Anda di halaman 1dari 8

Etika dan Profesionalisme dalam Bidang Kedokteran

Stella Nadia Sura

102013347

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510

Stella.2013fk347@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan

Di dalam dunia ini, kita sering menemukan masalah dalam menentukan apakah perbuatan
yang kita lakukan itu baik atau buruk, benar atau salah. Apabila kita melakukan sesuatu yang
dianggap salah oleh masyarakat, seringkali tindakan kita tersebut dikatakan tidak etis atau tidak
sesuai dengan etika. Di dalam dunia profesi, tentunya sangat dibutuhkan etika itu. Di dalam
dunia kedokteran kita mengenal istilah etika kedokteran
Zaman sekarang ini tidak jarang ditemui kasus-kasus antara dokter dan pasien, dimana
pasien menuntut sang dokter. Situasi tersebut bisa dikarenakan kesalahan seorang dokter maupun
bukan kesalahan dokter. Tidak jarang juga karena tindakan yang dilakukan seorang dokter
sampai menyebabkan pasien meninggal. Sebagai seorang dokter harus melakukan segala sesuatu
dengan baik dan benar sesuai ketentuan yang berlaku. Meskipun begitu sering kali sebagai
seorang dokter lupa akan apa yang harus dilakukan dan yang tidak harus dilakukan.

Dengan perkembangan zaman, cara berpikir masyarakat berubah. Masyarakat mulai kritis
terhadap hak-haknya. Mereka tidak begitu saja menerima pendapat dokter tentang penyakitnya
tetapi ingin mengetahui lebih jelas tentang rencana pengobatan, resiko yang mungkin terjadi,
alternatif pengobatan lain, prognosis dan sebagainya.
Definisi Malpraktek

Blacks Law Dictionary mendefinisikan malpraktik sebagai professional misconduct or


unreasonable lack of skill atau failure of one rendering professional servicees to exercise that
degree of skill and learning commonly apllied under all the circumtances in the community by
the average prudent reputable member of the profession with the result injury, loss or damage to
the recipient of those services or to those entitled to rely upon them (bahasa mudahnya: lalai). 1
John.D.Blum merumuskan: Medical malpractice is a form of professional negligence in
whice miserable injury occurs to a plaintiff patient as the direct result of an act or omission by
defendant practitioner. (malpraktik medik merupakan bentuk kelalaian professional yang
menyebabkan terjadinya luka berat pada pasien / penggugat sebagai akibat langsung dari
perbuatan ataupun pembiaran oleh dokter/tergugat).

Sedangkan rumusan yang berlaku di dunia kedokteran adalah Professional misconduct or


lack of ordinary skill in the performance of professional act, a practitioner is liable for demage
or injuries caused by malpractice. (Malpraktek adalah perbuatan yang tidak benar dari suatu
profesi atau kurangnya kemampuan dasar dalam melaksanakan pekerjaan. Seorang dokter
bertanggung jawab atas terjadinya kerugian atau luka yang disebabkan karena malpraktik).1
Professional misconduct yang merupakan kesengajaan dapat dilakukan dalam bentuk
pelanggaran kententuan etik, ketentuan disiplin profesi, hukum administratif, serta hukum pidana
dan perdata, seperti melakukan kesengajaan yang merugikan pasien, fraud, penahanan pasien,
pelanggaran wajib simpan rahasia kedoktean, aborsi ilegal, euthanasia, penyerangan seksual,
misrepresentasi atau fraud, keterangan palsu, menggunakan iptekdok yang belum teruji/diterima,
berpraktek tanpa SIP, berpraktek di luar kompetensinya, sengaja melanggar standar, dan lain-
lain. 1

Selain itu malpraktik juga dapat terjadi sebagai akibat kelalaian. Sementara itu itu
ketidak-kompetenan dapat menuju ke suatu tindakan misconduct ataupun suatu kelalaian. 1

Dengan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kesimpulan adanya malpraktik


bukanlah dilihat dari hasil tindakan medis pada pasien melainkan harus ditinjau dari bagaimana
proses tindakan medis tersebut dilaksanakan. 1
Suatu hasil yang tidak diharapkan di bidang medik sebenarnya diakibatkan oleh beberapa
kemungkinan yaitu:

1. Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri, tidak berhubungan dengan tindakan
medis yang dilakukan dokter.
2. Hasil dari suatu risiko yang tak dapat dihindari, yaitu risiko yang tak dapat diketahui
sebelumnya (unforseeable), atau risiko yang meskipun telah diketahui sebelumnya
tetapi dianggap acceptable, sebagaimana telah diuraikan di atas.
3. Hasil dari suatu kelalaian medik.
4. Hasil dari suatu kesengajaan. 1

Kelalaian bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian itu tidak sampai
membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya. Ini
berdasarkan prinsip hukum De minimis noncurat lex, yang berarti hukum tidak mencampuri
hal-hal yang dianggap sepele. Tetapi jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi,
mencelakakan bahkan merenggut nyawa orang lain, maka ini diklasifikasikan sebagai kelalaian
berat (culpa lata), serius dan kriminil.1

Tolak ukur culpa lata adalah:

1. Bertentangan dengan hukum


2. Akibatnya dapat dibayangkan
3. Akibatnya dapat dihindarkan
4. Perbuatannya dapat dipersalahkan.1
Jadi malpraktek medik merupakan kelalaian yang berat dan pelayanan kedokteran di bawah
standar.1

Malpraktek medik murni (criminal malpractice) sebenarnya tidak banyak dijumpai. Misalnya
melakukan pembedahan dengan niat membunuh pasiennya atau adanya dokter yang sengaja
melakukan pembedahan pada pasiennya tanpa indikasi medik, (appendektomi, histerektomi dan
sebagainya), yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, jadi semata-mata untuk mengeruk
keuntungan pribadi. Memang dalam masyarakat yang menjadi materialistis, hedonistis dan
konsumtif, di mana kalangan dokter turut terimbas, malpraktek di atas dapat meluas.2
Pasien/keluarga menaruh kepercayaan kepada dokter, karena:

1. Dokter mempunyai ilmu pengetahuan dan ketrampilan untuk menyembuhkan penyakit


atau setidak-tidaknya meringankan penderitaan.
2. Dokter akan bertindak hati-hati dan teliti
3. Dokter akan bertindak berdasarkan standar profesinya.2
Dokter dikatakan melakukan malpraktek jika:

1. Dokter kurang menguasai iptek kedokteran yang sudah berlaku umum di kalangan
profesi kedokteran
2. Memberikan pelayanan kedokteran di bawah standar profesi (tidak lege artis).
3. Melakukan kelalaian yang berat atau memberikan pelayanan dengan tidak hati-hati.
4. Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum.2
Jika dokter hanya melakukan tindakan yang bertentangan dengan etik kedokteran, maka ia hanya
telah melakukan malpraktek etik. Untuk dapat menuntut penggantian kerugian karena kelalaian,
maka penggugat harus dapat membuktikan adanya 4 unsur berikut:

1. Adanya suatu kewajiban bagi dokter terhadap pasien


2. Dokter telah melanggar standar pelayanan medik yang lazim dipergunakan
3. Penggugat telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti ruginya
4. Secara factual kerugian itu disebabkan oleh tindakan di bawah standar.2
Kadang-kadang penggugat tidak perlu membuktikan adanya kelalaian yang tergugat. Dalam
hukum terdapat suatu kaedah yang berbunyi Res Ipsa Loquitur, yang berarti faktanya telah
berbicara, misalnya terdapatnya kain kasa yang tertinggal di rongga perut pasien, sehingga
menimbulkan komplikasi pasca bedah. Dalam hal ini maka dokterlah yang harus membuktikan
tidak adanya kelalaian pada dirinya.2

Kelalaian dalam arti perdata berbeda dengan arti pidana. Dalam arti pidana (kriminil), kelalaian
menunjukkan kepada adanya suatu sikap yang sifatnya lebih serius, yaitu sikap yang sangat
sembarangan atau sikap sangat tidak hati-hati terhadap kemungkinan timbulnya resiko yang bisa
menyebabkan orang lain terluka atau mati, sehingga harus bertanggung jawab terhadap tuntutan
kriminal oleh negara.2

Macam-macam Malpraktek
Malpraktek dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu malpraktek etik dan malpraktek yuridis,
ditinjau dari segi etika profesi dan segi hukum.3

1. Malpraktek etik
Yang dimaksud dengan malpraktek etik adalah kesalahan profesi karena kelalaian dalam
melaksanakan etika profesi, maka sanksinya adalah sanksi etika yang berupa sanksi administrasi
sesuai dengan tingkat kesalahannya.
Contoh konkrit yang merupakan malpraktek etik ini antara lain:

a. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan terhadap pasien kadangkala tidak


diperlukan bilamana dokter mau memeriksa secara lebih teliti. Namun karena
laboratorium memberikan janji untuk memberikan hadiah kepada dokter yang
mengirimkan pasiennya, maka dokter kadang-kadang bisa tergoda juga
mendapatkan hadiah tersebut.
b. Berbagai perusahaan yang menawarkan antibiotika kepada dokter dengan janji
kemudahan yang akan diperoleh dokter bila mau menggunakan obat tersebut,
kadang-kadang juga bisa mempengaruhi pertimbangan dokter dalam memberikan
terapi kepada pasien. Orientasi terapi berdasarkan janji-janji pabrik obat yang
sesungguhnya tidak sesuai dengan indikasi yang diperlukan pasien juga
merupakan malpraktek etik.3

2. Malpraktek yuridis
Malpraktek yuridis dibagi menjadi malpraktek civil, malpraktek pidana dan malpraktek
administratif.

a. Malpraktek perdata (civil malpractice)


Terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak dipenuhinya isi
perjanjian (wanprestasi) didalam transaksi terapeutik oleh dokter atau tenaga
kesehatan lain, atau terjadinya perbuatan melanggar hukum (onrechmatige daad)
sehingga menimbulkan kerugian pada pasien.
Adapun isi dari tidak dipenuhinya perjanjian tersebut dapat berupa:

Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukan.


Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
terlambat melaksanakannya.
Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
tidak sempurna dalam pelaksanaan dan hasilnya.
Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya
dilakukan.3
Sedangkan untuk perbuatan atau tindakan yang melanggar hukum haruslah
memenuhi beberapa syarat seperti:

Harus ada perbuatan (baik berbuat naupun tidak berbuat)


Perbuatan tersebut melanggar hukum (baik tertulis maupuntidak tertulis)
Ada kerugian
Ada hubungan sebab akibat (hukum kausal) antara perbuatan yang
melanggar hukum dengan kerugian yang diderita.
Adanya kesalahan (schuld)3
Sedangkan untuk dapat menuntut pergantian kerugian (ganti rugi) karena
kelalaian dokter, maka pasien harus dapat membuktikan adanya empat unsure
berikut:

Adanya suatu kewajiban dokter terhadap pasien.


Dokter telah melanggar standar pelayanan medik yang lazim.
Penggugat (pasien) telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti
ruginya.
Secara faktual kerugian itu disebabkan oleh tindakan dibawah standar.3
Namun ada kalanya seorang pasien tidak perlu membuktikan adanya kelalaian
dokter. Dalam hukum ada kaidah yang berbunyi res ipsa loquitor yang artinya
fakta telah berbicara. Misalnya karena kelalaian dokter terdapat kain kasa yang
tertinggal dalam perut sang pasien tersebut akibat tertinggalnya kain kasa tersebut
timbul komplikasi paksa bedah sehingga pasien harus dilakukan operasi kembali.
Dalam hal demikian, dokterlah yang harus membuktikan tidak adanya kelalaian
pada dirinya.3
b. Malpraktek pidana (criminal malpractice)
Terjadi apabila pasien meninggal dunia atau mengalami cacat akibat dokter atau
tenaga kesehatan lainnya kurang hati-hati atua kurang cermat dalam melakukan
upaya penyembuhan terhadap pasien yang meninggal dunia atau cacat tersebut.
Malpraktek medis yang dipidana membutuhkan pembuktian adanya unsure culpa
lata atau kelaalaian berat atau zware schuld dan pula adanya akibat fatal atau
serius.

Malpraktek pidana karena kesengajaan (intensional)


Misalnya pada kasus-kasus melakukan aborsi tanpa indikasi medis,
euthanasia, membocorkan rahasia kedokteran, tidak melakukan
pertolongan pada kasus gawat padahal diketahui bahwa tidak ada orang
lain yang bisa menolong, serta memberikan surat keterangan dokter yang
tidak benar.
Malpraktek pidana karena kecerobohan (recklessness)
Misalnya melakukan tindakan yang tidak lege artis atau tidak sesuai
dengan standar profesi serta melakukan tindakn tanpa disertai persetujuan
tindakan medis.
Malpraktek pidana karena kealpaan (negligence)
Misalnya terjadi cacat atau kematian pada pasien sebagai akibat tindakan
dokter yang kurang hati-hati atau alpa dengan tertinggalnya alat operasi
yang didalam rongga tubuh pasien.
Kelalaian dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu malfeasance, misfeasance
dan nonfeasance. Malfeasance berarti melakukan tindakan yang
melanggar hukum atau tidak tepat/layak (unlawful atau improper),
misalnya melakukan tindakan medis tanpa indikasi yang memadai (pilihan
tindakan medis tersebut sudah improper). Misfeasance berarti melakukan
pilihan tindakan medis yang tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat
(improper performance), yaitu misalnya melakukan tindakan medis
dengan menyalahi prosedur. Nonfeasance adalah tidak melakukan
tindakan medis yang merupakan kewajiban baginya. Bentuk-bentuk
kelalaian di atas sejalan dengan bentuk-bentuk error (mistakes, slips and
lapses) yang telah diuraikan sebelumnya, namun pada kelalaian harus
memenuhi ke-empat unsur kelalaian dalam hukum khususnya adanya
kerugian, sedangkan error tidak selalu mengakibatkan kerugian. Demikian
pula adanya latent error yang tidak secara langsung menimbulkan dampak
buruk. Kelalaian medik adalah salah satu bentuk dari malpraktik medis,
sekaligus merupakan bentuk malpraktik medis yang paling sering terjadi.
Pada dasarnya kelalaian terjadi apabila seseorang dengan tidak sengaja,
melakukan sesuatu (komisi) yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak
melakukan sesuatu (omisi) yang seharusnya dilakukan oleh orang lain
yang memiliki kualifikasi yang sama pada suatu keadaan dan situasi yang
sama. Perlu diingat bahwa pada umumnya kelalaian yang dilakukan
orang-per-orang bukanlah merupakan perbuatan yang dapat dihukum,
kecuali apabila dilakukan oleh orang yang seharusnya (berdasarkan sifat
profesinya) bertindak hati-hati, dan telah mengakibatkan kerugian atau
cedera bagi orang lain.3

c. Malpraktek administrative (administrative malpractice)


Terjadi apabila dokter atau tenaga kesehatan lain melakukan pelanggaran
terhadap hukum Administrasi Negara yang berlaku, misalnya menjalankan
praktek dokter tanpa lisensi atau izinnya, manjalankan praktek dengan izin yang
sudah kadaluarsa dan menjalankan praktek tanpa membuat catatan medik.
Dua macam pelanggaran administrasi tersebut adalah:

Pelanggaran hukum administrasi tentang kewenangan praktek kedokteran


Pelanggaran administrasi mengenai pelayanan medis3

Anda mungkin juga menyukai