Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

R
DI BPM BIDAN N DESA BOLANG
KECAMATAN TIRTAJAYA
KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2018

LAPORAN KOMPREHENSIF PKK II A


Diajukan untuk memenuhi persyararatan menyelesaikan
Praktik Klinik Kebidanan II (PKK II A)

Oleh
Sri Nurfadilla Oktaviani
1610630100056

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas karuniaNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif Praktik Klinik Kebidanan II A
dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.R di BPM Bidan N
Kecamatan TirtajayaKabupaten Karawang Tahun 2018.”
Dalam penyusunan laporan asuhan kebidanan komprehensif ini penulis
menyadari dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada, sehingga penulis
mendapat masukan, pengarahan, bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh
karena pada kesempatan penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat:
1. Kedua orang tua dan keluarga dirumah yang telah memerikan dukungan
materil, motivasi dans semangat hingga dapat menyelesaikan laporan
komprehensif ini.
2. Prof. Dr. H. Moh. Wahyudin Zakarsyi, SE.,MS,AK.,CPA selaku Rektor
Universitas Singaperbangsa Karawang.
3. Ibu Sri Rahayu, S.SiT.,MARS selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Singaperbangsa Karawang.
4. Ibu Nelly Apriningrum, S.ST., MKM., M.Keb selaku Koor.Program Studi D
III Kebidanan Universitas Singaperbangsa Karawang.
5. Ibu Rina Marlina, S. SiT., MKM selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan memberikan pengarahan selama penulis menyusun laporan.
6. Ibu Neneng Sumiartini, SST selaku Pembimbing Lahan yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan asuhan kebidanan
komprehensif, dan telah membimbing penulis dalam menyusun laporan.
7. Ny.R dan keluarga yang dapat kooperatif bersedia menjadi pasien Praktik
Klinik kebidanan II A.
8. Seluruh Dosen dan Staf pengajar Program Studi D III Kebidanan UNSIKA
yang membantu dalam proses penyusunan laporan komprehensif ini.
9. Rekan-rekan mahasiswi Program Studi D III Kebidanan UNSIKA Angkatan
ke-XII yang memberikan dukungan selama penyusunan laporan
komprehensif ini.
Penulis menyadari dalam pennyusunan laporan komprehensif ini masih
jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca. Akhir kata semoga dapat
bermanfaat bagi mahasiswi ataupun para pembaca atas partisipasinya penulis
ucapkan terima kasih.

Karawang, Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibu adalah sosok perempuan yang paling berjasa dalam kehidupan

seorang anak, tak ada perumpamaan seindah apapun yang ibu berikan yaitu

kasih sayang yang tulus kepada kita. Oleh sebab itu peningkatan kesehatan

ibu dan anak mendapat perhatian khusus, kinerja upaya kesehatan ibu

penting untuk dilakukan pemantauan. Hal tersebut dikarenakan Angka

Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang peka dalam

menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu Negara. (Pusat Data dan

Informasi Kemenkes RI, 2014).

Angka kematian ibu di ASEAN tergolong paling tinggi di dunia.

Hasil survey World Health Organization (WHO) memperkirakan tahun

2016 total AKI (Angka Kematia Ibu) yaitu sebanyak 305/100.000 kelahiran

hidup, perempuan yang meninggal pada setiap hari akibat komplikasi

kehamilan dan sesudah persalinan, hal ini disebabkan karena beberapa

faktor diantara lain perdarahan (46,7%), toxemia (14,5%), preeklamsia

(13,3%), komplikasi keguguran (11%), infeksi (10%) dan partus lama

(6,5%) (WHO, 2016).

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2016

menyebutkan bahwa AKI dan AKB di Indonesia masih cukup tinggi,

Angka Kematian Ibu sebanyak 305/100.000 kelahiran hidup dan Angka

1
2

Kematian Bayi sebanyak 32/1.000 kelahiran hidup. (Dinas Kesehatan,

2016).

Berdasarkan data Provinsi Jawa Barat tahun 2017, Angka

Kematian Ibu menurun 780 menjadi 663 dari 100.000 kelahiran hidup,

disebabkan karena beberapa faktor yaitu perdarahan sebanyak 200 orang

(30%), hipertensi dalam kehamilan sebanyak 215 orang (31%), infeksi

sebanyak 58 orang (4%), persalinan lama sebanyak 15 orang (1%), dan

lain-lain sebanyak 207 orang (34%), sedangkan Angka Kematian Bayi

sebanyak 3.254 dari 1.000 kelahiran hidup, disebabkan antara lain BBLR

sebanyak 1185 orang (38,5%) , asfiksia sebanyak 865 orang (28,3%),

sepsis sebanyak 130 orang (3,6%), kelainan congenital sebanyak 351

orang (10,9%), ikterus sebanyak 55 orang (0,9%) diikuti dengan tetanus

sebanyak 43 orang (0,5%), lain-lain sebanyak 625 orang (17,3%) (Biro

Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa barat 2017).

Data Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang Tahun 2017

melaporkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 59 kasus, penyebabnya

di antaranya yaitu Perdarahan 12 orang, PEB 19 orang, infeksi 1 orang,

Decompensasi Cordis (DC) 8 orang, lain-lain 19 orang dan Angka

Kematian Bayi (AKB) ditahun 2017 sebanyak 173 kasus penyebabnya

diantaranya BBLR Sebanyak 70, Asfiksia sebanyak 51, sepsis 6, Kelainan

Bawaan 16, BP 6, diare 3, kelainan saluran pencernaan 1, lain-lain 20.

(Laporan Dinkes Kabupaten Karawang 2017)


3

Di Puskesmas Tirtajaya, tidak terdapat kasus kematian pada tahun

2017. Hal ini sama dengan BPM bidan N di desa Bolang kecamatan

Tirtajaya kabupaten Karawang bahwa tidak terdapat kasus kematian pada

ibu dan bayi pada tahun 2017.(Profil Puskesmas Tirtajaya, 2017).

Pelayanan Asuhan kebidanan yang dilakukan oleh Bidan N telah sesuai

dengan Asuhan antenatal care yaitu pelayanan yang sekurang-kurangnya

empat kali selama masa kehamilan yang meliputi K1 sampai K4,

intranatal care yang diberikan sesuai dengan 60 langkah APN, postnatal

care sesuai dengan standar untuk melakukan deteksi dini komplikasi pada

ibu nifas dengan 3 kali ketentuan waktu serta pelayanan neonatal care

dengan memberikan imunisasi sesuai dengan usianya.

Dan dengan adanya program pemerintah yang berkerjasama

dengan organisasi nirlaba USA ID, yaitu pada tahun 2012 Kementrian

Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal

Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)

dan Angka Kematia Bayi (AKB) sebesar 25% dengan cara meningkatkan

kualitas pelayanan emergensi obsetri dan bayi baru lahir minimal di 150

rumah sakit Pelayanan Obsetri Neonatal Esensial Komprehensif

(PONEK), 300 Puskesmas/Balkesmas Pelayanan Obsetri Neonatal

Esensial Dasar (PONED) dan memperkuat sistem rujukan yang efisien

dan efektif antara puskesmas dan rumah sakit. (Kemenkes RI, 2012)

Puskesmas Tirtajaya telah menerapkan dan menjalankan sejumlah

program yaitu menyediakan Pelayanan Obsetri Neonatal Esensial Dasar


4

(PONED) dengan system rujukan Expanding Maternal and Neonatal

Survival (EMAS) atau sijari emas untuk melakukan sistem rujukan bila

ada kegawatdaruratan obstetri dan ginekologi, serta pelayanan BPJS

Kesehatan, Kartu Indonesia Sehat (KIS), Jaminan Kesehatan Masyarakat

(JAMKESMAS) untuk masyarakat yang menjadikan permasalahan

pendapatan sebagai faktor AKI dan AKB serta dapat mendukung

keberhasilan program dalam menurunkan AKI dan AKB ialah

melaksanakan posyandu dan imunisasi, pemberian makanan tambahan

(PMT) untuk ibu hamil dan balita, pengembangan desa siaga (promkes,

audit maternal perinatal (medic), kelas ibu hamil, pembinaan dukun paraji,

evaluasi kinerja bidan desa, kegiatan RAKOR kecamatan, dan membahas

program-program up date yang sedang dilaksanakan dipuskesmas.

Berdasarkan uraian di atas, selain memenuhi salah satu persyaratan

dari pendidikan, penulis juga berusaha untuk mengaplikasikan manajemen

asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. R yang merupakan

pasien yang terbuka dan mudah berkomunikasi sehingga asuhan kebidanan

ini dapat dimulai pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan Bayi baru

lahir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. R Di

Bpm Bidan N Desa Bolang Kecamatan Tirtajaya Kabupaten

Karawang Tahun 2018”


5

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mampu meningkatkan pemahaman dan dapat menerapkan

pelayanan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. R G2 P1 A0

di BPM Bidan N Desa Bolang Kecamatan Tirtajaya Kabupaten

Karawang.

2. Tujuan khusus

Penulis mampu melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada data

subjektif dan objektif secara komprehensif pada Ny. R di BPM Bidan N

Desa Bolang Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang Tahun 2018.

a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif terhadap

ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

b. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah terhadap ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

c. Mampu menetapkan diagnosa masalah dan masalah potensial

terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

d. Mampu melakukan tindakan segera terhadap ibu hamil, bersalin,

nifas dan bayi baru lahir.

e. Mampu menyusun perencanaan tindakan pada ibu hamil, bersalin,

nifas dan bayi baru lahir.

f. Mampu melaksanakan tindakan terhadap ibu hamil, bersalin, nifas

dan bayi baru lahir.

g. Mampu mengevaluasi hasil asuhan terhadap ibu hamil, bersalin,

nifas dan bayi baru lahir.


6

h. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi pendidikan

Sebagai referensi yang dapat menjadi acuan bagi pendidikan dalam

memberikan bimbingan kepada mahasiswi mengenai asuhan kebidanan

komprehensif sehingga dapat berkesinambungan.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan untuk pembelajaran, penelitian, pengetahuan, dan

evaluasi yang dapat diterapkan di BPM, Puskesmas atau Rumahsakit

dengan teori yang sudah diperoleh dari perkuliahan khususnya mengenai

pelayanan asuhan manajemen kebidanan pada Kehamilan, Persalinan,

Nifas dan Bayi Baru Lahir.

3. Bagi Pasien

Diharapkan dapat mendapatkan pelayanan kebidanan yang baik sesuai

dengan harapan pasien yang meliputi asuhan kebidanan pada kehamilan,

persalinan, nifas dan BBL.

D. Gambaran Kasus

1. Kehamilan

Ny. R usia 32 tahun, G2P1A0. Memeriksakan kehamilannya ke

BPM Bd. N, HPHT 10 Agustus 2017 TP 17 Mei 2018. Berdasarkan

data dokumentasi dari buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ANC

pertama pada Trimester I usia kehamilan 5 minggu satu kali, Trimester


7

II dua kali, dan Trimester III dua kali, Kunjungan pertama ANC pada

tanggal 19 April 2018 di BPM Bd. N dengan keluhan sesak nafas.

2. Persalinan

Tanggal 27 April 2018 pukul 14.00 WIB Ny. R datang ke BPM

Bd. N, Mengeluh sakit didaerah awah perut dan mulas-mulas sejak

pukul 06.00 WIB, belum keluar lendi bercampur darah dan air-air. VT

pembukaan 8 cm. Pukul 14.55 WIB, pembukaan lengkap, presentasi

kepala, tidak ada penyusupan, hodge III. Pukul 15.00 WIB bayi Lahir

spontan. Pukul 15. 10 WIB placenta lahir lengkap, insersi marginalis,

selaput palcenta 20 cm, panjang tali pusat 45 cm, tidak ada rupture

perineum. Pemantauan kala IV selama 2 jam.

3. Nifas

Pemeriksaan selama nifas dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada

pada 6 jam dan 7 hari. Tidak ada tanda-tanda infeksi, ASI cukup

banyak, puting susu menonjol, involusi uterus berlangsung normal,

diastasis recti normal, lochea normal.

4. Bayi Baru Lahir

Asuhan bayi baru lahir sebanyak 3 kali yaitu pada 1 jam, 6 jam dan

7 hari. Keadaan bayi normal, segera menangis, warna kulit kemerahan,

gerakan aktif, jenis kelamin laki-laki, jenis, BB 2900 gram, PB 47 cm,

anus (+) dan tidak ada cacat bawaan. Sudah diberikan salep mata, Vit

K, dan setelah 2 jam diberikan imunisasi Hb-0, tali pusat sudah puput,

bayi dalam keadaan baik.


8

E. Waktu Dan Tempat

Tabel 1.1
Waktu Dan Tempat

No. Tanggal /waktu Tempat Pemeriksaan

1. 19 April 2018/14.00 WIB BPM Bd. N ANC

2. 27 April 2018/15.35 WIB BPM Bd. N INC

PNC
3. 27 April 2018/13.00 WIB BPM Bd. N
(6 jam postpartum)

PNC
4. 3 Mei 2018/14.00 WIB BPM Bd. N
(7 hari postpartum)

BBL
7. 27 April 2018/16.35 WIB BPM Bd. N
(1 jam)

BBL
8. 27 April 2018/ 21.00 WIB BPM Bd. N
(6 jam)

BBL
9. 3 Mei 2018/14.00 WIB BPM Bd. N
(7 hari)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Definisi Kehamilan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

kehamilan normal berlangsung aterm yaitu trimester kesatu berlangsung 12

minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 sampai 27), trimester

ketiga 13 minggu (minggu ke 28 sampai 40) (Walyani dan Purwoasti,

2015).

Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang

terdiri dari Ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan Ovum (sel telur) dan

spermatozoa (Sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan. Zigot

kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta

dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm

(Manuaba dkk, 2012).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari haid pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan

yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan

kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh

sampai 9 bulan. (Sarwono, 2002)

9
10

2. Tanda-tanda kehamilan

Tabel 2.1

Tanda-Tanda Kehamilan

Tanda dugaan Tanda kemungkinan Tanda pasti

hamil hamil hamil

Gerakan janin
Amenorea Pembesaran perut
dalam rahim

Tanda hegar (pelunakan Adanya denyut


Mual dan muntah
serviks) jantung janin

Tanda chandwick (kebiruan Terabanya bagian-


Ngidam
pada vulva) bagian janin

Tanda piscaseck (pembesaran


Kelelahan
uterus yang tidak simetris)
Terlihat kerangka
Payudara tegang Kontraksi Braxton hicks
janin saat di
Teraba ballottement
rontgen
Pigmentasi kulit Pemeriksaan palnotest

(mendeteksi adanya hCG)

(Marjati, 2011)
11

3. Perubahan pada masa kehamilan

a. Trimester I (minggu 1 -12)

Pada trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan

bahwa wanita dalam keadaan hamil. Terjadi peningkatan hormone

estrogen dan progesterone dalam tubuh, maka akan muncul berbagai

macam ketidaknyamanan secara fisiologis yaitu mual muntah, keletihan,

dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu perubahan

psikologi, yang membuat ibu hamil merasakan kecewa, penolakan,

kecemasan, dan kesedihan.

b. Trimester II (minggu 13 – 28)

Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran

kesehatan. Sudah merasa terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi,

ketidaknyamanan mulai berkurang, mulai merasakan gerakan janin, serta

meningkatnya libido (Marjati, 2011)

c. Trimester III (minggu 29 – kelahiran)

Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian, oleh

sebab itu trimester ini untuk mempersiapkan persalinan. ibu akan

kembali merasakan ketidaknyamanan fisiologis yaitu :

1) Sakit pinggang, karena meningkatnya beban berat yang dibawa yaitu

bayi dalam kandungan.

2) Pernapasan, pada kehamilan 33-36 minggu banyak ibu hamil yang

susah sampai sesak saat bernafas karena tekanan bayi yang berada
12

dibawah diafragma menekan paru ibu sampai bayi mulai turun

kerongga panggul pernafasan akan kembali normal.

3) Sering buang air kecil, karena pembesaran rahim dan penurunan bayi

ke pintu atas panggul (PAP) akan membuat tekanan pada kandung

kemih.

4) Kontraksi perut, yaitu kontraksi palsu berupa rasa sakit yang ringan,

tidak teratur dan kadang hilang bila duduk atau istirahat.

4. Jadwal Kunjungan Antenatal Care

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (280 hari

atau 9 bulan 7 hari). Menurut Departemen Kesehatan RI minimal untuk

kunjungan antenatal, yakni:

a. Satu kali pada trimester I (0-12 minggu),

b. Satu kali pada trimester II (kehamilan 13 minggu sampai 28 minggu),

c. Dua kali pada trimester III (kehamilan 29 minggu sampai 38 minggu)

(Hutahaean, 2013).

5. Antenatal Care

Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk

memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil

normal atau bermasalah. (Rukiah, Yulianti, Maemunah, & Susilawati,

2013).
13

Tujuan Antenatal Care sangat besar karena dapat mengetahui berbagai

risiko dan komplikasi hamil. Sehingga ibu dapat diarahkan untuk

melakukan rujukan ke rumah sakit. (Manuaba, 2010).

6. Asuhan Standar Minimal 14T

Menurut Kementrian Kesehatan RI tahun 2012, pelayanan ANC

oleh tenaga kesehatan harus memberikan sesuai dengan standar yaitu

Pelayanan Antenatal Care minimal 14 T, yakni :

a. Timbang Berat Badan dan Tinggi Badan

Kenaikan BB normal selama hamil 0,5 kg perminggu mulai dari

trimester kedua. Berat badan diukur setiap ibu melakukan pemeriksaan rata-

rata normal kenaikan berat badan ibu yaitu 6,5 sampai 16 kg sedangkan

tinggi badan dikatakan adanya resiko apabila < 145 cm. (saryono, 2010)

b. Ukur Tekanan Darah

Untuk mengetahui adanya tanda bahaya kehamilan yaitu hipertensi

gravidarum, preeklamsi dan anemia. Tekanan darah normal sekitar 110/80

sampai 120/80 mmHg.

c. Tentukan Tinggi Fundus uteri

Pengukuran menggunakan pita sentimeter jika sudah 24 minggu,

dengan meletakan angka nol pada tepi atas sympisis direntangkan sampai

fundus uteri.
14

Tabel 2.2

Tinggi Fundus Uteri Menurut Leopold

Tinggi Fundus
Usia
No Dalam Menggunakan Penunjuk-
Kehamilan
Cm Penunjuk Badan

1. 1. 12 minggu - Teraba diatas simfisis

16 minggu - Teraba dipertengahan pusat


2. 2.
dan simfisis
3. 3. 20 minggu - 2 jari dibawah pusat

4. 4. 24 minggu - Setinggi sepusat

28 minggu 25 cm Teraba 3 jari diatas pusat


5. 5. atau sepertiga antara pusat
ke prosesus xifoideus
32 minggu 27 cm Teraba di pertengahan pusat
6. 6.
dan prosesus xifoideus
36 minggu 30 cm 1 jari dibawah prosesus
xifoideus, kepala bayi
7. 7.
masih berada di atas PAP
(Pintu Atas Panggul)
8. 8. 40 minggu 33 cm ±3 jari dibawah Px

(Kusmiati yuni, dkk, 2013)


15

Tabel 2.3

Tinggi Fundus Uteri menurut Mc Donall

No Usia Kehamilan Tinggi fundus Uteri

1 22 - 28 Minggu 24 – 25 cm diatas simfisis

2 28 Minggu 26,7 cm diatas simfisis

3 30 Minggu 29,5 – 30 cm diatas simfisis

4 32 Minggu 29,5 – 30 cm diatas simfisis

5 34 Minggu 31 cm diatas simfisis

6 36 Minggu 32 cm diatas simfisis

7 38 Minggu 33 cm diatas simfisis

8 40 Minggu 37,7 cm diatas simfisis

(Sofian, A. 2012)

d. Pemberian Imunisasi TT (Tetanus Toksoid)

Imunisasi TT adalah imunisasi yang diberikan kepada ibu hamil untuk

mencegah terjadinya tetanus neonatorum. Ibu hamil minimal memiliki

status imunisasi T2 agar mendapat perlindungan terhadap infeksi tetatus. Ibu

hamil dengan status T5 (TT Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT

lagi. Vaksinasi terhadap tetanus (TT) di Indonesia diberikan 2 kali.

Sebaiknya setelah bulan ketiga dengan jarak sekurang-kurangnya 4 minggu.

Vaksinasi kedua sebaiknya diberikan kurang dari 1 bulan sebelum anak lahir

agar serum antitetanus mencapai kadar optimal. (Fitramaya, 2015)

Tabel 2.4
16

Pemberian Imunisasi TT

Lama
Imunisasi Interval % Per-Lindungan
Perlindungan
Pada

TT 1 kunjungan 0 % Tidak ada

ANC pertama

4 minggu
TT 2 80 % 3 tahun
setelah TT 1

6 bulan setelah
TT 3 95 % 5 tahun
TT 2

1 tahun setelah
TT 4 99 % 10 tahun
TT 3

1 tahun setelah 25 tahun/


TT 5 99 %
TT 4 seumur hidup

(Saifuddin Abdul Bari, 2010)

e. Tablet Fe minimal 90 tablet selama Kehamilan

Untuk mencegah anemia dan untuk pertumbuhan otak bayi, sehingga

mencegah kerusakan otak pada bayi. Pemberian tablet besi adalah sebesar

60 mg dan asam folat 500 mg pada Setiap ibu hamil dengan minimal 90

tablet Fe selama kehamilan yang diberikan sejak pemeriksaan pertama

dengan dosis 1 kali per hari. Tablet sebaiknya tidak diminum bersama teh
17

atau kopi karena akan mengganggu penyerapan. Jika diduga anemia

berikan dosis 2-3 tablet zat besi per hari.

f.Pemeriksaan Haemoglobin (Hb)

Pemeriksaan Hb pada ibu hamil harus dilakukan pada kunjungan pertama

dan minggu ke 28. Untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil, dengan hasil

normal 11 gr% yang dilakukan 2 kali selama masa kehamilan yaitu pada

saat trimester I dan III . Bila kadar Hb < 11 gr% maka harus diberi

suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg Asam Folat.

g. Protein urine

Untuk mendeteksi adanya protein dalam urine ibu hamil, dan mendeteksi

kearah preeklamsi. Pengambilannya dengan cara memeriksa spesimen

urine, hasil normalnya yaitu negative (tidak ada kekeruhan).

h. Glukosa urine (reduksi urine)

Untuk mendeteksi adanya indikasi penyakit gula/Diabetes mellitus atau

riwayat penyakit keturunan pada keluarga ibu dan suami. Dengan cara

memeriksa spesimen urine.

i. VDRL (Veneral Desease Research Laboratory)

Untuk mengetahui adanya treponema pallidum / penyakit menular seksual

seperti syphilish, dengan pemeriksaan spesimen darah vena kurang lebih 2

cc. apabila hasil test positif maka dilakukan pengobatan dan rujukan.

j.Senam hamil

Senam hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam mempersiapkan

persalinan. Adapun tujuan senam hamil adalah memperkuat dan


18

mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligamentum, otot dasar

panggul dan memperoleh relaksasi tubuh.

k. Pemberian Obat Malaria

Obat ini diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria dan juga

kepada ibu hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai

menggigil dan hasil asupan darah yang positif.

l. Pemberian Kapsul Minyak Yodium

Kapsul ini diberikan kepada ibu hamil pada kasus gangguan akibat

kekurangan yodium di daerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap

tumbuh kembang manusia.

m. Temu Wicara (koseling)

Sebagai upaya preventif terhadap kehamilan dan membantu menemukan

kebutuhan asuhan kehamilan (saryono, 2010) Dengan cara 5 prinsip

pendekatan kemanusiaan yaitu : keterbukaan, empati, dukungan, sikap

(respon positif), dan sama derajat.

7. Ketidaknyamanan selama hamil

a. Trimester I

1) Sering buang air kecil (nocturia)

Lima puluh Sembilan persen wanita mengalami peningkatan frekuensi

berkemih pada trimester I kehamilan (Chalicha, 2002). Pada trimester I

penyebab sering BAK dikarenakan pembesaran uterus menyesuaikan


19

kehamilan sehingga akan menekan kandung kemih, selain itu letak

kandung kemih yang bersebelahan dengan Rahim membuat kapasitasnya

berkurang.

2) Mual muntah yang tidak berlebihan

Mual dan muntah yang disebut emesis gravidarum atau morning

sickness merupakan suatu keadaan mual disertai muntah (frekuensi

kurang dari 5 kali). Selama kehamilan, sebanyak 70-85% wanita

mengalami mual muntah (Wegrzyniak, dkk, 2012). Penyebab pasti

morning sickness belum diketahui dengan jelas, akan tetapi mual dan

muntah dianggap sebagai masalah multi factorial.

3) Keputihan yang banyak

Dapat menjelaskan kepada ibu bahwa ini merupakan hal yang

fisiologis, karena adanya peningkatan hormon estrogen. Selain itu

menganjurkan pada ibu untuk menjaga personal hygiene terutama bagian

genetalia dengan mengganti pakaian dalam minimal 2 kali sehari dan

mengajarkan kepada ibu untuk mencuci genetalianya sesudah BAK dari

arah depan ke belakang serta mengeringkan daerah genetalia agar tidak

lembab dan selalu terjaga kebersihannya.

b. Trimester II

1) Nyeri perut bawah

Nyeri perut bagian bawah biasa dikeluhan 10%-30% ibu hamil pada

akhir trimester I atau ketika memasuki trimester II. Keluhan ini biasa

terasa lebih pada ibu multigravida disebabkan karena tertariknya


20

ligamentum, sehingga menimbulkan nyeri seperti kram ringan dan atau

terasa seperti tusukan yang akan lebih terasa akibat gerakan tiba-tiba.

Nyeri perut bawah ini disebabkan membesarkan uterus sehingga keluar

dari rongga panggul menuju rongga abdomen.

2) Nyeri punggung

Rasa nyeri pada bagian punggung atau low back pain dialami oleh

20%-25% ibu hamil, rasa nyeri sering dirasakan ibu pada waktu malam

hari. Hal ini diakibatkan oleh pengaruh alirah darah vena kearah lumbal

sebagai peralihan cairan intraseluler ke arah ektraseluler akibat dari

aktivitas yang dilakukan ibu (James et al, 2006).

c. Trimester III

1) Sering BAK

Sering berkemih dikeluhkan sebanyak 60% ibu hamil akibat dari

meningkatkan laju Filtrasi Glomerolus (Sandhu, dkk., 2009). Keluhan

sering berkemih dikarenakan tertekannya kandung kemih oleh uterus

yang semakin membesar dan menyebaban kapasitas kandung kemih

berkurang serta frekuensi berkemih meningkat

2) Oedema

Bengkak atau Oedema adalah penumpukan atau retensi cairan pada

daerah luar sel akibat dari berpindahnya cairan intraseluler ke

ekstraseluler. Edema pada kaki biasanya pada usia kehamilan di atas 34

minggu (Jean, 2011).

3) Sesak Nafas
21

Sesak Nafas karena semakin membesarnya kehamilan yang sehingga

dapat menekan bagian diafragma (otot pernafasan) yang letaknya

dibawah paru.

B. Persalinan

1. Definisi Persalinan

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi

baik pada ibu maupun pada janin. (Saifudin, 2012)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar. (Ilmu Kebidanan, 2012).

2. Tanda dan gejala persalinan

Menurut (Prawiroharjo, 2010) tanda dan gejala persalinan yaitu kekuatan

his yang dirasakan ibu makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi

yang semakin pendek dan terjadi pengeluaran lendir bercampur darah,

pengeluaran dapat disertai ketuban pecah, pada pemeriksaan dalam dijumpai

perubahan serviks seperti perlunakan serviks dan terjadinya pembukaan

serviks.

Tanda dan Gejala Kala I Persalinan yaitu Penipisan dan pembukaan

serviks, Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi

minimal 2 kali dalam 10 menit), Cairan lender bercampur darah (show) melalui

vagina. Tanda dan Gejala Kala II Persalinan yaitu dorongan ingin meneran,
22

peningkatan tekanan anus, Perineum menonjol, Vulva membuka dan adanya

pengeluaran lender bercampur darah (Blood Show).

3. Tahapan Persalinan

a. Kala I (Kala Pembukaan)

Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang

ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan

pembukaan lengkap (10 cm) pada primipara kala I berlangsung kira-kira 13

jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam (Varney, 2007). Kala I

persalinan dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif (Chandranita

Ayu Ida, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB, 2010)

1) Fase Laten

Dimulai awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan

servik secara bertahap. Berlangsung hingga servik membuka kurang dari 4

cm, pada umumnya fase laten berlangsung hingga 6-8 jam dan kontraksi

mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 menit.

2) Fase aktif

Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi

komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai

dari 4 cm hingga 10 cm dan berlangsung dengan kecepatan rata-rata 1 cm

per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih 1 cm hingga 2 cm

(multipara). Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain :

a) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.


23

b) Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4

cm menjadi 9 cm.

c) Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu

2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap (Prawirohardjo, 2005).

b. Kala II (Kala Pengeluaran janin)

Kala dua persalinan Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai

bayi lahir. Kala II pada primi : 1½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam (Mochtar,

2002). Gejala dan tanda kala II adalah adanya dorongan untuk meneran,

adanya tekanan pada anus, perineum menonjol, dan vulva membuka.

Tanda pasti kala II adalah terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus

vagina dan pembukaan serviks telah lengkap. (Asuhan Persalinan Normal,

2010).

c. Kala III (Kala Uri)

Kala tiga persalinan dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban, yang berlangsung tidak lebih dari 30

menit. Menurut Depkes RI (2002)

Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah bentuk uterus semula distoid

menjadi globuler, adanya semburan darah tiba-tiba, tali pusat memanjang

dan adanya perubahan uterus yang meninggi dengan fundus uterus setinggi

pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya.

Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri.

Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina akan

lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri.
24

Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.

Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc

(Mochtar, 2002).

Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama, yaitu pemberian

suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan

penegangan tali pusat terkendali dan masage fundus uteri (Wiknjosastro,

2008).

Tujuan manajemen aktif kala III untuk menghasilkan kontraksi uterus

yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah

perdarahan dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan

penatalaksanaan fisiologi. Keuntungan dari manajemen aktif kala III

mempersingkat kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah dan

mengurangi kejadian retensio plasenta.

d. Kala IV ( Pemantauan)

Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua

jam setelah itu. Batasannya adalah 2 jam setelah plasenta lahir. Masa

postpartum merupakan saat yang paling kritis untuk mencegah kematian ibu

terutama kematian disebabkan karena perdarahan.

Selama kala IV petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam

pertama setelah kelahiran plasenta dan setiap 30 menit pada jam kedua

setelah persalinan. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV, yaitu

tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan


25

darah, nadi dan pernafasan; kontraksi uterus, terjadi perdarahan. Perdarahan

dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

Penting untuk berada disamping ibu dan bayi selama dua jam post partum

pasca persalinan untuk memantau:

a. Pemantauan tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan

darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan 30 menit

selama satu jam kedua kala empat

b. Massase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15

menit pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat

c. Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pasca

persalinan

d. Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama

satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat

e. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana cara menilai kontraksi uterus

dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana cara melakukan masase

jika uterus menjadi lembek

f. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi

g. Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir (Wiknjosastro, 2008).

Tabel 2.5

Waktu Persalinan Berdasarkan Pembagian Kala

Primigravida Multigravida

Kala I 10-12 jam 6-8 jam

Kala II 1-1,5 jam 1,5-1 jam


26

Kala III 10 menit 10 menit

Kala IV 2 jam 2 jam

Jumlah (tanpa

memasukkan kala
10-22 Jam 8-10 Jam
IV yang bersifat

observasi)

(Wiknjosastro, 2007)

h. Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau,

mengevaluasi dan menatalaksana persalinan dan kewajiban untuk

menggunakannya secara rutin pada setiap persalinan (Depkes RI, 2008).

Tujuan mengisi Partograf yaitu Mencatat hasil observasi kemajuan

persalinan, Mendeteksi apakah persalinan berjalan dengan normal, Mencatat

kondisi ibu (frekuensi dan lamanya kontraksi 30 menit, Nadi 30, Tekanan

Darah setiap 30), Dilatasi serviks (pembukaan dan penurunan kepala setiap

4 jam), produksi urine atau protein urine setiap 2-4jam dan kondisi janin

(Detak Jantung Janin setiap 30 menit), Membuat keputusan klinik, dan Data

dalam partograf (Informasi tentang ibu dan riwayat tentang

kehamilan/persalinan, Obat-obatan dan cairan yang diberikan).

Tabel 2.
Parameter Partograf
Parameter Frekuensi fase aktif

Tekanan darah Setiap 4 jam


27

Suhu Setiap 2 jam

Nadi Setiap 30-60 menit

Djj Setiap 30 menit

Kontraksi Setiap 30 menit

Pembukaan serviks Setiap 4 jam

Penurunan Setiap 4 jam

(Depkes RI, 2008)

Tabel 2.6
Penurunan Kepala Janin menurut Sistem Perlimaan

Pemeriksaan Luar Pemeriksaan Keterangan


Dalam

= 5/5 Kepala diatas PAP, mudah


digerakkan.

Sulit digerakkan, bagian


= 4/5 H I – H II terbesar kepala belum
masuk panggul.

Bagian terbesar kepala


= 3/5 H II – H III
belum masuk PAP.

= 2/5 Bagian terbesar kepala


H III +
sudah masuk panggul.

= 1/5
H III – H IV Kepala didasar panggul
28

= 0/5
H IV Di perineum

(Wahyuningsih, dkk, 2009)

4. Mekanisme persalinan normal

Untuk melakukan asuhan persalinan normal (APN) dirumuskan 60

langkah asuhan persalinan nrmal sebagai berikut :

1) Melihat tanda dan gejala persalinan kala II, yaitu ibu merasa ada dorongan

kuat meneran, ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum

dan vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan sfingter ani membuka

2) Menyiapkan Persalinan yaitu Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-

obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan pada tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua

tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan

dengan handuk satu kali pakai/ pribadi yang bersih

5) Memakai satu satung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan

dalam

6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dnegan memakai

sarung tangan DTT atau steril) dan meletakan kembali di partus set.

7) Membersihkan vulva dan perinneum, menyekanya dengan hati-hati dari

depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah


29

dibasahi dengan air DTT. Jika mulut vagina, perineum, atau anus

terkontaminasi dengan kotoran ibu, membersihkannya dengan saksama.

Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.

8) Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan bahwapembukaan serviks telah lengkap

9) Mendekomentasikan sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan yang kotor ke dalam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit. Mencuci kedua tangan

10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah konraksi untuk memastikan

bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit)

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan

keinginanya.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat

untuk meneran

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain, letakkan satu tangan yang

lain di kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.

15) Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu

16) Membuka patus set

17) Memakai sarung tangan DTT


30

18) Saat kepala byai membuka vulva dengan diameter 5=6 cm, lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi oleh kain, letakkan tangan yang

lain di kepala bayi dan memberiarkan kepala bayi keluar secara perlahan

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau

kasa yang bersih.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal

itu terjadi, kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.

21) Menunggu hingga kepala melakukan putaran paksi luar secara sontan

22) Setelah kepaa melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di

masing-maisng sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat

kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kea rah bawah untuk

melahirkan bahu bawah dan kearah atas untuk melahirkan bahu bawah.

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, melakukan sanggahan pada tubuh bayi saat

dilahirkan.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusur tangan yang diatas (anterior)

dari punggung kea rah kaki dengan hati-hati membentu kelahiran.

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), menilai sigtuna bayi

(menangis spontan, warna kulit, tonus otot)

26) Segera membungkus kepala bayi dan tubuh bayi dengan topi dan handuk

dan biarkan terjadi kontak kulit antara ibu-bayi. LAkukan penyuntikan

oksitosin 10 IU
31

27) Menjepit tali pusat menggunakanklem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.

melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan

memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama

28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting

dan memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut.

29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yangbasah dengan yang kering,

menutupi bagian kepala membeiarkan tali pusat terbuka.

30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk bayinya

dengan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya

31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen

untuk menghilangkan segala kemungkinan adanya bayi kedua

32) Memberitahu ibu bahwa akan disuntuk oksitosin iu

33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin

secara IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu di bagian luar, setelah

menginspirasi terlebih dahulu

34) Memindahkan klem pada tali pusat

35) Meletakkan sarung tangan diatas kain perut ibu, tepat diatas tulang pubis,

dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpsi kontraksi dan

menstabilkan uterus. MEmegang tali pusat dengan klem pada tangan yang

lain.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan peregangan tali

sejajar lantai. Lakukan tekanan berlawanan arah pada bagian bahwah

uterus dengan cara menekan terus ke atas dan belakang (dorsokranial)


32

dengan hati-hati untuk membentu mencegah terjadinya inversion uteri.

JIka plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali

pusat dan menggu hingga kontraksi berikut mulai. JIka uterus tidak

berkontraksi, meminta ibu atau keluarga untuk melakukan rangsangan

putting susu

37) Setelah plasenta lahir, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali

pusat sejajar lantai, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan

tekanan berlawanan arah pada uterus

38) Jika plasenta terlihat di inintrotus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta

dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan kedua

tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta serah jarum jam hingga

selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan plasenta.

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus.

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin

dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput

ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik

atau ditenpat khusus.

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera

menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik

43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke larutan klorin

0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarungtangan tersebut dengan

air DTT dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering
33

44) Menempatkan klem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau steril atau

meningkatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling

tali pusat sekitar 1 cm dari pusat

45) Meningkatkan satu lagi simpul mati dibagian pusat yang bersebrangan

dengan simpul mati yang pertama

46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan

handuk dan kainnya bersih dan kering

48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI

49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam

50) Menganjurkan pada ibu/ keluarga bagaimana melakukan masase dan

memeriksa kontaksi uterus

51) Mengevaluasi kehilangan darah

52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama

jam kedua pascapersalinan

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan setelah

dekontaminasi

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah

yang sesuai
34

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan cairan

ketuban, lender, dan darah. Membantu ibu memberikan ASI. Membantu

ibu memakai pakaian yang kering

56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minum dan makan yang

diinginkan

57) Mendokumentasikan daerah yang dipergunakan untuk melahirkan dengan

larutan klorin 0.5%

58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %.

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan

klorin

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

60) Melengkapi partograf

5. Asuhan Kebidanan Persalinan

Asuhan persalinan adalah asuhan yang diberikan kepada ibu bersalin

dengan tujuan agar ibu bersalin dapat ditangani secara baik, terlindungi, Aman

dari berbagai masalah atau komplikasi yang dapat menggangu kualitas

pelayanan atau keselamatan ibu dan bayi baru lahir terutama mencegah

perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir.

(Prawiroharjo, 2014).

6. Amniontomi

Amniontomi adalah tindakan untuk membuka selaput ketuban (amnion)

dengan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan
35

akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan didalam pembukaan lengkap atau

hampir lengkap agar proses persalinan berlangsung sebagaimana mestinya.

Diantara Kontraksi lakukan pemeriksaan dalam, raba selaput ketuban

untuk memastikan apakah kepala sudah masuk panggul dan memasukan alat

(setengah kocher) dengan hati-hati, satu tangan berada di fundus untuk

memfiksasi kepala agar tetap berada di dalam PAP dengan baik dan terkunci

dan ketika melakukan amniontomi pastikan saat kontraksi melemah, setelah

itu memastikan tidak ada bagian lain terbawa keluar. (Damayanti,ika putri, dkk

2012)

7. Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi Menyusu Dini (early initation) atau permulaan dini setelah bayi

mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan IMD

dinamakan the best crawl atau merangkak mencari payudara, menemukan

putting susu kemudia menyusu sendiri. (Roseli, utami 2008). Manfaat IMD

yaitu menyukseskan untuk ASI ekslusif, meningkatkan Rasa kasih saying saat

kontak langsung ibu dan bayi. Langkah- langkah melakukan inisiasi menyusu

dini :

a. begitu lahir bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering

b. keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya

c. tali pusat di potong

d. vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak

diberikan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi


36

e. tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan didada atau perut ibu dengan

kontak kulit bayi dan kulit ibu (skin to skin). ibu dan bayi diseliuti bersama-

sama, jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari

kepalanya.

f. biarkan sekiranya 1 jam sampai bayi dapat menemukan putting susu dan

menyusu sendiri.

8. Pencegahan Infeksi (PI)

Tindakan Pencegahan Infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-

komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan

ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru

lahir, dan penolong persalinan.

Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah

a. Melakukan Dekontaminasi

Yaitu tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh

petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersih medis sebelum

pencucian dilakukan.

b. Memakai Alat Pelindung Diri

Untuk mencegah penularan infeksi seperti mitela, kacamata goggle,

makser, afron, sarung tangan steril, sepatu tertutup.

C. Nifas

1. Definisi Masa Nifas


37

Masa nifas yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari merupakan

waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ kandungan pada keadaan

normal. (Manuaba, 2012).

Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta

sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu atau masa pemulihan kembali

sampai alat kandungan kembali seperti pra hamil. (Rini, Susilo 2016)

2. Tujuan Masa Nifas

Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas, menjaga kesehatan ibu dan

bayinya, melaksanakan skrinning secara komprehensif, memberikan

pendidikan kesehatan, memberikan pendidikan tetang laktasi dan perawatan

payudara, konseling tentang KB, untuk memulihkan kesehatan umum.

3. Fisiologis Nifas

a. Uterus

Dalam masa nifas uterus akan mengalami pengecilan (involusi) secara

berangsur-angsur sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses

ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos

uterus (Ambarwati, 2010).


38

Tabel 2.4

Perubahan Uterus Masa Nifas

Tinggi Berat Diameter Palpasi


Involusi
fundus uteri uterus uterus Cervix

Plasenta Setinggi pusat 1000 12,5 cm Lembut

Lahir gram atau lunak

7 hari Pertengahan 500 gram 7,5 cm 2 cm

simfisis-pusat

14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm 1 cm

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit

(fitramaya, 2010)

b. Perubahan ligamen diagfragma pelvic

Perubahan ini terjadi pada saat melahirkan oleh karena peregangan ini

akan berangsur-angsur pulih kembali dalam waktu 6 minggu.

c. Lochea

1) Lochea Rubra

Berwarna merah, berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Lochea ini terdapat

selama 2 hari postpartum

2) Lochea sanguinolenta

Berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir. Lochea ini terdapat

pada hari ke 3-7 persalinan.

3) Lochea serosa
39

Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi. Lochea ini terdapat pada

hari ke 7-14 pospartum.

4) Lochea alba

Cairan putih dan terdapat setelah 2 minggu.

5) Lochea purulenta

Bila terjadi infeksi dan keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.

4. Tahapan Masa Nifas

a. Puerperium dini

Yaitu kepulihan dimana ibu diperolehkan berdiri dan berjalan serta

menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya (40 hari)

b. Puerperium intermediate

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya

sekitar 6-8 minggu.

c. Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

5. Tanda Bahaya Nifas

a. Perdarahan kala nifas sekunder

Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama melebihi 500 ml.

Penyebab utama perdarahan yaitu terdapatnya sisa plasenta atau selaput


40

ketuban, infeksi pada endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam

bentuk mioma uteri. perdarahan dapat mengakibatkan syok

b. Bendungan ASI atau Payudara Bengkak

Bendungan terjadi karena sumbatan pada saluran ASI, tidak

dikosongkan seluruhnya. Keluhan yang muncul adalah mammae

bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu badan meningkat. gangguan

ini dapat diatasi dengan menyusui tetap dilanjutkan, beri kompres panas,

mengubah posisi menyusui dari waktu ke waktu, pakai BH yang longgar.

c. Subinvolusi uteri

Pada beberapa keadaan terjadi proses involusi rahim tidak berjalan

sebagaimana semestinya, sehingga proses pengecilannya terlambat,

keadaan tersebut dinamakan subinvolusi uteri.

d. infeksi masa nifas

Infeksi alat genetalia merupakan komplikasi masa nifas, yang dapat

dilihat dari suhu takikardia yang mencapai 39°C. faktor penyebab

meliputi nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi, episiotomi dan seksio

sesaria.

6. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas

Tiga tahap perilaku ibu post partum menurut Rubin :

a. Taking in (1-2 hari)


41

1. Ibu menceritakan pengalaman persalinannya kemudian

membandingkan dengan yang lain

2. Membutuhkan bantuan orang lain dan terlihat pasif

3. Susah mengambil keputusan

4. Berfokus pada diri sendiri

5. Depresi

b. Taking Hold (3-5 hari)

1. Menerima peran baru dan belajar

2. Merasa lebih nyaman dan tenaga mulai pulih kembali

3. Ibu berkeinginan untuk merawat bayinya

c. Letting go (2-4 minggu)

1. Ibu telah sembuh

2. Ibu menerima peran baru sebagai orang tua

3. Dapat melakukan kegiatan sehari-hari

4. Merasa tanggung jawab terhadap perawatan bayi

7. Manajemen kebidanan pada masa nifas

a. Proses Laktasi

Selama kehamialn, hormone estrogen dan progesterone menginduksi

perkembangan alveolus dan duktus laktiverus di dalam mammae atau

payudara dan juga merangsang produksi kolostrum. produksi ASI tidak

berlangsung sampai sesudah kelahiran bayii ketika kadar hormone

estrogen menurun, penurunan kadar estrogen ini memungkinkan


42

meningkatnya kadar prolaktin dan prosuksi ASI pun dimulai. Produksi

prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh proses menyusui.

b. ASI Ekslusif

ASI adalah suatu emulasi lemak dalam larutan protein, laktosa dan

garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara

ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Air susu ibu menurut stadium

laktasi adalah kolostrum (pertama kali disekreskan kelenjar payudara),

air susu transisi/peralihan (hari ke 4 sampai ke 10) dan air susu matur

( minggu ke 3 dan seterusnya) (Nugroho, 2011).

8. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

a. Nutrisi

Nutrisi atau asupan makanan yang dapat menjamin

pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumalah yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan bayinya seperti kalori, protein, mineral,

air, vitami A warna merah 200.000 SI segera setelah melahirkan,

minum lagi kapsul vitamin A pada hari kedua jarak kapsul pertama dan

kedua minimal 24 jam(Buku KIA).

b. Ambulasi

Perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk

melakukan mobilisasi dini, untuk selekas mungkin membimbing ibu

selekas mungkin untuk beraktivitas, ambulasi dikerjakan secara

berangsur-angsur yaitu setelah 2 jam (dapat miring kanan dan kiri


43

untuk mencegah adanya trombosit), 4 jam (dapat duduk), dan 6 jam

(dapat berjalan ke kamar mandi).

c. Senam nifas

Senam nifas adalah senam yang di lakukan sejak hari pertama

melahirkan setiap hari sampai hari ke sepuluh, terdiri dari sederetan

gerakan tubuh yang di lakukan untuk mempercepat pemulihan, dan

menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut.

(Suherni Fitramaya. 2010). Dapat dimulai dari yang ringan sampai

yang berat,mulai dari menarik napas panjang dengan perut, mengganti

posisi tidur dari terlentang, miring kanan, miring kiri, atau dengan

posisi lain.

9. Asuhan masa nifas

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas

a. Kunjungan 1 (KF I) : 6-48 jam setelah persalinan

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika

perdarahan berlanjut

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

4) Pemberian ASI awal

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi dan Jika

petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan


44

ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau

sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil

b. Kunjungan 2 (KF II) : 4-28 hari setelah persalinan

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak

ada bau.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan

abnormal.

3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperhatikan tanda-

tanda penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan

bayi sehari-hari.

c. Kunjungan 3 (KF III) : 29-42 hari setelah persalinan

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi

alami

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Saifuddin, dkk,

2013)

d. Program Tindak Lanjut Asuhan Masa Nifas di Rumah


45

Suatu kunjungan rumah akan mendapat lebih banyak kemajuan

apabila direncanakan dan diorganisasikan dengan baik. Bidan perlu

meninjau kembali catatan kesehatan ibu, rencana pengajaran dan catatan

lain yang bisa digunakan sebagai dasar wawancara dan pemeriksaan serta

pemberian perawatan lanjutan yang diberikan. Setelah kunjungan tersebut

direncanakan, bidan harus mempersiapkan semua peralatan yang

diperlukan, materi instruksi dan keterangan yang dapat diberikan kepada

keluarga yang akan dikunjungi (Saleha, 2009).

Menurut Saleha (2009) selain keuntungan, kunjungan rumah post

partum juga memiliki keterbatasan yang masih sering dijumpai, yaitu

Besarnya biaya untuk mengunjungi pasien yang jaraknya jauh,

Terbatasnya jumlah bidan dalam memberi pelayanan kebidanan, dan

Kekhawatiran tentang keamanan untuk mendatangi pasien di daerah

tertentu.

Menurut Saleha (2009) selain keuntungan, kunjungan rumah post

partum juga memiliki keterbatasan yang masih sering dijumpai, yaitu

sebagai berikut:

1. Besarnya biaya untuk mengunjungi pasien yang jaraknya jauh.

2. Terbatasnya jumlah bidan dalam memberi pelayanan kebidanan.

3. Kekhawatiran tentang keamanan untuk mendatangi pasien di daerah

tertentu.

D. Bayi Baru Lahir

1. Definisi Bayi Baru Lahir


46

Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia

kehamilan 37- 42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010)

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0 – 28 hari (Kementerian

Kesehatan RI, 2010).

Bayi cukup bulan (term infant) adalah bayi dengan usia gestasi kurang

dari 37 minggu. Bayi baru lahir adalah bayi baru dengan presentasi belakang

kepala, melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 31

sampai 42 minggu dengan berat badan 2500 – 4000 gram dengan nilai Afgar

≥7 dan tanpa cacat bawaan.(Muslihatun, 2010).

2. Kriteria Fisik Bayi

Pemeriksaa fisik bayi dengan normal Berat badan berkisar antara 2500-

4000 gram, Panjang badan 48-53 cm, Lingkar dada 30-38 cm., Lingkar kepala

33-35 cm. Pernafasan bayi baru lahir normal 30-60 x/menit. Frekuensi denyut

jantung berkisar antara 100-160 x/menit, tetapi masih di anggap normal jika di

atas 160x/menit dalam jangka pendek. Warna kulit kemeraham dan terdapat

vernik kaseosa atau bersih. Rambut lanugo dan rambut kepala tumbuh dengan

baik. Aktifitas (tonus otot) gerakan aktif. Mengeluarkan mekonium dalam 24

jam pertama. Fungsi urinaria normal, dalam 24 jam pertama bayi dapat BAK

dengan volume 20-30 ml/hari. Genetalia : labia mayor menutupi labia minora,

testis sudah turun dalam skrotum. (Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita, 2010).
47

Pada bayi usia 3-7 hari, biasanya terjadi penurunan berat badan 10%

merupakan hal yang fisiologis, karena bayi mengalami kesesuaian terhadap

lingkungannya. (Asuhan Neonatal Bayi dan Balita, 2011)

3. Tanda Bahaya Pada Bayi

Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir :

a. Kehangatan, terlalu panas >38ºC atau terlalu dingin <36ºC

b. Warna kulit, kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru, pucat atau

memar.

c. Pemberian makan, hisapan bayi lemah, mengantuk berlebihan dan

banyak muntah

d. Pernapasan, sulit atau lebih dari 60 kali per menit

e. Tali pusat berwarna merah tetapi bengkak, keluar cairan, bau busuk dan

berdarah.

f. Infeksi, suhu tubuh bayi meningkat, merah, bengkak, keluar cairan

(nanah), bau busuk dan pernafasan sulit.

g. Tinja/kemih, bayi tidak berkemih selama 24 jam, tinja lembek, berwarna

hijau tua dan ada lendir atau darah.

h. Aktivitas, menggigil atau menangis yang tidak biasa, sangat mudah

tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, tidak biasa

tenang, dan menangis terus menerus.


48

4. Asuhan Bayi Baru Lahir

Setiap bayi baru lahir memperoleh pelayanan Kunjungan Neonatal

minimal 3 kali, yaitu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada 3-7 hari, 1 kali pada 8-

28 hari sesuai standar di satu wilayah kerja padasatu tahun (Kemenkes, 2014).

Pelayanan yang diberikan saat kunjungan neonatal adalah pemeriksaan

sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling

perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif dan perawatan tali

pusat.Kunjungan neonatal pertama (KN1) adalah cakupan pelayanan kesehatan

bayi baru lahir (umur6-48 jam). Pada kunjungan neonatal pertama (KN1), bayi

baru lahir mendapatkan vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B (Hb0) bila

belum diberikan pada saat lahir (Kemenkes, 2014).

5. Reflex pada Bayi

a. Moro reflex, reflex ini menunjukkan status neurologist, ini juga sering

disebut reflek kejutan.

b. Reflex grap, adalah reflex menggenggam menyebabkan jari

menggenggam benda tersebut, reflex ini dapat terlihat sampai umur satu

tahun.

c. Tonicneck reflex, reflex ini dapat di observasi pada neonatus dalam posisi

terlentang. Reflex ini tidak dapat dilihat pada bayi berusia 1 hari

meskipun reflex ini dapat diamati sampai usia bayi 3-4 bulan.

d. Rooting reflek ditandai dengan penghisapan secara kuat jari atau putting

susu ketika dimasukan ke dalam mulut.


49

e. Reflex Menelan ditandai dengan menelan secara tepat cairan yang di

masukkan kedalam mulut, reflex ini sangat mudah di observasi pada saat

menyusui.

f. Babinski reflex atau reflek hiperektensi jari kaki terjadi ketika bagian

lateral dari telapak kaki bayi di gores dari tumit ke atas dan menyilang

pada kaki, reflex ini akan menghilang setelah satu tahun.

g. Reflex menginjak, yaitu reflex menginjak yang kadang kadang disebut

garakan menari. Reflek ini kadang kadang sulit di peroleh sebab tidak

semua bayi kooperatif, dan menghilang berangsur-angsur pada usia 4

bulan (Wiknjosastro, 2008).

6. Kunjungan Asuhan Neonatus

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan neonatus

a. Kunjungan Neonatal ke 1 (6-48 jam setelah lahir).

Mempertahankan suhu tubuh bayi, bungkus bayi dengan kain kering

hangat, usahakan kepala bayi tertutup. Pemeriksaan fisik bayi secara head to

toe. Melakukan perawatan tali pusat. Memberikan imunisasi HB-0.

b. Kunjungan Neonatal ke 2 (3-7 hari setelah lahir).

Menjaga tali pusat tetap bersih dan kering. Pemeriksaan tanda bahaya

kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan

pemberian ASI. Pemberian ASI minimal 10-15 kali dalam 24 jam. Menjaga

keamanan bayi. Menjaga suhu tubuh bayi. Konseling kepada ibu tentang

pemberian ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan perawatan bayi di


50

rumah. Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG. Penanganan dan rujukan

kasus bila diperlukan.

c. Kunjungan Neonatal ke 3 (8-28 hari)

Kunjungan ke-3 diantaranya untuk memantau buang air besar, tidurnya,

berat badan, suhu, denyut jantung, aktifitas, kulit dan mata. (Buku

Kesehatan Ibu dan Anak, 2016)

Anda mungkin juga menyukai