Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS LANJUT

(Sistem Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak)


Dosen Pembimbing :

Disusun oleh :
Kelompok 5
Erlita Nur Aini P07224318008
Ade Irma Samsuddin P07224318011
Khotimah Nur Siam P07224318018
Yesi Yoseva P07224318029

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR PROGRAM STUDI SARJANA
TERAPAN KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2020-2021


KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudulSistem pelayanan kesehatan ibu dan anak. Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dan berbagai sumber sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua
itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Kami harapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca makalah ini. Sekian kata pengantar dari kami, mohon maaf jika masih banyak terdapat
kekurangan didalam makalah ini.

Samarinda, 13 April 2021

(Penulis)
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B.  Tujuan Penulisan....................................................................................................................5
BAB II……………………………………………………………………………………………..

PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………..

BAB III……………………………………………………………………………………………

PENUTUP…………………………………………………………………………………………

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………….

B. Saran…………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian
bayi dan anak balita yang ada di Indonesia. Tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABa) disuatu negara
dapat dilihat dari kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang
bermutu dan menyeluruh. Menurut hasil SDKI tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI)
secara nasional masih tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi
(AKB) yaitu 32 per 1000 kelahian hidup dan Angka Kematian Anak Balita (AKABa) yaitu
sebesar 40 per 1000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Pemerintah menjadikan upaya penurunan AKI, AKB dan AKABa sebagai upaya
dalam pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs). Sasaran yang ingin
dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan angka kematian anak menjadi 23 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dan target MDGs ke-5 yaitu meningkatkan
kesehatan ibu untuk menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015. Berbagai program KIA telah dirancang oleh Kementerian
Kesehatan RI, yang ditinjaklanjuti oleh dinas kesehatan di tingkat propinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, desa, sampai dusun dan rumah tangga. Namunjumlah kematian ibu dan
kematian anak tetap tinggi, dan di berbagai propinsi malah mengalami peningkatan.
Menurut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) negara Indonesia berada di
peringat 108 dari 177 negara di dunia, lebih rendah dari negara-negara Association of
Southeast Asian Nation(ASEAN) lainnya seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam
dan Thailand. Dari tahun ke tahun Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) sebagai salah satu bagian dari indikator IPM menurun rendah dan menjadi masalah.
Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu
meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.
Permasalahan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal merupakan permasalahan
yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah keterlambatan dan
sistem rujukan yang belum paripurna. Sistem rujukan pelayanan kesehatan adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung
jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik, baik vertikal maupun horizontal yang wajib
dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, dan seluruh
fasilitas kesehatan. Sistem rujukan tersebut dilakukan secara berjenjang mulai dari
masyarakat, kader, bidan ke tingkat pelayanan dasar (Puskesmas) dilanjutkan ke jenjang
tingkat lanjutan yaitu rumah sakit yang memiliki dokter spesialis, sehingga kematian ibu
dan bayi dapat dicegah secara dini (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Sistem rujukan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengacu pada prinsip
utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif dan sesuai kemampuan dan
kewenangan fasilitas pelayanan. Sistem rujukan yang dibangun harus dilengkapi dengan
manual supaya bisa dilaksanakan dengan lebih tertata dan jelas. Manual rujukan sebaiknya
disusun dan dikembangkan oleh kelompok kerja (Pokja)/tim rujukan di sebuah
kabupaten/kota (Zaenab, 2014).
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang
kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab
yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Tingginya kematian ibu dan bayi
salah satunya karena masalah 3T (tiga terlambat) yang melatar belakangi tingginya
kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan
adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih
bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko tinggi.
Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang menentukan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutamadalam mengatasi keterlambatan
(Juniawati, 2014).
Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia salah satunya
melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang
menitikberatkan fokus totalitas monitoring yang menjadi salah satu upaya deteksi dini,
menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan
pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK).
Sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, ditargetkan pada akhir
tahun 2014 di setiap kabupaten/kota terdapat minimal 4 (empat) Puskesmas rawat inap
mampu PONED dan 1 (satu) Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan
PONEK. Melalui pengelolaan pelayanan PONED dan PONEK, Puskesmas dan Rumah
Sakit diharapkan bisa menjadi institusi terdepan dimana kasus komplikasi dan rujukan
dapat diatasi dengan cepat dan tepat (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

B.  Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Rujukan ?
2. Sebutkan jenis jenis Rujukan ?
3. Apa saja persiapan rujukan dan bagaimana Mekanisme dalam melakukan Rujukan ?
4. Apa yang dimaksud dengan PONED dan PONEK ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari rujukan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis rujukan
3. Untuk mengetahui persiapan melakukan rujukan dan mengetahui mekanisme dalam
melakukan rujukan
4. Untuk mengetahui PONED dan PONEK
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rujukan

Rujukan adalah suatu kondisi yang optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau
fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap yang diharapkan mampu menyelamatkan jiwa
para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah
yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih
berkompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi ( Syafrudin,
2009).

B. Rujukan Kebidanan.

Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan obstetri adalah suatu pelimpahan tanggung
jawab timbal-balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara
vertikal,maupun horizontal. Rujukan vertikal,maksudnya adalah rujukan dan komunikasi
antara satu unit ke unit yang telah lengkap. Misalnya dari rumah sakit kabupaten ke rumah
sakit provinsi atau rumah sakit tipe C ke rumah sakit tipe B yang lebih spesialistik fasilitas
dan personalianya. Rujukan horizontal adalah konsultasi dan komunikasi antar unit yang ada
dalam satu rumah sakit,misalnya antara bagian kebidanan dan bagian ilmu kesehatan anak
(Syafrudin,2009).

C. Jenis Rujukan

Terdapat dua jenis isitilah rujukan yaitu, (Pudiastuti,2011) :


1. Rujukan Medik yaitu pelimpahan tanggungjawab secara timbal balik atas satu kasus
yang timbal balik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih berwenang
dan mampu menanganinya secara rasional.
Jenis rujukan medik :
a) Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium lebih lengkap
b) Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosa, pengobatan, tindakan operatif dan
lain-lain.
c) Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu
layanan pengobatan setempat.
2. Rujukan Kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau
spesimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap.

D. Persiapan Rujukan

Sebelum melakukan persiapan rujukan yang pertama dilihat adalah mengapa bidan
melakukan rujukan. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab
yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Dengan adanya sistem rujukan,
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Bidan sebagai
tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan
rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Yang melatarbelakangi
tingginya kematian ibu dan anak adalah terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan
kesehatan. Jika bidan lalai dalam melakukannya akan berakibat fatal bagi keselamatan jiwa
ibu dan bayi ( Syafrudin, 2009).

E. Mekanisme Rujukan

Langkah-langkah rujukan,yaitu (Syafrudin,2009) :

1. Menentukan kegawatdaruratan penderita


 Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat
ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat,oleh karena itu mereka belum tentu dapat
menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan
 Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas Tenaga kesehatan
yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan
kasus mana yang harus dirujuk
1. Menentukan tempat rujukan.

Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang


mempunyai kewenangan dan fasilitas terdekat yang termasuk fasilitas pelayanan swasta
dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.

3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga


4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
 Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk
 Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama
dalam perjalanan ke tempat rujukan
 Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.

Dijabarkan persiapan penderita yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan yaitu
dengan melakukan BAKSOKU yang merupakan singkatan dari (Bidan, Alat, Keluarga,
Surat, Obat, Kenderaan, Uang),(JNPK-KR,2012).

a) Bidan (B)

Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan
yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksanakan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan
b) Alat (A)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan
bayi baru lahir ( tabung suntik, selang Intra Vena, dan lain-lain )bersama ibu ke
tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu
melahirkan sedang dalam perjalanan.

c) Keluarga (K)

Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi dan
mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan
upaya rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu
dan/atau bayi baru lahir ke tempat rujukan.

d) Surat (S)
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi
mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil
pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru lahir.
Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan.

e) Obat (O)

Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-
obatan mungkin akan diperlukan selama perjalanan.

f) Kendaraan (K)

Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi
yang cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup baik
untuk. mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.

g) Uang (U)
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat-obatan yang diperiukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang
diperiukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan.

F. PONED dan PONEK

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) Diantara kebijakan Kementerian Kesehatan dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi, diantaranya dengan mengembangkan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif, sertga Pengembangan Rumah Sakit Sayang ibu dan Sayang bayi.

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar dapat dilayani oleh Puskesmas yang
mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penangan kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal dasar. Puskesmas PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai
rujukan antara kasus-kasus rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas
non perawatan disipakan untuk mealkukuan pertolongan pertama gawat darurat obstetri dan
neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan PONED.

Beberapa komponen pelayanan maternal, antara lain Pre eklamsia/eklamsia, Tindakan


obstetri pada pertolongan persalinan, Perdarahan postpartum, dan Infeksi nifas. Sedangkan
komponen pelayanan neonatal antara lain :1). Bayi berat lahir rendah (Hipotermi,
Hipoglikemi, Ikterus/hiperbilirubinemia, dan masalah pemberian nutrisi; 2). Asfiksia pada
bayi; 3). Gangguan nafas; 4). Kejang pada bayi baru lahir; 5). Infeksi neonatal; 6). Rujukan
dan transportasi bayi baru lahir

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif dilaksanakan di rumah sakit dengan


kemampuan untuk memberikan pelayanan 24 jam. Kesiapan sarana rumah sakit meliputi
ruang kebidanan dengan fasilitas gawat darurat untuk memberikan pelayanan terhadap kasus
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal, neonatal risiko tinggi, pelayanan transfusi darah,
tindakan operasi seksio sesaria. Dalam hal rujukan, rumah sakit PONEK menerima rujukan
dari puskesmas PONED apabila terdapat kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang
memerlukan penanganan seksio sesarea dan pemberian transfusi darah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Rujukan adalah suatu kondisi yang optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau
fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap yang diharapkan mampu menyelamatkan jiwa
para ibu dan bayi baru lahir. Jenis rujukan di bagi 2 yaitu rujukan medik dan rujukan
kesehatan. Sebelum melakukan rujukan, ada beberapa langkah yang harus dilakukan bidan.
Pertama, menentukan kegawat daruratan penderita. Kedua, menentukan tenpat tujuan
rujukan. Ketiga, memberikan informasi kepada penderita dan keluarga. Terakhir, mengirim
informasi kepada tempat rujukan. Dalam melakukan rujukan ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan yaitu disingkat ‘BAKSOKU’. Kepanjangan dari ‘BAKSOKU’ adalah bidan,
alat, keluarga, surat, obat, kendaraan, dan uang.
PONED merupakan singkatan dari pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar.
Puskesmas PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan antara kasus-
kasus rujukan dari polindes dan puskesmas. PONEK merupakan singkatan dari pelayanan
obstetri neonatal emergensi komprehensif. Dalam hal rujukan, rumah sakit PONEK
menerima rujukan dari puskesmas PONED apabila terdapat kasus kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal yang memerlukan penanganan seksio sesarea dan pemberian transfusi darah.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulisakan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Tingkat
Kabupaten/Kota. Jakarta: Depkes RI.

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman
Pelayanan Antenatal. Jakarta: Depkes RI.

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman


Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24
jam di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman
Pengembangan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas.
Jakarta: Depkes RI.

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI. (2010). Pedoman
Audit Maternal Perinatal (AMP). Jakarta: Kemenkes RI.

Trisnantoro, L. (2011). Strategi Luar Biasa Untuk menurunkan Kematian Ibu dan Bayi. Editorial
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Vol. 14 Edisi Desember 2011.

Penyusun Kerangka Manual Rujukan Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. (2012). Manual
Rujukan Kehamilan, Persalinan, dan Bayi Baru lahir. Diakses di
www.kebijakankesehatanindonesia.net (Juli 2012).

Tisnantoro, L. & Zaenab, S.N. (2013). Penggunaan Data Kematian "Absolut" untuk Memicu
Penurunan kematian Ibu dan Bayi di Kabupaten/Kota. Diakses di www.kesehatan-
ibuanak.net (Maret 2013)

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta

Departemen Kesehatan RI.2005. Kebijakan Pelayanan Ibu dan Perinatal di Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai