Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA BAYI


NORMAL UMUR 1 BULANIMUNISASI BCG DAN POLIO 1
DI PUSKESMAS KEMANTAN
TAHUN 2023

DISUSUN OLEH :

OSSI AFRISTA
PO71242230088

DOSEN PEMBIMBING :
ENNY SUSILAWATI, S.ST, Bdn, M.Keb

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI PROFESI BIDAN
TAHUN 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Telah Disahkan”Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Bayi Normal


Umur 1 Bulan Imunisasi BCG dan POLIO 1 di Puskesmas KemantanTahun 2023”
Guna Memenuhi Tugas Stase Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Bayi Balita dan Anak
Pra Sekolah Program Studi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi Tahun 2023.

Kerinci, Desember 2023

Mengetahui:

Pembimbing Akademik Perseptor Klinik

(Enny Susilawati, S.ST, Bdn, M.Keb) (Sri Dasmiati, S.Tr.Keb, Bdn)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Bayi Normal Umur 1 Bulan Imunisasi BCG dan POLIO 1 di
PUSKESMAS KEMANTAN”.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini dapat
diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan sejumlah pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Hj.Suryani,S.Pd,MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi.


2. Lia Artika Sari,M.Keb selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi.
3. Herinawati, M.Keb selaku dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan
petunjuk dan pembelajaran, bimbingan serta motivasi dalam pembuatan laporan ini.
4. Rosnani, SST Selaku pembimbing lahan praktik yang telah banyak memberikan
bimbingan serta masukkan dalam menyeesaikan laporan kasus ini.
5. Rekan-rekan sejawat dan seperjuangan yang telah memberikan saran dan masukan kepada
penulisdalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat.

Jambi, Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian...................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi BCG dan POLIO.....................................................................................5
B. Manajemen Varney................................................................................................22
C. Evidence Base Midwifery........................................................................................26
BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................. 27
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................ 34
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................37
B. Saran........................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya
Kesehatan Anak menyatakan bahwa setipa anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi sehingga perlu dilakukan upaya kesehatan anak secara terpadu,
menyeluruh dan terpadu. Upaya kesehatan anak dilakukan sejak dalam
kandungan hingga anak berusia 18 (delapan belas) tahun (Profil Kesehatan
Indonesia, 2018).
Hasil Survei Demokrasi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan
Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 15 per 1000 Kelahiran Hidup, Angka
Kematian Bayi (AKB) sebesar 24 per 1000 Kelahiran Hidup, dan Angka
Kematian Balita (AKABA) sebesar 32 per 1000 Kelahiran Hidup. Angka
Kematian Balita (AKABA) sebesar 25 per 1000 Kelahiran Hidup telah mencapai
Target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGDs) pada tahun 2030 (Profil
Kesehatan Indonesia, 2018).
Imunisasi dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Pemerintah wahib memberikan imunisasi lengkap
kepada setiap bayi dan anak. Penyelanggaraan imunisasi tertuang dituang dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 (PMK
RI, 2017). Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009
menyatakan bahwa setiap anak berhak mendapat imunisasi dasar sesuai dengan
ketentuan.
Imunisasi dikelompokkan menjadi dua yaitu imunisasi program dan
imunisasi pilihan. Imunisasi progam terdiri dari imunisasi rutin, imunisasi
tambahan dan imunisasi khusus. Imunisasi rutin terdiri dari imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia satu
tahun, sedangkan imunisasi lanjutan diberikan pada anak di bawah usia (baduta),

1
anak usia sekolah dasar dan wanita usia subur (WUS) (Profil Kesehatan
Indonesia, 2018).
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu (Sinaga, 2016). Sedangkan menurut (Nurhasiyah
Jamil, dkk. 2017) imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada
antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit.
Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti
yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin BCG, DPT-
HB-Hib, Campak, Polio dll (Sinaga, 2016). Sedangkan vaksin menurut
(Nurhasiyah Jamil, dkk. 2017) yaitu mikroorganisme atau toksoid yang diubah
sedemikian rupa sehingga patogenesis atau toksisitasnya hilang tetapi masih tetap
mengandung sifat antigenesis.
Di Indonesia, setiap bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan mendapatkan
imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3
dosis DPT-HB-HiB, 4 tetes Polio tetes, dan 1 dosis Campak/MR. Cakupan
imunisasi dasar lengkap di Indonesia sebesar 90,61%. Angka ini sedikit di bawah
target Rentra sebesar 92,5%. Terdapat 13 provinsi yang mencapai target Rentra
tahun 2018, diantaranya provinsi Jambi mencapai 98,70%. Sedangkan provinsi
dengan capaian terendah adalah Papua (29,60%), Nusa Tenggara Timur (51,72%)
dan Aceh sebesar 55,26% (Profil Kesehatan Indonesia, 2018).
Cakupan imunisasi BCG pada bayi secara Nasional yaitu sebesar 93,17%.
Sedangkan cakupan imunisasi BCG pada bayi di provinsi Jambi sebesar 100,19%
(Profil Kesehatan Indonesia, 2018). Cakupan imunisasi BCG pada bayi di
Merangin pada tahun 2018 yaitu 99,89% (Profil Kesehatan Provinsi Jambi,
2018). Sedangkan cakupan imunisasi campak pada bayi di Puskesmas Muara
Delang pada tahun 2018 yaitu 97,51%.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik dengan kasus BCG dan
Polio 1.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dilihat bahwa masih tingginya angka
kematian anak, maka dapat dirumuskan masalah asuhan kebidanan komprehensif
pada bayi, balita dan anak usia sekolah pada by, U dengan imunisasi BCG dan polio
1 di Puskesmas KemantanTahun 2023.
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan kebidanan pada by, U dengan imunisasi BCG dan
polio 1 dengan pendekatan manajemen varney dan EBM.
2) Tujuankhusus
a. Mampu melaksanakan pengumpulan data dasar pada Mampu melakukan
interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan pada by, U dengan imunisasi
BCG dan polio 1 di Puskesmas KemantanTahun 2023.
b. Mampu menentukan diagnose potensial yang mungkin akan timbul pada by, U
dengan imunisasi BCG dan polio 1 di Puskesmas KemantanTahun 2023.
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan segera pada by, U dengan imunisasi BCG
dan polio 1 di Puskesmas KemantanTahun 2023.
d. Mampu memberikan perencanaan pada by, U dengan imunisasi BCG dan
polio 1 di Puskesmas KemantanTahun 2023.
e. Mampu memberikan pelaksanaan pada by, U dengan imunisasi BCG dan
polio 1 di Puskesmas KemantanTahun 2023
f. Mampu memberikan evaluasi dan tindak lanjut dari asuhan yang telah
dilakukan pada by, U dengan imunisasi BCG dan polio 1 di Puskesmas
KemantanTahun 2023.
g. Mampu menganalisa kasus dengan pendekatan EBM yang dilakukan pada by,
U dengan imunisai BCG dan polio 1 di Puskesmas KemantanTahun 2023.
D. Manfaat
1. Bagi Puskesmas Kemantan
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan
pelaksanaan program, Rumah Sakit HAMBA dalam menyusun perencanaan,
pelaksaan, dan evaluasi pada by, U dengan imunisasi BCG dan polio 1.
3
2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan
Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program studi
Profesi Bidan di Akademik Kebidanan Poltekkes Jambi.
3. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta dapat
mengaplikasikan ilmu dalam penerapan manjemen asuhan kebidanan dengan
pendokumentasian varney dalam penangan kasus pada by, U dengan
imunisasi BCG dan polio 1

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis


1. Bayi
a. Pengertian Bayi
Bayi adalah manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun (Saifuddin, 2002).
Bayi adalah anak dari manusia atau hewan yang masih berusia sangat muda
(Wikipedia.org)
b. Tahap perkembangan bayi menurut Kemenkes RI (2016), meliputi:
1) Umur 0-3 bulan
a) Mengangkat kepala setinggi 450.
b) Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.
c) Melihat dan menatap wajah anda.
d) Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.
e) Suka tertawa keras.
f) Bereaksi terkejut terhadap suara keras.
g) Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.
h) Mengebal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, kontak.
2) Umur 3-6 bulan
a) Berbalik dari telungkup ke telentang.
b) Mengangkat kepala setinggi 900.
c) Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.
d) Menggenggam pensil.
e) Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.
f) Memegang tangannya sendiri.
g) Berusaha memperluas pandangan.
h) Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.
i) Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.
j) Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain
sendiri.
5
3) Umur 6-9 bulan
a) Duduk (sikap tripoid-sendiri)
b) Belajar sendiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.
c) Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.
d) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.
e) Memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1 benda pada saat
yang bersamaan.
f) Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.
g) Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatatata.
h) Mencari mainan/benda yang dijatuhkan.
i) Bermain tepuk tangan/ciluk ba.
j) Bergembira dengan melempar benda.
k) Makan kue sendiri.
4) Umur 9-12 bulan
a) Mengangkat badannya ke posisi berdiri.
b) Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi.
c) Dapat berjalan dengan dituntun.
d) Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan.
e) Mengenggam erat pensil.
f) Memasukkan benda ke mulut.
g) Mengulang menirukan bunyi yang didengar.
h) Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti.
i) Mengekplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja.
j) Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.
k) Senang diajak bermain “CILUK BA”.
l) Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal.
c. Pertumbuhan Fisik menurut Budi dan Sajekti (2011), meliputi:
1) Berat badan
Pada bayi yang lahir cukup berat badan waktu lahir akan kembali pada
hari ke-10, pada bayi umur 5 bulan BB=2X BB lahir, bayi umur 1 tahun
6
BB= 3X BB lahir, umur 2 tahun= 4X BB lahir. Pada masa prasekolah
kenaikan BB rata-rata 2 kg per tahun.
2) Tinggi badan
Rata-rata tinggi badan pada saat bayi lahir adalah 50 cm sehingga dapat
diperkirakan tinggi anak sebagai berikut:
Umur Ukuran tinggi badan
1 tahun 1,5 x TB lahir
4 tahun 2 x TB lahir
6 tahun 1,5 x TB 1 tahun
13 tahun 3 x TB lahir
Dewasa 3,5 x TB lahir (2x TB 2 tahun)

3) Lingkar Kepala
Ukuran kepala bayi merupakan salah satu ukuran yang penting diketahui,
yaitu untuk mengetahui perubahan dalam pertumbuhan otak. Lingkaran
kepala bayi normal adalah 33-35 cm, tahun pertama naik 10 cm, kenaikan
semakin lama semakin sedikit, usia 5 tahun kenaikan hanya 0,5 cm, setiap
tahun sampai ukuran dewasa dicapai. Usia 2 tahun kurang lebih 1/6
panjang badan. Usia satu tahun adalah 44-47 cm (Wahidayat, 2003).
d. Kebutuhan dasar anak
Tumbuh dan kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil
interaksi antara faktor geneyis, herediter, dan konstitusi dengan faktor
lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi
tumbuh kembang anak, maka diperlukan pemenuhan dasar tersebut. Menurut
Soetjiningsih (1995) dalam Nurhasiyah Jamil (2017), Budi dan Sajekti
(2011), kebutuhan dasar ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1) Kebutuhan fisik biomedis
(ASUH) Meliputi:
a) Nutrisi yang mencukupi dan seimbang

7
Pemberian nutrisi secara mencukupi pada anak harus sudah dimulai
sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup
memadai pada ibu hamil. Setelah lahir harus diupayakan pemberian
ASI secara eksklusif sampai usia 6 bulan, setalah waktunya anak diberi
makanan tambahan atau makanan pendamping ASI. Pemberian
makanan tambahan penting untuk melatih kebiasaan makan anak dan
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Pada masa bayi dan balita
pertumbuhan dan perkembangan sangat pesat, terutama pertumbuhan
otak.
b) Perawatan kesehatan dasar
Untuk mencapai keadaan kesehatan anak yang optimal diperlukan
beberapa upaya, misalnya: imunisasi, kontrol ke Puskesmas secara
berkala, diperiksa segera bila sakit. Dengan upaya tersebut, keadaan
kesehatan anak dapat dipantau secara dini, sehingga bila ada kelainan
maka anak segera mendapatkan penanganan yang benar.
c) Papan/pemukiman yang layak
Dengan memberikan tempat tinggal yang layak maka akan membantu
anak untuk bertumbuh dan berkembag secara optimal. Tempat tinggal
yang layak tidak berarti rumah yang berukuran besar, tetapi bagaiman
upaya untuk mengatur kondisi rumah menjadi sehat, cukup ventilasi
serta terjaga kebersihan dan kerapiannya, tanpa mempedulikan
berapapun ukurannya.
d) Hygiene perorangan/sanitasi lingkungan
Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti sudah menjadi
resiko tertularnya berbagai penyakit infeksi. Selain itu lingkungan
yang bersih akan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan
aktifitas bermain secara aman.
e) Sandang/pakaian
Anak perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman dipakai.
Karena aktivitas anak lebih banyak, hendaknya pakaian terbuat dari
bahan yang mudah menyerap keringat.
8
f) Kesegaran jasmani, rekreasi
Akttivitas olahraga dan rekreaksi digunakan untuk melatih kekuatan
otot-otot tubuh dan membuang sisa metabolisme, selain itu juga
membantu meningkatkan motorik anak, dan aspek perkembangan
lainnya.aktivitas olahraga dan rekreasi bermain yang menyenangkan.
2) Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)
Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang dapat dimulai sedini
mungkin. Bahkan sejak anak berada dalam kandungan, perlu diupayakan
kontak psikologis antara ibu dan anak, misalnya dengan mengajak bicara.
Setelah lahir dapat dilakukan dengan cara mendekap bayi di dada ibu.
Ikatan emosi dan kasih sayang yang erat antara ibu dan anak sangatlah
penting, karena berguna untuk menentukan perilaku anak dikemudian
hari, merangsang perkembangan otak anak, serta merangsang perhatian
anak terhadap dunia luar.
Kebutuhan asih meliputi:
a) Kasih sayang orang tua
Orang tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak
dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang bukan berarti memanjakan
atau tidak pernah memarahi, tetapi bagaimana orang tua menciptakan
hubungan yang hangat dengan anak, sehingga anak merasa aman dan
senang.
b) Rasa aman
Adanya interaksi yang harmonis antara orang tua dan anak akan
memberikan rasa aman bagi anak untuk melakukan aktivitas sehari-
harinya.
c) Harga diri
Setiap anak ingin diakui keberadaan dan keinginannya. Apabila anak
diacuhkan maka akan dapat menyebabkan frustasi.
d) Dukungan dan dorongan
Dalam melakukan aktvitas anak perlu dukungan dari lingkungannya.
Apabila orang tua sering melarang aktivitas yang akan dilakukan,
9
maka dapat menyebabkan anak ragu-ragu dalam melakukan setiap
aktivitasnya. Selain itu orang tua perlu memberikan dukungan agara
anak dapat mengatasi stressor atau masalah yang dihadapi.
e) Mandiri
Dalam melatih anak untuk mandiri tentunya harus menyesuaikan
dengan kemampuan dan perkembangan anak. Kemandirian anak bisa
dilatih sejak awal agar tidak selalu tergantung pada lingkungannya.
f) Rasa memiliki
Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barang-
barang yang dimilikinya, sehingga anak tersebut akan mempunyai rasa
tanggung jawab untuk memelihara barangnya.
g) Kebutuhan akan sukses
Anak perlu diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan
kemampuan dan sifat-sifat bawaannya. Tidak pada tempatnya jika
orang tua memaksakan keinginannya untuk dilakukan oleh anak tanpa
memperhatikan kemauan anak.
3) Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan
dan pelatihan) pada anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang
terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang
mendapat stimulasi. Stimulasi mental atau asah ini mengembangkan
perkembangan mental psikososial: kecerdasan, keterampilan,
kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral etik, produktivitas
dsb.
2. Imunisasi Dasar
Imunisasi adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya penyalit menular
dan salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian pada anak. Oleh sebab
itu, upaya imunisasi ini terus ditingkatkan kekebalan masyarakat yang tinggi
sehingga penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dapat
dieradikasi, dieliminasi, dan direduksi melalui pelayanan imunisasi yang

10
semakin efektif, efisien dan berkualitas. Imunisasi merupakan salah satu
kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen
yang serupa, tidak terjadi penyakit (Nurhasiyah Jamil, 2017). Menurut Budi
dan Sajekti (2011), imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem
pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus)
yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki
kesempatan untuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi, tubuh kita akan
terlindung dari infeksi begitu pula orang lain karena tidak tertular dari kita
(Marmi, 2012 dalam Setiyani, 2016).
b. Jenis Kekebalan
Menurut Budi dan Sajekti (2011) kekebalan ada dua macam yaitu:
1) Kekebalan aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat
terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara alamiah.
Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada kekebalan pasif karena
adanya memori imonulogik.
2) Kekebalan pasif
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh bukan
dibuat oleh individu itu sendiri, contoh kekebalan pada janin yan
diperoleh dari ibu/kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan
immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan
dimetabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG 28 hari, sedangkan waktu
paruh immonuglobulin lainnya lebih pendek.
c. Tujuan Imunisasi
Tujuan dai pemberian imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan,
kematian serta kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) seperti Tuberkolosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio,
Campak dan Hepatitis.
11
d. Sasaran Imunisasi
Sasaran imunisasi rutin pada bayi dan anak Setiyani (2016) adalah sebagai
berikut
1) Bayi
Jenis imunisasi Usia pemberian Jumlah Interval minimal
pemberian
Hepatitis B 0-7 bulan 1 -
BCG 1 bulan 1 -
Polio/IPV 1,2,3,4 bulan 4 -
DPT-Hb-Hib 2,3,4 bulan 3 4 minggu
Campak/MR 9 bulan 1 4 minggu

2) Anak batita (usia bawah 3 tahun)


Jenis imunisasi Usia pemberian Jumlah pemberian
DPT-Hb-Hib 18 bulan 1
Campak/MR 24 bulan 1

3) Anak sekolah dasar (SD) kelas 1 (sederajat)


Jenis imunisasi Usia pemberian Jumlah pemberian
Campak Bulan Agustus Bulan imunisasi anak
DT Bulan November sekolah (BIAS)

4) Anak sekolah dasar (SD) kelas 2 dan 3 atau (sederajat)


Jenis imunisasi Usia pemberian Jumlah pemberian
DT Bulan November Bulan imunisasi anak
sekolah (BIAS)

12
e. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
Banyak penyakit menular di Indonesia yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I). Penyakit yang dapat dicegah dengan dicegah dengan imunisasi
antara lain:
1) Difteri
a) Definisi & Penyebab yaitu penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphteriae.
b) Penularan: melalui kontak fisik dan pernapasan
c) Gejala:
- Radang tenggorokan
- Hilang nafsu makan
- Demam ringan
- Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada
tenggorokan dan tonsil
d) Komplikasi: gangguan pernapasan yang berakibat kematian
e) Gambar:

2) Pertusis
a) Definisi & Penyebab yaitu penyakit pada saluran pernapasan yang
disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertussis (batuk rejan).
b) Penularan: melalui percikan ludah (droplet infection) dari batuk atau
bersin
c) Gejala:
- Pilek
- Mata merah

13
- Bersin
- Demam
- Batuk ringan yang lama-kelamaan menjadi parah dan menimbulkan
batuk yang cepat dan keras
d) Komplikasi: Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian
e) Gambar:

3) Tetanus
a) Definisi & Penyebab yaitu penyakit Clostridium Tetani yang
menghasilkan neurotoksin.
b) Penularan: melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam.
c) Gejala:
- Gejala awal: kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher,
kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam.
- Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (sucking) antara 3
sampai 28 hari setelah lahir.
- Gejala berikutnya: kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.
d) Komplikasi: patah tulang akibat kejang, pneumonia, infeksi lain yang
dapat menimbulkan kematian.

14
e) Gambar:

4) Tuberkolusis (TBC)
a) Definisi & Penyebab yaitu penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tubercolosa disebut juga batuk darah.
b) Penularan: melalui pernapasan dan lewat bersin atau batuk.
c) Gejala:
- Gejala awal: lemah badan, penurunan berat badan, demam, dan
keluar keringat pada malam hari.
- Gejala berikutnya: batuk terus menerus, nyeri dada dan (mungkin)
batuk darah.
- Gejala lain tergantung organ yang diserang.
d) Komplikasi: kelemahan dan kematian.
e) Gambar:

5) Campak
a) Definisi & Penyebab yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus
myxovirus virida emeasles.
b) Penularan: melalui udara (percikan ludah) dari bersin atau batuk
penderita.

15
c) Gejala:
- Gejala awal: demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, konjuctivitis
(mata merah) dan koplik spots.
- Selanjutnya tibul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar
ketubuh dan tangan.
d) Komplikasi: diare hebat, peradangan pada telinga, infeksi saluran
napas (pneumonia).
e) Gambar:

6) Poliomielitis
a) Definisi & Penyebab yaitu penyakit pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus polio tipe 1, 2, 3, secara klinis menyerang anak
di bawah umur 15 tahun dan menderita lumpuh layu akut (acud flaccid
paralysis)= AFP.
b) Penularan: melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi.
c) Gejala: demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu
pertama.
d) Komplikasi: bisa menyebabkan kematian otot pernapasan terinfeksi
dan tidak segera ditangani.
e) Gambar:

16
7) Hepatitis B
a) Definisi & Penyebab yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B yang merusak hati (penyakit kuning)
b) Penularan:
- Penularan secara horizontal: dari darah dan produknya, suntikan
yang tidak aman, tranfusi darah, melalui hubungan seksual.
- Penularan secara vertical: dari ibu ke bayi selama proses persalinan.
c) Gejala:
- Merasa lemah.
- Gangguan perut
- Gejala lain seperti flu, urin menjadi kuning, kotoran menjadi pucat.
- Warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit.
d) Komplikasi: penyakit ini bisa menjadi kronis yang menimbulkan
pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis), kanker hati (Hepato Cellular
Carsinoma) dan menimbulkan kematian.
e) Gambar:

17
8) Hemofilus influenza tipe b (Hib)
a) Definisi & Penyebab yaitu salah satu bakteri yang menyebabkan
infeksi di beberapa organ seperti meningitis, epiglotitis, pneumonia,
artritis, dan selulitis. Banyak menyerang anak di bawah usia 5 tahun,
terutama pada usia 6-10 tahun.
b) Penularan: droplet melalui nasofaring
c) Gejala:
- Pada selaput otak akan menimbulkan gejala meningitis (demam,
kaku kuduk, kehilangan kesadaran).
- Pada paru menyebabkan pneumonia (demam, sesak, retraksi otot
pernapasan), terkadang menimbulkan gejala sisa berupa kerusakan
alat pendengaran.
d) Gambar:

9) HPV (Humam popiloma virus)


a) Definisi & Penyebab yaitu virus yang menyerang kulit dan membran
mukosa manusia dan hewan.
b) Penularan: melalui hubungan kulit ke kulit, HPV menular dengan
mudah.
c) Gejala: beberapa menyebabkan kulit, sementara lainnya dapat
menyebabkan infeksi yang menimbulkan munculnya lesi, ca servik
juga disebabkan karena virus HPV melalui hubungan seks.

18
d) Gambar:

10) Hepatitis A
a) Definisi & Penyebab yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus.
b) Penularan: disebarkan oleh kotoran/tinja penderita, biasanya melalui
makanan (fecalocal).
c) Gejala:
- Kelelahan
- Mual dan muntah
- Nyeri perut atau rasa tidak nyaman, di daerah hati
- Kehilangan nafsu makan
- Demam
- Urin berwarna gelap
- Nyeri otot
- Menguningnya kulit dan mata (joundice).
d) Gambar:

19
3. Imunisasi BCG dan polio 1 di Puskesmas KemantanTahun 2023
a. Vaksin BCG
1) Deskripsi
Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) merupakan virus hidup yang
sudah dilemahkan yang dibuat dari Miobacterium bovis. Vaksinasi BCG
tidak mencegah infeksi tuberkolosis tetapi mengurangi risiko tuberkolosis
berat (Nurhasiyah Jamil, 2017).
Sedangkan Satiyani (2016) Vaksin BCG adalah vaksin beku kering yang
mengandung Miobacterium bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus
Calmette Guerin), strain paris.
2) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tubercolosis.
3) Cara pemberian dan dosis
Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali. Disuntikkan secara intrakutan
pada lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus), dengan
menggunakan Auto Disable Syringe (ADS) (Setiyani, 2016).
4) Kontra indikasi
- Reaksi uji tuberkulin > 5 mm.
- Menderita HIV/risiko tinggi HIV, mendapat pengobatan radiasi,
penyakit keganasan yang mengenai sum-sum tulang/sistem life.
- Gizi buruk
- Demam tinggi
- Infeksi kulit yang luas
- Pernah menderita TBC
- Kehamilan
(Nurhasiyah Jamil, 2017)
5) Efek samping
2-6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul bisul
kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam
waktu 2-4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan
jaringan parut dengan diameter 2-10 mm.
20
6) Penanganan efek samping
- Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan
antiseptik.
- Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar
anjurkan orangtua membawa bayi ke dokter.
b. Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine/OPV)
1) Deskripsi
Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe
1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan (Setiyani, 2016).
2) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
3) Cara pemberian dan dosis
Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis)
pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
4) Kontra indikasi
Pada individu yang menderita “immune deficiency” tidak ada efek yang
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang
sakit.
5) Efek samping
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah
mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan minum seperti biasa.
Apabila muntah dalam 30 menit segera diberi dosis ulang.
6) Penanganan efek samping
- Orang tua tidak perlu melakukan tindakan apapun.

21
B. Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan yaitu suatu pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam memecahkan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis
data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Manajemen kebidanan merupakan suatu cara yang digunakan bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan. Langkah-langkah dalam manajemen
kebidanan menggambarkan pola pikir dan tindakan bidan dalam pengambilan
keputusan klinis untuk mengatasi masalah. Pendapat Helen Varney, proses
penyelesaian masalah merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan
dalam manajemen kebidanan. Dalam melaksanakan manajemen kebidanan,
bidan harus memiliki kemampuan berpikir secara kritis untuk menegakkan
diagnosa atau masalah potensial, dan bidan harus mampu melakukan
kolaborasi atau kerja sama. Karena akan digunakan sebagai dasar dalam
perencanaan kebidanan selanjutnya.
Dalam proses manajemen varney terdiri dari 7 langkah yang berurutan,
dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Langkah pertama
dimulai dengan pengumpulan data dasar dan langkah terakhir evaluasi.
Ketujuh langkah manajemen akan membentuk suatu kerangka langkap yang
dapat digunakan dalam situasi apapun. Akan tetapi langkah dapat diuraikan
lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan bisa berubah sesuai dengan
kondisi klien.
2. Tahap-tahap dalam manajemen kebidanan
Beberapa tahap manajemen kebidanan menurut Varney, 2004 yaitu:
a. Langkah I. Pengumpulandata dasar
Pada langkah ini untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien untuk
memperoleh data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Anamnesa yaitu akan mendapatkan data subjektif dari pasien seperti ibu
mengatakan ingin mendapatkan imunisasi BCG dan polio 1 untuk

22
anaknya, riwayat penyakit lalu, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit keluarga, data imunisasi, data kebutuhan dasar.
2) Pemeriksaan fisik yaitu akan mendapatkan data objektif sesuai dengan
dengan kebutuhan, pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan inspeksi
dan palpasi pada tubuh bayi.
3) Pemeriksaan tanda-tanda vital bayi dalam batas normal, nadi 120 x/menit,
pernapasan 48x/menit, 36,70C.
b. Langkah II. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan idetifikasi dengan benar terhadap diagnosa
atau masalah kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-
data yang telah diperoleh. Data dasar yang sudah terkumpul kemudian
diinterpretasikan selanjutnya dapat dirumuskan diagnosa dan masalah yang
spesifik.
Pada kasus ini didapatkan diagnosa By. U umur 1 bulan dengan imunisasi
BCG dan polio 1.
Data Dasar
Data subjektif: ibu mengatakan ingin mengimunisasikan BCG dan polio 1
pada anaknya.
Data objektif: bayi terlihat sehat dan gerakannya aktif serta tanda-tanda vital
normal.
Masalah: tidak ada
Kebutuhan: tidak ada
c. Langkah III. Identifikasi diagnosa/masalah potensial
Pada langkah ini melakukan identifikasi diagnosa atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya. Masalah potensial atau diagnosa potensial
yang berdasarkan serangkaian masalah atau diagnosa yang sudah
diidentifikasikan. Pada langkah ini dibutuhkan antisipasi bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan bisa
bersiap-siap jika diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada
langkah ini sangat penting dilakukan asuhan yang aman.
Diagnosa/masalah potensial: tidak ada.
23
d. Langkah IV. Tindakan segera/kolaborasi
Pada langkah ini menggambarkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau
melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain
berdasarkan kondisi klien. Pada langkah ini bidan juga harus merumuskan
tindakan kegawatdaruratan untuk menyelamatkan klien, yang mampu
dilakukan secara mandiri dan bersifat rujukan.
Tindakan segera/kolaborasi: tidak ada.
e. Langkah V. Rencana asuhan kebidanan
Berdasarkan langkah-langkah sebelumnya maka dapat dibuat rencana asuhan
yang menyeluruh. Rencana asuhan merupakan lanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi. Rencana asuhan yang dibuat
harus melibatkan klien dan bidan agar dapat melaksanakan dengan efektif
(Jannah: 2012).
Rencana asuhan yang akan dilakukan yaitu beritahu hasil pemeriksaan,
jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi BCG dan polio 1, beri
suntikan vaksin BCG secara IC di lengan atas kanan bayi, anjurkan ibu
untuk menyusui bayinya sesering mungkin dan pemberian ASI Eksklusif
sampai bayi umur 6 bulan.
f. Langkah VI. Implementasi/pelaksanaan asuhan kebidanan
Melaksanakan rencana tindakan secara efisien dan memperhatikan rasa
aman klien. Pelaksanaan asuhan kebidanan dapat dikerjakan secara
keseluruhan oleh bidan atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
(Jannah: 2012).
Implementasi asuhan yang dilakukan yaitu menjelaskan hasil pemeriksaan,
menjelaskan tentang pentingnya imunisasi BCG dan polio 1, memberi
suntikan vaksin BCG dan polio 1, menganjurkan ibu menyusui bayinya
sesering mungkin.
g. Langkah V. Evaluasi kebidanan
Menilai pelaksanaan asuhan yang telah diberikan kepada klien. Bidan harus
dapat mengamati dan mengobservasi terhadap masalah yang dihadapi klien,
24
apakah masalah diatasi seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau mungkin
muncul masalah baru. Pada prinsipnya langkah ini ini adalah mengkaji
kembali terhadap klien untuk menjawab pertanyaan sejauh mana tercapainya
rencana yang dilakukan.
Hasil evaluasi yang diperoleh adalah bayi dalam kondisi sehat dan imunisasi
BCG dan polio 1 telah diberikan.
3. Pendokumentasian asuhan kebidanan
Pendokumentasian yaitu catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan,
klien, keluarga klien, dan tenaga kesehatan lain yang mencatat tentang hasil
pemeriksaan, prosedur, pengobatan pada klien dan pendidikan kepada klien,
serta respon klien terhadap semua kegiatan yang dilakukan. Alur pikir bidan
dalam menghadapi klien meliputi 7 langkah kemudian didokumentasikan dalam
bentuk SOAP, yaitu:
a. S: Subjektif
Menggambarkan hasil pengumpulan data dasar klien yang diperoleh dari
anamnesis sebagai langkah I Varney.
b. O: Objektif
Menggambarkan hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan uji
diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan
sebagai langkah I Varney.
c. A: Assesment
Menggambarkan hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif
dalam suatu identifikasi masalah, terdiri dari:
1) Diagnosis/masalah
2) Antisipasi diagnosis/masalah potensial
3) Tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi kolaborasi dan
merujuk, sebagai langkah 2,3, dan 4 Varney.
d. P: Planning
Menggambarkan dokumentasi rencana, pelaksanaan dan evaluasi
berdasarkan pengkajian langkah 5,6, dan 7 Varney.

25
Pendokumentasian SOAP dilakukan pada asuhan tahap berikutnya dan
evaluasi hari berikutnya.
C. EVIDENCE BASED MIDWIFERY (EBM)
1. Penelitian yang dilakukan Nurida, dkk ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang efek samping imunisasi BCG
dengan sikap ibu tentang imunisasi dasar lengkap. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 48 ibu, sebagian besar ibu yang berpengetahuan
baik sebanyak 26 orang (54,2%) sedangkan yang berpengetahuan kurang
sebanyak 22 orang (45,8%) dan ibu yang memiliki sikap positif sebanyak 27
orang (56,3%), yang memiliki sikap negatif sebesar 21 orang (43,8%). Ada
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap efek samping imunisasi
dengan sikap ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan p value : 0,024 dan
disarankan agar ibu mengimunisasikan bayinya tepat pada waktunya serta
tidak takut akan efek samping dari imunisasi tersabut.
2. Penelitian yang dilakukan Anisca, dkk mengenai hubungan pengetahuan,
sikap, dan persepsi ibu dengan status imunisasi dasar di Wonokusumo.
Penelitian ini dilakukan pada ibu yang memiliki batita dan memiliki KMS di
RW 8 Kelurahan Wonokusumo. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
hubungan pengetahuan, sikap, dan persepsi ibu.

26
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. JUDUL KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. U UMUR 1 BULAN DENGAN IMUNISASI
BCG DAN POLIO 1 DI PUSKESMAS KEMANTANTAHUN 2023

B. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 13 Desember 2023, pukul : 10.00 WIB
Tanggal pengkajian : 13 Desember 2023, pukul : 10.10 WIB

Nama pengkaji : Ossi Afrista

C. MANAJEMEN KEBIDANAN
1. LANGKAH I. PENGKAJIAN DATA DASAR
A) DATA SUBJEKTIF
Identitas Bayi
Nama Bayi : By. U
TTL : 13 November 2023
Umur : 1 bulan
Anak ke : Pertama
Jenis kelamin : Perempuan
Identitas Ibu Identitas ayah
Nama ibu : Ny. U Nama ayah : Tn. Y
Umur : 25 tahun Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Rt 01 Koto Majidin Mudik
No.Hp :-
A. Keluhan utama
Ibu mengatakan ingin mendapatkan imunisasi BCG dan polio 1 untuk bayinya.
Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat.

27
B. Data kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan anaknya tidak sedang mengalami sakit. Mengatakan anaknya
tidak ada menderita penyakit menurun (DM, Asma), penyakit menular (TBC,
Hepatitis).
2) Riwayat penyakit dahulu
Ibu mengatakan bayinya tidak pernah sakit sampai memerlukan penanganan
yang serius.
3) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun
dan penyakit menular.
4) Data Imunisasi
Hepatitis BCG & DPT-Hb- DPT-Hb- DPT-Hb- Campak/MR
B Polio 1 Hib 1 dan Hib 2 dan Hib 3 dan
Polio 2 Polio 3 Polio 4
14-11- Belum belum Belum belum belum
2023

5) Kebutuhan Dasar
a) Pola Makan
Makan/nutrisi : ibu mengatakan anaknya hanya minum
ASI sesering mungkin.
Keluhan : tidak ada
b) Pola Istirahat
Lama tidur : 14-16 jam sehari
Keluhan : tidak ada
c) Personal Hygiene
Mandi : 2 x sehari
Keramas : 3 x seminggu
Ganti pakaian : setiap basah/kotor dan setelah BAB dan
BAK
Keluhan : tidak ada
d) Aktifitas : bayi bergerak aktif
e) eliminasi
Frekuensi BAK : 8-9 x sehari

28
Warna : kuning jernih
Jumlah : 1 popok penuh
Keluhan : tidak ada
Frekuensi BAB : 1-2 x sehari
Warna : kuning kecoklatan
Jumlah : 1 popok penuh
Keluhan : tidak ada

B) DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital : Nadi : 120 x/menit
Suhu : 36,70C
Pernapasan : 48 x/menit
d. BB/PB : 5,3 kg/53 cm
e. LK : 38 cm
2. Pemeriksaan head to too
a. Kepala
Kepala simetris, rambut berwarna hitam dan pertumbuhan merata, keadaan
bersih, lesi tidak ada, oedema tidak ada.
b. Wajah
Wajah simetris, oedema tidak ada.
c. Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, sekret tidak ada, bentuk
simteris, tanda infeksi tidak ada.
d. Hidung
Sekret tidak ada, keadaan bersih, lesi tidak ada.
e. Telinga
Kanan kiri simetris, tidak ada cairan yang keluar dan bersih.
f. Mulut
Sekret tidak ada, lidah bersih, gusi kemerahan, tidak bengkak dan tidak
berdarah, tidak ada stomatitis.

29
g. Leher

Bentuk simteris, massa tidak ada, kekakuan tidak ada, kelenjat tiroid tidak
ada pembesaran.
h. Dada
Bentuk simteris, tipe pernapasan normal, auskultasi suara normal,
pernapasan normal.
i. Abdomen
Bentuk simetris, bekas operasi tidak ada.
j. Genitalia
Oedema tidak ada, secret tidak ada, keluhan tidak ada.
k. Ekstremitas
Oedema tidak ada, kelainan tidak ada, turgor kulit baik.
3. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Pengobatan yang telah didapatkan
Ibu mengatakan bayi belum pernah mendapatkan pengobatan apapun.

2. LANGKAH II. INTERPRETASI DATA DASAR


a. Diagnosa : By. U umur 1 bulan dengan BCG dan polio 1
 Data subjektif
Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan BCG dan polio 1 bayinya. Ibu
mengatakan bayinya umur 1 bulan dan dalam keadaan sehat. Ibu mengatakan
bayinya tidak sedang dalam keadaan sakit.

 Data objektif
KU: Baik, Kesadaran: CM.
TTV: Nadi 120 x/menit, Pernapasan: 48 x/menit, Suhu: 36,70C
BB/PB: 5,3 kg/ 53cm
LK: 35 cm
Bayi tampak sehat dan gerakannya aktif.
Imunisasi yang telah didapatkan Hepatitis B.
Keluhan: tidak ada
b. Masalah : tidak ada
c. Kebutuhan : tidak ada

30
3. LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Tidak ada

4. LANGKAH IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI


Tidak ada

5. LANGKAH V. RENCANA ASUHAN KEBIDANAN


Tanggal/pukul : 13 Desember 2023/10.30 WIB
1) Beritahu ibu tentang keadaan anaknya.
Rasional: setelah mendapat penjelasan mengenai keadaan yang anaknya, maka
ibu akan menjadi kooperatif dalam melaksanakan anjuran dan tindakan yang
diberikan tenaga kesehatan.

2) Jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi BCG dan polio 1 Rasional: dengan
mengetahui pentingnya imunisasi BCG untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
tubercolosis dan Polio 1 untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
3) Siapkan alat vaksin BCG, yaitu:
a) Handscoon steril/DTT 1 pasang
b) Vaksin BCG dan pelarutnya
c) Vaksin Polio 2 dan dropper/pipet
d) Kapas DTT dalam tempatnya
e) Bak instrumen
f) Gergaji ampul
g) Spuit 5 cc untuk mengambil pelarut
h) Auto Disable Syringe (ADS)
i) Bengkok
j) Safety box
k) Tempat sampah
Rasional: dengan melakukan persiapan yang memadai maka asuhan yang
diberikan akan lebih efektif dan efisien.
4) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan kemudian dilap dengan
handuk bersih dan kering atau tisu dan menggunakan sarung tangan steril.
Rasional: dengan mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan mencegah
terjadinya infeksi silang.

31
5) Berikan vaksin polio dengan meneteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam
lidah jangan sampai alat tetes (dropper) menyentuh bayi.
Rasional: dengan pemberian vaksin yang sesuai prosedur maka akan memberikan
efek terapi yang tepat.
6) Suntikkan vaksin BCG pada bayi secara IC di lengan kanan atas bayi.
Rasional: dengan pemberian vaksin yang sesuai prosedur maka akan memberikan
efek terapi yang tepat.
7) Jelaskan kepada ibu tentang efek samping vaksin BCG dan polio.
Rasional: dengan menjelaskan tentang efek samping 2-6 minggu setelah
imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul bisul kecil (papula) yang semakin
membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian
menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2-10
mm. Setelah dijelaskan efek samping suntik BCG maka ibu tidak panik.
8) Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI pada bayinya sesering mungkin dan
berikan ASI Eksklusif.
Rasional: ASI merupakan sumber gizi buat bayi untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi bayi.
9) Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 bulan lagi untuk mendapatkan imunisasi
DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2 pada bayinya.
Rasional: dengan mendapat penjelasan maka ibu akan mengikuti jadwal yang
telah tetapkan.
10) Anjurkan ibu datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.
Rasional: apabila keluhan masih ringan dapat teratasi dengan baik maka akan
mengurangi angka kesakitan bahkan kematian.
11) Lakukan pendokumentasian
Rasional: pencatatan yang baik dapat menjadi pegangan petugas jika terjadi
sesuatu pada pasien.

6. LANGKAH VI. IMPLEMENTASI ASUHAN KEBIDANAN


Tanggal/Pukul: 13 Desember 2023/10.40 WIB
1) Memberitahu ibu tentang keadaan anaknya.
2) Menjelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi BCG dan polio 1
3) Menyiapkan alat vaksin BCG dan Polio

32
4) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan kemudian dilap
dengan handuk bersih dan kering atau tisu dan menggunakan sarung tangan steril.
5) Memberi vaksin polio dengan meneteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam
lidah jangan sampai alat tetes (dropper) menyentuh bayi.
6) Menyuntikkan vaksin BCG pada bayi secara IC di lengan kanan atas bayi.
7) Menjelaskan kepada ibu tentang efek samping vaksin BCG dan polio 1.
8) Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI pada bayinya sesering mungkin
dan berikan ASI Eksklusif.
9) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 bulan lagi untuk mendapatkan
imunisasi DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2 pada bayinya.
10) Menganjurkan ibu datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.
11) Melakukan pendokumentasian

7. LANGKAH V. EVALUASI HASIL ASUHAN KEBIDANAN


Tanggal/Pukul: 13 Desember 2023/11.00 WIB
1) Ibu telah mengetahui kondisi anaknya sekarang.
2) Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
3) Alat sudah tersedia dan siap digunakan.
4) Cuci tangan sudah dilakukan dan sarung tangan sudah dipakai.
5) Vaksin polio 1 sudah diteteskan ke mulut bayi sebanyak 2 tetes.
6) Vaksin BCG sudah disuntikkan di lengan kanan atas bayi secara IC.
7) Ibu mengerti dengan efek samping dari imunisasi BCG dan polio 1 di Puskesmas
KemantanTahun 2023.
8) Ibu bersedia memberikan ASI ke bayinya sesering mungkin dan beri ASI
eksklusif.
9) Ibu bersedia untuk datang 1 bulan lagi untuk mendapatkan imunisasi DPT-HB-
Hib pada bayinya.
10) Ibu bersedia datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.
11) Pendokumentasian telah dilakukan.

33
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisis Kasus
Pembahasan merupakan bagian dari laporan kasus yang membahas tentang kendala
atau hambatan selama melakukan Asuhan Kebidanan pada klien. Kendala tersebut
menyangkut kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Dengan adanya
kesenjangan tersebut dapat dilakukan asuhan kebidanan.
Keberhasilan program imunisasi dapat memberikan cakupan imunisasi yang tinggi
dan memelihara imunitas yang ada di masyarakat, namun cakupan imunisasi dasar
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain sikap petugas, lokasi imunisasi, kehadiran
petugas, usia ibu, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan keluarga per bulan,
kepercayaan terhadap dampak buruk pemberian imunisasi, status pekerjaan ibu, tradisi
keluarga, tingkat pengetahuan ibu, dan dukungan keluarga (Bernsen, 2011; Rahmawati,
2014).
Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa, capaian Imunisasi Dasar Lengkap
(IDL) pada tahun 2016 sebesar 91,58%. Capaian ini lebih besar dari capaian tahun 2015
sebesar 86,54%. Angka ini mencapai target Renstra tahun 2016 sebesar 91,5% (Kemenkes,
2016). Cakupan imunisasi dasar lengkap di Jawa Timur yaitu cakupan Bayi Laki-Laki dan
Perempuan yang di imunisasi DPT--HB3// DPT--HB-- Hiib3 sebanyak 553.848 bayi (97 %)
belum memenuhi target, bayi yang diimunisasi polio 4 sebanyak 544.529 bayi (95,34%),
diimunisasi campak sebanyak 556.307 bayi (97,40 %) sedangkan bayi yang telah
diimunisasi dasar lengkap (IDL) berjumlah 561.744 bayi (98,36 %). Target Imunisasi Dasar
Lengkap (IDL) Provinsi Jawa Timur 2016 adalah 91,5 %, dari 38 Kabupaten/Kota yang
IDLnya telah melampaui 91,5 % berjumlah 34 Kabupaten.
Hal tersebut sudah dapat tercapai dengan keterangan yaitu pada imunisasi DPT-HB3/
DPT-HB-HIIB3 telah mencapai 97% bayi laki-laki dan perempuan, selain itu untuk
imunisasi Polio4 juga sudah mencapai 95,34%, imunisasi campak sebesar 97,4%, serta
pencapaian imunisasi dasar lengkap telah mencapai 98,36% (Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur, 2016). Cakupan imunisasi dasar lengkap di Kota Surabaya tahun 2016 sebesar
94,72 % yang meliputi imunisasi Hepatitis < 7 hari sebesar 86,15%, BCG sebesar 91,68%,
imunisasi DPT3+HB3 sebesar 91,70%, imunisasi Polio 4 sebesar 91,27%, dan imunisasi
Campak sebesar 92,74% (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2016). Data dari Puskesmas
Wonokusumo, diketahui bahwa hasil cakupan imunisasi bayi di wilayah Puskesmas
34
Wonokusumo tahun 2016 belum memenuhi target, yaitu BCG sebesar 64,87%, DPT1+HB1
sebesar 84,30%, DPT3+HB3 sebesar 69,37%, Polio 3 sebesar 69,4%, dan campak sebesar
70,79%.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi By. U umur 1 bulan dengan
riwayat imunisasi BCG dan polio 1 di ruang MTBS Puskesmas Kemantan. Penulis akan
membahas tentang kesenjangan yang terdapat dalam tinjauan teori dengan kenyataan
yang penulis temukan sejak melakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial,
antisipasi, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, penulis uraikan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Data subyektif pada bayi By. U dengan imunisasi BCG dan polio 1 bahwa ibu
mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya dan ibu mengatakan anaknya tidak
sedang sakit. Data obyektif pada By. U dengan imunisasi BCG dan polio 1 terlihat
sehat dan gerakannya aktif serta tanda-tanda vital normal. Berdasarkan data yang
diperoleh pada kasus By. U dengan imunisasi BCG dan polio 1 didapatkan data By.
U berumur 1 bulan dengan imunisasi BCG dan polio 1 keadaan umumnya baik. Pada
langkah pengkajian ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek di
lapangan.
2. Interpretasi Data
Data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menurut diagnosa kebidanan.
Pada kasus ini interpretasi data meliputi masalah dan kebutuhan. Pada By. U umur 1
bulan dengan imunisasi BCG dan polio 1 adapun masalah yang dihadapi klien tidak
ada, sehingga kebutuhan pada kasus ini adalah juga tidak ada, sehingga pada
langkah interpretasi data ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan
praktek di lapangan.
3. Diagnosa Potensial
Setelah dilakukan asuhan kebidanan yang tepat dan cermat serta didukung
kerjasama yang baik oleh keluarga pasien dan pasien sendiri maka pada kasus By.U
umur 1 bulan dengan imunisasi BCG dan polio 1 tidak muncul demam ringan,
infeksi ringan pada saluran nafas dan diare karena antisipasi yang tepat. Berdasarkan
data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek.

4. Antisipasi
Pada kasus By. U umur 1 bulan dengan imunisasi BCG dan polio 1 antisipasi

35
tidak dilakukan, oleh karena itu tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan
praktek di lapangan.
5. Perencanaan
Pada bayi By. U dengan riwayat imunisasi BCG dan polio 1 perencanaan yang
akan dilaksanakan yaitu:
1. Beritahu kepada ibu tentang keadan anaknya
2. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi BCG dan polio 1
3. Beritahu ibu tentang efek samping yang mungkin terjadi setelah imunisasi BCG
dan polio 1
4. Siapkan alat vaksin BCG dan polio 1
5. Suntikkan vaksin BCG dan polio 1 pada balita
6. Berikan vaksin campak BCG dan polio 1 dengan dosis 0,05 ml
7. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi
8. Beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai
9. Anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek dalam hal pemberian terapi.
6. Pelaksanaan
Pada langkah pelaksanaan ini telah dilakukan dan dikerjakan sesuai dengan
rencana asuhan yang telah dibuat dan adanya dukungan dari keluarga. Pada kasus
ini peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam
menetapkan pelaksanaan secara menyeluruh.
7. Evaluasi
1) Pada By. U dengan riwayat imunisasi BCG dan polio 1 setelah dilakukan asuhan
didapatkan evaluasi yaitu Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan.
2) Ibu sudah mengerti tentang manfaat imunisasi.
3) Ibu sudah mengerti tentang efek samping yang mungkin terjadi serta cara
mengatasinya.

4) Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.

Berdasarkan analisa kasus dan beberapa jurnal penelitian tidak ditemukan


kesenjangan teori dengan praktek bahwa imunisasi belum sepenuhnya memenuhi target

36
34
BAB V
PENUTUPAN

Setelah mempelajari teori dan pengalaman langsung yang diperoleh dari lahan praktik
melalui kasus By. U umur 1 bulan dengan imunisasi BCG dan polio 1 di Puskesmas
Kemantan, maka di BAB ini penulis menarik kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
1. Telah dilaksanakan pengumpulan data dasar pada by. U umur 1 bulan dengan
imunisasi BCG dan polio 1 di Puskesmas Kemantan, data bayi berumur 1 bulan
dengan keadaan umum baik dan tidak sedang menderita suatu penyakit, nadi 120
x/menit, suhu 36,70C dan pernapasan 48 x/menit.
2. Telah dilakukan interpretasi data dasar pada by. U umur 1 bulan di diperoleh
diagnosa kebidanan by. U umur 1 bulan dengan imunisasi BCG dan polio 1,
tidak ditemukan masalah yang muncul, jadi tidak ada kebutuhan diberikan pada
klien.
3. Telah dilakukan identifikasi diagnosa atau masalah potensial pada kasus by. U
umur 1 bulan dengan imunisasi BCG dan polio 1 di Puskesmas KemantanTahun
2023 di Puskesmas Kemantan, tidak muncul karena pada kasus ini tidak muncul
kegawat daruratan.
4. Telah ditetapkan tindakan segera atau kolaborasi dalam asuhan kebidanan pada
by. U umur 1 bulan dengan imunisasi BCG dan polio 1di Puskesmas Kemantan,
pada kasus ini tidak terdapat antisipasi, karena tidak ditemukan adanya diagnosa
potensial.
5. Telah disusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada by. U umur 1 bulan
dengan imunisasi BCG dan polio 1 di Puskesmas Kemantan dengan hasil
merencanakan asuhan berdasarkan diagnose kebidanan, masalah dan kebutuhan.
6. Telah dilaksanakan tindaka nasuhan yang telah direncanakan pada by. U umur 1
bulan dengan imunisasi BCG dan polio 1 di Puskesmas Kemantan dengan semua
tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik
dengan tidak ada hambatan.
7. Telah dilakukan evaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada by. U umur
1 bulan dengan imunisasi BCG dan polio 1 di Puskesmas Kemantan dengan bayi
telah diberi imunisasi vaksin BCG dan polio 1 dan bayi dalam keadaan sehat.

38
B. Saran
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan kasus, maka penulis memberikan sedikit
masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat.
1. Untuk lahan praktik

Dapat dijadikan sebagain acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan


kebidanan dalam memberikan imunisasi BCG dan polio 1.
2. Untuk instistusi pendidikan
Dapat dijadikan sebagai acuan bagi institusi pendidikan dan dijadikan studi
banding untuk penelitian selanjutnya tentang imunisasi BCG dan polio 1.
3. Untuk penulis
Dapat digunakan untuk meningkatkan pola pikir ilmiah dalam memberikan
asuhan kebidanan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Anisca, dkk. (2019). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Presepsi Ibu dengan Status Imunisasi
Dasar di Wonokusumo. Jurnal Promkes
Budi S, Endang dan Sajekti, Sih. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi
dan Balita. Surabaya: Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya.
Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. 2018. Profil Kesehatan 2018. Jambi: Dinkes Provinsi Jambi.
http://kemkes.go.id, diakses 2 Desember 2020.
El Sinta B, Lusiana. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan Balita.
Sidoarjo: Indomedia Pustaka.
Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Andi Offset.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak Di tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Kemenkes RI.
http://www.kemkes.go.id, diakses 2 Desember 2020.
Nurida, dkk.(2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Efek Samping Imunisasi
BCG dengan Sikap Ibu Tentang Imunisasi Dasar Lengkap di Puskesmas Ngesrep
Semarang. Jurnal Unismus.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG EFEK SAMPING IMUNISASI
BCG DENGAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DASAR LENGKAP DI PUSKESMAS
NGESREP SEMARANG

Nurida Ulin Ni’mah*), Herry Suswanti Djarot*), Dwi Wahyuni*)


*)
Program Studi Diploma III Kebidanan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang

Email : b1d4n_unimus06@yahoo.co.id

Abstrak

Imunisasi merupakan pemberian vaksin dengan tujuan agar dapat terlindungi dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Tapi imunisasi sering diikuti terjadinya efek samping imunisasi yaitu gejala yang sering atau
kadang- kadang menyertai imunisasi. Hal tersebut yang menyebabkan orang tua tidak mau mengimunisasikan
anaknya. Cakupan imunisasi di Puskesmas Ngesrep dengan persentasi HB0 82%, BCG 82,8%, polio-1 83,4%, DPT-
HB1 82,8%, polio-2 82,8%, DPT-HB2 82,5%, polio-3 82,8%, DPT-HB3 82,7%, polio-4 83,8%, campak 83,6% dengan
akumulai nyang kurang dari 100%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu
tentang efek samping imunisasi BCG dengan sikap ibu tentang imunisasi dasar lengkap.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik korelasi dengan menggunakan desain cross sectional.
Jumlah populasi sebanyak 54 ibu yang memiliki bayi 2-12 bulan, dan besar sampel sebesar 48. Teknik sampling yang
digunakan adalah Probability Sampling yaitu simple random sampling. Proses pengambilan data menggunakan
kuesioner. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan uji Chi Kuadrat . Dari 48 ibu menunjukkan bahwa
sebagian besar ibu yang berpengetahuan baik sebanyak 26 orang (54,2%) sedangkan yang berpengetahuan kurang
sebanyak 22 orang (45,8%) dan ibu yang memiliki sikap positif sebanyak 27 orang (56,3%), yang memiliki sikap
negatif sebesar 21 orang (43,8%). Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap efek samping imunisasi
dengan sikap ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan p value : 0,024 dan disarankan agar ibu mengimunisasikan
bayinya tepat pada waktunya serta tidak takut akan efek samping dari imunisasi tersabut.

Abstract

Immunization is giving vaccine to be protected from diseases that can be prevented by immunization. But
immunization is often followed by the occurrence of side effects that is immune symptoms often or sometimes participate
in immunization. This is what is causing the elderly do not want to immunize children. Immunization coverage in
Puskesmas Ngesrep with HB0 percentage 82%, 82.8% BCG, polio-1 83.4%, 82.8% HB1-DPT, polio-2 82.8%, 82.5%
HB2-DPT, polio -3 82.8%, DPT-HB3 82.7%, 83.8% 4th polio 83.6%, with less than 100%. This study aimed to
determine the correlation level knowledge on the adverse effects of BCG vaccination with the parental attitude of
complete immunization policy.
This study uses different types of correlation analytic studies using cross-sectional design. Total population of 54
mothers of 2-12 months, and a large sample size of 48. Sampling technique used is Probability Sampling that is simple
random sampling. The process of data acquisition using a questionnaire. Data analysis using frequency distribution
and Chi Quadrat test. Of the 48 mothers showed that most of the capital that is knowledgeable of the 26 (54.2%),
whereas less knowledgeable of 22 people (45.8%) and mothers who have a positive attitude by 27 people (56.3%) ,
which has a negative attitude of 21 people (43.8%). There is a correlation between the level of knowledge mother side
effects attitudes towards immunization with complete immunization policy with the p value: 0.024 and recommended
that parents immunize her baby in a timely manner and are not afraid of the side effects of vaccination.

Keywords: attitudes, knowledge, immunization

http:jurnal.unimus.ac.id
PENDAHULUAN Pencegahan terhadap penyakit dengan
imunisasi harus dilaksanakan secara lengkap
mulai dari Bacillus Calmette Guerin (BCG),
Imunisasi atau vaksin merupakan salah
polio, hepatitis B, Difteri Pertusis Tetanus
satu cara yang dilakukan untuk memberikan
(DPT), campak dan harus diberikan tepat
kekebalan pada bayi, anak dan balita dalam
waktu pada anak. Pemberian yang tidak
keadaan sehat. Secara alamiah tubuh juga
lengkap dan tidak tepat waktu tidak
memiliki pertahanan terhadap berbagai
memberikan hasil yang optimal pada
kuman yang masuk9. Pada kenyataannya
pencegahan terhadap penyakit. Masalah
memang banyak penyakit infeksi yang dapat
kematian bayi di Indonesia yang masih tinggi
dicegah dengan imunisasi. Imunisasi masih
merupakan fokus utama pemecahan masalah
berperan penting dalam melindungi anak
kesehatan di Indonesia. Menurut Profil
melawan penyakit. Oleh karena itu
Kesehatan Jawa tengah tahun 2009 sebesar
pemerintah juga mewajibkan para ibu untuk
10,25/1000 kelahiran hidup, meningkat bila
melakukan imunisasi bagi bayinya dengan
dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar
tujuan mengurangi penyakit tertentu. Orang
9,17/1000 kelahiran hidup. Angka kematian
tua perlu diberitahu bahwa setelah imunisasi
bayi tertinggi adalah dikota Semarang sebesar
dapat timbul reaksi lokal ditempat
18,59/1000 kelahiran hidup, sedang terendah
penyuntikan atau reaksi umum berupa
adalah di Kabupaten Demak sebesar
keluhan atau gejala tertentu, tergantung dari
4,42/1000 kelahiran hidup. (Dinkes. 2009).
jenis vaksinnya. Efek samping dari imunisasi
Upaya untuk menurunkan angka
umumnya terjadi karena potensi dari vaksin
kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi serta
itu sendiri. (Ranuh, I.G.N, dkk. 2008).
anak balita dilaksanakan program imunisasi.
Masih banyak orang tua yang tidak rutin
Tujuan penelitian ini adalah untuk
melakukan imunisasi terhadap bayinya karena
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
takut akan efek samping dari imunisasi
ibu tentang efek samping imunisasi BCG
tersebut. Pesan yang perlu disampaikan
dengan sikap ibu tentang imunisasi dasar
kepada orang tua yaitu: manfaat dari vaksin
lengkap. Hal ini dilakukan dalam rangka
yang diberikan, tanggal imunisasi dan
untuk menentukan adakah hubungan
pentingnya Kartu Menuju Sehat (KMS)
pengetahuan ibu dengan sikap ibu tentang
disimpan secara aman dan selalu dibawa pada
imunisasi.
saat imunisasi. Akibat ringan yang dialami
setelah diberi imunisasi dan cara mengatasi
METODE PENELITIAN
serta orang tua tidak perlu khawatir. Minimal
lima kali kontak untuk menyelesaikan vaksin Jenis penelitian ini merupakan penelitian
sebelum hari ulang tahun 1 tahun. Walaupun korelasi analitik, rancangan penelitian yang
bayi sakit atau panas ringan karena efek dipakai adalah potong lintang (Cross
samping dari imunisasi, vaksin aman dan sectional) yaitu penelitian untuk mempelajari
perlu diberikan. (Depkes., 2006). dinamika kolerasi antara faktor-faktor risiko
Salah satu penyebab tingginya angka dengan efek, dengan cara pendekatan,
kematian bayi (AKB) adalah karena penyakit observasi atau pengumpulan data sekaligus
yang dapat dicegah dengan imunisasi. pada waktu yang sama15. Penelitian ini
Imunisasi adalah pencegahan penyakit dilakukan di Puskesmas Ngesrep yang terdiri
terhadap infeksi yang mutlak harus dilakukan dari 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Ngesrep,
pada bayi sedini mungkin, guna Kelurahan Sumurboto, Kelurahan Tinjomoyo.
mempertahankan kualitas hidupnya. Dari ketiga Kelurahan itu diperoleh 48 sampel

http:jurnal.unimus.ac.id
dengan menggunakan metode survey dengan syarat dalam populasi yang terdiri
(wawancara dan angket) dengan
menggunakan kuesioner sebagai instrumen atas dua atau lebih variabel dimana data
pengumpulan data. berbentuk kategorik dan berdistribusi normal.
Penelitian ini menggunakan variabel- Rumus dasar Chi Kuadrat :
variabel yang dikategorikan dan disusun
berdasarkan kerangka teori, yang didasarkan
pada perilaku manusia dipengaruhi oleh 3
faktor yaitu faktor predisposisi, faktor Keterangan :
pendukung, faktor pendorong. Faktor = Chi Kuadrat
predisposisi (predisposing factor) terdiri dari = Frekuensi yang diobservasi
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
nilai-nilai. Faktor pendukung (enabling = Frekuensi yang diharapkan
factor) yang terdiri dari lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan
sarana. Faktor pendorong (reinforcing factor) HASIL DAN PEMBAHASAN
yang terdiri dari sikap dan perilaku petugas
kesehatan, tokoh agama serta tokoh Puskesmas Ngesrep terletak di wilayah
masyarakat. Kecamatan Banyumanik, dengan luas wilayah
6.23 km2 yang terdiri dari dataran tinggi
Dari variabel dependen yaitu sikap, dengan keadaan demografi yang mempunyai
merupakan reaksi atau respons yang masih ciri khusus yaitu daerah perbukitan dengan
tertutup dari seseorang terhadap suatu ketinggian 300 m diatas permukaan laut.
stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak Terdiri dari tiga Kelurahan yaitu Kelurahan
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat Ngesrep, Kelurahan Sumurboto dan
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang Kelurahan Tinjomoyo.
tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan Analisa univariat menunjukkan bahwa
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap pengetahuan baik sebanyak 26 responden,
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sedangkan yang berpengetahuan kurang
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat sebanyak 22 responden yang ditunjukkan
emosional terhadap stimulus sosial. pada Tabel 1.
Newcomb, salah seorang ahli psikologis
sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan Tabel 1. distribusi variabel pengetahuan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Pengetahuan Persentase (%)
(Kurniawati, Richa.2009). Frekuensi
Baik 26 54.2
Cukup 0 0
Analisis univariat dilakukan untuk Kurang 22 45.8
menjelaskan atau mendeskripsikan Total 48 100.0
karakteristik setiap variabel penelitian,
diantaranya variabel bebas (pengetahuan) Analisa univariat menunjukkan pula
dan variabel terikat (sikap terhadap bahwa sikap positif sebanyak 27 responden
imunisasi dasar lengkap). Data yang dan sikap negatif responden sebanyak 21
diperoleh akan ditampilkan dalam bentuk orang yang ditunjukkan pada Tabel 2.
tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat Tabel 2. distribusi variabel sikap
dilakukan terhadap dua variabel untuk Persentase
mencari adanya hubungan dan hipotesis Sikap Frekuensi
(%)
antara 2 variabel menggunakan chi kuadrat Positif 27 56.3

http:jurnal.unimus.ac.id
Negatif 21 43.8
responden (26,0%), sedangkan responden
Total 48 100.0
yang mempunyai pengetahuan kurang adalah
sebanyak 22 responden (22,0%).
Analisa bivariat ini digunakan untuk
Kedua, Sikap merupakan reaksi atau
menguji ada tidaknya hubungan tingkat
respons yang masih tertutup dari seseorang
pengetahuan ibu tentang efek samping
terhadap suatu stimulus atau objek.
imunisasi BCG dengan sikap ibu tentang
Manifestasi sikap tidak dapat langsung
imunisasi dasar lengkap di Puskesmas
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
Ngesrep. Uji statistik yang digunakan adalah
dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
uji Chi square. Hasil pengujian hubungan
adalah suatu predisposisi yang dipelajari
kedua variabel tersebut dijelaskan pada Tabel
untuk merespon secara konsisten, baik positif
3.
Tabel 3. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
maupun negatif terhadap suatu objek. Hasil
efek samping imunisasi BCG dengan sikap ibu tentang analisa yang diperoleh dari 48 responden
imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Ngesrep yang mempunyai sikap positif sebesar 27
responden (27,0%), sedangkan yang
Kategori Kategor i sikap P mempunyai sikap negatif sebanyak 21
pengetah Neg % Pos % Total %
value responden (21,0%). Hal ini ditunjukkan
uan atif itif
Baik 7 11,4 19 14,6 26 26,0 bahwa ternyata tingkat pengetahuan baik
selalu diikuti sikap yang positif.
Cukup 0 0 0 0 0 0
Kurang 14 9,6 8 12,4 22 22,0 0,024 KESIMPULAN
Jumlah 21 21,0 27 27,0 48 48,0
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
pada 48 ibu didapatkan sebanyak 26
Berdasarkan uji statistik perhitungan responden 954,2%) berpengetahuan baik
Continuity Corection diperoleh nilai sig two tentang efek samping imunisasi. Sedangkan
tail (p) = 0,024. Nilai p value yang lebih kecil pada sikap sebanyak 27 (56.3%) ibu atau
dari 0,05 menunjukkan bahwa hipotesis responden memiliki sikap yang
diterima yang menyatakan ada hubungan setuju/mendukung terhadap imunisasi dasar
antara tingkat pengetahuan ibu tentang efek lengkap.
samping imunisasi BCG dengan sikap ibu Hasil analisis dari kedua variabel
tentang imunisasi dasar lengkap. menyatakan Ada hubungan antara tingkat
Secara keseluruhan, penelitian ini pengetahuan ibu terhadap efek samping
menunjukkan bahwa Ada hubungan antara imunisasi dengan sikap ibu tentang imunisasi
tingkat pengetahuan ibu terhadap efek dasar lengkap dengan p value : 0,024.
samping imunisasi dengan sikap ibu tentang
imunisasi dasar lengkap dengan p value : DAFTAR PUSTAKA
0,024.
Pertama, Pengetahuan merupakan domain Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian
yang sangat penting untuk terbentuknya suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka
tindakan seseorang. Dari pengalaman cipta.
penelitian ternyata perilaku yang didasarkan Azwar, Saifuddin. 2007. Metode penelitian.
Yogyakarta :Pustaka pelajar.
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap manusia teori dan
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengukurannya. Yogyakarta :Pustaka
pengetahuan. Hasil analisis tingkat pelajar.
pengetahuan diperoleh hasil bahwa responden Depkes. 2010. Profil Kesehatan Kabupaten
dengan pengetahuan baik sebesar 26 Semarang.

http:jurnal.unimus.ac.id
Dinkes. 2009. Profil Kesehatan 2009 Provinsi
Jawa tengah.
Depkes., 2006. Modul Materi Dasar I Kebijakan
Program imunisasi. Direktorat jenderal PP
& PL dan Pusdiklat SDM kesehatan.
Depkes. 2007. Standart Pelayanan minimal
Provinsi Jawa tengah. Jakarta: SPM.

Fery, Anjarsari Y.2010. hubungan pengetahuan


dan sikap ibu dalam pemberian imunisasi
dasar lengkap pada bayi usia 9-12 bulan.
Hardinegoro, Sri Rezeki S. 2008. Pedoman
Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Satgas
imunisasi-IDAI.
Hidayat, A. Aziz Alimut. 2008. Pengantar Ilmu
Kesehatan Anak untuk pendidikan
kebidaan.Jakarta : Salemba medika.
Hidayat, A. Aziz Alimut. 2007. Metode penelitian
kebidanan & teknik analisis data. Jakarta :
Salemba medika.
Kurniawati, Richa. 2009. hubungan tingkat
pengetahuan dan sikap ibu terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada balita
usia 1-2 tahun di BPS Syarifah Jl. Raya
Bandung Rejo Kecamatan Mranggen
Kabupaten Demak.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku
kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi kesehatan
dan ilmu perilaku. Jakarta : PT. Asdi
Mahasatya.
Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Proverawati, Atikah & Citra Setyo D.A.2010.
imunisasi dan vaksinasi. Jogjakarta : Nuha
Offset.
Ranuh, I.G.N, dkk. 2008. Pedoman Imunisasi di
Indonesia. Jakarta : Satgas imunisasi IDAI.
Riyanto, agus. 2010. Pengolahan dan analisis
data kesehatan. Yogyakarta : Nuha medika.
Siswati, Endang.2006.Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Efek Samping Imunisasi Pada
Balita Di Kelurahan Sumber Sari Malang.
Syaifuddin A. A. 2008. Tips Merawat Kesehatan
Anak. Jogyakarta : Media Ilmu.
Sugiono. 2007. Metode penelitian kuantitatif,
kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Wawan A & Dewi M. 2010.teori & pengukuran
Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia.
Jogjakarta :Nuha Medika

http:jurnal.unimus.ac.id
Tri Anisca Dillyana dan Ira Nurmala
Tri Anisca Dillyana dan Ira Nurmala. Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 67-77
68–78 67
Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
doi:
Vol. 7 10.20473/jpk.V7.I1.2019.68-78 67-77
No. 1 (2019) 67-77 doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.67-77

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERSEPSI IBU DENGAN


STATUS IMUNISASI DASAR DI WONOKUSUMO

CORRELATION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND MOTHER


PERCEPTION WITH BASIC IMMUNIZATION STATUS IN WONOKUSUMO

Tri Anisca Dillyana1), Ira Nurmala2)


1 Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Airlangga Surabaya
2 Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Airlangga Surabaya
E-mail: tri.anisca.dillyana-2016@fkm.unair.ac.id

ABSTRACT
Background: Basic immunization is the first immunization that should be given to
everyone, especially infants and children from birth to protect lifes from dangerous
diseases. The immunization program in Indonesia requires every infant (0–11 months) to
receive complete basic immunization consist of 1 dose of Hepatitis B, 1 dose of BCG, 3
doses of DPT-HB-Hib, 4 doses of polio, and 1 dose of measles. Basic Immunization in RW 8
Wonokusumo Urban Village in 2017 has not reached the target. Only 73 infants (67%) of
108 have received complete basic immunization which the target of Puskesmas is 95%.
This study aims to know the correlation of knowledge, attitude and mother perception
with the basic immunization status in Wonokusumo. This study is an observational
analytic research with quantitative approach. The study was cross sectional with a sample
of 39 respondents. The sampling technique used is purposive sampling. Respondents in
this study are mothers who have children under three and have KMS in RW 8 Wonokusumo
Urban Village. Primary data collection techniques obtained from questionnaires while
secondary data obtained from Wonokusumo Puskesmas and Surabaya City Health Office
reports .The result of bivariate statistic test shows that there is correlation between
knowledge, attitude, and mother perception with the immunization status of children
under three with p = 0.001 (p < 0.05). Conclusion: There is correlation between
knowledge, attitude, and mother perception with the basic immunization status in RW 8,
Wonokusumo Village.

Keywords: knowledge, attitude, perception, basic immunization status

ABSTRAK
Latar Belakang: Imunisasi dasar merupakan imunisasi yang wajib diberikan pada bayi dan
anak sejak lahir agar tubuhnya terlindung dari penyakit-penyakit yang berbahaya. Program
imunisasi di Indonesia mewajibkan imunisasi dasar lengkap bagi setiap bayi (usia 0–11
bulan) yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-Hib, 4 dosis polio,
dan 1 dosis campak. Imunisasi dasar lengkap di RW VIII Kelurahan Wonokusumo pada tahun
2017 belum mencapai target yaitu dari 108 hanya 73 bayi (67,6%) yang telah mendapatkan
imunisasi dasar lengkap, dimana target Puskesmas adalah 95%. Tujuan: Tujuan penelitian
untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan persepsi ibu dengan status imunisasi
dasar di Wonokusumo. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik
dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini termasuk cross sectional dengan sampel 39
responden. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Responden dalam
penelitian ini yaitu ibu yang memiliki batita dan memiliki KMS di RW 8 Kelurahan
Wonokusumo. Teknik pengumpulan data primer diperoleh dari kuesioner sedangkan data
sekunder diperoleh dari laporan Puskemas Wonokusumo dan Dinas Kesehatan Kota
Surabaya. Hasil: Hasil penelitian uji statistik bivariat menunjukkan terdapat hubungan
pengetahuan, sikap, dan persepsi ibu

Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
© 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License
Jurnal Promkes

Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019


68 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 67-77. 67-77
68–78. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.68–78

dengan status imunisasi batita dengan p = 0,001 (p < 0,05). Kesimpulan: Terdapat
hubungan antara pengetahuan, sikap, dan persepsi ibu dengan status imunisasi dasar di RW
8 Kelurahan Wonokusumo.
Kata Kunci: pengetahuan, sikap, persepsi, status imunisasi dasar

PENDAHULUAN
Undang-Undang Kesehatan Nomor 36
Kesehatan merupakan salah satu hal Tahun 2009. Penyelenggaraan imunisasi
yang penting dalam kehidupan. Setiap tertuang dalam Peraturan Menteri
orang menginginkan dirinya selalu sehat, Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013.
sehingga bisa hidup secara mandiri dan Semua orang, terutama bayi dan anak
produktif. Manusia yang sehat tidak hanya wajib diberi imunisasi dasar sejak lahir
dilihat dari segi jasmani, tetapi juga sehat untuk melindungi tubuhnya dari berbagai
rohani. (Azwar, 2004; Wenjiong, 2011). penyakit (Maryunami, 2010). Setiap bayi
Menurut Keputusan Menteri (usia 0–11 bulan) wajib mendapatkan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari
Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Hepatitis B, BCG, DPT-HB-Hib, polio,
Imunisasi dijelaskan bahwa di Indonesia dan campak. Awal mula terjadinya
saat ini sedang menghadapi dua suatu penyakit berasal dari virus atau
permasalahan kesehatan yang menjadi bakteri yang menyerang tubuh manusia.
beban ganda (double burden) yakni Benda asing yang masuk ke dalam tubuh
terkait munculnya penyakit menular dan dikategorikan sebagai agent yang tidak
tidak menular (penyakit degeneratif). dikenal tubuh, sehingga sistem kekebalan
Penyakit menular sulit untuk diatasi atau tubuh akan membuat antibodi untuk
diberantas karena penyebarannya tidak menyerang antigen yang masuk ke dalam
mengenal batas wilayah administrasi, tubuh tersebut. Imunisasi salah satu
sehingga perlu disediakan vaksin yang langkah yang diberikan agar terbentuk
dapat mencegah penyakit menular sistem kekebalan tubuh terhadap paparan
tertentu. dari penyakit (Ranuh, et al., 2008).
Imunisasi merupakan salah satu Imunisasi yang dapat menimbulkan
intervensi kesehatan yang terbukti paling kekebalan aktif terhadap penyakit
cost-effective (murah), karena dapat paru-paru yang sangat menular atau
mencegah dan mengurangi kejadian tuberkulosis (TBC) yaitu imunisasi BCG
kesakitan, kecacatan, dan kematian (Maryunani, 2010). Pemberian vaksin BCG
akibat PD3I yang diperkirakan 2 hingga 3 (Bacille Calmette Guerrin) dilakukan
juta kematian tiap tahunnya. Kekebalan satu kali pemberian pada anak usia 0-1
yang didapatkan seseorang melalui bulan. Efek samping BCG dimana terdapat
imunisasi merupakan kekebalan aktif, benjolan merah selama seminggu setelah
sehingga apabila terpapar suatu penyakit melakukan vaksinasi BCG. Imunisasi
tertentu maka hanya akan mengalami Hepatitis B diberikan untuk melindungi
sakit ringan dan tidak sampai sakit. tubuh dari infeksi hati pada anak-anak
Penyakit menular seperti TBC, Difteri, yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.
Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Imunisasi minimal diberikan sebanyak 3
Polio, radang selaput otak, dan radang kali. Pemberian pertama kali pada saat
paru-paru merupakan beberapa penyakit segera setelah lahir, selanjutnya diberikan
yang termasuk ke dalam Penyakit yang lagi dengan jarak minimal 1 bulan dan
Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). yang ketiga merupakan booster yaitu pada
Imunisasi akan memberikan usia 3 sampai 6 bulan (Depkes RI, 2006).
perlindungan bagi anak terhadap Imunisasi DPT dapat menimbulkan
penyakit berbahaya tersebut dan dapat kekebalan aktif terhadap penyakit difteri,
mencegah kecacatan serta tidak akan pertusis, dan tetanus. Penyakit difteri
menimbulkan kematian (Kemenkes, 2016). dapat menyebabkan kematian akibat
Imunisasi dasar berhak diperoleh oleh tersumbatnya tenggorokan dan kerusakan
setiap anak agar penyakit dapat dicegah jantung. Penyakit pertusis merupakan
dan dihindari dan imunisasi dasar lengkap penyakit yang menyerang paru dan
wajib diberikan kepada setiap bayi dan ditandai
anak oleh pemerintah tercantum dalam
Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
© 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License
Jurnal Promkes

Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019


Tri Anisca Dillyana dan Ira Nurmala, Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Persepsi… 69

dengan batuk rejan selama 100 hari. keterangan yaitu pada imunisasi DPT-HB3/
Penyakit tetanus yaitu penyakit kejang DPT-HB-HIIB3 telah mencapai 97% bayi
otot yang terjadi pada seluruh tubuh laki-laki dan perempuan, selain itu untuk
disertai dengan mulut terkunci sehingga imunisasi Polio4 juga sudah mencapai
mulut tidak bisa membuka atau dibuka 95,34%, imunisasi campak sebesar 97,4%,
(Sudiarti, 2010). serta pencapaian imunisasi dasar lengkap
Imunisasi polio dapat memberikan telah mencapai 98,36% (Dinas Kesehatan
kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis Provinsi Jawa Timur, 2016).
yaitu penyakit yang dapat mengakibatkan
Cakupan imunisasi dasar lengkap di
kelumpuhan pada kaki. Kandungan vaksin
Kota Surabaya tahun 2016 sebesar 94,72
polio adalah virus yang dilemahkan.
% yang meliputi imunisasi Hepatitis < 7
Pemberian vaksin polio melalui cara
hari sebesar 86,15%, BCG sebesar 91,68%,
diteteskan secara oral sebanyak 4 kali,
imunisasi DPT3+HB3 sebesar 91,70%,
pertama kali dilakukan pada usia 0–1
imunisasi Polio 4 sebesar 91,27%, dan
bulan secara oral/ tetes. Imunisasi
imunisasi Campak sebesar 92,74% (Dinas
campak dapat menimbulkan kekebalan
Kesehatan Kota Surabaya, 2016). Data
terhadap penyakit campak. Penyakit
dari Puskesmas Wonokusumo, diketahui
campak merupakan penyakit menular dan
bahwa hasil cakupan imunisasi bayi di
mudah menyerang pada anak-anak yang
wilayah Puskesmas Wonokusumo tahun
memiliki daya tahan tubuh lemah.
2016 belum memenuhi target, yaitu BCG
(Depkes RI, 2006; Maryunani, 2010).
sebesar 64,87%, DPT1+HB1 sebesar 84,30%,
Keberhasilan program imunisasi DPT3+HB3 sebesar 69,37%, Polio 3 sebesar
dapat memberikan cakupan imunisasi
69,4%, dan campak sebesar 70,79%.
yang tinggi dan memelihara imunitas
Data Puskesmas Wonokusumo
yang ada di masyarakat, namun cakupan
diketahui bahwa imunisasi dasar lengkap
imunisasi dasar dipengaruhi oleh berbagai
di RW VIII Kelurahan Wonokusumo pada
faktor, antara lain sikap petugas, lokasi
tahun 2017 belum mencapai target, dari
imunisasi, kehadiran petugas, usia ibu,
108 hanya 73 bayi (67,6%) yang telah
tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan
mendapatkan imunisasi dasar lengkap
keluarga per bulan, kepercayaan terhadap
dimana target Puskesmas Wonokusumo
dampak buruk pemberian imunisasi, status
adalah 95%. Faktor umur, tingkat
pekerjaan ibu, tradisi keluarga, tingkat
pendidikan, pekerjaan, pengetahuan ibu,
pengetahuan ibu, dan dukungan keluarga
dan ketersediaan vaksin akan
(Bernsen, 2011; Rahmawati, 2014).
mempengaruhi kelengkapan imunisasi
Kementerian Kesehatan RI dasar (Elly, 2011; Widiyanti, 2008).
menyatakan bahwa, capaian Imunisasi Faktor lain yang berhubungan dengan
Dasar Lengkap (IDL) pada tahun 2016 kelengkapan imunisasi dasar antara lain
sebesar 91,58%. Capaian ini lebih besar dukungan keluarga, efek samping
dari capaian tahun 2015 sebesar 86,54%. imunisasi, sikap petugas kesehatan, dan
Angka ini mencapai tempat pelayanan imunisasi (Kurniawati,
target Renstra tahun 2016 sebesar 91,5% 2012). Pengetahuan memiliki peranan
(Kemenkes, 2016). penting terhadap seseorang untuk
Cakupan imunisasi dasar lengkap di bertindak. Sikap merupakan suatu reaksi
Jawa Timur yaitu cakupan Bayi Laki-Laki seseorang yang masih tertutup terhadap
dan Perempuan yang di imunisasi DPT-- suatu rangsangan dimana faktor pendapat
HB3// DPT--HB-- Hiib3 sebanyak 553.848 dan emosi sudah terlibat di dalamnya, jadi
bayi (97 %) belum memenuhi target, penggunaan pelayanan kesehatan
bayi yang diimunisasi polio 4 sebanyak dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan
544.529 bayi (95,34%), diimunisasi campak seseorang yang dapat memilih dan
sebanyak 556.307 bayi (97,40 %) memutuskan dalam penggunaan
sedangkan bayi yang telah diimunisasi pelayanan kesehatan (Notoatmodjo,
dasar lengkap (IDL) berjumlah 561.744 2010).
bayi (98,36 %). Target Imunisasi Dasar Peneliti memandang sangat penting
Lengkap (IDL) Provinsi Jawa Timur 2016 untuk mengetahui pengetahuan, sikap,
adalah 91,5 %, dari 38 Kabupaten/Kota dan persepsi individu mengenai suatu
yang IDLnya telah melampaui 91,5 % masalah dan bagaimana individu tersebut
berjumlah 34 Kabupaten. Hal tersebut mengaplikasikannya dalam perilaku
sudah dapat tercapai dengan pencegahan
Jurnal Promkes: The Indonesian Journal guna and
of Health Promotion memaksimalkan
Health Education upaya
© 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online:
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
29-07-2019
© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License
Jurnal Promkes

Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019


70 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 67-77. 67-77
68–78. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.68–78

preventif dari peningkatan kejadian suatu jumlah responden berdasarkan umur yang
penyakit yang mungkin terjadi pada paling banyak adalah umur 17–30 tahun
balita. Tujuan dari penelitian ini adalah yaitu sebesar 51,28% dan yang paling
untuk mengidentifikasi hubungan sedikit adalah umur 45–58 tahun yaitu
pengetahuan, sikap, dan persepsi ibu sebesar 10,26%. Hasil penelitian juga
dengan status imunisasi dasar batita di RW menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
8 Kelurahan Wonokusumo. paling banyak adalah tingkat pendidikan
rendah sebanyak 50%, sebagian besar
METODE responden tidak bekerja yaitu sebesar
58,97%.
Penelitian ini termasuk dalam
penelitian observasional karena dilakukan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
dengan mengamati subyek penelitian tanpa
Responden di RW 8 Kelurahan
memberikan perlakuan tertentu. Variabel
Wonokusumo Tahun 2018
yang akan diteliti adalah pengetahuan,
sikap, dan persepsi ibu tentang imunisasi Respo nden
dasar lengkap. Analisis data dilakukan Karakteristik
F %
secara analitik. Berdasarkan dimensi Umur
waktu, penelitian ini merupakan cross- 17 – 30 tahun 20 51,28
sectional dimana variabel penelitian diukur
31 – 44 tahun 15 38,46
dalam suatu periode tertentu. Populasi
45 – 58 tahun 4 10,26
penelitian ini adalah ibu yang memiliki
batita dan memiliki KMS di RW 8 Pendidikan
Kelurahan Wonokusumo yaitu sebanyak Tinggi 1 2,57
108 orang. Pengambilan sampel Menengah 8 20,51
menggunakan teknik Purposive Sampling Rendah 30 76,92
dan diperoleh jumlah sampel sebanyak 39 Pekerjaan
ibu batita. Lokasi penelitian berada di RW Bekerja 16 41,03
8 Kelurahan Wonokusumo yang Tidak Bekerja 23 58,97
dilaksanakan pada bulan Januari 2018.
P engumpulan data primer Status Kelengkapan Imunisasi Dasar
menggunakan kuesioner yang diisi sendiri
oleh responden. Kuesioner terdiri dari
40 pertanyaan meliputi 12 pertanyaan Tabel 2. Status Imunisasi Dasar di RW 8
tentang pengetahuan, 12 pertanyaan Kelurahan Wonokusumo Tahun
tentang sikap, dan 16 pertanyaan tentang 2018
persepsi mengenai imunisasi dasar. Data
Status Imunisasi n %
akan diolah dengan editing, coding,
scoring, transferring, dan tabulating yang Lengkap 30 76,92
selanjutnya dilakukan analisis menggunakan Tidak Lengkap 9 23,08
Chi-Square untuk melihat hubungan antar Jumlah 39 100
variabel dengan kemaknaan ditentukan
berdasarkan nilai p < 0,05. Pengumpulan Status kelengkapan imunisasi dasar
data sekunder menggunakan data cakupan terbagi menjadi 2, yaitu lengkap dan tidak
imunisasi dasar yang diperoleh dari lengkap. Seorang bayi dikatakan memiliki
laporan Puskesmas Wonokusumo dan Dinas status imunisasi dasar lengkap jika telah
Kesehatan Kota Surabaya. menerima 5 jenis imunisasi dasar
sebanyak 11 kali, yaitu imunisasi HB 0 1
kali, BCG
HASIL DAN PEMBAHASAN 1 kali, Polio 4 kali, DPT-HB-Hib 3 kali
Karakteristik Responden dan campak 1 kali. Saat ibu bayi tidak
menerima imunisasi sebanyak 11 kali,
Karakteristik responden di RW 8 maka status imunisasi dasar bayi tersebut
Kelurahan Wonokusumo meliputi umur, tidak lengkap. Berdasarkan tabel 2,
pendidikan, dan pekerjaan responden. diketahui bahwa sebanyak 30 batita yaitu
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa sebesar 76,92% memiliki status imunisasi
lengkap dan 9 batita yaitu sebesar 23,08%
status imunisasinya tidak lengkap.
Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
© 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License
Jurnal Promkes

Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019


Tri Anisca Dillyana dan Ira Nurmala, Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Persepsi… 71

Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa


sebanyak 8 ibu (20,51%) masih memiliki
Tabel 3. Distribusi Pengetahuan Ibu persepsi negatif terhadap imunisasi. Nilai
dengan Status Imunisasi Dasar di p = 0,001 < 0,05 diperoleh melalui uji Chi
Wonokusumo square yang berarti bahwa Ho diterima,
sehingga terdapat hubungan antara persepsi
Status Imunisasi ibu dengan kelengkapan status imunisasi
Dasar dasar di RW 8 Kelurahan Wonokusumo.
Pengetahuan Tidak Total
Lengkap Lengkap Tabel 4. Distribusi Sikap Ibu dengan Status
n % n % n % Imunisasi Dasar di Wonokusumo
Baik 19 48,72 0 0 19 48,72
Status Imunisasi
Cukup 9 23,08 3 7,69 12 30,77
Dasar
Kurang 2 5,13 6 15,38 8 20,51 Sikap Lengkap Tidak Total
Total 30 76,93 9 23,07 39 100 Lengkap
P value = 0,001 n % n % n %
Positif 29 74,36 3 7,69 32 82,05
Penilaian terhadap pengetahuan Negatif 1 2,57 6 15,38 7 17,95
dibagi ke dalam tiga kategori yaitu baik,
Total 30 76,93 9 23,07 39 100
cukup dan kurang. Berdasarkan tabel 3,
P value = 0,001
diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan
baik tentang imunisasi dasar sebanyak 19 Tabel 5. Distribusi Persepsi Ibu dengan
responden (48,72%), tingkat Status Imunisasi Dasar di
pengetahuan cukup sebanyak Wonokusumo
12 responden (30,77%) dan tingkat
Status Imunisasi
pengetahuan kurang sebanyak 8 Dasar
responden (20,51%).
Hasil uji Fisher’s Exact menunjukkan Total
Persepsi Tidak
bahwa nilai p = 0,001 < 0,05 maka Ho Lengkap
Lengkap
diterima sehingga terdapat hubungan
antara pengetahuan ibu dengan n % n % n %
kelengkapan status imunisasi dasar pada Positif 28 71,80 3 7,69 31 79,49
batita di RW 8 Kelurahan Wonokusumo. Negatif 2 5,13 6 15,38 8 20,51
Total 30 76,93 9 23,07 39 100
Sikap Ibu tentang Imunisasi Dasar P value = 0,001
Penilaian kategori sikap dibagi ke dalam 2
kategori yaitu positif dan negatif. Sikap positif Karakteristik Ibu
jika nilai T > mean T dan sikap negatif jika T ≤ Saat penelitian diketahui bahwa
mean T. Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa jumlah responden berdasarkan umur yang
masih adanya responden yang memiliki sikap paling banyak adalah umur 17–30 tahun
negatif tentang imunisasi dasar pada batita yaitu sebesar 51,28% dan yang paling
dengan jumlah 7 responden (17,95%). Nilai p = sedikit adalah umur 45–58 tahun yaitu
0,001 < 0,05 diperoleh melalui uji Chi Square sebesar 10,26%. Pengertian umur dari
yang berarti Ho diterima, sehingga terdapat Hoetomo (2011) adalah lama waktu hidup
hubungan antara sikap dengan kelengkapan status atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan).
imunisasi dasar di RW 8 Kelurahan Wonokusumo. Usia seseorang diukur berdasarkan lama
waktu seseorang dilihat dari segi
Persepsi Ibu tentang Imunisasi Dasar kronologis, perkembangan anatomi
Penilaian kategori persepsi dibagi tubuh dan fisiologi yang terjadi pada
ke dalam 2 kategori yaitu positif dan setiap individu (Nuswantari, 2008).
negatif. Persepsi positif jika nilai T > Hasil penelitian juga menunjukkan
mean T dan persepsi negatif jika T ≤ bahwa tingkat pendidikan paling banyak
mean T. adalah tingkat pendidikan rendah sebanyak
50%. Cara berpikir seseorang mengenai
pengetahuan, sikap dan perilaku
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
ditentukan

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes

Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
© 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
72 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 67-77. 67-77
68–78. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.68–78

oleh pendidikan yang cukup sehingga yang sebelumnya sudah diberikan dengan
dapat dengan mudah termotivasi dalam lengkap (Mulyani & Rinawati, 2013).
hal pengembangan wawasan seseorang
Hasil penelitian diketahui bahwa
tersebut. Pendidikan merupakan proses
sebanyak 30 anak yaitu sebesar 76,92%
belajar seseorang yang mengajarkan
memiliki status imunisasi lengkap dan
seseorang untuk dapat berpikir secara
9 anak yaitu sebesar 23,08% status
obyektif dan memberikan kemampuan
imunisasinya tidak lengkap. Menurut
kepada seseorang untuk menilai budaya
Ibrahim (1991 dalam Rahayu, 2014),
di dalam masyarakat dapat diterima dan
imunisasi dasar yang dilakukan secara
dapat mengubah tingkah laku seseorang
teratur sesuai jadwal dan frekuensi
(Sciartino, 2009).
imunisasi dapat mengurangi kesakitan dan
Hasil penelitian sebagian besar kematian balita hingga 80- 95%. Berbeda
responden tidak bekerja yaitu sebesar halnya dengan imunisasi dasar tidak
58,97%. Waktu yang lebih banyak lengkap yang hanya memberi perlindungan
dimiliki oleh ibu yang tidak bekerja dan 25–40%, sedangkan bayi yang tidak
lebih banyak pula menghabiskan waktu diimunisasi tentu memiliki kekebalan yang
bersama anak, sehingga pola makan anak lebih rendah.
dapat diatur sehingga anak-anak bisa
Menurut data Riset Kesehatan Dasar
mengonsumsi makanan yang sehat dan
(2013) menyebutkan beberapa alasan anak
bergizi. Selain itu, mereka juga dapat
tidak diimunisasi, karena tempat imunisasi
memberikan pendidikan kepada anak,
yang jauh dan tidak tahu tempat imunisasi
sehingga anak bisa berkembang secara
serta kesibukan orang tua. Orang tua yang
lebih baik dalam hal bahasa dan
takut anaknya akan mengalami panas juga
pencapaian prestasi akademik. Sebaliknya,
menjadi alasan tidak diimunisasi, sehingga
ibu yang bekerja tidak memiliki banyak
keluarga tidak mengizinkan (Depkes RI,
waktu untuk bisa bersama dengan anak
2014). Alasan lain anak tidak
mereka. Akan tetapi, meskipun ibu yang
mendapatkan imunisasi yang lengkap
bekerja tidak memiliki banyak waktu
menurut Dewi et al. (2014) yaitu karena
bersama anak, hal tersebut tidak dapat
kurangnya informasi tentang imunisasi
dijadikan sebagai patokan bahwa posisi
yang diterima oleh ibu, motivasi ibu yang
ibu yang bekerja selalu lebih buruk dari
kurang serta keadaan lingkungan.
pada ibu yang tidak bekerja. Hal ini
Kurangnya pengetahuan ibu tentang
dikarenakan kebanyakan waktu yang
imunisasi dan manfaatnya, serta adanya
mereka miliki semata-mata untuk
isu yang tidak baik tentang imunisasi,
membersihkan dan mengurus rumah.
sehingga menimbulkan kurangnya
kepercayaan masyarakat tentang manfaat
Status Kelengkapan Imunisasi Dasar imunisasi. Bayi yang telah diimunisasi
Status imunisasi adalah suatu kriteria memiliki kemungkinan untuk tertular
imunisasi berdasarkan kelengkapan penyakit tertentu tetapi jauh lebih ringan
pemberian imunisasi yang dianjurkan. dibandingkan dengan bayi yang tidak
Status imunisasi lengkap bila semua jenis mendapatkan imunisasi.
imunisasi dasar diberikan dan tidak
lengkap bila ada salah satu imunisasi dasar Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar
tidak diberikan. Status kelengkapan
Pengetahuan merupakan pemahaman
imunisasi dasar bayi terbagi menjadi 2,
mengenai sejumlah informasi dan
yaitu lengkap dan tidak lengkap. Seorang
pengenalan secara obyektif terhadap
bayi dikatakan memiliki status imunisasi
benda
dasar lengkap jika telah menerima 5 jenis
- benda atau sesuatu hal. Pengetahuan
imunisasi dasar sebanyak 11 kali, yaitu
juga dapat diperoleh melalui pengalaman
imunisasi HB 0 1 kali, BCG 1 kali, Polio 4
yang dialami seseorang dan melalui hasil
kali, DPT- HB-Hib 3 kali dan campak 1
belajar seseorang secara formal maupun
kali. Imunisasi campak merupakan
informal (Toruntju, 2013). Pengetahuan
imunisasi yang diberikan terakhir dan
dapat dipengaruhi oleh rasa takut
dapat digunakan sebagai penilaian
sehingga mencari tahu lebih dalam
kelengkapan status imunisasi dasar
tentang hal tersebut. Semakin dalam
dengan harapan imunisasi
pengetahuan yang diperoleh, maka ibu
akan semakin bijaksana dalam berpersepsi
terhadap suatu hal dan mengambil
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
keputusan. Perilaku

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019

Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019


Tri Anisca Dillyana dan Ira Nurmala, Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Persepsi… 73

yang dilandaskan oleh pengetahuan Persepsi Ibu tentang Imunisasi Dasar


akan bersifat lama atau terus-menerus
dibandingkan perilaku yang dilandasi oleh Notoatmodjo (2010) mendefinisikan
keterpaksaan. persepsi sebagai suatu penafsiran dan
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak penarikan kesimpulan tentang informasi
19 responden yaitu sebesar 48,72% yang didapatkan berdasarkan pengalaman
memiliki pengetahuan yang baik dan terhadap peristiwa atau suatu objek yang
sebanyak 8 responden yaitu sebesar diawali melalui proses penginderaan.
20,51% memiliki pengetahuan dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kategori kurang tentang imunisasi dasar. sebanyak 8 ibu (20,51%) masih memiliki
Pengetahuan ibu yang kurang akan persepsi negatif terhadap imunisasi.
berdampak pada status kelengkapan Persepsi negatif merupakan keadaan
imunisasi dasar pada batita sebagaimana seseorang yang menolak terhadap suatu
hasil penelitian Puspita (2018) yang obyek tertentu dan memandang bahwa
menyatakan bahwa semakin rendah obyek tersebut tidak sesuai dengan
pengetahuan ibu, maka semakin banyak pribadinya. Persepsi seseorang dapat
berkontribusi terhadap ketidaklengkapan dipengaruhi oleh faktor internal dan
imunisasi. Buruknya pengetahuan tentang faktor eksternal. Perasaan, keinginan,
imunisasi juga berkaitan dengan peran harapan, sikap dan kepribadian individu,
ibu dalam melengkapi imunisasi bayinya. prasangka, perhatian (fokus), proses
Penelitian Dewi, dkk (2013) menyatakan belajar, keadaan fisik, kebutuhan dan
bahwa ibu dengan pengetahuan rendah minat termasuk ke dalam faktor internal.
cenderung tidak memberikan imunisasi Sedangkan informasi yang didapat,
dasar lengkap dibandingkan ibu yang pengetahuan, kebutuhan, latar belakang
berpengetahuan tinggi. keluarga, ukuran, intensitas, dan hal-hal
yang baru termasuk ke dalam faktor
Sikap Ibu tentang Imunisasi Dasar eksternal. Menurut ibu di RW 8 Kelurahan
Wonokusumo, imunisasi masih dianggap
Sikap merupakan suatu reaksi tidak perlu karena keyakinan atau
seseorang yang masih tertutup terhadap sosiobudaya. Selain itu ibu juga masih
suatu rangsangan dimana faktor pendapat memiliki kesalahpahaman tentang efek
dan emosi sudah terlibat di dalamnya. samping imunisasi.
Perwujudan sikap hanya dapat ditafsirkan
melalui perilaku yang tertutup dan tidak
Hubungan antara Pengetahuan Ibu
bisa dilihat langsung. Sikap merupakan
dengan Status Imunisasi Dasar di
keseluruhan dari kecenderungan perasaan,
Wonokusumo
asumsi, ide, keyakinan manusia tentang
topik tertentu. Tidak hanya ditentukan Nilai p = 0,001 < 0,05 didapatkan
oleh aspek internal individu, sikap juga dari hasil uji Fisher’s Exact yang berarti
melibatkan nilai-nilai yang dibawa dari Ho diterima. Oleh karena itu dapat
kelompoknya (Notoatmodjo, 2012). ditarik kesimpulan bahwa terdapat
Hasil penelitian diketahui bahwa hubungan antara pengetahuan ibu dengan
masih adanya responden yang memiliki kelengkapan status imunisasi dasar di RW
sikap negatif tentang imunisasi dasar 8 Kelurahan Wonokusumo
pada balita dengan jumlah 7 responden Tingkat pengetahuan dapat diperoleh
(17,95%). Sikap ibu terhadap imunisasi berdasarkan tingkat pendidikan formal
akan berdampak pada kelengkapan baik formal maupun informal, pengalaman
imunisasi dasar lengkap pada batita. hidup maupun informasi yang didapat dari
Sebagaimana hasil penelitian yang media massa. Pengetahuan lebih bersifat
dilakukan oleh Prisilin, R., Dyer, A., pengenalan terhadap sesuatu benda atau
Blakely, C.H. & Johnson (2011) yang hal tertentu secara obyektif. Selain itu
menyatakan bahwa sikap yang positif pengetahuan juga berasal dari
berkontribusi pada tingkat imunisasi pengalaman tertentu yang pernah
yang lebih tinggi. Hal ini didukung pula dialami oleh seseorang dan yang
oleh penelitian Octaviani (2015) yang diperoleh dari hasil belajar secara formal
menunjukkan bahwa ada hubungan maupun informal (Toruntju, 2013).
bermakna antara sikap positif responden Pemberian imunisasi dasar pada
terhadap status imunisasi dasar. batita berkaitan erat dengan pengetahuan
Jurnal Promkes: The Indonesian ibu
Journal mengenai imunisasi
of Health Promotion dasar dengan
and Health Education
© 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online:
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
29-07-2019
© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License
Jurnal Promkes

Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019


74 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 67-77. 67-77
68–78. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.68–78

bagaimana ibu memahami arti dan maupun baik untuk mampu menentukan
manfaat yang didapat dari pelayanan tindakan apa yang akan dilakukan.
kesehatan seperti posyandu maupun
Keinginan ibu untuk melengkapi
puskesmas. Selaras dengan hasil
status kelengkapan imunisasi dasar pada
penelitian Rahmawati (2013) yang
balitanya tidak terlepas dari pengetahuan
menyatakan tingkat pengetahuan ibu
yang dimiliki ibu tersebut memahami
tidak berpengaruh terhadap status
pentingnya imunisasi dasar, sehingga
kelengkapan imunisasi dasar bayi, namun
diharapkan dari tingkat pengetahuan
tingkat pengetahuan memiliki hubungan
ibu tersebut akan muncul sikap dan
yang bermakna dengan tingkat
perilaku untuk lebih memanfaatkan
pengetahuan kurang berisiko 8,7 kali
fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyebabkan ketidaklengkapan imunisasi
tersedia dalam mendapatkan pelayanan
dasar bayi. Sejalan juga dengan penelitian
imunisasi. Responden yang memiliki
Harmasdiani (2015), di Probolinggo yang
tingkat pengetahuan yang kurang
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu
disebabkan oleh tingkat pendidikan ibu
yang rendah memiliki risiko 21 kali lebih
yang rendah dan juga kurangnya
tidak patuh untuk dating ke posyandu
pemahaman informasi tentang imunisasi
dan memberikan imunisasi disbanding ibu
dasar pada balita. Hal tersebut terlihat
dengan pengetahuan tinggi.
dari hasil pengisian kuesioner dimana
Selain hal tersebut adanya responden masih banyak yang menjawab
pengetahuan ibu akan pentingnya kurang sesuai dengan pertanyaan-
imunisasi dasar pada balita dan akibat pertanyaan pada kuesioner tersebut dan
yang ditimbulkan apabila ibu tidak itu berarti bahwa ibu-ibu tersebut tidak
memberikan anaknya imunisasi dasar yang tahu dan tidak mengerti tentang
lengkap terhadap penyakit-penyakit pentingnya imunisasi dasar pada batita
seperti TBC, polio, campak, dan DPT. Ibu terutama ibu-ibu yang berada di RW 8
yang memiliki tingkat pengetahuan baik Kelurahan Wonokusumo.
mengenai pemberian imunisasi dasar
yang lengkap pada balita disebabkan Hubungan antara Sikap Ibu dengan
karena latar belakang pendidikan ibu baik Status Imunisasi Dasar di Wonokusumo
secara formal maupun informal.
Hasil analisis dalam penelitian ini, Nilai p = 0,001 < 0,05 didapatkan
dimana masih adanya responden yang dari hasil uji Chi square yang berarti
memiliki tingkat pengetahuan yang kurang Ho diterima. Oleh karena itu dapat
terhadap perilaku untuk memberikan disimpulkan bahwa sikap ibu berhubungan
imunisasi dasar yang lengkap pada dengan kelengkapan status imunisasi dasar
balitanya yaitu sebesar 20,51%, ibu yang di RW 8 Kelurahan Wonokusumo
memiliki tingkat pengetahuan baik lebih Hasil penelitian ini didukung oleh
cenderung memiliki perilaku untuk penelitian yang dilakukan Paridawati
memberikan imunisasi dasar yang lengkap (2013) bahwa ada hubungan antara sikap
pada balitanya sebesar 30,77 %. Hasil dari positif ibu dengan pemberian imunisasi
penelitian ini sesuai dengan Notoatmodjo dasar. Sama halnya dengan penelitian
(2010), dimana pengetahuan merupakan Octaviani (2015) bahwa ada hubungan
salah satu faktor yang berpengaruh antara sikap positif responden dengan
terhadap sikap, persepsi, dan juga tingkat status imunisasi dasar.
kepercayaan untuk lebih memotivasi Notoatmodjo (2010) menyatakan
seseorang untuk bertindak. bahwa sikap merupakan suatu tindakan,
Penelitian Josiman (2013) didapatkan namun masih berupa reaksi tertutup dari
bahwa pengetahuan ibu mempunyai seseorang terhadap objek. Teori Alport
tingkat keeratan dengan kelengkapan menyebutkan ada 3 komponen
imunisasi yang tergolong rendah. pembentukan sikap, yaitu keyakinan,
Pengetahuan juga dapat memudahkan emosional atau evaluasi terhadap objek
atau mengimbangi seseorang maupun yang cenderung untuk melakukan suatu
sekelompok orang untuk berubah dan tindakan. Sikap ibu ditinjau dari ketiga
pengetahuan tersebut dapat diperoleh komponen tersebut menjadi pembeda
melalui pengalaman dan belajar, Oleh yang nyata dalam penelitian ini. Mayoritas
karena itu ketika seseorang akan ibu tidak mau mengimunisasikan bayinya
melakukan suatu tindakan maka seseorang secara lengkap
harus memiliki pengetahuan yang cukup
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License
Jurnal Promkes

Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
© 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Tri Anisca Dillyana dan Ira Nurmala, Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Persepsi… 75

memiliki keyakinan bahwa imunisasi diterima sehingga kesimpulannya yaitu


hanya membuat bayi menjadi sakit dan terdapat hubungan antara persepsi ibu
menilai tidak berpengaruh terhadap dengan kelengkapan status imunisasi
peningkatan kesehatan bayi. Sedangkan dasar di RW 8 Kelurahan Wonokusumo.
ibu yang memiliki sikap positif menilai
Persepsi merupakan proses
bahwa manfaat imunisasi lebih banyak
terintegrasi meliputi pengorganisasian
daripada efek samping yang ditimbulkan
stimulus yang diperoleh dari penginderaan
cenderung untuk mengimunisasikan
oleh individu, dalam penelitian ini adalah
bayi secara lengkap. Hasil ini sesuai
ibu. Persepsi dipengaruhi oleh faktor
dengan penelitian Menurut hasil
internal, oleh karenanya stimulus yang
penelitian diperoleh bahwa sebagian
sama dapat dipersepsikan berbeda oleh
besar sikap ibu terkait imunisasi dasar
tiap individu (Notoatmodjo, 2010). Pada
lengkap sudah baik. Bagitu juga
dasarnya persepsi dapat diasosiasikan
penelitian yang dilakukan oleh
dengan pendapat, opini atau sikap
Tampemawa (2015) bahwa antara sikap
(attitude). Mar’at (1982, dalam Cahyanti,
ibu dengan status imunisasi anak usia
2011) menyebutkan persepsi sebagai
12-24 bulan terdapat hubungan yang
aspek kognitif dari sikap. Mengingat
bermakna. Terbukti bahwa ibu yang tidak
bahwa persepsi merupakan aspek kognitif
mengimunisasikan bayinya secara
dari sikap, maka untuk mengungkap atau
lengkap mayoritas memiliki sikap yang
mengukur persepsi dapat digunakan
negatif. Pernyataan ini sesuai dengan
instrumen pengungkapan sikap. Mar’at
yang dijelaskan oleh Notoatmodjo (2010),
mengemukakan tiga pendekatan untuk
bahwa perilaku baru pada orang dewasa
mengungkap sikap yaitu wawancara
mulai dibentuk pada domain pengetahuan
langsung, observasi dan pernyataan sikap.
dimana stimulus atau objek diketahui
Hasil penelitian ini menunjukkan
terlebih dahulu oleh subjek. Hal ini juga
bahwa persepsi ibu ada hubungan dengan
didukung penelitian Paridawati (2013)
status kelengkapan imunisasi dasar
yang menyebutkan adanya hubungan
pada batita. Ibu yang memiliki persepsi
yang signifikan mengenai sikap terhadap
positif akan berdampak pada status
pemberian imunisasi dasar. kelengkapan imunisasi dasar pada batita,
Suatu bentuk respons yang baru dapat sebaliknya ibu yang berpersepsi negatif
timbul dalam sikap terhadap objek yang maka berdampak pada ketidaklengkapan
diketahuinya dan akhirnya respons status imunisasi dasar pada batita. Hal
tersebut akan timbul secara lebih jauh ini selaras dengan penelitian As ad, dkk
yang berupa suatu tindakan. Beberapa ibu (2016) yang menyebutkan bahwa persepsi
yang memiliki sikap yang positif yang tinggi akan mendorong suatu
kemungkinan adanya faktor lain selain motivasi yang baik untuk melakukan suatu
tingkat pendidikan dan pengetahuan kegiatan, salah satunya seorang ibu yang
misalnya, ibu yang membawa anaknya ke baru saja melahirkan membutuhkan
posyandu karena melihat tetangga datang persepsi yang tinggi baik dari faktor
ke posyandu sehingga bisa ikutan kumpul- internal dan eksternal untuk
kumpul, atau karena diajak oleh tetangga memotivasinya agar melakukan suatu
dan juga karena mendengar ada kegiatan tertentu dalam mencapai tujuan
pengumuman diadakannya posyandu atau dengan cara memberi imunisasi dasar
kegiatan kesehatan yang lainnya. lengkap pada bayinya.
Disamping itu juga ibu yang memiliki sikap
Menurut Ajzen (2005) dikutip dari
negatif terhadap pelayanan imunisasi
Meilisha, implikasi motivasional pada niat
dasar pada balita disebabkan karena
seseorang dimiliki oleh kendali perilaku
faktor budaya dan juga salahnya informasi
yang ditunjukkan dengan seseorang
yang didapat tentang pemberian imunisasi
yang tidak memiliki sumber daya atau
pada balita dapat menimbulkan anak
kesempatan untuk menampilkan perilaku,
menjadi sakit bahkan adanya meninggal
maka seseorang tersebut cenderung
setelah diberikan imunisasi.
memiliki niat yang tidak begitu kuat
walaupun sikap yang positif dimiliki
Hubungan Antara Persepsi Ibu dengan
olehnya dan dukungan dari orang-orang
Status Imunisasi Dasar di Wonokusumo
terdekat terhadap perilakunya.
Nilai p = 0,001 < 0,05 didapatkan Persepsi dalam
dari hasil uji Chi square yang berarti Ho
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License
Jurnal Promkes

Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
© 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received:
Received: 16-04-2018,
16-04-2018, Accepted:
Accepted: 01-08-2018,
01-08-2018. Published
Published Online: Online: 29-07-2019
29-07-2019
76 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 67-77. 67-77
68–78. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.68–78

mengendalikan perilaku terdiri dari control Surabaya: Fakultas


belief dan perceived belief.
Control belief merupakan keyakinan
bahwa individu pernah melaksanakan/
tidak perilaku tertentu, individu
melakukan estimasi atau kemampuan
dirinya (control belief) apakah dia punya
kemampuan atau tidak mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan perilaku
itu. Perceived belief adanya persepsi
individu terhadap kekuatan/kemampuan
faktor kendali juga mempengaruhi
individu dalam menentukan niat untuk
melakukan/ tidak melakukan perilaku
kepatuhan tersebut. Control belief ibu
yang menjadi responden di RW 8
Kelurahan Wonokusumo dipengaruhi oleh
faktor pendidikan ibu. Faktor pendidikan
yang rendah menyebakan ibu memiliki
pengetahuan yang kurang tentang
imunisasi dasar. Dari Control belief
tersebut masih terdapat perceived
belief/kekuatan dalam mengendalikan,
yaitu dimana dari beberapa faktor diatas
ibu masih mempunyai suatu tanggung
jawab dalam hal memenuhi kelengkapan
imunisasi dasar bayinya. Apabila persepsi
para ibu baik sehingga akan terlaksana
juga kelengkapan dalam memenuhi
imunisasi dasar pada bayi mereka,
demikian juga sebaliknya apabila persepsi
para ibu jelek maka kelengkapan
imunisasi dasar pada batita tidak akan
tercapai.

SIMPULAN
Hasil penelitian dan data yang
menunjukkan bahwa hasil uji statistik
terdapat adanya hubungan antara
pengetahuan, sikap, dan persepsi ibu
dengan status imunisasi dasar di RW 8
Kelurahan Wonokusumo.

DAFTAR PUSTAKA
As ad, dkk. 2016. Hubungan Persepsi
Dengan Motivasi Ibu Muda Primipara
Dalam Melakukan Imunisasi Dasar
Lengkap Pada Bayi Di Desa Ambunten
Barat Kecamatan Ambunten Kabupaten
Sumenep. Skripsi. Jember : Universitas
Muhammadiyah Jember.
http://digilib.unmuhjember. ac.id
[Sitasi 5 April 2018].
Daman, Nur Jelita Amin. 2016. Faktor
Yang Mempengaruhi Status
Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi di
Bangkalan Tahun 2016.
Received:Skripsi.
16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Kesehatan Masyarakat [Sitasi 11 April 2018].
Universitas Airlangga. Hengkengbala, Lefrin, dkk. 2013.
Dewi A. P., Darwin, E., & Edison. Hubungan Antara Pengetahuan Dan
2014. Hubungan Tingkat Sikap Ibu Tentang Imunisasi Dengan
Pengetahuan Ibu Dengan Status Imunisasi Anak Balita Di
Pemberian Imunisasi Dasar Kampung Farusi Distrik Swandiwe
Lengkap Pada Bayi Di Kelurahan Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua.
Parupuk Tabing Wilayah Kerja Jurnal Kesehatan Masyarakat
Puskesmas Lubuk Buaya Kota Universitas Sam Ratulangi, 2(1): 42-51
Padang Tahun 2013. Jurnal 2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Kesehatan Andalas. 3(2), Universitas Sam Ratulangi
114-118. Manado.http://jkesmasfkm.unsrat.ac.id
http://jurnal.fk.unand.ac.id [Sitasi 8 [Sitasi 7 April 2018].
April 2018]. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Dinas Kesehatan Kota Surabaya. 2016. Profil Kesehatan Indonesia
2016. Profil Kesehatan Tahun Tahun 2016. Jakarta : Kementerian
2016.. Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi
2015. Profil Kesehatan Tahun Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta:
2015. Rineka Cipta.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Ilmu
Timur. 2016. Profil Kesehatan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Provinsi Jawa Timur Tahun Cipta.
2016. Noviar, Indra. 2018. Upaya Peningkatan
Febriastuti, Niken, dkk. 2013. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap
Kepatuhan Orang Tua Dalam Melalui Analisis Costumer Value di
Pemberian Kelengkapan Wilayah Kerja Puskesmas Kota Surabaya.
Imunisasi Dasar Pada Bayi 4—11 Thesis. Surabaya : Fakultas Kesehatan
Bulan. Pediomaternal Nursing Masyarakat Universitas Airlangga.
Journal, Vol 2 No. 2. Surabaya Paridawati., Rachman, W.A., Fajarwati, I.
: Program Studi S1 Pendidikan 2013. Faktor Yang Berhubungan
Ners Fakultas Keperawatan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pemberian
Universitas Airlangga. Imunisasi Dasar Pada Bayi Di
http://ejournal. unair.ac.id Wilayah Kerja

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access under Promotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019

Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019


Tri Anisca Dillyana dan Ira Nurmala, Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Persepsi… 77

Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng Toruntju Sa. 2013. Faktor Sosial Ekonomi
Kabupaten Gowa. Skripsi. Makassar : Yang Berhubungan Dengan Ibu di
FKM Universitas Hasanuddin Makassar. daerah Endemik Gaky. Thesis.
http://repository.unhas.ac.id [Sitasi 12 Yogyakarta: UGM
April 2018]. Umaroh, Siti. 2014. Hubungan Antara
Puri, Yessica Eka. 2014. Pengaruh Persepsi Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan
Ibu Tentang Imunisasi Ditinjau dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Di
Health Belief Model Terhadap Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura
Kelengkapan Status Imunisasi. Kabupaten Sukoharjo. Naskah
Thesis. Surakarta Publikasi. Surakarta
: Universitas Sebelas Maret. http:// : Program Studi Kesehatan Masyarakat
digilib.uns.ac.id [Sitasi 7 April 2018]. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Puspita, Ndaru. 2018. Analisis Faktor Muhammadiyah Surakarta. http://
Penyebab Ketidaklengkapan Imunisasi eprints.ums.ac.id [Sitasi 1 April 2018]
dasar Pada Bayi. Skripsi. Surabaya Wardani, Dian Palupi Kusuma, dkk. 2013.
: Fakultas Kesehatan Masyarakat Hubungan Persepsi dengan Perilaku Ibu
Universitas Airlangga. Membawa Balita ke Posyandu. Jurnal
Riset Kesehatan Dasa r. 2013. Riset Keperawatan Padjajaran, 3(1): 1-10
Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan 2015. Fakultas Keperawatan Universitas
Pengembangan Kesehatan Kementerian Padjadjaran. http://jkp.fkep.unpad.
Kesehatan RI Tahun 2013. ac.id [Sitasi 1 April 2018]
Riyanto, Dwi Agung. 2013. Hubungan Wulandari, Dewi, Dwidiyanti, Meidiana.
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang 2017. Pengetahuan dan Persepsi Ibu
Imunisasi Dasar Dengan Perilaku yang Menolak Pemberian Imunisasi Dasar
Pelaksanaan Imunisasi Dasar Pada Balita. Indonesian Journal On Medical
Balita Di Kampung Cantilan Kelurahan Science – Volume 4 No 1.
Kagungan Kecamatan Kasemen Kota http://ejournal. ijmsbm.org [Sitasi 2
Serang Tahun 2013. Banten: Sekolah April 2018]
Tinggi Ilmu Kesehatan Faletehan.
Yuda, Alfiyan Dharma, Nurmala, Ira. 2017.
Sciortino, Rosalia. 2009. Menuju Kesehatan Hubungan Karakteristik, Pengetahuan,
Madani. Yogyakarta: Gadjah Mada Sikap Dan Tindakan Ibu Terhadap
University Press. Kepatuhan Imunisasi Di Wonokusumo,
Simbolon, Lucia Nauli. 2013. Korelasi Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi,
Pengetahuan, Sikap dan Persepsi Bidan Volume 6 Nomor 1. http://e-journal.
Terhadap Perilaku Pemberian Vaksin unair.ac.id [Sitasi 2 April 2018]
Hepatitis B Saat Lahir. Yogyakarta
Yundri, dkk. 2017. Faktor Yang
: Departemen Ilmu Kesehatan Anak Berhubungan Dengan
Fakultas Kedokteran Universitas Ketidaklengkapan Status Imunisasi
Gadjah Mada RSUP Dr. Sardjito. Anak Di Puskesmas Kuala Tungkal II.
http:// repository.ugm.ac.id [Sitasi 1 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5
April 2018] Nomor 3. http://e-journal.
unair.ac.id [Sitasi 2 April 2018]

Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
© 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License
Jurnal Promkes

Received: 16-04-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019

Anda mungkin juga menyukai