LAPORAN KASUS
ANESTESI PADA PERFORASI GASTER
Disusun Oleh:
Sandi Rizki Ardianto (1102012260)
Pembimbing:
dr. Cynthia Afriany, Sp.An
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
No.RM : 2022-923020
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Perum Persada
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Diagnosis Pra-Bedah : Perforasi Gaster
Rencana Operasi : Laparotomi Eksplorasi
Dokter Anestesi : dr. Qudsiddik Unggul Putranto, Sp.An
Dokter Operator : dr. Mohammad Febriadi Ismet, Sp.B
II. ANAMNESIS
Riwayat Operasi : Disangkal
Riwayat Alergi : Disangkal
3
Thoraks Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di Intercosta V Linea Mid Clavicula
Sinistra
Perkusi : Batas Jantung Kanan: Intercosta IV Linea Parasternalis
Dextra
Batas Jantung Kiri :Intercosta V Linea Mid Clavicula Sinistra
Batas Pinggang Jantung :Intercosta III Linea Parasternalis Sinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan napas simetris
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris bilateral, nyeri tekan
hemitoraks dextra dan sinistra (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler simetris kanan dan kiri,
Wheezing +/+ Ronkhi -/-
Abdomen : membuncit simetris, striae gravidarum (+), nyeri tekan (-),
bising usus (+) normal
Ekstremitas : edema (-), akral hangat, Capillary Refill TIme <2 detik
4
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI (13/07/2022)
Darah Lengkap Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 11.2 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 36 % 40 – 52
Eritrosit 4.5 Juta/uL 4.4 – 5.9
Leukosit 12.22 10^3/uL 3.80 – 10.60
Trombosit 247 Ribu/uL 150 – 440
Hitung Jenis
Basofil 1 % 0–1
Eosinofil 3 % 1–3
Neutrofil Batang 0 % 3–5
Neutrofil Segmen 80 % 50 –70
Limfosit 7 % 25 – 40
Monosit 9 % 2–8
Limfosit Absolut 855 / uL 1500 – 4000
Neutrofil Limfosit Ratio 11.43
5
BGA dan TROPIN (03/01/2022)
Gas Darah
pH 7.550 7.370-7.400
PCO2 35.8 mmHg 33.0-44.0
PO2 42.3 mmHg 71.0-104.0
Hct 32 % 37-48
HCO3 31.6 Mmol/L 22.0-29.0
TCO2 33 Mmol/L 19-24
BE ecf 9.0
BE 9.40 Mmol/L -2 - +3
Saturasi O2 84.00 % 94.00-98.00
6
V. KONSUL
Dikonsultasikan kepada Dokter Spesialis Anestesi
Pasien telah disetujui untuk dilakukan laparaskopi. Pasien memiliki Asma (+), AKI,
Efusi Pleura Operasi disetujui apabila:
- PCR negatif
- Puasa 8 jam sebelum operasi
- ASA: III : Asma, AKI, Efusi Pleura, Perforasi
Pasien dengan gangguan sistemik berat, dengan keterbatasan fungsional. Satu atau
lebih penyakit moderat atau sedang ingga penyakit berat.
VI. ANESTESI
1. Kunjungan Preanestesi
Kunjungan praanastesi yaitu untuk menilai kondisi pasien sebelum dilakukan
operasi. Hal yang dilakukan saat kunjungan praanastesi yaitu anamnesis, pemeriksaan
fisik dan melihat hasil pemeriksaan penunjang. Pasien dipastikan sudah berpuasa
sebelum tindakan operasi minimal 6 jam, tidak memakai makeup, memakai pakaian
minimal, dan tidak menggunakan gigi palsu, serta pasien sudah dalam keadaan sudah
terinfus. Selain itu pada kunjungan praanastesi Dokter anastesi juga melakukan
informed consent serta menjelaskan resiko yang mungkin terjadi saat operasi.
1. Pra Medikasi
7
pemasangan ETT, dengan ukuran pipa disesuaikan denganusia pasien ataupun
diameter trakea.
Inhalasi
Sevoflurane: 2vol %
4. Maintenence
8
Maintenence atau pemeliharaan anestesi dilakukan bersamaan dengan
tindakan operasi yaitu dengan memberikan obat-obatan sebagai berikut:
Ondansentron 8 mg
N20:02 2:2
Sevofluran 2vol %
5. Obat-obatan lain
Dexamethasone 10mg
Meropenem 2gr
Lasix 40 mg
Tramadol 100mg
9
TINJAUAN PUSTAKA
LAPARATOMI
Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada
dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 2016). Laparatomi
merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada
bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tenik
insisi laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi,
hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dan fistuloktomi.
Sedangkan tindakan bedah obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laparatomi adalah
berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang
meliputi hissterektomi, baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi
bilateral (Smeltzer, 2014).
GENERAL ANESTESI
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa nyeri secara sentral yang
bekerja di susunan saraf yang bekerja di susunan saraf pusat dan disertai disertai hilangnya
kesadaran yang bersifat reversible. Secara umum komponen yang ada dalam general anestesi
adalah hipnosis (hilangnya kesadaran), analgesia (hilangnya rasa sakit), arefleksia
(hilangnya reflex kesadaran), relaksasi otot (memudahkan prosedur pembedahan) (Sirait et al.,
2020).
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anestesi
parenteral langsung ke dalam intravena
10
Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi obat- obatan
baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi teknik
general anestesi dengan analgesia regional untuk mencapai trias anestesi secara
optimal dan berimbang (American Society of Anesthesiologist., 2015).
Secara umum, mekanisme kerja anestesi umum ini berdasarkan dibawah pengaruh
protein sistem saraf pusat (SSP) yang dapat membentuk hidrat dengan air yang bersifat
stabil. Hidrat gas ini yang kemudian dapat merintangi transmisi rangsangan di sinaps dan
dengan demikian mengakibatkan anestesia. Anestesi ini akan bekerja bila dimasukkan ke
dalam akson saraf dan melakukan penetrasi ke dalam akson dalam bentuk basa larut lemak.Hal
ini juga ditentukan oleh konsentrasi anestetik di dalam susunan saraf pusat. Kecepatan daripada
konsentrasi otak yang efektif (kecepatan induksi anestesi) sangat bergantung pada banyaknya
farmakokinetika yang mempengaruhi ambilan dan penyebaran anestetik.
Kerja obat anestesi yaitu apabila obat anestesi inhalasi, dihirup bersama-sama udara
inspirasi lalu masuk ke dalam saluran pernafasan, di dalam alveoli paru akan berdifusi masuk
ke dalam sirkulasi darah. Demikian juga yang disuntikkan secara intravena, obat tersebut akan
diabsorbsi masuk ke dalam sirkulasi darah. Setelah masuk ke dalam sirkulasi darah obat
tersebut akan menyebar ke dalam jaringan. Secara otomatis jaringan yang kaya pembuluh darah
seperti otak atau organ vital akan menerima obat lebih banyak dibandingkan jaringan yang
pembuluh darahnya sedikit seperti tulang atau jaringan lemak.
11
Kerja obat anestesi juga tergantung jenis obatnya, dimana di dalam jaringan sebagian
akan mengalami metabolisme, ada yang terjadi di hepar, ginjal, atau jaringan lain. Ekskresi
bisa melalui ginjal, hepar, kulit, atau paru-paru. Ekskresi bisa dalam bentuk asli atau hasil
metabolismenya. (Bunga dkk, 2017). Pada pasien yang gemuk, proses absorbsi dan eksresi juga
dapat menghambat apabila pada pasien post operasi mengalami gangguan metabolik maka
pasien dapat mengalami keterlambatan pulih sadar.(de Carli et al., 2020)
c. Pembedahan luas
e. Pembedahan lama
c. Infeksi akut
d. Sepsis
e. GNA
12
Selain itu, tergantung pada efek farmakologi pada organ yang mengalami kelainan.
b. Hepar : hindarkan obat hepatotoksik, obat yang toksis terhadap hepar ataudosis obat
diturunkan
c. Ginjal: hindarkan atau seminim mungkin pemakaian obat yang diekskresi melalui
ginjal
1) Hipnotik
Golongan obat ini akan menimbulkan efek tidak sadarkan diri. Golongan hipnotik dapat
berupa gas dan cairan. Untuk jenis gas, misalnya halotan, sevofluran, isofluran dan ethrane,
cara dihirup melalui sungkup muka. Pada dosis tertentu, obat hipnotik cair yang diberikan
secara intravena yaitu propofol , ketamin dan thiopental
13
2) Sedatif
Obat sedatif dapat menyebabkan pasien merasa tenang, tujuan pemberian obat ini
adalah untuk memberikan suasana nyaman bagi pasien prabedah , bebas dari rasa cemas dan
takut. Contoh obat sedatif adalah midazolam dan diazepam.
Golongan opioid digunakan untuk menghilangkan nyeri selama tindakan operasi. Obat
golongan opioid yaitu morfin, petidin, fentanyl dan sufentanyl. Dari keempat obat tersebut,
sufenta adalah obat analgetik yang paling kuat.
Thiopental Hipnotik
Propofol Hipnotik
Midazolam Sedatif
14
Sevofluran Hipnotik kuat, Analgetik & Relaks Otot
1. Premedikasi
a. Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek untuk premedikasi, induksi dan
pemeliharaan anestesi. Dibandingkan dengan diazepam, midazolam bekerja cepat karena
transformasi metabolitnya cepat dan lama kerjanya singkat. Pada pasien orang tua dengan
perubahan organik otak atau gangguan fungsi jantung dan pernafasan, dosis harus ditentukan
secara hati-hati. Efek obat timbul dalam 2 menit setelah penyuntikan.
Dosis premedikasi dewasa 0,07-0,10 mg/kgBB, disesuaikan dengan umur dan keadaan
pasien. Dosis lazim adalah 5 mg. Pada orang tua dan pasien lemah dosisnya 0,025-0,05
mg/kgBB.Efek sampingnya terjadi perubahan tekanan darah arteri, denyut nadi dan pernafasan,
umumnya hanya sedikit.
2. Induksi
a. Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat dengan karakter recovery
anestesi yang cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual. Profofol merupakan cairan emulsi
minyak-air yang berwarna putih yang bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1ml=10 mg)
dan mudah larut dalam lemak. Profopol menghambat transmisi neuron yang dihantarkan oleh
GABA. Propofol adalah obat anestesi umum yang bekerja cepat yang efek kerjanya dicapai
dalam waktu 30 detik.
3. Maintainance
a. N2O
N2O (gas gelak, laughling gas, nitrous oxide, dinitrogen monoksida) diperoleh dengan
memanaskan ammonium nitrat sampai 240°C (NH4 NO3 ? 2H2O + N2O)
N2O dalam ruangan berbentuk gas tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar,
dan beratnya 1,5 kali berat udara. Pemberian anestesi dengan N2O harus disertai O2 minimal
25%. Gas ini bersifat anestesik lemah, tetapi analgesinya kuat, sehingga sering digunakan
untuk mengurangi nyeri menjelang operasi. Pada anestesi inhalasi jarang digunakan sendirian,
15
tetapi dikombinasi dengan salah satu anestesi lain seperti halotan dan sebagainya. Pada akhir
anestesi setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi
pengenceran O2 dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk menghindari terjadinya hipoksia difusi,
berikan O2 100% selama 5-10 menit.
Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam kombinasi N2O : O2 yaitu 60% :
40%, 70% : 30%. Dosis untuk mendapatkan efek analgesik digunakan dengan perbandingan
20% : 80%, untuk induksi 80% : 20%, dan pemeliharaan 70% :30%. N2O sangat berbahaya
bila digunakan pada pasien pneumothorak, pneumomediastinum, obstruksi, emboli udara dan
timpanoplasti.
INTUBASI
Setelah dilakukan induksi anestesia yaitu tindakan untuk membuat pasien dari sadar
menjadi tidak sadar, maka memungkinkan dimulainya anestesia dan pembedahan. Induksi
dapat dilakukan secara intravena,intramuskular, inhalasi dan rektal. Sebelum dilakukan
induksi sebaiknya disiapkan terlebih dahulu peralatan dan obat-obatan yang diperlukan. Untuk
persiapan induksi sebaiknya kita ingat STATICS :
A = Airway Pipa mulut faring (orofaring) dan pipa hidung faring (nasofaring)
yang digunakan untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar agar lidah tidak
menymbat jalan napas
T = Tape Plester untuk fiksasi pipa agar tidak terdorong atau tercabut
I = Intro Stilet atau mandrin untuk pemandu agar pipa trakea mudah dimasukkan
c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung (pada keadaan tidak sadar,
lambung penuh dan tidak ada refleks batuk).
ANESTESI REGIONAL
Anestesi regional untuk prosedur pembedahan dinding perut dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai blok saraf perifer. Blok ini biasanya dipandu ultrasound (US) dan
melibatkan penyuntikan larutan anestesi lokal (LA) ke dalam bidang interfasial. Blok
transversus abdominis plane (TAP) yang dipandu US melibatkan injeksi LA di antara otot
transversus abdominis (TA) dan internal oblique (IO).6
Blok TAP dapat digunakan untuk manajemen analgesia pasca operasi perut terbuka dan
laparoskopi serta prosedur bedah rawat inap dan rawat jalan. Blok sisi kiri atau kanan unilateral
digunakan untuk prosedur bedah unilateral, seperti kolesistektomi, apendektomi, nefrektomi,
atau transplantasi ginjal, sedangkan blok TAP bilateral digunakan untuk insisi abdomen garis
tengah dan transversal, seperti perbaikan hernia umbilikalis atau ventral, persalinan sesar,
histerektomi, dan prostatektomi.6
17
Gambar 4. Alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan blok TAP6
Ada 3 pendekatan blok TAP yang dipandu ultrasound untuk menargetkan kompartemen secara
anatomis:
1. Pendekatan subcostal
2. Pendekatan lateral
3. Pendekatan posterior6
Gambar 5. Probe dan posisi jarum untuk pendekatan blok TAP subcostal6
18
Gambar 6. Probe dan posisi jarum untuk pendekatan blok TAP lateral6
Gambar 7. Probe dan posisi jarum untuk pendekatan blok TAP posterior6
19
Gambar 8. Gambaran USG blok transversus abdominis plane (TAP) menunjukkan jarum
hidrodiseksi kompartemen TAP dengan anestesi lokal antara M. oblik internal dan M.
transversus abdominis6
20
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, R.A. & Mouton, R. 2O18. Definitions of anaesthetic technique and the
implications for clinical research. Anaesthesia, 73(8): 935—94O.
Permana, S.S., Pradian, E. & Yadi, D.F. 2O18. Perbandingan Keberhasilan danWaktu
Intubasi Endotrakeal pada Manekin antara Bantal Intubasi Standar dan Bantal Intubasi Modifikasi.
Jurnal Anestesi Perioperatif, 6(3): 193—199
Sirait, R.H., Faculty, M. & Indonesia, U.K. 2O2O. The Comparison of the Use of Spinal
Anesthesia with General Anesthesia in Appendectomy Patients at Rumah Sakit Umum Universitas
Kristen Indonesia from January 2O16 - August 2O18. , 63(5).
21