Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME hingga saat ini
masih memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Keluarga Berencana” tepat pada
waktunya. Terima kasih pula kepada semua pihak yang telah ikut membantu hingga
dapat disusunnya makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar
Demografi. Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah
ini, dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan khususnya
pembaca pada umumnya.

Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat saya harapkan dari para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan
makalah-makalah lainnya pada waktu mendatang.

Pekanbaru, September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 3
1.2. Tujuan ........................................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 4
2.1. Pengertian dan Definisi ................................................................................ 4
2.2. Penilaian Pelaksanaan Program KB .......................................................... 6
2.3. Ukuran-ukuran Keluarga Berencana ........................................................ 9
BAB III ....................................................................................................................... 24
PENUTUP ................................................................................................................... 24
3.1. Kesimpulan ................................................................................................. 24
3.2. Saran ............................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jumlah Penduduk Indonesia menurut hasil sementara Sensus 1980 adalah 147
juta jiwa, dengan angka pertumbuhan penduduk 2,34% per tahun. Salah satu sebab
begitu cepatnya pertumbuhan penduduk Indonesia adalah suatu kelalaian yang
dilakukan sebelum 1949 yaitu zaman pemerintah kolonial Belanda serta adanya
gerakan yang menyetujui kelahiran pada zaman Sukarno. Oleh karena itu untuk
mengatasi masalah kependudukan di Indonesia pada saat ini, Pemerintah
Indonesia mengambil kebijaksanaan dalam bidang kependudukan yang berbeda
dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu “Anti Natalis”, suatu kebijaksanaan yang
berusaha untuk menekan kelahiran serendah mungkin, Sebagai realisasi dari
kebijaksanaan yang dianut, pemerintah telah memulai dengan turutnya Presiden
Suharto menenda tangani “Deklarasi PBB tentang Kependudukan” (United
Nations Declaration on Population). Kemudian diikuti dengan berdirinya Lembaga
Keluarga Berencana Nasional (LKBN) pada tahun 1969, yang merupakan badan
semi pemerintah. Akhirnya kegiatan ini ditingkatkan lagi, menjadi suatu kegiatan
penuh pemerintah, dengan mengganti badan yang mengelolanya dari LKBN
menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yaitu pada
tahun 1970. Salah satu tujuan dari program ini adalah menurunkan angka kelahiran
kasar (CBR) sebanyak 50% pada tahun 1990 dibandingkan keadaan tahun 1971.

1.2. Tujuan
Tujuan di buat nya makalah ini adalah untuk mengetahui macam-macam
kegiatan dalam Keluarga Berencana dan mengetahui manfaat dari Keluarga
Berencana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Definisi


Pengertian dan definisi dari setiap istilah merupakan suatu hal yang sangat
penting, disamping untuk diketahui, juga diperlukan untuk adanya kesatuan bahasa
bagi setiap penganalisa data maupun bagi setiap pemakai data. Istilah yang banyak
digunakan dalam kegiatan keluarga berencana adalah;

1. Akseptor KB (peserta keluarga berencana)


Pasangan usia subur dimana salah seorang dari padanya menggunakan salah satu
cara/alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui program
maupun nonprogram.
2. Akseptor Baru
Pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat
kontrasepsi dan/atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah satu
cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya (baik kehamilan
yang berakhir dengan keguguran, lahir mati ataupun yang menghasilkan lahir
hidup).
Akseptor baru; dalam hal ini tidak termasuk pasangan usia subur yang
menggunakan alat kontrasepsi, kemudian pindah/ganti ke cara/alat yang lain atau
mereka yang pindah klinik baik dengan menggunakan cara/alat yang sama maupun
cara/alat yang berbeda. Mereka tidak dapat dikelompokkan kedalam akseptor baru.
3. Pasangan Usia Subur (PUS)
Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal
resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15 tahun
sampai 44 tahun.
Pasangan usia subur; batasan umur yang digunakan disini adalah 15 sampai 44
tahun, dan bukan 15-49 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan perhitungan
fertilitas yang menggunakan batasan 15-49 tahun, tetapi dalam kegiatan keluarga
berencana mereka yang berada pada kelompok 45-49 bukan merupakan sasaran
keluarga berencana lagi. Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa mereka
yang berada pada kelompok 45-49 tahun, kemungkinan untuk melahirkan lagi
sudah sangat kecil sekali.
4. Cara Kontrasepsi Modern
Cara/alat kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah/menjarangkan kehamilan.
Yang termasuk ke dalam cara/alat kontrasepsi ini adalah : IUD, Pil, Suntikan,
Kondom, Diaphragma, Vaginal tablet/jelly/foam, maupun Sterilisasi baik untuk
wanita (Medis Operatif Wanita – MOW) maupun untuk pria (Medis Operatif Pria
– MOP). Cara-cara ini disebut juga ‘Effective Method’.
5. ‘Current User’ – CU (Peserta KB aktif)
Pasangan Usia Subur yang pada saat ini masih menggunakan salah satu cara/alat
kontrasepsi.
6. Ever User
Pasangan Usia Subur yang pernah menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi,
baik sekarang masih menggunakan salah satu cara ataupun tidak menggunakan
lagi.
7. Akseptor Aktif Kembali
Pasangan Usia Subur yang telah berhenti menggunakan selama 3 bulan atau lebih
yang tidak diselingi oleh suatu kehamilan dan kembali menggunakan cara
kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah
berhenti/istirahat paling kurang 3 (tiga) bulan berturut-turut dan bukan karena
hamil.
8. Kelahiran Tercegah (Birth Prevented)
Banyak kelahiran yang dapat dicegah karena pasangan-pasangan usia subur
menggunakan salah satu cara/alat kontasepsi.
2.2. Penilaian Pelaksanaan Program KB
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan mempunyai tujuan yang ingin
dicapai. Untuk dapat mengetahui apakah yang telah digariskan dapat dicapai atau
tidak, serta penyimpangan-penyimpangannya mengapa tujuan tersebut tidak
dicapai, perlu diadakan penilaian pelaksana kegiatan tersebut. Dalam kegiatan
program keluarga berencana telah ditentukan beberapa pentahapan penilaian
sehubungan dengan kegiatan yang dilakukan :

1. Tahap pertama : penilaian pencapaian target akseptor yang meliputi


akseptor baru dan akseptor aktif kembali.
2. Tahapan kedua : penilaian pencapaian target akseptor aktif.
3. Tahapan ketiga : penilaian terhadap perkembangan ciri-ciri akseptor,
terutama dari segi umur dan paritas akseptor.
4. Tahap keempat : penilaian terhadap penurunan fertilitas yang dicapai.

Ad. 1. Penilaian dari Segi Target Akseptor.

Sejalan dengan tujuan kuantitatif keluarga berencana yaitu


menurunkan angka kelahiran kasar (CBR) sebesar 50% pada tahun
1990 dibandingkan keadaan tahun 1971. Diperlukan adanya tujuan-
tujuan antara yang tercermin pada banyaknya akseptor yang perlu
dicapai (target akseptor) pada suatu waktu tertentu di suatu daerah.
Sistem target ini merupakan pedoman perencanaan administrasi bagi
para pelaksana program dan pedoman perencanaan masa mendatang
bagi para pembuat kebijaksanaan. Oleh karena itu, penilaian pada
tahap ini perlu dilakukan, terutama untuk menentukan langkah-
langkah kegiatan selanjutnya. Penilaian tahap ini dapat dilakukan
dengan membandingkan jumlah akseptor yang dapat dicapai pada
suatu daerah tertentu, waktu tertentu dan jumlah akseptor yang
ditargetkan. Akan tetapi penilaian ini perlu digunakan secara berhati-
hati, karena penilaian ini dapat diinterpretasikan hanya sampai
seberapa jauh pencapaian akseptor yang dapat diperoleh pada waktu
tertentu. Penilaian ini tidak dapat diinterpretasikan lebih jauh yaitu
yang dikaitkan dengan penurunan fertilitas yang mungkin dapat
dicapai. Untuk hal terakhir perlu dikombinasikan dengan gambaran
lain yaitu lamanya pemakaian. Dengan perkataan lain, jumlah akseptor
yang banyak, tidak/belum tentu menghasilkan pencegahan kelahiran
yang cukup banyak, apabila tidak disertai waktu pemakaian yang
cukup lama.

TABEL 1
Persentase Pencapaian Target Menurut
Propinsi dan Tahun Penerimaan
Daerah 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79
DKI Jakarta 92,3 112,4 105,6 94,4 86,3
Jawa Barat 93,4 109,9 112,5 157,7 97,1
Jawa Timur 120,7 110,0 117,2 88,9 149,2
Bali 87,4 86,5 116,3 109,8 109,4

Ditinjau dari segi target, Jawa Timur lebih baik dari Bali. Akan tetapim
apabila tercapainya jumlah akseptor yang tinggi disertai dengan waktu
pemakaian yang lama, maka hasil penurunan fertilitas yang
direncanakan belum tentu dapat dicapai.

Ad. 2. Ciri-ciri Akseptor

Gambaran mengenai ciri-ciri akseptor serta perkembangannya dapat


digunakan untuk mengetahui :

a. apakah pelaksanaan program telah cukup merata yang berarti


telah mencakup seluruh golongan masyarakat,
b. apakah pelaksanaan program telah mencapai atau setidak-
tidaknya mendekati sasaran program ? misalnya :
 apakah program telah mencapai wanita-wanita yang tergolong
umur muda?
 apakah program telah mencapai wanita-wanita yang
mempunyai paritas rendah?
 apakah program telah mencapai wanita-wanita yang
berpendidikan rendah, miskin dan di daerah pedesaan?

Kedua gambaran yang pertama (umur dan paritas), disamping dapat


mengetahui apakah pelaksanaan program telah mencapai sasaran atau
belum, juga dapat digunakan untuk memperkirakan keberhasilan yang
dapat dicapai program dimasa mendatang dalam usaha menurunkan
kelahiran. Umur dan paritas Akseptor yang rendah dapat lebih
diharapkan menghasilkan penurunan kelahiran yang lebih cepat
dibandingkan Akseptor dengan umur dan paritas yang lebih tinggi.
Akseptor yang mempunyai umur dan paritas lebih rendah berarti masa
reproduksi yang mereka jalani dalam keadaan tercegah dari kehamilan
akan menjadi lebih lama.

TABEL 2
Rata-rata Umur Akseptor Menurut
Propinsi dan Tahun Penerimaan
Daerah 1974/1975 1978/1979
DKI Jakarta 27,6 27,6
Jawa Barat 27,5 26,8
Jawa Timur 28,3 26,6
Bali 29,2 28,2

Jawa Timur dan Bali merupakan dua propinsi yang mengalami banyak
kemajuan. Selama 4 tahun telah dapat menurunkan umur pemakai
kontrasepsi sebesar 1 tahun atau lebih. Sedangkan DKI Jakarta belum
mengalami perubahan.
2.3. Ukuran-ukuran Keluarga Berencana
Beberapa ukuran KB yang dikenal dalam pelaksanaan kegiatan KB seperti:
I. Angka Kelangsungan (Continuation Rate - CU),
Pengertian Angka Kelangsungan adalah angka yang menunjukkan proporsi
akseptor yang masih menggunakan alat kontrasepsi setelah suatu periode
pemakaian tertentu.
Ada 4 macam angka kelangsungan yang dikenal, dapat dibagi dalam 2
kelompok pendekatan :
a) Kelompok pertama, ditinjau dari pendekatan klinik (pemakaiannya),
terdiri dari 2 macam :
 Angka Kelangsungan Cara Pertama (First Method Continuation Rate).
 Angka Kelangsungan Semua Cara (All Method Continuation Rate).
b) Kelompok kedua, ditinjau dari pendekatan demografi (kegagalan
setelah pemakaian, tanpa memperdulikan apakah masih memakai atau
tidak), terdiri dari 2 macam :
 Kehamilan yang dapat dihindarkan (Avoidance of Pregnancy),
 Kelahiran yang dapat dihindarkan (Avoidance of Birth).

Cara perhitungan angka kelangsungan pemakaian :

1. Menentukan saat akhir observasi yang digunakan.


Tabel 3
Penentuan Batas Awal dan Batas Akhir lamanya Pemakaian untuk 4
macam angka kelangsungan

Bentuk Awal Akhir Perhitungan*


Perhitungan
a.s/d tanggal berhenti cara
1.Continuation Tanggal pertama pertama
Rate cara pertama kali menerima KB b.s/d COD
a.s/d tanggal berhenti pakai
2.Continuation Tanggal pertama
KB
Rate semua cara kali menerima KB
b.s/d COD
a.s/d tanggal hamil pertama
3.Kehamilan yang Tanggal pertama
setelah pakai
dapat dihindarkan menerima KB
b.s/d COD
a.s/d tanggal hamil pertama
4.Kelahiran yang
Tanggal pertama dari kehamilan yang
dapat dihindarkan
menerima KB menghasilkan lahir hidup
b.s/d COD
*a. Adalah akhir perhitungan untuk akseptor yang berstatus berhenti.
b. Adalah akhir perhitungan untuk akseptor yang berstatus pemakai pada
saat ‘Cut off Date’.

Tabel 4
Cara Menentukan Status Akseptor

Bentuk Status Akseptor


Apabila pada saat akhir obseevsi
masih memakai cara pertama (tidak
Pemakai pernah berhenti memakai cara
1.Continuation
pertama)
Rate cara pertama
Apabila pada saat akhir observasi

Berhenti tidak memakai cara pertama kali

Apabila pada saat akhir obseevsi


masih memakai salah satu cara/alat
Pemakai
kontrasepsi
2.Continuation
Rate semua cara Apabila pada saat akhir observasi
tidak memakai sesuatu cara/alat
Berhenti
kontrasepsi
Apabila antara saat menerima
pertama kali dan saat akhir observasi
Pemakai
tidak pernah mengalami kehamilan
3.Kehamilan yang
dapat dihindarkan Apabila antara saat menerima
pertama kali dan saat akhir observasi
Berhenti
pernah mengalami kehamilan.
Apabila antara saat menerima
4.Kelahiran yang pertama kali dan saat akhir observasi
Pemakai
dapat dihindarkan tidak pernah melahirkan hidup
Apabila antara saat menerima
pertama kali dan saat akhir observasi
Berhenti
pernah melahirkan hidup

2. Memperisiapkan data besar yang akan digunakan dalam perhitungan angka


kelangsungan pemakaian ini.
3. Menghitung angka kelangsungan pemakaian.

Ad. 1. Saat akhir observasi, ditentukan oleh peneliti sendiri tergantung dari
tujuan masing-masing, yaitu sampai berapa bulan/tahun gambaran
‘Continuation Rate’ tersebut ingin diperoleh (misal : 6 bulan, 1 tahun, 2
tahun, dst).
Contoh : Apabila hasil angka kelangsungan yang ingin diperoleh adalah
sampai dengan 2 tahun/24 bulan, dan responden yang tercakup dalam
penelitian adalah mereka yang menerima kontrasepsi untuk pertama
kali antara April 1974 dan Maret 1976, maka saat akhir observasi dapat
ditentukan dengan cara:

April 1974 + 24 bulan = April 1976.

Ad. 2. Mempersiapkan data dasar


a. menentukan status akseptor pada saat akhir observasi dari setiap
akspetor yang termasuk ke dalam penelitian.

b. menentukan lamanya pemakaian alat kontrasepsi.


Contoh : mempersiapkan data dasar

Dalam contoh ini ditentukan :

1. Saat akhir observasi (Cut off date) adalah 2 bulan sebelum


wawancara.

2. Jangka waktu studi, antara 1 April 1973 dan 20 September 1974.

3. Pelaksanaan wawancara untuk ke-10 akseptor di bawah dilakukan


dalam waktu 3hari yaitu akseptor A, B, C, pada tanggal 12 Juni 1975,
akseptor D, E, F pada tanggal 13 Juni 1975 dan akseptor G, H, I, J pada
tanggal 14 Juni 1975. Semua akseptor tersebut diatas (10 0rang) telah
memilih pil sebagai cara pertama.

Akseptor A : menerima untuk pertama kali pada tanggal I5 September 1974


dan terus memakai cara pertama (pil) sampai saat wawancara.

Akseptor B : menerima pertama kali tanggal 8 Juni 1973, berhenti


menggunakan karena sakit-sakitan pada tanggal 10 Agustus
1973, 5 bulan kemudian akseptor hamil yang menghasilkan lahir
hidup.

Akseptor C : menerima untuk pertama kali pada tanggal 3 Agustus 1974 dan
terus memakai cara pertama kali sampai saat wawancara.

Akseptor D : menerima untuk pertama kali pada tanggal 19 September 1974


dan terus memakai cara pertama (pil) sampai saat wawancara.

Akseptor E : menerima untuk pertama kali pada tanggal 1 Pebruari 1974 dan
berhenti memakai pada tanggal 20 Oktaber 1974 karena tidak
perlu proteksi dan sebelum wawancara telah menggunakan alat
kontrasepsi lainnya IUD dan masih terus memakai sampai
wawancara.

Akseptor F : menerima untuk pertama kali pada tanggal 5 Maret 1974 dan
berhenti pada tanggal 11 Mei 1974 karena ingin punya anak.

Akseptor G : menerima untuk pertama kali pada tanggal 8 September 1974


dan terus memakai cara pertama sampai saat wawancara.

Akseptor H : menerima untuk pertama kali pada tanggal 4 Agustus 1974 dan
hamil setelah menggunakan alat tersebut selama 8 bulan yaitu
bulan April 1975 dan masih menggunakan cara tersebut dan
sekarang masih hamil.

Akseptor I : menerima untuk pertama kali pada tanggal 2 desember 1973 dan
pada tanggal 17 april 1974 berhenti memakai karena sakit-
sakitan.

Akseptor J : menerima untuk pertama kali pada tanggal 10 September1974


dan terus memakai cara pertama sampai saat wawancara.

Untuk perhitungan kelangsungan pemakaian

a. pertama-tama perlu ditentukan status dan lamanya pemakaian dari ke 10


akseptor.

Akseptor Status Lama Pemakaian

A Pemakai (75 − 74) × 12 + 4 − 9 + 1 = 8

B Berhenti (73 − 73) × 12 + 8 − 6 + 1 = 3

C Pemakai (75 − 74) × 12 + 4 − 8 + 1 = 9


D Pemakai (75 − 74) × 12 + 4 − 9 + 1 = 8

E Berhenti (74 − 74) × 12 + 10 − 2 + 1 = 9

F Berhenti (74 − 74) × 12 + 5 − 3 + 1 = 3

G Pemakai (75 − 74) × 12 + 4 − 9 + 1 = 8

H Berhenti (75 − 74) × 12 + 4 − 8 + 1 = 9

I Berhenti (74 − 73) × 12 + 4 − 12 + 1 = 5

J Pemakai (75 − 74) × 12 + 4 − 9 + 1 = 8

b. menentukan jumlah akseptor yang memasuki bulan ordinal yang ke i dan jumlah
akseptor yang berhenti pada bulan ke i

Dari keterangan pada table di atas dapat dibuat ringkasan sebagai berikut:

Bulan ordinal ke Pemakai Berhenti

1 - -

2 - -

3 - 2

4 - -

5 - 1

6 - -

7 - -

8 4 -
9 1 2

c. dengan menggunakan keterangan diri a dan b diatas, kemudian menentukan


secara jelas untuk setiap ordinalnya:
1. Berapa banyak akseptor yang berhenti pada bulan ordinal yang ke--i.

2. Berapa banyak akseptor yang keluar dari observasi pada bulan ordinal yang
ke-i.

3. Berapa banyak akseptor yang memasuki bulan ordinal yang ke-i.

d. Memasukkan keterangan yang diperoleh dari perhitungan di sub c di atas ke


dalam tabel yang disediakan untuk perhitungan pemakaian. Tabel ini disebut tabel
Kelangsungan Pemakaian (Continuation Rate).

1. Memasukkan keterangan yang diperoleh dari c.1. untuk setiap bulan


ordinalnya, ke dalam kolom yang diberi symbol ''T' (Jumlah akseptor yang
berhenti menggunakan kontrasepsi pada bulan ordinal yang ke--i).

2. Memasukkan keterangan yang diperoleh dari c.2. untuk setiap bulan


ordinalnya, ke dalam kolom yang diberi symbol ''W" (Jumlah akseptor yang
keluar dari observasi pada bulan ordinal yang ke-i).

3. Memasukkan keterangan yang diperoleh dari c.3. untuk setiap bulan


ordinalnya, ke dalam kolom yang diberi symbol ''N'' (Jumlah akseptor yang
memasuki bulan ordinal yang ke-i).

4. Mengadakan pengecekan kebenaran dari kombinasi setiap kolom yang telah


terisi:

a. untuk setiap bulan ordinal dicek dengan menggunakan rumus:

𝑁(𝑖+1) = 𝑁𝑖 − 𝑇𝑖 −𝑊𝑖

Ni = banyaknya akseptor yang memasuki bulan ordinal ke i


Ti = banyaknya akseptor yang berhenti pada bulan ordinal ke i

Wi = banyaknya akseptor yang keluar dari observasi pada akhir bulan


ordinal ke i

b. dilihat apakah benar terdapat sebanyak x akseptor yang lamanya


pemakaian hanya i bulan. Berarti pada bulan ke i+l sudah harus
keluarkan (tidak termasuk) ke dalam "N" lagi dan harus masuk kolom
'W" pada bulan ke--i.

c. untuk hasil akhir pengecekan digunakan dengan rumus apabilla pada


bulan ordinal terakhir N=0
𝑛 𝑛

𝑁1 = ∑ 𝑇𝑥 + ∑ 𝑊𝑥
𝑥=1 𝑥=1

d. apabila pada bulan-bulan ordinal terakhir, N= 0

𝑛−1 𝑛−1

𝑁1 = 𝑁𝑛 + ∑ 𝑇𝑥 + ∑ 𝑊𝑥
𝑥=1 𝑥=1

II. Angka Kelangsungan (Continuation Rate - CU),


Dalam memperkirakan CU dapat dilakukan dengan 2 cara:
1. Dengan menggunakan angka kelangsungan
2. Dengan mendasarakan pada distribusi alat kontrasepsi pada suatu waktu
tertentu.

Macam-macam Peserta KB aktif :


1. Current Users Pil
Perkiraan jumlah ‘current users’ dihitung berdasarkan jumlah pil oral
yang disampaikan kepada peserta KB. Dengan perkataan lain, setiap
strip pil oral yang diberikan kepada peserta KB akan dianggap memberi
perlindungan (proteksi) dalam satuan bulan.
Seperti diketahui setiap pil oral hanya akan memberi perlindungan
selama 28 hari atau berarti memberi perllungan 12/13 user month. Jadi
untuk memperkirakan jumlah current user pil oral dipakai rumus
sebagai berikut:
12
𝐶. 𝑈. 𝑃𝑖𝑙 = × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝 𝑝𝑖𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵
13
Contoh: Kalau suatu klinik KB melaporkan jumlah seluruh Pil yang
diberikan kepada peserta-peserta yang menjadi wilayah garapannya
adalah sebanyak 1.000 strip per bulan berarti di wilayah KB tersebut
diperkirakan terdapat:

12/13 x 1.000 = 923 users month.

2. Current Users Kondom


Seperti halnya dengan pil, perkiraan 'current users' dihitung berdasarkan
jumlah pemberian kondom yang disampaikan kepada peserta KB.
Dalam hal ini asumsinya, rata-rata setiap peserta KB dalam sebulan
akan memakai sebanyak 6 biji atau1/2 lusin setiap bulannya. Berarti
setiap 6 biji kondom yang diberikan pada peserta KB akan memberikan
perlindungan 1 (satu) user month. Jadi pengeluaran satu lusin kondom
berarti 2 user month.

Dengan perkataan lain RUMUS C.U KONDOM.

𝐶. 𝑈. 𝐾𝑜𝑛𝑑𝑜𝑚 = 2 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑢𝑠𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑜𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵

3. Current Users Suntikan


Perkiraan 'current users' dihitung berdasarkan jumlah suntikan yang
dilakukan baik kepada peserta KB baru maupun ulangan selama tiga
bulan terakhir.

Dalam hal ini asumsinya bahwa yang diberikan akan efektif untuk 3
(tiga) bulan.
CU. SUNTIKAN = Jumlah Suntikan selama 3 (tiga) bulan laporan terakhir.
Contoh : - April dilaporkan dilakukan suntikan 50 peserta.
- Mei dilaporkan dilakukan suntikan 75 peserta.
- Juni dilaporkan dilakukan suntikan 60 pesrta.
Perkiraan CU Suntikan pada bulan Juni = 50 + 75 + 60 = 185 users.
4. Current User Medis Operatif Pria (MOP)
C.U. MOP = Jumlah Akseptor Baru MOP ditambah Peserta KB yang
pindah Cara dari Metode lain mejadi MOP yang
dilaporkan selama 7 tahun terakhir (84 bulan).

Asumsinya bahwa rata-rata efektifitas dari aksetor baru MOP adalah


selama 7 tahun, ditinjau dari rata-rata umur, perceraian, kematian dan
fekunditas dari akseptor baru MOP.
5. Current Users Medis Operatif Wanita (MOW)
C.U. MOW = Jumlah Akseptor Baru MOW ditambah Peserta KB yang
pindah Cara dari Metode lain ke Metode MOW yang di
laporkan selama 7 tahun terakhir (84 Bulan).
Asumsinya bahwa rata-rata efektifitas dari aksetor baru MOP adalah
selama 7 tahun, ditinjau dari rata-rata umur, perceraian, kematian dan
fekunditas dari akseptor baru MOP.
6. Current Users IUD
Perkiraan ‘current users’ dihitung berdasarkan tingkat kelangsungan
pemakaian dari akseptor baru IUD. Untuk memperoleh ketelitian yang
tinggi maka pendekatan yang dilakukan adalah dengan mempergunakan
angka rata-rata per bulan dari kelangsungan kumulatif.

Rumusnya : C.U. IUD = Jumlah ‘Current Users’ IUD bulan lalu x


Indeks CR 1 bulan + (Akseptor baru IUD
+ Akseptor pindah cara ke IUD x Indeks
C ½ bulan).
Dalam hal ini angka CR yang dipergunakan adalah angka hasil
‘quarterly survey’ dari masing-masing Propinsi.

CR per bulan diperoleh dengan formula : 𝑅 = 𝑎. 𝑒 −𝑟𝑡 , yang pada


masing masing Propinsi terlihat pada tabel 7.

Penilaian ‘Current User’


Ukuran ini didasarkan kepada :
Banyaknya akseptor aktif pada saat ini
× 1000
Banyaknya PUS pada tahun tersebut
Hasil dari perhitungan ini akan berpengaruh terhadap jumlah kelahiran
yang dapat dicegah. Atau lebih tegas lagi data ini menyatakan berapa
banyak dari pasangan usia subur yang terlindung dari kehamilan, karena
yang bersangkutan saat ini masih memakai alat kontrasepsi.
Tabel 7
Daftar Indeks Continuation Rate (CR)
Per Propinsi IUD
Propinsi CR 12 bulan CR 1 bulan CR ½ bulan
DKI Jakarta 0.834669 0.956753 0.962708
Jawa Barat 0.804075 0.948911 0.956076
Jawa Tengah 0.870630 0.962805 0.972891
D.I. Yogyakarta 0.869776 0.977653 0.982863
Jawa Timur 0.912958 0.980334 0.983512
Bali 0.922736 0.993321 0.996655
D.I. Aceh 0.876925 0.968233 0.972602
Sumatra Utara 0.847439 0.967657 0.973510
Sumatra Barat 0.892090 0.968564 0.972191
Sumatra Selatan 0.892676 0.987604 0.991421
Lampung 0.889056 0.974626 0.994818
N. T. B. 0.814865 0.992761 0.991371
Kalimantan Barat 0.722005 0.881359 0.924244
Kalimantan Selatan 0.837390 0.925883 0.951748
Sulawesi Utara 0.830809 0.968736 0.975523
Sulawesi Selatan 0.906162 0.974699 0.977934

Dihitung dengan formula : R =𝑎. 𝑒 −𝑟𝑡


Perhitungan diatas menjadi dasar dalam penggolongan perkembangan
program KB di daerah, dan dinyatakan sebagai berikut :
a) Fase I , dimana persentase CU terhadap 100 PUS sebesar 0-15%
merupakan daerah yang memprioritaskan perluasa jangkauan.
b) Fase II , dimana persentase CU terhadap 100 PUS sebesar 15-35%,
merupakan daerah yang memprioritaskan pembinaan akseptopr
selain perluasan jangkauan.
c) Fase III, dimana persentase CU terhadap 100 PUS sebesar 35%,
merupakan daerah yang memprioritaskan perlembagaan ide KB
selain tugas pembinaan.
d) Apabila ada salah satu di daerah Jawa – Bawli sampai saat ini masih
berada pada Fase I, berarti pelaksanaan KB nya tidak berhasil,
karena di daerah ini (dengan waktu pelaksanaan yang sudah cukup
lama), diharapkan telah berada di Fase III. Sebab kegagalan dapat
dilihat dari dua segi :
1. Pencapaian akseptor baru – apabila sudah cukup tinggi, berarti
dari segi ini daerah tersebut cukup baik.
2. Lamanya waktu pemakaian – mungkin daerah tersebut hanya baik
dalam pencaharian akseptor barunya saja, tetapi pembinaannya
terbatas pada akseptor baru, karena akseptor lama sudah banyak
yang berhenti..
Disamping itu, perlu ditambahkan disini, sering terjadi adanya
perbedaan gambaran CU antara yang diperoleh dari pusat dan yang
diperoleh dari daerah. Terjadinya perbedaan yang disinyalir adalah
: karena pebedaan data/PUS.

III. Bulan pasangan perlindungan (Couple Months of Protection) dan


Tahun pasangan perlindungan (Couple Years of Protection)
Kedua ukuran ini mempunyai pengertian yang sama, perbedaannya hanya
terletak pada satuan waktu yang digunakan “bulan” dan “tahun”dan hasil
merupakan kombinasi lamanya pemakaian (dalam bulan atau tahun) dan
banyaknya pasangan yang menggunakan alat kontrasepsi.
- Bulan pasangan perlindungan adalah banyaknya bulan pasangan
suami istri yang terlindung dari kemungkinan mengalami kehamilan
karena menggunakan salah satu alat kontrasepsi.
- Tahun pasangan perlindungan adalah banyaknya tahun pasangan
yangh terlindung dari kemungkinan mengalami kehamilan karena
menggunakan salah satu alat kontrasepsi.

Cara perhitungan CMP dan CYP


1. Jika data CU belum tersedia, perlu dihitung CU untuk tiap-tiap bulannya
(tahunnya).
Perkiraan CU dapat dilakukan dengan 2 cara :
a. menggunakan angka kelangsungan penggunaan alat kontrasepsi (CR)
b. menggunakan banyak nya alat kontrasepsi yang didistribusikan

2. Memperkirakan bulan-pasangan perlindungan (CMP)

𝐶𝑈 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡−1 + 𝐶𝑈 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡
𝐶𝑀𝑃 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑡 =
2
3. Memberikan tahun-pasangan perlindungan (Couple-Years of Protection
CYP).
∑12
x=1 CMPx
CYP =
12
Contoh :
Untuk tahun 1978/79 :
Jumlah CMP dari April 78 s. d Maret 79
CYP 1978/79 =
12
Apabila program baru berjalan 2 bulan dalam tahun 1978/70, maka CYP
untuk selama 2 bulan dapat juga dihitung sebagai berkikut :

CMP bulan April 78 + CMP bulan Mei 1978


CYP pada bulan Mei 1978 =
12

IV. Penghitungan perkiraan penurunan fertilitas, akibat pelaksanaan K.B


Penghitungan perkiraan penurunan fertilitas dalam hal ini dilakukan
dengan menggunakan metode “John Laing” dengan alasan metode cukup
halus dan mudah. Cukup halus karena di dalam perhitungannya telah
dilakukan penyesuaian (adjustment) dari ukuran efektivitas kontrasepsi
(contraceptive effective) dengan cara menghilangkan kemungkinan adanya
“PPA” yaitu overlap antara masa “post-partum amenorhea” dengan masa
penggunaan kontrasepsi orang ini telah/akan tercegah dari kehamilan
karena masa steril ini. Jadi penggunaan kontrasepsi yang dilakukannya
tidak efektif. Oleh karena itu dari hasil CYP harus dicari dulu gambaran
mengenai indeks Yearly Effective Protection (YEP). Indeks ini dapat
diperoleh meggunakan formula sebagai berikut :
YEP = 0,83 CYP
Dengan demikian maka dapat diperoleh angka Yearly Effective Protection
(YEP). Selanjutnya untuk menghitung proporsi penurunan fertilitas perlu
diketahui keterangan mengenai jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) atau
Married Woman Reproductive Age (MWRA).
YEP
Proporsi penurunan fertilitas (PRF) = × 100%
PUS

Apabila diketahui data mengenai tingkat fertilitas suatu daerah sebelum


program KB (baik Total Fertility Rate = TFR atau Crude Birth Rate
=CBR), maka untuk memperkirakan angka fertilitas untuk suatu daerah
pada saat sekarang dapat dipergunakan perumusan sebagai berikut :

YEPt
TFR t = (TFR base year )(1 − )
PUSt

Catatan : Perumusan tersebut hanya dapat dipergunakan apabila telah


diperoleh CYP/YEP selama 12 bulan penuh atau lebih.
1978 YEP 1978/79
Contoh : TFR = (TFR 1971) (1 − PUS 1978/79).
79
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Keluarga Berencana adalah program sangat membantu dalam menekan


pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia dengan menunda perkawinan dan
mengurangi kelahiran bayi dengan tujuan membuat keluarga yang sederhana dapat
tercukupi yang terdiri dari beberapa metode, diantaranya: pil KB, IUD, dll.

3.2. Saran

Selaku umat manusia kita harus memperhatikan berbagai kondisi dalam


berkeluarga, merencanakan kelahiran dan mengantisipasi banyaknya kelahiran
dengan metode keluarga berencana
DAFTAR PUSTAKA

Donald J. Boque, “The contraceptive, history techniques for measuring contraceptive


use effectiveness and impact of Family Planning upon Birth Rates”
Jeanne C. Sinquefield “A System for measuring contraceptive use Effectiveness
Through Follow-up Survey of acceptors”
Majalah Demografi Indonesia No. 8 Des. 1977. contraceptive use Effectiveness in
Indonesia, Jay D. Teachman. J.S. Parsons. S. Haryono , Rohadi

Anda mungkin juga menyukai