Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS

Dosen Pembimbing :
Evi Renita Br. Lingga, M. Keb dan
Wiwik Herawati, S. ST

Disusun Oleh:
Khotimah Nur Siam
(P07224318016)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul
“Seborrhea dan Milliriasis” dapat terselesaikan dengan lancar. Semoga makalah ini
dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam memahami serta mengetahui asuhan-asuhan yang tepat yang
diberikan untuk kasus Seborrhea dan Milliriasis
Harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya lebih baik. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

                                                                        Samarinda, 10 Agustus 2019

                                                                                                  Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………......…….....………....2
Datar Isi………………….....………………………………………………...…..3
Bab I Pendahuluan………………………………….... ....…......…………..……4
A. latar belakang…………… …………………... ...….......……………..…..4
B. rumusan masalah…………………………...… ................………………..4
C. tujuan………………………………………….........……........………...…4

Bab II Pembahasan (Seborrhea dan Miliariasis)...................................................5


Bab III Tinjauan Kasus (Seborrhea)....................................................................31
BAB III Tinjauan Kasus (Miliariasis).................................................................40

Bab IV Penutup
A. Kesimpulan…………...………………………...…...…...........................47
B. Saran……....…………...………………………………….......................47

Daftar Pustaka…………...……………..……………………………......…......48

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang
diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi, dan balita
dengan masalah adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada
neonatus, bayi dan balita. Apabila tidak diberikan asuhan kebidanan pada neonatus,
bayi, dan balita pada masa perkkuliahan, sehingga pada saat calon bidan diterjunkan
di lahan praktek  sudah mampu untuk memberikan asuhan kebidanan pada neonatus,
bayi, dan balita dengan benar.
Ada beberapa masalah yang lazim terjadi diantaranya adalah adanya bercak
mongol, hemangioma, ikhterus, muntah dan gumoh, oral trush, diaper rash, dan
seborrhea, furunkel, milliariasis, diare, obstipasi, infeksi, dan sindrom bayi meninggal
mendadak.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Seborrhea dan Milliariasis?
2.      Apa Etiologi dari Seborrhea dan Milliriasis?
3.      Bagaimana Patofisiologi Seborrhea dan Milliariasis?
4.      Apa saja tanda gejala Seborrhea dan Milliariasis?
5.      Bagaimana cara mengatasi Seborrhea dan Milliariasis?

C. Tujuan
1.     Untuk mengetahui pengertian Seborrhea dan Milliariasis
2.     Untuk mengetahui penyebab dari Seborrhea dan Milliariasis
3.     Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Seborrhea dan Milliariasis
4.  Untuk mengetahui apa saja pembagian dan tanda gejala dari Seborrhea dan
Milliariasis
5.     Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi Seborrhea dan Milliariasis

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

SEBORHEA

A. Pengertian

Seborrhea adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang menyebabkan
timbulnya sisik pada kulit kepala, wajah dan kadang pada bagian tubuh lainnya.
Biasanya, proses pergantian sel-sel pada kulit kepala terjadi secara perlahan-lahan dan
tidak terlihat oleh mata. Proses pergantian tersebut terjadi setiap bulan. Jika proses ini
menjadi lebih cepat, maka akan timbul gangguan pada kulit kepala yang kita sebut
ketombe. Gangguan yang lebih parah yaitu dermatitis seboroik, berupa serpihan
berwarna kuning berminyak yang melekat pada kulit kepala.

Klasifikasi seborrhea
a. Seborrhea adipose
Peradangan yang terjadi pada perlemakan dalam suatu organ atau jaringan.
b. Seborrhea Neonatorum
Bercak yang biasanya terjadi di kulit dan selaput mata pada bayi
c. Seborrhea Squamosa
Bercak disertai semacam sisik, bersifat kronis, yang sering terjadi di area kulit
berambut dan area kulit yang banyak mengandung kelenjar sebasea ( kelenjar
minyak, lemak ), seperti kulit kepala, wajah, tubuh bagian atas dan area pelipatan
tubuh (ketiak, selangkangan, pantat).

B. Etiologi

1. Faktor hereditas, yaitu disebabkan karena adanya faktor keturunan orang tua
2. Intake makanan berlemak dan berkalori tinggi
3. Asupan minuman beralkohol
4. Adanya gangguan emosi
5. Kelenjar minyak pada bayi biasanya bekerja terlalu aktif akibat tingginya kadar
hormon ibu yang mengalir didalam tubuh bayi

5
6. Pengaruh hormon ibu biasanya hanya berlangsung pada bulan-bulan pertama
kehidupan sikecil. Gangguan ini akan hilang setelah bayi berusia 6-7 bulan.

Dermatitis seboreik sering ditemukan sebagai penyakit keturunan dalam suatu


keluarga. Salah satu penyebab ketombe adalah Pitysporum ovale (P. Ovale). P. Ovale
adalah jamur yang secara alami terdapat pada kulit kepala dan bagian kulit yang lain.

Dalam jumlah yang sedikit, jamur ini tidak menyebabkan kerugian yang berarti.
Namun, dengan adanya perubahan cuaca, hormon, dan stress, kulit kepala kita akan
menghasilkan lebih banyak minyak, sehingga menyebabkan jamur P. Ovale
berkembang biak. Dengan berkembangbiaknya jamur tersebut, akan menyebabkan
gatal pada kulit kepala dan mempercepat kerontokan sel kulit yang lama. Hasilnya
timbul Ketombe.
Kondisi ketombe yang parah atau dermatitis seboroik (seborrhea), seringkali
ditemukan di kulit kepala. Namun dapat juga ditemukan di alis mata, pipi, di belakang
telinga atau bagian dada. Seborrhea berupa sisik berwarna kuning berminyak yang
melekat pada kulit kepala.
Setiap orang pastilah mengalami Seborrheic Dermatitis. Pada bayi disebut
dengan nama Cradle Cap. Tanpa diobati serius, Cradle Cap ini akan hilang saat usia
bayi berkisar antara delapan hingga 12 bulan. Cradle Cap pada bayi merupakan
warisan hormon berlebih yang diberikan si ibu (Hormon Androgen) sebelum bayi
tersebut lahir.

C. Patofisiologi Seborrhea Pada Bayi

Dermatitis seborrheic, adalah ketombe pada bayi, hal ini terkait dengan hormon
androgen milik ibunya yang masih tersisa di dalam tubuhnya. Itulah kenapa, lewat
dari masa bayi, masalah ini akan menghilang seiring dengan berkurangnya kadar
hormon androgen.
Namun, tidak semua bayi akan mengalami dermatitis seborrheic. Jadi hanya
bayi tertentu saja, terutama yang mengalami atopik, yakni kecenderungan untuk
bereaksi menyimpang terhadap bahan-bahan yang bersifat umum. Bila reaksi
menyimpang itu terjadi di kulit kepala, maka akan timbul dermatitis seborrheic
bahkan eksim. Bila dermatitis seborrheic ini tidak ditangani secara tepat, mungkin

6
saja akan berlanjut menjadi infeksi. Biasanya disertai proses inflamasi atau
peradangan di dalam kulitnya. Ditandai dengan sisik yang berada di atas kulit yang
kemerahan.

D. Gejala Seborrhea

Dermatitis seboreik biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan sisik kering


atau berminyak di kulit kepala (ketombe), kadang disertai gatal-gatal tetapi tanpa
kerontokan rambut. Pada kasus yang lebih berat, timbul beruntusan/jerawat bersisik
kekuningan sampai kemerahan di sepanjang garis rambut, di belakang telinga, di
dalam saluran telinga, alis mata dan dada.
Pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik
menyebabkan ruam tebal berkeropeng berwarna kuning di kulit kepala (cradle cap)
dan kadang tampak sebagai sisik berwarna kuning di belakang telinga atau beruntusan
merah di wajah. Ruam di kulit kepala ini sering disertai dengan ruam popok. Pada
anak-anak, dermatitis seboroik menyebabkan timbulnya ruam yang tebal di kulit
kepala yang sukar disembuhkan.

E. Penatalaksanaan Seborrhea

Penatalaksanaan dermatitis seboreik tergantung kepada usia penderita:


1. Anak-anak
Untuk ruam bersisik tebal di kulit kepala, bisa dioleskan minyak mineral yang
mengandung asam salisilat secara perlahan dengan menggunakan sikat gigi yang
lembut pada malam hari. Selama sisik masih ada, kulit kepala juga dicuci dengan
sampo setiap hari setelah sisiknya menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu.
2. Bayi
Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan diolesi dengan krim
hydrocortisone. Selama ada sisik, kulit kepala dicuci setiap hari dengan sampo yang
lembut; setelah sisik menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu. Kini banyak sediaan
krim, lotion, dan shampoo di pasaran untuk membasmi ketombe. Produk-produk yang
digunakan untuk mengatasi ketombe biasanya mengandung asam salisilat, coal tar,
zinc pyrithione, selenium sulfida dan belerang. Walaupun sebagian digolongkan
sebagai obat yang dijual bebas dan sebagian digolongkan sebagai kosmetik, produk-

7
produk tersebut hanya dapat mengatasi gejala-gejala dari ketombe, tetapi tidak
mengatasi penyebab ketombe.
Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan sendiri untuk penyembuhan yang
lebih maksimal:

1. Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo merupakan produk yang
dibuat khusus untuk membersihkan kulit kepala dari kotoran. Namun hati-hati,
gunakan sampo yang betul-betul diperuntukkan bagi anak, bukan untuk orang
dewasa. Sampo untuk orang dewasa umumnya mengandung bahan sulfaktan,
bahan pewangi, pengawet, dan sebagainya yang bisa mengiritasi kulit dan
mata. Sedangkan sampo bayi sengaja tidak mendapat tambahan bahan-bahan
yang bakal membahayakannya. Sampo tersebut harus lembut karena fungsi
kelenjar kulit pada bayi dan anak belum bekerja secara sempurna.
2. Banyak anak yang aktif di luar rumah sehingga banyak mengeluarkan keringat
dan membuat kepalanya bau. Bila ingin menggunakan sampo setiap hari, pilih
sampo jenis mild.
3. Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa menanganinya dengan
mengontrol populasi jamur. Kita bisa mencuci rambut anak setiap hari dan
pijatlah kulit kepala dengan sampo secara perlahan karena akan
menghilangkan jamur lewat serpihan kulit yang lepas.
4. Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak selalu harus dilakukan
oleh dokter. Kita bisa menggunakan obat antijamur yang bisa didapat di
apotek. Carilah produk-produk yang mengandung 2% clotrimezol. Pada
beberapa anak yang sensitif dengan produk krim, oleskan sedikit saja. Namun
jika terjadi ruam, cobalah konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan
alternatif pengobatan yang lain.
5. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah menyentuh kulit kepala anak
yang terkena infeksi. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan lebih
lanjut.

8
MILIARIASIS

A. Pengertian

           Miliariasis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tertutupnya saluran


kelenjar keringat. (Hassan, 1984). Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi
keringat, ditandai dengan adanya vesikel milier. (Adhi Djuanda, 1987). Milliariasis
adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat akibat tersumbatnya pori
kelenjar keringat. (Vivian, 2010)
            Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa miliariasis adalah dermatosis yang
timbul akibat penyumbatan kelenjar keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam
udara panas lembab seperti daerah tropis atau selama awal musim panas atau akhir
musim hujan yang suhunya panas dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka
menimbulkan tekanan yang menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar
keringat. Keringat yang masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan perubahan
anatomi. Sumbatan disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan oleh
edema akibat keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
            Yang kelima yaitu Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang
timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di
dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung), serta
tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala.
Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti
rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung
kecil berair. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken tropikus,
atau pickle heat. Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat
akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat.(Vivian Nani,2010)

B. Etiologi

Penyebab terjadinya milliariasis di awali dengan tersumbatnya pori-pori


kelenjar keringat sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran
keringat ini ditandai dengan adanya vesikel miliar dimuara kelenjar keringat lalu

9
disusul dengan tingginya radang dan oedema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar
yang kemudian diabsorbsi oleh stratum korneum.
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel
epidermal dan apendik yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50%
bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan
sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa
lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya.

Penyebab terjadinya milliariasis ini adalah :

1. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang


2. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
3. Aktivitas yang berlebihan
4. Setelah menderita demam atau panas

Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan


edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum
korneum.

Klasifikasi Miliria :
1.    Milliria kristalina
Milliaria kristalina ini timbul pada pasien yang mengalami peningkatan
jumlah keringat, seperti pasien demam yang terbaring ditempat tidur. Lesinya
berupa vesikel yang sangat superfisial, bentuknya kecil, dan menyerupai titik
embun berukuran 1-2 mm. Umumnya lesi ini timbul setelah keringat, vesikel
mudah pecah karena trauma yang paling ringan, misalnya akibat gesekan
dengan pakaian. Vesikel yang pecah berwarna jernih dan tanpa reaksi
peradangan, asimptomatik, dan berlangsung singkat. Biasanya tidak ada
keluhan dan dapat sembuh dengan sendirinya.
2.    Milliaria rubra
Millia ruba memiliki gambaran berupa papula vesikel dan eritema di
sekitarnya. Keringat menembus kedalam epidermis, biasanya disertai rasa gatal
dan pedih pada daerah ruam dan daerah disekitarnya, sering juga diikuti dengan
infeksi sekunder lainnya dan dapat juga menyebabkan timbulnya impetigo dan
furunkel.

10
3.    Miliaria profunda
Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis. Kelainan ini biasanya
timbul setelah miliaria rubra ditandai dengan papula putih, kecil, keras,
berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat di badan ataupun ekstremitas. Karena
letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa
papula daripada vesikel. Tidak gatal, dan tidak terdapat eritema. (Adhi Djuanda,
1987)
Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah
pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang. Pengobatan dengan cara
menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan, mengusahakan regulasi
suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin
dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol.
(Adhi Djuanda, 1987)
Daerah predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan, dan
kaki. Lesi berupa vesikel yang berwarna merah daging, disertai gejala inflamasi
maupun keluhan rasa gatal, disebabkan penyumbatan di bagian atas kutis.
Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama sekali tidak berfungsi. Biasanya
timbul setelah menderita milliaria rubra yang hebat. (Hassan, 1984)
4.    Milliaria fustulosa
Pada umumnya didahului oleh dermatosis yang menyebabkan gangguan
saluran kelenjar ekrin dan terjadi pustel superfisial. (Hassan, 1984). Lesinya
berupa pustula steril yang gatal, tegas, superfisial dan tak berhubungan dengan
folikel rambut. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)

C. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori


kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya
pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar
keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan edema akibat perspirasi yang
tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. (Vivian, 2010)
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel
epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada
40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan

11
menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini
menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya.
(Vivian, 2010)

D. Tanda dan Gejala

Bintik-bintik merah atau ruam pada leher dan ketiak bayi. Keadaan ini disebabkan
peradangan kulit pada bagian tersebut. Penyebabnya adalah proses pengeringan yang
tidak sempurna saat dilap dengan handuk setelah bayi dimandikan. Apalagi jika si
bayi gemuk sehingga leher dan ketiaknya berlipat-lipat.
Biang keringat juga dapat timbul di daerah dahi dan bagian tubuh yang tertutup
pakaian (dada dan punggung). Gejala utama ialah gatal-gatal seperti ditusuk-tusuk,
dapat disertai dengan warna kulit yang kemerahan dan gelembung berair berukuran
kecil (1-2 mm). kondisi ini bisa kambuh berulag-ulang terutama jika udara panas dan
berkeringat.

E. Penatalaksanaan Milliariasis

Asuhan yang diberikan pada neonatus,bayi dan balita dengan milliariasis tergantung
pada beratnya penyakit dan keluhan yang dialami. Asuhan yang diberikan yaitu
1. Mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang
sudah timbul
2. Menjaga kebersihan tubuh bayi
3. Mengupayakan menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang cukup serta
suhu yang sejuk dan kering, misalnya pasien tinggal diruang ber AC atau
didaerah yang sejuk dan kering
4. Menggunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit
5. Segera mengganti pakaian yang basah dan kotor
6. Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan
mentol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.

12
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Seborrhea

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur/Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
Diagnosa Medis :
b. Identitas Orang Tua
Nama Ayah :
Nama Ibu :
Usia Ayah/Ibu : <20 tahun atau >35
Pendidikan Ayah/Ibu :
Pekerjaan Ayah/Ibu : Gunanya untuk
mengetahui tingkat sosial ekonominya karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Sulistyawati,
2010).
Agama :
Suku/Bangsa :
Alamat :

2. Riwayat Kesehatan Klien


a. Keluhan Utama
b. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1. Usia Kehamilan
a. 37-42 minggu ( DEPKES RI, 2005). KMK dan
SMK untuk masa kehamilan merupakan kondisi yang
biasanya berulang (Wheeler, 2004).
b. Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum
lengkap 37 minggu usia gestasi. Minggu gestasi
dihitung dari HPHT dan tidak berhubungan dengan
berat badan bayi, panjang bayi, Lingkar kepala bayi,

13
atau bahkan semua pengukuran janin atau ukuran
neonatus (Myles, 2009).
c. Prematuritas Murni. Masa gestasinya kurang dari
37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut
neonatus kurang bulan. Sesuai masa kehamilan
(NKB-SMK) (Surasmi, 2003).
d. Dismaturitas. Bayi lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang
kecil untuk masa kehamilannya (KMK) (Surasmi,
2003).
e. Prematuritas memiliki risiko yang lebih besar
terhadap kematian akibat asfiksia neonatorum. Risiko
tersebut meningkat 1.61 kali lipat pada usia
kehamilan 34-37 minggu dan meningkat 14.33 kali
lipat pada usia kehamilan < 34 minggu (Lee, dkk,
2008).
2. Riwayat Antenatal
Penyebab depresi pada bayi saat lahir mencangkup
obat-obatan yang diberikan atau diminum oleh ibu
(Prawirohardjo, 2010). Ketuban pecah dini dapat
terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga terjadinya asfiksia atau hipoksia.
(Prawirohardjo, 2010).
3. Riwaat Intranatal
4. Riwayat Kelahiran yang Lalu

Jenis
Tahun BB Keadaan
No. JK Komplikasi Persalina Ket.
Kelahiran Lahir Bayi
n
1.

14
a. Usia gestasi bayi terdahulu karena kelahiran
preterm cenderung berulang (Wheeler, 2004).
b. Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada
usia ibu dibawah 20 tahun dan pada Multigravida
yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat.
Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 –
35 tahun. (Surasmi, 2003)
5. Riwayat Persalinan Sekarang
a. Jenis persalinan
Spontan pervaginam & sectio caesarea (Protap
RSUD AWS Samarinda).
b. Komplikasi persalinan
(1) Distosia bahu dapat menyebabkan fraktur
pada humerus atau klavikula, cedera pada
pleksus brakialis, asfiksia pada bayi
(Sinclair, 2010).
(2) Ibu dengan diabetes mellitus dapat beresiko
untuk melahirkan bayi dengan makrosomia
dan beresiko untuk mengalami distosia bahu
pada saat persalinan. Hal ini dapat
berdampak asfiksia pada bayi (Manuaba,
2005).
(3) Partus lama dan ketuban pecah dini juga
meningkatkan risiko asfiksia neonatorum
secara bermakna (Lee, dkk, 2008).
(4) Tanda-tanda gawat janin seperti denyut
jantung janin abnormal, pewarnaan
mekoneum, perdarahan antepartum dan
partus lama juga memiliki hubungan yang
kuat dengan timbulnya asfiksia neonatorum
(Oswyn G., dkk, 2000).
c. Lama Persalinan
Lama persalinan pada primigravida dan multigravida
(dr.Ida Ayu Chandranita, 2010).

15
Kala Primigravida Multigravida
Persalinan
I 10-12 jam 6-8 jam
II 1-1,5jam 0,5-1 jam
III 10 menit 10 menit
IV 2 jam 2 jam
Jumlah (tanpa 10-12 jam 8-10 jam
memasukan
kala IV yang
bersifat
observasi)

3. Riwayat Kesehatan yang Lalu


Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah
diderita sebelumnya apakah pernah menderita penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit
keturunan seperti jantung, darah tinggi, ginjal, kencing
manis, serta untuk mengetahui pernah dirawat di rumah
sakit atau tidak (Varney, 2006).

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Penyakit yang diderita ibu ( hipertensi, jantung,
diabetes melitus). Penyakit yang berhubungan
langsung dengan kehamilan misalnya Taksemia
Gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan
psikologis. Penyakit lainnya ialah infeksi akut yang
dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.
b. Penyakit ibu seperti hipertensi, penyakit paru, dan
penyakit gula dapat menimbulkan dismaturitas janin

16
(Surasmi, 2003).
c. Gejala-gejala penyakit maternal yang dilaporkan 7 hari
sebelum kelahiran memiliki hubungan yang bermakna
terhadap peningkatan risiko kematian akibat asfiksia
neonatorum. Gejala- gejala tersebut adalah demam
selama kehamilan, perdarahan, pembengkakan tangan,
wajah atau kaki, kejang, kehamilan ganda juga
berhubungan kuat dengan mortalitas asfiksia
neonatorum (Lee, dkk, 2008).
d. Usia terlalu muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>40
tahun), anemia (Hb< 8 g/dL), perdarahan antepartum
dan demam selama kehamilan berhubungan kuat
dengan asfiksia neonatorum (Oswyn dkk, 2000).

5. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Jenis Makanan : ASI
World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pemberian ASI secara
eksklusif sekurangnya selama usia 6 bulan
pertama, dan rekomendasi serupa juga
didukung oleh American Academy of
Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding
Medicine, demikian pula oleh Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI).
Eliminasi BAB: Dalam 24 jam pertama, warna hitam
kecoklatan (Saifuddin, 2006;137-138).
BAK: Dalam 24 jam pertama (Saifuddin,
2006;137-138).

6. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Merokok dan kehamilan yang tidak diinginkan
merupakan faktor predisposisi bayi berat lahir rendah
(BBLR: berat badan kurang dari 2500 gram) (Departemen

17
Kesehatan, 2005).
b. Kebiasaan ibu (merokok, minum alkohol, dan
narkotika) merupakan faktor etiologi prematuritas
(Surasmi, 2003).

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Compos mentis
TTV
Tekanan Darah :
Nadi : 134x/i
Suhu : 36,5 °C
Pernafasan : 45x/i
Antropometri
Panjang Badan : 35 cm
Berat Badan : 3000 kg
LiLA : 10 cm
Lingkar Kepala : 35 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Perut : 32 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Bentuk mesocepal, rambut hitam, pada
Kulit kepala terdapat sisik, serpihan
Berwarna kuning berminyak yang
Melekat dikulit kepala (Dongoes,2001)
Kulit : Kulit tidak pucat, tidak terdapat tanda
lahir, tidak ada bercak hitam, ada vernik
kaseosa.
Wajah : Wajah tidak pucat, tidak oedem
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda,sklera
Putih, pergerakan bola mata baik
Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran cairan dan
benda asing

18
Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung
menandakan bahwa bayi tidak mengalami
gawat nafas (Glance neonatoligi,2009).
Mulut : Tidak ada pernafasan megap megap
(Prawirohardjo,2010). tidak adda sianosis
central yang terjadi pada bibir bayi(Glance
neonatologi,2009).
Leher : Refleks tonus leher baik, refleks
menghisap, menelan dan refleks batuk
sudah sempurna.
Dada : tidak ada retraksi di dinding dada
menandakan bahwa bayi baru lahir tidak
mengalami gawat nafas (Glance
neonatologi,2009).
Abdomen :Abdomen agak gendut (Doengoes,2001)
Tali pusat tebal dan segar (synopsis
obstetri)
Genetalia : Alat kelamin pada bayi laki-laki
pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.
Testis sudah turun ke dalam skrotum.untuk
bayi perempuan klitoris menonjol, labia
minora belum tertutup oleh mayora
(Surasmi, 2009)
Ekstremitas : Kuku jari tangan dan kaki sudah
mencapai ujung jari, tidak edema. Garis
telapak kaki terlihat jelas.
Palpasi
Kepala : Sutura mungkin mudah digerakkan
(Doengoes,2001)
Auskultasi
Dada : Pernafasan mungkin dangkal, tidak
teratur, pernafasan diafragmatik intermiten
atau periodic (40-60x/menit)
(Doengoes,2001)

19
3. Pemeriksaan Neurologis atau Refleks
Reflek refleks masih lemah dan belum sempurna.
(doengoes, 2001)
Reflek : Refleks tergantung pada usia gestasi
(Doengoes,2001) ,yaitu :
 Rooting terjadi dengan baik pada
gestasi minggu 32
 Kooerdinasi reflex untuk menghisap,
menelan, dan bernafas biasanya
terbentuk pada gestasi minggu ke-32
 Komponen pertama dari reflex moro
(ekstensi lateral dari ekstermitas atas
dengan membuka tangan) tampak pada
gestasi minggu ke 28
 Komponen kedua (fleksi anterior dan
menangis yang dapat didengar) tampak
pada gestasi minggu ke-32.

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

II. Interpretasi Data Dasar


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik
Diagnosis : NCB SMK, usia 4 hari dengan Seborrhea
Squamora
Masalah : Bayi terus rewel, karena rasa gatal yang
disebabkan kerak kekuningan di area kulit
kepala.

20
III. Identifikasi Diagnosis / Masalah Potensial
Diagnosa Potensial : Dermatitis Seborrhea, Eksim
Masalah Potensial : Infeksi dan peradangan kulit kepala
IV. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Untuk memberikan tindakan yang harus segera dilakukan kepada
pasien untuk mengurangi angka kesakitan, kecacatan bahkan
kematian pada klien.

V. Intervensi
1. Memberitahukan kepada klien atau orang tua klien mengenai
kondisi klien dari hasil pemeriksaan.
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak
klien dan keluarga (Varney, 2007).
2. Anjurkan ibu untuk tetap memandikan bayinya teratur 2 kali sehari
menggunakan air dingin dan sabun cair.
Rasional : Bayi yang pola personal hygiene nya teratur dapat
mengurangi potensi terserang penyakit yang disebabkan oleh jamur
atau infeksi kulit lainnya.
3. Menjelaskan pada ibu cara perawatan bayi yang mengalami
Seborrhea yaitu dengan cara kulit kepala dicuci dengan sampo bayi
yang lembut dan diolesi dengan krim hydrocortisone. Selama ada
sisik, kulit kepala dicuci setiap hari dengan sampo yang lembut;
setelah sisik menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu.
Rasional : Hydrocortisone obat kortikosteroid berbentuk salep baik
digunakan untuk mengobati eksim, inflamasi, kemerahan, serta
gatal-gatal pada kulit.
4. Menjelaskan ibu untuk melakukan kunjungan ulang apabila dirasa
gejala semakin memburuk.
Rasional : mengontrol sejauh mana penyembuhan seborrhea dari
tindakan yang sudah dijelaskan kepada orang tua bayi.

VI. Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

21
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya
VII. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan


asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.

22
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Miliariasis

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur/Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
Diagnosa Medis :
b. Identitas Orang Tua
Nama Ayah :
Nama Ibu :
Usia Ayah/Ibu : <20 tahun atau >35
Pendidikan Ayah/Ibu :
Pekerjaan Ayah/Ibu : Gunanya untuk
mengetahui tingkat sosial ekonominya karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Sulistyawati,
2010).
Agama :
Suku/Bangsa :
Alamat :

2. Riwayat Kesehatan Klien


a. Keluhan Utama
b. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1. Usia Kehamilan
a. 37-42 minggu ( DEPKES RI, 2005). KMK dan
SMK untuk masa kehamilan merupakan kondisi yang
biasanya berulang (Wheeler, 2004).
b. Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum
lengkap 37 minggu usia gestasi. Minggu gestasi
dihitung dari HPHT dan tidak berhubungan dengan
berat badan bayi, panjang bayi, Lingkar kepala bayi,

23
atau bahkan semua pengukuran janin atau ukuran
neonatus (Myles, 2009).
c. Prematuritas Murni. Masa gestasinya kurang dari
37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut
neonatus kurang bulan. Sesuai masa kehamilan
(NKB-SMK) (Surasmi, 2003).
d. Dismaturitas. Bayi lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang
kecil untuk masa kehamilannya (KMK) (Surasmi,
2003).
e. Prematuritas memiliki risiko yang lebih besar
terhadap kematian akibat asfiksia neonatorum. Risiko
tersebut meningkat 1.61 kali lipat pada usia
kehamilan 34-37 minggu dan meningkat 14.33 kali
lipat pada usia kehamilan < 34 minggu (Lee, dkk,
2008).
2. Riwayat Antenatal
Penyebab depresi pada bayi saat lahir mencangkup
obat-obatan yang diberikan atau diminum oleh ibu
(Prawirohardjo, 2010). Ketuban pecah dini dapat
terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga terjadinya asfiksia atau hipoksia.
(Prawirohardjo, 2010).
3. Riwaat Intranatal
4. Riwayat Kelahiran yang Lalu

Jenis
Tahun BB Keadaan
No. JK Komplikasi Persalina Ket.
Kelahiran Lahir Bayi
n
1.

24
a. Usia gestasi bayi terdahulu karena kelahiran
preterm cenderung berulang (Wheeler, 2004).
b. Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada
usia ibu dibawah 20 tahun dan pada Multigravida
yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat.
Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 –
35 tahun. (Surasmi, 2003)
5. Riwayat Persalinan Sekarang
a. Jenis persalinan
Spontan pervaginam & sectio caesarea (Protap
RSUD AWS Samarinda).
b. Komplikasi persalinan
(1) Distosia bahu dapat menyebabkan fraktur pada
humerus atau klavikula, cedera pada pleksus
brakialis, asfiksia pada bayi (Sinclair, 2010).
(2) Ibu dengan diabetes mellitus dapat beresiko
untuk melahirkan bayi dengan makrosomia dan
beresiko untuk mengalami distosia bahu pada
saat persalinan. Hal ini dapat berdampak
asfiksia pada bayi (Manuaba, 2005).
(3) Partus lama dan ketuban pecah dini juga
meningkatkan risiko asfiksia neonatorum
secara bermakna (Lee, dkk, 2008).
(4) Tanda-tanda gawat janin seperti denyut jantung
janin abnormal, pewarnaan mekoneum,
perdarahan antepartum dan partus lama juga
memiliki hubungan yang kuat dengan
timbulnya asfiksia neonatorum (Oswyn G., dkk,
2000).
c. Lama Persalinan
Lama persalinan pada primigravida dan multigravida
(dr.Ida Ayu Chandranita, 2010).

25
Kala Primigravida Multigravida
Persalinan
I 10-12 jam 6-8 jam
II 1-1,5jam 0,5-1 jam
III 10 menit 10 menit
IV 2 jam 2 jam
Jumlah (tanpa 10-12 jam 8-10 jam
memasukan
kala IV yang
bersifat
observasi)

3. Riwayat Kesehatan yang Lalu


Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah
diderita sebelumnya apakah pernah menderita penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit
keturunan seperti jantung, darah tinggi, ginjal, kencing
manis, serta untuk mengetahui pernah dirawat di rumah
sakit atau tidak (Varney, 2006).

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Penyakit yang diderita ibu ( hipertensi, jantung, diabetes
melitus). Penyakit yang berhubungan langsung dengan
kehamilan misalnya Taksemia Gravidarum, perdarahan
antepartum, trauma fisis dan psikologis. Penyakit lainnya
ialah infeksi akut yang dapat merupakan faktor etiologi
prematuritas.
b. Penyakit ibu seperti hipertensi, penyakit paru, dan
penyakit gula dapat menimbulkan dismaturitas janin

26
(Surasmi, 2003).
c. Gejala-gejala penyakit maternal yang dilaporkan 7 hari
sebelum kelahiran memiliki hubungan yang bermakna
terhadap peningkatan risiko kematian akibat asfiksia
neonatorum. Gejala- gejala tersebut adalah demam selama
kehamilan, perdarahan, pembengkakan tangan, wajah atau
kaki, kejang, kehamilan ganda juga berhubungan kuat
dengan mortalitas asfiksia neonatorum (Lee, dkk, 2008).
d. Usia terlalu muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>40 tahun),
anemia (Hb< 8 g/dL), perdarahan antepartum dan demam
selama kehamilan berhubungan kuat dengan asfiksia
neonatorum (Oswyn dkk, 2000).

5. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Jenis Makanan : ASI
World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pemberian ASI secara
eksklusif sekurangnya selama usia 6 bulan
pertama, dan rekomendasi serupa juga
didukung oleh American Academy of
Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding
Medicine, demikian pula oleh Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI).
Eliminasi BAB: Dalam 24 jam pertama, warna hitam
kecoklatan (Saifuddin, 2006;137-138).
BAK: Dalam 24 jam pertama (Saifuddin,
2006;137-138).

6. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Merokok dan kehamilan yang tidak diinginkan
merupakan faktor predisposisi bayi berat lahir
rendah (BBLR: berat badan kurang dari 2500
gram) (Departemen Kesehatan, 2005).

27
b. Kebiasaan ibu (merokok, minum alkohol, dan
narkotika) merupakan faktor etiologi
prematuritas (Surasmi, 2003).

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Compos mentis
TTV
Tekanan Darah :
Nadi : 130x/i
Suhu : 36,6 °C
Pernafasan : 46x/i
Antropometri
Panjang Badan : 55 cm
Berat Badan : 3100 kg
LiLA : 12 cm
Lingkar Kepala : 35 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Perut : 32 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Keadaan kepala tidak mampu tegak,
rambut tipis, halus Ukuran kepala agak
besar dalam hubungannya dengan tubuh
fontanel mungkin besar atau terbuka
(Dongoes,2001)
Kulit : Kulit kemerahan terdapat bintik-bintik
merah bentuknya kecil, dan menyerupai
titik embun berukuran 1-2 mm.
Wajah : Wajah tidak pucat, di bawah wajah
terdapat sedikit kemerahan.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda,Sklera
Putih, pergerakan bola mata baik

28
Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran cairan dan
benda asing
Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung
menandakan bahwa bayi tidak mengalami
gawat nafas (Glance neonatoligi,2009).
Mulut : Tidak ada pernafasan megap megap
(Prawirohardjo,2010). tidak adda sianosis
central yang terjadi pada bibir bayi(Glance
neonatologi,2009).
Leher : Refleks tonus leher baik, refleks
menghisap, menelan dan refleks batuk
sudah sempurna.
Dada : tidak ada retraksi di dinding dada
menandakan bahwa bayi baru lahir tidak
mengalami gawat nafas (Glance
neonatologi,2009).
Abdomen : Abdomen agak gendut (Doengoes,2001)
Tali pusat tebal dan segar (synopsis
obstetri)
Genetalia : Alat kelamin pada bayi laki-laki
pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.
Testis sudah turun ke dalam skrotum.untuk
bayi perempuan klitoris menonjol, labia
minora belum tertutup oleh mayora
(Surasmi, 2009)
Ekstremitas : Kuku jari tangan dan kaki sudah
mencapai ujung jari, tidak edema. Garis
telapak kaki terlihat jelas.
Palpasi
Kepala :Sutura mungkin mudah digerakkan
(Doengoes,2001)
Auskultasi
Dada : Pernafasan mungkin dangkal, tidak
teratur, pernafasan diafragmatik intermiten

29
atau periodic (40-60x/menit)
(Doengoes,2001)

3. Pemeriksaan Neurologis atau Refleks


Reflek refleks masih lemah dan belum sempurna.
(doengoes, 2001)
Reflek : Refleks tergantung pada usia gestasi
(Doengoes,2001) ,yaitu :
 Rooting terjadi dengan baik pada
gestasi minggu 32
 Kooerdinasi reflex untuk menghisap,
menelan, dan bernafas biasanya
terbentuk pada gestasi minggu ke-32
 Komponen pertama dari reflex moro
(ekstensi lateral dari ekstermitas atas
dengan membuka tangan) tampak pada
gestasi minggu ke 28
 Komponen kedua (fleksi anterior dan
menangis yang dapat didengar) tampak
pada gestasi minggu ke-32.

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium :

II. Interpretasi Data Dasar


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik
Diagnosis : By. A,Usia 2 bulan dengan Miliaria
kristalina
Masalah : Bayi terus rewel, karena rasa gatal yang
disebabkan bintik-bintik merah kecil berisi air
disekitar leher dan punggung.

III. Identifikasi Diagnosis / Masalah Potensial

30
Diagnosa Potensial : Miliaria Rubra (Impetigo dan Furunkel)
Masalah Potensial : Oedem dan radang pada kulit, Infeksi sekunder

IV. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera


Untuk memberikan tindakan yang harus segera dilakukan kepada
pasien untuk mengurangi angka kesakitan, kecacatan bahkan
kematian pada klien.

V. Intervensi
1. Memberitahukan kepada klien atau orang tua klien mengenai
kondisi klien dari hasil pemeriksaan.
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak
klien dan keluarga (Varney, 2007).
2. Anjurkan ibu untuk tetap memandikan bayinya teratur 2 kali
sehari menggunakan air dingin dan sabun cair.
Rasional : Bayi yang pola personal hygiene nya teratur dapat
mengurangi potensi terserang penyakit yang disebabkan oleh
jamur atau infeksi kulit lainnya.
3. Bila berkeringat, anjurkan ibu untuk segera membasuh bayi
dengan handuk basah, lalu keringkan dengan kain yang lembut,
apabila jenisnya Milliaria Rubramaka diberi bedak salisil 2%
dengan menambahkan mentol 0,5 –2% bersifat mendinginkan
ruam.
Rasional : pemberian bedak salisil dapat mengurangi peradangan
dan kemerahan pada kulit akibab biang keringat/miliariasis.
4. Beritahu ibu jangan berikan bedak tanpa membasuh kulit anak
yang berkeringat.
Rasional : membilas kulit bayi dengan air saat berkeringat dapat
menyumbat pori-pori kulit sehingga menyebabkan biang keringat.
5. Menjelaskan ibu untuk melakukan kunjungan ulang apabila
dirasa gejala semakin memburuk.
Rasional : mengontrol sejauh mana penyembuhan seborrhea dari
tindakan yang sudah dijelaskan kepada orang tua bayi.

31
VI. Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan


rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya

VII. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan


asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.

32
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 10 Agustus 2019


Waktu Pengkajian : 14.00 WITA
Tempat Pengkajian : BPM Milik Bersama
Nama Pengkaji : Khotimah Nur Siam

S:
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama Bayi : Anak dari Ny.A
Umur/ tanggal lahir : 6 Agustus 2018
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosis Medis : NCB SMK, Usia 4 hari dengan
Seborrhea Squamosa
b. Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. A Nama Ayah : Tn.O
Usia : 21th Usia : 28th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat : Jalan Adisucipto

2. Riwaat Kesehatan Klien/Keluarga


a. Penyakit  yang pernah / sedang diderita (menular, menurun,
menahun) :
Ibu tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit berat
seperti hipertensi, DM, jantung, TBC, atau riwayat penyakit
kulit menular seperti eksim, panu, dan lain sebagainya.

b. Penyakit yang pernah / sedang diderita keluarga:

33
Keluarga tidak ada yang pernah dan sedang menderita penyakit
berat seperti hipertensi, DM, jantung, TBC.atau riwayat
penyakit kulit menular seperti eksim, panu, kandidiasis dan
lain sebagainya.

3. Riwayat antenatal
Ini adalah kehamilan ibu yang pertama. ibu mengetahui
kehamilannya dengan melakukan PP test sendiri dengan hasil
(+). Ibu pertama kali memeriksakan kehamilannya yaitu pada
bidan pada usia kehamilan 12 minggu. Pada trimester kedua
ibu memeriksakan kehamilannya 1 kali dengan keluhan pusing
dan mual-muntah. Pada pemeriksaan ini ditemukan tekanan
darah 110/80. Pada trimester ke dua pada usia kehamilan 28
minggu ibu melakukan USG dengan hasil berat badan janin
normal dari usia kehamilan. Pada trimester III ibu juga
melakukan pemeriksaan di bidan yaitu pada usia kehamilan 37
minggu 2 hari.                                

4.  Riwayat Persalinan
a. Tanggal Lahir : 6 Agustus 2019/Pukul : 18.00 WIB
b. Jenis Kelamin       : Laki-laki        
c. Tempat bersalin      : BPM Milik Bersama
d. Jenis persalinan     : lahir spontan
e. Penolong               : Bidan
f. Keluhan                : Ibu merasakan dorongan ingin BAB. Ibu
merasakan ada cairan keluar
dari  kemaluannya. Persalinan lama.
5. Pola Pemenuhan Kebutuhan
a. Nutrisi                                : ASI
b. Eliminasi                           : BAB 3x/hari, BAK 6x/hari
c. Aktifitas                             : Gerak aktif
d. Istirahat                             : Sebagian waktunya di gunakan untuk
tidur
e. Personal Hygiene              : Bayi mandi 2 kali sehari

34
6. Riwayat Psikososiokultural Spriritual

Psikologis : Ini merupakan pernikahan pertama Ibu. Lama


menikah ± 2 tahun dengan status pernikahan
yang sah. Ibu senang akan kehamilannya ini.
Sosial : Ini merupakan kehamilan yang direncakan,
keluarga dan suami dengan senang hati
menerima kehamilan ini.
Kultural : tidak ada adat istiadat yang dilakukan yang
dapat membahayakan atau merugikan bagi ibu
maupun janin.
Spiritual : tidak ada upacara keagamaan yang dapat
membahayakan atau merugikan bagi ibu
maupun janin.

O:
1. Pemeriksaan Umum
TTV :
Nadi : 134x/menit
Pernapasan : 45x/menit
Suhu : 36,5°C
Antropometri :
Panjang Badan : 53cm
Berat Badan : 3000gr
LiLa : 10cm
Lingkar Kepala : 35cm
Lingkar Dada : 33cm
Lingkar Perut : 32cm

2. Pemeriksaan Fisik
 Kepala : Bentuk mesocepal, rambut hitam, pada
Kulit kepala terdapat sisik, serpihan
Berwarna kuning berminyak yang

35
Melekat dikulit kepala
 Muka : Wajah tidak pucat, tidak oedem
 Mata : Bentuk simetris, reflek pupil (+), sclera
putih
 Telinga : Bersih, tidak ada perdarahan
 Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping
hidung
 Mulut : Bersih, tidak ada kandidiasis
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
terdapat bintik bintik/ gelembung
kecil,kulit kemerahan
 Dada : Simetris, pernafasan dada teratur, tidak
ada retraksi dinding dada
 Perut : Simetris, Tidak ada nyeri tekan, tidak
ada massa , tymapi, bising usus
10x/menit
 Tali pusat : Bersih, belum kering, tidak terdapat
pendarahan tali pusat, tidak ada pus
 Punggung : Bentuk sempurna, tidak terjadi kelainan
bentuk punggung
 Kulit : Kulit tidak pucat, tidak ada bercak,
Tidak ada vernik caseosa
 Genetelia : Bersih, tidak ada kelainan testis
 Kaki dan tungkai : Jumlah dan bentuk sempurna lengkap,
gerakan aktif

3. Pemeriksaan Neurologis atau Refleks


 Refleks rooting: Baik, bidan melakukan reflex rooting
dengan menyentuh  sudut mulut pada bagian pipi bayi
dengan salah satu jari tangan, bayi memberi reaksi dengan
menoleh kearah stimulus dan membuka mulutnya.
 Reflex sucking dan swallowing: Baik, bidan
memperhatikan hisapan bayi dan reflex menelan, bayi

36
menghisap dan menelan dengan baik, bidan membantu ibu
dalam menyusui bayinya dengan posisi yang benar dan ibu
menekan sedikit payudara agar bayi lebih mudah
mendapatkan asi.
 Refleks tonick neck: Baik, bidan melakukan reflex tonick
neck dengan memiringkan kepala bayi kearah kiri dengan
reaksi bayi ingin menoleh kesamping kanan, tangan kiri
bayi lurus dan dan kaki kanan bayi menekuk.
 Refleks graph: Baik, bidan melakukan reflex graphs
dengan meletakkan salah satu jari telunjuk kepada tangan
bayi, bayi  memberi reaksi dengan menggenggam dengan
kuat
 Refleks morro: Baik, bidan melakukan refleks moro
dengan menyangga punggung bayi dengan posisi 45
derajat, kemudian kepala dijatuhkan 10 derajat, bayi
memberi reaksi dengan kaget terlihat dari tangan bayi
membentuk huruf c dan terlihat kaget dari ekspresi wajah
bayi
 Refleks stapping: Baik, bidan melakukan refleks stapping
dengan bayi diangkat tegak dan kaki bayi satu persatu
disentuhkan pada dasar yang datar, bayi memberi reaksi
dengan gerakan berjalan dan kaki bergantian dari fleksi ke
ekstensi.
 Refleks babinsky : Baik, bidan melakukan refleks babinsky
dengan menggoreskan telapak kaki bayi dari tumit ke arah
lateral pada telapak kaki ke arah atas kemudian
menggerakkan jari sepanjang telapak kaki

4. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

37
A:
Diagnosis : NCB SMK, Usia 4 hari dengan Seborrhea
Squamosa
Masalah : Bayi terus rewel, karena rasa gatal yang
disebabkan kerak kekuningan di area kulit
kepala.
Diagnosa Potensial : Dermatitis Seborrhea, Eksim
Masalah Potensial : Infeksi dan peradangan kulit kepala

Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada

P:
Tanggal/Ja Penatalaksanaan Paraf
m
10 Agustus Memberitahu ibu keadaan bayi nya yaitu TTV = N :
2019 134x/menit, S : 36,5 R: 45 x/menit, Bayi rewel, kulit
14.00 kepala terdapat sisik, serpihan berwarna kuning
berminyak yang melekat pada kulit kepala.
Evaluasi: Ibu mengerti dengan penjelasannya.
14.05 Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda dari
Seborrhea bahwa dapat menyebabkan ruam tebal
berkeropeng berwarna kuning di kulit kepala (cradle
cap) dan kadang tampak sebagai sisik berwarna
kuning di belakang telinga atau beruntusan merah di
wajah.
Evaluasi: Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
14.07 Menjelaskan kepada ibu untuk menjaga kebersihan
bayi dengan memandikan bayi 2 kali sehari
menggunakan sabun dan shampo yang sesuai dengan
kulit bayi untuk menghindari infeksi jamur lebih
lanjut
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
14.08 Menjelaskan pada ibu cara perawatan bayi yang

38
mengalami Seborrhea yaitu dengan cara kulit kepala
dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan diolesi
dengan krim hydrocortisone. Selama ada sisik, kulit
kepala dicuci setiap hari dengan sampo yang lembut;
setelah sisik menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu.
Evaluasi: Ibu mengerti dengan penjelasan yang

14.10 Menjelaskan ibu untuk melakukan kunjungan ulang


apabila dirasa gejala semakin memburuk.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang di
berikan.

39
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 10 Agustus 2019


Waktu Pengkajian : 14.00 WITA
Tempat Pengkajian : BPM Milik Kita
Nama Pengkaji : Khotimah Nur Siam

S:
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama Bayi : Anak dari Ny.A
Umur/ tanggal lahir : 11 Juni 2019
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosis Medis : By. A, Usia 2 bulan dengan
miliariasis kristalina
b. Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. A Nama Ayah : Tn.S
Usia : 23th Usia : 26th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat : Jalan Wolter Monginsidi
2. Riwaat Kesehatan Klien/Keluarga
a. Penyakit  yang pernah / sedang diderita (menular, menurun,
menahun) :
Ibu tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit berat
seperti hipertensi, DM, jantung, TBC, atau penyakit infeksi
kulit lainnya yang dapat menular dan menurun pada bayi.
b. Penyakit yang pernah / sedang diderita keluarga:
Keluarga tidak ada yang pernah dan sedang menderita penyakit
berat seperti hipertensi, DM, jantung, TBC, atau penyakit
infeksi kulit lainnya yang dapat menular dan menurun pada

40
bayi.
3. Riwayat antenatal
Ini adalah kehamilan ibu yang ke 2. ibu mengetahui
kehamilannya dengan melakukan PP test sendiri dengan hasil
(+). Ibu pertama kali memeriksakan kehamilannya yaitu pada
bidan pada usia kehamilan 16 minggu. Pada trimester kedua
ibu memeriksakan kehamilannya 1 kali dengan keluhan pusing
dan mual-muntah. Pada pemeriksaan ini ditemukan tekanan
darah 120/80. Pada trimester ke dua pada usia kehamilan 28
minggu ibu melakukan USG dengan hasil berat badan janin
normal dari usia kehamilan. Pada trimester III ibu juga
melakukan pemeriksaan di bidan yaitu pada usia kehamilan 32
minggu 6 hari.                                

4.  Riwayat Persalinan
a. Tanggal Lahir : 11 Juni 2019/Pukul : 17.00 WIB
b. Jenis Kelamin       : Laki-laki        
c. Tempat bersalin     : BPM Milik Kita
d. Jenis persalinan     : lahir spontan
e. Penolong               : Bidan
f. Keluhan                : Ibu merasakan dorongan ingin BAB. Ibu
merasakan ada cairan keluar
dari  kemaluannya. Persalinan lama.
5. Pola Pemenuhan Kebutuhan
a. Nutrisi                                : ASI
b. Eliminasi                           : BAB 2x/hari, BAK 6x/hari
c. Aktifitas                             : Gerak aktif
d. Istirahat                             : Sebagian waktunya di gunakan untuk
tidur
e. Personal Hygiene              : Bayi mandi 2 kali sehari

6. Riwayat Psikososiokultural Spriritual

Psikologis : Ini merupakan pernikahan pertama Ibu. Lama


menikah ± 2 tahun dengan status pernikahan

41
yang sah. Ibu senang akan kehamilannya ini.
Sosial : Ini merupakan kehamilan yang direncakan,
keluarga dan suami dengan senang hati
menerima kehamilan ini.
Kultural : tidak ada adat istiadat yang dilakukan yang
dapat membahayakan atau merugikan bagi ibu
maupun janin.
Spiritual : tidak ada upacara keagamaan yang dapat
membahayakan atau merugikan bagi ibu
maupun janin.

O:
1. Pemeriksaan Umum
TTV :
Nadi : 130x/menit
Pernapasan : 46x/menit
Suhu : 36,6°C
Antropometri :
Panjang Badan : 55cm
Berat Badan : 3100gr
LiLa : 12cm
Lingkar Kepala : 35cm
Lingkar Dada : 33cm
Lingkar Perut : 32cm

2. Pemeriksaan Fisik
 Kepala : Bentuk mesocepal, rambut hitam
 Muka : tampak kemerahan, terdapat bintik atau
gelembung kecil di dahi, kulit
kemerahan
 Mata : Bentuk simetris, reflek pupil (+), sclera
putih
 Telinga : Bersih, tidak ada perdarahan
 Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping

42
hidung
 Mulut : Bersih, tidak ada kandidiasis
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
terdapat bintik bintik/ gelembungkecil,
kulit kemerahan
 Dada : Simetris, pernafasan dada teratur, tidak
ada retraksi dinding dada
 Perut : Simetris, Tidak ada nyeri tekan, tidak
ada massa , tymapi, bising usus
10x/menit
 Tali pusat : Bersih, belum kering, tidak terdapat
pendarahan tali pusat, tidak ada pus
 Punggung : Bentuk sempurna, tidak terjadi kelainan
bentuk punggung
 Kulit : Kulit muka dan sekitar leher terdapat
Bintik-bintik kemerahan berisi air
 Genetelia : Bersih, tidak ada kelainan testis
 Kaki dan tungkai : Jumlah dan bentuk sempurna lengkap,
gerakan aktif

3. Pemeriksaan Neurologis atau Refleks


 Refleks rooting: Baik, bidan melakukan reflex rooting
dengan menyentuh  sudut mulut pada bagian pipi bayi
dengan salah satu jari tangan, bayi memberi reaksi dengan
menoleh kearah stimulus dan membuka mulutnya.
 Reflex sucking dan swallowing: Baik, bidan
memperhatikan hisapan bayi dan reflex menelan, bayi
menghisap dan menelan dengan baik, bidan membantu ibu
dalam menyusui bayinya dengan posisi yang benar dan ibu
menekan sedikit payudara agar bayi lebih mudah
mendapatkan asi.
 Refleks tonick neck: Baik, bidan melakukan reflex tonick
neck dengan memiringkan kepala bayi kearah kiri dengan

43
reaksi bayi ingin menoleh kesamping kanan, tangan kiri
bayi lurus dan dan kaki kanan bayi menekuk.
 Refleks graph: Baik, bidan melakukan reflex graphs
dengan meletakkan salah satu jari telunjuk kepada tangan
bayi, bayi  memberi reaksi dengan menggenggam dengan
kuat
 Refleks morro: Baik, bidan melakukan refleks moro
dengan menyangga punggung bayi dengan posisi 45
derajat, kemudian kepala dijatuhkan 10 derajat, bayi
memberi reaksi dengan kaget terlihat dari tangan bayi
membentuk huruf c dan terlihat kaget dari ekspresi wajah
bayi
 Refleks stapping : Baik, bidan melakukan refleks stapping
dengan bayi diangkat tegak dan kaki bayi satu persatu
disentuhkan pada dasar yang datar, bayi memberi reaksi
dengan gerakan berjalan dan kaki bergantian dari fleksi ke
ekstensi.
 Refleks babinsky: Baik, bidan melakukan refleks babinsky
dengan menggoreskan telapak kaki bayi dari tumit ke arah
lateral pada telapak kaki ke arah atas kemudian
menggerakkan jari sepanjang telapak kaki

4. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

A:
Diagnosis : By. A, Usia 2 bulan dengan Miliariasis
kristalina
Masalah : Bayi terus rewel, karena rasa gatal yang
disebabkan bintik-bintik merah kecil berisi
air disekitar leher dan punggung.
Diagnosa Potensial : Miliaria Rubra (Impetigo dan Furunkel)
Masalah Potensial : Oedem dan radang pada kulit, Infeksi sekunder

44
Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada

P:
Tanggal/Ja Penatalaksanaan Paraf
m
10 Agustus Memberitahu ibu keadaan bayi nya yaitu TTV = N :
2019 130x/menit, S : 36,6 R: 46 x/menit, Bayi rewel, kulit
17. 15 muka dan sekitar leher terdapat bintik bintik
kemerahan
Evaluasi: Ibu mengerti dengan penjelasannya.
17.17 Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda dari
Miliariasis
a. Kulit muka dan sekitar leher terdapat bintik atau
gelembung kecil, kulit kemerahan.
b. Bagian kulit bayi yang terkadang menimbulkan
iritasi akibat dampak keringat yang kurang kita
perhatikan sehingga kerap kali bayi merasakan gatal
pada kulit dan terdapat vesikel yang mudah pecah jika
ada gesekan
Evaluasi: Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
17.18 Menjelaskan pada ibu cara perawatan bayi yang
mengalami Miliariasis
Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur
paling sedikit 2 kali sehari menggunakan air dingin
dan sabun.
Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan
menggunakan handuk (lap) basah, kemudian
dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut.
Setelah itu dapat diberikan bedak tabur ( bedak salisil
2%).
Evaluasi: Ibu mengerti dengan penjelasan yang di
berikan dan akan melakukanya.
17.20 Mengnjurkan ibu untuk memberikan lingkungan yang

45
sejuk dan kering, seperti ruangan ber-AC dan
menggunakan pakaian bayi yang mudah menyerap
keringat seperti katun.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang di
berikan dan akan melakukannya.
17.21 Menjelaskan ibu untuk melakukan
kunjungan ulang apabila dirasa gejala
semakin memburuk. Evaluasi : Ibu
mengerti dengan penjelasan yang di
berikan.

46
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seborrhea adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang menyebabkan
timbulnya sisik pada kulit kepala, wajah dan kadang pada bagian tubuh lainnya.
Dermatitis seboreik sering ditemukan sebagai penyakit keturunan dalam suatu
keluarga. Salah satu penyebab ketombe adalah Pitysporum ovale ( P. Ovale ).
Biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan sisik kering atau berminyak di kulit
kepala (ketombe), kadang disertai gatal-gatal tetapi tanpa kerontokan rambut.
Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken
tropikus, atau pickle heat. Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi
keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. Biasanya milliariasis ini
disebabkan udara yang panas dan lembab, pakai yang terlalu ketat dan tidak menyerab
keringat, dll. Milliariasis di awali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat
sehingga pengeluaran keringat tertahan.

B. Saran
Penyusun berharap hendaknya kita sebagai tenaga kesehatan lebih memahami
tentang macam-macam masalah sering terjadi pada neonatus, bayi dan balita terutama
Seborrhea danMilliariasis. Serta bagaiman tindakan kita untuk mengatasinya.

47
DAFTAR PUSTAKA

http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/06/pengertian-miliariasis.html
http://peraheryantiputri.blog.com/2011/10/28/miliariasis/
Sudarti, dkk.,2010, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita, nuha medika,
jogyakarta.
Dewi Lia, (2010) Asuhan Neonatus Bayi Dan balita, Salemba Medika, JakartaFK-UI,
(2000) Ilmu Kesehatan Anak, FK-UI,
JakartaAnonym,(2010),Medicinestuffs.blogspot.com/.../dematitis-seboroik-pada-
anak-seborrheic.html

48

Anda mungkin juga menyukai