Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

SPINAL ANESTESI PADA TURP

Oleh : 
Preseptor :
Muhammad Naufal Arif, S.Ked
dr. Anna Millizia, M.Ked (An), Sp. An
2106111005

BAGIAN/SMF ILMU ANESTESIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2022
PENDAHULUAN
 Trans ureteral Resection Of Prostate  Pada Operasi TURP dari segi
(TURP) merupakan operasi yang anesthesiology dapat dikerjakan
paling sering dilakukan kedua secara anestesi umum dan anestesi
setelah katarak pada pria diatas 65 local tertentu. Masing-masing
tahun. Berbagai cara telah dilakukan pendekatan memiliki keuntungan
oleh urologist untuk dapat mengerti dan kekurangan tertentu. Pada
dan mencegah berbagai komplikasi berbagai Negara maju telah menjadi
yang berasal dari prosedur sebuah kesepakatan bahwa dalam
endoskopi, namun ternyata insidensi tindakan operative TURP yang
terjadinya komplikasi masih digunakan adalah anestesi regional
meningkat dan menghantui pada yaitu anestesi spinal.
urologist.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. TT
 Umur : 54 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 MR : 00.36.68
 Alamat : Desa Babus Salam, Baktiya, Aceh Utara
 Pekerjaan : Buruh bangunan
 Perkawinan : Kawin
 Agama : Islam
 Suku : Aceh
 Ruangan : Bedah
 Tgl Masuk Rumah sakit : 17 Januari 2022
 Tanggal Operasi : 20 Januari 2022
Keluhan Utama
BAK tersendat

Keluhan Tambahan
BAK tidak puas dan nyeri

Riwayat Penyakit Sekarang


 Pasien datang ke IGD RS Cut Meutia dengan keluhan BAK tersendat. Pasien juga
merasakan nyeri dan rasa tidak puas saat BAK sejak 5 hari yang lalu. Keluhan ini
mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien mengaku tidak ada pasir maupun darah
saat BAK dan BAB lancar.
Riwayat Penyakit • Tidak ada
Dahulu

Riwayat
Penyatkit • Tidak ada
Keluarga

Riwayat Pribadi • Tidak ada


dan Kebiasaan

Riwayat sosial- • Pasien menggunakan BPJS


ekonomi
Pemeriksaan Fisik
Status Umum

Keadaan umum: Sakit sedang

Kesadaran: Compos mentis

Tekanan darah: 140/80 mmHg

Frekuensi nadi: 90 x/menit, reguler

Frekuensi napas: 20x/menit, regular

Suhu: 37 °C
Status Generalis

Kepala Normosefali, edema (-), scar (-) rambut tidak mudah dicabut
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga Normotia (+/+)
Hidung Bentuk normal, tidak ada deviasi septum
Mulut Bibir edema (-), sianosis (-)
Tenggorokan Pembesaran tonsil (-/-)
Leher Pembesaran KGB (-), trakea ditengah tidak deviasi.

Paru
Inspeksi: Pergerakan dan bentuk dada simetris kanan dan kiri, jejas (-), scar (-)
Palpasi : stem fremitus (+/+) kanan = kiri
Perkusi: sonor (+/+)
Auskultasi: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Thoraks
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi: Tidak ada thrill
Perkusi: Redup, batas jantung normal
Auskultasi: BJI>BII regular
Inspeksi : distensi abdomen
Palpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, terdapat defans
muskuler. Nyeri tekan di seluruh regio
Abdomen
abdomen
Perkusi : Tympani.
Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas atas: edema (-/-), sianosis (-/-)


Ekstremitas
Ekstremitas bawah: edema (-/-) sianosis (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 18/01/2022

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 15.2 g/dL 12-16
Eritrosit 4.81 jt/mm3 3.8-5.8
Leukosit 5.68 rb/mm3 4-11
Hematokrit 44.4 % 37-47
MCV 92.2 fl 79-99
MCH 31.5 pg 27-32
MCHC 34.4 g% 33-37
RDW-CV 12.9 % 11,5-14,5
Trombosit 107 rb/mm3 150-450
KIMIA KLINIK    
Glukosa Darah Sewaktu 110 mg/dL 110-200
Penggolongan Status Fisik Pasien Menurut ASA

Status fisik ASA 2

Rencana Pembedahan

TURP

Rencana Anestesi

Spinal anestesi
Laporan Anastesi
PRA ANESTESI – Persiapan Pasien
 Di ruang perawatan
 Pasien di konsultasikan ke dr. Zaki FIkran, Sp. An pada tanggal 19 Januari
2022 untuk persetujuan dilakukan tindakan operasi. Setelah mendapatkan
persetujuan, pasien disiapkan untuk rencana TURP keesokan harinya.
Diberikan juga informasi kepada keluarga pasien, antara lain:
 Informed consent
 Surat persetujuan operasi
 Persiapan operasi yang dianjurkan kepada pasien adalah:
Pasien dipuasakan 8 jam sebelum operasi, tujuannya untuk memastikan
bahwa lambung pasien telah kosong sebelum pembedahan untuk
menghindari kemungkinan terjadinya muntah dan aspirasi isi lambung yang
akan membahayakan pasien.
Laporan Anastesi
PRA ANESTESI – Persiapan
Persiapan Alat Anestesi Pesiapan Obat-Obatan

• Spinal set
• ETT
• Analgetik : Fentanyl, Ketorolac,
• Connector Morfin, Tramadol
• Orotracheal airway • Hipnotik Sedatif : Bupivacain,
• Monitor
• Pulse Oxymetri
Levobupivacain, Midazolam
• Sphygmomanometer • Maintanance anastesi : Isoflurane ,
• Suction N2O, O2
• Guedel
• Sirkuit Mesin • Obat emergency : Sulfas atropine,
• Stetoskop ephedrine, Epedrine
• Laringoskop • Obat reserve : Sulfas atropine,
• Face Mask
• Mesin Anestesi Neostigmin
• Gel • Obat tambahan lainnya :
• Spuit Ondansetron, ceftriaxone,
• Infus set+abocath
• Kasa steril dexamethasone
LAPORAN ANESTESI: Persiapan Pra Anestesi

Rencana terapi cairan intraoperative:

M (Maintenance) O (Operasi) P (Puasa)


Karena operasi ini Karena pasien puasa
2 cc/ kgBB/ jam =
2 cc/ 60 kg/ jam  120 termasuk operasi kecil, selama 8 jam, maka
cc/jam maka kebutuhan kebutuhan cairannya
cairannya adalah: adalah:
2 ml x kgBB Lama puasa x M
 2 ml x 60 kg  8 x 120 ml
120 ml  960 ml

Total cairan yang dibutuhkan:


Jam 1 M + O + 1/2 P = 120+120+480= 700ml
Laporan Anastesi
INTRA ANESTESI
 20 Januari 2022 pukul 11.00 WIB
 Pasien masuk kamar operasi 1 dan dibaringkan di meja operasi kemudian dilakukan
pemasangan manset dan oksimeter.
 Menilai keadaan umum dan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital di awal atau
penilaian pra induksi (Pukul 10.50 WIB) :
 Kesadaran: Compos Mentis, TD= 120/80 mmHg, nadi= 70 x/menit, saturasi O2: 99%.
 Pasien diberitahukan bahwa akan dilakukan tindakan pembiusan.
 Pasien diminta duduk dan membungkukkan badan
 Dilakukan anestesi dengan teknik anestesi regional pada spinal
 Dipasang selang O2 dengan menggunakan O2 sebanyak 4 liter/menit
 Pukul 11.05 tindakan anestesi telah selesai
LAPORAN ANESTESI: Intraoperatif

Pukul 10.55 WIB


Tindakan anestesi dimulai
TD : 120/80mmHg, HR : 70x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%
Pukul 11.05 WIB
Tindakan anestesi selesai dilakukan
TD : 132/85mmHg, HR : 72x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%
Pukul 11.10 WIB
Tindakan pembedahan dimulai
TD : 138/80mmHg, HR : 76x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%
Pukul 11.25 WIB
TD : 134/82mmHg, HR : 76x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%
Pukul 11.40 WIB
TD : 128/76mmHg, HR : 74x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%
Pukul 11.55 WIB
TD : 124/76mmHg, HR : 74x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%
Cairan infus Ringer Laktat ke-1 telah habis sebanyak 500 ml, digantikan dengan infus
Ringer Laktat ke-2
Pukul 12.00 WIB
TD : 120/74mmHg, HR : 70x/i, RR : 20x/i, Sp O2 : 100%
Pembedahan selesai

Pasien diberikan ketorolac 30 mg/iv


Pemberian obat anestesi dihentikan, pemberian O2 dipertahankan
Pasien dipasang kateter irigasi
Manset tensimeter dan saturasi O2 dilepas.
Kemudian pasien dipindahkan ke brancar untuk dibawa ke ruang pemulihan atau
recovery room (RR).
LAPORAN ANESTESI: Post Operatif

Pukul 12.10 WIB


Pasien masuk ke ruang pemulihan. Dilakukan penilaian terhadap tingkat
kesadaran, pada pasien kesadarannya adalah compos mentis. Dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital ditemukan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 72 x/menit, respirasi 22
x/menit dan saturasi O2 100%.
Pukul 12.30 WIB
Pasien didorong ke ruang rawat bedah

INSTRUKSI POST OP
Pantau TD, HR, RR dan saturasi oksigen
IVFD RL 20 gtt/i
Bila mual/muntah : Inj Ondansentrone 4 mg/12 jam/IV
Terapi lain sesuai bedah

2
1
Ahli Anestesiologi : dr. Zaki FIkran, Sp.An
Ahli Bedah : dr. Fadli, Sp.U
Diagnosis prabedah : Benign prostate hyperplasia + retensio urin
Jenis Operasi : TURP
Jenis Anestesi : spinal anestesi
Lama Operasi : 1 jam 5 menit
Lama Anestesi : 1 jam 10 menit
Spinal Anestesi

 Anestesi spinal didapatkan dengan menyuntikkan obat anestesi local


secara langsung ke dalam cairan cerebrospinal di dalam ruang
subarachnoid. Jarum spinal diinsersikan di bawah lumbal 2 dan di
atas vertebra sakralis 1. Batas ini dikarenkan adanya ujung medulla
spinalis dan batas bawah dikarenakan penyatuan vertebra sakralis
yang tidak mungkin dilakukan insersi (Soenarjo et al, 2013).
Spinal Anestesi
Terdapat dua posisi pasien yang
Teknik anestesi

memungkinkan dilakukannya insersi jarum,
Persiapan
 Monitor standar, seperti EKG, tekanan darah, yaitu posisi lateral dengan lutut ditekuk ke
pulse oksimetri. perut dan dagu ditekuk ke dada. Posisi
 Obat dan alat resusitasi, seperti oksigen,
lainnya adalah posisi duduk flesi dimana
bagging, suction, dan set intubasi.
 Sarung tangan dan masker steril. pasien duduk pada pinggir troli dengan lutut
 Perlengkapan desinfeksi dan duk steril. diganjal bantal. Posisi fleksi akan membantu
 Obat anestesi local untuk anestesi spinal dan identifikasi prosesus spinosus dan
untuk infiltrasi local kulit dan jaringan
subkutan. memperlebar celah vertebra sehingga dapat
 Syringe, kateter, dan jarum spinal. mempermudah akses ruang epidural
 Kasa penutup steril. (Soenarjo et al, 2013).
 Pengaturan posisi pasien
Spinal Anestesi
Teknik insersi anestesi spinal

 Anestesi spinal menggunakan jarum spinal ukuran 22-29 dengan “Pencil Point” atau
“Tappered Point”. Insersi dilakukan dengan menyuntikkan jarum sampai ujung jarum
mencapai ruang subarachnoid yang ditandai dengan keluarnya cairan cerebrospinal.
Pemakaian jarum dengan diameter kecil bertujuan untuk mengurangi keluhan nyeri
kepala pasca pungsi dura (PDPH) (Soenarjo et al, 2013).
Transuretral Resection of Prostat (TURP)
Definisi

 TURP merupakan sebuah operasi reseksi  Anestesi spinal digunakan pada operasi
kelenjar prostat yang dilakukan TURP dengan sedasi, sebuah citoscope
transurethral dengan menggunakan yang dimasukkan melalui uretra sampai
cairan irigan (pembilas) yang ke bladder, kemudian bladder diisi
dimaksudkan menghilangkan hyperplasia dengan solution sehingga memudahkan
prostat yang menekan uretra. Operasi ini operator memeriksa bagian dari prostat
perlu dilakukan pada pasien Benigna yang membesar, kemudian dimasukkan
Prostat Hiperplasia, karena dapat surgical loop melalui citoscope untuk
menyebabkan penekanan pada uretra meremove bagian yang membesar, dan
yang dapat menyebabkan penyumbatan kateter akan dibiarkan sampai beberapa
yang pada akhirnya dapat menimbulkan hari. Observasi kesadaran, vital sign,
hidronefrosis, dan gagal ginjal perdarahan, produksi urine. (Purnomo,
(Purnomo, 2011). 2011).
Indikasi dilakukan TURP
 Meningkatnya frekuensi buang air kecil.
 Kesulitan memulai buang air kecil.
 Aliran urin melambat.
 Berhenti sebentar di tengah aliran.
 Dribbling setelah urination.
 Tiba-tiba ada keinginan kuat untuk BAK.
 Perasaan tidak puas di akhir DAK
 Nyeri selama BAK.
 Retensi urin.
 Batu vesica urinaria.
Preoperatif
 Harus diinformasikan tentang kondisi kesehatan, apakah punya riwayat penyakit seperti
hipertensi, diabetes, anemia, alergi, atau riwayat operasi sebelumnya.

 Bila menggunakan obat seperti aspirin dan ibuprofen maka harus berhenti palint tidak 2
minggu sebelum operasi untuk menghindari gangguan proses penyembuhan.

 Pemeriksaan darah rutin.

 Puasa paling tidak 6-8 jam sebelum operasi dilakukan.

 Bila seorang perokok, maka harus berhenti merokok beberapa minggu sebelum operasi
untuk menghindari gangguan proses penyembuhan.
Spinal Anestesi pada TURP
Teknik anestesi
 Pasien yang menjalani TURP biasanya pada  Manifestasi awal dari Sindrom TURP
usia lanjut dan sering disertai dengan penyakit lebih bisa dideteksi pada pasien yang
jantung, paru, atau lainnya sehingga penting sadar
untuk membatasi level blok untuk mengurangi
efek cardiopulmonary yang merugikan pada  Vasodilatasi periferal berfungsi untuk
pasien tersebut. Penggunaan anastesi local membantu meminimalisir overload
dengan dosis yang lebih kecil memberikan sirkulasi. 
beberapa keuntungan misalnya hipotensi tidak
terjadi karena tidak memblok serabut saraf  Komplikasi hiponatremi akibat
simpatik di daerah atas serta memperkecil tertariknya Na+ oleh air irrigator dapat
resiko timbulnya toksisitas sistemik obat cepat dikenali dengan adanya penurunan
anastesi local (Yang, 2009). TURP dengan kesadaran, mual, kejang.
menggunakan anestesia regional tanpa sedasi
( Awake TURP ) lebih dipilih daripada  Kehilangan darah akan lebih sedikit.
anestesia umum karena hal berikut :
Pembahasan
Preoperatif

 Pasien yang akan dioperasi terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan yang meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang untuk menentukan ASA.
Kondisi pasien yang akan di operasi dalam kasus ini adalah ASA II yaitu pasien dengan
kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang. Sesuai dengan pasien yang dikelola.
Penderita didiagnosis oleh bedah urologi adalah Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).
Pada pemeriksaan fisik tidak tampak adanya kelainan. Pemeriksaan penunjang lainnya
seperti foto thorax tak tampak kelainan pada pulmo dan besar cor, dan pemeriksaan USG
Ginjal Buli sesuai gambaran hipertrofi prostat. Dari hasil yang didapat disimpulkan bahwa
pasien masuk dalam kriteria ASA II dan akan dilakukan operasi TURP. Selanjutnya
ditentukan rencana jenis anestesi yang akan digunakan yaitu regional anestesi. Persiapan
yang dilakukan pada pasien ini sebelum operasi :
Informed consent

 Informed consent ini meliputi penjelasan mengenai penyakit yang diderita pasien,
tindakan-tindakan yang akan dilakukan, alasan dilakukannya tindakan tersebut,
resiko dilakukannya tindakan, komplikasi, prognosis, biaya dan hal-hal lainnya
yang berhubungan dengan kondisi pasien maupun tindakan yang dilakukan
kepada pasien dan keluarga terdekat yang bertanggung jawab terhadap pasien.
Tujuannya untuk mendapatkan persetujuan dan ijin dari pasien atau keluarga
pasien dalam melakukan tindakan anestesi dan operasi sehingga resiko-resiko
yang mungkin akan terjadi pada saat operasi dapat dipertimbangkan dengan baik.
Puasa

 Tujuan puasa untuk mencegah terjadinya aspirasi isi lambung karena regurgitasi
atau muntah pada saat dilakukannya tindakan anestesi akibat efek samping dari
obat- obat anastesi yang diberikan sehingga refleks laring mengalami penurunan
selama anestesia. Pada pasien dewasa umumnya dipuasakan selama 6-8 jam,
anak kecil 4-6 jam, dan pada bayi 3-4 jam (Latief, 2001). Pada kasus ini, pasien
dapat dipuasakan selama 8 jam. Pasien telah diminta berpuasa sejak pukul 02.00
WIB.
Laboratorium
 Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien ini secara umum baik sehingga memenuhi toleransi operasi.
Adapun pemeriksaan laboratorium pada pasien ini meliputi: pemeriksaan darah lengkap, hitung jenis, waktu
perdarahan, waktu pembekuan, kimia klinik, dan sero imunologi. Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk
menilai ada tidaknya gangguan dan merencanakan koreksi jika terdapat gangguan.
 Kadar hemoglobin yang baik, diperlukan guna memfasilitasi distribusi oksigenasi ke jaringan dan
pengangkutan karbon dioksida. Oksigenasi atau perfusi yang baik diperlukan jaringan guna mencegah
terjadinya syok. Jumlah trombosit,masa pembekuan dan defisiensi faktor pembekuan perlu dievaluasi agar
dapat diantispasi risiko komplikasi perdarahan. Trombosit merupakan unsur dasar dalam darah yang dapat
meningkatkan koagulasi. Penurunan trombosit dalam sirkulasi sebanyak kurang dari 50% nilai normal akan
menyebabkan perdarahan. (Kee, 2008).
 Elektrolit penting juga untuk dievaluasi mengingat peranannya dalam berbagai proses fisiologis tubuh.
Natrium adalah ion yang dominan berada di petak cairan ekstrasel dengan nilai normal 135-145 mEq/L.
Keadaan hiponatremia, bila tidak dikoreksi secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan oedem otak,
selanjutnya menimbulkan kerusakan otak yang ireversibel. Hipernatremia jarang terjadi, sebagai akibat ginjal
sangat efisien dalam mengeksresikan Na. Hipo dan hiperkalemia merupakan keadaan yang gawat karena dapat
menyebabkan aritmia jantung dan perlu segera dikoreksi (Mangku, 2010).
Teknik Anestesi pada TURP

 Pada pasien ini dipilih teknik anestesi dengan menggunakan regional anestesi, yaitu

dengan anestesi spinal. Pemilihan anestesi ini berdasarkan dari pertimbangan keadaan

pasien sendiri. Pemilihan teknik anestesi spinal sesuai dengan indikasi dari teknik spinal.

Selain itu teknik anestesi spinal sudah lama dilakukan untuk mengetahui lebih awal

terhadap komplikasi dari TURP, yaitu sindrom TURP.


Postoperatif

 Pasien kemudian dibawa ke ruang pemulihan (Recovery Room). Selama di ruang


pemulihan, jalan nafas dalam keadaan baik, pernafasan spontan dan adekuat serta
kesadaran composmentis. Tekanan darah selama 15 menit pertama pasca operasi stabil
yaitu 120/80 mmHg.
Kesimpulan
1. Pada kasus ini, pasien Tn. TT dengan diagnosis BPH, dilakukan tindakan TURP.

2. Pasien dilakukan anestesi dengan teknik anestesi spinal menggunakan bupivacain spinal
20mg. Ketrolorac 30mg diberikan beberapa menit sebelum pembedahan selesai untuk
memberikan efek analgetik.

3. Cairan yang diberikan selama operasi adalah Ringer Laktat sebanyak 500 ml

4. Lama operasi pada pasien ini adalah 1 jam 5 menit. Pasien kemudian dibawa ke ruang
pemulihan (Recovery Room). Selama di ruang pemulihan, jalan nafas dalam keadaan baik,
pernafasan spontan dan adekuat serta kesadaran composmentis.

Anda mungkin juga menyukai