Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn.A UMUR 16 TAHUN DENGAN DISMENORE


PRIMER DI UPTD PUSKESMAS KERENG PANGI

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Remaja dan Pra Nikah
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh:
Nama : Yaya Kristiana
NIM : PO.62.24.2.23.983

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2023
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn.A UMUR 16 TAHUN DENGAN DISMENORE


PRIMER DI UPTD PUSKESMAS KERENG PANGI
Disusun oleh:
Nama : Yaya Kristiana
NIM : PO.62.24.2.23.983
Kelas : Pendidikan Profesi Bidan Angkatan V Semester I

Tanggal Pemberian Asuhan :


Disetujui:

Pembimbing Lapangan
Tanggal:
Di: Kasongan Selung, S.Tr.Keb
NIP. 197303 199202 2 001

Pembimbing Institusi
Tanggal:
Di: Palangka Raya Ketut Resmaniasih, SST., M.Kes
NIP. 19801211 20012 2 001

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Remaja dan Pra Nikah


Telah disahkan tanggal :

Mengesahkan,

Pembimbing Institusi,

Ketut Resmaniasih, SST., M.Kes


NIP. 19801211 200211 2 001

Mengetahui,

Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Koordinator MK. Praktik Kebidanan


dan Pendidikan Profesi Bidan Holistik Remaja dan Pra Nikah

Erina Eka Hatini, SST., MPH Erina Eka Hatini, SST., MPH
NIP. 19800608 200112 2 001 NIP. 19800608 200112 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, “Laporan Kasus Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Pada Remaja” dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penulis menerima segala
masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga penulis bisa melakukan
perbaikan sehingga menjadi laporan yang baik dan berkualitas. Dan penulis berharap semoga
laporan ini mampu menambah pengalaman serta ilmu bagi para pembaca.
Akhir kata semoga laporan kasus remaja ini bisa memberi manfaat atau
inspirasi pada pembaca.

Palangka Raya, Agustus 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Tujuan........................................................................................................ 3
C. Manfaat...................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Asuhan Kebidanan yang diterapkan pada Remaja
1. Pengertian Dismenorea......................................................................... 4
2. Gejala.................................................................................................... 4
3. Klasifikasi............................................................................................. 4
4. Faktor Resiko Dismenore.......................................................................... 6
B. Evidance Based Midwifery........................................................................ 9
C. BAB III Tinjauan Kasus............................................................................ 15
D. BAB IV Pembahasan................................................................................. 20
E. BAB V Penutup........................................................................................ 21
1. Kesimpulan.......................................................................................... 21
2. Saran.................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 22


LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari pubertas ke dewasa, yaitu pada umur
11- 20 tahun. Pada masa peralihan tersebut individu matang secara fisiologik, psikologik,
mental, emosional, dan sosial. Masa remaja ditandai dengan munculnya karakteristik
seks primer, hal tersebut dipengaruhi oleh mulai bekerjanya kelenjar reproduksi.
Kejadian yang muncul saat pubertas adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya
ciri-ciri kelamin sekunder, menarce, dan perubahan psikis. Pada wanita, pubertas
ditandai dengan terjadinya haid atau menstruasi. Haid merupakan proses keluarnya darah
dari rahim melalui vagina setiap bulan selama masa usia subur (Larasati dan Alatas,
2016)
Pada saat menstruasi, wanita kadang mengalami nyeri. Sifat dan tingkat rasa nyeri
bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat kondisi tersebut dinamakan nyeri
haid, dan keadaan nyeri yang hebat dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Nyeri haid
(dysmenorrhoe) merupakan suatu fenomena simptomatis meliputi nyeri abdomen, kram,
sakit punggung (Maidartati dkk, 2018)
Dismenore menjadi suatu kondisi yang merugikan bagi banyak wanita dan
memiliki dampak besar pada kualitas hidup terkait kesehatan. Akibatnya, dismenore juga
memegang tanggung jawab atas kerugian ekonomi yang cukup besar karena biaya obat,
perawatan medis, dan penurunan produktivitas. Pada beberapa literatur dilaporkan
terdapat variasi prevalensi secara substansial. Dismenore membuat wanita tidak dapat
beraktifitas secara normal, sebagai contoh siswi yang mengalami dismenore primer tidak
dapat berkonsentrasi dalam belajar dan motivasi belajar menurun karena nyeri yang
dirasakan (Larasati dan Alatas, 2016)
Sebanyak 90% dari remaja wanita di seluruh dunia mengalami masalah saat haid
dan lebih dari 50% dari wanita haid mengalami dismenore primer dengan 10-20% dari
mereka mengalami gejala yang cukup parah. Prevalensi dismenore di Indonesia sebesar
64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder.
Dismenore primer dialami oleh 60-75% remaja, dengan tiga perempat dari jumlah remaja
tersebut mengalami nyeri ringan sampai berat dan seperempat lagi mengalami nyeri
berat. Di Surabaya didapatkan sebesar 1,07-1,31% dari jumlah kunjungan ke bagian

1
kebidanan adalah penderita dismenore. Dilaporkan 30-60% remaja wanita yang
mengalami

2
dismenore, sebanyak 7-15% tidak pergi ke sekolah atau bekerja (Larasati dan
Alatas, 2016)
Dismenorea dapat mengganggu aktivitas belajar serta juga dapat berdampak pada
produktivitas dan kualitas hidup remaja secara tidak langsung. Dismenorea sangat
berdampak pada remaja usia sekolah karena menyebabkan terganggunya aktivitas sehari
hari. Jika seorang siswi mengalami dismenorea, aktivitas belajar mereka di sekolah akan
terganggu, terkadang ada yang sampai meminta izin untuk pulang bahkan ada yang
pingsan. Disminorea yang diderita siswi sering menjadi penyebab mereka tidak masuk
sekolah (Sagita dkk,2023)
Dewasa ini, banyak wanita yang mengalami dismenore tetapi masih menganggap
remeh dampaknya. Gaya hidup yang tidak sehat seperti sering memakan makanan yang
tidak sehat dan kurangnya aktifitas fisik merupakan salah satu penyebab terjadinya
dismenore. Bahkan banyak juga yang memilih cara instan dengan selalu mengkonsumsi
obat analgesic (Novadela dkk, 2017)
Penanganan dismenore sangat penting untuk dilakukan, terutama pada usia remaja,
karena pada saat tersebut sangat sering terjadi dismenore. Bila tidak ditangani akan
berpengaruh pada aktivitas remaja. Banyak remaja yang belum mengetahui cara
penanganan dismenore dengan tepat. Sehingga menimbulkan masalah bagi remaja itu
sendiri setiap datang haid (Sari dan Chanif, 2020)
Untuk mengatasi nyeri haid ini dapat digunakan obat anti inflamasi non-steroid
untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan. Penanganan dismenore dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan terapi farmakologis dan terapi non-farmakologis. Terapi
farmakologis dasar dapat dengan pemberian obat anti inflamasi non-steroid (NSAID).
Sedangkan untuk terapi non farmakologis terdapat beberapa cara yaitu dengan kompres
air hangat, olah raga, dan tidur cukup (Larasati dan Alatas, 2016)
Pendekatan obat yang sering digunakan ialah merupakan obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAID) dan obat hormonal seperti kontrasepsi. NSAID yang sering dipakai
ialah Ibuprofen, dimana terapi awal yang paling umum digunakan untuk Dismenore.
Akan tetapi penggunaannya dibatasi oleh efek samping, seperti perut iritasi atau maag,
kemudian untuk pemakaian yang berkepanjangan juga dikaitkan dengan masalah
kardiovaskuler, hati, dan ginjal. Demikian juga, kontrasepsi oral juga tidak bebas dari
efek samping, seperti terkait dengan frekuensi perdarahan, penambahan berat badan, atau
pasien dengan risiko basal tromboemboli vena. Semua ini menunjukkan bahwa perlunya
metode alternatif

2
terapi non-farmakologis dan non-invasif, aman dan mudah digunakan untuk
meringankan gejala dismenore (Lopez et all, 2021)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pemberi asuhan merumuskan masalah,
yaitu “Bagaimana asuhan kebidanan holistic pada Remaja Nn.N umur 14 tahun dengan
Dismenorea”?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dilaksanakannya asuhan kebidanan pada remaja Nn. A Usia 16 tahun dengan
Dismenore di UPTD Puskesmas Kereng Pangi dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan sesuai dengan wewenang bidan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan kebidanan fisiologi holistik pada remaja
Nn. A Usia 16 tahun dengan Dismenore di UPTD Puskesmas Kereng Pangi.
b. Untuk mengetahui Evidence Based Midwifery asuhan kebidanan fisiologi holistik
pada remaja Nn. A Usia 16 tahun dengan Dismeenore di UPTD Puskesmas
Kereng Pangi.
c. Untuk memberikan asuhan kebidanan fisiologi holistik pada remaja Nn. A Usia
16 tahun dengan anemia di UPTD Puskesmas Kereng Pangi.

D. Manfaat
1. Klien
Dengan pemberian asuhan untuk mengatasi dismenorea, diharapkan klien dapat
mengatasi keluhan-keluhan saat menstruasi, sehingga dapat beraktivitas seperti biasa
tanpa ada masalah. Selain itu juga memberikan wawasan dan informasi pada remaja
mengenai cara mengatasi disemenore pada remaja dengan memberikan asuhan secara
holistik berdasarkan Evidence Based Midwifery.
2. Mahasiswa
Dapat mempraktekkan teori yang didapat berdasarkan Evidence Based
dan critical thinking secara langsung di lapangan dalam memberikan asuhan
kebidanan holistik pada remaja dengan disemenore dan dapat
mengaplikasikan teori dan asuhan yang telah diberikan dalam proses perkuliahan serta

3
mampu memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan yang bermutu dan
berkualitas berdasarkan Evidence Based Midwifery. Selain itu juga memberikan
pengalaman, serta menambah pengetahuan mahasiswa terkait dengan asuhan
kebidanan remaja dengan dismenorea. Sehingga nanti pada saat sudah bekerja, dapat
mempraktekkan ilmu-ilmu bermanfaat yang telah di dapat.
3. Lahan Praktik
Membuka wawasan dan berbagi pengalaman terkait dengan asuhan kebidanan
yang dapat dilakukan dan dapat diaplikasikan, serta aman dan teruji klinis sesuai
dengan Evidance Based Midwifery.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Asuhan Kebidanan yang diterapkan pada Remaja


1. Pengertian Dismenore
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang terjadi
selama haid. Rasa nyeri timbul bersamaan dengan permulaan haid dan berlangsung
beberapa jam hingga beberapa hari hingga mencapai puncak nyeri (Larasati dan
Alatas, 2016)
Pada saat menstruasi, wanita kadang mengalami nyeri. Sifat dan tingkat rasa
nyeri bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat kondisi tersebut
dinamakan nyeri haid, yaitu keadaan nyeri yang hebat dan dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari. Nyeri haid (dysmenorrhoe) merupakan suatu fenomena
simptomatis meliputi nyeri abdomen, kram, sakit punggung (Kusmiran, dalam
Maidartati, 2018)
Dismenore merupakan keluhan ginekologis akibat ketidakseimbangan hormon
progesterone dalam darah sehingga mengakibatkan timbulnya rasa nyeri yang paling
sering terjadi pada wanita. Remaja putri yang mengalami gangguan nyeri menstruasi
sangat menggangu dalam proses belajar mengajar. Hal ini menyebabkan remaja
putri sulit berkonsentrasi karena ketidaknyamanan yang dirasakan ketika nyeri haid
(Prayitno dalam Andari, 2018)

2. Gejala Dismenore
Bentuk dismenore yang banyak dialami oleh remaja adalah kekakuan atau
kejang di bagian bawah perut. Rasanya sangat tidak nyaman sehingga menyebabkan
mudah marah, gampang tersinggung, mual, muntah, kenaikan berat badan, perut
kembung, punggung terasa nyeri, sakit kepala, timbul jerawat, tegang, lesu, dan
depresi. Gejala ini datang sehari sebelum haid dan berlangsung 2 hari sampai
berakhirnya masa haid (Larasati dan Alatas, 2016)

3. Klasifikasi Dismenore
Dismenore sendiri terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Dismenore primer, yaitu merupakan nyeri haid yang tidak didasari kondisi
patologis. Dismenore primer berkaitan dengan kontraksi otot uterus
(miometrium) dan sekresi prostaglandin. Dismenore primer terjadi karena
peningkatan prostaglandin (PG) F2-alfa yang merupakan suatu siklooksigenase
(COX-2) yang mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada miometrium
sehingga terjadi iskemia dan nyeri pada bagian bawah perut. Adanya kontraksi
yang kuat dan lama pada dinding rahim, hormon prostaglandin yang tinggi dan
pelebaran dinding rahim saat mengeluarkan darah haid sehingga terjadilah nyeri
saat haid (Marlina dalam Larasati dan Alatas, 2016)
b. Dismenore sekunder, merupakan nyeri haid yang didasari dengan kondisi
patologis di rongga panggul seperti ditemukannya endometriosis atau kista
ovarium.
Menurut Madhubala dalam Larasati dan Alatas (2016), Dismenore sering di
klasifikasikan sebagai ringan, sedang, atau berat berdasarkan intensitas relative
nyeri. Nyeri tersebut dapat berdampak pada kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Intensitas nyeri menurut Multidimensional Scoring of Andersch and
Milsom mengklasifikasi nyeri dismenore sebagai berikut:
a. Dismenore ringan didefinisikan sebagai nyeri haid tanpa adanya pembatasan
aktifitas, tidak diperlukan penggunaan analgetik dan tidak ada keluhan sistemik.
b. Dismenore sedang didefinisikan sebagai nyeri haid yang memengaruhi aktifitas
sehari-hari, dengan kebutuhan analgetik untuk menghilangkan rasa sakit dan
terdapat beberapa keluhan sistemik.
c. Dismenore berat didefinisikan sebagai nyeri haid dengan keterbatasan parah
pada aktifitas sehari-hari, respon analgetik untuk menghilangkan rasa sakit
minimal, dan adanya keluhan sistemik seperti muntah, pingsan dan lain
sebagainya.

4. Faktor Resiko Dismenore


Menurut (Larasati & Alatas, 2016) terdapat berbagai faktor risiko
dismenore primer yang berhubungan dengan meningkatnya tingkat kejadian
dismenore primer, yaitu :
a. Menarche
Menarche merupakan proses dari pematangan fisik dari organ reproduksi
seorang wanita. Pada penelitian Charu et al. bahwa rata-
rata usia menarche umumnya pada umur 12-14 tahun. Wanita dengan usia
menarche dibawah 12 tahun atau menarche dini memiliki 23% lebih tinggi

6
kesempatan terjadi dismenore dibandingkan dengan wanita dengan
menarche pada usia 12-14 tahun. Dismenore
disebabkan karena hormon prostaglandin yang lebih lama sehingga
menyebabkan krarn dan nyeri pada perut (Larasati & Alatas, 2016).
b. Riwayat Keluarga dengan Keluhan Dismenore
Laporan penelitian Charu et al. mengemukakan bahwa 39,46% wanita yang
menderita dismenore memiliki keluarga dengan keluhan dismenore seperti ibu
atau saudara kandung. Maka terdapat hubungan yang kuat antara predisposisi
familial dengan dismenore. Hal ini disebabkan adanya faktor genetik yang
memperngaruhi sehingga apabila ada keluarga yang mengalami dismenore
cenderung mempengaruhi psikis wanita tersebut. Pada penelitian Mool Raj et al.
pada wanita dengan riwayat anggota keluarga (ibu atau saudara) dengan keluhan
dismenore memiliki 3 kali kesempatan lebih besar mengalami dismenore
dibandingkan wanita tanpa riwayat keluarga dismenore (Larasati dan alatas,
2016)
c. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Kejadian dismenore berhubungan dengan status gizi seorang wanita. Salah satu
pengukuran status gizi yaitu berdasarkan indeks masa tubuh (IMT). Wanita
dengan indeks masa tubuh (IMT) kurang dari berat badan normal dan kelebihan
berat badan (overweight) lebih mungkin untuk menderita dismenore jika
dibandingkan dengan wanita dengan IMT normal. Pada penelitian Manorek et al.
di salah satu Sekolah Menengah Atas di Manado di temukan dari 23% siswi
dengan status gizi tidak normal (gemuk dan kurus), 75,8% diantaranya
mengalami dismenore. Sehingga dapat disimpulkan bahwa status gizi berkaitan
erat dengan tingkat kejadian dismenore. Pada wanita dengan IMT kurang dari
berat normal dapat menjadi salah satu faktor konstitusi yang dapat menyebabkan
kurangnya daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri sehingga dapat terjadi dismenore.
Selain itu pada pasien dengan berat badan kurang dari normal ditemukan adanya
kekurangan energi kronis yang dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh.
Sedangkan pada wanita dengan kelebihan berat badan cenderung memiliki lemak
yang berlebih yang dapat memicu timbulnya hormon yang dapat mengganggu
sistem reproduksi pada saat haid sehingga dapat menimbulkan nyeri (Larasati dan
Alatas, 2016)

7
Ditemukan bahwa kelebihan berat badan memiliki frekuensi dismenore primer
dua kali lebih besar dibandingkan dengan kekurangan berat badan dan
memungkinkan mengalami nyeri yang lebih lama.

d. Konsumsi Makanan Cepat Saji


Menurut Singh et al. dalam hasil penelitiannya, dari total wanita yang mengisi
kuisioner didapatkan 79,43% memiliki kebiasaan memakan makanan cepat saji
(junk food) didapatkan 16,82% di antaranya menderita dismenore.18 Makanan
cepat saji memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang yaitu tinggi kalori, tinggi
lemak, tinggi gula, dan rendah serat. Kandungan asam lemak yang terdapat di
dalam makanan cepat saji dapat mengganggu metabolisme progesteron pada fase
luteal dari siklus menstruasi. Akibatnya terjadi peningkatan kadar prostaglandin
yang akan menyebabkan rasa nyeri pada saat dismenore. Prostaglandin terbentuk
dari asam lemak yang ada dalam tubuh. Setelah ovulasi terjadi penumpukan asam
lemak pada bagian fospolipid pada sel membran. Pada saat kadar progesteron
menurun sebelum haid, asam lemak yaitu asam arakidonat dilepaskan dan
mengalami reaksi berantai menjadi prostaglandin yang dapat menimbulkan rasa
nyeri saat haid. Selain dismenore, kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji
juga dapat menimbulkan oligomenore, hipermenore, dan sindrom pre-menstruasi
(Lakkawar et all, dalam Larasati dan Alatas, 2016)
e. Faktor Lingkungan
Pada studi epidemiologi menunjukan adanya hubungan antara dismenore dengan
beberapa faktor risiko lingkungan, termasuk merokok dan konsumsi kopi. Pada
penelitian Chen et al. pada 165 wanita yang terpapar asap rokok dan
mengkonsumsi kopi, 13,3% di antaranya menderita dismenore. Sebuah penelitian
menunjukkan adanya hubungan antara dismenore dengan wanita yang terkena
asap rokok secara pasif. Dilaporkan pada wanita yang terpapar asap rokok secara
pasif menderita dismenore dengan waktu yang lebih lama dibandingkan yang
tidak tepapar. Pengaruh merokok pasif pada dismenore diamati terjadi
peningkatan sebesar 30% dibandingkan dengan yang tidak merokok pasif.
Mekanisme biologis yang mempengaruhi kejadian dismenore diakibatkan dari
nikotin yang bersifat vasokonstriktor sehingga mengakibatkan berkurangnya
aliran darah yang menuju endometrium. Selain itu, asap rokok juga dipercaya
memiliki sifat anti estrogenic (Larasati dan alatas, 2016)

8
Kemampuan individu untuk mengkonversi metabolit beracun asap rokok ke
gugus yang kurang berbahaya penting untuk meminimalkan efek kesehatan yang
merugikan dari senyawa-senyawa yang terkandung di dalam rokok. Gen yang
berperan dalam detoksifikasi senyawa berbahaya ini adalah gen CYP1A1. Dan
dilaporkan bahwa gen CYP1A1 memiliki kecenderungan menurunkan risiko
dismenore. Mengkonsumsi kopi juga dapat mecetuskan nyeri saat haid, hal
tersebut dikarenakan kafein yang terkandung dalam kopi bersifat vasonkonstriksi
terhadap permbuluh darah sehingga menyebabkan aliran darah ke uterus
berkurang dan menyebabkan kram. Namun belum ditemukan penelitian mengenai
kadar kafein yang dapat mengakibatkan dismenore.
f. Gangguan Psikologis
Pada penelitian Faramarzi et al. dari 360 siswi yang berpartisipasi 178 (49,4%)
siswi di antaranya memperlihatkan ciri-ciri alexithymia. Secara psikologis
didapatkan hubungan antara alexithymia dengan keadaan dismenore primer.
Alexythimia didefinisikan sebagai seseorang dengan kesulitan mengidentifikasi
perasaan dan sulit untuk membedakan antara perasaan dengan sensasi tubuh dari
rangsangan emosional. Pada pasien alexithymia sulit untuk menggambarkan dan
menghargai perasaan orang lain, yang diduga menyebabkan kurang empati
terhadap orang lain. Faktor risiko dismenore 3,3 kali lebih tinggi pada wanita
dengan alexythimia. Pada penderita didapatkan ciri-ciri sindrom pramenstruasi
yang sangat menonjol. Gejala pramenstruasi dialami oleh wanita reproduksi
terjadi pada akhir fase luteal dari siklus haid. Gejala pramenstruasi mencakup
psikologis dan fisik. Gejala psikologis dapat berupa kecemasan, gangguan tidur
serta peningkatan ambang nyeri. Sedangkan secara fisik berupa nyeri punggung,
sakit kepala, payudara membengkak, perut kembung dan muntah (Larasati dan
Alatas, 2016)

B. Teori Evidance Based Midwifery untuk mengatasi Dismenorea.


Berikut ini adalah beberapa teori Evidance Based Midwifery berupa terapi non
farmakologi untuk mengatasi Dismenorea.
1. Pemberian kompres hangat untuk mengurangi nyeri haid
a. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh (Chaniago & Insani, 2023)
Pengaruh pemberian kompres hangat terhadap penurunan nyeri
menstruasi atau dismenore di smk raksana medan tahun 2022

9
Pemberian kompres hangat merupakan salah satu tindakan mandiri, efek
hangat dari kompres dapat menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah yang
nantinya akan meningkatkan aliran darah ke jaringan penyaluran zat asam dan
makanan ke sel-sel diperbesar dan pembuangan dari zat-zat diperbaiki yang dapat
mengurangi rasa nyeri haid primer yang disebabkan suplai darah ke endmetrium
kurang. Pemberian kompres hangat memakai prinsip pengantaran panas melalui
cara konduksi yaitu dengan menempelkan buli-buli panas kedalam perut,
sehingga akan menurunkan nyeri pada wanita dengan dismenore, kompres hangat
dapat memberikan rasa hangat pada responden dengan menggunakan cairan atau
alat yang dapat menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukannnya.
Populasi penelitian adalah sebanyak 20 responden di SMK Raksana
Medan, teknik pengumpulan sampel menggunakan Total Population yaitu 20
responden XI di SMK Raksana Medan.
Tujuan dari kompres hangat ini untuk menurunkan intensitas nyeri dengan
manfaat pemberian kompres hangat secara biologis yang menyebabkan dilatasi
pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah, pemberian
kompres hangat juga memakai prinsip pengantaran panas melalui cara kunduksi
dimana panas ditempelkan pada daerah yang sakit. . Pemberian kompres hangat
memakai prinsip pengantaran panas melalui cara konduksi yaitu dengan
menempelkan buli-buli panas kedalam perut, sehingga akan menurunkan nyeri
pada wanita dengan dismenore, kompres hangat dapat memberikan rasa hangat
pada responden dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan
hangat pada bagian tubuh yang memerlukannnya.
Kompres hangat adalah cara yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri
dengan menggunakan buli-buli panas atau botol air panas yang dibungkus kain
yaitu secara konduksi yang dimana dapat terjadi perpindahan panas dari buli-buli
atau botol kebagian dalam tubuh sehingga akan menimbulkan melebarnya pada
pembuluh darah, sehingga terjadi penurunan ketegangan otot yang akan
menyebabkan nyeri haid yang dirasakan berkurang atau hilang.
b. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh (Maidartati et al., 2018) Efektivitas
Terapi Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Pada
Remaja Di Bandung
Menstruasi merupakan salah satu tanda remaja putri mengalami
pubertas. Menstruasi seringkali menimbulkan nyeri pada remaja putri, terutama

10
dibagian perut yang menjalar hingga ke paha, rasa nyeri ini disebut dismenore.
Hal tersebut dapat membuat konsentrasi belajar remaja putri berkurang sehingga
dismenore perlu diatasi. Cara mengatasi dismenore ada 2 yaitu secara
farmakologis (menggunakan obat-obatan) dan secara non farmakologis, salah
satunya kompres hangat.
Sampel dalam penelitian ini yaitu remaja putri kelas VII dan VIII yang
mengalami dismenore sebanyak 47 siswi pada bulan Juli - Agustus tahun 2017
di Bandung.
Dalam penelitian ini menggunakan prinsip kerja kompres hangat yaitu dengan
menggunakan botol berisi air dengan suhu 40-45°C selama 10 menit dan dibalut
dengan kain, dimana terjadi perpindahan panas (konduksi) dari botol panas ke
dalam perut yang akan melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan ketegangan
otot sehingga akan menurunkan nyeri pada wanita dysmenorrhea primer, karena
pada wanita yang dysmenorrhea ini mengalami kontraksi uterus dan kontraksi
otot polos
c. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Mahua et al., 2018) Pengaruh
pemberian kompres air hangat terhadap dismenore pada remaja putri di
smk penerbangan angkasa singosari malang
Menstruasi merupakan suatu tanda mulai matangnya organ reproduksi
pada remaja. Menstruasi biasanya identik dengan dismenore, sebagian wanita
mengalami nyeri saat menstruasi dan mengalami gangguan fisik dan emosi
menjelang masa ini, nyeri ini dikenal dengan istilah dismenore. Populasi dalam
penelitian ini yaitu remaja putri di SMK Penerbangan Angkasa Singosari
pemberian terapi kompres air hangat dapat menurunkan nyeri dismenore
sehingga memberikan efek nyaman pada responden. Perlu dilakukan pemberian
terapi kompres air hangat 15-20 menit pada klien yang mengalami dismenore.
Kompres hangat bermanfaat untuk meningkatkan suhu kulit lokal, melancarkan
sirkulasi darah dan menstimulasi pembuluh darah, mengurangi spasme otot dan
meningkatkan ambang nyeri, menghilangkan sensasi rasa nyeri, serta
memberikan ketenangan dan kenyamanan.

2. Pemberian Air Kelapa Terhadap Nyeri Haid

11
a. Menurut penelitian yanag dilakukan oleh (Sumantri & Sari, 2023) Pengaruh
konsumsi air kelapa hijau dalam penurunan intensitas dismenore di
sumatera selatan
Dismenore pada remaja biasanya terjadi karena hormone prostaglandin
yang sangat tinggi pada hari pertama haid. Dismenore mempengaruhi
produktivitas seperti gangguan aktivitas kegiatan belajar menyebabkan tidak
fokus dalam pelajaran bahkan dapat meningkatkan ketidakhadiran di sekolah.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meringankan dismenore yaitu terapi
non farmakologi air kelapa hijau. Air kelapa hijau mengandung vitamin dan
mineral yang dapat merangsang tubuh untuk menstabilkan hormon prostaglandin
sehingga nyeri dismenore menurun. Air kelapa hijau (Cocos Nucifera Linn Var.
Viridis) adalah minuman padat nutrisi karena kaya akan bahan kimia seperti
kalsium, magnesium, vitamin C, protein dan lemak. Oleh karena itu, kandungan
kalsium dan magnesium air kelapa hijau dapat meredakan ketegangan otot rahim,
dan vitamin C membantu meredakan nyeri akibat kram perut saat menstruasi. Air
kelapa hijau merupakan salah satu kearifan lokal dalam bidang sumber daya alam
yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Sungai Pinang 1 Kabupaten Ogan
Ilir.
Sample dalam penelitian ini yaitu remaja putri di Desa Sungai Pinang 1
Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Dosis terbaik mengkonsumsi air kelapa
hijau untuk menurunkan intensitas dismenore adalah sesuai dengan dosis yang
digunakan oleh peneliti yaitu dosis 980 cc dengan aturan 330 cc setiap 4 jam
dalam 12 jam yang diberikan dalam 1 hari.
b. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Rifiana et al., 2021) Efektivitas
pemberian air kelapa terhadap nyeri haid pada siswi di sman 11 sepatan
tangerang banten
Nyeri haid atau dismenorea merupakan suatu penyakit gejala fisik yang
paling umum yang banyak terjadi pada remaja usia sekolah dengan angka
kejadian sekitar 60% - 90%. Salah satu penanganan dengan non farmakologi
diantaranya dengan pemberian air kelapa. Nyeri haid juga mengakibatkan
tergangguya konsentrasi, ketinggalan mata pelajaran di sekolah. Remaja dengan
nyeri haid mengalami penurunan prestasi di sekolah dari pada remaja yang tidak
mengalami nyeri haid. Hasil studi terbaru menunjukan bahwa hampir 10% remaja

12
yang mengalami nyeri haid absen sekolah dan absen kerja 1-3 hari per bulan
sehingga tidak dapat melakukan tugas sehari-hari akibat nyeri hebat (Umi, 2016).

Sample dalam penelitian ini yaitu siswi di sman 11 sepatan tangerang


banten. Penanganan nyeri secara non farmakologi yang efektif yaitu dengan
pemberian air kelapa. Pemberian air kelapa ini selain tidak menyita waktu, dapat
dilakukan di mana pun dan kapanpun sehingga sangat mudah dilakukan oleh
setiap perempuan, prinsipnya adalah pemberikan air kelapa 200 ml air kelapa
dapat merelaksasikan otot yang disebabkan oleh aktifitas prostaglandin, karena
pada saat menstruasi, lapisan rahim yang rusak dikeluarkan dan akan digantikan
dengan yang baru, senyawa molekul yang disebut prostaglandin dilepaskan.
Senyawa ini menyebabkan otot-otot rahim berkontraksi. Ketika terjadi kontraksi
otot rahim, maka suplai darah ke endometrium menyempit (vasokonstriksi) dan
proses inilah yang menyebabkan rasa sakit saat menstruasi.

c. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Rahmawanti & Muflihah, 2022)


Perbedaan Tingkat Nyeri Haid Sebelum dan Sesudah Konsumsi Air Kelapa
Muda (Cocos nucifera)
Nyeri haid juga dapat disembuhkan dengan pengobatan non farmakologi
salah satunya dengan mengkonsumsi air kelapa muda. Saat ini pelayanan
kesehatan berbasis terapi komplementer dijadikan sebagai terapi alternatif dalam
dunia pengobatan non famakologi. pengobatan non farmakologi dilakukan
sebagai langkah untuk menghindari efek samping penggunaan obat farmakologi
(Rismaya & Mariza, 2020). Air kelapa muda merupakan minuman yang sehat
kaya nutrisi,vitamin dan mineral serta alami tanpa bahan pengawet, air kelapa
muda mudah di serap oleh tubuh karna kandungan cairan yang isotomis dengan
tubuh manusia. Kalsium dan Magnesium yang terkandung dalam air kelapa muda
dapat mengurangi ketegangan otot dan vitamin C yang merupakan zat-zat alami
anti inflamasi yang membantu meringankan kram pada saat haid.
penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 3 Belik Kabupaten Pemalang pada
siswi kelas IX dengan keluhan nyeri haid pada bulan April 2022. Pemberian air
kelapa muda (Pada hari pertama haid sebanyak 220 ml air kelapa muda). Tingkat
nyeri haid setelah diberikan air kelapa muda (Posttest dilakukan 2 jam setelah
konsumsi air kelapa muda). Air kelapa muda merupakan cairan isotonik yang
memiliki vitamin dan mineral alami sehingga sifat cairan dapat dengan mudah

13
diserap oleh tubuh. Faktor yang menyebabkan nyeri haid diantaranya adalah
prostaglandin yang menyebabkan terhambatnya aliran darah ke dalam bagian
endoetrium dalam rahim sehingga kandungan Vitamin C dan asam folat yang
terdapat dalam air kelapa muda dapat membantu menurunkan tingkat nyeri haid.
Selain sebagai cairan isotonik yang dapat menggantikan cairan tubuh dengan
cepat dan mencegah dehidrasi, kalsium dan magnesium memiliki pengaruh
terhadap penurunan tingkat nyeri haid pada remaja usia sekolah. Air kelapa muda
mengandung asam folat 0,67 ug/220 ml, kalsium 28,37 Mg/220 ml, magnesium
18,27 Mg/220 ml dan Vitamin C 17,27 Mg/220 ml (Rismaya & Mariza, 2020).
Asam folat merupakan komponen dalam sel darah merah. Sensasi nyeri yang
ditimbulkan pada saat haid dapat menurun karena peredaran darah di dalam
uterus menjadi lebih lancar dan kebutuhan oksigen dan nutrisi dalam sel dapat
tercukupi dan melalui penelitian ini menunjukan bahwa setelah air kelapa muda
dikonsumsi selama dua jam dengan dosis 220 ml seseorang sudah dapat
menyerap zat gizi yang terkandung dan direspon baik oleh tubuh.
Kalsium dan magnesium yang ada dalam air kelapa muda menghambat
pelepasan hormon prostaglandin yang menyebabkan terhambatnya aliran darah di
dalam uterus. Kandungan vitamin C meningkatkan kadar hormon progesteron
sehingga peluruhan endometrium menjadi lebih lancar dan menurunkan intensitas
nyeri pada saat haid (Nuryanih et al., 2020).
Saran-saran diatas yang penulis terapkan dan aplikasikan terhadap klien
Nn.A dimana asuhan diatas nyaman, dan telah teruji klinis sesuai dengan
Evidance Based Midwifery.

14
15
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Judul Kasus
Asuhan Kebidanan kepada Nn.A, usia 16 tahun dengan Dismenore Primer di UPTD
Puskesmas Kereng Pangi
B. Pelaksanaan Asuhan
Hari/Tanggal : Rabu/ 16 Agustus 2023
Tempat : UPTD Puskesmas Kereng Pangi
Pemberi Asuhan : Yaya Kristiana
C. Identitas Pasien
Nama : Nn.A Nama Panggilan : Aqila

TTL : Kereng Pangi, 29 September 2007 Umur : 16 thn


Jenis Kelamin : Perempuan Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam Kelas : XI
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat Rumah : Jl.Pelita, Kereng Pangi

Identitas / Biodata Orang Tua


Nama Ibu : Ny. N Nama Ayah : Tn. N
Umur : 42 thn Umur : 42 thn
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Pekerjaan : MRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Pelita, Kereng Pangi Alamat : Jl. Pelita, Kereng Pangi

D. Manajemen Asuhan Kebidanan (SOAP)


S : - Nn. A mengatakan sedang datang bulan sejak tadi pagi, dan mengeluh perut bagian
bawah terasa kram pada saat menstruasi, Nn.A mengatakan masih bisa beraktivitas
namun nyeri terkadang mengganggu dan membuat sulit mengikuti aktivitas
disekolah . Keluhan ini dirasakan setiap kali menstruasi. Terasa kram perut pada
hari pertama hingga hari ke-3 menstruasi.
- Nn. A mengatakan lama haid sekitar 5-7 hari, dengan frekuensi ganti pembalut 2-
3x perhari.
- Nn. A mengatakan haid pertama kali usia 11 thn,
- O : - K/U : Baik Kesadaran : Compos Mentis
- TTV : TD: 110/70 mmHg, N: 90x/menit, Rr: 20 x/menit, S: 36,7°C
- Pemeriksaan Antropometri : BB : 41 kg , TB: 148 cm
- Status gizi : Normal
- Pemeriksaan fisik :
Wajah : Bersih, tidak ada jerawat
Leher : Tidak ada pembengkakan tonsil dan kelenjar getah bening
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Ekstrimitas atas : Simetris, telapak dan kuku tangan tidak pucat, tidak ada benjolan
abnormal pada payudara
Ekstrimitas bawah: Simetris, tidak ada varises pada kaki, tidak ada oedema
A : Nn. A usia 16 tahun dengan Dismenore Primer
Masalah : Nyeri haid
Kebutuhan : KIE mengenai cara mengatasi nyeri
P : 1. Melakukan komunikasi terapeutik kepada klien ; Klien merespon dengan baik.
Rasionalisasi: Sikap yang ditunjukkan petugas, keramahan, keakraban yang
ditunjukkan petugas membuat hubungan saling percaya antara klien dan bidan
dapat terjalin (Prawirohardjo, 2016)
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien, bahwa tanda-tanda vital dalam batas
normal; Klien mengerti dengan hasil pemeriksaan yang dijelaskan.
Rasionalisasi: Hak pasien menurut PERMENKES RI Nomor 4 Tahun 2018 yaitu
mendapat informasi tentang hak dan kewajibannya, dan memperoleh informasi
meliputi diagnosa, tata cara tindakan, resiko dan komplikasi yang akan terjadi.
3. Memberikan KIE tentang Dismenorea; Klien mengerti dan mengetahui tentang
apa yang klien alami.
Rasionalisasi: Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang
terjadi selama haid. Rasa nyeri timbul bersamaan dengan permulaan haid dan
berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari hingga mencapai puncak nyeri.
Dismenore berkaitan dengan kontraksi otot uterus (miometrium) dan sekresi
prostaglandin, dimana dengan adanya kontraksi yang kuat dan lama pada dinding
rahim, hormon prostaglandin yang tinggi dan pelebaran dinding rahim saat
mengeluarkan darah haid sehingga terjadilah nyeri saat haid.

16
3. Melakukan pemberian kompres hangat yaitu dengan menggunakan botol berisi
air dengan suhu 40-45°C selama 10 menit dan dibalut dengan kain ; Klien merasa
nyaman, dan rasa nyeri menjadi berkurang.
Rasionalisasi : Terjadi perpindahan panas (konduksi) dari botol panas ke dalam
perut yang akan melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan ketegangan otot
sehingga akan menurunkan nyeri pada wanita dysmenorrhea primer. (Maidartati
et al., 2018)
5. Menganjurkan klen untuk mengkonsumsi air kelapa muda pada hari pertama haid
sebanyak 220 ml air kelapa muda ; Klien mengerti dan mau mengikuti anjuran
bidan
Rasionalisasi: Air kelapa muda merupakan cairan isotonik yang memiliki vitamin
dan mineral alami sehingga sifat cairan dapat dengan mudah diserap oleh tubuh.
Faktor yang menyebabkan nyeri haid diantaranya adalah prostaglandin yang
menyebabkan terhambatnya aliran darah ke dalam bagian endoetrium dalam
rahim sehingga kandungan Vitamin C dan asam folat yang terdapat dalam air
kelapa muda dapat membantu menurunkan tingkat nyeri haid. (Rahmawanti &
Muflihah, 2022)
6. Menganjurkan makan makanan yang bergizi seimbang seperti karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral, konsumsi makanan yang tinggi zat besi,
seperti sayuran hijau, daging, hati, atau sayur kelakai, serta kurangi konsumsi
kopi; Klien mengerti dan mau mengikuti anjuran bidan.
Rasionalisasi: Dismenorea sering dialami Remaja putri sehingga mereka harus
mengetahui cara pencegahan ataupun cara mengurangi nyeri haid dengan cara
non farmakologis seperti menjaga kecukupan asupan nutrisi. Pada saat menstruasi
fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Fase luteal adalah fase
setelah ovulasi, pada tahap ini terjadi pembentukan dan pemeliharaan korpus
luteum. Apabila hal ini diabaikan dampaknya adalah terjadi keluhan keluhan
yang menimbulkan ketidaknyamanan selama siklus mentruasi. Disemnorea
primer dapat diatasi dengan asupan gizi seperti vitamin, mineral, asam amino,
tanaman herbal dan substrat makanan lainnya (Masruroh dan Fitri, 2019.
Hubungan Kejadian Dismenore Dengan Asupan Fe (Zat Besi) Pada Remaja
Putri)
Mengkonsumsi kopi juga dapat mecetuskan nyeri saat haid, hal tersebut
dikarenakan kafein yang terkandung dalam kopi bersifat vasonkonstriksi terhadap

17
permbuluh darah sehingga menyebabkan aliran darah ke uterus berkurang dan
menyebabkan kram (Larasati dan Alatas. 2016. Dismenore Primer dan Faktor
Risiko Dismenore Primer pada Remaja)
7. Menganjurkan klien untuk istirahat yang cukup ; Klien mau mengikuti anjuran
bidan
Rasionalisasi :Kualitas tidur merupakan kepuasan seseorang terhadap tidur.
Kualitas tidur meliputi kuantitas dan kualitas tidur. Kualitas tidur yang baik
adalah cara seseorang mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari, seperti
tidur dengan tenang, menjaga kemampuan tidur dan relaksasi tertidur tanpa
bantuan medis (Ali et al., 2017). Jika kebutuhan tidur tersebut tidak terpenuhi,
tentunya akan memperburuk kualitas tidur, yang nantinya akan mengganggu
proses fisiologis tubuh, salah satunya peningkatan sensitivitas tubuh terhadap
nyeri. Maka dapat dikatakan bahwa, peningkatan sensitivitas nyeri akibat
buruknya kualitas tidur ini, akan berdampak langsung pada beratnya derajat
dismenorea. (Sagita dkk,2023)
8. Menganjurkan klien kontrol kembali atau jika keluhan bertambah berat; klien
mengerti dan mau mengikuti anjuran bidan.
Rasionalisasi :Diharapkan Bidan sebagai tenaga Kesehatan dapat memberikan
dan mengevaluasi dari penatalaksaan yang dilakukan. (Risky Amalia,dkk.2021)
9. Melakukan pendokumentasian; Pendokumentasian telah dilakukan.
Rasionalisasi : bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis
yang akurat dan lengkap yang dimiliki bidan dalam melakukan asuhan
kebidanan dan berguna untuk kepentingan klien, tim kesehatan, serta kalangan
bidan sendiri Dokumentasi kebidanan adalah dan sebagai aspek legal (Pitriani
& Andriyani, 2021).

18
19
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari beberapa jurnal ilmiah terkait penanganan Dismenorea remaja yang bersifat non
farmakologi yang penulis temukan ialah:
1. Dalam Jurnal yang berjudul “Efektivitas Terapi Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Nyeri Dismenore Pada Remaja Di Bandung”
Cara mengatasi dismenore ada 2 yaitu secara farmakologis (menggunakan obat-
obatan) dan secara non farmakologis, salah satunya kompres hangat.
Dalam penelitian (Maidartati et al., 2018) menggunakan prinsip kerja kompres
hangat yaitu dengan menggunakan botol berisi air dengan suhu 40-45°C selama 10
menit dan dibalut dengan kain, dimana terjadi perpindahan panas (konduksi) dari
botol panas ke dalam perut yang akan melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan
ketegangan otot sehingga akan menurunkan nyeri pada wanita dysmenorrhea primer,
karena pada wanita yang dysmenorrhea ini mengalami kontraksi uterus dan
kontraksi otot polos
kajian jurnal tersebut, dapat penulis terapkan dan aplikasikan kepada pasien Nn. A,
karena Kompres air hangat merupakan manajemen non farmakologis yang aman
karena menggunakan proses fisiologis. Hal ini disebabkan karena terjadinya
perpindahan panas (konduksi) dari botol panas ke dalam perut yang akan
melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan ketegangan otot sehingga akan
menurunkan nyeri pada Wanita/dysmenorrhea primer. Selain itu metode kompres
hangat lebih mudah untuk diaplikasikan.
2. Anjuran yang dapat penulis aplikasikan selanjutnya ialah dalam jurnal yang brjudul
“Perbedaan Tingkat Nyeri Haid Sebelum dan Sesudah Konsumsi Air Kelapa Muda
(Cocos nucifera)”
Dalam penelitian (Rahmawanti & Muflihah, 2022) . Pemberian air kelapa
muda (Pada hari pertama haid sebanyak 220 ml air kelapa muda). Sensasi nyeri yang
ditimbulkan pada saat haid dapat menurun karena peredaran darah di dalam uterus
menjadi lebih lancar dan kebutuhan oksigen dan nutrisi dalam sel dapat tercukupi
dan melalui penelitian ini menunjukan bahwa setelah air kelapa muda dikonsumsi
selama dua jam dengan dosis 220 ml seseorang sudah dapat menyerap zat gizi yang
terkandung dan direspon baik oleh tubuh.
Kalsium dan magnesium yang ada dalam air kelapa muda menghambat
pelepasan hormon prostaglandin yang menyebabkan terhambatnya aliran darah di
dalam uterus. Kandungan vitamin C meningkatkan kadar hormon progesteron
sehingga peluruhan endometrium menjadi lebih lancar dan menurunkan intensitas
nyeri pada saat haid (Nuryanih et al., 2020).
Saran-saran diatas yang penulis terapkan dan aplikasikan terhadap klien
Nn.A dimana asuhan diatas aman, dan telah teruji klinis sesuai dengan Evidance
Based Midwifery.

20
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari laporan kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa:
a. Asuhan kebidanan kepada remaja dengan gangguan Dismenorea dapat dilakukan
dengan terapi non-farmakologis, aman dan mudah digunakan untuk meringankan
gejala dismenore.
b. Tanda-tanda Dismenorea adalah meliputi nyeri abdomen, kram, sakit punggung
dengan sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang
berat, dan keadaan nyeri yang hebat dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
c. KIE terkait Dismenore yang dilakukan meliputi anjuran untuk istirahat yang cukup,
serta pengetahuan mengenai gizi seimbang pada remaja.
d. Asuhan kebidanan yang dapat diterapkan kepada klien ialah: Melakukan kompres
hangat pada perut bagian bawah,dan konsumsi air kelapa hijau
e. Setelah dilakukan asuhan kebidanan sesuai dengan Evidance Based Midwifery.
Keluhan Dismenore klien berkurang

2. Saran
a) Bagi Rernaja Putri
Diharapkan dapat melaksanakan segala anjuran yang diberikan dan dapat
mengaplikasikan nya sebagai upaya untuk mengurangi keluhan terhadap nyeri
haid yang dialami.
b) Bagi Penulis
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan literatur untuk
meningkatkan dan mengembangkan mutu pembelajaran dalam asuhan kebidanan
berdasarkan evidence based midwifery pada remaja putri yang mengalami nyeri
haid.
c) Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk dapat meningkatkan mutu
pelayanan asuhan kebidanan berdasarkan evidence based midwifery pada
remaja putri yang mengalami nyeri haid.
DAFTAR PUSTAKA

Chaniago, N. M. A. D., & Insani, S. D. (2023). PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT


TERHADAP PENURUNAN NYERI MENSTRUASI ATAU DISMENORE DI SMK
RAKSANA MEDAN TAHUN 2022. Jurnal_Kebidanan, 13(1), Article 1.
https://doi.org/10.33486/jurnalkebidanan.v13i1.211
HUBUNGAN ANTARA LURASI MENSTRUASI, AKTIVITAS FISIK, DAN KUALITAS TIDUR
DENGAN KEJADIAN DISMINORHEA PADA REMAJA PEREMPUAN | Jurnal Kesehatan
dan Pembangunan. (2023).
http://www.e-jurnal.stikesmitraadiguna.ac.id/index.php/jkp/article/view/226
Larasati T.A, Alatas F. 2016. Dismenore Primer dan Faktor Risiko Dismenore Primer pada
Remaja. Majority Vol.5(3) Hal. 79-84
Mahua, H., Mudayatiningsih, S., & Perwiraningtyas, P. (2018). PENGARUH PEMBERIAN
KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMK
PENERBANGAN ANGKASA SINGOSARI MALANG. Nursing News : Jurnal Ilmiah
Keperawatan, 3(1). https://doi.org/10.33366/nn.v3i1.787
Maidartati, M., Hayati, S., & Hasanah, A. P. (2018). Efektivitas Terapi Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Nyeri Dismenore Pada Remaja Di Bandung. Jurnal Keperawatan BSI, 6(2),
Article 2. https://doi.org/10.31311/jk.v6i2.4357
Pitriani, R., & Andriyani, R. (2021). Penerapan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Dengan Metode S-O-a-P Pada Praktik Bidan Mandiri. Jurnal Kebidanan
Malahayati, 7(3), 544–547. https://doi.org/10.33024/jkm.v7i3.3641

Rahmawanti, N., & Muflihah, I. S. (2022). Perbedaan Tingkat Nyeri Haid Sebelum dan Sesudah
Konsumsi Air Kelapa Muda (Cocos nucifera). Jurnal Kesehatan, 13(0), Article 0.
https://doi.org/10.35730/jk.v13i0.896
Rifiana, A. J., Chirunnisa, R., & Handayani, N. (2021). EFEKTIVITAS PEMBERIAN AIR KELAPA
TERHADAP NYERI HAID PADA SISWI DI SMAN 11 SEPATAN TANGERANG
BANTEN. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Nasional, 3(2), Article 2.
http://journal.unas.ac.id/health/article/view/1376
Sagita.dkk.2020 (HUBUNGAN ANTARA LURASI MENSTRUASI, AKTIVITAS FISIK, DAN
KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN DISMINORHEA PADA REMAJA
PEREMPUAN | Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, 2023)
Sumantri, & Sari, K. (2023). Pengaruh Konsumsi Air Kelapa Hijau dalam Penurunan Intensitas
Dismenore di Sumatera Selatan. Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwivery Science),
11(1), Article 1. https://doi.org/10.36307/jik.v11i1.244

22

Anda mungkin juga menyukai