Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Abnormalitas bawaan susunan saraf pusat adalah salah satu kelompok dari kasus cacat
kongenital yang paling menonjol dengan frekuensi 3-4% dari seluruh kasus abortus spontan dan
kira-kira 1 dari 200 kelahiran hidup. Secara menyeluruh kecacatan susunan saraf bawaan
mempunyai varian kompleksitas gabungan beberapa faktor etiologis seperti abnormalitas
kromosom, kelainan genetik, dan faktor lainnya. Berdasarkan patoembriologik dibagi atas tiga
kelompok anomali yaitu : (1) malformasi perkembangan, (2) defek tabung neural, dan (3)
hidrosefalus

Meningokel adalah salah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina bifida. Meningokel
adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu
benjolan berisi cairan dibawah kulit. Spina bifida adalah suatu celah pada tulang belakang
(vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal
terbentuk secara utuh.1

Meningokel terbentuk saat meninges berherniasi melalui defek pada lengkung vertebra
posterior. Medulla spinalis biasanya normal dan menerima posisi normal pada medulla spinalis,
meskipun mungkin terlambat, ada siringomielia, atau diastematomielia. Massa linea mediana
yang berfluktuasi yang dapat bertransiluminasi terjadi sepanjang kolumna vertebralis, biasanya
berada dipunggung bawah. Sebagian meningokel tertutup dengan baik dengan kulit dan tidak
mengancam penderita.2

Penyebab spesifik dari meningokel atau spina bifida belum diketahui. Banyak faktor
seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam terjadinya defek ini. Tuba neural
umumnya lengkap empat minggu setelah konsepsi. Hal-hal berikut ini telah ditetapkan sebagai
faktor penyebab; kadar vitamin maternal rendah, termasuk asam folat, mengonsumsi klomifen
dan asam valfroat, dan hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50% defek tuba
neural dapat dicegah jika wanita bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi termasuk
asam folat.2

1
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Tanggal Masuk : 21-01-2016 jam 19:15


Nama : Bayi Ny. U M
Tanggal Lahir : 20-01-2016 jam 11:13
Jenis kelamin : Perempuan

II. Anamnesis
Bayi perempuan berusia 1 hari rujukan dari RS. Nasanapura masuk Rumah Sakit dengan
keluhan adanya benjolan pada dahi kiri. Bayi lahir tanggal 20-01-2016 jam 11:13 wita sc a/i
KPD (ketuban Pecah Dini). Bayi cukup bulan, dengan berat badan lahir bayi 3200 gram, dan
panjang badan lahir bayi 48 cm. Apgar skor 7/9. Air ketuban berwarna putih keruh.
Riwayat maternal : G2P1A0, saat hamil ibu usia 31 tahun. ANC dilakukan sebanyak 3 kali
selama kehamilan. Riwayat demam selama kurang lebih 3 hari pada awal kehamilan dan
mengkonsumsi obat paracetamol. Ibu tidak merokok selama hamil. Saat hamil aktivitas ibu
kurang, nafsu makan ibu salama hamil baik.

III. Pemeriksaan Fisik


DJ : 128 x/menit T : 37ºC
R : 44 x/menit CRT : < 2 detik

Berat Badan : 3200 gram LK: 34 cm LD: 31 cm

Panjang Badan : 48 cm LL: 10 cm LP: 32cm

2
1. Sistem Pernapasan
 Sianosis : tidak ada
 Merintih : tidak ada
 Apnea : tidak ada
 Retraksi Dinding Dada : tidak ada
 Pergerakan Dinding Dada : Simetris Bilateral
 Cuping Hidung : tidak ada
 Stridor : tidak ada
 Bunyi Napas : Bronchovesikular (+/+)
 Bunyi Tambahan : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

 Skor DOWN

 Frekuensi Napas : 0
 Retraksi :0
 Sianosis :0
 Udara Masuk :0
 Merintih :0
Total Skor :0
Kesimpulan : Tidak ada gawat napas

2. Sistem Kardiovaskuler
 Bunyi Jantung : BJ I dan BJ II reguler
 Murmur : tidak ada

3. Sistem Hematologi
 Pucat : tidak ada
 Ikterus : tidak ada

3
4. Sistem Gastrointestinal
 Kelainan Dinding Abdomen : tidak ada
 Muntah : tidak ada
 Diare : tidak ada
 Residu Lambung : tidak ada
 Organomegali : tidak ada
 Bising usus : + Kesan normal
 Umbilikus
 pus : tidak ada
 Warna Kemerahan : tidak ada
 Edema : tidak ada

5. Sistem Saraf
 Aktivitas : Aktif
 Kesadaran : Compos mentis
 Fontanela : Datar
 Sutura : Memisah
 Kejang : Tidak ada
 Tonus Otot : Normal

6. Sistem Genitalia
 Anus Imperforata : tidak ada
 Keluaran : tidak ada

7. Pemeriksaan lain
Ekstremitas : akral hangat+/+
Turgor : <2 detik
Kelainan Kongenital : Terdapat benjolan pada dahi kiri dengan ukuran ±3-4cm, konsistensi
lunak, bentuk bulat dan berwarna hitam pada bagian ujung benjolan
tersebut.
4
8. Skor Ballard
Maturitas fisik
Sikap tubuh :4 kulit :2
Persegi jendela :3 lanugo :1
Recoil lengan :4 payudara :2
Sudut 5ystem5cr : 5 Mata/telinga :3
Tanda selempang : 3 Genital :3
Tumit ke kuping : 2 permukaan plantar : 4
Skor : 36
Minggu : 38-40 minggu
Interpretasi : Bayi aterm

Menurut kurva diatas, didapatkan bahwa bayi sesuai masa kehamilan (SMK)

5
IV. Resume
Bayi perempuan berusia 1 hari rujukan dari RS. Nasanapura masuk Rumah Sakit
dengan keluhan adanya benjolan pada dahi kiri. Bayi cukup bulan, dengan berat badan lahir
bayi 3200 gram, dan panjang badan lahir bayi 48 cm. Apgar skor 7/9. Air ketuban berwarna
putih keruh.
Riwayat maternal : G2P1A0, saat hamil ibu usia 31 tahun. ANC dilakukan sebanyak 3
kali selama kehamilan. Riwayat demam pada awal kehamilan dan mengkonsumsi obat
paracetamol. Ibu tidak mengkonsumsi 6ystem6 ataupun merokok selama hamil. Saat hamil
aktivitas ibu kurang, nafsu makan ibu salama hamil baik.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan denyut jantung 128x/menit, suhu 37ºC, respirasi
44x/menit, skor downe 0 (tidak ada gawat napas), skor ballard 36 (estimasi kehamilan 38-40
minggu) bayi tergolong SMK berdasarkan kurva Lubchenso. Pada pemeriksaan wajah
Terdapat benjolan pada dahi kiri dengan ukuran ±3-4cm, konsistensi lunak, bentuk bulat dan
berwarna hitam pada bagian ujung benjolan tersebut.

V. DIAGNOSIS : Bayi aterm + Meningokel

VI. Terapi
- Menjaga kehangatan bayi
- Melakukan penilaian pernapasan, frekuensi jantung, dan warna kulit
- Memantau kondisi bayi
- Asi/ Pasi 5 cc/3 jam
- IVFD D 5% 6 Tpm

VII. Anjuran
- Darah rutin, GDS, CT scan.

6
Pemeriksaan penunjang (tanggal 21 januari 2016)
GDS 103 mg/dL
WBC 22,88 103/mm3 (↑)
RBC 4,51 106/mm3
HGB 15,9 g/dL
HCT 48,9 %
PLT 152 103/mm3

 Di lakukan pemeriksaan ct scan

FOLLOW UP

22 januari 2016
S : benjolan pada dahi, sesak (-), febris (-), icterus (-) mec/mix (+/+),
O: DJ,= : 114x/menit, R: 58x/menit, S: 36,9 ºC, BB: 3200 gram

Keadaan umum : sedang

Sistem pernapasan : sianosis (-), merintih (-), apneu (-), retraksi dinding dada (-),
pergerakan dinding dada simetris (+).

System kardiovaskuler : BJ murni regular (+), murmur (-)

System hematologi : pucat (-)

System gastrointestinal : kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-)

System saraf : aktifitas aktif, kesadaran komposmentis, kejang (-)

Hasil Pemeriksaan Ct scan ( kesan : meningokel)

A: bayi aterm + meningokel


P : ASI/PASI 12cc/3 jam
Inj. Ampicilin 2x100 mg
Inj. Gentamicin 2x6mg

7
23 januari 2016
S : adanya benjolan pada bayi, sesak (-), febris (-), icterus (-) mec/mix (+/+),
O: DJ,= : 124x/menit, R: 42x/menit, S: 36,6 ºC, BB: 3200 gram

Keadaan umum : sedang

Sistem pernapasan : sianosis (-), merintih (-), apneu (-), retraksi dinding dada (-),
pergerakan dinding dada simetris (+).

System kardiovaskuler : BJ murni regular (+), murmur (-)

System hematologi : pucat (-)

System gastrointestinal : kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-)

System saraf : aktifitas aktif, kesadaran komposmentis, kejang (-)

Pemeriksaan penunjang (tanggal 23 januari 2016)


WBC 12,75 103/mm3
RBC 4,55 106/mm3
HGB 16,0 g/dL
HCT 47,3 %
PLT 238 103/mm3

A: bayi aterm + meningokel


P : ASI/PASI 15 cc/3 jam
Inj. Ampicilin 2x100 mg
Inj. Gentamicin 2x6mg

24 Januari 2016
S : adanya benjolan pada bayi, sesak (-), febris (-), icterus (-) mec/mix (+/+),
O: DJ,= : 116x/menit, R: 54x/menit, S: 36,5 ºC, BB: 3200 gram

Keadaan umum : sedang

Sistem pernapasan : sianosis (-), merintih (-), apneu (-), retraksi dinding dada (-),
pergerakan dinding dada simetris (+).

8
System kardiovaskuler : BJ murni regular (+), murmur (-)

System hematologi : pucat (-)

System gastrointestinal : kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-)

System saraf : aktifitas aktif, kesadaran komposmentis, kejang (-)

A: bayi aterm + meningokel


P : ASI/PASI 18 cc/3 jam
Inj. Ampicilin 2x100 mg
Inj. Gentamicin 2x6mg

25 Januari 2016
S : adanya benjolan pada bayi, sesak (-), febris (-), icterus (-) mec/mix (+/+),
O: DJ,= : 140x/menit, R: 48x/menit, S: 37,1 ºC, BB: 3200 gram

Keadaan umum : sedang

Sistem pernapasan : sianosis (-), merintih (-), apneu (-), retraksi dinding dada (-),
pergerakan dinding dada simetris (+).

System kardiovaskuler : BJ murni regular (+), murmur (-)

System hematologi : pucat (-)

System gastrointestinal : kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-)

System saraf : aktifitas aktif, kesadaran komposmentis, kejang (-)

Anjuran : pemeriksaan foto thorax untuk rencana operasi keesokan harinya

A: bayi aterm + meningokel


P:
ASI/PASI 20cc/3 jam
Inj. Ampicilin 2x100 mg
Inj. Gentamicin 2x6mg

9
26 Januari 2016
S : adanya benjolan pada bayi, sesak (-), febris (-), icterus (-) mec/mix (+/+),
O: DJ,= : 140x/menit, R: 58x/menit, S: 37,1 ºC, BB: 3100 gram

Keadaan umum : sedang

Sistem pernapasan : sianosis (-), merintih (-), apneu (-), retraksi dinding dada (-),
pergerakan dinding dada simetris (+).

System kardiovaskuler : BJ murni regular (+), murmur (-)

System hematologi : pucat (-)

System gastrointestinal : kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-)

System saraf : aktifitas aktif, kesadaran komposmentis, kejang (-)

A: bayi aterm + meningokel


P:
ASI/PASI 22cc/ 3 jam
Inj. Ampicilin 2x100 mg
Inj. Gentamicin 2x6mg

Operasi di batalkan karena hasil foto thorax belum ada.


27 Januari 2016
S : adanya benjolan pada bayi, sesak (-), febris (-), icterus (-) mec/mix (+/+),
O: DJ,= : 140x/menit, R: 58x/menit, S: 37,1 ºC, BB: 3100 gram

Keadaan umum : sedang

Sistem pernapasan : sianosis (-), merintih (-), apneu (-), retraksi dinding dada (-),
pergerakan dinding dada simetris (+).

System kardiovaskuler : BJ murni regular (+), murmur (-)

System hematologi : pucat (-)

System gastrointestinal : kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-)

System saraf : aktifitas aktif, kesadaran komposmentis, kejang (-)

10
A: bayi aterm + meningokel

P : ASI/PASI 25cc/3 jam


Inj. Ampicilin 2x100 mg
Inj. Gentamicin 2x6mg

Hasil pemeriksaan thorax : bronkopneumonia (+)


Operasi ditunda sampai bronkopneumonia disingkirkan.

28 Januari 2016
S : adanya benjolan pada bayi, sesak (-), febris (-), icterus (-) mec/mix (+/+),
O: DJ,= : 130x/menit, R: 58x/menit, S: 36,5 ºC, BB: 3100 gram

Keadaan umum : sedang

Sistem pernapasan : sianosis (-), merintih (-), apneu (-), retraksi dinding dada (-),
pergerakan dinding dada simetris (+).

System kardiovaskuler : BJ murni regular (+), murmur (-)

System hematologi : pucat (-)

System gastrointestinal : kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-)

System saraf : aktifitas aktif, kesadaran komposmentis, kejang (-)

A: bayi aterm + meningokel


P : ASI/PASI 27cc/3 jam
Inj. Ampicilin 2x100 mg
Inj. Gentamicin 2x6mg

29 Januari 2016
S : adanya benjolan pada bayi, sesak (-), febris (-), icterus (-) mec/mix (+/+),
O: DJ,= : 145x/menit, R: 58x/menit, S: 36,4 ºC, BB: 3100 gram

Keadaan umum : sedang

11
Sistem pernapasan : sianosis (-), merintih (-), apneu (-), retraksi dinding dada (-),
pergerakan dinding dada simetris (+).

System kardiovaskuler : BJ murni regular (+), murmur (-)

System hematologi : pucat (-)

System gastrointestinal : kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-)

System saraf : aktifitas aktif, kesadaran komposmentis, kejang (-)

A: bayi aterm + meningokel


P:
ASI/PASI 30cc/3 jam
Inj. Ampicilin 2x100 mg
Inj. Gentamicin 2x6mg

30 Januari 2016
S : adanya benjolan pada bayi, sesak (-), febris (-), icterus (-) mec/mix (+/+),
O: DJ,= : 136x/menit, R: 58x/menit, S: 36,8 ºC, BB: 3100 gram

Keadaan umum : sedang

Sistem pernapasan : sianosis (-), merintih (-), apneu (-), retraksi dinding dada (-),
pergerakan dinding dada simetris (+).

System kardiovaskuler : BJ murni regular (+), murmur (-)

System hematologi : pucat (-)

System gastrointestinal : kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-)

System saraf : aktifitas aktif, kesadaran komposmentis, kejang (-)

A: bayi aterm + meningokel


P : ASI/PASI 32cc/3 jam
Inj. Ampicilin 2x100 mg
Inj. Gentamicin 2x6mg

12
31 Januari 2016
S : adanya benjolan pada bayi, sesak (-), febris (-), icterus (-) mec/mix (+/+),
O: DJ,= : 138x/menit, R: 56x/menit, S: 36,6 ºC, BB: 3200 gram

Keadaan umum : sedang

Sistem pernapasan : sianosis (-), merintih (-), apneu (-), retraksi dinding dada (-),
pergerakan dinding dada simetris (+).

System kardiovaskuler : BJ murni regular (+), murmur (-)

System hematologi : pucat (-)

System gastrointestinal : kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-)

System saraf : aktifitas aktif, kesadaran komposmentis, kejang (-)

A: bayi aterm + meningokel


P : ASI/PASI 35cc/3 jam
Inj. Ampicilin 2x100 mg
Inj. Gentamicin 2x6mg

1 februari 2016 : Orang tua meminta pulang atas permintaan sendiri.

13
DISKUSI

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang . Pada kasus ini bayi aterm (SMK) dengan meningokel.
Bayi aterm adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat badan
lahir antara 2500-4000. Di mana pada kasus ini setelah dilakukan ballard skor di dapatkan skor
36 dengan estimasi kehamilan 38-40 minggu. Kemudian berdasarkan kurva lubchenco bayi
termasuk kedalam kategori sesuai masa kehamilan (SMK).
Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis melalui spina bifida
dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan. Pembengkakan kistis ini ditutupi oleh kulit yang
yang sangat tipis.1
a. Definisi
Meningokel adalah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina bifida. Meningokel adalah
meningens yang menonjol melaluivertebrata yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan
berisi cairan dibawah kulit. Angka kejadiannya 3 dari 1000 kelahiran.2
Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis melalui spina bifida
dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan. Pembengkakan kistis ini ditutupi oleh kulit yang
sangat tipis. Pada kasus tertentu kelainan ini dapat dikoreksi dengan pembedahan. Pembedahan
terdiri dari insisi meningokel dan penutupan dura meter. Kemudian kulit diatas cacat ditutup.
Hidrosefalus kemungkinan merupakan komplikasi yang memerlukan drainase.2
Anencefali dan meningokel terjadi karena kekurangan asam folat.
Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering terjadi. Biasanya
terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di daerah servikal atau daerah torakal
sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis
(dalam durameter tidak terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan
menjadi normal sesudah operasi.3
Meningokel adalah penyakit kongenital dari kelainan embriologis yang disebut neural
tube defect (NTD) yaitu adanya defek pada penutupan spina yang berhubungan dengan
pertumbuhan yang abnormalnya korda spinalis atau penutupannya.2

14
b. Etiologi/penyebab
Penyebab spesifik dari meningokel atau belum diketahui. Banyak factor seperti keturunan
dan lingkungan diduga terlibat dalam terjadinya defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat
minggu setelah konsepsi. Hal-hal berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor penyebab; kadar
vitamin maternal rendah, termasuk asam folat: mengonsumsi klomifen dan asam valfroat: dan
hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural dapat dicegah jika
wanita bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi, termasuk asam folat.5
Kelainan konginetal SSP yang paling sering dan penting ialah defek tabung neural yang
terjadi pada 3-4 per 100.000 lahir hidup. Bermacam-macam penyebab yang berat menentukan
morbiditas dan mortalitas, tetapi banyak dari abnormalitas ini mempunyai makna klinis yang
kecil dan hanya dapat dideteksi pada kehidupan lanjut yang ditemukan secara kebetulan.
Gangguan pembentukan komponen janin saat dalam kandungan.5
Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada korda
spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi pada bagian tubuh yang
dipersarafi oleh saraf tersebut atau bagian bawahnya.6

c. Tanda dan gejala


Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar
saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang
lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis atau akar saraf
yang terkena.6
Gejala pada spina bifida okulta: - seberkas rambut pada daerah sakral
Gejala pada umumnya berupa penonjolan seperti kantung dipunggung tengah sampai
bawah pada bayi baru lahir. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki, penurunan
sensasi, inkontinesia uri maupun inkontinensia tinja. Korda spinalis yang tekena rentan terhadap
infeksi (meningitis).6
· Gangguan persarafan
· Gangguan mental
· Gangguan tingkat kesadaran

15
d. Deteksi prenatal
Terdapat kemungkinan untuk menentukan adanya beberapa NTD terbuka selama masa
prenatal. Pemindaian ultrasuara pada uterus dan peningkatan konsentrasi alfafetoprotein (AFP),
suatu gamma, globulin yang spesifik pada fetus, dalam cairan amnion mengindikasikan adanya
arensefali atau mielomeningokel. Waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan diagnostic ini
adalah pada usia gestasi 16 dan 18 minggu, sebelum konsentrasi AFP yang normalnya menurun,
dan pada saat yang tepat untuk melakukan aborsi terapeutik. Pengambilan sampel virus koronik
(chorionic villus sampling, CVS) juga merupakan pemeriksaan untuk diagnostik NTD pada masa
prenatal.7

Prosedur diagnostic di atas direkomendasikan untuk semua ibu yang telah melahirkan anak
dengan gangguan ini dan dan pemeriksaan ditawarkan bagi semua wanita hamil. Selain itu,
rencana kelahiran dengan sesar dapat menurunkan disfungsi motorik.7

e. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada trimester
pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple screen. Tes ini
merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindrom down, dan kelainan bawaan lainnya.5
Sebanyak 85% wanita yang mengandung bayi spina bifida, akan memiliki kadar serum
alfa petoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif yang palsu tinggi, karena itu jika
hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan
USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina bifida. Kadang dilakukan amniosentesis.
Setelah bayi lahir dilakukan pemeriksaan rontgen tulang belakang untuk menentukan luas
dan lokasi kelainan, pemeriksaan USG tulang belakang bias menunjukkan adanya kelainan pada
korda spinalis maupun vertebrata, serta pemeriksaan CT-Scan atau MRI tulang belakang kadang-
kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan lokasi kelainan.5

f. Penatalaksanaan
Tujuan dari pengobatan awal meningokel adalah mengurangi kerusakan saraf,
meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi), serta membantu keluarga dalam menghadapi
kelainan ini.

16
Pembedahan dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah rupture. Perbaikan dengan
pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi hidrosefalus dilakukan pada saat
kelahiran. Pencangkokan kulit diperlakukan bila lesinya besar. Antibiotic profilaktik diberikan
untuk mencegah meningitis. Intervensi keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya
disfungsi dan berat ringannya disfungsi tersebut pada berbagai system tubuh.5
Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat fungsi
otot. Untuk mengobati dn mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan lainnya diberikan
antibiotic. Untuk membantu memperlancar aliran kemih bias dilakukan penekanan lembut diatas
kandung kemih. Pada kasus yang berat kadang harus dilakukan pemasangan kateter. Diet kaya
serat dan program pelatihan buang air besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran
pencernaan.5
Untuk mengatasi gejala muskulo skeletal (otot dan kerangka tubuh) perlu campur tangan
dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik. Keleinan saraf lainnya diobati sesuai dengan
jenis dan luasnya gangguan fungsi yang terjadi. Kadang-kadang pembedahan shunting untuk
memperbaiki hidrosefalus.5
Seksio sesarae terencana, sebelum melahirkan, dapat mengurangi kerusakan neurologis
yang terjadi pada bayi dengan defek korda spinalis.
Penatalaksanaan:
1. Sebelum dioperasi, bayi dimasukkan kedalam incubator dengan kondisi tanpa baju.
2. Bayi dalam posisi telungkup atau tidurjika kantungnya besar untuk mencegah infeksi.
3. Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah dan ahli ortopedi, dan ahli urologi, terutama
untuk tidakan pembedahan, dengan sebelumnya melakukan informed consent
Lakukan pengamatan dengan cermat terhadap adanya tanda-tanda hidrosefalus (dengan
mengukur lingkar kepala setiap hari) setelah dilakukan pembedahan atau juga kemungkinan
terjadinya meningitis (lemah, tidak mau minum, mudah terangsang, kejang dan ubun-ubun akan
besar menonjol). Selain itu, perhatikan pula banyak tidaknya gerakan tungkai dan kaki, retensi
urin dan kerusakan kulit akibat iritasi urin dan feses.

17
g. Pencegahan
Risiko dapat dikurangi dengan mengonsumsi asam folat. Kekurangan asam folat pada
seorang wanita harus dikoreksi sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat
dini. Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk mengonsumsi asam folat
sebanyak 0.4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.6

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Betz, Cecily L,dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
2. Ernawati,2011, Jurnal Spina Difida from: http : //elib . fk . uwks . ac. Id asset
/archieve/jurnal/vol1.no2.Juli2011/SPINA%20BIFIDA.pdf
3. FKUI. Ilmu Kesehatan Anak jilid 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1985.
4. Hariarti, M, Yunanto, A, Usman, A, Saroso, GI. Buku Ajar Neonatologi edisi I. Jakarta:
IDAI, 2008.
5. Fkui, 2009. Farmakologi dan terapi. FKUI, Jakarta.
6. Herdiana Y. Asam Folat Cegah Bayi Lahir Cacat. Available at http://neuro-
ugm.com/index.php?option=com_content&task=view&id=31&Itemid=2. Accesed on August
2011.
7. Kliegman, RM. Janin dan Bayi Neonatus, in Behrman, RE, Kliegman, R, Arvin, AM. (Eds.):
Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1. Jakarta: EGC, 2000.

19

Anda mungkin juga menyukai