Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN AKHIR PRAKTIK KEBIDANAN HOLISTIK

PRAKONSEPSI DAN PERENCANAAN KEHAMILAN


YANG SEHAT PADA NY. ND UMUR 23 TAHUN
PASANGAN USIA SUBUR DENGAN
PERENCANAAN KEHAMILAN

DI PMB NI KETUT NURIASIH, SST., MM

OLEH :

THERESA CAROLIN GANELA


P07124320024

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PRODI PROFESI KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIK KEBIDANAN HOLISTIK PRAKONSEPSI


DAN PERENCANAAN KEHAMILAN YANG SEHAT PADA
NY. ND UMUR 23 TAHUN PASANGAN USIA SUBUR
DENGAN PERENCANAAN KEHAMILAN
DI PMB NI KETUT NURIASIH, SST., MM

OLEH :
Theresa Carolin Ganela
P07124320024

Telah disahkan,
Denpasar, Februari 2021
Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing Lapangan Pembimbing Institusi

Ni Ketut Nuriasih, SST., MM. Ni Wayan Armini, SST., M.Keb


NIDN. 0811085401 NIP. 19810130 200212 2 001

Mengetahui,
Ketua Prodi Profesi Kebidanan

Ni Wayan Armini, SST., M.Keb


NIP. 19810130 200212 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan “Laporan Akhir
Praktik Kebidanan Fisiologis Holistik Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan
Yang Sehat Pada Ny. ND Usia 23 Tahun Merupakan Pasangan Usia Subur
Dengan Perencanaan Kehamilan Di PMB Ni Ketut Nuriasih, SST., MM” dengan
baik. Dalam penyusunan laporan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan laporan
ini, yakni yang terhormat:
1. Dr. Ni Nyoman Budiani, S. Si.T., M.Biomed selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
2. Ni Wayan Armini, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan
sekaligus pembimbing institusi dalam PK Fisiologis Holistik Prakonsepsi dan
Perencanaan Kehamilan Yang Sehat.
3. Ni Ketut Nuriasih, SST., MM sebagai pembimbing lapangan dalam
penyusunan laporan akhir PK Fisiologis Holistik Prakonsepsi dan
Perencanaan Kehamilan Yang Sehat.
4. Semua staf dan pegawai di PMB Ni Ketut Nuriasih, SST., MM yang telah
bersedia membimbing kami saat melakukan praktik.
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam penyusunan laporan akhir ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki berbagai
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan
ini bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, Februari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................
B. Tujuan Praktik................................................................................................................
C. Waktu dan Tempat.........................................................................................................
D. Manfaat Penulisan..........................................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI
A. Perencanaan Kehamilan.................................................................................................
B. Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Kehamilan..................................................
C. Program Asuhan Prakonsepsi........................................................................................
D. Resiko Tinggi Usia Kurang Dari 20 Tahun...................................................................
E. Gizi Prakonsepsi...........................................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri dengan usia istri
berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau usia istri berumur kurang dari 15
tahun dan sudah haid atau usia istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid
(BKKBN, 2013). Pada pasangan suami istri usia subur yang baru menikah atau
ingin mendapatkan anak lagi, kehamilan merupakan saat-saat yang paling
ditunggu. Hal itu juga merupakan saat yang menegangkan ketika sebuah
kehidupan baru bertumbuh dan berkembang di dalam rahim (Sunarsih, 2011).
Kesehatan yang baik adalah salah satu faktor yang paling penting dalam
kehamilan. Kesehatan prakonsepsi adalah cara untuk meningkatkan hasil
kehamilan yang positif dengan mendorong perempuan untuk terlibat dalam gaya
hidup yang sehat sebelum mereka hamil (Williams & Wilkins, 2012). Keadaan
yang kurang mendukung kondisi-kondisi prakonsepsi akan berdampak kurang
baik pula terhadap pembentukan terjadinya proses konsepsi.
Perawatan prakonsepsi yang dimulai sebelum kehamilan dapat menjadi
strategi efektif untuk mengurangi gangguan bawaan dan meningkatkan kesehatan
wanita usia subur (Shanon et al, 2013). Pada wanita yang menerima perawatan
prakonsepsi lebih cenderung mengadopsi perilaku sehat, sehingga memiliki hasil
kehamilan yang baik (Dean et al, 2013).
Perawatan prakonsepsi tidak hanya untuk wanita, tetapi juga untuk pria.
Perawatan prakonsepsi untuk pria juga penting yaitu untuk meningkatkan hasil
kehamilan yang sehat (Regina VT, 2011). Masalah umum dalam perawatan
prakonsepsi yaitu keluarga berencana, mencapai berat badan yang sehat, skrining
dan pengobatan untuk penyakit menular, memperbarui imunisasi yang tepat,
meninjau obat untuk efek teratogenik, konsumsi suplemen asam folat untuk
mengurangi risiko cacat tabung saraf bagi wanita yang ingin hamil, dan
pengendalian penyakit kronis sangat penting untuk mengoptimalkan hasil
kehamilan (Farahi dan Zolotor, 2013).

1
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di
dalam uterus, bahkan sebelum seorang wanita mengetahui dirinya sedang hamil,
mungkin memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan janin dan hasil
kehamilan (Saravelos dan Regan, 2011). Selain hal tersebut, dalam penelitian lain
menunjukkan bahwa dasar dari hasil kehamilan yang merugikan sering
disebabkan karena masa awal kehamilan selama organogenesis. Oleh karena itu,
penting untuk mengambil tindakan pencegahan sedini mungkin sebelum hamil
(Elsinga et al, 2008).
Selama ini, banyak orang yang kurang memahami pentingnya kondisi-
kondisi pada masa-masa sebelum terjadinya proses konsepsi, sehingga para calon
bapak dan ibu hanya berkonsentrasi pada persiapan proses kehamilan dan
persalinan saja. Hal ini dapat dimengerti karena pengetahuan yang kurang tentang
kondisi-kondisi prakonsepsi disebabkan tidak adanya penyuluhan-penyuluhan
terhadap mereka.
Pengetahuan, kesadaran, dan keyakinan tentang perawatan prakonsepsi
tidak mendorong wanita untuk datang pada pada praktik kesehatan prakonsepsi.
Wanita prakonsepsi muda dan wanita yang sudah mempunyai anak kurang terlibat
dalam perilaku kesehatan prakonsepsi. Oleh karena itu, diperlukan mendidik
perempuan prakonsepsi muda tentang pentingnya dan manfaat dari berlatih
perawatan prakonsepsi (Delissaint dan McKyer, 2011).
Dalam kajian asuhan kebidanan, kesehatan pranikah merupakan bagian
dari asuhan prakonsepsi. Asuhan prakonsepsi memiliki banyak keuntungan dan
variasi, diantaranya memungkinkan identifikasi penyakit medis, pengkajian
kesiapan psikologis, keuangan dan pencapaian tujuan hidup (Varney dalam
Kriebs&Gegor, 2012). Penelitian Dean et al. (2013), mengemukakan bahwa
topik-topik penting yang disarankan dalam perawatan prakonsepsi meliputi
pendidikan kesehatan paada wanita dan pasangannya (health promotion),
identifikasi faktor risiko (risk assessment) dan asuhan sesuai dengan faktor risiko
(interventions) pada wanita dan pasangannya untuk mengurangi faktor risiko yang
dapat mempengaruhi kehamilannya pada masa yang akan datang.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penyusun laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir dari kegiatan
praktik untuk Praktik Klinik Asuhan Kebidanan Holistik Prakonsepsi dan
Perencanaan Kehamilan Yang Sehat yang dilakukan di PMB Ni Ketut
Nuriasih,SST., MM serta mampu melakukan asuhan kebidanan pada sasaran
remaja dan pranikah secara mandiri, secara profesional dan berkualitas dengan
memperhatikan aspek budaya lokal.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian dan mengumpulkan data secara lengkap,
jelas dan akurat pada pasangan usia subur.
b. Mampu mengkaji data subjektif pada pasangan usia subur.
c. Mampu mengkaji data objektif pada pasangan usia subur.
d. Mampu mendiagnosa masalah yang bisa terjadi pada pasangan usia subur.
e. Mampu memberikan penatalaksaan yang sesuai dengan wewenang bidan dan
kebutuhan pada pasangan usia subur.

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Kasus ini didapatkan di PMB Ni Ketut Nuriasih SST., M.M pada tanggal 13
Februari 2021.

D. Manfaat Penulisan Laporan


1. Manfaat Teoritis
Laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan atau
masukan untuk menambah wawasan tentang gambaran tingkat pengetahuan
pasangan pengantin tentang perawatan prakonsepsi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Calon Pengantin
Hasil laporan diharapkan dapat menambah wawasan tentang perawatan
prakonsepsi pada pasangan pengantin sehingga mempermudah mencapai tingkat
kesehatan yang optimal dan memiliki bayi yang sehat.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan Kehamilan
Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal
melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah
satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga
jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan,
namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008).
Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap
pasangan suami istri. Baik itu secara psikologi atau mental, fisik dan finansial
adalah hal yang tidak boleh diabaikan (Kurniasih, 2010).
Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk
mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat
dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga
(Nurul, 2013).

B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Kehamilan


Menurut Mirza (2008) ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam
merencanakan kehamilan, antara lain:
1. Kesiapan aspek psikologis
Apabila memutuskan untuk hamil, sebaiknya mulai menjalani konseling
prahamil. Konseling ini merupakan berisi saran dan anjuran, seperti dengan cara
melakukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan umum dan kandungan) dan
laboratorium. Sebab, tujuan dari konseling prahamil ini akan mempersiapkan
calon ibu beserta calon ayah dan untuk menyiapkan kehamilan yang sehat
sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan begitu, bisa
segera dideteksi bila ada penyakit yang diturnkan secara genetis, misalnya:
diabetes militus, hipertensi, dan sebagainya. Konseling prahamil dilakukan untuk
mencegah cacat bawaan akibat kekurangan zat gizi tertentu atau terpapar zat
berbahaya.

4
2. Kesiapan fisik
Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa ada
fisik yang bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan terwujud dan bahkan kalau
kehamilan itu terwujud, kemungkinan fisik yang tidak prima akan memengaruhi
janin. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain:
a. Mulai menata pola hidup
Selain kondisi tubuh, gaya hidup dan lingkungan juga memengaruhi
keprimaan fisik. Akan lebih baik lagi, bila persiapan fisik ini dilakukan secara
optimal kira-kira 6 bulan menjelang konsepsi.
b. Mencapai berat badan ideal
Berat badan sangat besar pengaruhnya pada kesuburan. Karena berat
badan kurang atau berlebihan, keseimbangan homon dalam tubuh akan ikut-ikutan
terganggu. Akibatnya siklus ovulasi terganggu. Berat badan yang jauh dari ideal
juga memicu terjadinya berbagai gangguan kesehatan.
c. Menjaga pola makan
Disiplin membenahi pola makan bukannya tanpa alasan. Karena, zat-zat
gizi akan mengoptimalkan fungsi organ reproduksi, mempertahankan kondisi
kesehatan selama hamil, serta mempersiapkan cadangan energy bagi tumbuh
kembang janin. Caranya sebagai berikut:
1) Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang. Masukkan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, dan air dalam menu makanan sehari-hari
secara bervariasi dan dalam jumlah yang pas, sesuai kebutuhan.
2) Hindari zat pengawet atau atau tambahan pada makanan, karena dapat
menyebabkan kecacatan pada janin dan alergi.
3) Perbanyak makan-makanan yang segar dan tidak terlalu lama diolah, sehingga
kandungan zat-zat gizinya tidak hilang.
d. Olahraga secara teratur
Olahraga memang berkhasiat untuk melancarkan aliran darah. Peredaran
nutrisi dan pasokan oksigen ke seluruh organ tubuhpun jadi efisien, sebab benar-
benar bebas hambatan. Jadi, kondisi seperti ini dibutuhkan untuk pembentukan

5
sperma dan sel telur yang baik. Berolahraga secara rutin bisa pula memperbaiki
mood karena meningkatnya produksi hormon endoprin. Tubuh juga jadi sehat dan
bugar. Kalau ini yang terjadi, proses kehamilan, persalinan, serta kembalinya
bentuk tubuh ke keadaan semula jadi lebih mudah. Yang cocok dilakukan yaitu,
olahraga joging, jalan kaki, berenang, bersepeda dan senam.
e. Menghilangkan kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol, serta
mengkonsumsi kafein (kopi, minuman bersoda), sebaiknya dihentikan saja.
Sebab, zat yang terkandung didalamnya bisa memengaruhi kesuburan. Akibatnya,
peluang terjadinya pembuahan makin kecil.
Sering stress juga bukan kebiasaan yang baik. Apalagi, kalau sibuk kerja dan lupa
istirahat.
f. Bebas dari penyakit
Bila mengidap penyakit tertentu, seperti cacar, herpes, campak jerman,
atau penyakit berbahaya lain, sebaiknya periksakan diri ke dokter. Sebab, penyakit
tersebut bisa membahayakan diri dan janin.
g. Stop pakai kontrasepsi
Apabila memutuskan untuk hamil, hentikan penggunaan kotrasepsi. Apabila
belum berkeinginan untuk hamil maka harus memakai kontrasepsi. Misalnya, pil,
obat suntik, serta susuk KB mengandung hormone yang brtugas terjadinya
ovulasi.
h. Meminimalkan bahaya lingkungan
Lingkungan, termasuk lingkungan kerja, bisa juga berdampak buruk
sebelum hamil. Misalnya, gangguan hormonal atau gagguan pada pembentukan
sel telur. Lingkungan yang sarat mikroorganisme (jamur, bakteri, dan virus),
bahan kimia beracun (timah hitam dan pestisida), radiasi (sinar X, sinar
ultraviolet, monitor komputer, dan lainnya), dan banyak lagi.
3. Kesiapan Finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan merencanakan kehamilan
merupakan suatu kebutuhan yang mutlak yang harus disiapkan, dimana kesiapan
finansial atau yang berkaitan dengan penghasilan atau keuangan yang dimiliki

6
untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai persalinan
(Kurniasih, 2010).
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan kesiapan finansial, diantaranya:

a. Sumber keuangan
Memiliki anak memang tidak murah. Makanya, perlu merancang
keuangan keluarga sejak jauh-jauh hari. Disadari atau tidak, anak ternyata
membutuhkan alokasi dana yang cukup besar.
b. Dana yang wajib ada
Inilah beberapa dana yang wajib disiapkan sebagai calon orang tua, yaitu:
1) Saat hamil
Yaitu biaya memeriksakan kehamilan, pemeriksaan penunjang
(laboratorium, USG, dan sebagainya), serta mengatasi penyakit (bila ada).
2) Saat bersalin
Meliputi biaya melahirkan (secara normal atau operasi caesar),
“menginap” di rumah sakit pilihan, obat-obatan, serta biaya penolong persalinan.
3) Setelah bayi lahir
Prioritas keuangan keluarga jadi berubah dan perlu memperhitungkan
masa depan anak.
4. Persiapan Pengetahuan
Dalam merencanakan kehamilan yang sehat dan aman, maka setiap
pasangan suami istri harus mengetahui hal-hal yang berpengaruh dalam
perencanaan kehamilan atau dalam kehamilan. Diantaranya:
a. Masa subur
Masa subur adalah masa dimana tersedia sel telur yang siap untuk dibuahi.
Masa subur berkaitan erat dengan menstruasi dan siklus menstruasi. Adanya
hasrat antara suami dan istri adalah sesuatu yang wajar, penyaluran hasrat tersebut
akan memulai hasil yang baik jika pertemuan antara suami dan istri diatur
waktunya.
b. Kecenderungan memilih jenis kelamin anak

7
Setiap pasangan yang menikah pastilah mendambakan anak di tengah
kehidupan keluarganya. Bagi yang telah mempunyai anak berjenis kelamin
tertentu, pastilah menginginkan anak dengan jenis kelamin yang belum mereka
miliki, sehingga lengkap yaitu laki-laki dan perempuan (Nurul, 2013).
5. Kesiapan aspek usia
Pada usia dibawah 20 tahun merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perencanaan kehamilan, karena pada usia dibawah 20 tahun
apabila terjadi kehamilan maka akan beresiko mengalami tekanan darah tinggi,
kejang-kejang, perdarahan bahkan kematian pada ibu atau bayinya, dan beresiko
terkena kanker serviks.

C. Program Asuhan Prakonsepsi


Dalam Permenkes RI No. 97 Tahun 2014, program asuhan prakonsepsi
terdiri atas:
1. Pemeriksaan fisik, meliputi: penimbangan berat badan, pengukuran tinggi
badan, pengukuran lingkar lengan atas, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi: kadar hemoglobin, HBSAg, HIV, tes
kehamilan, dan golongan darah (jika belum diketahui).
3. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid.
4. Pemberian suplementasi gizi (Fe) bila diperlukan.
5. Pemberian Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) pranikah, meliputi:
kesehatan reproduksi dan pendekatan siklus hidup, hak reproduksi, dan
persiapan yang perlu dilakukan dalam persiapan pranikah.

D. Resiko Tinggi Kehamilan Usia Kurang dari 20 tahun


1. Resiko Bagi Ibunya:
a. Mengalami perdarahan
Perdarahan pada saat melahirkn antara lain disebabkan karena otot rahim
yang terlalu lemah dalam proses involusi. Selain itu juga dosebabkan selaput
ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam rahim). Kemudian proses
pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada
jalan lahir.
b. Kemungkinan keguguran / abortus

8
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. Hal
ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik
dengan obat-obatan maupun memakai alat.
c. Persalinan yang lama dan sulit
Persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari
persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul,
kelainan kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan yang salah dapat
mengakibatkan kematian ibu.
d. Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat social ekonomi rendah, dan stress
memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
e. Anemia kehamilan atau kekurangan zat besi
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang
pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda. Karena pada saat
hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh
fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah
merahjanin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah
merah akan menjadi anemis.
f. Kanker leher rahim
Yaitu kanker yang terdapat dalam rahim, hal ini erat kaitannya dngan
belum sempurnanya perkembangan dinding rahim. Pada usia remaja (12-20
tahun) organ reproduksi wanita sedang aktif berkembang. Rangsangan
penis/sperma dapat memicu perubahan sifat sel mnjadi tidak normal, apalagi bila
terjadi luka saat berhubungan seksual dan kemudian infeksi virus HPV. Sel
abnormal yang berpotensi tinggi menyebabkan kanker servik. Wanita yang hamil
pertama pada usia dibawah 17 tahun hampir selalu 2x lebih mungkin terkena
kanker servik di usia tuanya, daripada wanita yang menunda kehamilan hingga
usia 25 tahun atau lebih tua (BKKBN, 2012). Berhubungan seksual sebelum umur
20 tahun, akan meningkatkan risiko kanker leher rahim ( Dedeh dkk, 2010).
2. Resiko Bagi Bayinya :
a. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan

9
Kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). Hal ini terjadi
karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
b. Berat badan lahir rendah
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram.
Kebanyakan hal ini dipengaruhi kurang gizi saat hamil, umur ibu saat hamil
kurang dari 20 tahun dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh
ibu hamil.
c. Cacat bawaan
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat
pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan
genetik dan kromosom, infeksi, virus rubella serta faktor gizi dan kelainan
hormon.
d. Keracunan kehamilan (Gestosis)
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau
eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan
kematian.
e. Kematian bayi
Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau
kematian perinatal yang disebabkan berat badan kurang dai 2.500 gram,
kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran congenital serta lahir
dengan asfiksia (Manuaba, 2009).

E. Gizi Prakonsepsi
1. Pengertian Gizi Prakonsepsi
Masa prakonsepsi merupakan periode kritis dalam mencapai hidup yang
sehat, terutama bagi pasangan yang akan membangun rumah tangga. Prakonsepsi
terdiri atas dua kata, yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan konsepsi
berarti pertemuan sel ovum dan sel sperma sehingga terjadi pembuahan. Secara
harfiah prakonsepsi adalah periode sebelum terjadinya pembuahan yaitu
pertemuan sel sperma dengan ovum. Periode prakonsepsi memiliki rentang waktu

10
dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus
mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu 100 hari sebelum konsepsi.
Status gizi dalam kurun waktu tiga sampai enam bulan pada masa
prakonsepsi merupakan penentu bagi kondisi bayi yang akan dilahirkan. Wanita
prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur (WUS)
yang sudah siap menjadi seorang ibu. Pada masa prakonsepsi kebutuhan gizi pada
WUS tentunya berbeda dengan kelompok remaja, anak-anak maupun lansia.
Prasyarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi
normal dan sehat (Susilowati, dkk 2016).
2. Pentingnya Gizi Prakonsepsi
Gizi yang optimal pada masa prakonsepsi berperan sangat penting dalam
proses pembuahan dan kehamilan. Keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil
sesungguhnya ditentukan jauh sebelumnya, yaitu pada masa dewasa dan masa
sebelum hamil (prakonsepsi) atau selama menjadi wanita usia subur (WUS)
(Indriani dkk. 2013).
Kecukupan gizi ibu hamil akan mempengaruhi kondisi janin dalam
tumbuh kembangnya selama kehamilan, menurunkan risiko kesakitan pada bayi,
menunjang fungsi optimal dari alat-alat reproduksi dan meningkatkan produksi sel
telur dan sperma yang berkualitas. Menurut Bappenas (2011) status gizi janin
dalam kandungan dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil, bahkan status gizi ibu
pada saat sebelum hamil. Kurang gizi pada janin akan menyebabkan bayi berat
lahir rendah
(BBLR) karena sejak dalam kandungan janin sudah mengalami kegagalan
pertumbuhan (foetal growth retardation). Bayi dengan kondisi kekurangan gizi
apabila asupan gizinya tidak segera diperbaiki maka akan berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangannya, kondisi ini akan berlanjut sampai dewasa.
Salah satu cara untuk memutus siklus ini adalah dengan cara perbaikan gizi pada
masa prakonsepsi (Susilowati, dkk. 2016).
Pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya mengonsumsi sumber
makanan yang bergizi selama masa prakonsepsi adalah satu penyebab kekurangan
gizi pada calon ibu. Kurangnnya pengetahuan dan kesadaran seimbang, pola
makan yang tidak teratur, konsumsi berlebihan terhadap satu atau beberapa jenis

11
makanan, konsumsi junkfood dan diet berlebihan pada masa prakonsepsi harus
dihindari sebelum terlambat (Susilowati, dkk. 2016).
3. Kebutuhan Gizi pada Masa Prakonsepsi
Wanita prakonsepsi adalah wanita yang sudah memasuki usia dewasa, atau
dapat dikatakan wanita usia subur (WUS). Kementerian Kesehatan RI (2010)
mengklasifikasikan rentang usia WUS adalah 15-49 tahun. Kebutuhan gizi pada
WUS tentunya mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kebutuhan
semasa bayi dan anak-anak (Patimah, 2017). Gizi yang mempengaruhi pada masa
prakonsepsi adalah karbohidrat, lemak, protein, asam folat, beberapa kelompok
vitamin seperti vitamin A, E, dan B12, serta mineral seperti zinc, besi, kalsium,
dan omega-3. Asupan gizi yang cukup dan status gizi yang baik dari ibu penting
untuk perkembangan optimal janin. Konsumsi sumber
makanan yang bervariasi adalah penting sebelum pembuahan dan selama
kehamilan.
4. Permasalahan Gizi pada Masa Prakonsepsi
Masalah gizi yang terjadi pada wanita usia subur (WUS) dapat berakibat
intergenerasi. Siklus intergenerasi dari gagal tumbuh, pertama kali dijelaskan oleh
The Second Report on The World Nutrition Situation yang menjelaskan bahwa
bagaimana siklus gagal tumbuh berawal dari keadaan gizi calon ibu yang buruk.
Teori tersebut menyebutkan bahwa Wanita Usia Subur (WUS) yang mengalami
Kurang Energi Kronik (KEK) akan memiliki resiko untuk melahirkan bayi BBLR
daripada wanita yang tidak KEK. Anak yang lahir dengan kondisi BBLR akan
mengalami kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Demikian
halnya dengan anak perempuan yang lahir dengan kondisi BBLR maka
kemungkinan memiliki postur tubuh pendek lebih besar. Cara untuk memutus
mata rantai tersebut adalah dengan memperbaiki status gizi WUS sehingga bayi
yang dilahirkan nantinya akan sehat dan normal. Kerusakan di awal kehidupan
akan menimbulkan gangguan permanen, juga dapat mempengaruhi generasi
berikutnya, dimana perempuan yang memiliki postur tubuh pendek, kelak akan
melahirkan bayi BBLR pula nantinya (Patimah, 2017). Berat-ringannya gagal
tumbuh bergantung pada status gizi sebelum dan selama kehamilan, keadaan
kekurangan zat gizi, serta lamanya WUS itu sendiri mengalami kekurangan gizi.

12
Gagal tumbuh dapat menyebabkan BBLR, kurangnya jumlah sel-sel otak dan
ukuran kepala, rendahnya ukuran organ-organ tubuh yang lain, perubahan sel-sel
utama tubuh, dan
perubahan proses biokimia, serta kematian. Namun jika anak tersebut lahir dan
bertahan hidup, maka perubahan yang bersifat permanen terhadap struktur tubuh,
fisiologi dan metabolisme akan menjadi predisposisi untuk mengalami penyakit
kardiovaskular (jantung, hipertensi), gangguan metabolik dan endokrin pada saat
usia dewasa.
Nutrisi yang tidak adekuat pada WUS akan mengakibatkan manifestasi
penyakit seperti kurang energi protein (KEK) yang akan mengakibatkan anemia
dan defisiensi zat mikronutrien, sehingga akan berdampak buruk bagi calon ibu,
janin, maupun bayi yang akan dilahirkan. Dampak selanjutnya adalah tingginya
risiko terjadinya pendarahan, osteomalasia, dan kelelahan yang berlebihan serta
mudah terkena infeksi selama kehamilan (Fauziyah, 2012). Kurang energi kronik
(KEK) didefinisikan sebagai suatu keadaan kekurangan energi dalam kurun waktu
yang lama yang ditandai dengan ukuran lingkar lengan atas (LILA) <23,5 cm
(Almatsier, 2011). Kekurangan energi kronik mengakibatkan perawakan tubuh
yang pendek (tinggi badan <145cm) merupakan penyebab terjadinya hambatan
pertumbuhan dan maturasi, memperbesar risiko obstetrik (kandungan), dan
berkurangnya kapasitas kerja. WUS yang kekurangan akan berisiko mengalami
komplikasi kehamilan seperti persalinan macet akibat pangul yang sempit, janin
yang dikandung mengalami gangguan pertumbuhan (intra uterine growth
retardation), bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) hingga tiga generasi
berikutnya, bayi lahir prematur, lahir mati (stillbirths), dan kematian dimasa
neonatal (dari lahir-28 hari kelahiran) (Patimah, 2017).
5. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Secara umum, status gizi dipengaruhi oleh tingkat asupan dan penyakit
infeksi yang menganggu proses metabolisme, absorpsi, dan utilasi zat gizi oleh
tubuh. Status gizi wanita usia subur (WUS) merupakan kondisi tubuh yang
muncul diakibatkan adanya kesinambungan antara konsumsi dan defisiansi zat
gizi. Masalah gizi yang terjadi pada remaja merupakan manifestasi dari masalah
gizi pada usia anak, yaitu anemia zat besi, serta kekurangan maupun kelebihan

13
berat badan. WUS yang secara fisik tidak ideal akan berisiko melahirkan bayi
berat badan rendah, jika janin yang dikandung tumbuh normal, jalan lahir
kemudian yang menjadi masalah. Karena ukuran panggul yang sempit dapat
menyebabkan partus
macet. Ketidakberhasilan janin melewati lorong kelahiran secara alami tidak
jarang menyebabkan kematian (Patimah, 2017). Selain ada beberapa faktor yang
mempengaruhi status gizi WUS sebelum memasuki masa kehamilan, diantaranya:
a. Umur
Umur WUS pada saat pertama kali hamil kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun merupakan kehamilan yang beresiko. Hal ini dapat dijelaskan,
bahwa pada usia yang masih muda pertumbuhan seorang wanita belum sempurna,
perkembangan alat reproduksi belum optimal, dan secara psikologis kejiwaan
masih belum siap untuk memasuki masa kehamilan (Sharon, dkk 2017).
Selain itu, Kehamilan di usia muda menjadi sebuah masalah karena akan
memberikan konsekuensi terhadap gangguan obstetric dan outcome neonatal
secara biologi hal ini disebabkan kebutuhan zat gizi yang seharusnya hanya untuk
pertumbuhan WUS maka apabila sedang hamil akan terbagi dengan janin yang
dikandungnya, akibatnya WUS akan berisiko mengalami komplikasi kehamilan
(Baker, et al, 2009). Adapun kehamilan diatas umur 35 tahun, terjadinya
komplikasi seperti anemia disebabkan oleh kemunduran fungsi faal tubuh dan
kemungkinan berisiko hipertensi, diabetes, dan beberapa penyakit lainnya
sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap pendarahan, serta
turunnya metabolisme tubuh dan kemampuan absorpsi tubuh terhadap zat besi
(Patimah, 2017).
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu faktor yang memengaruhi persepsi seseorang
agar mereka dapat menerima ide-ide baru. Bagi seorang wanita, pendidikan
adalah sebuah media yang sangat memengaruhi perubahan seperti pengendalian
status kesehatan dan fertilitasnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
makan akan semakin mudah menerima informasi yang ada termasuk mengenai
gizi. Fauziyah (2012) menyatakan dalam penelitiannya bahwa semakin lama

14
seorang wanita menerima pendidikan maka semakin besar kemungkinan untuk
menerapkan praktik hidup sehat.
c. Status Gizi
Status gizi WUS pada masa prakonsepsi meruoakan faktor utama yang
mempengaruhi hasil konseps, selain multiparitas, jarak kehamilan, dan keadaan
kesehatan ibu. WUS yang sebelum masa kehamilannya memiliki status gizi baik
maka akan lebih mudah untuk menjalani dan memelihara kemailan, dibandingkan
dengan WUS yang kurus atau obesitas. Akan tetapi di Indonesia masih banyak
WUS yang mengalami masalah gizi seperti anemia dan KEK (Fauziyah, 2012).
Anemia yang dialami oleh WUS sebelum memasuki masa prakonsepsi biasanya
adalah anemia yang disebabkan karena defisit zat besi dan berdasarkan Riskesdas
(2013) sebanyak 35,3% WUS menderita anemia. Anemia defisiensi besi ditandai
dengan hemoglobin kurang dari 12 gram/dl dan konsentrasi serum ferritin kurang
dari 12 mcq/dl, secara fisik seseorang yang anemia akan mengalami kondisi
rambut rapuh, kuku tipis. Mudah patah dan berbentuk seperti sendok (koilonika),
lidah tampak pucat hal ini disebabkan oleh atropi yang terjadi pada papila lidah,
serta bibir pecah-pecah.
Kurang energi kronik (KEK) adalah masalah gizi utama ynag dialami
wanita, sebanyak 20,97% WUS di Indonesia mengalami KEK (IPKM, 2013). Ciri
utama wanita yang mengalami KEK adalah ukuran lingkar lengan atas (LILA)
kurang dari 23,5 cm. WUS yang menderita KEK akan berisiko melahirkan bayi
berat lahir rendah. Dampak lain yang akan dialami adalah cepat lelah, penurunan
daya tahan tubuh terhadap infeksi hingga munculnya penyakit degeneratif.

15
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PRAKONSEPSI DAN


PERENCANAAN KEHAMILAN YANG SEHAT NY. ND USIA 23 TAHUN
PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PERENCANAAN KEHAMILAN
DI PMB NI KETUT NURIASIH, SST., MM
TANGGAL 13 FEBRUARI 2021

Tempat Pelayanan : PMB Ni Ketut Nuriasih, SST., MM


Tanggal/Jam Pengkajian : 13 Februari 2021, Pukul 15.00 WITA

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Ibu Suami

Nama : Ny. ND Tn. KK

Umur : 23 tahun 23 tahun

Agama : Hindu Hindu

Suku/Bangsa : Bali Bali

Pendidikan : SMA D3

16
Pekerjaan : Tidak Bekerja Admin

Alamat : Jalan Darmawangsa, Nusa Dua

No. Telepon : 085953933xxx

Jaminan : BPJS Tingkat I


Kesehatan

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin berencana hamil.
3. Riwayat Menstruasi
Ibu mengatakan HPHT tanggal 6-2-2021. Menarch umur 12 tahun, siklus haid
teratur tiap 30 hari, keluhan saat haid mengalami nyeri namun tidak selalu
merasakan nyeri. Volume darah saat haid 3-4 kali ganti pembalut/hari, sifat
darah encer.

4. Riwayat Pernikahan
Ibu menikah 1 kali status perkawinan sah dan lama pernikahan 1,5 tahun.
5. Riwayat Obstetri
Ibu belum pernah melahirkan.
6. Riwayat Kontrasepsi
Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
7. Riwayat Kesehatan Lalu dan Sekarang
a. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit yang pernah diderita seperti
kardiovaskuler, asma, TBC, hipertensi, hepatitis, epilepsi, PMS, alergi dan
DM
b. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit yang sedang diderita seperti
kardiovaskuler, asma, TBC, hipertensi, hepatitis, epilepsi dan PMS
c. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti kanker, asma,
hipertensi, hepatitis, DM, epilepsi dan alergi
d. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit kandungan seperti kista, mioma, PID
dan ca serviks
e. Ibu tidak pernah mengalami keguguran/aborsi
f. Ibu tidak mengalami ketergantungan pada obat-obatan, makanan dan
minuman beralkohol

17
g. Ibu menuju fasilitas pelayanan kesehatan yaitu Bidan Praktik Mandiri
pertama kali jika mengalami keluhan
8. Riwayat Penyakit Keluarga (Ayah, Ibu, Kakak, Adik, Paman, Bibi)
a. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti kanker, asma,
hipertensi, hepatitis, DM, epilepsi dan alergi
b. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan
PMS/HIV/AIDS
c. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit kandungan seperti infertilitas, mioma,
endometriosis, servisitis kronis, polip serviks, kanker kandungan dan
operasi kandungan.

9. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan


a. Biologis
1) Nutrisi : Pola makan teratur 3 kali/hari, porsi sedang menu
bervariasi tiap hari.
2) Eliminasi : BAB 1 kali/hari, warna kecoklatan, konsistensi
lembek, BAK ± 3 kali/hari warna jernih, konsistensi cair. Tidak ada
keluhan saat BAB dan BAK.
3) Personal Hygiene : Mandi 2 kali/hari, keramas 3 kali/minggu, sikat
gigi 2 kali/hari, mengganti pakaian dalam 2 kali/hari, rutin membersihkan
payudara saat mandi, dan rutin melakukan cebok pada saat selesai BAK
dengan arah dari depan ke belakang. Selain itu ibu juga rajin mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan serta setelah melakukan aktivitas
serta saat mengambil sesuatu.
4) Pola Seksual : Ibu melakukan hubungan seksual 2 kali seminggu.
b. Psikologis
Ibu sudah siap mental untuk merencanakan kehamilannya.
c. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Hubungan dengan keluarga baik
2) Hubungan dengan lingkungan tempat tinggal baik

18
3) Pengambil keputusan bersama suami
4) Tidak pernah mengalami kekerasan fisik maupun seksual
d. Riwayat Spiritual
Ibu mengatakan tidak ada keluhan saat beribadah
10. Pengetahuan
a. Ibu belum mengetahui persiapan kehamilan meliputi persiapan fisik dan
persiapan pengetahuan.
b. Ibu belum mengetahui nutrisi yang baik dalam merencanakan kehamilan
yang sehat.

B. DATA OBJEKTIF
IBU SUAMI
Keadaan Umum : Baik Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CM Kesadaran : CM
BB : 75 kg BB : 70 kg
TB : 160 cm TB : 175 cm
Suhu : 36,60C Suhu : 36,80C
TD : 110/70 mmHg TD : 120/70 mmHg
Nadi : 78x/menit Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit Respirasi : 20x/menit
1. Pemeriksaan Fisik
Kepala : tidak ada kelainan
Rambut : bersih, tidak mudah rontok
Wajah : tidak ada kelainan
Mata : tidak ada kelainan, sklera putih, konjungtiva merah muda
Bibir dan Mulut: tidak ada kelainan, mukosa mulut lembab, bibir segar
Gigi : bersih, tidak ada karies dan tidak berlubang
Telinga : bersih dan tidak ada gangguan pendengaran
Leher : normal, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, pembesara
kelenjar tiroid dan pelebaran vena jugularis

19
Dada dan Aksila: tidak ada kelainan, simetris, tidak ada retraksi, benjolan
patologis pada payudara, payudara tampak bersih
Abdomen : tidak ada kelainan, terdapat nyeri tekan pada perut bagian
bawah
Vulva : tidak ada kelainan
Anus : tidak ada kelainan, hemoroid (-)
Ekstremitas : tidak ada kelainan, kuku merah muda, varicaes (-)
2. Pemeriksaan Penunjang: tidak dilakukan

C. ANALISA
Diagnosis : Ny. ND Usia 23 Tahun merupakan PUS dengan perencanaan
kehamilan
Masalah :
1. Ibu belum mengetahui persiapan yang diperlukan untuk proses
kehamilannya.
2. Ibu belum mengetahui nutrisi yang baik dalam merencanakan kehamilan
yang sehat.

D. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan informed consent tindakan yang akan dilakukan, ibu dan suami
setuju.
2. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa pemeriksaan ibu dan suami semua
dalam batas normal, ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
3. Menginformasikan mengenai hal yang harus disiapkan untuk perencanaan
kehamilan yang sehat yaitu kesiapan diri secara fisik dan psikis serta persiapan
dana yang dibutuhkan dalam melalui proses kehamilan, Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberika.
4. Memberikan KIE mengenai nutrisi yang dibutuhkan selama masa perencanaan
kehamilan seperti asam folat, zat besi, vitamin, protein dan lainnya, ibu paham
dengan penjelasan yang diberikan.
5. Memberikan KIE untuk melakukan pemeriksaan laboratorium ke Puskesmas
dan melakukan pemeriksaan penunjang ke Dokter SpOG bila ibu berkenan

20
untuk mengetahui keadaan tubuhnya, ibu mengerti dan akan melakukan
pemeriksaan ke Dokter SpOG.
6. Menghitung puncak masa subur ibu dan menyarankan ibu untuk melakukan
hubungan seksual tanggal yang mendekati puncak masa subur yaitu pada hari
ke-14 dari hari pertama haid siklus terakhir, ibu dan suami mengerti dan akan
melaksanakan yang disarankan.
7. Memberi tahu ibu mengenai perilaku membahayakan yang harus dihindari
selama merencanakan kehamilan seperti merokok, minum minuman keras,
makan makanan yang tidak dimasak dengan baik, dan lainnya, ibu paham
dengan infotmasi yang diberikan
8. Menganjurkan ibu mengonsumsi tablet SF 60 mg 1x1 sebagai suplemen
tambah darah untuk mencegah terjadinya anemia serta tablet asam folat yang
diminum 1x1 untuk membantu persiapan pembentukan kehamilan yang sedang
direncanakan, ibu paham dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan
9. Memberikan KIE agar ibu tetap menjaga kebersihan diri khususnya kebersihan
organ reproduksi agar tetap sehat serta menjaga organ reproduksi tetap kering
untuk menghindari tumbuhnya jamur, ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
10. Memberikan KIE kepada ibu dan suami tentang pentingnya sex hygiene
sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual sebagai salah satu upaya
pencegahan penyebaran jamur atau bakteri yang dapat mengganggu
kesehatan alat reproduksi, ibu dan suami bersedia menerapkannya
11. Melakukan dokumentasi, dokumentasi sudah dilakukan.

E. DOKUMENTASI

21
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam kajian asuhan kebidanan, kesehatan pranikah merupakan bagian


dari asuhan prakonsepsi. Asuhan prakonsepsi memiliki banyak keuntungan dan
variasi, diantaranya memungkinkan identifikasi penyakit medis, pengkajian
kesiapan psikologis, keuangan dan pencapaian tujuan hidup (Kriebs dan Gegor,
2012). Dalam melakukan asuhan kebidanan prakonsepsi ini, dilakukan
pendekatan dengan metode SOAP, yaitu dari data subyektif, data obyektif, analisa
dan penatalaksanaan. Langkah pertama dari asuhan kebidanan adalah
mengumpulkan data subyektif dari pasien yaitu dengan cara wawancara.
Pengkajian data subjektif menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data pasien melalui anamnesa, berdasarkan anamanesa yang yang

22
dilakukan ibu ingin merencanakan kehamilan yang pertama. Perencanaan
kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan
kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting
dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Perencanaan kehamilan
merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap pasangan suami istri. Baik itu
secara psikolog atau mental, fisik dan finansial adalah hal yang tidak boleh
diabaikan (Kurniasih, 2010).
Ny. ND mengatakan tidak mengetahui mengenai tentang asuhan
prakonsepsi. Penelitian Dean et al. (2013), mengemukakan bahwa asuhan
prakonsepsi berguna untuk mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan
masalah kesehatan, kebiasaan gaya hidup, atau masalah sosial yang kurang baik
yang memungkinkan mempengaruhi kehamilan. Topik-topik penting yang
disarankan dalam perawatan prakonsepsi meliputi pendidikan kesehatan pada
wanita dan pasangannya (health promotion), identifikasi faktor risiko (risk
assessment) dan asuhan sesuai dengan faktor risiko (interventions) pada wanita
dan pasangannya untuk mengurangi faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kehamilannya pada masa yang akan datang.
Selain itu Ny. ND tidak mengetahui program asuhan prakonsepsi, Menurut
Kemenkes RI (2014) pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk
mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat
dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Program asuhan prakonsepsi
adalah program yang berguna untuk mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan
dengan masalah kesehatan, kebiasaan gaya hidup, atau masalah sosial yang
kurang baik yang mungkin mempengaruhi kehamilan. Dalam Permenkes RI No.
97 Tahun 2014, program asuhan prakonsepsi ini terdiri atas: pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, pemberian imunisasi Tetanus Toxoid, pemberian
suplementasi gizi (Fe) bila diperlukan dan pemberian Komunikasi Informasi dan
Edukasi (KIE) pranikah, meliputi: kesehatan reproduksi dan pendekatan siklus
hidup, hak reproduksi, dan persiapan yang perlu dilakukan dalam persiapan
pranikah.
Berdasarkan data objektif keadaan umum ibu baik, hasil pemeriksaan fisik
dalam batas normal dan tidak ada permasalahan. Penatalaksaan yang diberikan

23
untuk mengatasi masalah yang dilakukan untuk mengatasi keluhan Ny. ND Usia
23 Tahun WUS dengan perencanaan kehamilan sudah sesuai dengan teori yaitu
dengan memberikan KIE mengenai hal yang harus disiapkan untuk perencanaan
kehamilan yang sehat yaitu kesiapan diri secara fisik dan psikis serta persiapan
dana yang dibutuhkan dalam melalui proses kehamilan. Persiapan fisik disini bisa
dilakukan dengan memperbaiki pola makan, minum, istirahat dan olahraga. Ibu
diharapkan banyak makan sayur dan buah-buahan untuk menjaga agar tidak
mudah sakit, menambah minum miniman 7-8 gelas atau 2 liter per hari,
memperbaiki pola tidur dengan tidur cukup 7-8 jam pada malam hari serta
melakukan olahraga ringan untuk meningkatkan sistem imun. Hal lain yang dapat
dilakukan ibu yaitu mengkonsumsi suplemen vitamin dan asam folat karena
suplemen tersebut dapat membantu pada proses pembentukan janin sehingga
dianjurkan meminum asam folat saat merencanakan kehamilan. Persiapan
psikologis atau mental yang dapat dilakukan ibu yaitu menjaga agar tidak terlalu
memikirkan hal-hal yang negatif. Persiapan lain yang dapat dilakukan yaitu
menyiapkan biaya, biaya yang disiapkan bukan hanya untuk melakukan
persalinan secara normal melainkan persiapan untuk tindakan lain jika nantinya
tidak bisa melahirkan dengan normal serta persiapan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan ke PMB, Dokter SpOG atau ke Puskesmas. Selain itu
bidan juga memberikan KIE untuk melakukan pemeriksaan laboratorium ke
Puskesmas dan melakukan pemeriksaan penunjang ke Dokter SpOG bila ibu
berkenan untuk mengetahui keadaan tubuhnya secara lebih terperinci, memberi
tahu ibu untuk mengonsumsi asam folat agar kondisi menjadi segar serta tablet
asam folat yang diminum 1x1 untuk membantu pertumbuhan serta menjelaskan
cara meminumnya, serta mengajarkan ibu cara menghitung puncak masa subur
ibu dan menyarankan ibu untuk melakukan hubungan seksual tanggal yang
mendekati puncak masa subur yaitu pada hari ke-14 dari hari pertama haid siklus
terakhir.

24
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Selama ini, banyak orang yang kurang memahami pentingnya kondisi-
kondisi pada masa-masa sebelum terjadinya proses konsepsi, sehingga para calon
bapak dan ibu hanya berkonsentrasi pada persiapan proses kehamilan dan
persalinan saja. Hal ini dapat dimengerti karena pengetahuan yang kurang tentang
kondisi-kondisi prakonsepsi disebabkan tidak adanya penyuluhan-penyuluhan
terhadap mereka. Pengetahuan, kesadaran, dan keyakinan tentang perawatan

25
prakonsepsi tidak mendorong wanita untuk datang pada pada praktik kesehatan
prakonsepsi. Oleh karena itu, diperlukan mendidik perempuan prakonsepsi muda
tentang pentingnya dan manfaat dari berlatih perawatan prakonsepsi.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat memahami dengan baik teori dan melatih
diri dalam melakukan Asuhan Kebidanan Pada Prakonsepsi dan Perencanaan
Kehamilan Yang Sehat sehingga nantinya dapat menerapkan asuhan sesuai
dengan prosedur yang ada.
2. Bagi PUS
Diharapkan bagi setiap PUS agar bekerjasama dengan bidan dan antusias
mengikuti saran bidan dengan baik sehingga tidak terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier Sunita, Susirah Soetardjo dan Moesijanti Soekarti. 2011. Gizi Dalam
Daur Kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Baker, PN., et al. 2009. A Prospective Study of Micronutrient Status in


Adolescent Pregnancy. American Journal of Clinical Nutrition, Vol. 89 (4);
1114-1124.

BKKBN, 2013. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei


Indonesia. Jakarta: BKKBN

26
Dean S, Imam A, Lassi Z, Bhutta Z. 2013. Importance Of Intervening In The
Preconception Period To Impact Pregnancy Outcomes. Nestle Nutr Inst
Workshop Ser. Vol 47,pp 63-73.

Delissaint, Dieula, & J.McKyer, E. Lisako. 2011. A Systematic Review Of


Factors Utilizied In Preconception Health Behavior Research. Family
Practice, Vol. 36(6),603-616.

Dewi, Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba


Medika.

Elsinga, et al. 2008. The Effect of Preconception Counselling on Lifestyle and


Other Behaviour Before and During Pregnancy. Diakses dari
http://www.whijournal.com/article/S1049-3867(08)00137-0/abstract.

Farahi., Zolotor. 2013. Recommendations For PreConception Counseling and


Care. Family Physician. Vol. 88(8): 499-506

Fauziyah, Anny. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Nutrisi


Prakonsepsi Terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Praktik Konsumsi
Makanan Sehat Wanita Pranikah di Kota Tegal. Tesis. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Indriani Yaktiworo, Reni Zuraida dan Rabiatul Adawiyah. 2013. Pola Makan Dan
Tingkat Kecukupan Gizi Wanita Usia Subur Pada Rumah Tangga Miskin.
Seminar Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian. Universitas
Lampung.

IPKM. 2014. Badan Penelitian dan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.


Jakarta.

27
Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta: 2013.

Kemenkes RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 97 Tahun 2014


Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.

Kriebs JM., Gegor CL. 2012. Asuhan Kebidanan Varney, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Kurniasih, D. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: Kompas
Gramedia.

Mirza , Maulana. 2008. Panduan lengkap kehamilan. Jogjakarta: Kata Hati.

Patimah, Sitti. 2017. Gizi Remaja Putri Plus 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Bandung: PT Refika Aditama

Regina, V.T. 2011. Keperawatan Maternitas. Bogor: Ghalia Indonesia

Saravelos, Sotirios H., dan Regan, Lesley. 2011.The Importance Of Preconception


Counseling And Early Pregnancy Monitoring.Department Of Obstetrics
And
Gynaecology. Journal Of Obstetrics And Gynaecology. Vol. 29(6):557-568.

Shanon, C., et al. 2013. PreConception Healthcare and Congenital Disorders:


Systematic Review of The Effectiveness of PreConception Care Programs In
The Prevention of Congenital Disorders. Available at
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/

28
Susilowati. Kuspriyanto. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan. Bandung: PT Refika
Aditama.

Williams, et al. 2012 Associations Between PreConception Counseling and


Maternal Behaviours Before and During Pregnancy. Maternal and Health
Journal. Vol. 16(9) :1854-1861

29

Anda mungkin juga menyukai