Anda di halaman 1dari 57

REFLEKSI KASUS

“TATALAKSANA ANESTESI PADA PASIEN YANG DILAKUKAN


SECTIO CAESARIA DENGAN HIPOTONIA UTERI”

BULAN PUTRI PERTIWI


N 111 15 013

PEMBIMBING KLINIK
dr. FARIDNAN, Sp.An
PENDAHULUAN

2
Pendahuluan
 Di negara maju, pasien sudah terbiasa mendapatkan
analgetika untuk mengurangi rasa sakit pada saat
persalinan, yaitu dengan penggunaan anestesia lokal dan
umum.
 Sectio Caesaria adalah suatu tindakan pembedahan
dengan melakukan irisan pada dinding abdomen dan
uterus yang bertujuan untuk melahirkan bayi.
 Pemberian anastesi pada seksio sesarea memerlukan
beberapa pertimbangan, tidak seperti pembedahan pada
umumnya. Ahli anastesi secara bersamaan harus
memberikan obat yang aman terhadap 2 individu yaitu ibu
dan anak sekaligus.
TINJAUAN PUSTAKA

4
FISIOLOGI KEHAMILAN
Sistem
Pernapasan

Transfer Obat
Ke Janin Sistem
Melalui Kardiovaskuler
Plasenta

SSP Sistem
Gastrointestinal
ATONIA/HIPOTONIA UTERI
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus
tidak dapat berkontraksi dengan baik

Sehingga dapat menyebabkan perdarahan


setelah post partum.

Banyaknya darah yang hilang akan


mempengaruhi keadaan umum pasien.

Pasien bisa masih dalam keadaan sadar, sedikit


anemis atau sampai syok hipovolemik berat.
ANASTESIA REGIONAL
Analgesi/blok epidural
(lumbal) : sering digunakan
untuk persalinan per
vaginam.

Anestesi spinal : sering


digunakan untuk persalinan
per abdominam/sectio
cesarea.
ANASTESIA SPINAL

Anestesi spinal adalah


pemberian obat ke dalam ruang
subarachnoid. Anestesi spinal
diperoleh dengan cara
menyuntikkan anestetik lokal
ke dalam ruang subarachnoid.
Anestesi spinal (anestesi
subaraknoid) disebut juga
sebagai analgesi/blok spinal
intradural atau blok intratekal.
Indikasi Anestesi Spinal
1. Operasi ekstrimitas bawah (operasi jaringan lunak, tulang
atau pembuluh darah).
2. Operasi di daerah perineal : Anal, rectum bagian bawah,
vaginal, dan urologi.
3. Abdomen bawah : Hernia, usus halus bagian distal,
appendik, rectosigmoid, kandung kencing, ureter distal, dan
ginekologis
4. Abdomen atas : Kolesistektomi, gaster, kolostomi
transversum. Tetapi spinal anestesi untuk abdomen bagian
atas tidak dapat dilakukan pada semua pasien sebab dapat
menimbulkan perubahan fisiologis yang hebat.
5. Seksio Sesarea (Caesarean Section).
6. Prosedur diagnostik yang sakit, misalnya anoskopi, dan
sistoskopi.
Kontraindikasi Anastesi Spinal

Relatif
Absolut
• Infeksi pada tempat • Infeksi sistemik
suntikan • Infeksi sekitar tempat
• Hipovolemia berat suntikan
• Koagulopati/mendapat • Kelainan neurologis
terapi antikoagulan • Kelainan psikis
• TIK meningkat • Bedah lama
• Fasilitasi resusitasi dan • Penyakit jantung
obat-obat yang minim • Nyeri punggung kronik
• Kurang pengalaman
• Pasien menolak
Teknik Anestesi Spinal
Medulla spinalis berakhir di
vertebra L2, karena ditakutkan
menusuk medulla spinalis saat
penyuntikan, maka spinal
anestesi umumnya dilakukan
setinggi L4-L5, L3-L4, L2-L3
LAPORAN KASUS

12
IDENTITAS PASIEN
– Nama : Ny. J
– Jenis Kelamin : Perempuan
– Usia : 29 tahun
– Berat Badan : 50 kg
– Agama : Islam
– Alamat : Ds. Puejadi
– Diagnosis : G2P1A0 gravid aterm + bekas
SC 1x
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien
pada tanggal 6 April 2017, pukul 14.10 WITA di RSU Anutapura
Palu.
– Keluhan utama : Nyeri perut tembus
belakang
– Riwayat penyakit sekarang :
Pada anamnesis didapatkan pasien mengeluh nyeri perut
tembus belakang, dirasakan pagi hari sebelum masuk RS.
Keluhan tidak disertai pelepasan lendir, darah maupun air.
Keluhan tidak disertai dengan mual, muntah, pusing, sakit
kepala dan tidak ada demam. BAB dan BAK baik dan lancar.
ANAMNESIS
– Riwayat penyakit dahulu:
- Riwayat asma disangkal
- Riwayat alergi makanan dan obat disangkal
- Riwayat operasi SC pada anak pertama tahun 2015

– Riwayat penyakit keluarga:


Riwayat asma, alergi dan riwayat penyakit yang sama
dengan pasien disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
– B1 (Breath): Airway : clear, gurgling/snoring/crowing:-/-/-,
potrusi mandibular (-), buka mulut 5 cm, jarak mentohyoid 6 cm,
jarak hyothyoid (6,5 cm), leher pendek (-), gerak leher bebas,
tenggororok (T1-1), faring hiperemis (-), RR: 20 x/mnt, SP:
Vesikuler, ST(-), Mallampati : 1, massa (-), gigi geligi lengkap.
Riwayat asma (-) alergi (-), batuk (-), sesak (-)

– B2 (Blood): Akral: hangat, TD: 100/70 mmHg, HR : 78 x/mnt,


reguler, T/V kuat/cukup, bunyi jantung S1 dan S2 murni regular,
masalah pada sistem cardiovaskuler (-).
PEMERIKSAAN FISIK
– B3 (Brain): Kesadaran: Compos Mentis, Pupil: isokor Ø 3 mm /
3mm, RCL +/+, RCTL +/+. Defisit neurologis (-). Masalah pada
sistem neuromuskuloskeletal (-).
– B4 (Bladder): BAK (+), volume : 50 cc/jam , warna : kuning
jernih.
– B5 (bowel): Abdomen: tampak datar, peristaltik (+) dbn, mual (-
), muntah (-).
– B6 Back & Bone : Oedem pretibial (-)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hasil Lab Nilai Normal
Hematologi (07 April 2017)
Hemoglobin 10,3 11,5-16,0 g/dL
Leukosit 16 4000-10.000/L
Hematokrit 31,8 37-47%
Eritrosit 4,6x106 3,80-5,80x106/
Trombosit 190.000 150.000-500.000/L
MCV 68,8 80-100 µm3
MCH 22,3 27,0-32,0 pg
MCHC 32,4 32,0-36,0 g/dl
RDW 14 11,0-16,0 %
MPV 9 6,0-11,0 µm3
CT 8.00 4-12 menit
BT 3.00 1-4 menit
Gol. Darah O
Kimia Klinik (14 Maret 2017)
GDS 128 70-140 mg/dL
Seroimmunologi (18 Maret 2017)
HbsAg Negatif Negatif
KESAN ANASTESI

Perempuan 29 tahun G2P1A0 gravid


aterm + bekas SC 1x dengan ASA I.
PLANNING
PRE-OPERATIF
Anamnesis Pre Operasi (06/04/2017) :
 Autoanamnesis pada pasien.
 Allergies : Pasien tidak mempunyai riwayat
alergi makanan dan obat-obatan
 Medications : -
 Past Medical History: Operasi SC pada tahun
2015 atas indikasi KPD
PLANNING

Di Ruangan :
• KIE (+), Surat persetujuan operasi (+),
surat persetujuan tindakan anestesi (+),
site mark (+)
• Puasa: (+) 6-8 jam preop
• Persiapan Whoole blood (+) 1 bag Gol. O
• IVFD RL 28 tpm selama puasa
PLANNING
Di Kamar Operasi :
Hal-hal yang perlu dipersiapkan di kamar operasi
antara lain adalah:
• Meja operasi dengan asesoris yang diperlukan
• Mesin anestesi dengan sistem aliran gasnya
• Alat-alat resusitasi (STATICS)
• Obat-obat anestesia yang diperlukan.
• Obat-obat resusitasi, misalnya; adrenalin,
atropine, aminofilin, natrium bikarbonat dan
lain-lainnya.
PLANNING
Di Kamar Operasi :
• Tiang infus, plaster dan lain-lainnya.
• Alat pantau tekanan darah, suhu tubuh, dan
EKG dipasang.
• Alat-alat pantau yang lain dipasang sesuai
dengan indikasi, misalnya; “Pulse Oxymeter”
dan “Capnograf”.
• Kartu catatan medic anestesia
• Selimut penghangat khusus untuk bayi dan
orang tua.
PLANNING
S Scope Stetoscope untuk mendengarkan suara paru dan jantung.
Laringo-Scope: pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai
dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.

T Tubes Pipa trakea, pilih sesuai ukuran pasien.

A Airways Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa


hidung-faring (nasi-tracheal airway). Pipa ini menahan lidah
saat pasien tidak sadar untuk mengelakkan sumbatan jalan
napas.
T Tapes Plaster untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau
tercabut.
I Introducer Mandarin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel)
yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa
trakea mudah dimasukkan. Pada pasien ini tidak digunakan
introducel atau stilet.
C Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anastesia.

S Suction Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya.


LAPORAN ANASTESI

1. Diagnosis Pra Bedah


G2P1A0 gravid aterm + Bekas SC 1 x
2. Diagnosis Pasca Bedah
P2A0 post partum SC atas indikasi bekas SC 1x
3. Penatalaksanaan Preoperasi
a. Infus RL 500 cc
4. Penatalaksanaan Anestesi
a.Jenis Pembedahan : SCTP
b.Jenis Anestesi : Regional Anestesi
c. Teknik Anestesi : Sub Arachnoid Block
LAPORAN ANASTESI
d. Mulai Anestesi : 07 April 2017, pukul 11.50 WITA
e. Mulai Operasi : 07 April 2017, pukul 12.05 WITA
f. Premedikasi : Ondansentron 4 mg/iv
Ranitidin 50 mg
g. Induksi : Bupivacaine Hyperbaric 0,5% sebanyak 10 mg
h. Medikasi tambahan : Ceftriaxone 1 gr
Ephedrin 3 mg
Methylergometrine 0,2 mg
Oxytocin 10 IU
Ketorolac 30 mg
Petidin 50 mg
Dexametasone 10 mg
i. Maintanance : O2 3 lpm
j. Respirasi : Pernapasan spontan
k. Posisi : Supine
l. Cairan Durante Operasi : RL 1500 ml + Gelafusin 500 ml
m. Pemantauan Tekanan Darah dan HR : Terlampir
n. Selesai operasi : 13.05 WITA
o. Selesai anastesi : 13.15 WITA
PLANNING
INTRA OPERATIF

Laporan Anestesi Durante Operatif


Jenis anestesi : Regional Anestesi
Teknik anastesi : Sub Arachnoid Block (SAB)
Lama anestesi : 11.50 – 13.15 (85 menit)
Lama operasi : 12.05 – 13.05 (60 menit)
Anestesiologi : dr. Ajutor Donny Tandiarrang, Sp.An
Ahli Bedah : dr. Heryani Hasanuddin Parewasi, Sp.OG
Posisi : Supine
Infus : 2 line di tangan kiri dan kanan
PLANNING
LAPORAN MONITORING OPERASI
Menit ke- Sistole Diastole Pulse SpO2 Obat yang diberikan
(mmHg) (mmHg) (x/m)
0 (11.50) 100 60 60 100% Bupivacine, ranitidine,
ondancentrone
5 (11.55) 100 60 60 Ceftriaxone
10 (12.00) 90 60 60 Ephedrine
15 (12.05) 92 58 60 99%
20 (12.10) 110 78 80 Oxytocin + Methergin
25 (12.15) 120 70 110 Oxytocin + Methergin
30 (12.20) 110 60 60 100% Oxytocin + Methergin
35 (12.25) 115 70 80 Dexamethasone
40 (12.30) 120 60 90 Oxytocin + Methergin
45 (12.35) 105 60 100 99% Petidin
50 (12.40) 110 65 100
55 (12.45) 130 70 100
60 (12.50) 120 55 105 99%
65 (12.55) 110 75 85
70 (13.00) 115 75 105
75 (13.05) 135 70 80 100%
80 (13.10) 130 70 85
85 (13.15) 120 70 80
PLANNING
PLANNING

 TERAPI CAIRAN :
BB : 50 kg
EBV : 65 cc/kg BB x 50 kg = 3.250 cc
Jumlah perdarahan : ± 1500 cc
% perdarahan : 1500/3.250 x 100% = 46,15 %
Pemberian Cairan
Cairan masuk : Cairan keluar :
Pre operatif : kristaloid RL 500 cc Urin ± 300 cc
Durante operatif : Perdarahan ± 1500 cc
Kristaloid RL 1500 cc
Koloid Gelafusin 500 cc
Total input cairan : 2000 cc Total output cairan : ± 1800 cc
PLANNING
PERHITUNGAN CAIRAN
Input yang diperlukan selama operasi :
 Cairan Maintanance (M) : (4x10) + (2x10) + (1x30) = 90 ml/jam
 Cairan defisit pengganti puasa (P) : lama puasa x maintenance =
8 x 90 = 720 ml – 500 ml (cairan yang masuk saat puasa) = 220 ml
 Stress Operasi Besar : 8 cc x 50 kg = 400 cc
 Cairan defisit urin dan darah selama 85 menit = urin + darah =
300 + (1500 x 3) = 4800 ml
 Total kebutuhan cairan selama 2 jam operasi = (90x2) + 220 + 400
+ 4800 = 5600 ml
PLANNING
PERHITUNGAN CAIRAN

Cairan masuk :
Kristaloid : 1.500 ml
Koloid : 500 ml
Whole blood : -
Total cairan masuk : 2.000 ml

Keseimbangan kebutuhan:
Cairan masuk – cairan dibutuhkan = 2000 ml – 5600 ml
= - 3600 ml
PLANNING
Perhitungan cairan pengganti darah :
Transfusi + 3x cairan kristaloid = volume perdarahan
0 + 3x = 1500 cc
3x = 1500 cc
Untuk mengganti kehilangan darah 1500 cc diperlukan
± 4.500 cairan kristaloid.

Idealnya, untuk perdarahan 1.500 cc dengan EBV


46,15% termasuk kategori kelas IV perdarahan dan
membutuhkan terapi kristaloid dan darah (3:1).
PLANNING
POST OPERATIF

Pemantauan di Post Anasthesia Care Unit (PACU):


• Tensi, nadi, pernapasan, aktivitas motorik.
• Beri O2 3L/menit nasal canul.
• Berikan antibiotik profilaksis, antiemetic, H2 reseptor
bloker dan analgetik
• Bila Bromage Score ≤ 2 boleh pindah ruangan.
• Bila mual (-), muntah (-), peristaltik usus (+), boleh
makan dan minum sedikit – sedikit.
PLANNING
POST OPERATIF

Perintah di ruangan :
• Awasi tanda vital (tensi, nadi, pernapasan tiap ½ jam)
• Bila kesakitan beri analgetik.
• Bila mual atau muntah, beri injeksi Ondansetron 4 mg iv
• Program cairan : infus RL 20 tetes/menit
• Program analgetik : injeksi Ketorolac 30 mg iv tiap 8 jam, mulai
pukul 13.00 WITA
• Selama 24 jam post operasi, pasien tidur dengan bantal tinggi
(30o), tidak boleh berdiri atau berjalan.
• Bila tekanan darah sistole < 90 mmHg, beri injeksi ephedrin 10
mg iv diencerkan.
• Bila HR < 60x/menit, beri SA 0,5 mg dan konsul anestesi.
• Bila sakit kepala hebat berkepanjangan, konsul anestesi.
PEMBAHASAN

36
Kriteria ASA (Kriteria fisik untuk menilai Pada kasus ini, pasien Ny. J, 29 tahun
kesehatan pasien sebelum operasi) terbagi datang ke ruang operasi untuk menjalani
atas: operasi SCTP pada tanggal 07 April 2017
 ASA I pasien sehat organik, fisiologik, dengan diagnosis pre operatif G2P1A0
psikiatri, biokimia. Gravid aterm + bekas SC 1x. Persiapan
 ASA II pasien dengan penyakit sistemik operasi dilakukan pada tanggal 06 April
ringan atau sedang. 2017. Dari anamnesis terdapat keluhan
 ASA III pasien dengan penyakit sistemik nyeri perut tembus belakang tanpa tanda
berat, sehingga aktivitas rutin terbatas. pelepasan dirasakan sejak pagi SMRS.
 ASA IV pasien dengan penyakit sistemik Pemeriksaan fisik dari tanda vital
berat, sehingga tak dapat melakukan didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg;
aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan nadi 78x/menit; respirasi 20x/menit; suhu
ancaman kehidupannya setiap saat. 36,6OC. Dari pemeriksaan laboratorium
 ASA V pasien sekarat yang diperkirakan hematologi: Hb 10,3 g/dl; golongan darah O;
dengan atau tanpa pembedahan hidupnya GDS: 128 mg/dl dan HBsAg(-). Dari hasil
tidak akan lebih dari 24 jam. anamnesis, pemeriksaan fisik dan
 ASA VI donor atau transplantasi pemeriksaan penunjang disimpulkan
bahwa tidak didapatkan adanya penyulit
(E) Menandakan kasus emergensi berupa gangguan organik.

KATEGORI ASA I
Salah satu indikasi teknis anestesi spinal
adalah Seksio Sesarea.

 Kontraindikasi Absolut SA adalah Pasien didiagnosa dengan G2P1A0 gravid


Gangguan pembekuan darah, sepsis, aterm + bekas SC 1x. Pasien akan
tekanan intrakranial yang meningkat,
bila pasien menolak, dermatitis kronis menjalani SC dengan teknik spinal
atau infeksi kulit di daerah tusukan, anestesi karena prosedur sederhana,
penyakit sistemis, hipotensi.
paparan obat minimal, dan ibu sadar
serta pasien tidak memiliki
 Kontraindikasi relatif SA adalah
pasien dengan perdarahan, problem di kontraindikasi absolut dan relatif dari
tulang belakang, anak-anak, pasien spinal anestesi.
tidak, kooperatif, psikosis.
Pada pasien ini obat anestesi yang digunakan
adalah bupivakain hyperbaric 0,5% dengan
dosis 15 mg. Bupivakain bekerja menstabilkan
membran neuron dengan cara menginhibisi
perubahan ionik secara terus menerus yang
diperlukan dalam memulai dan menghantarkan
impuls. Kemajuan anestesi yang berhubungan
dengan diameter, mielinisasi, dan kecepatan
hantaran dari serat saraf yang terkena
menunjukkan urutan kehilangan fungsi sebagai
berikut: otonomik, nyeri, suhu, raba,
propriosepsi, tonus otot skelet. Eliminasi
bupivakain terjadi di hati dan melalui
pernafasan (paru-paru).
Pada menit ke-10 pemberian obat
anestesi pasien ini mengalami penurunan Pada pasien ini hipotensi ditangani
tekanan dimana tekanan darah pasien dengan memberikan infuse cairan
90/60 mmHg, kondisi tersebut merupakan kristaloid secara cepat serta efedrin
komplikasi yang sering terjadi pada sebanyak 3 mg secara intravena. Namun
pemberian anestesi spinal. Dimana dapat pula pemberian cairan kristaloid
penurunan tekanan darah biasanya sebanyak 500 cc sebelum pemberian
terjadinya pada 10 menit pertama setelah anestesi spinal untuk mencegah
suntikan, sehingga tekanan darah perlu terjadinya hipotensi. Efedrin yang
diukur setiap 2 menit selama periode ini. diberikan masuk ke dalam sitoplasma
Jika tekanan darah sistolik turun ujung saraf adrenergik dan mendesak
dibawah 75 mmHg (10 kPa), maka kita NE keluar. jantung. Denyut jantung
harus bertindak cepat untuk menghindari mungkin tidak berubah akibat refleks
cedera pada ginjal, jantung dan otak. kompensasi vagal terhadap kenaikan
Hipotensi terjadi karena vasodilatasi, tekanan darah.
akibat blok simpatis, makin tinggi blok
makin berat hipotensi.
Pada pasien ini terjadi hipotonia. Hipotonia/atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus
tidak dapat berkontraksi dengan baik, sehingga dapat menyebabkan perdarahan setelah post
partum. Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan post partum dini (50%).
Diagnosis atonia uteri dapat ditegakkan jika bayi dan plasenta lahir dan ternyata perdarahan
masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih
dengan kontraksi uterus yang sangat lembek.

Teknik B-Lynch dikenal juga dengan “brace suture”, ditemukan oleh Christopher B-Lynch pada tahun
1997, sebagai tindakan operatif alternatif untuk mengatasi perdarahan post partum akibat atonia uteri.
Selama operasi juga perlu Kebutuhan cairan maintenance
dimonitoring kebutuhan cairan, 90 cc/jam ditambah defisit
dimana perkiraan berat badan puasa 220 cc, ditambah stress
pasien adalah 50 kg, maka operasi besar 400 cc ditambah
estimated blood volume = 65 output urine 300 cc dan
cc/kgBB x 50 kg = 3250 cc perdarahan 1.500 cc (1 cc darah
(estimated blood volume untuk diganti dengan 3 cc cairan
orang dewasa perempuan 65 kristaloid) 4800 cc sehingga
cc/KgBB). Jumlah perdarahan total cairan pengganti yang
yang terjadi durante operasi dibutuhkan durante operasi
adalah sekitar 1500 cc (46,15%). adalah 5600 cc.
Idealnya, untuk perdarahan 1.500 cc dengan EBV
46,15% termasuk kategori kelas IV perdarahan dan
membutuhkan terapi kristaloid dan darah (3:1).
Perdarahan yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan kondisi syok hipovolemik. ‘Syok’
adalah keadaan berkurangnya perfusi organ dan
oksigenasi jaringan.

Pada pasien dalam keadaan ini paling sering


disebabkan oleh hipovolemia. Diagnosa syok
didasarkan tanda-tanda klinis: hipotensi,
takhikardia, takhipnea, hipothermi, pucat,
ekstremitas dingin, melambatnya pengisian kapiler
(capillary refill) dan penurunan produksi urine.
Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah
Perbandingan Antara Kristaloid dan Koloid

SIFAT-SIFAT KRISTALOID KOLOID


Berat molekul Lebih kecil Lebih besar
Distribusi Lebih cepat Lebih lama dalam sirkulasi
Faal hemostasis Tidak ada pengaruh Mengganggu
Penggunaan Untuk dehidrasi Pada perdarahan massif
Untuk koreksi Diberikan 2-3x jumlah Sesuai dengan jumlah
perdarahan perdarahan perdarahan
Alur Resusitasi pada Kasus Perdarahan
Ketika mekanisme kompensasi gagal,
syok hipovolemik terjadi pada rangkaian Tujuan utama dalam mengatasi syok
keadaan di bawah ini: hipovolemik adalah:
1. Penurunan volume cairan
intravascular
(1) Memulihkan volume intravascular
untuk membalik urutan peristiwa
2. Pengurangan venous return, yang sehingga tidak mengarah pada
menyebabkan penurunan preload dan perfusi jaringan yang tidak
stroke volume
adekuat.
3. Penurunan cardiac output
(2) Meredistribusi volume cairan, dan
4. Penurunan Mean Arterial Pressure
(MAP) (3) Memperbaiki penyebab yang
5. Kerusakan perfusi jaringan mendasari kehilangan cairan
secepat mungkin.
6. Penurunan oksigen dan pengiriman
nutrisi ke sel
7. Kegagalan multisistem organ
PREMEDIKASI
Ondansentron 4 mg yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya mual dan muntah. Ondansentron bekerja
sebagai antagonis selektif dan bersifat kompetitif
pada reseptor 5HT3, dengan cara menghambat
aktivasi aferen-aferen vagal sehingga menekan
terjadinya refleks muntah.

Ranitidin 50 mg merupakan salah satu obat yang


digunakan untuk masalah gangguan pecernaan
terutama yang terkait dengan asam lambung.
Ranitidin termasuk dalam golongan antihistamin,
lebih tepatnya disebut H2-
antagonis. Ranitidin digunakan untuk mengurangi
produksi asam lambung.
MEDIKASI TAMBAHAN

Sebagai analgetik digunakan Ketorolac Petidin merupakan agonis opioid sintetik yang
(berisi 30 mg/ml ketorolac bekerja pada reseptor opioid μ (mu) dan κ
tromethamine) sebanyak 1 ampul (1 ml) (kappa). Petidin mempunyai efek untuk
disuntikan iv. Ketorolac merupakan mengatasi menggigil melalui reseptor κ. Petidin
nonsteroid anti inflamasi (AINS) merupakan obat yang paling efektif dan sering
digunakan untuk mengatasi menggigil.

Dexametasone seperti kortikosteroid


lainnya memiliki efek anti inflamasi dan Ceftriaxone adalah golongan sefalosporin dengan
anti alergi dengan pencegahan spectrum luas, yang membunuh bakteri dengan
pelepasan histamine. menghambat sintesis dinding sel bakteri.
MEDIKASI TAMBAHAN
“Oxytocin”
Oxytocin merupakan hormon sintetik
yang diproduksi oleh lobus posterior Efek samping pemberian
hipofisis. Obat ini menimbulkan oksitosin sangat sedikit
kontraksi uterus yang efeknya ditemukan yaitu nausea dan
meningkat seiring dengan vomitus, efek samping lain
meningkatnya umur kehamilan dan yaitu intoksikasi cairan jarang
timbulnya reseptor oksitosin. ditemukan.
• Pada dosis rendah menguatkan
kontraksi dan meningkatkan
frekuensi. Dosis maksimum per hari
• Pada dosis tinggi menyebabkan tetani. yaitu tidak lebih dari tiga liter
• Oksitosin dapat diberikan secara IM larutan dengan oksitosin.
atau IV, untuk perdarahan aktif
diberikan lewat infus ringer laktat 20
IU perifer, jika sirkulasi kolaps bisa Farmakokinetik: waktu paruh
diberikan 10 IU intramiometrikal 1-9 menit.
(IMM).
MEDIKASI TAMBAHAN
“Methylergometrine”
a
Methilergometrine adalah obat a Efek samping yang sering terjadi dapat
golongan alkaloid ergot semi berupa nyeri kepala, hipertensi, ruam pada
sintetis yang mengandung zat aktif kulit, dan nyeri perut karena kontraksi
methylergonovine maleate. rahim yang kuat.

Obat ini bekerja pada otot polos


rahim secara langsung Onset kerja i.m 2-5 menit, iv segera.
meningkatkan tonus, frekuensi, Durasi im 3 jam, durasi iv 45 menit.
dan amplitudo dari ritme kontraksi
rahim.
Methergin bekerja cepat, yaitu Absorpsi cepat, distribusi iv terutama
sekitar 5-10 menit setelah diplasma dan cairan ekstrasel.
diminum.
Waktu paruh eliminasi bifasik, awal 1-5
Dosis maksimum per hari yaitu 1 menit, akhir 0,5-2 jam. T maks di serum,
mg atau 5 dosis. im 0,2 – 0,6 jam. Ekskresi lewat urine dan
Kontraindikasi pada pasien pre feses.
eklamsia, vitium cordis dan
hipertensi.
Skor Bromage untuk Pemantauan Post Operatif

Kriteria Nilai Skor

Gerakan penuh dari tungkai 0

Tidak mampu ekstensi tungkai 1

Tidak mampu fleksi lutut 2

Tidak mampu fleksi 3


pergelangan kaki
TOTAL

Jika Skor Bromage pasien 2 maka pasien boleh pindah ke ruangan perawatan.
Pemantauan Post Operasi

Pada pukul 13.05 WITA, pembedahan selesai dilakukan, dengan pemantauan akhir
TD 120/70mmHg; Nadi 80x/menit, dan SpO2 100%. Pembedahan dilakukan selama
85 menit dengan perdarahan ± 1500 cc. Pasien kemudian dibawa ke ruang
pemulihan (Recovery Room). Selama di ruang pemulihan, jalan nafas dalam
keadaan baik, pernafasan spontan dan adekuat serta kesadaran compos mentis.
Tekanan darah selama 15 menit pertama pasca operasi stabil yaitu 120/70 mmHg.
KESIMPULAN

54
Pemeriksaan pra anestesi memegang peranan penting pada setiap
operasi yang melibatkan anestesi. Pemeriksaan yang teliti
memungkinkan kita mengetahui kondisi pasien dan memperkirakan
masalah yang mungkin timbul sehingga dapat mengantisipasinya.

Pada kasus ini dilakukan penatalaksanaan anestesi spinal pada


operasi SCTP pada penderita perempuan, usia 29 tahun, status
fisik ASA I, dengan diagnosis G2P1A0 gravid aterm + bekas SC 1x.

Untuk mencapai hasil maksimal dari anestesi seharusnya


permasalahan yang ada diantisipasi terlebih dahulu sehingga
kemungkinan timbulnya komplikasi anestesi dapat ditekan
seminimal mungkin.

Dalam kasus ini selama operasi berlangsung, terjadi hipotonia uteri dan
perdarahan yang dihasilkan 1500 cc adapun resusitasi cairan yang
diberikan belum mencukupi. Mengingat perdarahan merupakan salah
satu kondisi yang dapat menyebabkan syok hipovolemik, pemantauan
tanda-tanda syok dan resusitasi yang optimal sangat diperlukan.
Selama di ruang pemulihan tidak terjadi hal yang memerlukan
penanganan serius. Secara umum pelaksanaan operasi dan penanganan
anestesi berlangsung dengan cukup baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Purmono A. Buku Kuliah Anastesi. EGC : Jakarta. 2015.
2. Mansjoer, A., et all. Anestesi Spinal pada Seksio sesarea. Catatan Anastesi. Media
Aesculapius. Makassar. 2010.
3. Liou, S., 2013. Spinal and Epidural Anesthesia. Diakses pada 8 April 2017 dari:
<http://www.nlm.nih. gov/medlineplus/ency/article/007413.htm>.
4. Hemant L., et all. 2015. Labor and Delivery, Analgesia, Regional and local. Diakses pada
8 April 2017 dari: <http://emedicine.medscape.com/article/ 149337-overview#showall>.
5. Sarwono. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo: Jakarta.
2008.
6. Yarnell et al. 2015. Pain Relief for Labor and Delivery. Diakses pada 8 April 2017 dari:
<http://emedicine.medscape.com/article/2140720-overview?src= emailthis>.
7. Gunawan, S. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. FKUI: Jakarta. 2007.
8. Mangku, Senapathi. Buku Ajar Ilmu Anastesia dan Reanimasi. Indeks: Jakarta. 2009.
9. Dewi, Rahayu. Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik. Berita Ilmu Kedokteran. Vol. 2.
No.2. 2010. Diakses pada 8 April 2017 dari: <http://journals.ums.ac.
id/index.php/BIK/article/download/3799/2459>.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai