Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

SYOK KARDIOGENIK PADA CAD

DISUSUN OLEH:
Anggi Larasati
1102015023

PEMBIMBING:

dr. Agung Fabian C, SpJP (K), FIHA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


PERIODE 8 APRIL – 22 JUNI 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN YARSI – RSUD PASAR REBO
JAKARTA

0
BAB I
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Usia : 53 tahun
Alamat : Jl. Basuki RT 8/6
Jenis Kelamin : Laki-laki
Ruang Rawat : CVCU
Pekerjaan : Pengajar SMA
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 16 April 2019
Tanggal Pemeriksaan : 17 April 2019

A. Anamnesis :
Anamnesis dilakukan dengan autoanamnesis dan alloanamnesis
Keluhan Utama :
Sesak nafas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Keluhan Tambahan :
nyeri dada (+), sesak nafas (+), batuk (-), demam (-), mual (-), muntah (-), edema tungkai
(+)
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RS Pasar Rebo dengan keluhan rasa sesak yang semakin memberat
sejak 6 jam smrs. Sesak sudah dirasakan pasien semenjak 3 hari smrs. pasien juga
merasakan adanya nyeri dada ketika beraktivitas ataupun saat sedang istirahat sejak 3 hari
smrs yang hilang timbul, rasanya seperti di tindih oleh beban berat didaerah retrostrenal dan
menjalar ke punggung, nyeri biasanya bertahan sampai kurang lebih 20 menit dan terkadang
membaik saat pasien istirahat. Pasien mengeluhkan kedua kakinya yang bengkak selama 3
hari smrs.
Pasien sebelumnya sudah didiagnosis adanya penyumbatan di 4 pembuluh darah
jantungnya dan sudah dilakukan pemasangan satu buah ring jantung pada tanggal 25 maret

1
2019 di RS.H. setelah dilakukan pemasangan ring pasien mendapatkan terapi berupa
pemberian aspilet, clopidogrel, miniaspi, ramipril, corolan ½ tablet, brilinta, Karena pasien
merasakan efek samping setelah minum obat seperti dada panas, perasaan sesak, badan
menjadi nyeri, dan tidak bisa tidur, maka pasien memutuskan untuk berhenti meminum obat-
obatan tersebut. keluhan lain seperti keringat malam, batuk saat malam hari dan demam
disangkal oleh pasien. Pasien menyatakan biasa makan makanan cepat saji dan juga sayuran.
Pasien juga sering berolahraga,
Pasien memiliki riwayat merokok yang sangat aktif, pasien mulai merokok semenjak di
perguruan tingi, biasanya pasien dalam sehari bisa menghabiskan satu bungkus rokok, dan
juga sering sekali mengkonsumsi kopi. Dikeluarga pasien terdapat riwayat penyakit jantung
dan diabetes. Pasien sendiri tidak memiliki riwayat hipertensi, kolestrol, penyakit ginjal dan
diabetes.
Riwayat Penyakit Dahulu :
1. Riwayat pasang ring (+) tanggal 25/03/2019
2. Riwayat asma (-)
3. Merokok aktif (+)
4. Riwayat penyakit jantung (+)
5. Riwayat hipertensi (-)
6. Riwayat diabetes melitus (-)
7. Riwayat penyakit ginjal kronik (-)
8. Riwayat alergi obat (-)

Riwayat Keluarga :
keluarga pasien ada yang mempunyai riwayat penyakit jantung, yaitu kakak pasien.
Dikeluarga juga terdapat riwayat diabetes. Riwayat hipertensi dikeluarga disangkal oleh
pasien.

Riwayat Pengobatan :
Pada saat melakukan perawatan pasca pemasangan ring di RS. H, pasien diberikan obat
aspilet, clopidogrel, miniaspi, ramipril, corolan ½ tablet, brilinta. Karena pasien merasakan
efek samping setelah minum obat seperti dada panas, perasaan sesak, badan menjadi nyeri,

2
dan tidak bias tidur, maka pasien memutuskan untuk berhenti meminum obat-obatan
tersebut.

B. Status Generalis: (16-04-2019)


1. Keadaan umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran umum : composmentis GCS (15) E: 4 M: 5 V:6
3. Tekanan darah : 60/80 mmHg
4. Nadi : 98x/menit
5. Suhu : 36,5oC
6. Pernapasan : 28x/menit
7. Berat badan : 59 kg
8. Tinggi badan : 165 cm

Pemeriksaan Fisik : (17-04-19)


1. Kepala
Bentuk : Normocephal
Posisi : Simetris
Muka : Tidak sembab

2. Mata
Konjungtiva Anemis : -/-
Skera Ikterik : -/-
Pupil : Isokor
Reflek Cahaya :Langsung (+/+) Tidak Langsung (+/+)
Exophtalmus : Tidak Ada
Enophtalmus : Tidak Ada
Edema Kelopak : Tidak Ada

3. Hidung
Bentuk : Baik
Nafas Cuping Hidung : Tidak Ditemukan

3
Septum Deviasi : Tidak Ditemukan
Sekret : Tidak Ditemukan

4. Telinga
Pendengaran : Simetris Kanan Kiri
Sekret : -/-
Serumen : -/-
Pembesaran KGB : -/-
Nyeri Tekan Tragus : -/-

5. Mulut
Trismus : Tidak Ada
Bau Pernapasan : Tidak Ada
Faring : Tidak Hiperemis
Lidah : Lidah Tidak Kotor, Tidak Deviasi
Uvula : Letak Ditengah, Tidak Deviasi
Tonsil : T1-T1

6. Leher
Trachea : Tidak Ada Deviasi
Kelenjar Tiroid : Tidak Ada Pembesaran
Kelenjar Limfe : Tidak Ada Pembesaran

7. Paru-Paru
Inspeksi : Pergerakan Dinding Dada Simetris Statis Dan Dinamis
Palpasi : Fremitus Taktil Normal Menurun Pada Hemithorax Kanan Dan Kiri
Perkusi : Sonor Seluruh Lapang Paru
Auskultasi : Suara Nafas Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

8. Jantung
Inspeksi : Iktus Kordis Tidak Terlihat

4
Palpasi : Iktus Kordis Teraba Di SIC IV
Perkusi : Redup
Batas Jantung Kanan Di ICS 4 Linea Parasternalis Dextra
Batas Jantung Kiri Di ICS 4 Linea Parasternalis Sinistra
Batas Pinggang Jantung ICS 2 Linea Parasternalis Sinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)

9. Abdomen
Inspeksi : Perut Datar Dan Simetris
Palpasi : Supel, Tidak Ada Nyeri Tekan, Hepar Dan Lien Tidak Membesar
Perkusi : Timpani Pada Seluruh Kuadran
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal

10. Ekstremitas
Akral Hangat Pada Ekstermitas Atas dan Bawah Kanan dan Kiri
Pitting Edema (+/+)
Capillary Refill Time < 2 Detik

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium pada tanggal 16 April 2019 di IGD RSUD Pasar Rebo

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin 13.8 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 41 % 40 - 52
Eritrosit 4.7 juta/L 4.4 – 5.9
Leukosit 9.20 103/L 3.80 – 10.60
Trombosit H 474 ribu/L 150 – 440

5
Gas darah + Elektrolit
Ph 7.374 7.370 – 7.400
P CO2 L 10,1 mm Hg 33.00 – 44.00
P O2 H 146.0 mm Hg 71.0 – 104.0
HCO3 – L 5.8 mmol/L 22.0 – 29.0
HCO3 standard 11.5 mmol/L
TCO2 LL 6 mmol/L 19 – 24
BE ecf L – 19.4
BE (B) L – 18.00 mmol/L -2 - +3
Saturasi O2 H 98.40 % 94.00 – 98.00
Laktat H 8.2 mg/ dL 0.5 – 1.6
Kimia Klinik
SGOT (AST) H 106 U/L 0 – 50
SGPT (ALT) H 65 U/L 0 – 50
Troponin I kuantitatif H >10.0 Mg/ml 0.00 – 0.02
Ureum Darah 40 mg/L 20 – 40
Kreatinin Darah H 1.52 mg/L 0.17 – 1.50
Egfr 51.4 mL/min/1.73m2
Glukosa Darah Sewaktu 161 mg/dL <200
Gas darah + Elektrolit
Natrium (Na) L 132 mmol/L 135 – 147
Kalium (K) H 5.9 mmol/L 3.5 – 5.0
Klorida (Cl) 99 mmol/L 98 - 108

Kesan : Asidosis Metabolik Terkompensasi, Hiponatremi, Hiperkalemi

6
EKG 16-04-2019

Deskripsi :
Kalibrasi : Standar
Irama : Sinus Takikardi
HR : Frekuensi 115x/Menit Regular
Axis : Terdapat Deviasi Axis Ke Kiri (LAD)
Interval PR : Normal (0.12 Detik)
P Wave : Normal (0.08 Detik)
Morfologi QRS : Tidak Normal Terdapat Gambaran LBBB
Konfigurasi LVH : Tidak Terdapat LVH
Konfigurasi RVH : Tidak Terdapat RVH

7
Gelombang T : Tidak Terdapat T Inverted

Kesimpulan : Sinus Takikardi Dengan LAD, Non-Stemi Dan LBBB

Laporan hasil pemasangan ring (25-03-2019)

Kesimpulan : terdapat 1 sumbatan pada circumflex coronary artery, 2 sumbatan pada left
anterior
descending coronary artery dan 1 sumbatan pada posterior descending. Sudah
dilakukan pemasangan 1 buah ring pada left anterior descending coronary artery.

Resume
Pasien laki-laki usia 53 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak tiga hari hari
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga merasakan adanya nyeri dada hilang-timbul, nyeri
tumpul dibagian retrosternal dan menjalar ke punggung. Keluhan lain pasien juga mengaku ada
pembengkakan di kedua kakinya. Pasien mempunyai riwayat penyakit jantung koroner, ditandai
dengan adanya sumbatan pada 4 pembuluh darah jantungnya dan sudah dilakukan pemasangan
1 buah ring jantung di RS.H pada tanggal 25 maret 2019 tetapi pasien tidak teratur meminum
obat pasca pemasangan ring. Pada pemeriksaan tanda tanda vital pasien dalam batas normal.
Pada pemeriksaan palpasi jantung didapatkan pembesaran jantung. pada pemeriksaan EKG

8
didapatkan hasil sinus takikardi dengan LAD, non-stemi dan LBBB. Pada pemeriksaan
laboratorium darah didapatkan kesan asidosis metabolic terkompensasi, hiponatremi dan
hiperkalemi.

Diagnosis Kerja
Syok kardiogenik pada CAD 3 VD N-Stemi

Diagnosis Banding
Acute decompensated heart failure (ADHF)
Hiperkalemi

Penatalaksanaan

Terapi farmakologi di IGD (16 – 04 - 2019)


1. Inj Morfin 2 mg (extra)
2. Dobutamin start 5 mg up titrasi s/d TDS 90
3. Arixtra 1 x 2,5 mg
4. IVFD Nacl 0,9 % loading 250 00 (2x). Nacl 0,9% / 12 jam

Prognosis
Ad vitam : dubia ad malam
Ad Functionam : dubia ad malam
Ad Sanactionam : dubia ad malam

Follow Up

17 April 2019 18 April 2019 19 April 2019

9
(CVCU) (CVCU) (CVCU)
S/ S/ S/
- Sesak (+) - Sesak (+) - Sesak (+)
- Nyeri dada (+) - Nyeri dada (-) - Nyeri dada (-)

O/ O/ O/
Status generalis Status generalis Status generalis
- KU: baik - KU: baik - KU: baik
- GCS 15, Composmentis - GCS 15, Composmentis - GCS 15, Composmentis
- TD : 74/59 - TD : 108/60 - TD : 72/45
- Suhu 36.5oC - Suhu 36.5oC - Suhu 36.5oC
- HR: 102x/menit - HR: 98x/menit - HR: 88x/menit
- RR: 23x/menit - RR: 17x/menit - RR: 22x/menit
- Jantung : BJ I-II reguler, - Jantung : BJ I-II reguler, - Jantung : BJ I-II reguler,
G(-), M(-) G(-), M(-) G(-), M(-)
- Paru: vesikuler +/+, - Paru: vesikuler +/+, - Paru: vesikuler +/+, ronki
ronki -/-, wheezing -/- ronki -/-, wheezing -/- -/-, wheezing -/-
- Abdomen: BU (+), nyeri - Abdomen: BU (+), nyeri - Abdomen: BU (+), nyeri
tekan (-) tekan (-) tekan (-)
- Ektremitas: akral hangat - Ektremitas: akral hangat - Ektremitas: akral hangat
- CRT < 2 ” - CRT < 2 ” - CRT < 2 ”
- Edema tungkai +/+ - Edema tungkai -/- - Edema tungkai -/-
A/ A/ A/
- Syok kardiogenik pada - Syok kardiogenik pada - Syok kardiogenik pada
CAD CAD CAD
P/ P/ P/
oral oral oral
- curcuma 3x1 - curcuma 3x1 - curcuma 3x1
- mini aspi 2x5 - mini aspi 2x5 - mini aspi 2x5
- nitrokaf 2x5 - nitrokaf 2x5 - nitrokaf 2x5
- coralan 1x2.5 - coralan 1x2.5 - coralan 1x2.5
- brilanta 1x2,5 - brilanta 1x2,5 - brilanta 1x2,5
- spironolakton 1x25 - spironolakton 1x25 - spironolakton 1x25
- lansoprazole 1x30 - lansoprazole 1x30 - lansoprazole 1x30
- ramipril 1x10 - candersatan 1x4 - candersatan 1x4
- furosemide parentral parentral
- candersatan 1x4 - arixtra 1x 2,5 - arixtra 1x 2,5
parentral - lasix - lasix
- arixtra 1x 2,5 - dobutamin - dobutamin
- dobutamin - levosol - levosol
- levosol - bicnat 150 cc - RL/12 jam
- bicnat 150 cc

10
Pemeriksaan penunjang
EKG (17-04-2019)

Deskripsi :
Kalibrasi : Standar
Irama : Sinus Takikardi
HR : Frekuensi 115x/Menit Regular
Axis : Terdapat Deviasi Axis Ke Kiri (LAD)
Interval PR : Normal (0.20 Detik)
P Wave : Normal (0.08 Detik)
Morfologi QRS : Tidak Normal Terdapat Gambaran LBBB
Konfigurasi LVH : Tidak Terdapat LVH
Konfigurasi RVH : Tidak Terdapat RVH
Gelombang T : Tidak Terdapat T Inverted
Kesimpulan : Sinus Takikardi Dengan LAD, Non-Stemi Dan LBBB

11
Foto Rontgen (16-04-2019)

Hasil :
jantung kesan membesar
aorta elongasi dan mediastinum superior tidak melebar
trachea di garis tengah
kedua hilus tidak menebal
infiltrate di kedua lapang paru
lengkung diafragma regular
sinus kostofrenikus kanan tumpul, kiri lancip
tulang-tulang tak tampak kelainan.
Kesan :
Kardiomegali, bronchopneumonia, pleuritis kanan

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SYOK KARDIOGENIK pada CAD
Definisi
Penyakit jantung koroner (pjk) merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh suplai darah dan
oksigen ke miokardium yang tidak adekuat; terjadi ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai
darah. Penyebab utamanya ialah sumbatan plak aterom pada arteri koroner. (Tanto, dkk. 2016)
Anatomi dan perdarahan arteri koroner

Arteri koroner merupakan cabang langsung dari aorta, yaitu arteri koroner kiri dan kanan. Arteri
koroner kiri utama (left main artery) keluar dari sinus aorta kiri, lalu segera bercabang menjadi
dua yaitu left anterior descending (LAD) dan left circumflex (LCX). Sementara arteri koroner
kanan (right coronary/RCA) keluar dari sinus aorta kanan dan berjalan dalam sulkus
atrioventrikular kanan di antara atrium kanan dan ventrikel kanan, menuju ke bagian bawah dari
septum. (Tanto, dkk. 2016)
Definisi sindrom koroner akut
SKA merupakan gambaran keadaan gangguan aliran darah koroner parsial hingga total ke
miokard secara akut. SKA terbagi menjadi 3:
- Angina pektoris tak stabil
Manifestasi khas angina, tanpa peningatan enzim biomarka jantung, dengan atau tanpa
perubahan EKG yang menunjukan iskemi.
- STEMI
Manifestasi khas angina, disertai peningkatan enzim penanda jantung, dengan adanya
gambaran elevasi segmen ST pada EKG
- N-STEMI
Manifestasi khas angina, disertai peningkatan enzim penanda jantung, tanpa adanya
gambaran elevasi segmen ST pada EKG

13
Diagnosis banding keluhan nyeri dada
Kondisi Durasi Kualitas Lokasi
Angina ≥ 2 menit dan ≤ 20 Tertekan, tumpul, Retrosternal. Kadang
menit tertindih benda berat, menjalar ke leher,
terbakar rahang bawah, bahu,
lengan kiri
Angina tidak stabil 10 - ≥ 20 menit Seperti angina, Seperti angina
namun lebih berat
Infark miokardial Bervariasi, kadang ≥ Seperti angina, Seperti angina
akut 30 menit namun lebih berat
Stenosis aorta Seperti angina, Seperti angina Seperti angina
episode berulang
Perikarditis Hitungan jam hingga Tajam Retrosternal atau di
hari: bersifat episodik apeks jantung, dapat
menjalar ke bahu kiri
Diseksi aorta Muncul mendadak, Sensasi dirobek, di Dada anterior,
nyeri sangat hebat iris pisau kadang menjalar ke
bahu kiri
Emboli pulmonal Muncul mendadak, Pleuritik Pleuritik
beberapa menit
hingga jam.
Hipertensi pulmonal Bervariasi Tertekan Substernal
Pneumonia atau Bervariasi Pleuritik Unilateral, kadang-
pleuritis kadang terlokalisir
Pneumotoraks Awitan mendadak, Pleuritik Sisi lateral sesuai
spontan beberapa jam pneumotoraks
Refluks esofageal 10-60 menit Terbakar Substernal,
epigastrium
Spasme esofageal 2-30 menit Tertekan, terbakar Retrosternal
Ulkus peptikum Berkepanjangan Terbakar Epigastrium,
substernal
Penyakit kandung Berkepanjangan Terbakar, tertekan Epigastrium, kuadran
empedu kanan atas, substernal
Kelainan Bervariasi Terasa pegal Bervariasi

14
muskuloskeletal
Herpes zoster Bervariasi Tajam atau terbakar Distribusi
dermatomal

Definisi Syok Kardiogenik


syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah jantung sistemik pada
keadaan volume intravascular yang cukup, dan dapat mengakibatkan hipoksia jaringan. Syok
dapat terjadi karena disfungsi ventrikel kiri yang berat, tetapi dapat pula terjadi pada keadaan
ventrikel kiri yang cukup baik. (Alwi, dkk. 2015)

Syok kardiogenik didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik < 90 mmHg selama > 1 jam di
mana:
- Tak responsif dengan pemberian cairan saja
- Sekunder terhadap disfungsi jantung, atau
- Berkaitan dengan tanda-tanda hipoperfusi atau indeks kardiak < 2,2 l/menit per m 2 dan
tekanan baji kapiler paru > 18 mmHg.

Termasuk dipertimbangkan dalam definisi ini adalah :


- Pasien dengan tekanan darah sistolik meningkat > 90 mmHg dalam 1 jam pemberian obat
inotropic, dan
- Pasien yang meninggal dalam 1 jam hipotensi, tetapi memenuhi kriteria lain syok
kardiogenik. (Alwi, dkk. 2015)

Etiologi
syok kardiogenik dapat disebabkan oleh sindrom koroner akut dan komplikasi mekanik
yang ditimbulkannya. Diantara komplikasi tersebut adalah: rupture septal ventrikel, rupture atau
disfungsi otot papilaris dan rupture miokard yang keseluruhan dapat mengakibatkan timbulnya
syok kardiogenik tersebut.
Hal lain yang dapat menyebabkan terjadinya syok kardiogenik adalah takiaritmia atau
bradiaritmia yang rekuren, dimana biasanya terjadi disfungsi ventrikek kiri, dan dapat timbul
bersama aritmia supraventricular atapun ventrikular. Syok kardiogenik juga dapat timbul sebagai

15
manifestasi tahap akhir dari disfungsi miokard yang progresif, termasuk akibat penyakit jantung
iskemia, maupun kardiomiopati hipertrofik dan restriktif. (Alwi, dkk. 2015)

Patofisiologi
Patofisiologi yang mendasari syok kardigenik adalah depresi kontraktilitas miokard yang
megakibatkan penurunan curah jantung, tekanan darah rendah, insufisiensi coroner, dan
selanjutnya terjadi penurunan kontraktilitas dan curah jantung lagi. Beberapa penelitian
menunjukan adanya pelepasan sitokin setelah infark miokard. Pada pasien pasca IM, diduga
terdapat aktivasi sitokin inflamasi yang mengakibatkan peningkatan kadar Inos, NO, dan
peroksinitrit yang semuanya mempunyai efek buruk multipel antara lain:
- Inhibisi langsung kontraktilitas miokard
- Supresi repirasi mitokondria pada miokard non iskemik
- Efek terhadap metabolisme glukosa
- Efek proinflamasi
- Penurunan responsivitas katekolamin
- Memicu vasodilatasi sistemik (Alwi, dkk. 2015)

Manifestasi klinis

Anamnesis
Keluhan yang timbul berkaitan dengan etiologic syok kardiogenik tersebut. Pasien IMA datang
dengan keluhan nyeri dada tipikal yang akut, dan kemungkinan sudah mempunyai riwayat
penyakit jantung coroner sebelumnya. Pasien dengan aritmia akan mengeluh adanya palpitasi,
presinkop, sinkop atau merasakan irama jantung yang berhenti sejenak. Kemudian pasien akan
merasakan letargi akibat berkurangnya perfusi ke system saraf pusat. Pasien dapat pula
mengeluh terjadi penurunan diuresis, nadi lemah dan dapat disertai adanya keringat dingin.
(Firdaus, dkk. 2016)

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal hemodinamik akan ditemukan TDS yang menurun < 90 mmHg bahkan
dapat turun sampai < 80 mmHg pada pasien yang tidak memperoleh pengobatan adekuat.

16
terdapat tanda-tanda hipoperfusi seperti (perabaan kulit eksremitas dingin, takikardi, nadi lemah,
hipotensi, bising usus berkurang, oliguria). Terdapat tanda peningkatan preload seperti JVP
meningkat dan terdapat ronkhi basah di basal. Pasien dengan gagal jantung kanan akan
menunjukan beberapa tanda-tanda antara lain: pembesaran hati, pulsasi di hati akibat regurgitasi
tricuspid, edema perifer. (Firdaus, dkk. 2016)

Pemeriksaan penunjang

Elektokardiografi (EKG)
Dapat membantu menentukan etiologi syok kardiogenik. Misalnya bila lokasi infark terjadi pada
ventrikel kanan maka akan terlihat ST elevasi di sadapan jantung sebelah kanan (sadapan V4R).
begitu pula bila etiologic syok terjadi karena aritmia, dapat terlihat melalui rekaman aktivitas
listrik jantung. (Setyohadi B, dkk. 2016)

Foto roentgen dada


Pada foto polos dada akan terlihat kardiomegali dan tanda-tanda kongesti paru atau edema paru
pada gagal ventrikel kiri yang berat.

Echokardiografi
Dapat memperoleh keterangan tentang penilaian fungsi ventrikel kanan dan kiri, fungsi katup-
katup jantung (stenosis atau regurgitasi), tekanan ventrikel kanan dan tamponade.

Pemantauan hemodinamik
Penggunaan kateter swan-ganz untuk mengukur tekanan arteri pulmonal dan tekanan baji
pembuluh kapiler paru sangat berguna untuk menentukan etiologi dan indikator evaluasi terapi.
Pasien syok karena gagal ventrikel kiri akan menunjukan peningkatan tekanan baji paru.
Sebaliknya pada syok karena gagal ventrikel kanan atau hipovolemi yang bermakna, akan
menunjukan tekanan baji kapiler paru yang cenderung normal atau rendah.

17
Saturasi oksigen
Pemantauan saturasi oksigen sangat bermanfaat serta dapat mendeteksi adanya defek septal
ventrikel. Dengan melihat ada atau tidaknya saturasi oksigen yang step-up.
(Alwi, dkk. 2015)

Penatalaksanaan

Langkah I Tindakan Resusitasi Segera


Untuk mencegah kerusakaan organ sewaktu pasien dibawa untuk terapi definitif. Dopamine atau
noradrenalin (norepinefrin), tergantung pada derajat hipotensi, harus diberikan secepatnya untuk
meningkatkan tekanan arteri rata-rata dan dipertahankan pada dosis minimal yang dibutuhkan.
Dopamine dan dobutamine dapat dikombinasikan pada keadaan low output tanpa hipotensi yang
nyata.
Intra-aortic ballon counterpulsation (IABP) harus dikerejakan sebelum transportasi, bila fasilitas
tersedia. Analisis gas darah, saturasi oksigen dan ekg harus terus dimonitor. Peralatan defiblator,
obat antiaritmia amiodarone atau lidokain harus tersedia. Terapi fibrinolitik harus dimulai pada
pasien dengan ST elevasi jika diantisipasi keterlambatan angiografi > 2 jam. Pada syok
kardiogenik karena IMA N-STEMI yang menunggu kateterisasi harus diberikan heparin.

Langakah II menentukan secara dini anatomi koroner


Hal ini merupakan tatalaksana penting dalam menangani syok kardiogenik karena kegagalan
pompa (pump failure) iskemi yang predominan. Hipotensi diatasi segera dengan IABP. Syok
mempunyai ciri penyakit 2 pembuluh darah (LAD dan LCX proksimal), penyakit left main dan
penurunan fungsi ventrikel kiri.

Langkah III melakukan revaskularisasi dini


Setelah menentukan letak anatomi coroner, harus dilakukan terapi secepatnya dengan primary
percutaneous coronary intervention (PCI) atau coronary artery bypass graft (CABG). Trial
SHOCK merekomendasikan CABG pada pasien left main atau penyakit 3 pembuluh besar.
(Alwi, dkk. 2015)

18
- Obat yang sering digunakan pada syok kardiogenik :

Dopamine
Prekusor NE ini mempunyai kerja langsung pada reseptor dopaminergik dan adrenergik, dan
juga melepaskan NE endogen. Pada kadar rendah dopamine bekerja pada dopaminergik D1
pembuluh darah, terutama di ginjal, mesentrium, dan pembuluh darah koroner. Stimulasi
reseptor D1 menyebabkan vasodilatasi. Infus dopamine dosis rendah akan meningkatkan aliran
darah ginjal, laju filtrasi glomerulus dan ekskresi Na +. dopamine meningkatkan tekanan darah
sistolik dan nadi tanpa mengubah tekanan diastolik. Akibatnya, dopamine berguna untuk
keadaan curah jantung rendah disertai dengan gangguan fungsi ginjal. Dopamine lebih
menguntungkan Karena menyebabkan dilatasi arteriol ginjal sehingga mempertahankan fungsi
ginjal. Dopamine dosis tinggi dapat mengaktivasikan reseptor α adrenergik sehingga
menyebabkan vasokonstriksi perifer, karena itu dosis dopamine harus diperhatikan. Kombinasi

19
dopamine dengan dobutamin untuk mempertahankan dosis dopamin tetap rendah dan
meningkatkan dosis dobutamin secara bertahap untuk menstabilkan hemodinamik pada syok
kardiogenik. (Syarif A, dkk. 2012)

Kontraindikasi : Hipertiroidisme, feokromositoma, takiaritmia, fibrilasi ventrikel, glaukoma


sudut sempit, adenoma prostat

Efek Samping: Hipertensi, aritmia, pelebaran komplek QRS, azotemia dan iskemia miokard
(Setyohadi, dkk. 2016)

Dobutamine
Struktur senyawa nya mirip dengan dopamine tetapi dobutamine terbentuk dari campuran
rasemik dari kedua isomer l dan isomer d. isomer l adalah α 1-agonis yang poten sedangkan
isomer d adalah α1-blocker yang poten. Sifat isomer l dominan sehingga terjadi vasokontriksi
yang lemah melalui aktivasi α1. Isomer d poten sebagai agonis reseptor β 1. Infus dobutamine
akan meningkatkan kontraktilitas jantung dan curah jantung, hanya sedikit meningkatkan denyut
jantung dan resistensi perifer relative tidak berubah. (Syarif A, dkk. 2012)

Kontraindikasi: Idiopathic hypertropic subaortic stenosis, riwayat hipersensitivitas terhadap


dobutamin

Efek Samping: takikardia, palpitasi, hipertensi, aritmia ventrikel ektopik, mual, sakit kepala,
angina pektoris dan napas pendek. (Setyohadi, dkk. 2016)

Norepinefrin
Merupakan neurotransmitter yang dilepas oleh serat pascaganglion adrenergic. NE merupakan
10 20% dari kandungan katekolamin dalam medulla adrenal dan 97 % pada feokromositoma.
NE terutama bekerja pada reseptor α tetapi masih jauh dibawah EPI. NE mempunyai efek β 1
pada jantung yang sebanding dengan EPI, tetapi hamper tidak memperlihatkan efek β 2. Infus NE
akan memberikan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik serta peningkatan tekanan nadi,

20
resistensi perifer meningkat sehingga aliran darah melalui ginjal, hati, otot berkurang. (SYarif,
dkk. 2012)

Kontraindikasi : hipertensi, kehamilan, laktasi, hipotensi akibat deficit volume sirkulasi.

Efek samping : bradikardi, iskemi serebral dan kardiak, aritmia, ansietas, sakit kepala, nekrosis
bila terjadi ekstravasasi infus. (Setyohadi, dkk. 2016)

Prognosis
Pada syok kardiogenik, bila tidak ditangani secara agresif oleh tenaga kesehatan dan dokter ahli
yang terlatih, angka kematian akan tinggi (70 – 90%). Bila dilakukan diagnosis segera dan terapi
suportif yang sesuai dan tindakan intervensi agresif termasuk revaskularisasi angka kematian
menurun sampai 40 – 50 %. (Setyohadi B, dkk. 2016)

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Firdaus I, Rahajoe A U, Yahya A F, Lukito A A, Kuncoro A S, Lilyasari O, dkk. Panduan


praktik klinis dan clinical pathway penyakit jantung dan pembuluh darah. Edisi I. Jakarta :
perhimpunan dokter spesialis kardiovaskular Indonesia: 2016
2. Setyohadi B, Arsana P M, Suryanto A, Soeroto A W, Abdullah M. EIMED PAPDI buku ajar
kegawat daruratan penyakit dalam. Jakarta: internapublishing: 2016
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi
VI. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM: 2007
4. Syarif A, Estuningtyas A, Setiawati A, Muchtar A, Arif A, Bahry B, dkk. Farmakologi dan
terapi. Edisi V. Jakarta: balai penerbit FKUI: 2012
5. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta E A. kapita selekta kedokteran ed 4. Jakarta: Media
Aleculapius

22

Anda mungkin juga menyukai