Oleh:
Aslam Abdullah, S.Ked
Febri Nadyanti, S.Ked
Komang Yuditya Yuda, S.Ked
Perceptor:
dr.Wirawan Anggorotomo, Sp. An
Identitas Pasien
• Nama : Tn. P
• Jenis Kelamin : Laki-Laki
• Umur : 62 tahun
• Agama : Islam
• Suku : Jawa
• Alamat : Pringsewu
• No RM : 6005335
• Diagnosis : Otitis Media Supuratif Kronis Auricula Dextra
• Tanggal Operasi : 11 November 2019
• Dokter Bedah : dr. Fivien Fedriani, Sp.THT-KL
• Dokter Anestesi : dr. Sriwahyuniati P Sp.An
ANAMNESIS
Pasien datang ke Poliklinik THT-KL RS Abdul Moeloek dengan keluhan telinga kanan
berdengung sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya, pasien mengeluhkan keluar cairan
pada telinga kanan 1 tahun yang lalu. Cairan tersebut kental, berwarna putih dan
tidak berbau. Sebelum keluhan timbul, pasien mengatakan sering menderita batuk
dan pilek. Selain itu, pasien juga mengeluhkan pendengaran berkurang pada telinga
kanan. Pasien sudah mulai berobat ke RSAM sejak 4 bulan yang lalu dan telinga
kanan sudah tidak mengeluarkkan cairan lagi. Pasien mengaku bahwa telah
mengalami keluhan seperti ini sejak 1 tahun yang lalu akibat kecelakaan.
RiwayatUtama
Keluhan Penyakit Dahulu
Riwayat Utama
Keluhan Alergi
Riwayat Operasi
Riwayat Pengobatan
Kepala : Normochepal
Mata : Diameter pupil (3 mm/3 mm), refleks PEMERIKSAAN TELINGA DALAM
pupil (+/+) isokor, konjungtiva anemis
(+/+), sklera ikterik (-/-). MEMBRAN KIRI KANAN
TIMPANI
Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-),
darah (-/-). Bentuk Intak (+) Intak (-)
Hidung : Simetris, sekret (-/-), epistaksis (-/-).
Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Mulut : Mukosa bibir lembab, Mallapati Derajat II
Tonsil : Pembesaran (-/-)
Reflek Cahaya (+) arah jam 7 (-)
Leher : Pembesaran KGB Leher (-) Pembesaran
Tiroid (-)
Perforasi (-) (+) sentral
Thorax
• Inspeksi : Simetris. Tidak ada retraksi otot pernapasan
• Palpasi : Vokal fremitus sama kanan dan kiri. Ictus cordis teraba.
• Perkusi : Perkusi sonor di kedua lapang paru.
• Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-), BJ I dan II
Regular. Murmur (-), Gallop (-).
Abdomen
• Inspeksi : Abdomen nampak datar, distensi (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Perkusi : Timpani
• Palpasi : Nyeri tekan (-). Hepatomegali (-). Splenomegali (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Ekstremitas
• Atas : Akral Hangat. CRT < 2 detik. Edema (-/-)
• Bawah : Akral Hangat. CRT < 2 detik. Edema (-/-)
Parameter Hasil Nilai rujukan Satuan
Hematologi
Hemoglobin 11,4 14-18 g/dl
Leukosit 7.500 4.800-10.800 /mikroliter
Eritrosit 5,7 4,7-5,4 Juta/mikroliter
Hematokrit 37 37-47
Laboratorium
Trombosit 268.000 150.000-450.000 Mikroliter
MCV 65 78-99 Fl
1/11/2019
MCH 20 27-31 Pg
MCHC 31 30-35 g/dl
Hitung Jenis
- Basofil 0 0-1
- Eosinofil 0 2-4
- Batang 0 3-5
- Segmen 83 50-70
- Limfosit 12 25-40
- Monosit 5 2-8
Kimia
Gula Darah 108 <140 mg/dL
Sewaktu
Ureum 15 13-43 mg/dL
Creatinine 0,79 0,55-1,02 mg/dL
Natrium 133 135-145 Mmol/L
Kalium 4,2 3,5-5,0 mmo/L
Kalsium 8,3 8,6-10 mg/dl
Klorida 107 96-106 Mmol/L
LED 6 0-15 mm/jam
CT SCAN KONTRAS MASTOID
(28/08/2019)
Kesan :
Mastoiditis Chronis Dextra
Deviasi Septum Nasi
Assesment Pra Anestesi
Diagnosis
Otitis media Supuratif Kronis Auricula Dextra
Rencana Tindakan
Timpanoplasty
Operator
dr. Fivien Fedriani, Sp. THT-KL
ASA : II
Advice : puasa 6 jam sebelum op mulai
ASESMEN PRA INDUKSI DAN
PENATALAKSANAAN ANESTESI
Pra Operatif
• Dilakukan assesment pre anestesi kepada pasien
• Dilakukan pemeriksaan kembali identitas pasien, persetujuan operasi, lembaran konsultasi anestesi, obat-
obatan dan alat-alat uang diperlukan
• Pasien dan keluarganya dijelaskan mengenai prosedur anestesi yang akan dilakukan
• Pasien telah dipuasakan selama 6-8 jam sebelum operasi.
• Pasien di instruksikan untuk oral hygne, mengosongkan kandung kemih dan berdoa.
• Pasien dipastikan tidak menggunakan gigi palsu dan melepaskan perhiasan, lensa kontak maupun aksesoris
lainnya
ASESMEN PRA INDUKSI DAN
PENATALAKSANAAN ANESTESI
Pra Operatif
• Mengganti pakaian pasien dengan pakaian operasi.
• Akses intravena satu jalur loading cairan kristaloid (Ringer Laktat) dengan menggunakan tranfusi set no.
18 telah terpasang di tangan kiri dan menetes lancar.
• Pasien dibaringkan di meja operasi dengan posisi terlentang.
• Di kamar operasi, pasien dipasang tensimeter dan saturasi oksigen.
• Dilakukan evalusi nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen. Pada pasien ini didapatkan nadi pre anastesi
80 kali/menit, tekanan darah 130/80 mmHg, dan saturasi oksigen 99%.
Persiapan Alat
S Stetoskop
T Tape/hipafix (plester)
I Introducer/stilet
C Connector
Premedikasi
Induksi
Oksigenasi
Muscle Relaxant
Ventilasi
Laringoskopi
Intubasi
Maintenance
Terapi Cairan
Ekstubasi
Post Operatif
Kesan : Baik
Skor : 10/10
TINJAUAN PUSTAKA
ANASTESI PADA GERIATRI
• Sistem Pernafasan
Penurunan elastisitas jaringan paru menyebabkan distensi alveoli berlebihan,
mengurangi permukaan alveolar menurunkan efisisensi pertukaran gas
Tidak adanya gigi sering mempersulit visualisasi pita suara selama laringoskopi
Penurunan refleks protektif laring sering mengakibatkan pneumonia aspirasi
• Aliran Darah ginjal dan massa ginjal menurun (massa korteks diganti oleh
lemak dan jaringan fibrotik), laju filtrasi glomerulus dan creatinine clearance
menurun
• Gangguan penanganan natrium memberi kecenderungan pasien usia lanjut
untuk mengalami dehidrasi dan overhidrasi
• Fungsi ginjal menurun, mempengaruhi kemampuan ginjal untuk
mengekskresikan obat
• Penurunan kemampuan ginjal untuk menangani air dan elektrolit membuat
penatalaksanaan cairan yang tepat menjadi lebih sulit,
Berkurangnya massa hati berhubungan • Massa otot berkurang
dengan penurunan aliran darah hepatik, • Sendi yang mengalami arthritis dapat
menyebabkan fungsi hepatik juga mengganggu pemberian posisi (misalnya
menurun litotomi) atau anestesi regional
Biotransformasi dan produksi albumin (misalnya blok subarachnoid)
menurun
Pemanjangan pengosongan lambung
• MAC untuk agen inhalasi berkurang sekitar 4% per dekade umur stelah usia 40 tahun.
• Pemulihan dari anestesi yang menggunakan anestetik gas kemungkinan memanjang sebab peningkatan volume
distribusi, penurunan fungsi hepatik dan penurunan pertukaran gas paru
• Distribusi dan eliminasi juga dipengaruhi oleh terganggunya ikatan protein plasma. Albumin yang cenderung
berikatan dengan obat yang bersifat asam (misalnya barbiturat, benzodiazepn, agonis opioid) menurun. Dan
ikatan dengan obat yang bersifat basa (misalnya, anestetik lokal) meningkat.
• Obat yang secara bermakna tidak tergantung pada fungsi hepatik dan ginjal atau aliran darah, seperti
atracurium, mivacurium dapat berguna
• Penurunan curah jantung dan aliran darah otot yang lambat dapat menyebabkan pemanjangan onset blokade
neuromuskular pada usia lanjut
• Penurunan ekskresi hepatik akibat kehilangan massa hati memperpanjang waktu paruh eliminasi dan lama kerja
rokuronium dan vekuronium
Anestesi Umum
Definisi:
Keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan hilangnya kesadaran yang bersifat sementara yang
dihasilkan melalui penekanan sistem saraf pusat karena adanya induksi secara farmakologi atau
penekanan sensori pada syaraf
PENILAIAN DAN PERSIAPAN PRA-
ANESTESI
Penilaian pra-bedah
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
• Kebugaran untuk anestesi
Masukan Oral
• Pada pasien dewasa umumnya puasa 6-8 jam,
• Pada pasien anak kecil 4-6 jam
• Pada pasien bayi 3-4 jam
KLASIFIKASI ASA (THE AMERIC AN SOCIETY OF
ANESTHESIOLOGIST)
ASA II
• Pasien dengan kelainan sistemik ringan
sampai sedang baik karena penyakit bedah
maupu npenyakit lain.
ASA III
• Pasien dengan gangguan atau penyakit
sistemik berat yang diakibatkan karena
berbagai penyebab.
• Pasien dengan kelainan sistemik berat tak
ASA V
• Pasiensekarat yang diperkirakan dengan
atau tanpa pembedahan hidupnya tidak
akan lebih dari 24 jam.
MALLAMPATI
Kelas 1 tonsil, palatum mole, dan uvula terlihat jelas seluruhnya
palatum durum dan palatum mole masih terlihat, sedangkan tonsil dan uvula hanya
Kelas 2
terlihat bagian atas
Hanya palatum mole dan palatum durum yang terlihat, sedangkan dinding posterior
Kelas 3
faring dan uvula tertutup seluruhnya oleh lidah
Hanya palatum durum yang terlihat, sedangkan dinding posterior faring, uvula, dan
Kelas 4
palatum mole tertutup seluruhnya oleh lidah
Premedikasi
3. Mengurangi
1. Meredakan 2. Memperlancar
sekresi kelenjar
kecemasan dan induksi
ludah dan
ketakutan. anesthesia.
bronkus.
4. Meminimalkan 5. Mengurangi
6. Menciptakan
jumlah obat mual-muntah
amnesia.
anestetik. pasca bedah.
8. Mengurangi
7. Mengurangi isi
reflex yang
cairan lambung.
membahayakan.
INDUKSI DAN RUMATAN ANESTESIA
STATICS:
S (Scope)
• Stetoskop, Laringo-Scope.
T (Tubes)
• Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa
balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan balon (cuffed).
A (Airway)
• Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau
pipa hidung-faring (naso-tracheal airway).
T (Tape)
• Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong
atau tercabut.
• Mandrin atau stilet
I (Introducer)
4. Induksi 5. Induksi
Inhalasi Mencuri
Rumatan Anestesi
Halothane Barbiturat
Enfluran Tiopental
Desfluran Fentanil
Sevofluran Propofol
Diazepam
Opioid
Propofol
Airway • Mallampati II
Manajemen • Intubasi dilakukan dengan ETT no 7
Propofol 140 mg
dosis yang diberikan
Induksi Dosis ; 2-2,5 mg/kgbb 140-175 mg sudah sesuai.
ANALISIS PENATALAKSANAAN
Atracurium 30 mg
Tramadol (maintenance)
dosis yang diberikan
analgetik Dosis:100 mg sudah tepat.
Apakah penatalaksanaan
cairan pada pasien sudah
tepat?
ANALISIS TATALAKSANA CAIRAN
Cairan Pasien
Jumlah cairan yang
Pre op = 500 cc Intra op = 500 cc diberikan sudah tepat
POST OPERATIF