Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction).1
Gangguan napas dapat merupakan suatu keadaan lanjutan dari suatu asfiksia,
terutama pada neonatus. Gangguan napas ditandai dengan adanya peningkatan
frekuensi napas lebih dari normal, adanya tarikan dada saat bernafas, kulit dan bibir
membiru serta merintih. Selain menilai dari pemeriksaan fisik, informasi mengenai
umur kehamilan bayi sangat penting diketahui untuk dapat menegakkan diagnosis
etiologik kasus pada gangguan nafas sehingga penanganan yang diberikan tepat dan
rasional.2
A. IDENTITAS
Nama : By. Ny.Z
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 26 hari
Tanggal lahir : 16 Mei 2017/ pukul 12.20 WITA
Alamat : Ds. Berdikari, Kec. Palolo
Agama : Islam
Waktu Masuk : 12 Mei 2017/ pukul 20.00 WITA
Tempat Pemeriksaan : Ruang Peristi RS Undata
Identitas Orang Tua :
Nama Ibu : Ny. Z
Pekerjaan : URT
Alamat : Ds. Berdikari, Kec. Palolo
B. ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)
a. Keluhan utama : Sianosis
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi perempuan berusia 26 hari rujukan dari RS Nasanapura, masuk
kamar perawatan bayi Peristi pada tanggal 12 Juni 2017 pukul 20.00 WITA
dengan keluhan sianosis sentral, merintih (+) dan terdapat retraksi dinding
dada.
c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Bayi lahir tanggal 16 Mei 2017 pukul 12.20 WITA lahir secara
spontan dengan usia kehamilan 36 minggu . Bayi lahir tidak langsung
menangis. Badan Lahir 2020 gram, Panjang badan lahir 34 cm. A/S : 3/5. Air
ketuban warna putih keruh. Kelainan kongenital tidak ada.
Riwayat kehamilan ibu G4P4A0, usia ibu sewaktu mengandung 34
tahun, usia kehamilan kurang bulan. Ibu memiliki riwayat hipertensi, tidak
ada demam selama kehamilan,pemeriksaan kehamilan setiap bulan selama
hamil di dokter spesialis. Ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil.
Sehari-hari ibu layaknya ibu rumah tangga melakukan kegiatan rumah, selama
kehamilan ibu menghindari mengangkat beban yang berat dan pekerjaan
rumah terlalu keras.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Denyut Jantung : 143 kali/menit
Pernapasan : 63 kali/menit
Suhu : 37,1o C
Pemeriksaan Antropometrik
Berat badan lahir : 2020 gram
Panjang badan : 34 cm
Sistem Neurologi
Tingkat keadaran : composmentis
Aktivitas : menurun
Fontanela : belum menyatu
Sutura : belum menutup
Kejang : (-)
Refleks cahaya : (+)
- Tonus otot :N N
N N
Sistem Pernapasan
Sianosis : (+)
Merintih : (+)
Apnea : (-)
Retraksi dinding dada : (+)
Pergerakan dinding dada : simetris bilateral
Pernapasan cuping hidung : (-)
Stridor : (-)
Bunyi napas : Bronkovesikular (+/+)
Bunyi nafas tambahan : (-)
SKOR DOWN
Frekuensi napas :0
Retraksi :2
Sianosis :2
Udara masuk :1
Merintih :2
Total :7
Kesimpulan : Gawat napas
WHO : Gangguan napas berat
Sistem Kardiovaskular
Bunyi jantung : S1, S2 murni reguler
Murmur & Gallop : (-)
Sistem Hematologis
Pucat : (+)
Anemia : (-)
Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen : (-)
Muntah : (-)
Diare : (-)
Organomegali : (-)
Bising usus : (+) kesan normal
Umbilikus : keluaran (-), edema (-), warna keluaran (-)
Sistem Genitalia
Keluaran : (-)
Anus : (+)
Pemeriksaan Lain
Ekstremitas : normal, lengkap akral hangat
Turgor : kembali segera,baik
Tulang belakang : normal
Kelainan kongenital : (-)
RESUME
E. TERAPI
Terapi di RS Nasanapura :
- IVFD dextrose 5%
- Inj. Cefotaxime 2 x 50 mg
- Inj. Dexamethason 2 x 1 mg
F. ANJURAN PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan darah rutin
G. FOLLOW UP :
13 Juni 2017
Subject Sianosis (+), retraksi dinding dada (+), merintih (+), apneu (+), BAB
(+), BAK (+)
Object Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 157 x/menit
Respirasi : SPO2 84%
Suhu : 37,20C
Berat badan : 2000 gram
Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen : Tidak ada
Muntah: Tidak ada
Diare: Tidak ada
Residu lambung : Tidak ada
Organomegali : Tidak ada
Bising usus : (+),kesan normal
Umbilikus
Keluaran : (-)
Warna kemerahan : (-)
Edema : (-)
Sistem Saraf
- Aktivitas : Kurang aktif
- Kesadaran : Letargi
- Fontanela : Datar
- Sutura : Belum fusi
- Refleks terhadap cahaya : RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+)
- Kejang : (-)
- Tonus otot :NN
NN
Sistem Genitalia
- Anus imperforata : (-)
- Perempuan :
Keluaran : (-)
Pemeriksaan Lain
Ekstremitas : normal, akral hangat
Turgor : baik
Tulang belakang : normal
Follow Up :
14 Juni 2017
Subject Letargi (+), Sianosis (+), Distensi abdomen (+), merintih (+), apneu
(+),BAB (+), BAK (+)
Object Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 130 x/menit
Respirasi : SPO2 99%
Suhu : 37,20C
Berat badan : 2000 gram
Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen : Tidak ada
Muntah : Tidak ada
Diare : Tidak ada
Residu lambung : Tidak ada
Organomegali : Tidak ada
Bising usus : (+),kesan normal
Umbilikus
Keluaran : (-)
Warna kemerahan : (-)
Edema : (-)
Sistem Saraf
- Aktivitas : Kurang aktif
- Kesadaran : Letargi
- Fontanela : Datar
- Sutura : Belum fusi
- Refleks terhadap cahaya : RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+)
- Kejang : (-)
- Tonus otot :NN
NN
Sistem Genitalia
- Anus imperforata : (-)
- Perempuan :
Keluaran : (-)
Pemeriksaan Lain
Ekstremitas : normal, akral hangat
Turgor : baik
Tulang belakang : normal
Kelainan kongenital: Tidak ada
Assesment BBLR + RDS Berat
Follow Up :
15 Juni 2017
Subject Sianosis (+), retraksi dinding dada (+), merintih (+), apneu (+), BAB
(+), BAK (+)
Object Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 157 x/menit
Respirasi : SPO2 99%
Suhu : 36,70C
Berat badan : 1900 gram
Sistem Genitalia
- Anus imperforata : (-)
- Perempuan :
Keluaran : (-)
Pemeriksaan Lain
Ekstremitas : normal, akral hangat
Turgor : baik
Tulang belakang : normal
Kelainan kongenital: Tidak ada
Assesment BBLR + RDS Berat
Plan - Oksigen 3-4 lpm
- IVFD D5 % 16 tpm
- Inj. Cefotaxime 50 mg/8 jam/IV
- VTP O2
- Puasakan bayi
DISKUSI
Bayi berat lahir rendah yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <2500
gram tanpa memandang masa gestasi. BBLR dapat disebabkan oleh: kehamilan
kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi keduanya.Bayi BBLR
dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : prematuritas murni dan dismaturitas. Bayi
prematur secara umum ialah bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Penentuan usia kehamilan dapat ditentukan dengan menggunakan skor Ballard dan
Lubchenco. Bayi prematur memiliki berbagai masalah akibat belum berkembangnya
organ-organ tubuh, sehingga belum siap untuk berfungsi di luar rahim. Masalah yang
sering dijumpai pada bayi kurang bulan dan BBLR adalah: Asfiksia, gangguan nafas,
hipoglikemia, hipotermia, masalah pemberian ASI, ikterus, infeksi, masalah
perdarahan. Penatalaksanaan didasarkan pada masalah yang muncul yang berkaitan
dengan berat badan lahir rendah.5
Presentase kejadian menurut usia kehamilan adalah 60-80% terjadi pada bayi
yang lahir dengan usia kehilangan kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara
32-36 minggu dan jarang sekali ditemukan pada bayi yang cukup bulan. Insiden pada
bayi prematur kulit putih lebih tinggi dari pada kulit hitam dan lebih sering terjadi
pada bayi laki-laki dari pada perempuan. Selain itu kenaikan frekuensi juga sering
terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita gangguan perfusi darah uterus
selama kehamilan, misalnya ibu menderita penyakit diabetes, hipertensi, hipotensi,
seksio serta pendarahan antepartum.5
- Jaga kehangatan.
- Pemberian infus cairan intravena dengan dosis rumatan.
- Pemberian nutrisi bertahap, diutamakan ASI.
- Antibiotik: diberikan antibiotik dengan spektrum luas, biasanya dimulai dengan
ampisilin 50mg/kg intravena tiap 12 jam dan gentamisin, untuk berat lahir <2 kg
dosis 3 mg/kgBB per hari. Jika tak terbukti ada infeksi, pemberian antibiotik
dihentikan.
- Analisis gas darah dilakukan berulang untuk manajemen respirasi. Tekanan
parsial O2 diharapkan antara 50-70 mmHg, paCO2 diperbolehkan antara 45-60
mmHg (permissive hypercapnia). pH diharapkan tetap di atas 7,25 dengan
saturasi oksigen antara 88-92%.
Manajemen Khusus
Pemberian sufaktan dilakukan bila memenuhi persyaratan, obat tersedia, dan lebih
disukai bila tersedia fasilitas NICU. Surfaktan diberikan dalam 24 jam pertama jika
bayi terbukti mengalami penyakit membran hialin, diberikan dalam bentuk dosis
berulang melalui pipa endotrakea setiap 6-12 jam untuk total 2-4 dosis, tergantung
jenis preparat yang dipergunakan. Selama pemberian surfaktan dapat terjadi obstruksi
jalan napas yang disebabkan oleh viskositas obat. Efek samping dapat berupa
perdarahan dan infeksi paru.13
PEMBAHASAN
Pada kasus diagnosa kerja yang diangkat adalah Berat Badan Lahir Rendah
dan Respiratori Distress Sindrom. Diagnosa ini didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan penunjang selama 3 hari perawatan di ruang
Peristi.
Diagnosa Bayi Prematur (BKB SMK) ditegakkan berdasarkan anamnesis
didapat kehamilan kurang bulan, serta pada pengukuran berat badan berbanding usia
gestasi didapatkan pada kurva Lubschenco Bayi Kurang Bulan Sesuai Masa
Kehamilan.
Respiratori Distress Sindrom diangkat sebagai diagnosa karena berdasarkan
anamnesis dari ibu pasien, pasien sejak lahir telah mengalami sianosis (badan
biru) dan juga adanya retraksi dinding dada. Gejala gejala RDS ini timbul
dalam 24 jam pertama sesudah lahir dengan derajat yang berbeda, tetapi biasanya
gambaran sindrom gawat nafas sudah nyata pada usia 4 jam. Tanda yang hampir
selalu didapat adalah dispnu yang akan diikuti dengan takipnu, pernafasan cuping
hidung, retraksi dinding toraks, dan sianosis. Diagnosis dini dapat ditegakkan bila
telah ada gambaran sindrom tersebut, terlebih lagi bila disertai dengan adanya faktor-
faktor risiko.
Penilaian gawat napas berdasarkan skor DOWNE, didapatkan nilai Skor
DOWNE 7 yang menandakan kondisi bayi yaitu gangguan napas berat (Skor Downe
> 6 gangguan napas berat).
Selanjutnya pada kasus ini bayi masuk ke peristi dengan keluhan sianosis,
merintih dan terdapat retraksi dinding dada yang merupakan tanda bahwa bayi
mengalami gangguan napas berat yakni frekuensi napas >60 kali / meni tdengan
retraksi dinding dada, merintih saat ekspirasi serta sianosis sentral. Manajemen
pada gangguan napas sedang pasien ini yakni melanjutkan pemberian Oksigen 1-2
lpm, IVFD D5 % 16 tpm, Inj. Cefotaxime 3x50 mg/ 12 jam/IV.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kosim M.S. 2008. Buku Ajar Neonatologi. ed I. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
2. Djoko W dkk. Buku Acuan Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar. Depkes RI. 2006
3. Presentasi TIM PONED UKK PERINATOLOGI IDAI, 2007. Gangguan napas
pada bayi baru lahir. Palu. Perinatologi IDAI.
4. Presenatasi TIM PONED UKK PERINATOLOGI IDAI, 2007. Termoregulasi
bayi baru lahir. Palu. Perinatologi IDAI.
5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI., 2011. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak. Jilid 3. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
6. Wratney A, Chifetz I, Fortenberry J, Paden M. 2006. Pediatric critical care medicine.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
7. IDAI, 2010. Buku Ajar Neonatologi. Edisi pertama. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI.
8. Grappone, L, 2014, Hyaline Membrane Disease or Respiratory Distress
Syndrome? A New Approach for an Old Disease, www.jpnim.com Open Access
Journal of Pediatric and Neonatal Individualized Medicine.
9. Sumadiono, 2013, Faktor Resiko Kematian Neonatus dengan Penyakit Membran
Hyalin, Sari Pediatri, Vol. 15, No. 2, Agustus.
10. Tobing, R, 2014, Kelainan Kardiovaskular pada Sindrom Gawat Napas
Neonatus, Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1, Juni.
11. Yulius, I, 2013, Mortalitas Sindrom Gawat Pernapasan Akut Neonatus di Unit
Perawatan Intensif Neonatus RSUP Sanglah, JURNALIKA Vol. 1 No.2, Juni.
12. Kamath BD, MacGuire ER, McClure EM, Goldenberg RL, Jobe AH. 2011.
Neonatal mortality from respiratory distress syndrome: Lessons for low-resource
countries. Pediatrics.
13.Pramanik, A, 2015, Respiratory Distress Syndrome Treatment & Management,
Medscape, http://emedicine.medscape.com/article/976034-treatment