Anda di halaman 1dari 46

MANEJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. “V” G1 P00000 USIA KEHAMILAN 10 MGG


DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I
DI PMB SRI HERLINANI DESA PEJARAKAN
RANDUAGUNG – LUMAJANG
TAHUN 2020

Disusun Oleh:
HANNA SURYA
15901.02.20073

KELAS B
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


PADA NY. “V” G1 P00000 USIA KEHAMILAN 10 MGG
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I
DI PMB SRI HERLINANI DESA PEJARAKAN
RANDUAGUNG – LUMAJANG
TAHUN 2020

Dipersiapkan dan Disusun Oleh :

HANNA SURYA

NIM : 15901.02.20073

Telah diperiksa oleh :


Hari/ Tanggal :
Mahasiswa

Hanna Surya

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Wahana

……………………………… Farianingsih, S.ST., M.Kes


NIP. 19730508 199302 2 006
LAPORAN PENDAHULUAN
KEHAMILAN & HIPEREMESIS GRAVIDARUM

1.1 Konsep Dasar Kehamilan


1.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Wiknjosastro,2012:89).
Kehamilan adalah matarantai yang bersenambung dan terdiri dari
ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,
nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm (Yeyeh,2013:75).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana
trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-
28 hingga ke-40) ( Walyani, Elisabeth siwi, 2015 : 65).
1.1.2 Etiologi
Untuk setiap kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan
ovum (konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi. Tiap spermatozoa terdiri dari
tiga bagian yaitu: kaput/kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng dan
mengandung bahan nucleus, ekor, dan bagian yang silindrik
menghubungkan kepala dengan ekor, dan getaran ekor spermatozoa dapat
bergerak cepat (Wiknjosastro, 2012 : 139).
Gambar 2.1 Bentuk Dan Bagian Sperma (Wiknjosastro, 2012)

1.1.3 Fisiologi pada kehamilan (Wiknjosastro, 2012 :140-146 )


1. Fertilisasi
a. Proses penyatuan gamet pria dan wanita, terjadi di daerah
ampula tuba fallopii.
b. Sekitar 100 sperma berhasil mencapai telur, namun hanya 1
sperma yang dapat membuahi sel telur. Terdapat berbagai
rintangan yang menghambat jalan sperma, lapisan keras yang
melindungi ovum sangat sukar untuk ditembus, namun sperma
dilengkapi sistem khusus untuk membantunya memasuki sel telur
yaitu di bawah lapisan pelindung pada kepala sperma terdapat
kantung-kantung kecil yang berisi enzim-enzim pelarut yaitu
enzim-enzim akrosom.
c. Sperma melepas enzim-enzim akrosom untuk menembus zona
pellusida yaitu sebuah perisai glikoprotein disekeliling sel telur
yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan
menginduksi reaksi akrosom.
Gambar 2.2 Sperma yang memasuki ovum (Wiknjosastro, 2012)
2. Perkembangan Embrio
a. Pembelahan Zigot
Setelah pembuahan terjadi mulailah pembelahan zigot. Hal ini
dapat berlangsung karena sitoplasma ovum mengandung banyak
zat asam amino dan enzim. Setelah zigot mencapai tingkat dua sel,
ia menjalani pembelahan mitosis, mengakibatkan bertambahnya
jumlah sel dengan cepat. Sel yang menjadi semakin kecil ini
disebut blastomer dan sampai tingkat delapan sel, sel-selnya
membentuk sebuah gumpalan longgar. Segera setelah pembelahan
ini terjadi, maka pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan
dengan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel-sel
yang sama besarnya. Sel-sel embrio yang termampatkan kemudian
membelah lagi, kemudian hasil konsepsi berada pada stadium
morula dengan 16 sel. Morula terdiri dari inner cell mass
(kumpulan sel-sel sebelah dalam, yang akan tumbuh menjadi
jaringan embrio sampai janin) dan outer cell mass ( lapisan sebelah
luar yang akan membentuk trofoblas yang akan tumbuh menjadi
plasenta).

Gambar 2.3 Pembelahan Sel (Wiknjosastro, 2012)


1.1.4 Tanda – Tanda Kehamilan
Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan
penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan (Walyani, Siwi
Elisabeth, 2015:65-70)
1. Tanda Pasti (positive sign)
Tanda pasti adalah tanda menunjukan langsung keberadaan janin, yang
dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tanda pasti kehamilan terdiri atas
hal – hal berikut ini :
a. Denyut jantung janin
Dapat didengar dengan pada usia 12 minggu dengan menggunakan
alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stethoscope
laenec, DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20
minggu.
b. Gerakan janin dalam rahim
Pada primigravida bisa dirasakan ketika kehamilan berusia 18
minggu, sedangkan pada mulitigravida di usia 16 minggu. Terlihat
atau teraba gerakan janin dan bagian – bagian janin.
c. Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.
d. Bagian – bagian janin
Yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil
janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia
kehamilan lebih tua (trimester terakhir).Bagian ini dapat terlihat
sempurna lagi menggunakan USG. Terlihat kantung kehamilan
melalui USG pada 4 – 6 minggu minggu sesudah pembuahan.
2. Tanda Dugaan Hamil
a. Amenore ( tidak adanya menstruasi )
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya
pembentukan folikel de graaf dan ovulasi sehingga tidak terjadi.
Lamanya amenorea dapat di informasikan dengan memastikan
(HPHT). Gejala ini sangat penting karena umumnya perempan
hamil tidak mendapatkan haid. Dan digunakan untuk perkiraan
usia kehamilan dan tafsiran persalinan. Tetapi, amenorea juga
dapat disebabkan oleh penyakit kronik tartentu, tumor pituitary,
perubahan dan factor lingkungan, malnutrisi, dan biasanya
gangguan emosional seperti ketakutan akan kehamilan.
b. Mual dan muntah (nausea & emesis)
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Enek terjadi pada
umumnya pada bulan – bulan petama kehamilan, kadang – kadang
disertai oleh emesis. Ini sering terjadi pada pagi hari tetapi tidak
selalu. Keadaan ini sering disebutkan morning sickness. Dalam
batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampaui sering
di sebutkan gangguan kesehatan yg disebut hioeremesisi
gravidarum.
c. Mengidam (mengiginkan makanan tertentu)
Mengidam sering terjadi pada bulan pertama akan tetapi
menghilang seiring semakin tuanya usia kehamilan.
d. Sering buang air kecil
Pada awal masa kehammilan, karena adanya desakan rahim
kedepan, kandung kemih cepat terasa penuh. Pada trimester II,
sudah mulai menghilang karena uterus yang membesar keluar dari
rongga panggul. Pada trimester III gejala ini bisa ditimbulkan
karenan janin mulai masuk keruang panggul dan menekan kembali
kandung kencing.
e. Pingsan (syncope)
Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral)
menyebabkan adanya iskemia susunan saraf pusat dan
menimbulkan syncope atau pingsan. Keadaan ini akan menghilang
setelah usia kehamilan 16 minggu. Sering dijumpai ibu pingsan
bila berada pada tempat – tempat ramai pada bulan – bulan
pertama kehamilan. Kondisi ini menghilang sesudah kehamilan 16
minggu.
f. Kelelahan
Sering terjadi di trimester pertama, akibat dari penurunan
kecepatan basal metabolism pada kehamilan yang akan meningkat
seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolism
hasil konsepsi.
g. Mammae menjadi tegang dan membesar
Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen
dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli pada mamma
glandula montgomeri. Ujung saraf tertekan sehingga menyebabkan
rasa sakit, terutama pada hamil pertama.
h. Sering miksi
Pada trimerster pertama, akan sering mengalami miksi karena
kandung kemih cepat terasa penuh. Pada trimester kedua umumnya
keluhan berkurang karena uterus membersar keluar rongga
panggul. Pada trimester ketiga, gejala bis atimbul karena janin
mulai masuk panggul dan menekan kembali kandungan kemih.
i. Pigmentasi kulit terjadi karena pengaruh dari hormon
kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
Tempat – tempat meliputi ; pipi, leher, dinding perut, payudara,
pantat, dan paha.
j. Epulsi
Hipertropi papilla gingivae/gusi, sering terjadi pada triwulan
pertama.
k. Varises
Pengaruh hormone estrogen dan progesterone menyebabkab
pelebaran pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai
bakat. Sering di jumpai pada trimester terakhir di dapat pada
daerah genetalia eksterna,fosa paplitea kaki dan betis serta
payudara pada multi grafida kadang-kadang varises di temukan
pada kehamilan terdahulu, timbul kembali pada trimester pertama,
kadang-kadang timbul varises merupakan gejala kehamilan.
3. Tanda Kemungkinan (Probability Sign)
a. Pembesaran perut
b. Tanda hegar (hipertropi ismus, menjadi panjang dan lunak)
c. Tanda goodel (pelunakan serviks)
d. Tanda chadwik ( hipervaskularisasi pada vagina dan vulva, tampak
lebih merah dan kelam )
e. Tanda piscacheck ( pembesaran uterus yang tidak simetris)
f. Kontraksi – kontaksi kecil atau braxtron hicks
g. Teraba ballottement.
h. Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif
1.1.5 Diagnosis Kehamilan
Menurut (Saifudin, 2009), diagnosis dibuat untuk menentukan hal-
ha sebagai berikut :
Tabel 2.1 Hal –hal yang ditentukan dalam diagnosis kehamilan
NO KATEGORI GAMBARAN
1. Kehamilan Normal 1. Ibu sehat
2. Tidak ada riwayat obstetrik
buruk
3. Ukuran uterus sama/sesuai usia
kehamilan
4. Pemeriksaan fisik dan
Laboraturium
2. Kehamilan dengan Seperti masalah keluarga atau
masalah khusus psikososial kekerasan dalam
rumah tangga,kebutuhan
financial,dll
3. Kehamilan dengan Seperti hipertensi,pertumbuhan
masalah kesehatan yang janin terhambat,infeksi saluran
membutuhkan rujukkan kemih,penyakit kelamin dan
untuk konsutasi dan atau kondisi lain lain yang dapat
kerjasama penanganannya memburuk selama kehamilan
4. Kehamilan dengan kondisi Seperti
kegawat daruratan yang perdarahan,eklampsi,ketuban
membutuhkan rujukan pecah dini,atau kondisi kondisi
segera kegawat daruratan lain pada ibu
dan bayi
Sumber : Walyani,2015:70

Menurut warjati (2011) diagnosis banding nulipara dan multipara


dapat dilihat pada table bawah ini :
Tabel 2.2 Diagnosis Banding Nulipara dan Multipara
NO NULIPARA MULTIPARA
Perut longgar,perut
1. PERUT TEGANG
gantung,banyak strie
PUSAT
Tidak begitu menonjol
2. MENONJOL
Rahim tegang Agak lunak
3.
Kurang tegang dan
4. Payudara tegang
menggatung,ada strie
5. Labiyamayora
Terbuka
nampak bersatu
Himenkoyak pada
6. Kurunkula himenalis
beberapa tempat
Vagina sempit
Lebih besar,rugae kurang
7. dengan rugae
menonjol
Yang utuh
Serviks licin,bulat
Bias terbuka dengan satu
dan tidak dapat di
8. jari,kadang kala ada luka bekas
lalui oleh satu ujung
robekan persalinan yang lalu
jari
Perinium utuh dan Bekas robekan atau bekas
9.
baik robekan episiotomi
Pembukaan serviks :
a. Serviks mendatar a. Mendatar sambil membuka hampir
10. dulu,baru membuka sekaligus
b. Pembukaan rata rata b. 2 cm dalam 1 jam
1 cm dalam 2 jam
Bagian terbawa
janin turun pada 4-6 Biasannya tidak terfiksasi pada
11.
minggu akhir PAP sampai persalian mulai
kehamilan
Persalinan hampir
12. selalu dengan Tidak
episiotomi
Sumber : Walyani,2015:71
Menurut Jannah,2012 : 123-127, pemeriksaan diagnose kebidanan,
yaitu :
1. Tes HCG ( tes urine kehamilan)
# Dilakukan segera mungkin begitu diketahui ada amenorea (satu
minggu setelah koitus).
# Urin yang digunakan saat tes diupayakan urin pagi hari.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
# Dilaksanakan sebagai salah satu diagnosis pasti kehamilan.
# Gambaran yang terlihat, yaitu adanya rangka janin dan kantong
kehamilan.
3. Palpasi Abdomen
Pemeriksaan leopold
a. Leopold I
- Bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada di
fundus.
- Cara pemeriksaannya:
 Pemeriksa menghadap pasien
 Kedua tangan meraba bagian fundus dan mengukur berapa
tinggi fundus uteri
 Meraba bagian apa yang ada di fundus. Jika teraba bulat,
melenting mudah digerakkan, maka itu adalah kepala.
Namun, jika teraba bulat, besar, lunak, tidak melenting,
dan susah digerakkan makan itu adalah bokong janin.
b. Leopold II
- Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada disebelah
kanan dan kiri ibu.
- Cara pemeriksaannya :
 Kedua tangan pemeriksa berada disebelah kanan dan kiri
perut ibu.
 Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan
menahan perut sebelah kiri kearah kanan.
 Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri, dan
rasakan bagian apa yang ada disebelah kanan (jika teraba
rata,tidak teraba bagian terkecil, terasa ada tahanan, maka
itu adalah punggung bayi, namun jika teraba bagian-bagian
yang kecil dan menonjol, maka itu adalah ekstremitas
janin).
c. Leopold III
- Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah
uterus.
- Cara pemeriksaannya :
 Tangan kiri menahan fundus uteri.
 Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah
uterus. Jika teraba bagian yang bulat, melenting, keras
maka itu adalah kepala. Namun jika teraba bagian yang
lunak, bulat, tidak melenting maka itu adalah bokong. Jika
di bagian bawah tidak ditemukan kedua bagian tersebut,
maka pertimbangkan apakah janin dalam letak melintang.
 Pada letak sungsang (melintang) dapat diradakan ketika
tangan kanan menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri
akan merasakan ballottement (pantulan dari kepala janin,
terutama ini ditemukan pada usia kehamilan 5-7 bulan)
 Tangan kanan meraba bagian bawah (jika teraba kepala,
goyangkan, jika dapat digoyangkan, berarti kepala belum
masuk panggul, namun jika tidak dapat digoyangkan,
berarti kepala sudah masuk panggul), lalu lanjutkan pada
pemeriksaan Leopold IV untuk mengetahui seberapa jauh
kepala sudah masuk panggul.
d. Leopold IV
- Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah
dan utnuk mengetahui apakah kepala sudah masuk panggul
atau belum
- Cara pemeriksaannya :
 Pemeriksa menghadap pasien.
 Kedua tangan meraba bagian janin yang ada di bawah.
 Jika teraba kepala, tempatkan kedua tangan di dua belah
pihak yang berlawanan di bagian bawah.
 Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu) berarti
kepala belum masuk panggul.
 Jika kedua tagan divergen (tidak saling bertemu) berarti
kepala sudah masuk panggul.(Wahyuningsih,2019:17).
1.1.6 Hormon – hormone kehamilan
Menurut Saryono (2010) hormon adalah zat kimia (biasa disebut
bahan kimia pembawa pesan) yang secara langsung dikeluarkan ke dalam
aliran darah oleh kelnjar – kelenjar, dan pada kehamilan hormone
membawa berbagai perubahan, terpusat pada berbagai bagian tubuh
wanita.
Kerja hormon selama mingu-minggu pertama, korpus luteum
dalam ovarium menghasilkan estrogen dan progeteron. Fungsi utamnya
adalah untuk mempertahankan pertumbuhan desidua dan mencegah
pelepasan serta pembebasan desidua tersebut. Sel-sel trofoblast
menghasilkan hormon korionik gonadotropin yang akan mempertahankan
pertumbuhan desidua dan mencegah pelepasan serta pembebasan desidua
tersebut. Sel-sel trofoblas menghasilkan hormon korionik gonadotropin
yang akan mempertahankan korpus luteum sampai plasenta berkembang
penuh dan mengambil alih produksi estrogen serta progesteron dari korpus
luteum.
Setelah plasenta mengambil alih, sekresi estrogen dan progesteron
mengalami peningkatan yang nyata. Kadar kedua hormon ini tetap tinggi
sampai sesaat sebelum aterm, ketika fungsi placenta dengan rentam usia
yang terbatas mulai mengalami penurunan. Ketika hal ini terjadi, kadar
hormon placenta mulai menurun.
Hormon yang paling berkaitan dengan kehamilan adalah :
Perubahan – perubahan hormonal selama kehamilan (trimester I – III),
yaitu :
a. Estrogen
Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan pada
akhir kehamilan kadarnya kira – kira 100 kali sebelum hamil.
Estrogen merupakan faktor yang mempengaruhi :
1) Pertumbuhan
2) Pertumbuhan payudara
3) Retensi air dan natrium
4) Pelepasan hormon hipofise
b. Progesteron
Produksi progesterone bahkan lebih banyak di bandingkan
ekstrogen, pada akhir kehamilan kira – kira 250mg/hari.
Progesteron mempengaruhi tubuh ibu melalui :
1) Relaksasi otot polos (dengan efek yang menyebar luas
2) Relaksasi jaringan ikat
3) Kenaikan suhu
4) Pengembangan duktus laktiferus dan alveoli
5) Perubahan sekretorik dalam payudara
c. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
Puncak sekresinya terjadi kurang lebih 60 hari setelah konsepsi,
fungsinya adalah untuk mempertahankan korpus luteum.
d. Human Placenta Lactogen (HPL)
Hormone ini di produksi terus naik dan pada saat aterm mencapai 2
gram/hari. Ia bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin
wanita hamil naik.
e. Pituitary Gonadotropin
FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah selama
kehamilan karena ditekan oleh estrogen dan progesterone plasenta.
f. Prolactin
Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan sekresi
ekstrogen. Sekresi air susu semdiri dihambat oleh estrogen di
tingkat taeget organ.
g. Hormon-hormon lainnya
a) Hormon laktogenik plasenta meningkatkan pertumbuhan,
menstimulasi perkembangan payudara dan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam metabolisme lemak
maternal.
b) Hormon Relaksin memberikan efek relaksan, khusunya
pada jaringan ikat.
c) Perubahan endokrin lainnya
Sekresi kelenjar hipofise umumnya menurun, dan
penurunan ini selanjutnya akan meningkatkan sekresi
semua kelenjar endokrin (khususnya kelenjar tiroid,
paratiroid dan adrenal). Kadar hormon hipofise, prolaktin
meningkat secra berangsur-angsur memnjelang akhir
kehamilan, namun funsi prolaktin dalam memicu laktasi
disupresi sampai sesuadah plasenta dilahirkan dan kadar
estrogen menurun.
d) Growth Hormon
e) TSH, ACHT dan MSH
f) Titoksin
g) Aldosteron, Renin, dan Angiotensin
h) Insulin
i) Parathormon (Walyani,2015:71-72).

1.1.7 Perubahan Anatomi Fisiologis Pada Ibu Hamil


1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
Ukuran : pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah
30x25x20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000cc. Hal ini Rahim
membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos Rahim,
serabut – serabut kolangennya menjadi higgroskopik, dan
endometrium menjadi desidua.
Gambar 5.1 Perkembangan TFU pada kehamilan
Sumber : Jannah,2012:87
Tabel 5.1 TFU menurut penambahan per tiga jari
Usia Kehamilan
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
(Minggu)
12 3 jaari di atas simpisis
16 Pertengahan pusat-simpisis
20 3 jari bawah simpisis
24 Setinggi pusat
28 3 jari bawah pusat
32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
36 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px)
40 Pertengahan pusat –prosesus xiphoideus (px)
Sumber : Jannah,2012:88.
Serabut otot bertambah banyak, tumbuh membesar dan
meregang yang disebakan stimulasi estrogen serta progesteron, dan
terjadi akibat tekanan mekanis dari dalam yaitu janin, plasenta serta
cairan ketuban akan memerlukan lebih banyak ruangan.
b. Posisi Rahim dalam kehamilan
Permulaan hamil, posisi antefleksi atau retrofleksi. Pada bulan
kehamilan, rahin tetap berada dalam rongga pelvis. Masuk kerongga
perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati. Pada
ibu hamil, Rahim biasanya mencapai mobile, lebih mengisi rongga
abdomen kanan atau kiri.
c. Berat
Tabel 5.2 Bentuk Uterus Berdasarkan Usia kehamilan
Usia Kehamilan Bentuk dan Konsistensi Uterus
Seperti buah alpukat. Ismust Rahim
menjadi hipertropi dan bertambah panjang
Bulan Pertama
sehinggga bila diraba terasa lebih
lunak(tanda hegar).
2 Bulan Sebesar telur bebek
3 Bulan Sebesar telur angsa
4 Bulan Berbentuk bulat
Rahim teraba seperti berisi cairan ketuban,
Rahim terasa tipis. Itulah sebabnya
5 Bulan
mengapa bagian – bagian janin ini dapat
dirasakan melalui perabaan dinding perut.
Sumber : Jannah,2012:89
d. Serviks
Terjadi hipervaskularisasi dan pelunakan pada serviks
akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Peningkatan
lendir serviks yang disebut dengan operkulum. Kerapuhan
meningkat sehingga mudah berdarah saat melakukan senggama.
e. Vascularisasi
Arteri urine dan ovarika bertambah dalam diameter,
panjang, dan anak – anak cabangnya, pembuluh darah vena
mengembang dan bertambah.
f. Vagina dan vulva
Terjadi peningkatan produksi lendir oleh mukosa vagina,
hipervaskularisasi pada vagina.
g. Ovarium
Tidak terjadi pembentukan folikel baru dan hanya terlihat
perkembangan dari korpus luteum.
(Jannah,2012:87-90).
2. Perubahan Payudara
Terjadi hipervaskularisasi pembuluh darah akibat peningkatan
hormon estrogen dan progesteron. Selain itu terjadi peningkatan hormon
somatomamotropin untuk produksi ASI sehingga menjadi lebih besar.
( Jannah,2012:90).
3. Perubahan Sistem Pencernaan
a. Mulut dan Gusi
Peningkatan estrogen dan progesteron meningkatkan aliran
darah ke rongga mulut, hipervaskularisasi pembuluh darah kapiler gusi
sehingga terjadi edema dan hiperplastis, ketebalan epitelial berkurang
sehingga gusi lebih rapuh, timbulnya muntah menyebabkan kebersihan
mulut terganggu dan meningkatkan rasa asam di mulut.
b. Lambung
Terjadi relaksasi pada otot-otot pencernaan antara lain
peristaltik di lambung sehingga pencernaan makanan oleh lambung
menjadi lebih lama dan kudah terjadi peristaltik balik ke esofagus.
Selain itu, pengaruh dari peningkatan hormon HCG juga dapat
menyebakan ibu hamil merasakan mual dan muntah.
c. Usus halus dan usus besar
Relaksasi pada usus halus sehingga penyerapan makanan
menjadi lebih maksimal. Relaksasi juga terjadi pada usus besar
sehingga penyerapan air menjadi lebih lama. (Jannah,2012:90-93).
4. Perubahan Sistem Kardiovaskular
a. Jantung
Hipertrofi (pembesaran) atau dilatasi ringan jantung mungkin
disebabkan oleh peningkatan volume darah dan curah jantung. Karena
diafragma terdorong ke atas, jantung terangkat ke atas dan berotasi ke
depan. Antara minggu ke-14 dan ke 20, denyut meningkat perlahan,
mencapai 10 sampai 15 kali per menit, kemudian menetap sampai
aterm.
b. Volume dan komposisi darah
Selama masa hamil terjadi percepatan produksi SDM (normal:
4-5,5 juta/mm3). Persentasi kenaikan bergantung kepada jumlah besi
yang tersedia. Massa SDM meningkat 30-33% pada kehamilan aterm,
jika ibu mengonsumsi suplemen besi. Apabila tidak mengonsumsi
suplemen besi, SDM hanya meningkat 17 % pada beberapa wanita.
· Sirkulasi darah
Terjadi gangguan sirkulasi darah akibat pembesaran dan
penekanan uterus terutama pada vena pelvis ketika duduk dan vena
cava inferior ketika berbaring, peningkatan penyerapan kapiler.
(Jannah,2012:96-101).
5. Sistem Perkemihan
Perubahan pada sistem taraktus urinarius disebabkan oleh faktor
hormonal dan mekanis, perubahan ini menimbulkan masalah urinarius.
Meskipun aliran darah ke ginjal meningkat, urin tambahan tidak
diproduksi karena terjadinya peningktan sekresi natrium dan air.
a. Infeksi Traktus Urinarius
Progesteron dengan efek relaksan pada serabut-serabut otot
polos menyebabkan terjadinya dilatasi, pemanjangan dan penekukan
ureter. Penumpukan urin terjadi dalam ureter bagian bawah dan
penurunan tonus kandung kemih dpat menimbulkan pengososngan
kandung kemih yan tidak tuntas. Kedua faktor ini membuat wanita
tersebut mudah terkena infeksi traktus urinarius.
b. Frekuensi Mikturisi
Dengan pembesaran yang terjadi pada bulan-bulan pertama
kehamilan, uterus akan lebih banyak menyita tempat dalam panggul.
Dengan demikian tempat bagi pembesaran kandung kemih akan
berkurang dan tekanan pada kandung kemih semakin sering
dirasakan.Setelah usia kehamilan 3 bulan, uterus keluar dari dalam
rongga panggul dan fungsi kandung kemih kembali normal.
Keinginan buang air kecil yang sering timbul kembali pada kehamilan
menjelang aterm ketika presenting part bayi masuk ke dalam rongga
panggul.
c. Strees Inkontinensia
Ketidakmampuan untuk mengendalikan aliran urin, khususnya
akibat desakan (stress yang ditimbulkan oleh peningkatan tekanan
intraabdomen yang mendadak (seperti ketika tertawa atau bersin)
dapat terjadi menjelang akhir kehamilan. Keadaan ini disebabkan oleh
penurunan tonus otot pada dasar panggul (akibat progesteron) dan
peningkatan tekanan akibat penambahan berat isi uterus.
(Jannah,2012:104).
6. Sistem Integumen
a. Muka
Terjadi perubahan warna bercak hiperpigmentasi kecoklatan
pada kulit di daerah tonjolan maksila dan dahi, khususnya pada wanita
hamil berkulit hitam akibat peningkatan hormon estrogen dan
progesteron, serta hormon melanokortikosteroid.
b. Kulit
Hipersensitivitas alergen plasenta sehingga menimbulkan
gatal-gatal.
Peningkatan kelenjar apocrine akibat peningkatan hormon,
kelenjar tersebut meningkat terutama akibat berat badan dan kegiatan
metabolik yang meningkat, peningkatan aktivitas sebasea. Hal ini
menimbulkan produksi keringat bertambah.
c. Perut
Terdapat garis pigmentasi dari simfisis pubis sampai bagian
atas fundus di garis tengah tubuh diinduksi hormon timbul. Pada
primigravida garis mulai terlihat pada bulan ketiga terus memanjang
seiring dengan meningginya fundus. Pada multigravida keseluruhan
garis sering muncul sebelum bulan ketiga. Terdapat juga tanda
regangan yang timbul pada 50-90% wanita selama pertengahan kedua
kehamilan yang dapat disebabkan oleh kerja adenokortokosteroid,
menunjukkan pemisahan jaringan ikat (kolagen) di bawah kulit. Garis-
garis yang sedikit cekung ini senderung timbul di daerah dengan
regangan maksimum (misalnya abdomen, paha, payudara). (Jannah,
2012:101-103).
7. Sistem Pernafasan
a. Hidung
Peningkatan vaskularisasi yang merupakan espon terhadap
peningkatan kadar estrogen, juga terjadi pada traktus pernafasan atas.
Oleh karena kapiler membesar, terbentuklah edema dan hiperemia di
hidung, faring, laring, trakea, dan bronkus.
b. Toraks dan Diafragma
Dengan semakin membesarnya uterus, maka akan mengalami
desakan pada diafragma sehingga naik 4 cm, terjadi pelebaran sududt
toraks dari 68 menjadi 103 derajat, peneingkatan progesteron
menyebabkan peningkatan pusat saraf untuk konsumsi oksigen. Hal
ini menyebabkan sesak nafas. (Jannah,2012:106).
8. Sistem Neurologi dan Muskuloskeletal
Penurunan kalsium dan alkalosis terjadi akibat perubahan pada
sistem pernafasan, tekanan uterus pada saraf, keletihan, dan sirkulasi
yang buruk pada tungkai. Hal ini bisa menyebabkan kram teritama pada
kaki.
Perubahan titik pusat gaya berat akibat uterus yang bertambah
besar dan berat membuat wanita mengambil sikap yang dapat menekan
saraf ulnar, median, dan skiatik, terjadi hiperventilasi. Hal ini bisa
menyebabkan kesemutan.
· Terjadi hipertensi postural yang berhubungan dengan perubahan
hemodinamis, hipoglikemia, penumpukan darah di bagian tungai sehigga
mengurangi arah balik vena dan mengurangi curah jantung. Hal ini bisa
menyebabkan syncope atau pingsan. (Jannah,2012:94-96).
1.1.8 Perubahan Psikologis Ibu Hamil
1. Trimester Pertama
Segera setelah terjadi  peningkatan hormon estrogen dan
progesteron dalam tubuh maka akan segera muncul  berbagai
ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya mual muntah ,
keletihan dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu perubahan
psikologi seperti berikut ini.
a. Ibu akan membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan,
kecemasan dan kesedihan
b. Mencari tahu secara aktif apakah memang benar – benar hamil dengan
memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan seringkali
memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya
c. Hasrat melakukan seks berbeda – beda pada setiap wanita. Ada yang
meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan. Pada
wanita yang mengalami penurunan libido, akan menciptakan suatu
kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan
suami.
2. Trimester Kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sdah terbiasa
dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat
kehamilan  sudah mulai berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar
sehingga belum terlalu dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah menerima
kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan pikirannya secara
lebih kontruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan
janinnya dan ibu mulai meraskaan kehadiran bayinya sebagai seseorang
diluar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa terlepas dari
kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada
trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.
3. Trimester ketiga
Trimester ketiga biasanya disebut dengan periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya.
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang
mengingatkan ibu akan lahir sewaktu – waktu. Ini menyebabkan ibu
meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala
terjadinya persalinan pada ibu. Seringkali ibu  merasa khawatir  atau takut
kalu – kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu
juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau
benda apa saja yang dianggap membahayakan bayinya. Seorang ibu
mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan
timbul pada waktu melahirkan. Trimester juga saat persiapan aktif untuk
kelahiran bayinya dan menjadi orang tua.keluarga mulai menduga – duga
apakah bayi mereka laki – laki atau perempuan dan akan mirip siapa.
Bahkan sudah mulai memilih nama unutk bayi mereka. (Walyani,
2015:73-74).
1.1.9 Tanda – Tanda Bahaya Pada Kehamilan
Menurut Walyani,2015:74, tanda bahaya ibu hamil adalah :
1. Perdarahan pervaginam
2. Sakit kepala yang hebat
3. Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja)
4. Nyeri abdomen yang hebat
5. Begkak pada muka dan tangan
6. Bayi kurang bergerak seperti biasa
7. Keluar cairan pervaginam

2.1 Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum

2.1.1 Pengertian Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum merupakan kejadian mual dan muntah


yang berlebihan sehingga mengganggu aktivitas ibu hamil. Hiperemesis
gravidarum sering terjadi pada awal kehamilan antara umur kehamilan 8-
12 minggu. Hiperemesis gravidarum apabila tidak tertangani dengan baik
akan menyebabkan komplikasi bahkan kematian ibu dan janin.
Prevalensi hiperemesis gravidarum antara 1-3 % atau 5-20 kasus per
1000 kehamilan (Simpsonet.al,2001). Hiperemesis gravidarum  adalah
mual muntah berlebihan selama masa hamil karena intensitasnya melebihi
muntah normal dan berlangsung selama kehamilan trimester pertama
(Varney, 2006).(Lusa, 2013).

Hyperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan


pada ibu hamil, seorang ibu menderita Hyperemesis Gravidarum jika
seorang ibu memuntahkan segala yang dimakan dan diminumnya hingga
berat badan ibu sangat turun (Wiknjosastro, 2012).

Hyperemesis Gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal


kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu.keluhan muntah kadang-
kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan
mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan
terdapat aseton dalam urin seperti gejala penyakit apendisitis, pielititis,
dan sebagainya (Cuningham, 2013).

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan


pada wanita hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan kedaan
umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi, biasanya terjadi pada
usia kehamilan trimester I. gejala tersebut kurang lebih terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu (Marmi, 2011).

2.1.2 Penyebab Hiperemesis Gravidarum


Penyebab hiperemesis gravidarum belum pasti, diduga karena :
1. faktor hormonal ;
a. neurologis,
b. metabolik,
c. psikologis,
d. keracunan.
2. faktor endokrin ;
a. paritas,
b. riwayat kehamilan mola
c. kehamilan kembar ( Lusa,2013).
2.1.3 Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum
Peningkatan kadar esterogen dapat menyebabkan mual
pada trimester pertama. Apabila mual muntah terjadi terus menerus dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat, dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Sehingga oksidasi lemak tidak sempurna, dan terjadi
ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida dan
aseton darah.
Mual dapat menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler
dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Dehidrasi juga
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke
jaringan berkurang.
Selain terjadi dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit,
terjadi pula robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung
(sindroma molarry-weiss) yang berakibat perdarahan gastrointestinal
(Mansjoer,2000).(Lusa,2013).
2.1.4 Tingkatan dan Gejala Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum terbagi menjadi tiga (3) tingkatan, dikutip dari
Lusa,2013 yaitu:
1. Hiperemesis gravidarum tingkat I
2. Hiperemesis gravidarum tingkat II

3. Hiperemesis gravidarum tingkat III

Penjelasan ;
1. Hiperemesis gravidarum tingkat I
Hiperemesis gravidarum tingkat I mempunyai gejala seperti:
lemah, nafsu makan menurun; berat badan menurun; nyeri epigastrium;
penurunan tekanan darah sistolik; lidah kering; turgor kulit kurang; dan
mata cekung.
2. Hiperemesis gravidarum tingkat II
Hiperemesis gravidarum tingkat II mempunyai gejala seperti: mual
muntah hebat; keadaan umum lemah; apatis; nadi cepat dan kecil; lidah
kering dan kotor; suhu badan meningkat (dehidrasi); mata cekung dan
ikterik ringan; oliguria dan konstipasi; nafas bau aseton dan aseton dalam
urin.
3. Hiperemesis gravidarum tingkat III
Hiperemesis gravidarum tingkat III mempunyai gejala seperti:
keadaan umum jelek; mual muntah berhenti; kesadaran menurun
(somnolen hingga koma); nadi kecil, cepat dan halus; suhu badan
meningkat; dehidrasi hebat; tekanan darah turun sekali; ikterus dan terjadi
komplikasi fatal ensefalopati Wernicke (nistagmus, diplopia, perubahan
mental).
2.1.5 Komplikasi Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum  dapat menyebabkan komplikasi


selama kehamilan pada organ tubuh, diantaranya kelainan organ hepar,
jantung, otak dan ginjal. Adapun kelainan organ pada hepar menyebabkan
degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosis ; pada jantung menyebabkan
jantung atrofi, kecil dan biasa ; pada otak menyebabkan perdarahan bercak
dan pada ginjal menyebabkan pucat, degenerasi lemak pada tubuli
kontroli.(Lusa,2013).
Komplikasi hyperemesis gravidarum yang dikutip dari (Salmah, 2013)
,yaitu :
1. Komplikasi Ringan
Kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari kekurangan gizi,
alkalosis hipokalemia, kelemahan otot, kelainan elektrokardiografik,
tetani dan gangguan psikologi.
2. Komplikasi yang mengancam kehidupan, Ruptur oesophageal
berkaitan dengan muntah yang berat, encephalophaty wernicke’s,
mielinolisis pusat pontine, retinal haemorage, kerusakan ginjal,
keterlambatan pertumbuhan didalam kandungan, dan kematian janin.
2.1.6 Diagnosis
Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar,
dengan menentukan kehamilan, muntah berlebihan sampai
menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah
yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan
tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi klinisnya,
oleh karena itu hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah
dan harus mendapat pengobatan yang adekuat. Kemungkinan penyakit
lain yang menyertai kehamilan harus berkonsultasi dengan dokter
tentang penyakit hati, ginjal, dan penyakit tukak lambung.
Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan ketiga kemungkinan
hamil yang disertai penyakit (Manuba, 2012).

Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus


ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus,
sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus
dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis,
ulkus ventrikuli dan tumor serebi yang dapat pula memberikan gejala
muntah.

Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat


menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi
perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan
(Prawirahardjo, 2012).

2.1.7 Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu
dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan
dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari
dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat. Makanan
yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan
dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin,
menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang
penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak
mengandung gula. (Rukiyah, dkk, 2010)

Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak


berkurang maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk
tidak memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang sering diberikan
adalah Phenobarbital. Menurut Prawihardjo (2012) vitamin yang
dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6, Anti histaminika juga
dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat
diberikan antiemetic seperti disiklomin hidrokkloride atau
khlorpromasin.

1. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu


dikelola di rumah sakit.
2. Hyperemesis Gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap
di Rumah Sakit Adapun terapi dan perawatan yang diberikan
adalah sebagai berikut :
a. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi
cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar
dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke
dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita
mau makan. Tidak diberikan makanan/minuman dan selama
24 jam. Kadang- kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

b. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit
dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena
kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah
dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.

3. Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik
bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardia, ikterik,
anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak
boleh dilakukan terlalu capat dan dipihal lain tidak boleh
menunggu sampai terjadi irreversiblepada organ vital.
4. Diet Hiperemesis Gravidarum
a. Diet Hiperemesis Tingkat I diberikan pada hiperemesis
tingkat II.Makanan hanya berupa roti kering dan buah-
buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2
jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat-zat
gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama
beberapa hari.
b. Diet HiperemesisTingkat I diberikan bila rasa mual dan
muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan
makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan
bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat
gizi kecuali vitamin A dan D.
c. Diet Hiperemesis Tingkat II diberikan kepada penderita
dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita
minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium (Prawirohardjo,
2012).
2.1.8 Penanganan Hiperemesis Gravidarum

Adapun penanganan dari hyperemesis gravidarum, yang di kutip


dari Lusa,2013, yaitu :

1. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang kehamilan muda


yang disertai dengan emesis gravidarum;
2. Anjurkan ibu hamil tidak segera bangun dari tempat tidur agar terjadi
adaptasi aliran darah menuju susunan saraf pusat;

3. Nasehatkan tentang diit ibu hamil: makan porsi sedikit tapi sering,


menghindari makanan yang merangsang muntah;

4. Pemberian obat-obatan ringan seperti: sedatif, vitamin, anti emetik,


anti histamin;

5. Dukungan psikologis berupa: menghilangkan rasa takut, mengurangi


pekerjaan, menghilangkan masalah dan konflik;

6. Perawatan di rumah sakit meliputi: isolasi sampai mual muntah


berkurang; penambahan cairan (glukosa 5% 2-3 liter dalam 24 jam,
pemberian kalium dan vitamin apabila diperlukan);
terminasi kehamilan apabila kondisi memburuk.
7. Pemeriksaan laboratorium berupa: analisis urun, kultur urin; darah
rutin; fungsi hati (SGOT, SGPT, alkaline fostase); pemeriksaan
tiroid (tiroksin dan TSH); Na, Cl, K, glukosa, kreatinin, asam urat;
serta USG untuk menghindari kehamilan mola.

3.1 Lingkup Asuhan Kehamilan


3.1.1 Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan
Prinsip-prinsip pokok asuhan antenatal konsisten dengan dan
didukung oleh prinsip-prinsip asuhan kebidanan. Lima prinsip-prinsip
utama asuhan kebidanan menurut (Yulizawati, 2017) adalah :
1) Kelahiran adalah proses yang normal :
Kehamilan dan kelahiran biasanya merupakan proses yang
normal, alami dan sehat. Sebagai bidan, kita membantu dan
melindungi proses kelahiran tersebut. Sebagai bidan kita percaya
bahwa model asuhan kebidanan yang membantu dan melindungi
proses kelahiran normal, adalah yang paling sesuai untuk kebanyakan
ibu selama kehamilan dan kelahiran.
2) Pemberdayaan :
Ibu dan keluarga mempunyai kebijaksanaan dan seringkali tau
kapan mereka akan melahirkan. Keyakinan dan kemampuan ibu untuk
melahirkan dan merawat bayi bias ditingkatkan atau dihilangkan oleh
orang yang memberikan asuhan padanya dan oleh lingkungan dimana
ia melahirkan. Jika kita bersikap negatif atau kritis, hal ini akan
mempengaruhi si ibu. Hal ini juga dapat mempengaruhi lamanya
waktu persalinan. Kita, sebagai bidan, harus ibu yang melahirkan
daripada untuk mencoba mengontrol persalinannya. Kita harus
menghormati bahwa ibu adalah aktor utama dan penolong persalinan
adalah actor pembantu selama proses kelahiran.
3) Otonomi :
Ibu dan keluarga memerlukan informasi sehingga mereka dapat
membuat suatu keputusan. Kita harus tau dan menjelaskan informasi
yang akurat tentang resiko dan keuntungan semua prosedur, obat-
obatan dan tes. Kita juga harus membantu ibu dalam membuat suatu
pilihan tentang apa yang terbaik untuk diri dan bayinya berdasarkan
nilai dan kepercayaannya (termasuk kepercayaan-kepercayaan budaya
dan agama).
4) Jangan Membahayakan :
Intervensi haruslah tidak dilaksanakan secara rutin kecuali
terdapat indikasi-indikasi yang spesifik. Pengobatan pada kehamilan,
kelahiran atau periode pasca persalinan dengan tes-tes ”rutin”, obat
atau prosedur dapat membahayakan bagi ibu dan bayinya. Misalnya
prosedur-prosedur yang keuntungannya tidak mempunyai bukti
termasuk episiotomi rutin pada primipara, enema dan pengisapan pada
semua bayi baru lahir. Bidan yang terampil harus tau kapan harus
melakukan sesuatu. Asuhan selama kehamilan, kelahiran dan pasca
persalinan, seperti halnya juga penanganan komplikasi harus dilakukan
berdasarkan suatu bukti.
5) Tanggung Jawab :
Setiap penolong persalinan harus bertanggung jawab terhadap
kualitas asuhan yang ia berikan. Praktek asuhan maternitas harus
dilakukan berdasarkan kebutuhan ibu dan bayinya, bukan atas
kebutuhan penolong persalinan. Asuhan yang berkualitas tinggi,
berfokus pada klien dan sayang ibu berdasarkan bukti ilmiah sekarang
ini adalah tanggung jawab semua bidan.

3.1.2 Tujuan asuhan kehamilan


1) Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
dan bayi
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan/ komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan
dan pembedahan
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
dan bayi dengan trauma seminimal mungkin
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Ekslusif
6) Peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (280
hari/ 40 minggu) atau 9 bulan 7 hari. Periode dalam kehamilan terbagi
dalam 3 triwulan/ trimester :
a. Trimester I : 0-12 minggu
b. Trimester II : 13 – 28 minggu
c. Trimester III : 29 – 40 minggu.
3.1.3 Standar asuhan kehamilan
Kebijakan program : Anjuran WHO
• Trimester I : Satu kali kunjungan
• Trimester II : Satu kali kunjungan
• Trimester III : Dua kali kunjungan
Kunjungan yang ideal adalah :
• Awal kehamilan – 28 minggu: 1 x 1 bulan
• 28 minggu – 36 minggu : 1 x 2 minggu
• 36 minggu – lahir : 1 x 1 minggu
Tabel 1.1 Garis besar informasi setiap kali kunjungan Kunjungan Waktu
Informasi Penting.
Kunjungan Waktu Informasi Penting
TM I < 12 Minggu • Menjalin hubungan dan saling
percaya
• Deteksi masalah dan
menangani pencegahan
tetanus : TT, Anemia dan
kesiapan menghadapi
kelainan
• Motivasi hidup sehat (Gizi,
latihan, istirahat, hygiene)
TM II 12 Minggu - < 28 Waspada pre-eklamsia
Minggu
TM III  28 Minggu –  Sama dengan TM I + Palpasi
36 Minggu abdominal
 36 Minggu  Sama dengan TM I + Deteksi letak
janin dan tanda-tanda abnormal lain
Tabel 1.2 Standar Minimal Asuhan Antenatal : “14 T”

 Timbang berat badan  Pemeriksaan protein urin


 Tinggi fundus uteri  Pemeriksaan urin reduksi
 Tekanan darah  Perawatan payudara
 Tetanus toxoid  Senam hamil
 Tablet Fe  Pemberian obat anti malaria
 Tes PMS  Pemberian kapsul yodium
 Pemeriksaan Hb  Temu wicara

3.1.4 Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Asuhan Kehamilan


Bagaimana cara kita sebagai bidan memastikan bahwa peran kita
di dalam masyarakat dan negara dapat membantu ibu-ibu dan bayinya
selamat dalam kehamilan dan kelahiran? Jawabannya, baik berbicara
sebagai masyarakat atau sebagai seorang wanita secara individual, adalah
berfokus pada keterampilan yang diperlukan untuk mempromosikan
kesehatan dan tanggung jawab asuhan, serta keterampilan dalam
pemecahan masalah. Kita mulai dengan ibu yang sehat. Kita menentukan
penyebab-penyabab utama kematian maternal dan untuk mencegah,
mendeteksi atau menangani penyimpangan dari sehat yang mengancam
keselamatan jiwa melalui jalan menuju keselamatan. Pada setiap tingkat
masyarakat dan negara terdapat tindakan yang dapat diambil oleh bidan
untuk membantu memastikan bahwa ibu-ibu tidak akan meninggal dalam
kehamilan dan kelahiran. Tindakan-tindakan ini dapat dilakukan pada
beberapa tingkatan:
• Rumah dan masyarakat
• Pusat kesehatan atau rumah bersalin
• Rumah sakit
Asuhan antenatal yang direkomendasikan :
1. Kunjungan antenatal yang berorientasi pada tujuan petugas kesehatan
terampil
2. Persiapan kelahiran (kesiapan menghadapi komplikasi)
3. Konseling KB
4. Pemberian ASI
5. Tanda-tanda bahaya, HIV/AIDS
6. Nutrisi
7. Deteksi dan penatalaksanaan kondisi dan komplikasi yang diderita
8. TT
9. Zat besi dan asam folat
10. Pada populasi tertentu, pengobatan preventif malaria, yodium dan
vitamin A
3.1.5 Langkah-langkah Asuhan Kehamilan yang Aman dan Nyaman
1) Ciptakan rasa percaya dengan menyepa ibu dan keluarga seramah
mungkin dan membuatnya merasa nyaman
2) Menanyakan riwayat kehamilan ibu dengan cara menerapkan prinsip
mendengarkan efektif
3) Melakukan anamnesa secara lengkap, terutama riawayat kesehatan ibu
4) Melakukan pemeriksaan seperlunya
5) Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana seperti pemeriksaan
hemoglobin
6) Membantu ibu dan keluarga mempersiapkan kelahiran dan
kemungkinan tindakan darurat
7) Memberikan konseling sesuai kebutuhan
8) Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman di
rumah
9) Memberikan nasihat kepada ibu untuk mencari pertolongan apabila
ada tanda-tanda bahaya seperti perdarahan pervagina, sakit kepala
lebih dari biasanya dan gangguan penglihatan.

4.1 Model Dokumensi Asuhan Kehamilan


1. SOR ( Source Oriented Record)
Model ini menetapkan catatan atas disiplin orang atau sumber yang
mengelola pencatatan.
Catatan berorientasi pada sumber terdiri dari 5 komponen, yaitu :
 Lembar biodata pasien
 Lembar order dokter
 Lembar riwayat medic/penyakit
 Catatan perawat/bidan
 Catatan dan laporan kasus
2. POR
Model ini memusatkan data tentang klien didokumentasikan dan disusun
menurut masalah klien. System dokumentasi ini mengitregrasikan semua
data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh dokter, peawat dan bidan
atau tenaga kesehatan lainnya yang terlibat dalam pemberian pelayanan
kepada klien.
Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen :
 Data dasar
 Daftar masalah
 Evaluasi dan penyelesaian masalah secara jelas dicatat
 Daftar awal rencana asuhan
 Catatan perkembangan
3. CBE (Charting By Exception)
Adalah system dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari hasil
atau penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standart.
4. PIE (Problem Intevention and Evaluation)
PIE Adalah Singkatan dari Problem Intevention and Evaluation.
5. Manajemen Varney
Merupakan metode pemecahan kesehatan ibu dan anak yang khusus
dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Ada 7 langkah Varney :
Langkah I : Pengumpulan data dasar
Langkah II : Interprestasi data dasar
Langkah III : Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial
Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera dan kolaborasi
Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Langkah VI : Melaksanakan asuhan
Langkah VII : Evaluasi
6. Definisi SOAP
SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan
tertulis. Bidan hendaknya menggunakan dokumentasi SOAP setiap kali
bertemu pasien (Subiyatin, 2017). Dipakai untuk mendokumenkan asuhan
pasien dalam rekaman medis pasien sebagai catatan kemajuan. Model
SOAP sering digunakan dalam catatan perkembangan pasien. Seorang
bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap kali dia bertemu dengan
pasiennya, bidan boleh menulis lebih dari satu catatan untuk satu pasien
dalam satu hari.
Alasan catatan SOAP dipakai dalam pendokumentasian adalah
karena metode SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis
yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan dalam rencana asuhan,
metoda SOAP dapat dipakai sebagai penyaring inti sari proses
penatalaksanaan kebidanan dalam tujuannya penyediaan dan
pendokumentasian asuhan, dan dengan SOAP dapat membantu bidan
dalam mengorganisir pikiran dan asuhan yang menyeluruh (Subiyatin,
2017).
a. Pembagian SOAP
Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari
proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk
mendokumenkan asuhan pasien dalam rekaman medis pasien sebagai
catatan kemajuan.Bentuk SOAP umumnya digunakan untuk
pengkajian awal pasien, dengan cara penulisannya adalah sebagai
berikut:
1) S = Subjektif
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari sudut pandang pasien
atau segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada pasien
bisu maka dibagian data belakang “S” diberi kode”0” atau “X”.
2) O = Objektif
Data objektif merupakan data yag diperoleh dari hasil pemeriksaan/
observasi bidan atau tenaga kesehatan lain. Yang termasuk dalam data
objektif meliputi pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium,
atapu pemeriksaan diagnostik lainnya.
3) A = Analisa
Analisa merupakan pendokumentasian dari hasil analisa data subjektif
dan data objektif. Analisa yang cepat dan akurat sangat diperlukan
guna pengambilan keputusan/tindakan yang tepat.
4) P = Planning
Planning (Perencanaan) adalah rencana yang dibuat berdasarkan hasil
analisa. Rencana asuhan ini meliputi rencana saat ini dan akan datang
(Subiyatin, 2017).
b. Pentingnya Pendokumentasian SOAP
Pendokumentasian penting dilakukan oleh bidan mengingat
dokumentasi memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi pentingnya
melakukan dokumentasi kebidanan meliputi dua hal berikut ini:
1) Untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang telah dilakukan
bidan.
2) Sebagai bukti dari setiap tindakan bidan bila terjadi gugatan
terhadapanya.
Adapun tujuan dokumentasi kebidanan menurut Muslihatun, dkk
(dalam Subiyatin, 2017) adalah sebagai sarana komunikasi.
Komunikasi terjadi dalam tiga arah, yaitu ke bawah untuk melakukan
instruksi, ke atas untuk memberi laporan, ke samping (lateral) untuk
memberi saran. (Walyani,2015:155-164).
DAFTAR PUSTAKA

Cuningham, 2013. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Jannah, Nurul. 2012. Buku ajar Asuhan Kebidanan – Kehamilan. Yogyakarta:


ANDI

Hani, Ummi, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:
Salemba Medika.

https://lusa.afkar.id/hiperemesis-gravidarum-hyperemesis-
gravidarum#:~:text=Pengertian%20Hiperemesis%20Gravidarum,wanita
%20hamil%20hingga%20mengganggu%20aktivitas. ( diakses pada tanggal 1
april 2013)

https://www.alodokter.com/hiperemsis-gravidarum#:~:text=Komplikasi
%20Hiperemesis%20Gravidarum&text=Mual%20dan%20muntah%20yang
%20berlebihan,vena%20dalam)%20pada%20ibu%20hamil. (diakses pada
tanggan 18 Jul 2019)

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kanduangan,


dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Rukiyah, 2009, Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta : CV Trans Info


Media (TIM)

Wahyuningsih, Sri. 2019. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Bondowoso: KHD


Production

Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:


Pustakabarupress

Wiknjosastro, Hanifa. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Yeyeh, Rukiyah, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan 1 (kehamilan). Jakarta: CV Trans


Info Media.

Yulizawati, SST, M.Keb. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.
Padang: Erka CV. Rumahkayu Pustaka Utama
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. “V” G1 P00000 USIA KEHAMILAN 10 MINGGU
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I
DI PMB SRI HERLINANI DESA PEJARAKAN
RANDUAGUNG – LUMAJANG
TAHUN 2020

Tempat : PMB SRI HERLINANI., S.ST., Bd


Tanggal/waktu : Senin, 1 Desember 2020 / 07.05 wib
Pengkaji/NIM : Hanna Surya / 15901.02.20073

No.Register                 : 0044
Tanggal kunjungan      : 1 desember 2020                   jam 07.05 wib
Tanggal pengkajian     : 1 desember 2020                   jam 07.10 wib

 IDENTITAS ISTRI/SUAMI
 Nama               : Ny “V” Nama : Tn “D”
 Umur               : 20 tahun Umur : 22 tahun
 Nikah              : 1 kali Nikah : 1 kali
 Suku                : Madura Suku : Jawa
 Agama             : Islam Agama : Islam
 Pendidikan      : SMP Pendidikan : SMP
 Pekerjaan         : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Status ekonomi : Menengah ke bawah Status ekonomi: Menengah kebawah
 Alamat            : Dusun Krajan RT1/1 – Ds.Pejarakan – Kec.Randuagung
Ibu dan keluarga tidak memiliki jaminan kesehatan

2.1 SUBJEKTIF (S)


1. Keluhan Utama
Ibu datang ke Praktik Mandiri Bidan mengatakan telat haid 1 bulan
lebih, haid terakhir tanggal 15 september 2020, mengalami mual dan
muntah sebanyak ± 5x sehari dan setiap makanan yang dimakannya
dimuntahkan, nyeri ulu hati, merasa pusing, merasa lemas, dan berat badan
sebelum hamil 50 kg, dan sekarang merasa berat badan menurun.

2. Riwayat Menstruasi
 Menarche : 13 tahun
 Siklus : 28 hari
 Lama haid : ± 7 hari
 Sifat darah : cair disertai gumpalan
 Banyak arah : ± 2-3 pembalut / hari
 Dismonarche : kadang-kadang
 Flour Albus : pre dan pos menstruasi
3. Riwayat Perkawinan
 Status perkawinan : Menikah
 Berapa kali menikah : 1 x,
 Lama perkawinan : ± 2 tahun
 Usia saat menikah : 18 tahun
4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Hamil ini
5. Riwayat Kehamilan Sekarang
Hamil ke : 1 (pertama)
Hamil berapa bulan : usia kandungan 2 bulan
HPHT : tanggal 15 September 2020
Keluhan umum : awal kehamilan mual dan muntah
6. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan tidak pernah mendrita penyakit menahun, menular
maupun menurun, misalnya DM, TBC, Ashma, jantung, Hipertensi

7. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga besar ibu dan suami tidak ada yang
menderita penyakit menahun, menular maupun menurun, misalnya
DM, TBC, Ashma, jantung, Hipertensi
8. Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelum hamil belum pernah menggunakan KB
apapun. ibu berencana untuk mengikuti program KB setelah
melahirkan nantinya, yaitu implant

9. Riwayat Psikososial dan Ekonomi


Ibu mengatakan kehamilannya saat ini sangat diharapkan suami dan
keluarga selalu memberi dukungan dan membantu ibu dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari.

10. Riwayat Spiritual


Ibu dan keluarga beragama Islam ibu tidak mempercayai sugesti yang
sering ada dimasyarakat. Ibu melaksanakan sholat 5 waktu dan selalu
berdo’a agar kehamilan dan persalinanya sekarang berjalan normal.

11. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari


Nutrisi :
a. Selama hamil
Makan 3x /hari (sayur 1 mangkok kecil, nasi 1 porsi orang
dewasa, buah , lauk , dan susu ibu hamil)
Minum 6-7 gelas air putih/ hari
b. Sebelum hamil
Makan 3x/hari (nasi, lauk, jarang mengkonsumsi sayur dan
buah)
Minum 5 - 6 gelas air/ hari
Istirahat :
a. Selama hamil
Tidur siang ±2 jam
Tidur malam ± 7 – 8 jam
b. Sebelum hamil
Ibu jarang tidur siang
Tidur malam 6-7 jam /hari
Aktifitas :
a. Selama hamil
Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasa yaitu
memasak, bersih-bersih dan dibantu suami bila mencuci dan
menyetrika.
b. Sebelum hamil
Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasa yaitu
memasak, mencuci, bersih-bersih dll.
Eliminasi :
a. Selama hamil
BAB : 1 x 2 x /hari, tidak konstipasi, konsisten lunak
BAK : 5 – 6 x /hari, warna dan bau khas
b. Sebelum hamil
BAB : 1 x 2 x /hari, ibu sering konstipasi, konsisten lunak
BAK : 3 – 5 x /hari, warna dan bau khas
Personal Hygiene :
a. Selama hamil
Mandi 2 – 3 x/ hari, setiap mandi gosok gigi, keramas tiap kali
rambut terasa kotor, ganti pakaian 2x/hari
b. Sebelum hamil
Mandi 2 – 3 x /hari, setiap mandi gosok gigi, karamas tiap hari
rambut terasa kotor, ganti pakaian 2x/hari
Seksual :
a. Selama hamil
Pada usia kehamilan 1 – 2 bulan, pasutri 1x seminggu
b. Sebelum hamil
Aktifitas seksual pasutri 3 – 4 x seminggu.

2.2 OBJEKTIF (O)
1. Dari hasil pemeriksaan umum :
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. BB saat ini : 48kg BB sebelum hamil : 50kg
d. Tinggi badan : 152 cm
e. Lila : 24,5 cm
f. Tanda-tanda vital
 Tekanan Darah : terlentang : 100/70 mmHg
Miring : 90/60 mmHg
 Nadi : 84x/menit
 Respirasi : 22 x/menit
 Suhu : 37 ºC
g. KSPR : Scor 2
h. Screening PE
 ROT (Role Over Test) : 10(-)
 MAP (Mean Arterial Preasure) : 86,6(-)
 IMT/BMI : 20,7 (normal)
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
o. Kepala : Pusing
o. Mata : Simetris, konjungtiva pucat, mata cekung
o. Muka : Pucat
o.Mulut : Lidah kotor dan kering, bibir kering, pucat,
tercium keton dalam hawa pernapasan.
o. Payudara : Pembesaran normal, tidak ada tarikan dinding
dada, ada hiperpigmentasi arcola dan papilla,
puting menonjol, belum ada pengeluarn ASI.
o.Abdomen : Membesar sesuai usia kehamilan, linea alba ,
tidak ada strial alba /gravida, tidak ada luka bekas
operasi.
o. Ekstremitas : tangan tidak oedema, tidak pucat, tidak kuning,
simetris, kakai tidak oedema, tidak pucat, tidak
kuning, simetris, tidak ada varises, turgor kulit
kurang.
b. Palpasi
o. Leopold I : 1 jari atas sympisis

o. Leopold II : -

o. Leopold III : -

o. Leopold IV : -

c. Auscultasi
Djj -

d. Pemeriksaan penunjang:
HB : 11 gr%
Protein urin (-)

2.3 ANALISA (A)
Ny “V” G1 P00000 usia kehamilan 10 minggu dengan hyperemesis
gravidarum tingkat I

3.4 PENATALAKSANAAN (P)
Tanggal 1 Desember 2020, jam 07.10 wib
1. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan saat ini
e/ ibu mengerti tentang penjelasan dari bidan
2. Mengobservasi mual dan muntah,bahwa ibu muntah sebanyak 5x
e/ ibu menceritakan keadaannya saat ini
3. Melakukan KIE tentang mengurangi rasa mual, seperti makan
porsi sedikit tapi sering, dsb.
e/ ibu mengerti penjelasan dari bidan
4. Memberikan KIE tentang tanda bahaya kehamilan TM I seperti
abortus, anemia, dsb.
e/ ibu mengerti dengan penjelasan dari bidan
5. Menganjurkan ibu untuk banyak mengkonsumsi buah dan sayur
e/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan serta manfaatnya
6. Memberikan terapi vitamin B6 sebanyak 15 tab dengan dosis 3x1
diminum bila merasa mual saja dan teh hangat,roti/biscuit
e/ ibu bersedia meminumnya sesuai anjuran dan merasa lebih baik
7. Menjelaskan pada ibu untuk mengajak suami atau keluarga setiap
kali melakukan pemeriksaan kehamilan
e/ ibu mengerti penjelasan dan tujuan di damping keluarga
8. Menganjurkan ibu agar tetap manjaga kesehatan dan menjaga jarak
dengan lingkungan sekitar, serta selalu mematuhi protokol
kesehatan dengan selalu menggunakan masker, mencuci tangan
dan menjaga jarak ketika sedang beraktivitas diluar rumah untuk
menghindari penularan covid-19
e/ ibu bersedia untuk mengurangi aktivitas di luar rumah dan selalu
mematuhi protokol kesehatan ketika sedang beraktivitas di luar
rumah
9. Membuat rujukan internal untuk pemeriksaan kehamilan terpadu
yaitu kolaborasi dengan dokter umum, dokter gigi, pemeriksaan
laborat, konsultasi gizi, untuk memastikan adanya komplikasi atau
tidak ada serta perencanaan persalinan sesuai kondisi kehamilan
ibu
e/ ibu bersedia melakukannya dengan di damping bidan
10. Menganjurkan bila keadaan tetap masih mual dan muntah dan
tubuh ibu tambah lemas segera di bawa ke puskesmas terdekat
e/ ibu dan keluarga sudah mengerti penjelasan yang disampaikan
oleh bidan.
11. Menjadwal kunjungan ulang berikutnya ( 01-01-21) ke puskesmas
atau praktek mandiri bidan atau bila ada keluhan
e/ ibu bersedia melakukan kunjungan ulang periksa hamil
12. Mencatat kunjungan pada rekam medis, kohort dan buku KIA, bila
keaadaan tetap belum membaik dilakukan rujukan ke puskesmas
e/ Kunjungan sudah tercatat
LEMBAR KONSULTASI AKADEMIK DAN RUANGAN

Nama : Hanna Surya Ruangan : PMB SRI HERLINANI

NIM : 15901.02.20073 Kasus : Kehamilan Patologis

Hari / Paraf
No Masukan
tanggal Ci Wahana Ci Akademik
Perbaiki penulisan
referensi dan daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai