalah perdarahan (28%), Eklampsia (24%), dan infeksi (11%). Penyebab

tidak langsung kematian ibu adalah Kurang Energi Kalori (KEK) pada

kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%) (Riskesdas, 2007).


2

Angka Kematian ibu yang tinggi juga berkaitan dengan kurang terlaksananya

kunjungan baru ibu hamil K1 dengan kehamilan trimester pertama (<12

minggu). Kematian yang dimaksud dalam laporan ini adalah kematian yang

terjadi selama kehamilan, saat melahirkan, selama masa nifas, maupun dua bulan

setelah berakhirnya kehamilan (WHO, 2020). Program kesehatan Ibu dan Anak

(KIA) diharapkan dapat berperan besar dalam menurunkan AKI.

Penyebab AKI langsung maupun tidak langsung dapat dicegah

dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) yang memadai (Arsita,

2012). Perawatan antenatal care (ANC) merupakan faktor penting dalam

mengurangi morbiditas dan mortalitas ibu pada ibu hamil dalam mencapai

pengalaman kehamilan yang positif (Nxiweni et al., 2022). Tujuan ANC untuk

memastikan kesehatan bayi yang belum lahir dan ibu hamil tetap dalam kondisi

sehat dan terjamin keselamatannya. Manfaat ANC dapat mengurangi morbiditas

dan mortalitas ibu dan prenatal, WHO merekomendasikan empat kali kunjungan

ANC sebelum tahun 2016 (Nxiweni et al., 2022), pada tahun 2020 WHO telah

merilis panduan baru yang menyarankan minimal pelayanan ANC yang harus

diterima oleh ibu hamil yaitu 8 kali atau lebih selama masa kehamilan (WHO,

2020).

Pelayanan ANC memberikan kesempatan kepada ibu hamil untuk

memperoleh manfaat dari layanan perawatan termasuk promosi kesehatan,

skrining dan diagnosis, serta pencegahan penyakit (Wagiyo, 2016). ANC sangat

diperlukan untuk menjaga keadaan bayi tetap normal serta mengenali kelainan

yang terjadi pada masa kandungan, sehingga mendapat penanganan yang tepat,

namun banyak wanita di negara berkembang tidak memiliki akses ke layanan

ANC (Mutowo et al., 2021).


3

Menurut laporan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) wilayah kerja

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Taliwang, tentang

pemanfatan ANC tiga tahun terakhir kecenderungannya semakin menurun, hal

ini ditunjukkan dengan data cakupan K1 pada tahun 2020 sebesar 90,99% pada

tahun 2021 menurun menjadi 87,44% dan pada tahun 2022 menurun kembali

menjadi 72,53% (Dinas Kesehatan KSB, 2022).

Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa peningkatan akses ke petugas

kesehatan yang terampil, memiliki hubungan dekat dengan petugas ANC, dan

layanan keluarga berencana dapat secara signifikan mengurangi angka kematian

ibu pada daerah dengan penghasilan rendah (Nuamah et al., 2019). Meskipun

perawatan maternitas (termasuk ANC) sangat penting, akses yang buruk dalam

pemanfaatan layanan ANC tetap menjadi bagian terpenting sebagai penentu

tingkat kematian dan morbiditas ibu di seluruh dunia (Olaitan et al., 2017).

Berbagai temuan dalam penelitian terkait ANC telah dikutip oleh banyak

peneliti kesehatan sebagai salah satu jenis pelayanan kesehatan ibu yang jika

dimanfaatkan memiliki potensi untuk mengurangi kematian ibu (Beitzel, 2022).

ANC adalah perawatan yang diberikan kepada wanita hamil oleh praktisi

kesehatan untuk mengetahui tingkat risiko kehamilan ibu hamil, mencegah dan

mengelola komplikasi, mendorong perilaku hidup sehat, dan membangun

hubungan terapeutik antara pasien dengan tenaga medis (Nxiweni et al., 2022).

Penelitian terdahulu telah menunjukkan hubungan antara pemanfaatan

dan aksesibilitas ANC, faktor sosio-demografi, pengetahuan, dan kualitas

perawatan yang diberikan (Rachmawati, Puspitasari & Cania, 2017; Siwi &

Saputro, 2020; Ratnasari, Yusran & Iriyanti, 2022), tetapi sejauh mana faktor-

faktor ini memengaruhi pemanfaatan ANC belum banyak didokumentasikan


4

secara memadai di wilayah Indonesia lainnya.

Menurut teori Health Service Use (Pemanfaatan Layanan Kesehatan) dari

Andersen (1975), dimana kerangka teoretis dalam penelitian ini

mengkonseptualisasikan pemanfaatan layanan kesehatan sebagai fungsi dari

interaksi antara faktor predisposisi, pendukung, dan kebutuhan yang

memengaruhi apakah wanita bergegas ingin melakukan ANC seperti yang

direkomendasikan. Model ini digunakan untuk membuat tema yang berdampak

pada penggunaan ANC pada wanita hamil (Munawar, 2017).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Taliwang

menunjukkan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya berpendidikan SMP

atau SD. Dari 10 ibu hamil yang diwawancarai diketahui empat ibu yang

mendapat dukungan suami dalam melakukan kunjungan ANC, sedangkan enam

ibu menganggap ANC sebagai urusan perempuan. Beberapa dari ibu hamil yang

mengaku jika suami melarang istrinya untuk melakukan pemeriksaan terkait

kondisi kehamilannya dan pemeriksaaan hanya dilakukan saat diperlukan saja

atau jika terjadi gangguan selama masa kehamilan. Rendahnya dukungan

keluarga untuk memotivasi ibu hamil agar mendapatkan pelayanan dapat

berpengaruh cukup besar dalam proses pengambilan keputusan ibu hamil untuk

melakukan pemeriksaan ANC lebih dini.

Berdasarkan uraian latar belakang, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya

cakupan ibu hamil K1 di wilayah kerja UPTD Puskesmas Taliwang. Wawasan

yang diberikan oleh penelitian ini selanjutnya akan membantu membentuk

kebijakan strategis yang akan digunakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat

melalui Dinas Kesehatan untuk mengurangi jumlah kematian ibu dan


5

meningkatkan hasil neonatal.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah

sebagai berikut: “Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kunjungan

awal ibu hamil (K1) di Pukesmas Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat tahun

2022?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang behubungan dengan

kunjungan awal ibu hamil (K1) di wilayah kerja Pukesmas Taliwang

Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan karakteristik usia, pendidikan, paritas, pekerjaan

responden di Wilayah Kerja Puskesmas Taliwang, Kabupaten

Sumbawa Barat.

b. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan cakupan kunjungan

pemeriksaan kehamilan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Taliwang,

Kabupaten Sumbawa Barat.

c. Mengetahui hubungan kepercayaan dan nilai budaya dengan

cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan K1 di Wilayah Kerja

Puskesmas Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat.

d. Mengetahui hubungan keterjangkauan fasilitas kesehatan dengan

cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan K1 di Wilayah Kerja

Puskesmas Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat.


6

e. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan cakupan

kunjungan pemeriksaan kehamilan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas

Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat.

f. Mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan dengan cakupan

kunjungan pemeriksaan kehamilan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas

Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi subjek penelitian.

Meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya melakukan pemeriksaan

kehamilan dengan lengkap dan sesuai standar, yang diharapkan dapat

menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu), dan AKB (Angka Kematian Bayi).

Sebagai informasi bagi tokoh masyarakat dan pemerintah daerah setempat

untuk menindak lanjuti program KIA.

2. Manfaat Teoritis.

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

atau masukan bagi perkembangan ilmu kesehatan khususnya Kesehatan Ibu

dan Anak, untuk mengetahui bagaimana strategi yang dapat diterapkan dalam

peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak.

3. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

bagi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat khususnya

Puskesmas Taliwang dalam pengambilan keputusan guna menentukan

kebijakan kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat dan bagi pihak lain

penelitian ini juga diharapkan dapat membantu pihak lain dalam penyajian

informasi untuk mengadakan penelitian serupa. Penelitian ini diharapkan


7

dapat memberikan wawasan baru untuk tenaga kesehatan, dan hasil dari

penelitian ini dapat digunakan untuk mempromosikan perubahan sosial yang

positif dengan membantu tenaga kesehatan menyiapkan ibu, keluarga, beserta

masyarakat sekitar dalam menciptakan lingkungan yang lebih mendukung

dan sehat sebagai wadah agar ibu dapat menjalani masa kehamilannya

dengan aman. Hasil dari penelitian ini juga dapat digunakan dalam

pengembangan intervensi perawatan ANC yang ditargetkan, serta dapat

membantu meningkatkan deteksi dini dalam masalah kesehatan yang

mungkin muncul selama kehamilan. Hal ini berpotensi membantu

mengurangi komplikasi kesehatan ibu dan memperbaiki hasil kehamilan,

sehingga Angka Kematian Ibu dapat ditekan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang

berhubungan dengan rendahnya cakupan kunjungan Ibu hamil K1 di Puskesmas

Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Faktor-

faktor yang diteliti adalah faktor pengetahuan, faktor kepercayaan dan nilai

budaya, faktor keterjangkauan fasilitas kesehatan, faktor dukungan keluarga,

faktor dukungan petugas kesehatan dalam hal ini adalah Bidan serta faktor

karakteristik responden yang diteliti (usia, paritas dan pendidikan). Jenis

penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian Deskriptif Analitik

yang menggunakan data primer berupa kuisioner yang dibagikan kepada

responden yang telah ditentukan.

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian

No. Judul Tujuan Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Penelitian
1 Factors Affecting Penelitian ini Hasil penelitian Mengidentifi- Lokasi serta
8

Antenatal Care bertujuan menunjukkan kasi dan objek


Visit Obedience untuk bahwa tingkat menganalisis penelitian
during the Covid- menganalisis pengetahuan, sikap faktor-faktor dilakukan
19 Pandemic in faktor-faktor ibu, tenaga yang pada tempat
Konawe District, yang kesehatan, dan memengaruhi yang
Southeast mempengaruhi dukungan tenaga kunjungan berbeda dan
Sulawesi kunjungan kesehatan secara ANC pada pada
(Merdikawati, ANC pada ibu signifikan ibu hamil periode
Nurjannah, Astari hamil di masa menunjukkan hasil Menggunaka yang
& Choiriyah, pandemi kunjungan ANC n alat analisis berbeda
2022). Covid-19. yang positif selama statistik yang pula.
pandemi Covid-19. sama (chi-
Kesimpulannya, square).
tingkat
pengetahuan
menunjukkan
korelasi paling
tinggi dengan
kepatuhan
kunjungan ANC.

Tabel 1. Keaslian Penelitian (lanjutan)

No. Judul Tujuan Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Penelitian
2 Faktor-faktor Bertujuan Berdasarkan hasil Mengidentifi- Lokasi serta
yang untuk uji Chi Square kasi dan objek
Mempengaruhi mengetahui menunjukkan menganalisis penelitian
Kurangnya Minat faktor faktor secara statistik faktor-faktor dilakukan
Ibu Hamil yang bahwa terdapat yang pada tempat
Melakukan mempengaruhi hubungan memengaruhi yang
Pemeriksaan kurangnya signifikan faktor kurangnya berbeda dan
Antenatal Care minat ibu pengetahuan dan minat ibu pada
(ANC) di hamil faktor ekonomi hamil periode
Wilayah Kerja melakukan dengan melakukan yang
Puskesmas pemeriksaan pemeriksaan pada pemeriksaan berbeda
Ronga Ronga ANC di ibu hamil di ANC, serta pula.
Kabupaten Bener wilayah kerja wilayah kerja menggunakan
Meriah Puskesmas Puskesmas Ronga alat analisis
(Ratnasari, Ronga Ronga Ronga tahun 2020, statistik chi-
Yusran & Kecamatan sedangkan square.
Iriyanti, 2022). Gajah Putih pendidikan
Kabupaten dinyatakan tidak
Bener Meriah memiliki
Tahun 2020. hubungan.

3 Analisis Faktor Penelitian ini Faktor Pengetahuan Meneliti Lokasi serta


yang bertujuan dan Faktor Risiko faktor-faktor objek
Mempengaruhi untuk kehamilan pada Ibu yang penelitian
Rendahnya menganalisis Hamil berpengaruh memengaruhi dilakukan
Kunjungan faktor-faktor terhadap ANC rendahnya pada tempat
Antenatal Care yang Terpadu, kunjungan yang
(ANC) Terpadu memengaruhi sedangkan Faktor ANC berbeda dan
pada Ibu Hamil rendahnya Paritas dan Faktor Terpadu. pada
di Wilayah Kerja kunjungan Dukungan Suami periode
Puskesmas ANC Terpadu pada Ibu hamil yang
9

Sukodono pada Ibu tidak berpengaruh berbeda


Kabupaten Hamil di terhadap ANC. pula.
Lumajang Wilayah Kerja Risiko kehamilan
(Siwi & Saputro, Puskesmas pada Ibu Hamil
2020). Sukodono menjadi faktor
Kabupaten yang paling
Lumajang. dominan yang
memengaruhi ANC
Terpadu di wilayah
kerja Puskesmas
Sukodono
Kabupaten
Lumajang..
10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ibu Hamil

Kehamilan merupakan proses pembuahan yang terjadi ketika sel ovum

bertemu dengan sperma di ampula salah satu sisi tuba fallopi yang kemudian

ovum yang sudah dibuahi bermigrasi menuju kavum uteri. Setelah mencapai

uterus, terjadi implantasi blastokist pada dinding uterus lalu sel – sel trofoblas

akan berproliferasi dengan cepat untuk membentuk plasenta. Proses ini terus

berlanjut hingga hasil konsepsi tersebut berkembang sampai dengan usia aterm

(Guyton, 2017). Pada umumnya, kehamilan normal berlangsung 40 minggu

dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2016).

Pada kehamilan normal, sebenarnya hampir setiap sistem organ

mengalami perubahan baik dari fungsi anatomis maupun fisiologis sehingga

dapat terjadi perubahan pada kriteria diagnosis dan tatalaksana suatu penyakit

yang dialami oleh ibu hamil (Cunningham dkk., 2018).

1. Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada Kehamilan

a. Uterus

Selama masa kehamilan, uterus berfungsi sebagai organ yang

akan menerima dan menjaga hasil konsepsi baik janin, plasenta, dan

amnion sampai dengan menjelang persalinan. Peregangan dan penebalan

sel otot, dan terbatasnya produksi miosit baru mengakibatkan

bertambahnya ukuran organ uterus. Dengan meningkatnya ukuran sel

miosit, terjadi penumpukan jaringan ikat fibrosa dan elastin pada lapisan

eksternal otot yang menyebabkan dinding uterus semakin kuat

(Cunningham dkk., 2018).


11

Hipertrofi organ uterus terjadi karena stimulasi hormon estrogen

dan mungkin juga pengaruh hormon progesteron pada awal masa

kehamilan. Tetapi saat usia kehamilan menginjak lebih dari 12 minggu,

peningkatan ukuran uterus didominasi oleh dorongan hasil konsepsi.

Pada saat ini didapatkan tanda Piscaseck yakni posisi plasenta yang

mempengaruhi penebalan sel otot uterus. Ukuran uterus bertambah lebih

cepat pada bagian yang dekat dengan implantasi plasenta dan panjangnya

bertambah lebih cepat daripada lebarnya. Hal ini membuat uterus

berbentuk oval dan permukaannya tidak rata (Prawirohardjo, 2016).

b. Serviks

Perubahan pada serviks disebabkan oleh bertambahnya

vaskularisasi pada stroma serviks di bawah epitel menyebabkan warna

kebiruan pada daerah ektoservikal yang disebut tanda Chadwick. Selain

itu, juga terjadi hipertrofi dan hiperplasi pada kelenjar – kelenjar serviks

sehingga timbul edema servikal atau disebut tanda Goodell, sedangkan

isthmus mengalami perlunakan atau disebut tanda Hegar (Prawirohardjo,

2016).

c. Ovarium

Proses ovulasi dan pematangan folikel baru di ovarium akan

tertunda selama masa kehamilan. Pada saat ini hanya ditemukan satu

korpus luteum yang terdapat di ovarium. Selama 6 – 7 minggu awal

kehamilan, folikel ini akan berfungsi maksimal dan setelahnya akan

berperan memproduksi progesteron dalam jumlah minimal

(Prawirohardjo, 2016).
12

d. Vagina dan Perineum

Perubahan pada vagina selama kehamilan terjadi karena

peningkatan vaskularisasi dan hiperemia pada kulit, otot perineum, dan

vulva sehingga vagina akan terlihat berwarna keunguan yang disebut

tanda Chadwick (Prawirohardjo, 2016).

e. Kulit

Kulit dinding perut ibu hamil akan mengalami perubahan warna

menjadi kemerahan dan kusam. Terkadang perubahan ini juga terjadi

pada payudara dan paha yang disebut dengan striae gravidarum atau

stretch mark. Kulit di pertengahan abdomen atau disebut sebagai linea

alba akan berubah warna menjadi lebih gelap yang disebut linea nigra.

Penyebab dari terjadinya perubahan tersebut masih belum diketahui

secara pasti, namun diduga peningkatan kadar serum melanocyte

stimulating hormone pada akhir bulan kedua pada lapisan epidermis dan

dermis menjadi penyebabnya. Estrogen dan progesteron memiliki peran

dalam melanogenesis dan diduga menjadi faktor pendorongnya

(Prawirohardjo, 2016).

f. Payudara

Pada awal masa kehamilan, payudara pada ibu hamil akan terasa

nyeri dan parastesi. Ukuran payudara akan meningkat, vena akan

berdilatasi hingga terlihat di kulit permukaan payudara pada bulan kedua.

Areola menjadi lebih lebar dan semakin menghitam, puting payudara

menjadi tegak (Cunningham dkk., 2018).


13

g. Sistem Kardiovaskuler

Peningkatan estrogen dan progesteron pada ibu hamil memicu

vasodilatasi dan penurunan resistensi vaskuler perifer. Penurunan

resistensi vaskuler ini menyebabkan menurunnya performa ventrikel dan

terjadi perubahan pada aliran pulsasi arterial. Cardiac output dan denyut

jantung akan meningkat pada minggu ke – 5 kehamilan yang bertujuan

untuk mengurangi resistensi vaskuler sistemik. Volume plasma

meningkat di antara minggu ke – 10 dan 20 sehingga meningkatkan

preload serta kapasitas vaskuler yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan (Prawirohardjo, 2016).

h. Traktus Digestivus

Organ di atas uterus yaitu organ rongga abdomen (lambung dan

usus) akan semakin terdesak seiring peningkatan ukuran uterus. Hal

tersebut menyebabkan menurunnya motilitas otot polos sistem digestif.

Pada ibu hamil kerap dijumpai gejala pyrosis atau heartburn yang

disebabkan oleh karena posisi lambung berubah dan tonus sfingter

esofagus bawah menurun sehingga sekresi asam lambung dan peptin

menurun dan menyebabkan refluksnya asam lambung ke esofagus

bawah. Penurunan motilitas pada usus besar menyebabkan timbulnya

gejala konstipasi pada ibu hamil. Akibat konstipasi tersebut

menyebabkan terjadinya hemorrhoid karena vena bagian bawah

meningkat tekanannya sebagai hasil dari membesarnya uterus

(Prawirohardjo, 2016).

Secara anatomis maupun morfologis, organ hati pada ibu hamil

tidak mengalami perubahan. Namun ada perubahan pada beberapa tes


14

laboratorium fungsi hepar, di mana terjadi peningkatan dua kali lipat

pada total alkalin fosfatase. Serum aspartat transaminase, alanin

tranaminase, γ- glutamil transpeptidase, dan bilirubin akan sedikit turun

dibandingkan dengan wanita tidak hamil (Cunningham dkk., 2018).

i. Traktus Urinarius

Organ di bawah uterus yaitu kandung kemih juga akan mengalami

penekanan seiring dengan bertambah besarnya uterus sehingga

menyebabkan ibu hamil merasa sering ingin berkemih. Selain itu juga

terjadi peningkatan ukuran ginjal yang menyebabkan peningkatan

glomerular filtration rate dan renal plasma flow. Pada ekskresi akan

dijumpai peningkatan kadar asam amino dan vitamin larut air. Fungsi

renal akan mengalami peningkatan klirens kreatinin sebesar 30%. Ureter

kanan akan lebih besar daripada yang kiri karena ureter kiri dilindungi

oleh kolon sigmoid dan posisi ovarium kanan yang melintang di atas

ureter kanan. Pengaruh progesteron diduga menjadi penyebabnya

(Prawirohardjo, 2016).

j. Sistem Endokrin

Kelenjar hipofisis membersar kurang lebih 135%. Hormon

prolaktin meningkat sepuluh kali lebih banyak pada kehamilan aterm.

Kelenjar tiroid membesar 15 ml saat persalinan karena terjadi hiperplasia

kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Di sisi lain, kelenjar adrenal akan

menurun ukurannya. Kadar hormon kortisol di sirkulasi meningkat

namun lebih banyak terikat oleh transcortin. Hormon aldosteron,

deoksikortikosteron, dan androgen mengalami peningkatan (Cunningham

dkk., 2018).
15

k. Sistem Muskuloskeletal

Pembesaran uterus yang mengarah ke anterior menyebabkan

tubuh ibu hamil mengkompensasinya dengan sikap lordosis dengan

mengalihkan pusat gravitasi ke ekstremitas bawah. Sendi panggul

(sakroiliaka, sakrokoksigis, dan pubis) mengalami peningkatan mobilitas

karena pengaruh hormonal (Prawirohardjo, 2016).

2. Perubahan Fisiologi dan Hormonal pada Kehamilan

Folikel deGraf di ovarium yang mengeluarkan ovum selanjutnya

menjadi korpus luteum. Apabila sel ovum dibuahi, korpus luteum akan

dipertahankan oleh hCG yang dikeluarkan oleh sinsiotrofoblas menjadi

korpus luteum kehamilan (Prawirohardjo, 2016).

Sebagai persiapan implantasi, korupus luteum memproduksi

progesterone pada trimester awal kehamilan. Pada trimester dua, fungsi ini

dilanjutkan oleh plasenta. Progesteron yang diproduksi ini menyebabkan

peningkatan suhu tubuh basal ibu hamil (Prawirohardjo, 2016).

Selama masa kehamilan, plasenta memproduksi estrogen dan

progesteron dengan konsentrasi tinggi yang menyebabkan pembesaran dan

menegangnya payudara, hiperpigmentasi kulit, serta pembesaran uterus.

Korionik gonadotropin atau hCG merupakan petanda yang digunakan untuk

mendeteksi imunologi kehamilan. Korionik somatotropin (human placental

lactogen/hPL) bertugas merangsang pertumbuhan kelenjar payudara dan

beberapa perubahan hormonal lain (Prawirohardjo, 2016).

Pertumbuhan sistem penyaluran ASI dirangsang oleh estrogen

sedangkan progesteron bertugas merangsang perkembangan sistem alveoli

kelenjar susu. Sensasi nodular pada payudara dapat dirasakan sejak dua bulan
16

pertama kehamilan karena pembesaran alveoli. Bersama estrogen dan

progesteron, korionik somatotropin menyebabkan bertambahnya ukuran

payudara disertai tegang dan sensitif terhadap sentuhan, sedangkan saat

memasuki usia kehamilan 12 minggu terjadi pembesaran puting dan produksi

kolostrum (Prawirohardjo, 2016).

Perubahan hormonal lainnya yang dapat terjadi pada ibu hamil yaitu

hiperemesis atau rasa mual muntah berlebihan dan rasa lelah. Beberapa

kondisi tersebut terjadi sebagai akibat dari penurunan basal metabolic rate

pada kehamilan trimester pertama. Seiring bertambahnya usia kehamilan,

aktivitas metabolik janin akan meningkat dan rasa lelah yang terjadi pada

trimester satu kehamilan akan menghilang secara bertahap (Prawirohardjo,

2016).

3. Paritas pada Ibu

Manuaba (2012) menuturkan bahwa, paritas merupakan banyaknya

anak yang dilahirkan dari seorang ibu dalam kondisi hidup ataupun

meninggal. Cunningham dkk. (2018) mendefinisikan paritas sebagai jumlah

kelahiran yang mencapai usia 20 minggu. Beberapa istilah yang berhubungan

dengan paritas ibu hamil menurut Cunningham dkk. (2018), antara lain:

a. Nulligravida

Seorang ibu yang tidak sedang hamil atau tidak pernah hamil

sebelumnya.

b. Gravida

Seorang ibu yang sedang hamil atau pernah hamil sebelumnya,

terlepas dari bayinya hidup atau meninggal. Setelah kehamilan pertama

kali, ibu dibedakan lagi menjadi primigravida dan multigravida pada


17

kehamilan berikutnya.

c. Nullipara

Seorang ibu yang belum pernah hamil hingga usia 20 minggu. Ibu

tersebut mungkin tidak hamil atau pernah mengalami abortus spontan

atau elektif ataupun kehamilan ektopik.

d. Primipara

Seorang wanita yang pernah melahirkan satu orang bayi atau dua

orang bayi baik hidup atau meninggal dengan estimasi kehamilan lebih

dari atau sama dengan 20 minggu.

e. Multipara

Seorang wanita yang pernah melahirkan dua atau lebih bayi

dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu.

B. Antenatal Care (ANC)

1. Pengertian Antenatal Care (ANC)

Semua ibu hamil dan bayi baru lahir berhak mendapat perawatan

yang berkualitas sejak masa kehamilan, saat persalinan, serta periode pasca

persalinan. Antenatal care (ANC) merupakan program pemerintah terkait

pelayanan kesehatan yang sangat penting, di dalamnya termasuk promosi

kesehatan, skrining, diagnosis, dan pencegahan penyakit pada ibu hamil

(WHO, 2018). Antenatal care adalah upaya pencegahan dengan program

pelayanan kesehatan obstetrik guna mengoptimalkan luaran ibu dan bayi

melalui serangkaian pemantauan rutin selama kehamilan (Saifuddin, 2014).

Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan guna mengoptimalkan baik

kesehatan mental maupun fisik ibu hamil. Hal tersebut diharapkan semua ibu

hamil mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI,


18

serta kesehatan reproduksi akan membaik dengan normal (Manuaba, 2012).

Setiap perkembangan kehamilan akan memiliki risiko mengalami

penyulit atau komplikasi, sehingga ibu harus melakukan antenatal care secara

rutin, terpadu, dan sesuai standar sehingga ibu mendapat pelayanan

kesehatan yang bermutu (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Antenatal care terpadu adalah pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan

berkualitas yang dilakukan melalui:

a. Memberikan layanan serta konseling kesehatan termasuk stimulasi dan

gizi supaya kehamilan dapat berlangsung secara sehat dan janin terlahir

sehat dan cerdas.

b. Deteksi dini masalah, penyakit, serta penyulit atau komplikasi kehamilan.

c. Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman.

d. Antisipasi dan persiapan dini melakukan rujukan apabila terjadi penyulit

atau komplikasi.

e. Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila

diperlukan.

f. Melibatkan ibu hamil, suami, dan keluarganya dalam menjaga kesehatan

dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi

peyulit atau komplikasi

2. Tujuan dan Manfaat Antenatal Care (ANC)

Tujuan antenatal care adalah mengidentifikasi kehamilan dengan

kondisi yang berhubungan dengan morbiditas atau mortalitas baik pada ibu

dan janinnya. Hal ini bertujuan untuk memberikan pencegahan atau

tatalaksana pada komplikasi dan memberikan edukasi serta promosi

kesehatan yang dapat memberikan efek jangka panjang terhadap kesehatan


19

seluruh keluarga (Saccone dan Sendek, 2017). Menurut Saifuddin (2014),

salah satu pilar dalam upaya safe motherhood adalah antenatal care yang

memiliki beberapa tujuan, antara lain:

a. Memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi dengan melakukan

pemantauan kemajuan kehamilan.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial

bagi ibu dan bayi.

c. Deteksi dini ketidaknormalan dan komplikasi yang dapat terjadi pada

masa kehamilan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik

pada ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Membuat ibu siap menghadapi masa nifas.

f. Menyiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar

dapat tumbuh dan berkembang secara normal.

Menurut Manuaba (2012), manfaat pemeriksaan antenatal adalah

sebagai berikut:

a. Bagi Ibu

1) Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan

mengobati secara dini komplikasi yang mempengaruhi kehamilan.

2) Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu

hamil dalam menghadapi persalinan.

3) Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk dapat

memberikan ASI.

4) Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi.


20

b. Bagi Janin

Terpeliharanya kesehatan ibu dapat mengurangi persalinan

prematur, berat badan lahir rendah, serta meningkatkan kesehatan bayi

sebagai titik awal kualitas sumber daya manusia (Manuaba, 2012).

3. Kegiatan Antenatal Care (ANC)

a. Konseling, Skrining, dan Intervensi

Saccone dan Sendek (2017) merekomendasikan beberapa

konseling, skrining, dan intervensi yang bisa dilakukan pada kegiatan

antenatal care (ANC) berdasarkan usia kehamilan, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2. Rekomendasi Konseling, Skrining, dan Intervensi pada Antenatal


Care Berdasarkan Usia Kehamilan
21

b. Standar Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan

Berdasarkan Buku Pedoman Antenatal Care Terpadu (2010), ibu

hamil wajib mendapatkan pelayanan pemeriksaan kehamilan yang

meliputi:

1) Tinggi dan berat badan

Pemeriksaan tinggi badan dan berat badan hendaknya

dilakukan pada awal kunjungan ANC untuk menentukan IMT (indeks

massa tubuh). IMT harus berdasarkan berat badan saat konsepsi atau

berat badan yang pertama kali diketahui dalam kehamilan (Saccone &

Sendek, 2017).

a) Tinggi badan diukur satu kali selama kehamilan. Tinggi badan <

145 cm kemungkinan sulit melahirkan normal karena merupakan

faktor risiko panggul sempit.

b) Berat badan ditimbang setiap ibu melakukan kunjungan. Minimal

penambahan berat badan adalah 1 kg per bulan yang dihitung

sejak bulan ke – 4 .

2) Tekanan darah

Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Bila tekanan

darah ≥ 140/90 mmHg, ada faktor risiko hipertensi pada kehamilan.

3) Lingkar lengan atas (LLA)

Ibu hamil terindikasi menderita kurang energi kronis (KEK)

bila lingkar lengan atasnya kurang dari 23,50cm dan pada ibu hamil

yang menderita KEK akan berisiko melahirkan bayi dengan berat

badan lahir rendah.


22

4) Tinggi fundus uteri (TFU)

Pengukuran TFU dapat dilakukan saat ibu melakukan

kunjungan di usia kehamilan 24 – 41 minggu. Pengukuran TFU

berguna untuk mengukur pertumbuhan janin apakah sudah sesuai

dengan usia kehamilannya atau tidak, selain itu juga untuk

mendeteksi kelainan fetal growth restriction (FGR) dan makrosomia

(Saccone & Sendek, 2017).

5) Letak janin (presentasi janin) dan denyut jantung janin (DJJ)

Pemeriksaan letak atau presentasi janin dapat dilakukan

menggunakan manuver Leopold. Lazimnya, kepala janin sudah

masuk ke pintu atas panggul pada trimester tiga, namun bila kepala

belum masuk pintu atas panggul atau presentasi janin bukan kepala

mungkin ada kelainan letak. Bila denyut jantung janin kurang dari

120 kali per menit atau lebih dari 160 kali per menit menunjukkan

adanya tanda gawat janin yang memerlukan rujukan segera.

6) Penentuan status imunisasi tetanus toksoid (TT)

Penentuan status imunisasi TT dilakukan oleh petugas untuk

selanjutnya apabila diperlukan mendapatkan suntikan tetanus toksoid

sebagai upaya mencegah tetanus pada ibu dan bayi. Berdasarkan

Buku Pedoman Antenatal Care Terpadu, berikut adalah status selang

waktu yang dianjurkan untuk melakukan imunisasi TT dan lama efek

proteksinya:

a) Imunisasi TT 1 adalah pertama kali seseorang mendapatkan

imunisasi TT. Efek proteksinya adalah memberikan imunitas

tubuh pertama kali terhadap infeksi tetanus.


23

b) Imunisasi TT 2 diberikan sebulan setelah melakukan imunisasi

TT 1. Efek proteksinya sampai dengan 3 tahun.

c) Imunisasi TT 3 diberikan 6 bulan setelah melakukan imunisasi TT

2. Efek proteksinya sampai dengan 5 tahun.

d) Imunisasi TT 4 diberikan 12 bulan setelah melakukan imunisasi

TT 3. Efek proteksinya sampai dengan 10 tahun.

e) Imunisasi TT 5 diberikan 12 bulan setelah melakukan imunisasi

TT 4. Efek proteksinya sampai dengan lebih dari 25 tahun.

7) Pemberian tablet tambah darah

Berdasarkan rekomendasi WHO (2018), suplementasi zat besi

dan asam folat oral harian yang dianjurkan adalah dengan dosis 30

mg sampai 60 mg zat besi dan 400 µg (0,4 mg) asam folat untuk

mencegah anemia, sepsis nifas, berat badan lahir rendah, dan

kelahiran prematur. Ibu hamil dianjurkan minum 1 tablet tambah

darah per harinya sampai dengan 90 hari. Untuk mengurangi mual,

tablet tambah darah dianjurkan untuk diminum pada malam hari.

8) Pemeriksaan laboratorium

a) Golongan darah dan Rhesus

Ibu hamil dianjurkan melakukan tes golongan darah, status

Rh, dan antibodi eritrosit atipikal pada awal kunjungan. Tes

golongan darah berguna untuk mengetahui golongan darah ibu

sehingga bisa disiapkan pendonor sejak awal bila sewaktu-waktu

terjadi kondisi kegawatan.


24

b) Darah lengkap

Ibu hamil dianjurkan melakukan tes darah lengkap

(hemoglobin dan hematokrit) untuk mengidentifikasi anemia

kehamilan, serta skrining thalassemia (MCV/mean corpuscular

volume). Namun di Indonesia, kadar hemoglobin pada ibu hamil

diperiksa minimal sekali pada trimester satu dan trimester tiga.

Ibu hamil dengan Hb < 11.0 g/dL pada trimester pertama harus

segera ditatalaksana agar tidak terjadi anemia lebih lanjut karena

dapat berdampak pada pertumbuhan janin (Saccone & Sendek,

2017).

c) Protein urin

Skrining proteinuria dianjurkan untuk dilakukan pada awal

kunjungan dan dilakukan rutin setelah 20 minggu kehamilan

untuk ibu hamil dengan risiko preeklampsia.

d) Kadar gula darah

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes mellitus harus

dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal

sekali pada trimester pertama dan sekali pada akhir trimester

ketiga.

e) Tes pemeriksaan darah lainnya sesuai indikasi

(1) Malaria

Pemeriksaan darah malaria diperlukan untuk ibu hamil

yang tinggal di daerah endemis malaria untuk skrining pada

kontak pertama. Sedangkan ibu yang tinggal di daerah yang

bukan endemis malaria, pemeriksaan dilakukan apabila


25

terdapat indikasi.

(2) Sifilis

Semua ibu hamil dianjurkan untuk melakukan skrining

tes serologis sifilis pada kunjungan pertama ANC. Ibu hamil

dengan risiko tinggi adalah ibu yang tinggal di daerah risiko

tinggi sifilis atau jika sebelumnya belum dites sifilis harus

dilakukan skrining di usia kehamilan 28 minggu dan pada saat

persalinan.

(3) HIV

Ibu hamil yang diduga menderita HIV atau yang

tinggal di daerah risiko tinggi merupakan target utama

pemeriksaan HIV. Setelah melakukan konseling, ibu diberi

kesempatan untuk memutuskan apakah akan menjalani tes

HIV atau tidak.

(4) Basil Tahan Asam (BTA)

Ibu hamil yang dicurigai terinfeksi TB dapat

memengaruhi kesehatan janinnya sehingga perlu dilakukan tes

BTA. Bila ibu memerlukan pemeriksaan penunjang lainnya,

bisa dilakukan di fasilitas rujukan.

9) Konseling

Tenaga kesehatan bertugas memberi konseling mengenai

perawatan kehamilan, yang meliputi:

a) Kesehatan ibu

Ibu hamil hendaknya melakukan pemeriksaan kehamilan

dengan rutin ke fasilitas kesehatan dan istirahat cukup 9 – 10 jam


26

per hari serta tidak melakukan pekerjaan berat.

b) Perilaku hidup bersih dan sehat

Setiap ibu hamil harus menjaga kebersihan badan selama

kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi dua

kali sehari menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan

dan sebelum tidur, serta melakukan olahraga ringan.

c) Peran suami dalam kehamilan dan perencanaan persalinan

Setiap ibu hamil penting mendapatkan dukungan dari

keluarga terutama suami. Biaya persalinan, kebutuhan bayi,

transportasi rujukan serta calon donor darah perlu disiapkan oleh

suami, keluarga, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut menjadi

penting dilakukan apabila terjadi komplikasi kehamilan,

persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas rujukan.

d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, dan nifas serta

kesiapan menghadapi komplikasi

Tanda-tanda bahaya selama kehamilan, persalinan, dan

nifas wajib diketahui oleh setiap ibu hamil agar ibu bisa langsung

menuju fasilitas kesehatan untuk mendapat pertolongan. Misal

adanya perdarahan pada kehamilan muda ataupun tua, keluar

cairan berbau pada jalan lahir saat masa nifas, dan sebagainya.

e) Asupan gizi seimbang

Proses tumbuh dan kembang janin dan kesehatan ibu

sangat penting untuk diperhatikan selama kehamilan sehingga ibu

hamil perlu mendapat asupan makanan gizi seimbang. Hal ini

dapat dilakukan dengan pemberian tablet tambah darah untuk


27

mencegah anemia kehamilan.

f) Gejala penyakit menular dan tidak menular

Baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular

dapat memengaruhi kesehatan ibu dan janin. Ibu hamil wajib

mengetahui gejala penyakit menular dan tidak menular tersebut.

g) Konseling dan tes HIV di daerah risiko tinggi

Konseling HIV adalah komponen penting dalam standar

pelayanan kesehatan ibu dan anak. Konseling ini dilakukan untuk

meningkatkan pemahaman ibu terhadap bahaya penularan HIV

dari ibu ke janin. Selain itu, ibu hamil diberi kesempatan untuk

memutuskan mau menjalani tes HIV atau tidak.

h) Inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif

ASI mengandung beberapa zat yang dapat meningkatkan

imunitas bayi. Oleh karena itu, segera setelah melahirkan ibu

dianjurkan memberikan ASI pada bayinya. Lazimnya ASI

diberikan hingga usia 6 bulan.

i) Kontrasepsi setelah persalinan

Ibu hendaknya diberi waktu untuk merawat kesehatannya

sendiri setelah melahirkan. Penting dilakukan penyuluhan terkait

kontrasepsi agar meminimalisir kehamilan sehingga ibu punya

jeda waktu untuk merawat anak dan keluarga.

j) Imunisasi

Imunisasi tetanus toksoid wajib diberikan pada semua ibu

hamil agar bayi yang dilahirkan tidak jatuh ke kondisi tetanus

neonatorum.
28

k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (brain booster)

Ibu hamil sangat dianjurkan memberikan stimulasi

auditori dan pemenuhan nutrisi yang dapat meningkatkan

kecerdasan otak secara bersamaan pada periode kehamilan.

Dengan ini diharapkan bayi yang akan dilahirkan memiliki

intelegensia yang baik.

10) Tatalaksana atau pengobatan, dilakukan jika ibu memiliki masalah

kesehatan saat kehamilan.

4. Kebijakan Antenatal Care (ANC)

Permenkes RI No. 97 tahun 2014 menyatakan bahwa pelayanan

kesehatan masa hamil dilakukan minimal empat kali selama masa kehamilan,

dengan ketentuan:

a. Satu kali pada trimester satu (usia 0 – 12 minggu).

b. Satu kali pada trimester dua (usia 12 – 27 minggu).

c. Dua kali pada trimester tiga (usia 28 – 40 minggu).

Pada setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan terdapat beberapa

indikator yang sangat penting, yaitu:

a. Kunjungan pertama

Kunjungan pertama atau disebut K1 adalah kontak pertama ibu

hamil dengan petugas kesehatan yang memiliki kompetensi yang

bertujuan mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai

standar yang telah ditentukan. Kontak pertama sebaiknya dilakukan

secara dini di minggu ke delapan (Kemenkes RI, 2010).


29

b. Kunjungan keempat

Kunjungan keempat atau disebut K4 adalah kontak ibu hamil

dengan petugas kesehatan yang memiliki kompetensi sebanyak empat

kali atau lebih yang bertujuan mendapatkan pelayanan terpadu dan

komprehensif sesuai standar yang telah ditentukan. Kontak empat kali

yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Sekali pada trimester pertama (hingga kehamilan 12 minggu).

2) Sekali pada trimester kedua (> 12 – 24 minggu).

3) Minimal dua kali kontak pada trimester ketiga (setelah minggu ke-24)

Kunjungan antenatal bisa dilakukan lebih dari empat kali sesuai

kebutuhan apabila terdapat keluhan, penyakit, atau gangguan kehamilan

pada ibu (Kemenkes RI, 2010).

c. Penanganan komplikasi

Penanganan komplikasi yang selanjutnya disingkat PK yaitu

penanganan penyakit menular, tidak menular, serta masalah gizi saat

hamil, bersalin, dan nifas. Contoh yang sering terjadi adalah perdarahan,

abortus, preeklampsia/eklampsia, persalinan macet, infeksi, malaria,

HIV/AIDS, sifilis, tuberkulosis, hipertensi, diabetes mellitus, anemia

defisiensi besi (ADB), dan kurang energi kronis (KEK). Yang bertugas

memberikan pelayanan adalah tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi di bidang ini (Kemenkes RI, 2010).

C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan ANC Ibu Hamil

1. Faktor Teknologi

Teknologi merupakan hasil dari pengetahuan ilmiah yang dalam

pengaplikasiannya bertujuan untuk memudahkan manusia dalam melakukan


30

kegiatan sehari-hari baik di bidang industri, media massa serta bidang

kesehatan (Zwass, 2020). Media informasi terdiri dari seperangkat komponen

yang terintegrasi guna mengumpulkan, menyimpan, serta memproses data

untuk menyediakan informasi berupa produk digital, pengetahuan, dan

lainnya. Tersedianya sistem informasi dengan biaya yang efektif dapat

mempermudah masyarakat untuk memperoleh berbagai informasi terutama

akses informasi di bidang kesehatan (Zwass, 2020). Akses menuju pelayanan

kesehatan dapat mendukung suatu perilaku kesehatan seseorang. Bagaimana

ibu hamil mengakses teknologi serta akses ke pelayanan kesehatan menjadi

penting dalam melakukan kunjungan antenatal care (Faradhika, 2018).

2. Faktor Sosial dan Dukungan Keluarga

Secara umum motivasi bertujuan untuk menggerakkan atau

menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk

melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu.

Dukungan sosial memiliki dampak yang menguntungkan dalam

mempertahankan kondisi kesehatan dan mengatasi penyakit (Schwarzer &

Leppin, 1991). Untuk meningkatkan kesehatan dan proses adaptasi perlu

adanya dukungan keluarga yang merupakan bagian dari dukungan sosial

(Cohen & Syme, 1985). Menurut Setiadi (2008), sebagai anggota keluarga

yang paling dekat dengan ibu, suami dapat menjadi pendukung utama dan

orang yang siap memberikan pertolongan ketika diperlukan. Beberapa

klasifikasi dukungan keluarga yang dapat diberikan antara lain:

a. Dukungan informasi

Merupakan dukungan dengan memberi penjelasan mengenai hal-

hal terkait permasalahan suatu individu. Hal ini dilakukan dengan


31

memberikan nasihat atau masukan mengenai bagaimana seseorang

seharusnya bersikap (Setiadi, 2008).

b. Dukungan emosional

Dukungan emosional dapat diberikan dengan memberikan

ekspresi empati dengan mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan

sikap percaya dan memahami, serta memberikan perhatian pada individu.

Hal ini dapat membuat seseorang merasa dirinya berharga dan nyaman.

c. Dukungan instrumental

Merupakan bantuan yang bisa diberikan secara langsung, seperti

sesuatu yang diperlukan oleh seseorang.

d. Dukungan appraisal

Dukungan appraisal atau penilaian bisa berupa penilaian positif,

pembenaran untuk melakukan sesuatu, dan umpan balik (Setiadi, 2008).

3. Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup

Nilai merupakan rancangan abstrak yang ada dalam diri seseorang

mengenai apa yang dianggap baik dan buruk. Praktik budaya masyarakat

dalam hal kesehatan seperti kepercayaan pada suatu pengobatan perlu dikaji

lebih lanjut (Faradhika, 2018).

4. Faktor Ekonomi

Pendapatan merupakan penghasilan yang baik berupa uang ataupun

barang yang berasal dari diri sendiri atau orang lain. Pendapatan suatu

keluarga yang baik dapat menunjang kegiatan antenatal care ibu hamil yang

berkualitas pula, seperti kesadaran untuk periksa ke fasilitas layanan

kesehatan tingkat primer atau sekunder untuk memenuhi kebutuhan dirinya

sendiri. Sehingga dapat disimpulkan, penentu dari bagaimana seseorang


32

berperilaku yang berkaitan dengan kesehatan pribadinya adalah dari kondisi

ekonomi seseorang (Faradhika, 2018).

5. Faktor Pendidikan

Pendidikan merupukan kebutuhan dasar semua manusia. Semakin

tinggi pendidikan seseorang berbanding lurus dengan tingkat

pengetahuannya. Selain itu, pendidikan formal mempengaruhi pengambilan

keputusan dan sikap pada seseorang melalui proses belajar dan pengalaman

yang dimiliki. Perilaku ibu hamil yang berpendidikan tinggi akan berbeda

dengan yang berpendidikan rendah, karena ibu dengan pendidikan tinggi

memiliki lebih banyak pengetahuan terkait betapa pentingnya menjaga

kesehatan terutama dalam keadaan hamil. Semakin banyaknya ilmu yang

mereka dapat, mereka akan senantiasa lebih terbuka terhadap hal-hal baru

untuk memperoleh layanan kesehatan yang lebih baik karena sadar akan

manfaat yang akan diterimanya (Padila, 2014).

D. Tinjauan Islami

Iman merupakan pokok ajaran untuk berbuat secara sehat. Islam

menunjukkan kebersihan dan kesucian, terutama pada bagian reproduksi. Secara

lebih khusus, perhatian Islam terhadap masalah kesehatan reproduksi perempuan

sedemikian besar, dan ini tercermin dalam beberapa hal yang telah diatur

menurut Al-Quran dan Sunnah.

Melihat banyaknya angka kematian ibu dan bayi dikarenakan kesulitan

selama kehamilan yang terlambat dideteksi, maka dibutuhkan suatu upaya

pencegahan yang dapat menurunkan angka tersebut. Dalam Islam tedapat hadist

yang berhubungan dengan upaya pencegahan yang dapat dilakukan ibu selama

masa kehamilan, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abbas RA., Rasulullah SAW


33

bersabda: “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat

dan waktu luang” (HR. Bukhari no. 6412).

Hadist tersebut menjelaskan bahwasannya sebagai bentuk rasa syukur

terhadap nikmat yang telah Allah SWT limpahkan, hendaknya manusia

senantiasa menjaga kesehatannya. Sebagai contoh adalah melakukan kegiatan

ANC pada ibu hamil agar kesehatan ibu dan bayinya dapat terjaga sampai tiba

waktunya persalinan dan setelah proses persalinan (Tuasikal, 2016).

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari lima variabel

independen, yaitu: Faktor Teknologi, Faktor Sosial dan Dukungan Keluarga,

Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup, Faktor Ekonomi, Faktor Pendidikan.

Selanjutnya yang dijadikan sebagai variabel dependen adalah Kunjungan ANC

pada ibu hamil.

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor
Teknologi

Faktor Sosial dan


Dukungan Keluarga

Faktor Nilai Budaya Kunjungan


dan Gaya Hidup ANC

Faktor
Ekonomi

Faktor
Pendidikan

Gambar 2. Kerangka Konseptual Penelitian


34

F. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep dan tujuan penelitian, maka hipotesis

penelitian ini adalah: terdapat hubungan yang signifikan antara Faktor

Teknologi, Faktor Sosial dan Dukungan Keluarga, Faktor Nilai Budaya dan

Gaya Hidup, Faktor Ekonomi, Faktor Pendidikan dengan Kunjungan ANC pada

ibu hamil di Wilayah Kerja Pukesmas Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat.


35

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan rancangan studi deskriptif

korelasional, sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan cross-sectional, yaitu peneliti menekankan pada waktu pengukuran

atau observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali

pada suatu saat dan tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2017). Peneliti melakukan

pengukuran terhadap faktor teknologi, dukungan sosial, nilai budaya dan gaya

hidup, faktor ekonomi, dan faktor pendidikan terhadap kunjungan ANC ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Taliwang pada satu saat tanpa ada tindak

lanjut setelah melakukan pengukuran data.

B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan konsep dari berbagai level abstrak untuk fasilitas

pengukuran dan atau memanipulasi penelitian bersifat konkret dan dapat diukur

(Nursalam, 2017).

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain. Variabel independen biasanya dimanipulasi,

diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap

variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel independen dalam penelitian ini

adalah faktor teknologi, faktor sosial dan keluarga, nilai budaya dan gaya

hidup, ekonomi, dan pendidikan.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
36

kunjungan ANC pada ibu hamil di Wilayah Kerja Pukesmas Taliwang

Kabupaten Sumbawa Barat.

C. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Indikator Skala


Alat
Ukur
Faktor Suatu keterlibatan berbagai media Berdasarkan Leininger Ordinal Kuesioner
Teknologi dan informasi (baik elektronik (2002): 1) Akses diadopsi
maupun cetak) serta kemudahan terhadap teknologi dan
dalam mendapat akses pelayanan informasi; 2) Akses dimodifi-
yang dapat memengaruhi ibu terhadap media cetak kasi dari
untuk melakukan kunjungan ANC. maupun elektronik; 3) Handoyo
Akses ke pelayanan (2017).
kesehatan.
Faktor Sosial Hubungan antar masyarakat dan 1) Dukungan informasi; Ordinal Kuesioner
dan anggota keluarga (seperti suami 2) Dukungan emosional;
Dukungan dan keluarga yang tinggal 3) Dukungan instrument-
Keluarga serumah) yang memiliki peran tal; 4) Dukungan
serta pengaruh khusus kepada ibu appraisal.
dalam melakukan ANC.
Faktor Nilai Suatu norma dan kebiasaan yang Berdasarkan Leininger Ordinal Kuesioner
Budaya dan diyakini seseorang sehingga (2002): 1) Keyakinan
Gaya Hidup menjadi kebiasaan untuk akan praktik kebudayaan
dilakukan serta dapat berpengaruh selama hamil; 2)
terhadap perilaku selama masa Kebiasaan selama hamil
kehamilan. yang dilakukan berdasar
budaya yang dianut.
Faktor Pengukuran penghasilan, 1) Pemasukan keluarga; Ordinal Kuesioner
Ekonomi pengeluaran, dan sumber-sumber 2) Sumber penghasilan diadopsi
material yang dimiliki keluarga. lain; 3) Asuransi dari
kesehatan; 4) Dampak Narendra
penghasilan terhadap (2017).
kesehatan.
Faktor Jenjang sekolah terakhir yang Jenjang pendidikan Ordinal Kuesioner
Pendidikan pernah ditempuh/diselesaikan ibu. terakhir: 1) Tamat SD diadopsi
sederajat; 2) Tamat SMP dari
sederajat; 3) Tamat SMA Narendra
sederajat; 4) Tamat (2017).
Perguruan Tinggi.
Kunjungan Ketaatan ibu hamil melaksanakan 1) Satu kali pada TM1; Nominal Kuesioner
ANC anjuran petugas kesehatan untuk 2) Satu kali pada TM2; dan data
melakukan kunjungan perawatan 3) Dua kali pada TM3. dokumen-
kehamilan sesuai standar yang tasi pada
telah ditentukan. buku KIA
milik ibu.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh

ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Taliwang.


37

Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling untuk bisa mewakili

populasi yang ada (Nursalam, 2017). Untuk menentukan besarnya sampel,

peneliti menggunakan rumus Slovin berikut:

Keterangan:
N = Ukuran populasi
n = Ukuran sampel/jumlah responden
e = Persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan
sampel yang masih bisa ditolerir = 0,15 atau 15%.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan teknik consecutive sampling. Hal ini dilakukan dengan cara

pemiliham subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam

penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan

dapat terpenuhi (Nursalam, 2010).

Dalam memilih populasi terjangkau peneliti menggunakan kriteria

sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi:

a. Ibu yang tinggal serumah dengan suami dan/atau keluarga.

b. Pernah melakukan kunjungan ANC di wilayah kerja Puskesmas

Taliwang.

c. Memiliki buku KIA serta terdapat dokumentasi data kunjungan ANC

yang jelas.

d. Ibu yang bisa membaca dan menulis.

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan dengan
38

usia kurang bulan/prematur.

E. Etika Penelitian

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang sangat penting

dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2008).

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent (Pernyataan Persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden dengan tujuan agar

subjek mengerti maksud, tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya. Jika

subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.

Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormatinya. Dalam

penelitian, sebelum menandatangani surat persetujuan, peneliti menjelaskan

judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian. Setelah responden

menyetujui menjadi responden penelitian maka responden menandatangani

lembar persetujuan.

2. Antonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam menggunakan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan

hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan. Dalam data demografi di kuesioner penelitian ini

responden hanya perlu menuliskan inisial dari namanya saja dalam lembar
39

alat ukur yang telah disediakan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasaiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya

oleh peneliti. Peneliti akan menjamin kerahasiaan identitas responden dimana

data-data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian

dan apabila telah selesai maka data tersebut akan dimusnahkan. Etika

penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas responden,

melindungi dan menghormati hak responden dengan mengajukan surat

pernyataan persetujuan (informed consent).

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh

informasi dari responden adalah kuisioner. Pengumpulan data yang

digunakan peneliti adalah kuisioner atau angket yang disesuaikan dengan

tujuan penelitian dan mengacu kepada konsep dan teori yang telah dibuat.

Skala pengukuran pengetahuan tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan rendahnya cakupan ibu hamil K1 menggunakan skala

Guttman, skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan

jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan/pernyataan: ya dan tidak

atau benar dan salah. Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda

atau dalam bentuk check list. Skor penilaiannya jika jawaban benar maka

nilainya 1, sedangkan jika jawaban salah maka nilainya 0.


40

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Diperoleh dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui data terkait

Faktor Teknologi, Faktor Sosial dan Dukungan Keluarga, Faktor Nilai

Budaya dan Gaya Hidup, Faktor Ekonomi, Faktor Pendidikan, dan

Kunjungan ANC pada ibu hamil di Wilayah Kerja Pukesmas Taliwang

Kabupaten Sumbawa Barat dengan menggunakan lembar kuesioner.

3. Prosedur Pengumpulan Data

Proses-proses pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa

tahap, yaitu:

a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari

Ketua Program Studi Kebidanan, Program Sarjana dan Pendidikan

Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Mataram yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten Sumbawa Barat dan Kepala Puskesmas Taliwang.

b. Setelah mendapat persetujuan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa

Barat dan Kepala Puskesmas Taliwang, peneliti melakukan pengambilan

data yang memenuhi kriteria penelitian.

c. Menunggu calon responden yang termasuk dalam kriteria penelitian di

Pukesmas Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat.

d. Meminta kesediaan calon responden yang terpilih agar bersedia menjadi

responden setelah mengadakan pendekatan dan memberikan penjelasan

tentang tujuan dan manfaat, dan prosedur penelitian serta hak dan

kewajiban selama menjadi responden. Responden yang bersedia

selanjutnya diminta menandatangani lembar informed consent.


41

e. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya bila ada yang

belum jelas.

f. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuisioner sudah dijawab, maka peneliti

mengumpulkan data dan mengucapkan terimakasih.

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengujian Kualitas Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur

itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuisioner dikatakan

valid jika pertanyaan kuisioner mampu mengungkapkan sesuatu yang

diukur oleh kuesioner tersebut yaitu variabel (Hidayat, 2008). Validitas

pengukuran merupakan pernyataan tentang derajat kesesuaian hasil

pengukuran sebuah alat ukur (instrument) dengan apa yang sesungguhnya

ingin diukur oleh peneliti. Sedangkan pengukuran (measurement)

merupakan prosedur pemberian nilai kuantitatif atau kualitatif terhadap

variabel pada subjek penelitian (Streiner & Norman, 2002).

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang dapat digunakan

untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Metode yang digunakan pada pengujian validitas instrument

menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment. Pernyataan valid

apabila r hitung > r tabel, sedangkan pernyataan dianggap tidak valid jika

r hitung < r tabel (0,361) pada N = 30.


42

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo,

2010). Reliabilitas (keandalan) adanya suatu kesamaan hasil apabila

pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang

berbeda (Nursalam, 2009).

Kuesioner sebagai alat ukur untuk gejala-gejala sosial (non-fisik)

harus memiliki reliabilitas yang tinggi. Untuk itu perlu diuji coba, setelah

itu akan diuji dengan tes menggunakan Alpha Cronbach untuk skala

Guttman, yaitu menganalisis kuesioner dari 1 kali pengukuran. Hasil uji

dinyatakan reliabel apabila nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2008).

2. Teknik Analisis Data

a. Editing

Editing (penyuntingan) adalah upaya untuk memeriksa kembali

kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Tahap ini merupakan

kegiatan pengecekan data yang telah diisi. Kegiatan yang dilakukan

dalam editing adalah pengecekan dari sisi kelengkapan, relevansi dan

konsistensi jawaban.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan mengklasifikasi data dan memberi

kode untuk masing-masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkannya

data. Dalam coding, data yang berbentuk huruf diubah menjadi data

berbentuk angka atau bilangan.


43

c. Entry Data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel

kontingensi.

d. Cleaning Data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang

sudah di-entri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin

terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.

3. Analisis Data

Dalam melakukan teknik analisis, khususnya terhadap data penelitian

akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan

yang hendak dianalisis. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat

analitik, sehingga analisis yang digunakan statistika inferensial (menarik

kesimpulan) yaitu statistika yang digunakan untuk menyimpulkan parameter

(populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau lebih dikenal dengan proses

generalisasi dan inferensial.

a. Analisis Univariat

Analisia univariat dilakukan secara deskriptif yang berfungsi

untuk meringkas, mengklasifikasikan, dan menyajikan data. Data

ditampilkan dengan tabel frekuensi mengenai Faktor Teknologi, Faktor

Sosial dan Dukungan Keluarga, Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup,

Faktor Ekonomi, Faktor Pendidikan, dan Kunjungan ANC pada ibu hamil

di Wilayah Kerja Pukesmas Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat.


44

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen dengan dependen, yaitu hubungan Faktor Teknologi,

Faktor Sosial dan Dukungan Keluarga, Faktor Nilai Budaya dan Gaya

Hidup, Faktor Ekonomi, Faktor Pendidikan, dan Kunjungan ANC pada

ibu hamil di Wilayah Kerja Pukesmas Taliwang Kabupaten Sumbawa

Barat. Analisis ini menggunakan uji Chi-Square karena data yang

diujikan adalah berbentuk kategorik dan kategorik. Analisis Chi-Square

ini menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan α 5%, sehingga nilai P

(p value) ≤ 0,005 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan)

dan menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen dengan

variabel independen, dan apabila nilai p value > 0,05 berarti hasil

perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara

variabel dependen dengan variabel independen (Sarwono, 2006).


45

DAFTAR PUSTAKA

Beitzel, M. Sustainable Development Goal# 3 Good Health and Well-Being:


Maternal and Child Health. Available online:
https://summit.plymouth.edu/handle/20.500.12774/168 (accessed on 25 August
2022).
Cohen, S. E., & Syme, S. 1985. Social support and health. Academic Press.
Retrieved from https://scholar.google.co.id/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=
cohen+%26+ syme+social+support&btnG=&oq=cohen
Cunningham, G. F. et al. 2018. Williams Obstetrics 25Th Edition, Mc Graw Hill
Education.
Depkes RI, 2009.
Dinas Kesehatan KSB, 2022. Profil Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat 2019-
2021. Taliwang: Dinkes KSB.
Faradhika, A. 2018. Analisis Faktor Kunjungan Antenatal Care (ANC) Berbasis
Teori Transcultural Nursing di Wilayah Kerja Puskesmas Burneh.
Perpustakaan Universitas Airlangga.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014.
Manuaba, I. B. G. (2012). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:
EGC.
Merdikawati, Nurjannah, Astari & Choiriyah, (2022) Factors Affecting Antenatal
Care Visit Obedience during the Covid-19 Pandemic in Konawe District,
Southeast Sulawesi. Journal of Nursing Science Update.
Munawar, 2017, Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Di Puskesmas Barrang Lompo Kota Makassar.
Mutowo, J.; Yazbek, M.; van der Wath, A.; Maree, C. Barriers to using antenatal
care services in a rural district in Zimbabwe. Int. J. Afr. Nurs. Sci. 2021, 15,
100319.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
(4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Nxiweni et al., 2022. Factors Influencing the Utilization of Antenatal Services
among Women of Childbearing Age in South Africa.
Olaitan, T.; Okafor, I.P.; Onajole, A.T.; Abosede, O.A. Ending preventable maternal
and child deaths in western Nigeria: Do women utilize the life lines? PLoS
ONE 2017, 12, e0176195.
Prawirohardjo, S. 2016. “Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo,” Edisi Ke-4.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rachmawati, Puspitasari & Cania, 2017, Faktor-faktor yang Memengaruhi
Kunjungan Antenatal Care (ANC) Ibu Hamil.
Ratnasari, Yusran & Iriyanti, 2022, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurangnya
Minat Ibu Hamil Melakukan Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) di Wilayah
Kerja Puskesmas Ronga Ronga Kabupaten Bener Meriah
46

Riskesdas. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Saifuddin. 2014. “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal"
Jakarta: YBP-SP.
Schwarzer, R. dan Leppin, A. 1991 “Social support and health: A theoretical and
empirical overview,” Journal of Social and Personal Relationships, 8(1), hal.
99–127. doi: 10.1177/0265407591081005.
Setiadi. Konsep dan Proses Perawatan Keluarga. 2008. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siwi & Saputro, 2020, Analisis Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Kunjungan
Antenatal Care (ANC) Terpadu pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukodono Kabupaten Lumajang.
Wagiyo, P. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal & Bayi Baru Lahir
Fisiologis dan Patologis. Yogyakata: CV. Andi.
WHO. 2020. “WHO Recommendations on Antenatal Care for a Positive Pregnancy
Experience: Summary,” World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai