Anda di halaman 1dari 21

TUGAS UJIAN

LAPORAN KASUS
ANESTESI PADA PERFORASI GASTER

Disusun Oleh:
Sandi Rizki Ardianto (1102012260)

Pembimbing:
dr. Cynthia Afriany, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU ANESTESI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RUMAH SAKIT UMUM PASAR REBO
PERIODE 26 JUNI 2022 – 16 JULI 2022
STATUS ANESTESI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
No.RM : 2022-923020
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Perum Persada
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Diagnosis Pra-Bedah : Perforasi Gaster
Rencana Operasi : Laparotomi Eksplorasi
Dokter Anestesi : dr. Qudsiddik Unggul Putranto, Sp.An
Dokter Operator : dr. Mohammad Febriadi Ismet, Sp.B

II. ANAMNESIS
Riwayat Operasi : Disangkal
Riwayat Alergi : Disangkal

Riwayat Penyakit Dahulu :

a. Riwayat penyakit yang sama : disangkal

b. Riwayat Alergi : disangkal

c. Riwayat Asma : disangkal

d. Riwayat Hipertensi : disangkal

e. Riwayat Diabetes : disangkal

f. Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

a. Riwayat penyakit serupa : disangkal

b. Riwayat Asma : disangkal

c. Riwayat Alergi : disangkal

d. Riwayat Hipertensi : disangkal


2
e. Riwayat Diabetes : disangkal

f. Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat Operasi dan Anastesi : Tidak ada.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2. GCS : E4V5M6
3. Tanda Vital
 Tekanan Darah : 121/80 mmHg
 Nadi : 110x/menit
 Respirasi : 20x/menit
 Suhu : 36O C
4. Status Gizi
 Berat Badan : 60 kg
 Tinggi Badan : 160 cm
 IMT : 23,4 kg/m2
B. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normocephal, rambut hitam distribusi merata.
Kulit : Normal, tidak tampak kekuningan
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
diameter 3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+).
Mulut : Bibir kering(-), pucat (-), sianosis (-)
Telinga : Telinga normal, tidak ada sekret, membran timpani intak
Hidung : Hidung normal, tidak ada sekret, septum nasi tidak deviasi
Tenggorokan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Leher : Tidak ada massa maupun pembesaran KGB

3
Thoraks Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di Intercosta V Linea Mid Clavicula
Sinistra
Perkusi : Batas Jantung Kanan: Intercosta IV Linea Parasternalis
Dextra
Batas Jantung Kiri :Intercosta V Linea Mid Clavicula Sinistra
Batas Pinggang Jantung :Intercosta III Linea Parasternalis Sinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Pulmo
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan napas simetris
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris bilateral, nyeri tekan
hemitoraks dextra dan sinistra (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler simetris kanan dan kiri,
Wheezing +/+ Ronkhi -/-
Abdomen : membuncit simetris, striae gravidarum (+), nyeri tekan (-),
bising usus (+) normal
Ekstremitas : edema (-), akral hangat, Capillary Refill TIme <2 detik

4
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI (13/07/2022)
Darah Lengkap Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 11.2 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 36 % 40 – 52
Eritrosit 4.5 Juta/uL 4.4 – 5.9
Leukosit 12.22 10^3/uL 3.80 – 10.60
Trombosit 247 Ribu/uL 150 – 440
Hitung Jenis
Basofil 1 % 0–1
Eosinofil 3 % 1–3
Neutrofil Batang 0 % 3–5
Neutrofil Segmen 80 % 50 –70
Limfosit 7 % 25 – 40
Monosit 9 % 2–8
Limfosit Absolut 855 / uL 1500 – 4000
Neutrofil Limfosit Ratio 11.43

KIMIA KLINIK (13/07/2022)

SGOT 15 U/L 0–50


SGPT 29 U/L 0–50
Elektrolit (Na, K, Cl)
Natrium (Na) 137 mmol/L 135 – 147
Kalium (K) 3.6 mmol/L 3.5 – 5.0
Klorida (Cl) 98 mmol/L 98 – 108

5
BGA dan TROPIN (03/01/2022)
Gas Darah
pH 7.550 7.370-7.400
PCO2 35.8 mmHg 33.0-44.0
PO2 42.3 mmHg 71.0-104.0
Hct 32 % 37-48
HCO3 31.6 Mmol/L 22.0-29.0
TCO2 33 Mmol/L 19-24
BE ecf 9.0
BE 9.40 Mmol/L -2 - +3
Saturasi O2 84.00 % 94.00-98.00

6
V. KONSUL
Dikonsultasikan kepada Dokter Spesialis Anestesi
Pasien telah disetujui untuk dilakukan laparaskopi. Pasien memiliki Asma (+), AKI,
Efusi Pleura Operasi disetujui apabila:
- PCR negatif
- Puasa 8 jam sebelum operasi
- ASA: III : Asma, AKI, Efusi Pleura, Perforasi
Pasien dengan gangguan sistemik berat, dengan keterbatasan fungsional. Satu atau
lebih penyakit moderat atau sedang ingga penyakit berat.

VI. ANESTESI

1. Kunjungan Preanestesi
Kunjungan praanastesi yaitu untuk menilai kondisi pasien sebelum dilakukan
operasi. Hal yang dilakukan saat kunjungan praanastesi yaitu anamnesis, pemeriksaan
fisik dan melihat hasil pemeriksaan penunjang. Pasien dipastikan sudah berpuasa
sebelum tindakan operasi minimal 6 jam, tidak memakai makeup, memakai pakaian
minimal, dan tidak menggunakan gigi palsu, serta pasien sudah dalam keadaan sudah
terinfus. Selain itu pada kunjungan praanastesi Dokter anastesi juga melakukan
informed consent serta menjelaskan resiko yang mungkin terjadi saat operasi.

1. Pra Medikasi

Pramedikasi dilakukan dan obat-obatan pramedikasi yang diberikan adalah


sebagai berikut:
 Puasa 6-8 jam sebelum operasi
 Fentanyl 75mcg 1-2 mcg/kgBB
2. Tatalaksana Jalan Nafas
 Preoksigenasi 4-5 l/menit selama 5-10 menit.
 Rocuronium 40mg 0,5-1 mg/kgBB (pelumpuh otot)

Pemasangan tabung endotrakeal / Endotracheal tube (ETT) :

Diawali manuever tripel jalan nafas dan oksigenasi manual.


Posisikan pasien terlentang, kepala dan leher ekstensi, dilakukan jawthrust, seta
diberi ganjal dibawah bahu. Posisi ini disebut Rose Position. Lalu dilakukan

7
pemasangan ETT, dengan ukuran pipa disesuaikan denganusia pasien ataupun
diameter trakea.

Pemeliharan Jalan Nafas : Dengan mengalirkan oksigen 2 L/menit.


3. Induksi
Induksi dilakukan pada pukul dengan memberikan obat-obatan sebagai
berikut:
Intravena 
Propofol 100 mg (2-2.5 mg/kgBB)

Inhalasi 
Sevoflurane: 2vol %

4. Maintenence
8
Maintenence atau pemeliharaan anestesi dilakukan bersamaan dengan
tindakan operasi yaitu dengan memberikan obat-obatan sebagai berikut:

 Ondansentron 8 mg
 N20:02 2:2
 Sevofluran 2vol %

5. Obat-obatan lain

 Asam traneksamat 1gr

 Dexamethasone 10mg

 Meropenem 2gr

 Lasix 40 mg

 Tramadol 100mg

 Lidocaine (TAP Block)


6. Terapi Cairan Intra Operasi
Terapi penggantian cairan selama operasi adalah menggunakanAsering 500
cc sebanyak 4 buah.
Monitoring Perianestesi
Monitoring selama anaestesi dilakukan meliputi saturasi oksigen dannadi
setiap 10 menit

7. Perawatan Setelah Anestesi


Setelah tindakan operasi dan anestesi selesai kemudian pasien dilakukan
anestesi block di daerah abdomen dengan Lidocaine lalu dipindahkan segera
keruangan Intensive Care Unit (ICU) dengan pemasangan oksigen 4L untuk
perawatan setelah anestesi.Lalu dimonitoring saturasi oksigen, non-invasive blood
pressure (NIBP), dan dipasang oksigen di ruangan ICU.

9
TINJAUAN PUSTAKA

LAPARATOMI
Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada
dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 2016). Laparatomi
merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada
bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tenik
insisi laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi,
hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dan fistuloktomi.
Sedangkan tindakan bedah obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laparatomi adalah
berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang
meliputi hissterektomi, baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi
bilateral (Smeltzer, 2014).

GENERAL ANESTESI

General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa nyeri secara sentral yang
bekerja di susunan saraf yang bekerja di susunan saraf pusat dan disertai disertai hilangnya
kesadaran yang bersifat reversible. Secara umum komponen yang ada dalam general anestesi
adalah hipnosis (hilangnya kesadaran), analgesia (hilangnya rasa sakit), arefleksia
(hilangnya reflex kesadaran), relaksasi otot (memudahkan prosedur pembedahan) (Sirait et al.,
2020).

1. Pembagian Anestesi Umum/General Anestesi

a. General Anestesi Intravena

Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anestesi
parenteral langsung ke dalam intravena

b. General Anestesi inhalasi

Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi


obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui
alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.

c. General Anestesi kombinasi

10
Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi obat- obatan
baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi teknik
general anestesi dengan analgesia regional untuk mencapai trias anestesi secara
optimal dan berimbang (American Society of Anesthesiologist., 2015).

2. Mekanisme kerja general anestesi

Secara umum, mekanisme kerja anestesi umum ini berdasarkan dibawah pengaruh
protein sistem saraf pusat (SSP) yang dapat membentuk hidrat dengan air yang bersifat
stabil. Hidrat gas ini yang kemudian dapat merintangi transmisi rangsangan di sinaps dan
dengan demikian mengakibatkan anestesia. Anestesi ini akan bekerja bila dimasukkan ke
dalam akson saraf dan melakukan penetrasi ke dalam akson dalam bentuk basa larut lemak.Hal
ini juga ditentukan oleh konsentrasi anestetik di dalam susunan saraf pusat. Kecepatan daripada
konsentrasi otak yang efektif (kecepatan induksi anestesi) sangat bergantung pada banyaknya
farmakokinetika yang mempengaruhi ambilan dan penyebaran anestetik.

Absorbsi sistemik anestesi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya dosis.


Keadaan ini nyata terhadap obat yang massa kerjanya singkat atau menengah seperti
lidokain, ambilan obat oleh saraf diduga diperkuat oleh kadar obat yang tinggi, dan efek dari
toksik sistemik obat yang akan berkurang karena kadar obat yang masuk dalam darah hanya
sepertiganya saja. Distribusi anestesi disebar luas dalam tubuh setelah pemberian dan dapat
menunjukkan bahwa penyimpanan obat mungkin terjadi dalam jaringan lemak. Metabolisme
dan eksresi anestesi diubah dalam hati dan plasma menjadi metabolit yang mudah larut
dalam air dan kemudian dieksresikan ke dalam urin. Karena anestesi yang bentuknya tak
bermuatan dapat mudah berdifusi melalui lipid, maka sedikit atau tidak sama sekali bentuk
netralnya yangdieksresikan karena bentuk ini tidak mudah diserap kembali oleh tubulus ginjal.
Farmakokinetik ditentukan oleh 3 hal, yaitu lipid atau water solubility ratiodan protein
menentukan onsetof action, pKa menentukan keseimbagan antara bentuk kation dan basa.
Kecepatan onset anestesi ditentukan oleh salah satunya kecepatan metabolisme.

Kerja obat anestesi yaitu apabila obat anestesi inhalasi, dihirup bersama-sama udara
inspirasi lalu masuk ke dalam saluran pernafasan, di dalam alveoli paru akan berdifusi masuk
ke dalam sirkulasi darah. Demikian juga yang disuntikkan secara intravena, obat tersebut akan
diabsorbsi masuk ke dalam sirkulasi darah. Setelah masuk ke dalam sirkulasi darah obat
tersebut akan menyebar ke dalam jaringan. Secara otomatis jaringan yang kaya pembuluh darah
seperti otak atau organ vital akan menerima obat lebih banyak dibandingkan jaringan yang
pembuluh darahnya sedikit seperti tulang atau jaringan lemak.
11
Kerja obat anestesi juga tergantung jenis obatnya, dimana di dalam jaringan sebagian
akan mengalami metabolisme, ada yang terjadi di hepar, ginjal, atau jaringan lain. Ekskresi
bisa melalui ginjal, hepar, kulit, atau paru-paru. Ekskresi bisa dalam bentuk asli atau hasil
metabolismenya. (Bunga dkk, 2017). Pada pasien yang gemuk, proses absorbsi dan eksresi juga
dapat menghambat apabila pada pasien post operasi mengalami gangguan metabolik maka
pasien dapat mengalami keterlambatan pulih sadar.(de Carli et al., 2020)

3. Indikasi general anestesi

a. Infant dan anak usia muda (tidak kooperatif)

b. Dewasa yang memilih anestesi umum

c. Pembedahan luas

d. Penderita sakit mental

e. Pembedahan lama

f. Pembedahan dimana anestesi local tidak praktis atau tidak memuaskan

g. Riwayat penderita toksik/alergi obat anestesi lokal

h. Penderita dengan pengobatan antikoagulan

i. Ekstraksi gigi pada tahap awal infeksi supuratif

4. Kontraindikasi general anestesi

a. Hipertensi berat/tak terkontrol (diastolik >110)

b. Diabetes Mellitus tak terkontrol

c. Infeksi akut

d. Sepsis

e. GNA

12
Selain itu, tergantung pada efek farmakologi pada organ yang mengalami kelainan.

a. Jantung : hindarkan pemakaian obat-obat yang mendespresi miokard atau


menurunkan aliran darah coroner

b. Hepar : hindarkan obat hepatotoksik, obat yang toksis terhadap hepar ataudosis obat
diturunkan

c. Ginjal: hindarkan atau seminim mungkin pemakaian obat yang diekskresi melalui
ginjal

d. Paru : hindarkan obat-obat yang menaikkan sekresi dalam paru

e. Endokrin : hindarkan pemakaian obat yang merangsang susunan saraf simpatis


pada diabetes penyakit basedow, karena bias menyebabkan peninggian gula darah

5. Komplikasi general anestesi

Komplikasi kadang—kadang tidak terduga walaupun tindakan anestesi telah dilakukan


dengan sebaik—baiknya. Komplikasi dapat dicetuskan oleh tindakan anestesi ataupun kondisi
pasien sendiri. Komplikasi dapat timbul pada waktu pembedahan ataupun setelah pembedahan.
Komplikasi kardiovaskular berupa hipotensi dimana tekanan sistolik kurang dari 70 mmHg
atau turun 25 % dari sebelumnya, hipertensi dimana terjadi peningkatan tekanan darah pada
periode induksi dan pemulihan anestesi. Komplikasi ini dapat membahayakan khususnya pada
penyakit jantung karena jantung bekerja keras dengan kebutuhan—kebutuhan miokard yang
meningkat yang dapat menyebabkan iskemik atau infark apabila tidak tercukupi kebutuhannya.
Komplikasi lain berupa gelisah setelah anestesi, tidak sadar, hipersensitifitas ataupun adanya
peningkatan suhu tubuh.

TEKNIK DAN OBAT-OBATAN PADA ANESTESI UMUM

Obat-obat anestesi umum dikelompokan menjadi hipnotik, sedatif dan analgesik .

1) Hipnotik

Golongan obat ini akan menimbulkan efek tidak sadarkan diri. Golongan hipnotik dapat
berupa gas dan cairan. Untuk jenis gas, misalnya halotan, sevofluran, isofluran dan ethrane,
cara dihirup melalui sungkup muka. Pada dosis tertentu, obat hipnotik cair yang diberikan
secara intravena yaitu propofol , ketamin dan thiopental

13
2) Sedatif

Obat sedatif dapat menyebabkan pasien merasa tenang, tujuan pemberian obat ini
adalah untuk memberikan suasana nyaman bagi pasien prabedah , bebas dari rasa cemas dan
takut. Contoh obat sedatif adalah midazolam dan diazepam.

3) Analgetik narkotik / opioid

Golongan opioid digunakan untuk menghilangkan nyeri selama tindakan operasi. Obat
golongan opioid yaitu morfin, petidin, fentanyl dan sufentanyl. Dari keempat obat tersebut,
sufenta adalah obat analgetik yang paling kuat.

Tabel 1. Obat Anestesi Intravena

Obat Anestesi Intravena Kegunaan

Ketamin Hipnotik & Analgetik

Thiopental Hipnotik

Propofol Hipnotik

Diazepam Sedatif dan menurunkan tonus otot

Midazolam Sedatif

Pethidine Analgetik & Sedatif

Morphine Analgetik & Sedatif

Fentanyl Analgetik & Sedatif

Tabel 2. Obat Anestesi Inhalasi

Obat Anestesi Inhalasi Kegunaan

N2O Hipnotik kuat, Analgetik & Relaks Otot

Halotan Hipnotik kuat, Analgetik & Relaks Otot

Enfluran Hipnotik kuat, Analgetik & Relaks Otot

Isofluran Hipnotik kuat, Analgetik & Relaks Otot

14
Sevofluran Hipnotik kuat, Analgetik & Relaks Otot

Desfluran Hipnotik kuat, Analgetik & Relaks Otot

1. Premedikasi

a. Midazolam

Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek untuk premedikasi, induksi dan
pemeliharaan anestesi. Dibandingkan dengan diazepam, midazolam bekerja cepat karena
transformasi metabolitnya cepat dan lama kerjanya singkat. Pada pasien orang tua dengan
perubahan organik otak atau gangguan fungsi jantung dan pernafasan, dosis harus ditentukan
secara hati-hati. Efek obat timbul dalam 2 menit setelah penyuntikan.

Dosis premedikasi dewasa 0,07-0,10 mg/kgBB, disesuaikan dengan umur dan keadaan
pasien. Dosis lazim adalah 5 mg. Pada orang tua dan pasien lemah dosisnya 0,025-0,05
mg/kgBB.Efek sampingnya terjadi perubahan tekanan darah arteri, denyut nadi dan pernafasan,
umumnya hanya sedikit.

2. Induksi

a. Propofol

Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat dengan karakter recovery
anestesi yang cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual. Profofol merupakan cairan emulsi
minyak-air yang berwarna putih yang bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1ml=10 mg)
dan mudah larut dalam lemak. Profopol menghambat transmisi neuron yang dihantarkan oleh
GABA. Propofol adalah obat anestesi umum yang bekerja cepat yang efek kerjanya dicapai
dalam waktu 30 detik.

3. Maintainance

a. N2O

N2O (gas gelak, laughling gas, nitrous oxide, dinitrogen monoksida) diperoleh dengan
memanaskan ammonium nitrat sampai 240°C (NH4 NO3 ? 2H2O + N2O)

N2O dalam ruangan berbentuk gas tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar,
dan beratnya 1,5 kali berat udara. Pemberian anestesi dengan N2O harus disertai O2 minimal
25%. Gas ini bersifat anestesik lemah, tetapi analgesinya kuat, sehingga sering digunakan
untuk mengurangi nyeri menjelang operasi. Pada anestesi inhalasi jarang digunakan sendirian,
15
tetapi dikombinasi dengan salah satu anestesi lain seperti halotan dan sebagainya. Pada akhir
anestesi setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi
pengenceran O2 dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk menghindari terjadinya hipoksia difusi,
berikan O2 100% selama 5-10 menit.

Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam kombinasi N2O : O2 yaitu 60% :
40%, 70% : 30%. Dosis untuk mendapatkan efek analgesik digunakan dengan perbandingan
20% : 80%, untuk induksi 80% : 20%, dan pemeliharaan 70% :30%. N2O sangat berbahaya
bila digunakan pada pasien pneumothorak, pneumomediastinum, obstruksi, emboli udara dan
timpanoplasti.

INTUBASI

Setelah dilakukan induksi anestesia yaitu tindakan untuk membuat pasien dari sadar
menjadi tidak sadar, maka memungkinkan dimulainya anestesia dan pembedahan. Induksi
dapat dilakukan secara intravena,intramuskular, inhalasi dan rektal. Sebelum dilakukan
induksi sebaiknya disiapkan terlebih dahulu peralatan dan obat-obatan yang diperlukan. Untuk
persiapan induksi sebaiknya kita ingat STATICS :

S = Scope Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung.Laringo-Scope

T = Tubes Pipa trakea. Usia <>5 tahun dengan balon (cuffed)

A = Airway Pipa mulut faring (orofaring) dan pipa hidung faring (nasofaring)
yang digunakan untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar agar lidah tidak
menymbat jalan napas

T = Tape Plester untuk fiksasi pipa agar tidak terdorong atau tercabut

I = Intro Stilet atau mandrin untuk pemandu agar pipa trakea mudah dimasukkan

C = Connec Penyambung pipa dan perlatan anestesia

S = Suction Penyedot lendir dan ludah

Tujuan dilakukannya tindakan intubasi endotrakhea adalah untuk membersihkan


saluran trakheobronchial, mempertahankan jalan nafas agar tetap paten, mencegah aspirasi,
serta mempermudah pemberian ventilasi dan oksigenasi bagi pasien operasi.

Pada dasarnya, tujuan intubasi endotrakheal

a. Mempermudah pemberian anestesia.


16
b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan kelancaran
pernafasan.

c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung (pada keadaan tidak sadar,
lambung penuh dan tidak ada refleks batuk).

d. Mempermudah pengisapan sekret trakheobronchial.

e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.

f. Mengatasi obstruksi laring akut.

(Permana., 2018) (American Society of Anesthesiologist., 2015).

ANESTESI REGIONAL
Anestesi regional untuk prosedur pembedahan dinding perut dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai blok saraf perifer. Blok ini biasanya dipandu ultrasound (US) dan
melibatkan penyuntikan larutan anestesi lokal (LA) ke dalam bidang interfasial. Blok
transversus abdominis plane (TAP) yang dipandu US melibatkan injeksi LA di antara otot
transversus abdominis (TA) dan internal oblique (IO).6
Blok TAP dapat digunakan untuk manajemen analgesia pasca operasi perut terbuka dan
laparoskopi serta prosedur bedah rawat inap dan rawat jalan. Blok sisi kiri atau kanan unilateral
digunakan untuk prosedur bedah unilateral, seperti kolesistektomi, apendektomi, nefrektomi,
atau transplantasi ginjal, sedangkan blok TAP bilateral digunakan untuk insisi abdomen garis
tengah dan transversal, seperti perbaikan hernia umbilikalis atau ventral, persalinan sesar,
histerektomi, dan prostatektomi.6

Kontra indikasi Blok TAP


 Penolakan pasien
 Infeksi pada tempat suntikan
 Alergi terhadap anestesi lokal
Perhatian pada pasien yang menggunakan antikoagulasi terapeutik, hamil dan pasien yang
penanda anatomis sulit dibedakan (seperti pasien yang sangat kurus, lanjut usia, dekondisi).6

17
Gambar 4. Alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan blok TAP6

Ada 3 pendekatan blok TAP yang dipandu ultrasound untuk menargetkan kompartemen secara
anatomis:
1. Pendekatan subcostal
2. Pendekatan lateral
3. Pendekatan posterior6

Gambar 5. Probe dan posisi jarum untuk pendekatan blok TAP subcostal6

18
Gambar 6. Probe dan posisi jarum untuk pendekatan blok TAP lateral6

Gambar 7. Probe dan posisi jarum untuk pendekatan blok TAP posterior6

19
Gambar 8. Gambaran USG blok transversus abdominis plane (TAP) menunjukkan jarum
hidrodiseksi kompartemen TAP dengan anestesi lokal antara M. oblik internal dan M.
transversus abdominis6

20
DAFTAR PUSTAKA

American Society of Anesthesiologist, (2O15). 1O. American Society of


Anesthesiologists. Statement on Documentation of Anesthesia Care.
http://www.asahq.org/~/media/Sites/ASAHQ/Files/Public/Resources/standardsguidelines/statem
ent-on-documentation-of-anesthesia-care.pdf. Di akses pada 16 JULI 2O22.

Armstrong, R.A. & Mouton, R. 2O18. Definitions of anaesthetic technique and the
implications for clinical research. Anaesthesia, 73(8): 935—94O.

Mavarez, A. C., & Ahmed, A. A. (2021). Transabdominal Plane Block. In StatPearls.


StatPearls Publishing.

Permana, S.S., Pradian, E. & Yadi, D.F. 2O18. Perbandingan Keberhasilan danWaktu
Intubasi Endotrakeal pada Manekin antara Bantal Intubasi Standar dan Bantal Intubasi Modifikasi.
Jurnal Anestesi Perioperatif, 6(3): 193—199

Sirait, R.H., Faculty, M. & Indonesia, U.K. 2O2O. The Comparison of the Use of Spinal
Anesthesia with General Anesthesia in Appendectomy Patients at Rumah Sakit Umum Universitas
Kristen Indonesia from January 2O16 - August 2O18. , 63(5).

21

Anda mungkin juga menyukai