Anda di halaman 1dari 34

REFLEKSI KASUS November, 2016

Bayi Aterm (BCB-SMK) SC a/I PEB + Post Asfiksia Berat+ Gangguan napas
sedang

Nama : Desi Frinaensri Doki


No. Stambuk : N 111 16 088
Pembimbing : dr. Amsyar, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2016
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan napas dapat merupakan suatu keadaan lanjutan dari suatu asfiksia,
terutama pada neonatus. Gangguan napas pada bayi terjadi terutama pada bayi post
asfiksia dengan derajat berat. Gangguan napas ditandai dengan adanya peningkatan
frekuensi napas lebih dari normal, adanya tarikan dada saat bernafas, kulit dan bibir
membiru serta merintih. Selain menilai dari pemeriksaan fisik, informasi mengenai
umur kehamilan bayi sangat penting diketahui untuk dapat menegakkan diagnosis
etiologik kasus pada gangguan nafas sehingga penanganan yang diberikan tepat dan
rasional.1

Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) adalah kegagalan napas secara spontan
dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Asfiksia pada bayi baru
lahir merupakan penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian bayi baru lahir setiap
tahun. Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh
dunia disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih
besar. 3
Sindrom gangguan napas ataupun sering disebut sindrom gawat napas
(Respiratory Distress Syndrome /RDS) adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi
pernapasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan
dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru. 2
Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama Hyaline membrane disease
(HMD) atau penyakit membran hialin, karena pada penyakit ini selalu ditemukan
membran hialin yang melapisi alveoli. Sindrom gangguan pernapasan adalah
kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperapnea dengan frekuensi
pernapasan lebih dari 60 kali/menit, sianosis, rintihan pada ekspirasi dan kelainan
otot- otot pernapasan pada inspirasi.3
RDS sering ditemukan pada bayi prematur. Insidens berbanding terbalik
dengan usia kehamilan dan berat badan. Artinya semakin muda usia kehamilan ibu,
semakin tinggi kejadian RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua usia
kehamilan, semakin rendah pula kejadian RDS atau sindrome gangguan napas.
Persentase kejadian menurut usia kehamilan adalah 60-80% terjadi pada bayi yang
lahir dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32-36
minggu dan jarang sekali ditemukan pada bayi cukup bulan (matur). Insidens pada
bayi prematur kulit putih lebih tinggi dari pada bayi kulit hitam dan sering lebih
terjadi pada bayi laki-laki dari pada bayi perempuan.4
Selain itu, kenaikan frekuensi juga ditemukan pada bayi yang lahir dari ibu
yang menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan, misalnya : Ibu
penderita diabetes, hipertensi, hipotensi, seksio serta perdarahan antepartum.4
BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : An.By. Ny. AA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 1 hari
Tanggal lahir : 21 Oktober 2016/ pukul 17.00 WITA
Alamat : DS Lamadong II, Buol
Agama : Islam
Waktu Masuk : 22 Oktober 2016/ pukul 18.35 WITA
Tempat Pemeriksaan : Ruang Perawatan Kamar Bayi RS Undata
Identitas Orang Tua :
Nama Ibu : Ny. A
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : BTN Citra Pesona Indah B/C No. 05 Palu

B. ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)
a. Keluhan utama : Sesak
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi laki-laki berusia 1 hari rujukan dari RS Bayangkara, masuk
kamar perawatan bayi Peristi pada tanggal 22 Oktober 2016 pukul 17.00
dengan keluhan sesak, merintih (+) dan terdapat retraksi dinding dada.
c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Bayi lahir tanggal 21 Oktober 2016 pukul 11.35 WITA dengan SC
(Sectio Cesaria) atas indikasi Ibu Pre-Eklamsia Berat (PEB). Bayi tidak
langsung menangis dan sianosis. Bayi merintih dan terdapat retraksi dinding
dada. Berat Badan Lahir 2800 gram, Panjang badan lahir 48 cm. A/S : 1/2/3.
Air ketuban warna hijau. Kelainan kongenital tidak ada.
Riwayat kehamilan ibu G2P1A0, usia ibu sewaktu mengandung 25
tahun, usia kehamilan cukup bulan. Ibu memiliki riwayat hipertensi, tidak ada
demam selama kehamilan, pemeriksaan kehamilan 4 kali selama hamil di
bidan sesuai dengan yang dianjurkan bidan. Ibu tidak mengkonsumsi obat-
obatan selama hamil. Sehari-hari ibu layaknya ibu rumah tangga melakukan
kegiatan rumah, selama kehamilan ibu menghindari mengangkat beban yang
berat dan pekerjaan rumah terlalu keras.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Denyut Jantung : 112 kali/menit
Pernapasan : 80 kali/menit
Suhu : 36,5 o C
Pemeriksaan Antropometrik
Berat badan lahir : 2700 gram
Panjang badan : 48 cm

Kepala : Normocephal, ubun-ubun besar datar dan lunak, simetris.


Mata : mata cowong (-), konjungtiva anemis (-/-), palpebra ikterik
(-/-), reflex cahaya (+/+),
Hidung : sekret (-/-), pernapasan cuping hidung (-/-)
Telinga : sekret (-/-)
Mulut : bibir tidak tampak sianosis, bibir kering (-)

Sistem Neurologi
Tingkat keadaran : letargi
Aktivitas : aktif
Fontanela : datar
Sutura : belum menutup
Kejang : Tidak ada
Refleks cahaya : (+)
- Tonus otot :NN
NN

Sistem Pernapasan
Sianosis : (-)
Merintih : (+)
Apnea : (-)
Retraksi dinding dada : (+)
Pergerakan dinding dada : simetris bilateral
Pernapasan cuping hidung : (-)
Stridor : (-)
Bunyi napas : Bronkovesikular (+/+)
Bunyi nafas tambahan : (-)

SKOR DOWN
Frekuensi napas :1
Retraksi :1
Sianosis :0
Udara masuk :1
Merintih :1
Total :4
Kesimpulan : Gawat napas
WHO : Gangguan napas sedang
Sistem Kardiovaskular
Bunyi jantung : S1, S2 murni reguler
Murmur & Gallop : (-)

Sistem Hematologis
Pucat : (-)
Anemia : (-)

Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen : (-)
Muntah : (-)
Diare : (-)
Organomegali : (-)
Bising usus : (+) kesan normal
Umbilikus : keluaran (-), edema (-), warna keluaran (-)
Sistem Genitalia
Keluaran : (-)
Anus : (+)

Pemeriksaan Lain
Ekstremitas : normal, lengkap akral hangat
Turgor : kembali segera,baik
Tulang belakang : normal
Kelainan kongenital : (-)
SKOR BALLARD
Maturitas neuromuskular
Sikap tubuh :4
Persegi jendela :3
Rekoil lengan :2
Sudut poplitea :3
Tanda selempang :3
Tumit ke kuping :2
Maturitas fisik
Kulit :2
Lanugo :3
Permukaan plantar :3
Payudara :3
Mata/telinga :3
Genitalia :4
Total skor : 35
Estimasi umur kehamilan : 38 minggu

Berdasarkan penilaian pertumbuhan bayi menggunakan kurva Lubchenco


didapatkan garis hubungan antara berat badan bayi dengan usia gestasi terletak diatas
persentil 10 sehingga dapat disimpulkan bayi ini dikategorikan sebagai sesuai untuk
masa kehamilan (SMK).
RESUME

Bayi laki-laki berusia 1 hari rujukan dari RS Bayangkara, masuk kamar


perawatan bayi Peristi pada tanggal 22 Oktober 2016 pukul 17.00 dengan keluhan
sesak, merintih (+) dan terdapat retraksi dinding dada.
Riwayat kehamilan dan persalinan :
Bayi lahir tanggal 21 Oktober 2016 pukul 11.35 WITA dengan SC (Sectio
Cesaria) atas indikasi Ibu Pre-Eklamsia Berat (PEB). Bayi tidak langsung menangis
dan sianosis. Bayi merintih dan terdapat retraksi dinding dada. Berat Badan Lahir
2800 gram, Panjang badan lahir 48 cm. A/S : 1/2/3. Air ketuban warna hijau.
Kelainan kongenital tidak ada.
Riwayat kehamilan ibu G2P1A0, usia ibu sewaktu mengandung 25 tahun, usia
kehamilan cukup bulan. Ibu memiliki riwayat hipertensi, tidak ada demam selama
kehamilan, pemeriksaan kehamilan 4 kali selama hamil di bidan sesuai dengan yang
dianjurkan bidan. Ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil. Sehari-hari ibu
layaknya ibu rumah tangga melakukan kegiatan rumah, selama kehamilan ibu
menghindari mengangkat beban yang berat dan pekerjaan rumah terlalu keras.
.
D. DIAGNOSIS : Bayi Aterm (BCB-SMK) SC a/I PEB + Post Asfiksia Berat+
Gangguan napas sedang

E. TERAPI
Terapi di RS Bayangkara :
- Oksigen 1-2 lpm
- Infus Dextrose 5 % 8 tpm
- Inj. Cefotaxime 150 mg/ 12 jam
- Inj. Gentamicin 8 mg/ 12 jam
- Inj. Dexametason 0,5 mg/ 8 jam

Terapi di RS Undata (Peristi) :


- Oksigen 1 lpm
- IVFD D5 % 8 tpm
- Inj. Cefotaxime 2x150 mg/ 12 jam/IV
- Inj. Gentamicin 2x8 mg/ 12 jam/IV
- Inj. Dexametason 3x0,5 mg/ 8 jam/IV
- Observasi TTV/ jam
- ASI/PASI 8x 20 cc
F. ANJURAN PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan darah rutin
G. FOLLOW UP :

23 Oktober 2016
Subject Bayi sesak (+), keadaan umum lemah(+)
Object Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 100 x/menit
Respirasi : 56 x/menit
Suhu : 36,4 0C
Berat badan : 2700 gram

Kepala : Normocephal, ubun-ubun besar datar dan lunak.


Sistem Pernapasan : merintih (-), apneu (-), retraksi dinding dada (+)
bronkovesikuler, bunyi tambahan (-)

DOWNE SCORE
- Frekuensi Napas :1
- Retraksi :1
- Sianosis :0
- Udara masuk :1
- Merintih :0
- Total skor :3
Kesimpulan : Tidak ada gawat napas

Kriteria gangguan napas WHO: Gangguan napas sedang

Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen : Tidak ada
Muntah : Tidak ada
Diare : Tidak ada
Residu lambung : Tidak ada
Organomegali : Tidak ada
Bising usus : (+), kesan normal
Umbilikus
Keluaran : (-)
Warna kemerahan : (-)
Edema : (-)

Sistem Saraf
- Aktivitas : Kurang aktif
- Kesadaran : Letargi
- Fontanela : Datar
- Sutura : Belum fusi
- Refleks terhadap cahaya : RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+)
- Kejang : (-)
- Tonus otot :NN
NN

Sistem Genitalia
- Anus imperforata : (-)
- Laki-laki :
Hipospadia : (-)
Hidrokel : (-)
Hernia : (-)
Testis : (-)
Pemeriksaan Lain
Ekstremitas : normal, akral hangat
Turgor : baik
Tulang belakang : normal

Kelainan kongenital: Tidak ada


Pemeriksaan Laboratorium :
Gula darah sewaktu (tanggal 22 Okktober 2016) : 56 mg/dl
Gula darah sewaktu (tanggal 23 Okktober 2016) : 202 mg/dl
Assesment Gangguan Napas Sedang
Plan - Oksigen 1-2 lpm
- IVFD D5 % 8 tpm
- Inj. Cefotaxime 2x150 mg/ 12 jam/IV
- Inj. Gentamicin 2x8 mg/ 12 jam/IV
- Inj. Dexametason 3x0,5 mg/ 8 jam/IV
- ASI/PASI 8x 20 cc
- Observasi TTV/ jam
- Pro DR

Follow Up :
24 Oktober 2016
Subject Bayi sesak (+), Letargi (+)
Object Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 112 x/menit
Respirasi : 58 x/menit
Suhu : 36,4 0C
Berat badan : 2700 gram

Kepala : Normocephal, ubun-ubun besar datar dan lunak.


Sistem Pernapasan : merintih (-), apneu (-), retraksi dinding dada (+),
bronkovesikuler, bunyi tambahan (-)
DOWNE SCORE
- Frekuensi Napas :1
- Retraksi :1
- Sianosis :0
- Udara masuk :0
- Merintih :0
- Total skor :2
Kesimpulan : Tidak ada gawat napas
Kriteria gangguan napas WHO: Gangguan napas sedang

Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen : Tidak ada
Muntah : Tidak ada
Diare : Tidak ada
Residu lambung : Tidak ada
Organomegali : Tidak ada
Bising usus : (+),kesan normal
Umbilikus
Keluaran : (-)
Warna kemerahan : (-)
Edema : (-)
Sistem Saraf
- Aktivitas : Aktif
- Kesadaran : Compos mentis
- Fontanela : Datar
- Sutura : Belum fusi
- Refleks terhadap cahaya : RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+)
- Kejang : (-)
- Tonus otot :NN
NN
Sistem Genitalia
- Anus imperforata : (-)
- Laki-laki :
Hipospadia : (-)
Hidrokel : (-)
Hernia : (-)
Testis : (-)
Pemeriksaan Lain
Ekstremitas : normal, akral hangat
Turgor : baik
Tulang belakang : normal
Kelainan kongenital: Tidak ada

Pemeriksaan Laboratorium :
Gula darah sewaktu (tanggal 22 Okktober 2016) : 56 mg/dl
Gula darah sewaktu (tanggal 23 Okktober 2016) : 202 mg/dl

Darah Rutin (tanggal 24 Oktober 2016):


WBC : 10,91 x 103/UL
RBC : 4,90 x 106 / UL
PLT : 345 x 103/UL
Hb : 17 g/dl
HCT : 46,4 %
Assesment Gangguan Napas Sedang

Plan - Oksigen 1 lpm


- IVFD D5 % 8 tpm
- Inj. Cefotaxime 2x150 mg/ 12 jam/IV
- Inj. Gentamicin 2x8 mg/ 12 jam/IV
- Inj. Dexametason 3x0,5 mg/ 8 jam/IV
- ASI/PASI 8x 25-30 cc
- Observasi TTV/ jam

Follow Up :
25 Oktober 2016
Subject Bayi sesak (-), demam (-), KU membaik
Object Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 112 x/menit
Respirasi : 50 x/menit
Suhu : 36,4 0C
Berat badan : 2700 gram

Kepala : Normocephal, ubun-ubun besar datar dan lunak


Sistem Pernapasan : merintih (-), apneu (-), retraksi dinding dada (-),
bronkovesikuler, bunyi tambahan (-)
DOWNE SCORE
- Frekuensi Napas :0
- Retraksi :0
- Sianosis :0
- Udara masuk :0
- Merintih :0
- Total skor :0
Kesimpulan : Tidak ada gawat napas
Kriteria gangguan napas WHO: tidak ada gangguan napas

Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen : Tidak ada
Muntah : Tidak ada
Diare : Tidak ada
Residu lambung : Tidak ada
Organomegali : Tidak ada
Bising usus : (+), kesan normal
Umbilikus
Keluaran : (-)
Warna kemerahan : (-)
Edema : (-)
Sistem Saraf
- Aktivitas : Aktif
- Kesadaran : Compos mentis
- Fontanela : Datar
- Sutura : Belum fusi
- Refleks terhadap cahaya : RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+)
- Kejang : (-)
- Tonus otot :NN
NN

Sistem Genitalia
- Anus imperforata : (-)
- Laki-laki :
Hipospadia : (-)
Hidrokel : (-)
Hernia : (-)
Testis : (-)
Pemeriksaan Lain
Ekstremitas : normal, akral hangat
Turgor : baik
Tulang belakang : normal
Kelainan kongenital: Tidak ada

Pemeriksaan Laboratorium :
Gula darah sewaktu (tanggal 22 Okktober 2016) : 56 mg/dl
Gula darah sewaktu (tanggal 23 Okktober 2016) : 202 mg/dl

Darah Rutin (tanggal 24 Oktober 2016):


WBC : 10,91 x 103/UL
RBC : 4,90 x 106 / UL
PLT : 345 x 103/UL
Hb : 17 g/dl
HCT : 46,4 %
Assesment Post Gangguan Napas Sedang
Plan - IVFD D5 % 8 tpm
- Inj. Cefotaxime 2x150 mg/ 12 jam/IV
- Inj. Gentamicin 2x8 mg/ 12 jam/IV
- Inj. Dexametason 3x0,5 mg/ 8 jam/IV
- ASI/PASI 8x 25-30 cc
- Observasi TTV/ jam

Follow Up :
26 Oktober 2016
Subject Bayi sesak (-), demam (-), KU baik
Object Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 145 x/menit
Respirasi : 47 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Berat badan : 2700 gram
Kepala : Normocephal, ubun-ubun besar datar dan lunak
Sistem Pernapasan : merintih (-), apneu (-), retraksi dinding dada (-),
bronkovesikuler, bunyi tambahan (-)
DOWNE SCORE
- Frekuensi Napas :0
- Retraksi :0
- Sianosis :0
- Udara masuk :0
- Merintih :0
- Total skor :0
Kesimpulan : Tidak ada gawat napas
Kriteria gangguan napas WHO: tidak ada gangguan napas
Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen : Tidak ada
Muntah : Tidak ada
Diare : Tidak ada
Residu lambung : Tidak ada
Organomegali : Tidak ada
Bising usus : (+),kesan normal
Umbilikus
Keluaran : (-)
Warna kemerahan : (-)
Edema : (-)
Sistem Saraf
- Aktivitas : Kurang aktif
- Kesadaran : Compos mentis
- Fontanela : Datar
- Sutura : Belum fusi
- Refleks terhadap cahaya : RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+)
- Kejang : (-)
- Tonus otot :NN
NN
Sistem Genitalia
- Anus imperforata : (-)
- Laki-laki :
Hipospadia : (-)
Hidrokel : (-)
Hernia : (-)
Testis : (-)
Pemeriksaan Lain
Ekstremitas : normal, akral hangat
Turgor : baik
Tulang belakang : normal
Kelainan kongenital: Tidak ada
Pemeriksaan Laboratorium :
Gula darah sewaktu (tanggal 22 Okktober 2016) : 56 mg/dl
Gula darah sewaktu (tanggal 23 Okktober 2016) : 202 mg/dl
Darah Rutin (tanggal 24 Oktober 2016):
WBC : 10,91 x 103/UL
RBC : 4,90 x 106 / UL
PLT : 345 x 103/UL
Hb : 17 g/dl
HCT : 46,4 %
Assesment Post Gangguan Napas Sedang
Plan - IVFD D5 % 8 tpm
- Inj. Cefotaxime 2x150 mg/ 12 jam/IV
- Inj. Gentamicin 2x8 mg/ 12 jam/IV
- Inj. Dexametason 3x0,5 mg/ 8 jam/IV
- ASI/PASI 8x 30-35 cc
- Observasi TTV/ jam

Follow Up :
27 Oktober 2016
Subject Bayi sesak (-), demam (-), KU baik
Object Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 140 x/menit
Respirasi : 45 x/menit
Suhu : 36,7 0C
Berat badan : 2700 gram
Kepala : Normocephal, ubun-ubun besar datar dan lunak
Sistem Pernapasan : merintih (-), apneu (-), retraksi dinding dada (-),
bronkovesikuler, bunyi tambahan (-)
DOWNE SCORE
- Frekuensi Napas :0
- Retraksi :0
- Sianosis :0
- Udara masuk :0
- Merintih :0
- Total skor :0
Kesimpulan : Tidak ada gawat napas
Kriteria gangguan napas WHO: tidak ada gangguan napas
Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen : Tidak ada
Muntah : Tidak ada
Diare : Tidak ada
Residu lambung : Tidak ada
Organomegali : Tidak ada
Bising usus : (+),kesan normal
Umbilikus
Keluaran : (-)
Warna kemerahan : (-)
Edema : (-)
Sistem Saraf
- Aktivitas : Kurang aktif
- Kesadaran : Compos mentis
- Fontanela : Datar
- Sutura : Belum fusi
- Refleks terhadap cahaya : RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+)
- Kejang : (-)
- Tonus otot :NN
NN

Sistem Genitalia
- Anus imperforata : (-)
- Laki-laki :
Hipospadia : (-)
Hidrokel : (-)
Hernia : (-)
Testis : (-)
Pemeriksaan Lain
Ekstremitas : normal, akral hangat
Turgor : baik
Tulang belakang : normal
Kelainan kongenital: Tidak ada

Pemeriksaan Laboratorium :
Gula darah sewaktu (tanggal 22 Okktober 2016) : 56 mg/dl
Gula darah sewaktu (tanggal 23 Okktober 2016) : 202 mg/dl

Darah Rutin (tanggal 24 Oktober 2016):


WBC : 10,91 x 103/UL
RBC : 4,90 x 106 / UL
PLT : 345 x 103/UL
Hb : 17 g/dl
HCT : 46,4 %
Assesment Post Gangguan Napas Sedang
Plan - IVFD D5 % 8 tpm
- Inj. Cefotaxime 2x150 mg/ 12 jam/IV
- Inj. Gentamicin 2x8 mg/ 12 jam/IV
- Inj. Dexametason 3x0,5 mg/ 8 jam/IV
- ASI/PASI 8x 30-35 cc
- Observasi TTV/ jam
- Boleh pulang
BAB III

LANDASAN TEORI

Asfiksia perinatal adalah keadaan dimana fetus atau neonatus mengalami


kekurangan oksigen (hipoksia) atau menurunnya perfusi (iskemia) ke berbagai
macam organ. Keadaan ini menyebabkan gangguan fungsi dan perubahan biokimia
sehingga dalam jaringan timbul laktat asidosis. Pengaruh hipoksia dan iskemik tidak
sama, tetapi keduanya berhubungan erat saling tumpang tindih. Kedua faktor tersebut
1,7
menyebabkan asfiksia. Asfiksia dapat terjadi pada waktu pre, peri dan postnatal.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan neonatus yang tidak dapat bernapas secara
spontan, teratur dan adekuat beberapa saat setelah lahir. Setelah lahir, neonatus
mengalami suatu masa peralihan dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterine.3 Didalam uterus, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen
atau pengeluaran karbondioksida, karena paru janin terisi cairan amnion. Paru paru
janin berkembang didalam uterus, akan tetapi alveoli di paru janin masih terisi oleh
cairan dan pembuluh darah yang ada di paru janin mengalami kontriksi. Sebelum
lahir, hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena
kontriksi pembuluh darah janin. Karena itu, hampir seluruh darah melalui duktus
arteriosus masuk ke aorta. 4
Pada saat lahir, kebutuhan oksigen yang sebelumnya didapatkan dari sirkulasi
fetomaternal melalui mekanisme difusi pada plasenta, kini secara mandiri harus
dihasilkan secara auto oleh bayi. Setelah lahir, cairan yang mengisi lumen paru janin
harus dipindahkan dari alveoli ke dalam system vascular sehingga memungkinkan
pertukaran gas di alveoli. Akibat tekanan udara dan peningkatan kadar oksigen di
alveoli, pembuluh darah di paru mengalami relaksasi, keadaan relaksasi ini bersama
dengan peningkatan tekanan darah sistemik yang meningkatkan aliran darah
pulmonal dan mengurangi aliran melalui duktus arteriosus.5 Oksigen dari alveoli
akan diserap oleh meningkatnya aliran paru dan darah yang kaya akan oksigen akan
kembali kejantung kiri kemudian dipompakan keseluruh tubuh. selain itu terdapat
teori yang mengatakan bahwa pada saat menjelang kelahiran terjadi peningkatan
hormone epinefrin, vasopressin, aldosterone dan prostaglandin yang meningkatkan
reabsorbsi cairan ke vascular. Selama persalinan per vaginam, sejumlah kecil cairan
dapat mengalir keluar melalui mulut akibat kompresi dada. 4
Masalah asfiksia mungkin berkaitan dengan kondisi ibu, masalah pada tali pusat
atau plasenta atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan. Berikut
beberapa masalah tersebut :1,7
1.
Faktor ibu.
Kurangnya aliran darah ibu melalui plasenta sehingga terjadi hipoksia
janin dan menyebabkan gawat serta asfiksia setelah lahir. Beberapa faktor
predisposisinya, yaitu :
1. Preeklampsia dan eklampsia,
2. Perdarahan antepartum abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta),
3. Partus lama atau partus macet,
4. Partus dengan tindakan (misalnya vakum ekstraksi, sectio cesaria)
5. Demam sebelum dan selama persalinan,
6. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV), dan
7. Kehamilan lebih bulan (lebih 42 minggu kehamilan)
2. Faktor plasenta dan tali pusat. Penurunan aliran darah dan oksigen melalui tali
pusat bayi akan menyebabkan kejadian asfiksia. Beberapa faktor
predisposisinya, yaitu :1
1. Infark plasenta
2. Hematom plasenta,
3. Lilitan tali pusat,
4. Tali pusat pendek,
5. Simpul tali pusat, dan
6. Prolapsus tali pusat
3. Faktor bayi, Beberapa keadaan bayi yang dapat mengalami asfiksia walaupun
kadang-kadang tanpa didahului tanda gawat janin diantaranya :1
1. Bayi kurang bulan / prematur (kurang 37 minggu kehamilan)
2. Air ketuban bercampur meconium dan
3. Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernapasan bayi

Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia :


Penilaian awal saat lahir harus dilakukan pada semua bayi. Penilaian awal
ialah : apakah bayi cukup bulan, apakah bayi menangis atau bernapas, dan apakah
tonus otot baik. Jika bayi baru lahir cukup bulan, menangis, tonus ototnya baik, bayi
dikeringkan dan dipertahankan tetap hangat. Hal ini dilakukan dengan bayi berbaring
di dada ibunya dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi yang tidak memenuhi kriteria
tersebut, dinilai untuk dilakukan resusitasi.
Diberikan waktu kira-kira 60 detik (the Golden Minute) untuk melengkapi
langkah awal, menilai kembali, dan memulai ventilasi jika dibutuhkan. Penentuan ke
langkah berikut didasarkan pada penilaian simultan dua tanda vital yaitu pernapasan
dan frekuensi denyut jantung. Setelah ventilasi tekanan positif (VTP) atau setelah
pemerbian oksigen tambahan, penilaian dilakukan pada tiga hal yaitu frekuensi
denyut jantung, pernapasan, dan satatus oksigenasi. 1
ALUR RESUSITASI NEONATUS (AHA, 2015)

Gangguan napas pada bayi baru lahir adalah keadaan bayi yang sebelumnya
normal atau bayi dengan asfiksia yang sudah berhasil diresusitasi tetapi beberapa saat
kemudian mengalami gangguan napas, ditandai dengan frekuensi napas bayi > 60
kali / menit mungkin menunjukkan satu atau lebih tanda tambahan gangguan napas
yakni : frekuensi napas bayi <30 kali/menit, sianosis sentral,apneu (henti napas > 20
detik). Gangguan napas dapat disebabkan oleh adanya kelainan paru (pneumonia),
kelainan jantung (penyakit jantung bawaan, disfungsi miokardium), kelainan SSP,
hipoglikemia, asidosis, kelainan anatomi dan kelainan lain seperti sindrom aspirasi
meconium, transient tacipneu of the newborn, dan penyakit membrane hyaline.2

Frekuensi napas Gejala tambahan Klasifikasi


gangguan napas
> 60 kali/menit DENGAN Sianosis sentral DAN Gangguan
tarikan dinding dada atau napas berat
merintih saat ekspirasi.
ATAU > 90 kali/ DENGAN Sianosis sentral ATAU
menit tarikan dinding dada
ATAU merintih saat
ekspirasi.
ATAU < 30 kali/ DENGAN Gejala lain dari gangguan
menit atau TANPA napas.
60-90 kali/menit DENGAN Tarikan dinding dada Gangguan
ATAU merintih saat napas
ekspirasi sedang
Tetapi Sianosis sentral
TANPA
ATAU > 90 kali/ TANPA Tarikan dinding dada
menit atau merintih saat
ekspirasi atau sianosis
sentral.
60-90 kali/menit TANPA Tarikan dinding dada Gangguan
atau merintih saat napas
ekspirasi atau sianosis ringan
sentral.
60-90 kali/menit DENGAN Sianosis sentral Kelainan
jantung
kongenital

Manajemen umum gangguan napas adalah sebagai berikut(8):


1. Pasang jalur infus intravena ,
2. Bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infuse Dekstrosa 5 %
3. Pantau selalu tanda vital
4. Jaga patensi jalan napas
5. Berikan Oksigen ( 2-3 liter/menit dengan kateter nasal )
6. Jika bayi mengalami apnea:
a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
b. Lakukan penilaian lanjut
7. Bila terjadi kejang potong kejang
8. Segera periksa kadar glukosa darah ( bila fasilitas tersedia )
9. Pemberian nutrisi adekuat
Manajemen bayi dengan gangguan napas sedang(1):
1. Lanjutkan pemberian O 2-3 liter/menit dengan kateter nasal, bila masih sesak
dapat diberikan O 4-5 liter/menit dengan sungkup
2. Bayi jangan diberikan minum.
3. Jika ada tanda berikut, ambil sampel darah untuk kultur dan berikan antibiotika
(ampisilin dan gentamisin) untuk terapi kemungkinan besar sepsis.
4. Bila suhu aksiler 34-36,50C atau 37,5-390C tangani untuk masalah suhu
abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam.8oioujhj9hggmm1we456
5. Bila suhu masih belum stabil atau gangguan napas belum ada pferbaikan, ambil
sampel darah, dan berikan antibiotik untuk terapi kemungkinan besar sepsis.
6. Jika suhu normal, terus amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal, ulangi
tahapan tersebut diatas.
7. Bila tidak ada tanda-tanda ke arah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam.
Apabila bayi tidak menunjukkan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah
2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis.
8. Bila bayi sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan, kurangi terapi O2 secara
bertahap. Apabila tidak diperlukan lagi pemberian O2 , mulailah melatih bayi
menyusu. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai
salah satu cara alternatif pemberian minum.
9. Amati bayi setelah 24 jam pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali
tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minum baik dan tidak ada
alasan bayi tetap tinggal di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
Management gangguan napas ringan
- Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya
- Bila dalam pengamatan gangguan napas memburuk atau timbul gejala sespsis
lainnya terapi dengan kemungkinan sepsis dan tangani gangguan napas
sedang atau berat
- Beri ASI bila bayi mampu mengisap
- Kurangi pemberian 02 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas.
Hentikan pemberian 02 jika frekuensi napas antara 30-60 x/menit. Jika
frekuensi napas menetap 30-60 x/menit dan tidak ada tanda-tanda sepsis
pasien dapat dipulangkan. (2)

Preeklampsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema


setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat
timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.8
1. Preeklampsi ringan
Adalah Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya
perfusi organ yang berakhibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan
aktivasi endotel. (Prawirohardjo, 2009. 543). Sedangkan menurut ilmu
kebidanan praktis :61 Adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan /
atau setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala
ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
Gejala dan tanda preeklampsia ringan yaitu:
a. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan setiap 6 jam.
b. Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan setiap 6 jam.
c. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.
d. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2
pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
2. Preeklampsia berat
Adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmhg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih menurut ilmu kebidanan praktis.63.
Sedangkan menurut Prawirohardjo ( 2009. 544) adalah preeklampsia dengan
tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah diastolic > 110 mmHg
disertai proteinuria lebih 5 g/ 24 jam. Gejala dan tanda preeklampsia berat
a. Tekanan darah 160/110 mmHg
b. Oliguria, urin < 400 cc/24 jam.
c. Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
Komplikasi bagi bayi dengan ibu yang preeklamsia yaitu persalinan
premature, pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), terjadi sekitar 30 40% pada
preeklamsia superimposed, solusio plasenta, terjadi 4 8 kali lebih sering pada
kehamilan dengan hipertensi kronis, perinatal asfiksia, kematian perinatal mendekati
25% pada hipertensi kronis yang berat.9
Janin yang dikandung ibu hamil pengidap preklamsia akan hidup dalam rahim
dengan nutrisi dan oksigen di bawah normal. Keadaan ini bisa terjadi arena pembuluh
darah yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit. Karena buruknya nutrisi,
pertumbuhan janin akan terhambat sehingga akan terjadi bayi dengan berat lahir
rendah. Bisa juga janin dilahirkan kurang bulan (prematur), komplikasi lanjutan dari
kelahiran prematur yaitu keterlambatan belajar, epilepsi, Sereberal palsy, dan
masalah pada pendengaran dan penglihatan, biru saat dilahirkan (asfiksia), dan
sebagainya.9
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus diagnosa kerja yang diangkat adalah Bayi Aterm (BCB-SMK) SC
a/I PEB +Asfiksia Berat (Post)+ Gangguan napas sedang (post). Diagnosa ini
didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan penunjang
selama 7 hari perawatan di ruang Peristi.
Diagnosa Bayi Aterm (BCB SMK) ditegakkan berdasarkan anamnesis
didapat kehamilan cukup bulan, serta pada pengukuran berat badan berbanding usia
gestasi didapatkan pada kurva Lubschenco Bayi Cukup Bulan Sesuai Masa
Kehamilan, serta pada pemeriksaan Ballard Score didapatkan total skor 35, estimasi
usia kehamilan 38 minggu.
Asfiksia berat diangkat sebagai diagnose karena diduga terjadi gawat janin
(fetal distress) sebelum persalinan. Fetal distress merupakan keadaan dimana janin
tidak menerima oksigen yang cukup sehingga mengalami hipoksia. Gawat janin dapat
disebabkan oleh beberapa faktor resiko : faktor ibu, faktor plasenta, dan tali pusat
serta faktor bayi. Pada kasus ini, faktor ibu yaitu riwayat ibu dengan partus dengan
tindakan (sectio ceasarea), Atas indikasi ibu pre-eklamsia berat, berisiko untuk
terjadi persalinan premature, pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), terjadi sekitar 30
40% pada preeklamsia superimposed, solusio plasenta, terjadi 4 8 kali lebih sering
pada kehamilan dengan hipertensi kronis, perinatal asfiksia, kematian perinatal
mendekati 25% pada hipertensi kronis yang berat sehingga dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas bayi.
Penilaian asfiksia berdasarkan skor APGAR pada menit 0, 1, 5 dan 10. Pada
kasus ini, didapatkan nilai APGAR 1/2/3 yang menandakan kondisi bayi baru lahir
yaitu asfiksia berat (APGAR 3). Penilaian APGAR dihentikan ketika skornya 7.
Penilaian ini di lakukan di RS Bayangkara.
Selanjutnya pada kasus ini bayi masuk ke peristi dengan keluhan sesak,
merintih dan terdapat retraksi dinding dada yang merupakan tanda bahwa bayi
mengalami gangguan napas sedang yakni frekuensi napas >60 kali / menit dengan
retraksi dinding dada, merintih saat ekspirasi serta tanpa sianosis sentral.
Gangguan napas sedang ini disebabkan karena faktor predisposisi berupa, persalinan
dengan tindakan (section caesarea), serta riwayat asfiksia berat. Manajemen pada
gangguan napas sedang pasien ini yakni melanjutkan pemberian O2 1-2 l/m Oksigen
1 lpm dengan pemberian cairan IVFD D5 % 8 tpm, Inj. Cefotaxime 2x150 mg/ 12
jam/IV, Inj. Gentamicin 2x8 mg/ 12 jam/IV, Inj. Dexametason 3x0,5 mg/ 8 jam/IV
dan ASI/PASI 8x 20 cc.
Prognosis pada kasus ini ialah dubia et bonam, dimana diagnosa Bayi Aterm
(BCB-SMK) SC a/I PEB + Asfiksia Berat (post)+ Gangguan napas sedang (post)
telah diberikan manajemen sesuai target, dan proses penanganan sesuai protokol.
DAFTAR PUSTAKA

1. Djoko W dkk. Buku Acuan Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi


Dasar. Depkes RI. 2006
2. IDAI, 2010. Buku Ajar Neonatologi. Edisi pertama. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI.
3. Presentasi TIM PONED UKK PERINATOLOGI IDAI, 2007. Gangguan napas
pada bayi baru lahir. Palu. Perinatologi IDAI
4. Presenatasi TIM PONED UKK PERINATOLOGI IDAI, 2007. Termoregulasi
bayi baru lahir. Palu. Perinatologi IDAI
5. Nelson, 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15 Volume 1, EGC : Jakarta.
6. Rudolph, dkk. Buku Ajar Pediatrik Rudolph Volume 3. EGC.2006.
7. Utomo, M. dkk, 2006. Ensefalopati hipoksia iskemik perinatal. Divisi
Neoanatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR : Surabaya.
8. Klaus, 2000 Penatalaksanaan Neonatus Risiko Tinggi. EGC.
9. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Perawat,
Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. Adaptasi Draft WHO.Kerjasama UKK
Perinatologi IDAI Departemen Kesehatan RI MNH-JHPIEGO, Eds . Kosim
MS, Surjono A, Setyowireni D, Jakarta , 2004.

Anda mungkin juga menyukai