Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM RUJUKAN


untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Oleh ;
Zia Sulfan Hakim (NIM.185070209111002)
Margareta Laura Cangkung (NIM.185070209111006)
Jayanti Ika Siwi (NIM.185070209111010)
Kharisma Hadi (NIM.185070209111014)
Erik Meidianto (NIM.185070209111018)
Suwoto (NIM.185070209111022)
Sarihon Sita H.R.Purba (NIM.185070209111026)
Christine Ivana Delpian (NIM.185070209111031)
Dimas Dwi Adi Prakoso (NIM.185070209111040)
Helmi Nindra Agustin (NIM.185070209111044)
Arni Juniwati (NIM.185070209111047)
Eka Nurul Siam (NIM.185070209111048)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia masih tinggi. Pada akhir PELITA VI diharapkan terdapat
penurunan angka kematian ibu menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup
dan angka kematian bayi menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk
itu telah dilakukan berbagai upaya, baik di tingkat pelayanan dasar
maupun pelayanan rujukan. Upaya-upaya tersebut berjalan serentak
dan seiring berupa program integrasi Rumah Sakit dan Puskesmas,
seperti Eliminasi Tetanus Neonatorum, Audit Maternal Perinatal dan
peningkatan mutu pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit, sehingga
Hospital Without Wall dapat terwujud, dengan Rumah Sakit sebagai
tempat rujukan dan pembina Puskesmas. Namun di dalam
pelaksanaannya banyak ditemui kendala-kendala dan permasalahan
yang harus menjadi pemikirian kita semua agar rumah sakit dapat
berperan sebagai Pusat Rujukan di daerah. Sistem Rujukan itu sendiri
seharusnya dapat berlangsung secara optimal, sehingga dampak
upaya penurunan angka kematian ibu dan perinatal dapat segera
dirasakan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui sistem rujukan pada kegawat daruratan obstetrik
sesuai program kesehatan KIA yang ada di Indonesia.

1.2.2 Tujuan Khusus


Mengidentifikasi sistem rujukan yang ada di Indonesia.
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Sistem Rujukan


2.1.1 Pengertian Sistem Rujukan
Sistem rujukan di Indonesia, seperti yang telah dirumuskan
dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 001 tahun 2012 ialah suatu
sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit
yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau
secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya. Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan
tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik
baik vertikal maupun horizontal (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem
jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas
masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit
yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi
ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih
kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi (Syafrudin, 2009).

2.1.2 Rujukan Kesehatan Ibu dan Anak


Rujukan kesehatan ibu dan anak adalah sistem rujukan yang
dikelola secara strategis, proaktif, pragmatis dan koordinatif untuk
menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang
membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun
mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar
dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi
melalui peningkatan mutu dan ketrerjangkauan pelayanan
kesehatan internal dan neonatal di wilayah mereka berada (Depkes,
2006). Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan
Neonatal mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan
tindakan, efisien, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan
kewenangan fasilitas pelayanan. Setiap kasus dengan
kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal yang datang ke
puskesmas PONED harus langsung dikelola sesuai dengan
prosedur tetap sesuai dengan buku acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal.
Setelah dilakukan stabilisasi kondisi pasien, kemudian
ditentukan apakah pasien akan dikelola di tingkat puskesmas
mampu PONED atau dilakukan rujukan ke RS pelayanan obstetrik
dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih baik sesuai dengan tingkat
kegawatdaruratannya (Depkes RI, 2007) dengan alur sebagai
berikut:
1. Masyarakat dapat langsung memanfaatkan semua fasilitas
pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal.
2. Bidan desa dan polindes dapat memberikan pelayanan langsung
terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas baik yang datang
sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat. Selain
menyelenggarakan pelayanan pertolongan persalinan normal,
bidan di desa dapat melakukan pengelolaan kasus dengan
komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat kewenangan dan
kemampuannya atau melakukan rujukan pada puskesmas,
puskesmas mampu PONED dan RS PONEK sesuai dengan
tingkat pelayanan yang sesuai.
3. Puskesmas non-PONED sekurang-kurangnya harus mampu
melakukan stabilisasi pasien dengan kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal yang datang sendiri maupun yang dirujuk oleh
kader/dukun/bidan di desa sebelum melakukan rujukan ke
puskesmas mampu PONED dan RS PONEK.
4. Puskesmas mampu PONED memiliki kemampuan untuk
memberikan pelayanan langsung kepada ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas dan bayi baru lahir baik yang datang sendiri atau atas
rujukan kader/masyarakat, bidan di desa dan puskesmas.
Puskesmas mampu PONED dapat melakukan pengelolaan
kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat
kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada
RS PONEK.
5. RS PONEK 24 jam memiliki kemampuan untuk memberikan
pelayanan PONEK langsung terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas dan bayi baru lahir baik yang datang sendiri atau atas
rujukan kader/masyarakat, bidan di desa dan puskesmas,
puskesmas mampu PONED. Pemerintah provinsi/kabupaten
melalui kebijakan sesuai dengan tingkat kewenangannya
memberikan dukungan secara manajemen, administratif
maupun kebijakan anggaran terhadap kelancaran PPGDON
(Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri dan
Neonatus)
6. Ketentuan tentang persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan dapat dituangkan dalam bentuk peraturan daerah
sehingga deteksi dini kelainan pada persalinan dapat dilakukan
lebih awal dalam upaya pencegahan komplikasi kehamilan dan
persalinan.
7. Pokja/satgas GSI merupakan bentuk nyata kerjasama liuntas
sektoral ditingkat propinsi dan kabupaten untuk menyampaikan
pesan peningkatan kewaspadaan masyarakat terhadap
komplikasi kehamilan dan persalinan serta kegawatdaruratan
yang mungkin timbul olkeh karenanya. Dengan penyampaian
pesan melalui berbagai instansi/institusi lintas sektoral, maka
dapat diharapkan adanya dukungan nyata massyarakat terhadap
sistem rujukan PONEK 24 jam
8. RS swasta, rumah bersalin, dan dokter/bidam praktek swasta
dalam sistem rujukan PONEK 24 jam, puskesmas mampu
PONED dan bidan dalam jajaran pelayanan rujukan. Institusi ini
diharapkan dapat dikoordinasikan dalam kegiatan pelayanan
rujukan PONEK 24 jam sebagai kelengkapan pembinaan pra RS.

2.1.3 Persiapan Rujukan


Kesiapan untuk merujuk ibu dan bayinya ke fasilitas
kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu menjadi syarat
bagi keberhasilan upaya penyelamatan. Setiap penolong
persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu
untuk penatalaksanaan kasus gawatdarurat obstetri dan bayi baru
lahir dan informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat
rujukan, ketersediaan pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan
waktu serta jarak tempuh ke tempat rujukan. Persiapan dan
informasi dalam rencana rujukan meliputi siapa yang menemani ibu
dan bayi baru lahir, tempat rujukan yang sesuai, sarana tranfortasi
yang harus tersedia, orang yang di tunjuk menjadi donor darah dan
uang untuk asuhan medik, tranfortasi, obat dan bahan. Singkatan
BAKSOKU (Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang)
dapat di gunakan untuk mengingat hal penting dalam
mempersiapkan rujukan (Syafrudin, 2009).
Hal-Hal yang Penting dalam Mempersiapkan Rujukan untuk Ibu
1. Bidan
Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh
penolong persalinan yang kompeten dan memiliki kemampuan
untuk menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
2. Alat
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan,
masa nifas dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, dll)
bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan
tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam
perjalanan.
3. Keluarga
Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu
dan/atau bayi dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk.
Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan upaya rujukan
tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus
menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke tempat rujukan.
4. Surat
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan
identifikasi mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan
alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau
obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru lahir.
Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan.
5. Obat
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat
rujukan. Obat-obatan mungkin akan diperlukan selama
perjalanan.
6. Kendaraan
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk
ibu dalam kondisi yang cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa
kondisi kendaraan itu cukup baik untuk. mencapai tempat
rujukan dalam waktu yang tepat.
7. Uang
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat-obatan yang diperiukan dan bahan-
bahan kesehatan lain yang diperiukan selama ibu dan/atau bayi
baru lahir tinggal di fesilitas rujukan.

2.1.4 Kegiatan Rujukan


1. Rujukan dan Pelayanan Kebidanan
Kegiatan ini antara lain berupa :
a. Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke
unit yang lebih lengkap.
b. Rujukan kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan, dan
nifas
c. Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti
kasus-kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan
penanganan spesialis.
d. Pengiriman bahan laboratorium
2. Pelimpahan Pengetahuan dan Keterampilan
Kegiatan ini antara lain :
a. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah perifer untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah,
konsultasi penderita, diskusi kasus, dan demonstrasi.
b. Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah ke rumah
sakit yang lebih lengkap dengan tujuan menambah pengetahuan
dan keterampilan.
3. Rujukan Informasi Medis
Kegiatan ini antara lain berupa :
a. Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang
dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim.
b. Menjalin kerjasama pelaporan data-data medis.

2.1.5 Faktor Penyebab Rujukan


1. Riwayat bedah sesar
2. Pendarahan pervaginaan
3. Persalinan kurang bulan
4. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang pecah
5. Ketuban pecah lebih dari 24 jam
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda / gejala infeksi
10. Preklamsia / hipertensi dalam kehamilan
11. Tinggi fundus 40 cm / lebih
12. Gawat janin
13. Primipara dalam fase aktif kala 1 persalinan
14. Presentasi bukan belakang kepala
15. Presentasi ganda
16. Kehamilan ganda (genteli)
17. Tali pusat menumbung
18. Syok

2.1.6 Manfaat Rujukan


Beberapa manfaat yang akan diperoleh ditinjau dari unsur
pembentuk pelayanan kesehatan terlihat sebagai berikut :
1. Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan
kesehatan (policy maker), manfaat yang akan diperoleh antara lain
membantu penghematan dana karena tidak perlu menyediakan
berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana
kesehatan, memperjelas sistem pelayanan kesehatan karena
terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang
tersedia dan memudahkan pekerjaan administrasi terutama pada
aspek perencanaan.
2. Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa
pelayanan (health consumer), manfaat yang akan diperoleh antara
lain meringankan biaya pengobatan karena dapat dihindari
pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang dan
mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
karena diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang sarana
pelayanan kesehatan.
3. Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan.
Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider), manfaat
yang diperoleh antara lain memperjelas jenjang karir tenaga
kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti
semangat kerja, ketekunan dan dedikasi, membantu peningkatan
pengetahuan dan keterampilan yakni melalui kerjasama yang
terjalin, memudahkan dan atau meringankan beban tugas karena
setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu
(Syafrudin, 2009).

2.1.7 Keuntungan Rujukan


Menurut Syafrudin (2009), keuntungan sistem rujukan adalah :
1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien
berarti bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan
secara psikologis memberi rasa aman pada pasien dan keluarga.
2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan
dan keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga
makin banyak kasus yang dapat dikelola di daerahnya masing-
masing.
3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli.

2.1.8 Tahapan Rujukan Maternal dan Neonatal


1. Menentukan kegawatdaruratan penderita
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita
yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau
kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu
dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan
puskesmas. Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan
kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang
harus dirujuk.
2. Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk
fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan
dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu
dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan,
perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah
dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap
dengan rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya
tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan
pada saat awal persalinan.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong
penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
5. Persiapan penderita (BAKSOKUDO)
6. Pengiriman Penderita
7. Tindak lanjut penderita :
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca
penanganan)
b. Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak
melapor harus ada tenaga kesehatan yang melakukan
kunjungan rumah (Depkes RI, 2006).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian
a. Identitas pasien
1. Nama : Ny. D
2. Umur : 36 tahun
3. Agama : Islam
4. Suku, bangsa: Jawa, Indonesia
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Wiraswasta

b. Anamnesa ( Data Subyektif )


1) Keluhan utama pada waktu masuk
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dan ini
kehamilannya yang ke dua , serta mengalami mual muntah di pagi
hari.
2) Riwayat Menstruasi
a) Menarche : Ibu mengatakan haid pertama pada usia 13
tahun.
b) Siklus : Ibu mengatakan siklus menstruasinya 28
hari.
c) Lama : Ibu mengatakan lamanya haid 6 hari.
d) Banyaknya : Ibu mengatakan saat haid sehari ganti
pembalut 2 - 3 kali.
e) Teratur/tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur setiap bulan.
f) Sifat darah : Ibu mengatakan sifat darahnya encer dan
berwarna merah.
g) Disminorhoe : Ibu mengatakan kadang nyeri saat haid.
3) Riwayat hamil ini
a) HPHT : 30 Januari 2019
b) HPL : 06 November 2019
c) Gerakan janin : Ibu mengatakan belum merasakan adanya
gerakan janin pada perutnya.
d) Vitamin yang dikonsumsi : Ibu mengatakan tidak
mengkonsumsi vitamin atau jamu.
e) Keluhan – keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan mual dan muntah di pagi hari.
Trimester II :-
Trimester III : -
f) ANC : Ibu mengatakan periksa 1 kali di bidan Maya
Amd.Keb pada usia kehamilan 1 bulan.
g) Kekhawatiran khusus
Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaan janin yang
dikandungnya.
4) Riwayat keluarga berencana
Ibu mengatakan sebelumnya menggunakan KB suntik .
5) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Hamil sekarang
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan ke 2, anak pertama berusia
10 tahun, lahir normal. Ibu tidak memiliki riwayat operasi.
6) Psikososial budaya
a. Perasaan tentang kehamilan ini
Ibu mengatakan sangat senang dengan kehamilannya, tetapi juga
merasa cemas akan kondisinya saat ini.
b. Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini
Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat senang dan
mendukung kehamilan ini.
c. Penggunaan obat – obatan dan rokok
Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat - obatan dan tidak
mengkonsumsi jamu, alkohol dan rokok serta suaminya juga tidak
merokok.
7) Pemeriksaan Fisik ( Data Obyektif )
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV
TD : 110/80 mmHg, N: 86 x/menit, R: 20 x/menit, S: 36,7 OC
d) TB : 156 cm
e) BB sebelum hamil : 50 kg
f) BB sekarang : 56 kg
g) LLA : 25 cm
h) Pemeriksaan sistematis
 Kepala
Rambut : Bersih, tidak rontok dan tidak berketombe.
Muka : Bersih, tidak ada cloasma gravidarumdan oedema
Conjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
 Mammae
Membesar : Membesar dalam batas normal.
Tumor : Tidak ada benjolan
Simestris : Simetris kanan dan kiri
Areola : Hiperpygmentasi
Putting susu : Menonjol
Colostrum : Belum keluar
Kulit : Turgor kulit normal
Pemeriksaan Khusus Obstetri ( Lokalis )
a) Kontraksi : Belum bisa dilakukan pemeriksaan.
b) Leopold I : Teraba ballotement
c) Leopold II : Belum bisa dilakukan pemeriksaan
d) Leopold III : Belum bisa dilakukan peme riksaan
e) Leopold IV : Belum bisa dilakukan Pemeriksaan
f) TFU Mc Donald : Belum bisa dilakukan pemeriksaan
g) TBJ : Belum bisa dilakukan peme- riksaan.
h) Auskultasi DJJ : Puctum maximum: Belum bisa dilakukan
2. Analisa Data

No Data fokus Etiologi Masalah


keperawatan
1 DS : Keadaan kehamilan yang berisiko Kesiapan
- Klien mengatakan merasa cemas dengan meningkatkan
keadaan janin yang dikandungnya, tetapi manajemen
juga merasa cemas akan kondisinya saat ini kurang pengetahuan menegemen kesehatan
- Klien mengatakan ini adalah kehamilan ke 2, kesehatan
anak pertama berusia 10 tahun

DO :
kecemasan
- Saat pemeriksaan klien banyak bertanya
mengenai kehamilannya
- Klien mengetahui bahwa kehamilannya yang
sekarang tergolong kehamilan yang berisiko
karena jarak anak pertama dan kedua
berkisar 10 tahun dan umur ibu yang sudah
36 tahun
3. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan (Domain 1, 00162)

4. Rencana Keperawatan
No. Tujuan NOC NIC
1. Setelah mendapat Kepuasan Klien: Manajemen Kasus (NOC Rujukan (NIC 8100):
perawatan selama …… 3015): 1. Lakukan pemantauan untuk
x 24 jam diharapkan Definisi : Tingkat persepsi positif terhadap menentukan kebutuhan rujukan
pasien mampu layanan manajemen kasus, dengan target 2. Identifikasi preferensi terkait
meningkatkan pola sebagai berikut: dengan lembaga rujukan
pengaturan dan Skala outcome 1 2 3 4 5 3. Identifikasi rekomendasi penyedia
pengintegrasian tentang 1. Ketersediaan case V layanan kesehatan terkait layanan
regimen proses manager kesehatan yang diperlukan
pemeriksaan 2. Ketersediaan peralatan V 4. Tentukan apakah perawatan
kehamilannya yang dibutuhkan pendukung yang tepat tersedia
3. Membantu mendapatkan V 5. Evaluasi kekuatan dan kelemahan
ak-ses ke layanan dari keluarga dan orang terdekat
kesehatan 6. Evaluasi kemampuan mengakses
kebutuhan layanan kesehatan
4. Membuat referal ke V 7. Atur layanan perawatan rumah
layanan kesehatan yang yang tepat, sesuai kebutuhan
tepat 8. Dorong kunjungan pengkajian
5. Koordinasi sumber- V oleh penyedia layanan kesehatan
sumber layanan lainnya dengan tepat
kesehatan 9. Hubungi instansi yang berwenang
6. Koordinasi layanan V atau penyedia layanan kesehatan
kesehatan 10. Sediakan rujukan tertulis
7. Informasi diberikan V 11. Kirim rujukan tertulis dan rencana
tentang pilihan perawatan perawatan pasien dengan tepat
8. Layanan kesehatan V 12. Bahas mengenai rencana
bekerja sebagai satu tim perawatan pasien dengan dokter
9. Dilibatkan dalam V (yang akan menangani)
pengambilan keputusan berikutnya
tentang perawatan
10. Mendukung untuk V
memper-oleh solusi
sendiri atas masalah
Keterangan : Panduan Sistim Pelayanan Kesehatan
1. Tidak puas (7400):
2. Agak puas 1. Bantu pasien untuk berkoordinasi
3. Cukup puas tentang memperoleh layanan
4. Sangat puas perawatan kesehatan
5. Sepenuhnya puas 2. Bantu pasien dan keluarga memilih
professional perawatan kesehatan
Perilaku Promosi Kesehatan (1602) yang tepat
Definisi : Tindakan personal untuk 3. Anjurkan pasien mengenai jenis
mempertahankan atau meningkatkan layanan yang bisa diharapkan dari
kesejahteraan, dengan target sebagai berikut: setiap jenis penyedia layanan
kesehatan
Skala outcome 1 2 3 4 5 4. Informasikan pasien mengenai
1. Memonitor perilaku V perbedaan berbagai jenis fasilitas
personal terkait dengan pelayanan kesehatan
risiko 5. Informasikan mengenai akreditasi
2. Menggunakan teknik V dan penilaian kualitas fasilitas
pengu-rangan stress yang kesehatan
efektif
3. Melakukan perilaku V 6. Informasikan mengenai second
kesehatan secara rutin opinion
4. Mendapatkan skrining V 7. Informasikan mengenai hak untuk
keseha-tan yang mengganti penyedia layanan
direkomendasikan kesehatan
5. Memperoleh pemeriksaan V 8. Informasikan pasien cara mengakses
rutin layanan emergensi melalui telepon
6. Menggunakan latihan rutin V 9. Dorong konsultasi dengan
yang efektif professional perawatan kesehatan
yang tepat
Keterangan : 10. Koordinasikan rujukan ke penyedia
1. Tidak pernah menunjukkan layanan kesehatan yang relevan
2. Jarang menunjukkan dengan tepat
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sistem rujukan di Indonesia, seperti yang telah dirumuskan dalam
SK Menteri Kesehatan RI No. 001 tahun 2012 ialah suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit
yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau
secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya. Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan
tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik
baik vertikal maupun horizontal (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Kesiapan untuk merujuk ibu dan bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan
secara optimal dan tepat waktu menjadi syarat bagi keberhasilan
upaya penyelamatan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan


Neonatal di Tingkat Kabupaten/Kota. Jakarta: Depkes RI
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M.
(2013). Nursing Intervention Classification Edisi Keenam. Indonesia:
ELSEVIER.
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan
RI. (2007). Pedoman Pelayanan Antenatal. Jakarta: Depkes RI
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Elizabeth, S. (2013). Nursing
Outcomes Classification Edisi Kelima. Indonesia: ELSEVIER.
Syafruddin.(2009). Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan
dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012
Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan.
www.depkes.go.id. Diakses tanggal 13 April 2019.

Anda mungkin juga menyukai