Anda di halaman 1dari 22

BISULAN, MILIARIASIS, DIARE, DAN INFEKSI

KELOMPOK 3
1. Hanifah Sarah Nur Laila Aji (R0419015)
2. Hasna Fatin Hanifah (R0419016)
3. Hasna Hanifa (R0419017)
4. Hesa Candra Meisaputri (R0419018)
5. Inas Azhar Dwi Haryadi (R0419020)
6. Kharisma Tristiadewi (R0419021)
7. Madha Yuli Christiana (R0419023)
8. Nailah Salma Inas (R0419024)
BISULAN
Apa itu Bisul ? ? ?
Bisul adalah sekumpulan nanah (neutrofil
mati) yang telah terakumulasi di bagian tubuh
setelah terinfeksi bakteri (Craft, 2012). Pada
awalnya, kulit menjadi merah di area infeksi
lalu berkembang menjadi benjolan lunak.
Setelah 4-7 hari, benjolan mulai memutih
seperti nanah yang terkumpul di bawah kulit.

Kondisi ini paling sering disebabkan oleh


bakteri yang memicu peradangan pada folikel
rambut.

Bisul biasanya muncul pada area kulit yang


memiliki rambut, sering bergesekan, dan
berkeringat seperti wajah, leher, ketiak, bahu,
pantat, & paha.
Etiologi / Penyebab Patofisiologi
Staphylococcus
aureus

Sel terinfeksi

Penumpukan sel
darah putih
Staphylococcus aureus

Pembentukan dinding
abses
Tanda & Gejala Penanganan
01 Nodul kemerahan 01 Kompres air hangat selama 10 mnt.
02 Nyeri 02 Nanah keluar bersihkan dengan air
03 Nodul melunak hangat & sabun, lalu bilas dengan
menjadi abses alkohol
04 03 Oleskan salep anti biotik lalu perban
Dalam 7 hari
furunkel pecah 04 Dibersihkan 2 -3 kali
05 Tinggi nodul 05 Memperhatikan personal hygiene
mencapai 3 – 10 cm balita
06 Demam & Malaise 06 Mencuci tangan sebeum & sesudah
MILIRIASIS
Pengertian Miliariasis
 Miliaria oleh masyarakat Indonesia dikenal dengan biang
keringat atau keringat buntet yang sering dijumpai pada
bayi dan anak.
 Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan
kemerahan, disertai dengan gelembung kecil yang ada di
dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian
(dada,punggung), tempat yang mengalami tekanan atau
gesekan pakaian, dan juga kepala disertai rasa gatal dan
panas.
 Kondisi ini semakin parah jika pasien tersebut
menggaruknya, sehingga menimbulkan iritasi dan bisa
bahkan infeksi.
 Bila tidak ditangani dengan baik, biang keringat yang
terinfeksi ini dapat menjadi bisul (abses) yang berisi
nanah.
Penyebab Miliariasis

Penyebab umum: Faktor-Faktor yang bisa


 Miliariasis disebabkan meningkatkan risiko terjadinya
tersumbatnya kelenjar miliariasis:
keringat akibat paparan ● Faktor Internal → Usia (bayi dan anak)
● Faktor Eksternal :
sinar ultraviolet,
1. Iklim dan cuaca (panas dan lembab)
mikroorganisme, maupun 2. Aktivitas (aktifitas berat seperti
sekresi keringat yang olahraga)
berulang. 3. Pakaian (ketat, bahan tidak
 Sumbatan pada kelenjar menyerap keringat)
kulit mengakibatkan retensi 4. Lingkungan (banyak
keringat sehingga memicu mikroorganisme/ bakteri)
timbulnya ruam dan 5. Tingkat pengetahuan (tentang
perawatan kulit)
peradangan.
Klasifikasi dan Gejala Miliariasis

Kristalina Rubra

Profunda Pustulosa

Bintil-bintil kecil Gatal atau perih pada Lesi muncul saat berkeringat
ruam
kemerahan
Patofisiologi Miliariasis
Penanganan Miliariasis

1. Mandi menggunakan sabun 4. Hindari aktivitas yang menimbulkan keringat


noniritatif dan air dingin dan hindari udara panas
2. Kenakan baju yang kering, 5. Kompres ruam dengan kain lembab/es batu
bersih, serta dengan bahan 6. Minum banyak cairan untuk mencegah
yang mudah menyerap dehidrasi
keringat.
7. Jika biang keringat yang dialami cukup parah
3. Bila peradangan cukup banyak,
dokter dapat melakukan penanganan
beri salep (hidrokortison 1%)
berupa : antihistamin, salep kortikosteroid,
atau bedak yang mengandung
lotion calamine, antibiotic, dan lanolin
bahan antipruritus seperti
anhidrat
DIARE
Pengertian Diare
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam
sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini
paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,
dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat.

Menurut Depkes RI (2011), diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
dari tiga kali dalam satu hari.

Jadi Diare dapat diartikan sebagai penyakit pencernaan yang ditandai dengan perubahan
bentuk atau konsistensi tinja menjadi melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari biasanya. Penyakit ini salah satunya umum
terjadi pada anak-anak, terutama bayi usia di bawah lima tahun (balita).
Penyebab Diare
Faktor

1 Faktor infeksi
1. Infeksi Enteral : Virus,
Bakteri, Parasit
3 Lingkungan
Sarana air bersih (SAB), jamban, saluran
pembuangan air limbah (SPAL), keadaan
2. Infeksi Parental : Otitis rumah, tempat pembuangan sampah,
Media Akut (OMA), kualitas bakteriologis air dan kepadatan
Tonsilofaringitis, tempat tinggal

4
Bronkopneumonia, dan
Faktor Sosial Ekonomi
Ensefalitis Masyarakat

2
a) Pendidikan
b) Pekerjaan
Faktor Susunan Makanan c) Perilaku : tidak menerapkan
Antigen , Osmolaritas, kebiasaan cuci tangan pakai sabun
Malabsorpsi, Mekanik sebelum memberi ASI/ makan,
setelah buang air besar (BAB) dan
setelah membersihkan BAB
anaknya
Patofisiologi Diare
1) Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
meyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare

2) Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus

3) Gangguan Motilitas Usus


Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula
Gejala Diare
1) Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng dan gelisah
2) Suhu tubuh biasanya meningkat,dan nafsu makan berkurang atau tidak
ada
3) Kemudian timul diare, tinja cair dan mungkin disertai lender atau darah.
Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur dengan empedu.
4) Muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa atau elektrolit.
5) Dehidrasi
a) Berat badan menurun
b) Tugor kulit berkurang
c) Mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung
d) Selaput lender bibir dan mulut serta kulit tampak kering
Penanganan Diare
1. Apabila anak masih menyusu air susu ibu (ASI), teruskan pemberian ASI karena
jika ASI yang diberikan lebih banyak akan membantu mempercepat
penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi.

2. Apabila anak sudah bisa minum selain ASI, berikan cairan rehidrasi oral (CRO).
CRO atau yang lebih dikenal sebagai oralit adalah cairan yang dikemas khusus
mengandung air dan elektrolit untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi saat
diare. Selalu siapkan cairan oralit untuk mengganti cairan yang keluar setelah
diare

3. Berikan obat zinc sulfat 10 hari berturut-turut untuk mengurangi keparahan


diare pada anak dan mencegah kekambuhan setelah beberapa lama. Zinc
sulfat berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Zinc sulfat juga berperan
meningkatkan kekebalan tubuh sehingga mengurangi resiko kekambuhan
diare selama 2-3 bulan ke depan.
INFEKSI
INFEKSI?
Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen, seperti virus,
bakteri, jamur, atau parasit. Penyakit ini bisa menyebar secara langsung
maupun tidak langsung dari satu orang ke orang lainnya. Gejala yang
disebabkan oleh masing-masing penyakit infeksi dan langkah
pengobatannya pun berbeda-beda tergantung mikroorganisme apa yang
menjadi pemicunya. (WHO)

Anak-anak prasekolah menunjukkan risiko dua hingga tiga kali lebih besar
untuk tertular infeksi, karena memiliki kebiasaan yang memfasilitasi
penyebaran penyakit
ISPA & PNEUMONIA
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) PNEUMONIA
Pengertian ISPA adalah infeksi di saluran pernapasan, yang menimbulkan Infeksi saluran pernapasan akut yang bisa
gejala batuk, pilek, disertai dengan demam (hidung hingga menjangkiti salah satu atau kedua paru-paru
paru) (berisi cairan dan nanah)
Penyebab ISPA disebabkan oleh virus, sehingga dapat sembuh dengan Bakteri, virus, atau jamur yang ada di udara
sendirinya tanpa pengobatan khusus dan antibiotik.
Patofisiologis Timbul mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi Proliferasi mikroba patogen pada alveolus dan
udara inspirasi di rongga hidung, refleksi batuk, refleksi respon imun tubuh terhadap proliferasi tersebut
epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis menyebabkan peradangan.( pembelahan sel)
Gejala Batuk, Bersin, Pilek, Hidung tersumbat, Nyeri tenggorokan, Demam, batuk, dan wheezing (mengi).
Sesak napas, Demam, Sakit kepala, Nyeri otot
Penanganan Virus: sembuh sendiri tanpa penanganan khusus (istirahat dan Istirahat, Memberikan lebih banyak
konsumsi air hangat) cairan,Gunakan pelembap udara di kamar anak
Bakteri : menggunakan obat dan antibiotik yang disarankan ibu, Memberikan acetaminophen untuk mengatasi
dokter dan serangkaian pemeriksaan demam dan ketidaknyamanan, Memberikan obat
batuk.
DIARE & CACINGAN
DIARE CACINGAN
Pengertian Diare adalah kondisi yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi Infeksi cacing pada tubuh manusia
buang air besar (BAB) menjadi 3 kali atau lebih dalam sehari, (Platyhelminthes atau cacing pipih,
dengan tinja yang lebih cair. Acanthocephalins, Nematoda)
Penyebab infeksi virus, infeksi bakteri dan parasit, alergi, keracunan makanan, Menyentuh objek yang memiliki telur cacing,
gangguan penyerapan makanan, dan efek samping obat. mengonsumsi makanan yang mengandung
telur cacing (mentah atau tidak dimasak
dengan baik, berjalan tanpa menggunakan
alas kaki di atas tanah yang mengandung
cacing
Patofisiologis diare terjadi ketika terdapat gangguan transportasi air dan elektrolit Telur akan masuk ke saluran pencernaan,
dalam lumen usus. telur menetas di duodenum akibat stimulasi
dari asam gaster yang kemudian bermigrasi
ke sekum (usus besar)
Gejala lebih sering BAB dan mencret, diare bisa disertai dengan perut Gatal di sekitar anus, Gelisah atau tidak
kembung, mual, muntah, demam, nyeri perut, dan lemas. nyaman saat tidur, karena sering menggaruk
di sekitar anus, iritasi kulit di sekitar anus.
Sering merasa sakit perut, Kurang nafsu
makan
Penanganan Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi, apabila disebabkan oleh Mengonsumsi obat cacing yang diminum
bakteri maka dibutuhkan antibiotik dari dokter selama satu hingga tiga hari.
DAFTAR PUSTAKA
Padila, Henni Febriawati, Juli Andri, dan Rujung Ali Dori.2019.Perawatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Levin, NA. 2018. Miliaria. https://emedicine.medscape.com/article/1070840-overview
Balita.Jurnal Kesmas Asclepius.1(1) : 26-32.
Baker, LB. 2019. Physiology of sweat gland function: The roles of sweating and sweat composition in human health. Temperature.
Putri Maya, dkk. 2015. Hubungan Antara Riwayat Penyakit Infeksi Dengan Status Gizi Pada Anak Batita Di Desa Mopusi 6(3): 211-259.
Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015.
Umaroh, Uflikhatul. 2009. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Miliariasis di Bps Ny. Sriwahyuni,
Maria M. M. NestiI; Moisés GoldbaumII. 2020. Infectious diseases and daycare and preschool education. Jornal de Pediatria. Amd. Keb Desa Kwangsan Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo 2009.
vol.83 no.4 Porto Alegre
Alodokter. 2018. Biang Keringat. https://www.alodokter.com/biang-keringat
https://www.alodokter.com/kenali-tanda-tanda-cacingan-pada-anak-dan-cara-mengatasinya, Diakses pada 9 Maret 2021 pukul
09.43 http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2240/3/BAB%20II.pdf (diakses pada tanggal 9 Maret 2021 pukul 08. 30 WIB)

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/dc04ba626d5562044dbd37ed9c516091pdf, Diakses pada 9 Maret 2021 pukul 09.50 http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2203/3/3.BAB%20II.pdf (diakses pada tanggal 9 Maret 2021 pukul 08. 30 WIB)

Sekartini, Rini. 2014. Miliaria, Mengenal dan Mencegahnya. Rohmah, A. R. N., Widyastuti, Y., & Estiwidani, D. (2019). Hubungan Praktik Cuci Tangan Pakai Sabun Anak Prasekolah dengan

https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/miliaria-mengenal-dan-mencegahnya Kejadian Diare di RW 08 Kelurahan Warungboto (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

Luvilla, Britya Maulidka Intar dkk. 2019. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Ibu dengan Kejadian Biang Keringat Pada Bayi dr. Kevin Adrian (17 September 2019) https://www.alodokter.com/penyebab-bisul-pada-bayi-dan-cara-mengatasi

dan Batita. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 8(3): 937-946.


dr. Merry Dame Cristy Pane (29 Mei 2020)

Saragih, Rismaida. 2019. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Ibu Terhadapterjadinya Biang Keringat pada Bayi 0-1 Tahun di
https://www.alodokter.com/bisul#:~:text=Bisul%20atau%20furunkel%20adalah%20benjolan,rambut%2C%20yaitu%20tempat%20
Desa Lama Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019. Jurnal Maternitas Kebidanan. 4(2) : 93-
tumbuhnya%20rambut
101.
.

Khasanah, Nidaul. 2015. Asuhan Kebidanan pada Neonatus dengan Miliariasis di Polindes Desa Mlaras Sumobito Jombang.
Ayu Maharani (22 Oktober 2018) https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3616744/mengapa-anak-sering-bisulan
Kebidanan. Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang.

PERDOKSI (26 Februari 2018) https://www.perdoski.id/article/detail/603-5-infeksi-kulit-karena-bakteri-dan-penanganannya


Team Based Learning. 2017. Modul Bintil pada Kulit. Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin.
Rnasecret (31 Oktober 2013) https://www.slideshare.net/rnasecret/bisulan
Guerra KC, Krishnamurthy K. Miliaria. 2020. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537176/ Craft N. 2012. Superficial Cutaneous Infectious and Pyoderma. In: (huruf miring) Fifzapatrick's Dermatology in General
Medicine. 8th Ed. (Huruf normal) Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, et al., editors. New York: McGraw Hill Medical
Dixit S, Jain A, Datar S, Khurana VK. 2012. Congenital miliaria crystallina-A diagnostic dilemma. Med J Armed Forces India.
68(4): 386-388.

Anda mungkin juga menyukai