Pendahuluan
Latar belakang diselenggarakannya audit maternal perinatal di Rumah Sakit tingkat Kabupaten/Kota adalah karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Sehingga beberapa pemimpin sepakat untuk mengikuti prakarsa safe motherhood (1987). Pemerintah Indonesia telah merumuskan kebijakan dan strategi yang dijabarkan dalam langkah-langkah kegiatan untuk menurunkan AKI Namun ternyata sulit untuk mendokumentasikan penurunan AKI yang terukur. Salah satu upaya untuk mendokumentasikan angka tersebut dan sekaligus untuk mencegah berulangnya kejadian kesakitan/kematian, yang sebetulnya dapat dicegah adalah Audit Maternal Perinatal (AMP)
Apakah Audit ?
Menurut the British Government dalam Lembaran Putihnya Working for Patient adalah analisis yang sistematis dan kritis tentang kualitas pelayanan medik, termasuk di dalamnya :
Kualitas hidup dan outcome untuk pasien Prosedur yang dipakai untuk mendiagnosis dan mengobati Penggunaan sumber-sumber, dengan tujuan pelayanan yang diberikan kepada pasien
Kritis
Sistematis
Pada satu audit diperlukan dua atau lebih dokter spesialis senior agar audit mendengarkan pula pendapat para senior. Audit harus lebih menonjolkan fakta (evidence) ketimbang ideologi atau opini seorang ahli sekalipun. Agar dapat dibahas secara cermat, audit sebaiknya hanya membicarakan hal-hal yang relevan agar semua yang mengikuti dan menyetujui kegiatan ini dapat mempersiapkan diri.
Kualitas Pelayanan
Menurut Maxwel, dalam British Medical Journal 1984, yang diikuti oleh Maresh dalam bukunya Audit in Obstetrics and Gynaecology, dikatakan bahwa dimensi pelayanan kesehatan mencakup :
Pelayanan yang efektif Pelayanan yang aman Kepuasaan pasien
Pengurangan biaya
Masalah administratif
Transportasi Kendala untuk menvapai pusat pelayanan kesehatan Tidak adanya fasilitas Kurangnya tenaga kesehatan yang terlatih Komunikasi
Proses Audit
Rekomendasi dilaksanakan Persetujuan untuk audit
Audit ulang
Tentukan standar
AUDIT
Tujuan Khusus
Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara teratur dan berkesinambungan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota, Rumah Sakit Kabupaten dan Puskesmas Menentukan intervensi untuk masing-masing pihak yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam mengatasi pembahasan kasus Mengembangkan mekanisme koordinasi antara DKK, Rumah Sakit Kabupaten/Daerah, dan Puskesmas dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap intervensi yang disepakati
Faktor Medik
Faktor Resiko
Usia ibu pada waktu ibu hamil Jumlah anak Jarak antara kehamilan
Metode AMP
Persiapan
Pelaksanaan AMP
Pemantauan dan Evaluasi
Persiapan
1. Pembentukan tim AMP 2. Penyebarluasan informasi dan petunjuk teknis pelaksanaan AMP 3. Menyusun rencana kegiatan AMP 4. Orientasi pengelola program KIA dalam pelaksaanaan AMP
Pelaksanaan AMP
1. Persiapan pelaksanaan 2. Pelaksanaan kegiatan AMP 3. Penyusunan rencana tindak lanjut terhadap temuan dari kegiatan AMP
Otopsi Verbal
Dinkes
AMP
Kesimpulan rekomendasi
Bidan desa
Puskesmas