Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara endemis tinggi Hepatitis B dengan prevalensi HbsAg


positif di populasi antara 7-10%. Pada kondisi seperti ini, transmisi vertikal dari ibu yang
berstatus HbsAg positif ke bayinya memegang peranan penting. Di lain pihak, terdapat
perbedaan patofisiologi antara infeksi Hepatitis B yang terjadi pada awal kehidupan
dengan infeksi Hepatitis B yang terjadi pada masa dewasa. Infeksi yang terjadi pada awal
kehidupan, atau bahkan sejak dalam kandungan (transmisi dari ibu dengan HBsAg
positif), membawa resiko kronisitas sebesar 80-90%.1
Resiko kematian yang terjadi pada infeksi HBV biasanya berhubungan dengan
kanker hati kronis atau sirosis hepatis yang terdapat pada 25% penderita yang secara
kronis terinfeksi sejak kecil. Jika tidak terinfeksi pada masa perinatal, maka bayi dari ibu
HBsAg positif tetap memiliki resiko tinggi untuk mengidap infeksi virus Hepatitis B
kronis melalui kontak orang ke orang (transmisi horizontal) pada 5 tahun pertama
kehidupannya Sedangkan infeksi pada masa dewasa yang disebabkan oleh transmisi
horizontal memiliki resiko kronisitas hanya sebesar 5%.1
Berdasarkan imunopatogenesis Hepatitis B, infeksi kronis pada anak umumnya
bersifat asimtomatik. Di satu pihak, anak tersebut tidak menyadari bahwa dirinya sakit.
Di pihak lain, anak tersebut merupakan sumber penularan yang potensial.2
Hepatitis B merupakann penyebab utama kronisitas, yang kemudian dapat
menjadi sirosis dan kanker hati. Hal inilah yang kemudian menjadikan hepatitis B
menjadi masalah di dunia termasuk di Indonesia. Kejadian hepatitis B ini sangat berbeda
di berbagai tempat di dunia dan berdasarkan pemetaan yang dibuat oleh Badan Kesehatan
Dunia (WHO), Indonesia termasuk daerah dengan endemisitas sedang sampai tinggi.2

1
BAB II

LAPORAN KASUS

KASUS

IDENTITAS ORANG TUA


Ayah Ibu
Nama Tn. P Ibu P
Alamat Ds. Kanuna Kec.Kinovara Ds.Kanuna
Kec.Kinovara
Pendidikan terakhir SD SD
Pekerjaaan Buruh Harian lepas Ibu Rumah Tangga
Penghasilan - -
Pernikahan ke 1 1
Umur 46 tahun 43 tahun

IDENTITAS PASIEN
Nama : By. Ny. P
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 17 Januari2016
Tanggal masuk : 17 Januari2016

ANAMNESIS
Bayi laki-laki lahir di RSU Anutapura pada tanggal 17 Januari 2016 pk 17.20 dengan
persalinan normal LBK, cukup bulan, berat badan lahir 3300 gram dan panjang badan lahir
49 cm. Apgar skor 7/8, bayi lahirlangsung menangis , merintih (+),sianosis (-), sesak (-)
icterus (-). Air ketuban berwarna hijau kental. Mec/mic (+).
Riwayat maternal : usia ibu 43 tahun. Bayi merupakan anak empat,ibu melakukan
pemeriksaan ANC(+) 2x selama kehamilan.Riwayat sakit selama kehamilan di
sangkal. Di rumah, suaminya merokok. Selama hamil, aktivitas ibu kurang. Nafsu
makan dan gizi ibu selama hamil cukup. HbsAg(+).

2
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 138x/menit
Suhu : 35,50C
Respirasi : 56 x/menit
CRT : < 2 detik
Berat Badan : 3300 gram
Panjang badan : 49 cm
Lingkar Kepala : 36 cm
Lingkar Dada : 32 cm
Lingkar Lengan :9,5cm
Lingkar Perut :30 cm
 Sistem neurologi :
Aktivitas : aktif
Kesadaran : compos mentis
Fontanela : datar
Sutura : belum menutup
Ubun-ubun : tidak menonjol
Refleks cahaya : ada
Kejang : tidak ada
Tonus otot : normal
 Sistem pernapasan
Sianosis : tidak ada
Merintih : ada
Apnea : tidak ada
Retraksi dinding dada : tidak ada
Pergerakan dinding dada : simetris bilateral kanan dan kiri
Cuping hidung : tidak ada
Bunyi pernapasan : bronchovesicular +/+

3
Bunyi tambahan : wheezing -/-, rhonchi -/-.

Skor Down
Frekuensi Napas :0
Merintih :1
Sianosis :0
Retraksi :0
Udara Masuk :0
Total skor : 1 (tidak ada gawat napas)

 Sistem hematologi :
Pucat : tidak ada
Ikterus : tidak ada
 Sistem kardiovaskuler
Bunyi Jantung : SI dan SII murni reguler
Murmur : tidak ada
 Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen: tidak ada
Muntah : tidak ada
Diare : tidak ada
Residu lambung : tidak ada
Organomegali : tidak ada
Peristaltik : usus positif, kesan normal
 Sistem Genitalia.
Hipospadia : tidak ada
Hidrokel : tidak ada
Hernia : tidak ada
Anus imperforata : tidak ada
 Pemeriksaan lain
Ekstremitas : Akral hangat +/+

4
Turgor : kembali cepat
Kelainan kongenital : tidak ada
Skor BALLARD
a. Maturitas Neuromuskuler b. Maturitas Fisik
- Sikap Tubuh :3 - Kulit :2
- Persegi Jendela :3 - Lanugo :2
- Rekoil Lengan :4 - Permukaan Plantar : 3
- Sudut Poplitea :4 - Payudara : 4
- Tanda Selempang : 2 - Mata/telinga :3
- Tumit ke Kuping : 2 - Genitalia :3

Total skor : 35
Estimasi Umur Kehamilan : 38 - 40 minggu

Sesuai masa kehamilan

5
RESUME :
Bayi laki-laki lahir di RSU Anutapura pada tanggal 17 Januari 2016 pk 17.20 dengan
persalinan normal LBK, cukup bulan, berat badan lahir 3300 gram dan panjang badan lahir 49
cm. Apgar skor 7/8, bayi lahirlangsung menangis(+), merintih (+),sianosis (-), sesak (-) . Air
ketuban berwarna hijau kental. Mec/mic (+).
Riwayat maternal : usia ibu 43 tahun. Bayi merupakan anak empat,ibu melakukan
pemeriksaan ANC(+) 2x selama kehamilan. Riwayat sakit selama kehamilan di sangkal. Di
rumah, suaminyamerokok. Selama hamil, aktivitas ibu kurang. Nafsu makan dan gizi ibu
selama hamil cukup. HbsAg (+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Denyut jantung 138 x/menit, suhu 35,50C,
respirasi 56 x/menit, berat badan 3300 gram, skor down 1 (tidak ada gawat napas),
aktivitas aktif.

DIAGNOSIS : Bayi aterm (SMK)dari ibu HbsAg positif+ hipotermi


PENATALAKSANAAN
 Hangatkan bayi
 Isap lendir di mulut dan hidung
 Keringkan bayi dan bersihkan kemudian dilakukan stimmulasi pada bayi
 Mengklem dan memotong tali pusat kira-kira 2 menit setelah lahir
 Injeksi vitamin K (phytomenadion) 1 mg IM di paha kiri anterolateral
 1 Tetes mata gentamisin
 Incubator 33o C
 Rawat tali pusat
 HB00,5 ml IM di paha kanan anterolateral
 HBIG 0,5 ml

6
FOLLOW UP

18 Januari 2016 ( Perawatan hari 1)

S: Febris (-), retraksi dinding dada (-), sesak (-), sianosis (-) merintih (-) icterus (-)
Bab/Bak (+).
O: Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 125x/menit Suhu : 36,5 ºC
Pernapasan : 50x/menit CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan dinding
dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas aktif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela datar,
kejang (-).
Ekstremitas : akral hangat+/+
Pusat : Berbau dan basah
A: Bayi aterm (SMK) dari ibu HbsAg positif
P: ASI/ PASI

Perawatan tali pusat

19 Januari 2016 ( Perawatan hari 2)

S: Febris (-), retraksi dinding dada (-), sesak (-), sianosis (-) icterus (-) Bab/Bak (+).
O: Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 125x/menit Suhu : 36,5 ºC
Pernapasan : 50x/menit CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan dinding
dada simetris (+),

7
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas aktif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela datar,
kejang (-).
Ekstremitas : akral hangat+/+
Pusat : Berbau dan basah
A: Bayi aterm (SMK) dari ibu HbsAg positif
P: ASI/ PASI

Perawatan tali pusat

20 Januari 2016 ( Perawatan hari 3)

S: Febris (-), retraksi dinding dada (-), sesak (-), sianosis (-) icterus (-) Bab/Bak (+).
O: Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 128x/menit Suhu : 36,7 ºC
Pernapasan : 52x/menit CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan dinding
dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas aktif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela datar,
kejang (-).
Ekstremitas : akral hangat+/+
Pusat : Berbau dan basah
A: Bayi aterm (SMK) dari ibu HbsAg positif
P: ASI/ PASI

Perawatan tali pusat

8
DISKUSI

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan


pemeriksaan fisik. Pada kasus ini bayi aterm (SMK) dengan Hipotermi dari ibuHbsAg+.
Bayi aterm adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan
berat badan lahir antara 2500-4000. Di mana pada kasus ini setelah dilakukan ballard
skor di dapatkan skor 35 dengan estimasi kehamilan 38-40 minggu. Kemudian
berdasarkan kurva lubchenco bayi termasuk kedalam kategori sesuai masa kehamilan
(SMK).
Pada kasus ini juga bayi disertai dengan hipotermi dimana suhu badan dari bayi
saat lahir adalah 35,5oC. Berdasarkanteori hipotermi adalah suatu keadaan dimana suhu
tubuh bayi kurang dari 36,5oC pada pengukuran suhu ketiak. Hipotermi diklasifikasikan
menjadi 2 hipotermi sedang apabila suhu axilla 32oc -36,4oc dan hipotermi berat apabila
suhu axilla bayi <32oc.
Pada kasus bayi ini merupakan bayi dari ibu HbsAg+. HbsAg adalah singkatan
dari Heptitis B surface antigen. Yaitu suatu protein permukaan virus hepatitis B. Secara
laboratorium, pemeriksaan HbsAg adalah salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendeteksi adanya tanda-tanda penyakit hepatitis B. Apabila hasilnya positif atau disebut
HbsAg reaktif menunjukan adanya virus hepatits B dalam tubuh. Sedangkan hasil
negative berarti tidak ada virus. Sehingga pada kasus ini menunjukkan bahwa ibu dari
bayi ini adalah terinfeksi virus hepatitis B.1
Hepatitis merupakan penyakit hepar yang paling sering mengenai wanita hamil.
Hepatitis virus merupakan komplikasi yang mengenai 0,2 % dari seluruh kehamilan.
Kejadian abortus, IUFD dan persalinan preterm merupakan komplikasi yang paling
sering terjadi pada wanita hamil dengan infeksi hepatitis.Hepatitis dapat disebabkan oleh
virus, obat-obatan dan bahan kimia toksik dengan gejala klinis yang hampir sama.2

Infeksi virus hepatitis dapat menimbulkan masalah baik pada kehamilan,


persalinan, maupun pada bayi yang dilahirkan (vertikel transmission) yang nantinya
dapat menjadi pengidap hepatitis kronis dengan kemungkinan terjadinya kanker hati

9
primer atau sirosis hepatis setelah dewasa.Sampai saat ini telah diidentifikasi 6 tipe virus
hepatitis yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E dan G. Infeksi virus hepatitis yang paling
sering menimbulkan komplikasi dalam kehamilan adalah virus hepatitis B dan E (VHB &
VHE).2

Faktor resiko terbesar terjadinya infeksi HBV pada anak-anak adalah melalui
transfer perinatal dari ibu dengan status HBsAg positif. Resiko akan menjadi lebih besar
apabila sang ibu juga berstatus HbeAg positif. 70-90% dari anak-anak mereka akan
tumbuh dengan infeksi HBV kronis apabila tidak diterapi. Pada masa neonatus, antigen
Hepatitis B muncul dalam darah 2.5% bayi-bayi yang lahir dari ibu yang telah terinfeksi.
Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran infeksi dapat terjadi pula intra uterine. Dalam
beberapa kasus, antigenemia baru timbul kemudian. Hal ini menunjukkan bahwa infeksi
terjadi pada saat janin melewati jalan lahir. Virus yang terdapat dalam cairan amnion,
kotoran, dan darah ibu dapat merupakan sumber. Meskipun umumnya bayi yang lahir
dari ibu yang terinfeksi menjadi antigenemis sejak usia 2-5 tahun, adapula bayi-bayi yang
lahir dari ibu dengan HBsAg positif tidak terpengaruh hingga dewasa.3

Anak-anak yang mengidap infeksi kronis Hepatitis B memiliki resiko tinggi untuk
memiliki penyakit hati yang berat, termasuk karsinoma primer sel hati, seiring dengan
bertambahnya usia. Pada umumnya jarang terjadi karsinoma sel hati pada anak-anak
karena puncaknya adalah pada dekade ke-5 kehidupan, namun beberapa kasus dapat pula
terjadi pada anak-anak. Resiko tertinggi umumnya terjadi pada bayi-bayi yang terpapar
infeksi saat lahir atau pada awal-awal masa kanak-kanak.4

Transmisi pada neonatus pada umumnya adalah transmisi vertikal, artinya bayi
mendapat infeksi dari ibunya. Infeksi pada bayi dapat terjadi apabila ibu menderita
hepatitis akut pada trimester ketiga, atau bila ibu adalah karier HBsAg. Bila ibu
menderita Hepatitis pada trimester pertama, biasanya terjadi abortus. Transmisi virus dari
ibu ke bayi dapat terjadi pada masa intra uterine, pada masa perinatal, dan pada masa
postnatal.5

Kemungkinan infeksi pada masa intra uterine adalah kecil. Hal ini dapat terjadi
bila ada kebocoran atau robekan pada plasenta. Kita menduga infeksi adalah intra uterine

10
bila bayi sudah menunjukkan HBsAg positif pada umur satu bulan. Karena sebagaimana
diketahui masa inkubasi Hepatitis B berkisar antara 40-180 hari, dengan rata-rata 90
hari.6

Infeksi pada masa perinatal yaitu infeksi yang terjadi pada atau segera setelah
lahir adalah kemungkinan cara infeksi yang terbesar. Pada infeksi perinatal, bayi
memperlihatkan antigenemia pada umur 3-5 bulan, sesuai dengan masa inkubasinya.
Infeksi diperkirakan melalui “maternal-fetal microtransfusion” pada waktu lahir atau
melalui kontak dengan sekret yang infeksius pada jalan lahir.7

Infeksi postnatal dapat terjadi melalui saliva, air susu ibu rupanya tidak
memegang peranan penting pada penularan postnatal. Transmisi vertikal pada bayi
kemungkinan lebih besar terjadi bila ibu juga memiliki HbeAg. Antigen ini berhubungan
dengan adanya defek respon imun terhadap HBV, sehingga memungkinkan tetap terjadi
replikasi virus dalam sel-sel hepar. Hal ini menyebabkan kemungkinan terjadinya infeksi
intra uterin lebih besar.6,7

Etiologi
Terjadinya Hepatitis B disebabkan oleh VHB yang terbungkus serta mengandung
genoma DNA (Deoxyribonucleic acid) melingkar. Virus ini merusak fungsi liver dan
terus berkembang biak dalam sel-sel hati (Hepatocytes). Akibat serangan ini sistem
kekebalan tubuh kemudian memberi reaksi dan melawan. Kalau berhasil maka virus
dapat terbasmi habis. Tetapi jika gagal virus akan tetap tinggal dan menyebabkan
Hepatitis B kronis (si pasien sendiri menjadi carrier atau pembawa virus seumur
hidupnya). Dalam seluruh proses ini liver mengalami peradangan.4

Sumber Penularan
VHB mudah ditularkan kepada semua orang. Penularannya dapat melalui darah atau
bahan yang berasal dari darah, cairan semen (sperma), lendir kemaluan wanita (Sekret
Vagina), darah menstruasi. Dalam jumlah kecil HBsAg dapat juga ditemukan pada Air
Susu Ibu (ASI), air liur, air seni, keringat, tinja, cairan amnion dan cairan lambung.4

11
Cara Penularan

Ada dua macam cara penularan Hepatitis B, yaitu transmisi vertikal dan transmisi
horisontal.
a. Transmisi vertikal
Penularan terjadi pada masa persalinan (Perinatal). VHB ditularkan dari ibu
kepada bayinya yang disebut juga penularan Maternal Neonatal. Penularan cara ini
terjadi akibat ibu yang sedang hamil terserang penyakit Hepatitis B akut atau ibu
memang pengidap kronis Hepatitis B.
b. Transmisi horisontal
Adalah penularan atau penyebaran VHB dalam masyarakat. Penularan terjadi
akibat kontak erat dengan pengidap Hepatitis B atau penderita Hepatitis B akut. Misalnya
pada orang yang tinggal serumah atau melakukan hubungan seksual dengan penderita
Hepatitis B.

Cara penularan paling utama di dunia ialah dari ibu kepada bayinya saat proses
melahirkan. Kalau bayinya tidak divaksinasi saat lahir bayi akan menjadi carrier seumur
hidup bahkan nantinya bisa menderita gagal hati dan kanker hati. Selain itu penularan
juga dapat terjadi lewat darah ketika terjadi kontak dengan darah yang terinfeksi virus
Hepatitis B.5

Gejala dan Tanda


Munculnya gejala ditentukan oleh beberapa faktor seperti usia pasien saat terinfeksi,
kondisi kekebalan tubuh dan pada tingkatan mana penyakit diketahui. Gejala dan tanda
antara lain:
a. Mual-mual (Nausea)
b. Muntah – muntah (Vomiting) disebabkan oleh tekanan hebat pada liver sehingga
membuat keseimbangan tubuh tidak terjaga
c. Diare
d. Anorexia yaitu hilangnya nafsu makan yang ekstrem dikarenakan adanya rasa mual
e. Sakit kepala yang berhubungan dengan demam, peningkatan suhu tubuh

12
f. Penyakit kuning (Jaundice) yaitu terjadi perubahan warna kuku, mata, dan kulit

Kelompok yang Rentan


Adapun kelompok yang rentan terkena Hepatitis B adalah :
a. Anak yang baru lahir dari ibu yang terkena Hepatitis B
b. Tinggal serumah atau berhubungan seksual dengan penderita Hepatitis B
c. Mereka yang tinggal atau sering bepergian ke daerah endemis Hepatitis B
Pencegahan Hepatitis B

Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui program imunisasi. Imunisasi adalah upaya
untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman
yang telah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubuh yang diharapkan dapat
menghasilkan zat antibodi yang pada saatnya nanti digunakan untuk melawan kuman
atau bibit penyakit yang menyerang tubuh.

Pada dasarnya jadwal imunisasi Hepatitis B sangat fleksibel sehingga tersedia


berbagai pilihan untuk menyatukannya ke dalam program imunisasi terpadu. Namun
demikian ada beberapa hal yang perlu diingat :

1. Minimal diberikan sebanyak 3 kali

2. Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir

3. Jadwal imunisasi dianjurkan adalah 0, 1, 6 bulan karena respons antibodi paling


optimal

Jadwal imunisasi Hepatitis B yaitu :

1. Imunisasi hepB-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir

2. Imunisasi hepB-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi hepB-1 yaitu
saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapat respons imun optimal, interval imunisasi
hepB-2 dengan hepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepB-3
diberikan pada umur 3-6 bulan

13
Pemberian imunisasi Hepatitis B berdasarkan status HBsAg ibu pada saat melahirkan
adalah :

1. Bayi yang lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg-nya mendapatkan 5 mcg
(0,5 mL) vaksin rekombinan atau 10 mcg (0,5 mL) vaksin asal plasma dalam waktu 12
jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur
6 bulan. Kalau kemudian diketahui ibu mengidap HBsAg positif maka segera berikan 0,5
mL HBIg (sebelum anak berusia satu minggu)

2. Bayi yang lahir dari ibu HBsAg positif mendapatkan 0,5 mL HBIg dalam waktu 12
jam setelah lahir dan 5 mcg (0,5 mL) vaksin rekombinan. Bila digunakan vaksin berasal
dari plasma, diberikan 10 mcg (0,5 mL) intramuskular dan disuntikkan pada sisi yang
berlainan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6
bulan

3. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif diberi dosis minimal 2,5 mcg (0,25
mL) vaksin rekombinan, sedangkan kalau digunakan vaksin berasal dari plasma,
diberikan dosis 10 mcg (0,5 mL) intramuskular pada saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis
kedua diberikan pada umur 1-4 bulan, sedangkan dosis ketiga pada umur 6-18 bulan.3

Vaksin hepB diberikan kepada semua orang termasuk wanita hamil, bayi baru
lahir, pasien dengan immunocompromised, yaitu pasien dengan kelainan sistem imunitas
seperti penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)

Efek samping yang mungkin timbul dapat berupa reaksi lokal ringan seperti rasa
sakit pada bekas suntikan dan reaksi peradangan. Reaksi sistemik kadang timbul berupa
panas ringan, lesu, dan rasa tidak enak pada saluran cerna. Gejala di atas akan hilang
spontan dalam beberapa hari.6

Diagnosis
Tes serologis antigen komersil tersedia untuk mendeteksi HBsAg dan HBeAg,
dimana Hepatitis B surface antigen akan terdeteksi selama masa infeksi akut. Jika
infeksi yang terjadi bersifat self-limited, maka HBsAg telah hilang sebelum serum
anti-HBs terdeteksi (menandakan window period dari infeksi)5

14
Jika seorang wanita yang akan melahirkan memiliki riwayat Hepatitis B akut
tepat sebelum atau saat kehamilannya, maka wanita tersebut akan dites segera saat
melahirkan, jika tes dilakukan 6 bulan atau lebih dari sejak wanita tersebut sakit,
maka tes dibutuhkan untuk menentukan status HBsAg yang terakhir (imun atau
karier), terutama jika tes sebelumnya belum lengkap. Wanita hamil dengan status
HBsAg negatif, namun dicurigai memiliki riwayat kontak Hepatitis B, maka status
HBsAg wanita tersebut harus diperiksa segera setelah melahirkan.5
Diagnosis serologis
1. Adanya HBsAg dalam serum tanpa adanya gejala klinik menunjukkan bahwa
penderita adalah pembawa HBsAg, yang merupakan sumber yang penting untuk
penularan.
2. Adanya HbeAg dalam serum memberi petunjuk adanya daya penularan yang besar.
Bila ia menetap lebih dari 10 minggu, merupakan petunjuk terjadinya proses
menahun atau menjadi pembawa virus.
3. Adanya anti HBc IgM dapat kita pakai sebagai parameter diagnostik adanya HBV
yang akut, jadi merupakan stadium infeksi yang masih akut.
4. Adanya anti HBc IgG dapat dipakai sebagai petunjuk adanya proses penyembuhan
atau pernah mengalami infeksi dengan HBV.
5. Adanya anti HBsAg menunjukkan adanya penyembuhan dan resiko penularan
menjadi berkurang dan akan memberi perlindungan pada infeksi baru.
6. Adanya anti HbeAg pertanda prognosis baik.
Skrining untuk HBsAg maternal pada ibu karier merupakan salah satu
pemeriksaan rutin antenatal. Walaupun tidak ada bukti bahwa infeksi HBV kronis
memiliki efek samping terhadap kehamilan, namun ditemukan bahwa infeksi HBV
kronis berhubungan dengan beberapa peningkatan kejadian pada fetal distress,
kelahiran prematur, dan peritonitis akibat aspirasi mekonium. Patofisiologi pada
fenomena ini belum jelas, namun faktor perbedaan etnik dan aktifitas penyakit pada
ibu karier HBsAg juga berperan.
Kriteria ibu mengidap Hepatitis B kronis:

15
1. Bila ibu mengidap HBsAg positif untuk jangka waktu lebih dari 6 bulan dan tetap
positif selama masa kehamilan dan melahirkan.
2. Bila status HBsAg positif disertai dengan peningkatan SGOT/SGPT, ,maka status
ibu adalah pengidap Hepatitis B.
3. Bila disertai dengan peningkatan SGOT/SGPT pada lebih dari lebih dari 3 kali
pemeriksaan dengan interval pemeriksaan antara 2-3 bulan, maka status ibu adalah
penderita Hepatitis B kronis.
4. Status HBsAg positif tersebut dapat disertai dengan atau tanpa HbeAg positif.
Penatalaksanaan bayi dengan ibu HbsAg positif
Pada umumnya bayi dengan ibu HBsAg+ memiliki nilai Apgar 1 menit dan 5
menit yang lebih rendah dibandingkan bayi normal. Hal ini dimungkinkan karena
adanya kecenderungan bahwa bayi dengan ibu HBsAg+ lahir prematur sebelum 34
minggu.
Status Bayi dgn berat >= 2000 gram Bayi dengan berat < 2000 gram
Maternal
HbsAg (+) Vaksin Hepatitis B dan HBIG dalam Vaksin Hepatitis B dan HBIG
positif 12 jam setelah kelahiran dalam 12 jam setelah kelahiran
Vaksinasi sebanyak 3 kali, yaitu Vaksinasi sebanyak 4 kali, yaitu
pada usia 0, 2, dan 6 bulan pada usia 0, 1, 2-3 bulan, dan 6-7
bulan
Periksa kadar anti HBs dan HBsAg Periksa kadar anti HBs dan
pada usia 9 dan 15 bulan HBsAg pada usia 9 dan 15 bulan
Jika HBsAg dan anti HBs pada bayi Jika HBsAg dan anti HBs pada
negatif (-), berikan vaksinasi ulang 3 bayi negatif (-), berikan vaksinasi
kali dengan interval 2 bulan, ulang 3 kali dengan interval 2
kemudian kembali periksa. bulan, kemudian kembali periksa
Jika kadar Vaksin Hepatitis B (dalam 12 hari) Vaksin Hepatitis B dan HBIG
HBsAg tidak dan HBIG (dalam 7 hari) jika hasil dalam 12 jam.
diketahui tes menunjukkan ibu HBsAg +.
Segera periksa kadar HBsAg ibu Jika hasil tes HbsAg ibu belum

16
diketahui dalam 12 jam, berikan
bayi vaksin HBIG.
HBsAg Sebaiknya tetap lakukan vaksinasi Vaksinasi Hepatitis B pertama
negatif (-) Hepatitis B segera setelah lahir dalam 30 hari setelah kelahiran
jika keadaan klinis baik.
Vaksinasi 3 kali pada usia 0-2 bulan, Vaksinasi 3 kali pada usia 1-2
1-4 bulan, dan 6-18 bulan. bulan, 2-4 bulan, dan 5-18 bulan.
Vaksinasi kombinasi Hepatitis B Vaksinasi kombinasi Hepatitis B
lainnya dapat diberikan dalam lainnya dapat diberikan dalam
waktu 6-8 minggu. waktu 6-8 minggu
Tidak diperlukan tes ulang terhadap Tidak diperlukan tes ulang
kadar anti HBs dan HbsAg terhadap kadar anti HBs dan
HbsAg

Apabila status HBsAg ibu tidak diketahui, maka bayi preterm dan BBLR harus
divaksin Hepatitis B dalam 12 jam pertama setelah kelahirannya. Karena reaksi
antibodi bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2000 gram masih kurang bila
dibandingkan dengan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2000 gram, maka
bayi-bayi kecil tersebut juga harus mendapat vaksin HBIG dalam 12 jam pertama
setelah kelahirannya. Bayi-bayi dengan berat badan lahir 2000 gram atau lebih
dapat menerima vaksin HBIG secepatnya setelah status HBsAg positif ibu
diketahui, namun sebaiknya vaksin diberikan sebelum tujuh hari setelah kelahiran
bayi tersebut.8
Apabila diketahui bahwa ibu dengan HBsAg positif, maka seluruh bayi
preterm, tidak tergantung berapapun berat badan lahirnya, harus menerima vaksin
Hepatitis dan HBIG dalam 12 jam setelah kelahirannya. Bayi dengan berat badan
lahir 2000 gram atau lebih dapat menerima vaksin Hepatitis B sesuai dengan
jadwal, namun tetap harus diperiksakan kadar antibodi anti-HBs dan kadar HBsAg
nya dalam jangka waktu 3 bulan setelah melengkapi vaksinasinya. Jika kedua tes
tersebut memberikan hasil negatif, maka bayi tersebut dapat diberikan tambahan 3

17
dosis vaksin Hepatitis B (ulangan) dengan interval 2 bulan dan tetap memeriksakan
kadar antibodi anti-HBs dan HBsAg nya. Jika kedua tes tersebut tetap memberikan
hasil negatif, maka anak tersebut dikategorikan tidak terinfeksi Hepatitis B, namun
tetap dipertimbangkan sebagai anak yang tidak berespon terhadap vaksinasi. Tidak
dianjurkan pemberian vaksin tambahan.8
Bayi dengan berat badan kurang dari 2000 gram dan lahir dari ibu dengan
HBsAg positif mendapatkan vaksinasi Hepatitis B dalam 12 jam pertama setelah
kelahiran, dan 3 dosis tambahan vaksin Hepatitis B harus diberikan sejak bayi
berusia 1 bulan. Vaksin kombinasi yang mengandung komponen Hepatitis B belum
diuji keefektifannya jika diberikan pada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg
positif. Semua bayi dengan ibu HBsAg positif harus diperiksan kadar antibodi
terhadap antigen Hepatitis B permukaan (anti-HBS, atau Hepatitis B surface
antigen) dan HBsAg pada usia 9 bulan dan 15 bulan, sesudah melengkapi serial
imunisasi HBV. Beberapa pendapat mengatakan bahwa tes serologis terhadap
antigen dan antibodi tersebut dapat dilakukan 1-3 bulan setelah selesai
melaksanakan serial imunisasi Hepatitis B.8
Menurut meta-analisis terkini pemberian segera vaksin baik berupa
rekombinan maupun vaksin plasma yang diikuti pengulangan pada bulan kedua dan
keenam sejak kelahiran bayilahir dari ibu dengan HBsAg positif dapat mengurangi
kejadian dari Hepatitis B bila dibandingkan dengan pemberian placebo (RR 0,28,
95% CI 0,20-0,40), sedangkan vaksinasi ditambah pemberian HBIg mengurangi
kejadian lebih banyak lagi (RR 0,54, 95% CI 0,41-0,73). Angka dari penelitian ini
menegaskan pemberian vaksinasi dapat menurunkan kejadian sebanyak hampir
30%, sedangkan pemberian vaksin ditambah HBIg dapat menurunkan angka
kejadian hingga 50%.8
Banyak alasan yang mendukung pemberian vaksin Hepatitis tersebut. Bayi-
bayi preterm yang dirawat di rumah sakit seringkali terpapar oleh berbagai produk
darah melalui prosedur-prosedur bedah yang secara teoritis tentu saja meningkatkan
predisposisi terkena infeksi. Pemberian vaksin lebih awal juga akan memperbaiki
jika status maternal HBsAg positif dan juga menghindarkan terpaparnya bayi dari

18
anggota keluarga lainnya yang juga HBsAg positif. Hal ini juga menyingkirkan
kemungkinan adanya demam yang disebabkan oleh pemberian vaksin lainnya.8
Usia kehamilan kurang bulan dan kurangnya berat badan lahir bukan
merupakan pertimbangan untuk menunda vaksinasi Hepatitis B. Beberapa ahli
menganjurkan untuk tetap melakukan tes serologis 1-3 bulan setelah melengkapi
jadwal imunisasi dasar.4
Imunisasi sesuai jadwal pada anak-anak dengan suspek kontak positif adalah
cara preventif utama untuk mencegah transmisi. Untuk mengurangi dan
menghilangkan terjadinya transmisi Hepatitis B sedini mungkin, maka dibutuhkan
imunisasi yang sifatnya universal. Secara teoritis, vaksinasi Hepatitis B dianjurkan
pada semua anak sebagai bagian dari salah satu jadwal imunisasi rutin, dan semua
anak yang belum divaksinasi sebelumnya, sebaiknya divaksin sebelum berumur 11
atau 12 tahun8
Imunoprofilaksis dengan vaksin Hepatitis B dan Imunoglobulin Hepatitis B
segera setelah terjadinya kontak dapat mencegah terjadinya infeksi setelah terjadi
kontak dengan virus Hepatitis B. Sangat penting dilakukan tes serologis pada
semua wanita hamil untuk mengidentifikasi apakah bayi yang dikandung
membutuhkan profilaksis awal, tepat setelah kelahirannya untuk mencegah infeksi
Hepatitis B yang terjadi melalui transmisi perinatal.8
Bayi yang menjadi karier HBV kronis karena imunoprofilaksis yang tidak
sempurna, kemungkinan besar terinfeksi saat berada dalam kandungan, atau ibu
bayi tersebut memiliki jumlah virus yang sangat banyak atau terinfeksi oleh virus
yang telah bermutasi dan lolos dari vaksinasi. Apabila infeksi telah terjadi
transplasenta, vaksin HBIg dan HBV tidak dapat mencegah infeksi.8

19
BAB III
KESIMPULAN

Faktor resiko terbesar terjadinya infeksi HBV pada bayi dan anak-anak adalah
melalui transfer perinatal dari ibu dengan status HBsAg positif.Transmisi virus dari ibu
ke bayi dapat terjadi pada masa intra uterine, pada masa perinatal, dan pada masa
postnatal.Imunisasi sesuai jadwal pada orang-orang dengan suspek kontak positif adalah
cara preventif utama untuk mencegah transmisi.Bayi preterm maupun aterm yang lahir
dari ibu dengan HBsAg positif, maka tidak tergantung berapapun berat badan lahirnya,
harus menerima vaksin Hepatitis dan HBIG dalam 12 jam setelah kelahirannya

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Coleman PF, 2006, Detecting Hepatitis B Surface Antigen


Mutants,http://www.medscape.com/viewarticle/522896_4 , 29 Juli 2006
2. Freij BJ, Sever JL. 1999, Hepatitis B. In: Avery GB, Fletcher MA, MacDonald MG,
eds. Neonatology, Pathophysiology and Management of the Newborn. 5th
ed. Philadelphia: Lippincott-Williams and Wilkins; p1146-9.
3. Hidayat B, 2001, Hepatitis B. In:Ranuh IGN et.al., Buku Imunisasi di Indonesia,
1st ed.IDAI: Jakarta, p83-6
4. Kusumobroto H., 2003, Pandangan Terkini Hepatitis Virus B dan C dalam Praktek
Klinik, http://www.pgh.or.id/RSH03_dl.html , 29 Juli 2006
5. Lu CY, et.al., 2004, Waning immunity to plasma-derived hepatitis B vaccine and the
need for boosters 15 years after neonatal
vaccination,http://www.natap.org/2004/HBV/121304_04.htm#top , 29 Juli 2006
6. Pujiarto PS, et.al., 2000, Bayi Terlahir dari Ibu Pengidap Hepatitis B, eds. Sari
Pediatri, Vol.2. no.1, IDAI,Roshan, Mohammad-Reza Hassanjani MD., 2005,
Efficacy of HBIG and Vaccine in Infants of HbsAg Positive Carrier
Mothers,http://www.ams.ac.ir/AIM/0251/contents0251.htm , 29 Juli 2006
7. Ranuh IGN, 2014, Vaksin Hepatitis B, IDAI, http;//idai.or.id/publicarticles/klinik/
imunisasi
8. Snyder JD, Pickering LK. Viral hepatitis. In: Kliegman RM, Jenson HB, 2000,
eds.Nelson Textbook of Pediatrics. 16th ed. Philadelphia: WB Saunders; p768-73.

21

Anda mungkin juga menyukai