Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN AKHIR PROMOSI KESEHATAN

“CINTA SEHAT” CEGAH RESISTENSI ANTIBIOTIK

Disusun Oleh :
Ana Dwi Kurniati 1606067099
Ajeng Dewi Herbianti 1606067100
Annisa Indah Wahyuni 1606067101

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN

Judul promosi kesehatan : “CINTA SEHAT” Cegah Resistensi Antibiotik


Ketua Kegiatan
a. Nama Lengkap : Ana DwiKurniati
b. Program studi : Farmasi
c. HP/email : ana.dwikurniati3@gmail.com
Periode/ Waktu kegiatan : Jumat, 28 Desember 2018
Tempat pelaksanaan : Kampung Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta
Masyarakat sasar & jumlah : Warga Kampung Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta
sejumlah 34 orang
Nama Anggota Tim : Annisa Indah Wahyuni
Ajeng Dewi Herbianti

Yogyakarta, Januari 2019


Mengetahui
Dosen Pembimbing Ketua Pelaksana

(Erma Yunita. M.Sc., Apt) (Ana Dwi Kurniati)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Promosi Kesehatan
ini tepat pada waktunya.
Adapun maksud penulisan makalah adalah untuk memenuhi salah satu
syarat pendidikan pada Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta, yang telah kami
susun. Dengan harapan kami dapat mengetahui pencegahan resistensi antibiotik di
masyarakat kampong Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penyusunan ini
baik dalam isi maupun bentuknya. Oleh karena itu kritik dan saran kami terima
dengan baik.
Akhirnya kami mengharapkan semoga Makalah Promosi Kesehatan tentang
Penyuluhan tentang pencegahan resistensi antibiotik di Kampung Sidikan,
Umbulharjo, Yogyakarta dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya,
terutama bagi kami dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, Januari 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN ............................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan Kegiatan ........................................................................................... 3
C. Manfaat Kegiatan ......................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 4
A. Identifikasi Wilayah ..................................................................................... 4
B. Identifikasi Masyarakat ................................................................................ 4
C. Identifikasi masalah kesehatan yang terjadi ................................................. 4
BAB III REALISASI KEGIATAN ...................................................................... 13
A. Susunan Tim Pelaksana.............................................................................. 13
B. Bentuk Kegiatan, Waktu dan Tempat Kegiatan ......................................... 13
C. Metode Penyuluhan .................................................................................... 13
D. Peserta/Partisipan Masyarakat Sasar .......................................................... 14
E. Tinjauan Hasil Yang Dicapai ..................................................................... 14
F. Realisasi Biaya ........................................................................................... 20
A. Kesimpulan ................................................................................................ 21
B. Saran ........................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22
LAMPIRAN .......................................................................................................... 23

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Pertanyaan Responden .................................................................. 15

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik nilai pretest dan posttest ........................................................... 19

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Susunan Acara .................................................................................. 23


Lampiran 2. Daftar Hadir Peserta ......................................................................... 24
Lampiran 3. Lembar Pretest dan Postest ............................................................... 26
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan ..................................................................... 54
Lampiran 5. Materi Penyuluhan ............................................................................ 56
Lampiran 6. Media Penyuluhan ............................................................................ 60
Lampiran 7. Kesan dan Pesan ............................................................................... 61
Lampiran 8. Bukti dana pengeluaran .................................................................... 71

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penemuan dan penggunaan antibiotik secara luas dalam bidang kesehatan

sejak tahun 1943 telah berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian

akibat infeksi secara tajam. Keadaan ini mendorong penggunaan antibiotic yang

berlebihan sehingga hanya dalam 4 tahun kemudian telah timbul problem

resistensi dengan segala akibat yang sangat merugikan (Blondeau,2001).

Resistensi antibiotik sudah menjadi pandemic global dan salah satu kecemasan

dunia yang terbesar (Gold,Mollering, 1996).

Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai

permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama

resistensi bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan

mortalitas,juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang

sangat tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi ditingkat rumah sakit, tetapi

lambat laun juga berkembang dilingkungan masyarakat, khususnya

Streptococcuspneumoniae (SP), Staphylococcusaureus, dan Escherichiacoli.

Beberapa kuman resisten antibiotik sudah banyak ditemukan diseluruh

dunia,yaitu Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA),

Vancomycin- Resistant Enterococci (VRE), Penicillin-Resistant Pneumococci,

Klebsiella Pneumonia yang menghasilkan Extended-Spectrum Beta-Lactamase

1
2

(ESBL), Carbapenem-Resistant Acineto bacter baumannii dan Multiresistant

Mycobacterium tuberculosis (Guzman-Blancoetal.2000;Stevensonetal.2005).

Resistensi antibiotik merugikan berbagai pihak. Penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri resisten mengakibatkan bertambahnya waktu pasien

menderita penyakit sehingga jika pasien berada di rumah sakit, maka biaya

rawat inap tentu akan bertambah. Hal yang lebih merugikan adalah ketika

pengobatan seorang pasien gagal, pasien akan menjadi karier sehingga

resistensi dapat dengan mudah menyebar pada orang lain. Selain itu, resistensi

antibiotik juga akan meningkatkan risiko kematian yang secara langsung

berpengaruh pada menurunnya usia harapan hidup suatu negara. Dari data yang

dilansir WHO, rata-rata usia harapan hidup bangsa-bangsa di Asia Tenggara

hanya unggul bila dibandingkan dengan Afrika, yakni 70 berbanding 58(WHO,

2015). WHO mengatakan bahwa setiap negara bertanggung jawab untuk

mengendalikan resistensi antibiotik yang terjadi (Ventola, 2015).

Berdasarkan data tersebut penulis akan melakukan promosi kesehatan di

kampong Sidikan kecamatan Umbulharjo Yogyakarta. Agar masyarakat sadar

penggunaan antibiotik harus rasional agar tidak mengalami resistensi antibiotic.

Dengan harapan angka kematian di Indonesia akibat resistensi antibiotik dapat

menurun dan bahkan tidak ada kejadian resistensi antibiotik yang marak pada

saat ini.
3

B. Tujuan Kegiatan

1. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat kampung Sidikan kecamatan

Umbulharjo Yogyakarta tentang resistensi antibiotik.

2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat kampung Sidikan

kecamatan Umbulharjo Yogyakarta mengenai resistensi antibiotik.

C. Manfaat Kegiatan

1. Pengetahuan tentang resistensi antibiotik pada masyarakat kampong

sidikan meningkat.

2. Masyarakat kampung sidikan mengetahui tentang resistensi antibiotik.

3. Masyarakat kampung sidikan menjadi lebih berhati-hati dalam

penggunaan antibiotik.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Identifikasi Wilayah

Lokasi kegiatan promosi kesehatan akan dilaksanakan di kampung Sidikan

RT/RW 23/06 Umbulharjo Yogyakarta. Wilayah kampung Sidikan, Kecamatan

Umbulharjo Yogyakarta sangat strategis karena dekat fasilitas pelayanan

kesehatan seperti apotek, puskesmas dan rumah sakit. Wilayah kampung

Sidikan juga termasuk wilayah padat penduduk di kota Yogyakarta. Sehingga

diharapkan masyarakat kampung Sidikan memiliki pengetahuan yang baik

tentang resistensi antibiotik.

B. Identifikasi Masyarakat

Mayoritas masyarakat kampung Sidikan memiliki tingkat pendidikan

terakhir rata-rata berpendidikan SMA dan sebagian kecil berpendidikan terakhir

S1. Dikarenakan tingkat pendidikan mayoritas hanya sampai SMA, sehingga

tingkat pengetahuan tentang penggunaan antibiotic sangat rendah.

C. Identifikasi masalah kesehatan yang terjadi

Manfaat penggunaan antibiotik tidak perlu diragukan lagi, akan tetapi

penggunaan antibiotik yang berlebihan akan segera diikuti dengan munculnya

kuman kebal antibiotik, sehingga manfaatnya akan berkurang. Infeksi oleh

kuman kebal terhadap berbagai antibiotik akan menyebabkan meningkatknya

angka kesakitan dan angka kematian, sehingga diperlukan antibiotik pilihan ke

dua atau bahkan pilihan ketiga, dimana efektifitasnya lebih kecil dan

4
5

mungkinan mempunyai efek samping lebih banyak serta biaya yang lebih mahal

dibanding dengan pengobatan standar (Hadi, 2008).

Bakteri dikatakan resisten bila pertumbuhannya tidak dapat dihambat oleh

antibiotika pada kadar maksimum yang dapat ditolerir oleh pejamu. Munculnya

resistensi disebabkan karena penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan

tidak hati-hati pada keadaan yang mungkin dapat sembuh tanpa pengobatan

atau pada keadaan yang tidak membutuhkan antibiotik (Mycek, 2001).

Resistensi antibiotik merupakan konsekuensi dari penggunaan antibiotik yang

salah, dan perkembangan dari suatu mikroorganisme itu sendiri, bisa jadi karena

adanya mutasi atau gen resistensi yang didapat (WHO, 2012).

1. Penyebab Resistensi Antibiotik

Menurut WHO (2012), ketidaktepatan serta ketidakrasionalan penggunaan

antibiotik merupakan penyebab paling utama menyebarnya

mikroorganisme resisten. Contohnya, pada pasien yang tidak

mengkonsumsi antibiotik yang telah diresepkan oleh dokternya, atau ketika

kualitas antibiotik yang diberikan buruk. Adapun faktor-faktor lain yang

dapat menyebabkan adanya resistensi antibiotik adalah:

a. Kelemahan atau ketiadaan sistem monitoring dan surveilans

b. Ketidakmampuan sistem untuk mengontrol kualitas suplai obat

c. Ketidaktepatan serta ketidakrasionalan penggunaan obat

d. Buruknya pengontrolan pencegahan infeksi penyakti

e. Kesalahan diagnosis dan pengobatan yang diberikan


6

2. Mekanisme resistensi antibiotik

Agar efektif, antibiotik harus mencapai target dalam bentuk aktif, mengikat

target, dan melakukan fungsinya sesuai dengan mekanisme kerja antibiotik

tersebut. Resistensi bakteri terhadap agen antimikroba disebabkan oleh tiga

mekanisme umum, yaitu: obat tidak mencapai target, obat tidak aktif, atau

target tempat antibiotik bekerja diubah.

a. Kegagalan obat untuk mencapai target.

Membran luar bakteri gram negatif adalah penghalang yang dapat

menghalangi molekul polar besar untuk masuk ke dalam sel bakteri.

Molekul polar kecil, termasuk seperti kebanyakan antimikroba, masuk

ke dalam sel melalui saluran protein yang disebut porin. Ketiadaan,

mutasi, atau kehilangan Porin dapat memperlambat masuknya obat ke

dalam sel atau sama sekali mencegah obat untuk masuk ke dalam sel,

yang secara efektif mengurangi konsentrasi obat di situs aktif obat. Jika

target kerja obat terletak di intraseluler dan obat memerlukan transpor

aktif untuk melintasi membran sel, resistensi dapat terjadi dari mutasi

yang menghambat mekanisme transportasi obat tersebut. Sebagai

contoh, gentamisin, yang target kerjanya ribosom, secara aktif diangkut

melintasi membran sel dengan menggunakan energi yang disediakan

oleh gradien elektrokimia membrane sel bakteri. Gradien ini dihasilkan

oleh enzim–enzim pernapasan aerob bakteri. Sebuah mutasi dalam jalur

ini atau kondisi anaerob dapat memperlambat masuknya gentamisin ke

dalam sel, mengakibatkan resistensi.


7

b. Inaktivasi obat. Resistensi bakteri terhadap aminoglikosida dan

antibiotik beta laktam biasanya hasil dari produksi enzim yang

memodifikasi atau merusak antibiotik. Variasi dari mekanisme ini

adalah kegagalan bakteri untuk mengaktifkan prodrug yang secara

umum merupakan hal yang mendasari resistensi M.tuberculosis

terhadap isoniazid.

c. Perubahan target kerja antibiotik

Hal ini mencakup mutasi dari target alami (misalnya, resistensi

fluorokuinolon), modifikasi dari target kerja (misalnya, perlindungan

ribosom dari makrolida dan tetrasiklin), atau akuisisi bentuk resisten

dari target yang rentan (misalnya, resistensi stafilokokus terhadap

metisilin yang disebabkan oleh produksi varian Peniccilin Binding

Protein yang berafinitas lemah).

3. Konsekuensi yang ditimbulkan akibat adanya resistensi antibiotik yang

paling utama adalah peningkatan jumlah bakteri yang mengalami resistensi

terhadap pengobatan lini pertama. Konsekuensi ini akan semakin memberat.

Dari konsekuensi tersebut, maka akibatnya adalah penyakit pasien akan

lebih memanjang, sehingga risiko komplikasi dan kematian juga akan

meningkat. Ketidakmampuan antibiotik dalam mengobati infeksi ini akan

terjadi dalam periode waktu yang cukup panjang dimana, selama itu pula,

orang yang sedang mengalami infeksi tersebut dapat menularkan infeksinya

ke orang lain, dengan bagitu, bakteri akan semakin menyebar luas. Karena

kegagalan pengobatan lini pertama ini, dokter akan terpaksa memberikan


8

peresepan terhadap antibiotik yang lebih poten dengan harga yang lebih

tinggi serta efek samping yang lebih banyak. Banyak factor yang seharusnya

dapat menjadi pertimbangan karena resistensi antimicrobial ini. Dapat

disimpulkan, resistensi dapat mengakibatkan banyak hal, termasuk

peningkatan biaya terkait dengan lamanya kesembuhan penyakit, biaya dan

waktu yang terbuang untuk menunggu hasil uji laboratorium tambahan,

serta masalah dalam pengobatan dan hospitalisasi (Beuke C.C., 2011).

4. Interaksi antibiotik

Pada sebagian antibiotik, susu dapat menganggu penyerapannya. Susu dan

sebagian antibiotik dapat mengakibatkan terbentuknya khelatasi sehingga

dapat menurunkan kadar dan efektifitas antibiotik dalam tubuh. Jadi,

antibiotik tidak perlu selalu digunakan dengan susu. Selain itu alkohol juga

dapat berinteraksi dengan antibiotik dengan mengganggu absorbsi dan

metabolisme di gastrointestinal. Seperti pada eritromycin, alkohol dapat

menaikkan pengosongan lambung, dan pada isoniazid dapat mengakibatkan

gangguan hepar (Weathermon, 1999).

5. Prinsip penggunaan antibiotic yang bijak

Resistensi tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diperlambat melalui

penggunaan antibiotik yang bijak sehingga dapat mencegah munculnya

resistensi antimikroba dan menghemat penggunaan antibiotik yang pada

akhirnya akan mengurangi beban biaya perawatan pasien, mempersingkat

lama perawatan, penghematan bagi rumah sakit serta meningkatkan kualitas

pelayanan rumah sakit (Permenkes, 2011).


9

Prinsip dalam penggunaan antibiotik yang bijak antara lain sebagai berikut:

a. Penggunaan antibiotik bijak yaitu penggunaan antibiotik dengan

spektrum sempit, pada indikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat,

interval dan lama pemberian yang tepat.

b. Kebijakan penggunaan antibiotik ditandai dengan pembatasan

penggunaan antibiotik dan mengutamakan penggunaan antibiotik lini

pertama.

c. Pembatasan penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan menerapkan

pedoman penggunaan antibiotik, penerapan penggunaan antibiotik

secara terbatas (restricted), dan penerapan kewenangan dalam

penggunaan antibiotik tertentu (reverse antibiotic).

d. Indikasi ketat penggunaan dimulai dengan menegaskan diagnosis

penyakit infeksi, menggunakan informasi klinis dan hasil pemeriksaan

laboratorium seperti mikrobiologi, serologi, dan penunjang lainnya.

Antibiotik tidak diberikan pada penyakit yang dapat sembuh sendiri

(self-limited).

e. Pemilihan jenis antibiotic harus berdasar pada:

1) Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan pola

kepekaan kuman terhadap antibiotik

2) Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman penyebab

infeksi

3) Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik


10

4) Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil

mikrobiologi dan keadaan klinis pasien serta ketersediaan obat

5) Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective dan

aman.

f. Penerapan penggunaan antibiotik secara bijak dilakukan dengan

langkah sebagai berikut (Kemenkes, 2011):

1) Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan terhadap penggunaan

antibiotik secara bijak.

2) Meningkatkan ketersediaan dan mutu fasilitas penunjang, dengan

penguatan pada laboratorium hematologi, imunologi, dan

mikrobiologi atau laboratorium lain yang berkaitan dengan penyakit

infeksi.

3) Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten di bidang

infeksi.

4) Mengembangkan sistem penanganan penyakit infeksi secara tim

(team work).

5) Membentuk tim pengendali dan pemantau penggunaan antibiotik

secara bijak yang bersifat multi disiplin.

6) Memantau penggunaan antibiotik secara intensif dan

berkesinambungan.

7) Menetapkan kebijakan dan pedoman penggunaan antibiotik secara

lebih rinci di tingkat nasional, rumah sakit, fasilitas pelayanan

kesehatan lainnya dan masyarakat.


11

6. Factor-faktor penyebab berkembangnya resistensi antibiotik

Penerapan penggunaan antibiotik secara bijak dilakukan dengan langkah

sebagai berikut(Kemenkes, 2011):

a. Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan terhadap penggunaan

antibiotik secara bijak.

b. Meningkatkan ketersediaan dan mutu fasilitas penunjang, dengan

penguatan pada laboratorium hematologi, imunologi, dan mikrobiologi

atau laboratorium lain yang berkaitan dengan penyakit infeksi.

c. Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten di bidang

infeksi.

d. Mengembangkan sistem penanganan penyakit infeksi secara tim (team

work).

e. Membentuk tim pengendali dan pemantau penggunaan antibiotic secara

bijak yang bersifat multi disiplin.

f. Memantau penggunaan antibiotik secara intensif dan

berkesinambungan. Menetapkan kebijakan dan pedoman penggunaan

antibiotik secara lebih rinci di tingkat nasional, rumah sakit, fasilitas

pelayanan kesehatan lainnya dan masyarakat.

7. Perilaku penggunaan antibiotik

Perilaku penggunaan antibiotik merupakan suatu tindakan dalam

upaya mencari pengobatan dengan menggunakan antibiotik yang diperoleh

dengan bermacam cara dengan orang yang berkompeten (Tahir dalam Rizal,

2011). Perilaku penggunaan antibiotik berkaitan dengan pemahaman dan


12

pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan antibiotik yang sesuai untuk

penyakitnya tersebut. Acuan yang biasa digunakan untuk menilai perilaku

penggunaan antibiotik adalah seperti (Sutama dalam Rizal, 2011):

a. Tempat mendapatkan antibiotik

b. Penggunaan terakhir antibiotik

c. Intensitas pemakaian antibiotik

d. Pengetahuan tentang aturan pakai

e. Tindakan mengganti antibiotik

f. Efek samping antibiotik

g. Pengetahuan tentang resistensi antibiotik


BAB III

REALISASI KEGIATAN

A. Susunan Tim Pelaksana

Susunan tim pelaksana diklasifikasikan sebagai berikut :


Penanggung jawab : Erma Yunita M.Sc., Apt
Ketua Pelaksana : Ana Dwi Kurniati
Anggota : Annisa Indah Wahyuni
Ajeng Dewi herbianti

B. Bentuk Kegiatan, Waktu dan Tempat Kegiatan

Kegiatan penyuluhan promosi kesehatan tentang pencegahan

resistensi antibiotik untuk kesehatan masyarakat yang diadakan di kampung

Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta pada:

Hari, Tgl : Jumat 28 Desember 2018

Waktu : 19.30 – 22.00 WIB

Tempat : Balai RW kampung Sidikan, Umbulharjo,

Yogyakarta

Peserta : Warga sebanyak 34 orang, 1 ketua RT, 1 dosen

pembimbing.

C. Metode Penyuluhan

Dengan menggunakan metode penyuluhan langsung berupa power

point untuk menyampaikan penyuluhan kepada ibu-ibu di kampong sidikan,

umbulharjo, Yogyakarta dengan presentasi yang menarik selain itu

13
14

menggunakan metode penyuluhan tidak langsung yaitu Leaflet berisi

informasi tentang pencegahan resistensi antibiotik.

D. Peserta/Partisipan Masyarakat Sasar

Peserta promosi kesehatan adalah masyarakat kampung Sidikan

yang memiliki tingkat pendidikan terakhir rata-rata berpendidikan SMA

dengan pengetahuan mengenai obat terlebih antibiotik sangatlah minim

dengan jumlah 34 orang.

E. Tinjauan Hasil Yang Dicapai

Hasil yang dicapai setelah melakukan promosi kesehatan tentang

pencegahan resistensi antibiotik kepada warga kampung Sidikan,

Umbulharjo, Yogyakarta yaitu

1. Evaluasi Terhadap Input

Tahap evaluasi promosi kesehatan dalam hal ini mencakup evaluasi

terhadap segala input untuk mendukung terlaksananya kegiatan

promosi kesehatan. Jumlah ketersediaan sumber daya manusia sebagai

pelaksana kegiatan sudah kurang cukup karena hanya terdiri dari 3

orang. Banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan

selama 7 hari sebelum dilakukan kegiatan promosi kesehatan, seperti

dilakukan pencarian materi, memperkuat materi agar saat melakukan

promosi kesehatan sasaran tidak merasa bosan. Selain itu persiapan

seperti ijin kepada ketua RT, pemilihan tempat untuk promosi

kesehatan di kampung Sidikan agar lebih nyaman, menyewa Lcd dan

proyektor, persiapan leaflet, power point, persiapan dari segi konsumsi


15

dan doorprize, undangan dan yang paling terpenting yaitu susunan

acara yang dapat membangun suasana menarik saat pelaksanaan

promosi kesehatan.

2. Evaluasi Terhadap Proses

Kendala sendiri yang dialami yaitu tentang kedatangan peserta

penyuluhan yang tidak tepat waktu sehingga waktu penyuluhan

kesehatan menjadi mundur sekitar 30 menit. Untuk ketersediaan tempat

penyuluhan sudah baik. Teori dan konsep pemberian promosi

kesehatan memang didasarkan untuk pengetahuan agar masyarakat

lebih berhati-hati dalam penggunaan antibiotik agar tidak menimbulkan

resistensi. Media yang digunakan yaitu slide dan leaflet.

3. Evaluasi Terhadap Hasil Kegiatan

Antusiasme peserta dalam mengikuti kegiatan cukup memuaskan,

karena saat berjalannya kegiatan peserta sangat aktif dan bersemangat.

Jumlah peserta yang mengikuti sebanyak 34 orang. Adapun pertanyaan

yang diajukan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Tabel Pertanyaan Responden

NO Penanya Pertanyaan Jawaban Petugas


1 Ibu Purwani Bagaimana maksud Apabila obat selain Annisa
dari penggunaan antibiotik tidak
obat selain ditentukan waktu
antibiotik yang pasti tiap jamnya.
diminum pagi, siang Untuk penggunaan
dan sore dan tidak teratur dengan
diberi keterangan hitungan per
tiap berapa jam? berapa jam
16

digunakan hanya
untuk antibiotik
saja, untuk obat
selain antibiotik
aturan dalam
peminuman tidak
harus dihitung per
berapa jam dan
hanya pagi, siang
dan sore saja.
2 Bp. Heri Apakah efek Efek samping Annisa
samping antibiotik antibiotik ini hanya
dapat menyebabkan reaksi alergi saja
kantuk? Sehingga dan tidak terdapat
pada saat reaksi mengantuk,
pengunaan harus jadi untuk
dalam posisi penggunaan pada
istirahat dan tidak saat bekerja
melakukan misalkan pada saat
aktivitas? mengendarai
kendaraan
bermotor tidak
menjadi masalah.
3 Bp Raharjo Apakah aturan Aturan obat minum Ajeng
pakai obat yang sebetulnya tidak
sebelum dan terlalu baku namun
sesudah makan itu ada beberapa obat
sifatnya baku? khusus seperti obat
Bagaimana kalau maag harus
lupa meminum obat diminum sebelum
yang seharusnya makan
diminum sebelum dikarenakan
tapi diminum fungsinya untuk
sesudah makan? melapisi lambung
agar pada saat
makan asam
lambung tidak naik
dan menyebabkan
mual sehingga
muntah, ada juga
untuk obat gula
diminum ketika
sebelum makan
dan saat makan
yang berfungsi
untuk mengatur
17

gula darah dalam


tubuh sebelum
makan. Untuk
selain obat obatan
tersebut tergantung
pada kekuatan
tubuh seseorang
biasanya ada orang
yang kuat
meminum obat
sebelum makan
namun ada juga
yang malah
menjadi mual.
4 Ibu Daryati Pada saat saya Tindakan ibu tidak Ajeng
hamil saya sakit salah, tidak apa-
gigi, kemudian apa bila ibu dapat
diberi obat sakit gigi menahan rasa sakit
namun tidak saya tersebut. biasanya
minum, Apakah dokter
tindakan saya memberikan obat
benar? Dan apabila untuk ibu hamil
obat tersebut saya juga sudah dengan
minum ada efek pertimbangan
samping dengan tertentu dan
kandungan saya? tentunya tidak akan
menimbulkan
masalah untuk ibu
dan kandungan
terebut.
5 Ibu Lisma saya sakit perut Penggunaan obat Ana
kemudian saya kimia dan obat
minum obat kimia herbal/jamu tidak
dan tidak sembuh boleh diminum
kemudian saya secara bersamaan,
minum jamu? minimal diberi jeda
Apakah itu di 30 menit. Maksut
perbolehkan? dari penjedaan ini
yaitu agar reaksi
dari obat kimia
agar selesai
terlebih dahulu dan
zat tidak
bercampur dengan
obat herbal,
apabila tercampur
18

dikhawatirkan efek
samping herbal
sama dengan efek
samping obat
kimia sehingga
efek samping
menjadi berlebih.
6 Ibu Tri Bagaimana Untuk Ana
penyimpanan sirup penyimpanan sirup
yang baik? Jangka sendiri apabila
waktu penyimpanan sudah dibuka dapat
berapa bulan? disimpan selama 3
bulan dengan
catatan belum ada
kerak dalam botol,
warna tidak
berubah, dan bau
tidak berubah.
Untuk tempatnya
sendiri boleh
didalam kulkas
namun pada
pintunya atau dapat
disimpan pada
ruangan yang
bersih, kering dan
terhindar dari sinar
matahari.
7 Ibu Endah Anak saya pernah Paracetamol dan Annisa
panas 3 hari diberi ibuprofen sama-
pct tidak manjur sama digunakan
kemudian dibawa untuk penurun
ke igd kemudian di panas namun
suntik dan diberi ibuprofen lebih
ibuprofen setelah itu tinggi tingkatannya
panas turun, Apa dari paracetamol.
perbedaan dari Untuk pengobatan
ibuprofen dan pct? selanjutnya ibu
Dan lebih manjur dapat
mana antara pct dan menggunakan
ibuprofen? Pakah paracetamol
bila anak saya terlebih dahulu.
demam lagi saya
beri pct atau
ibuprofen?
19

Banyaknya pertanyaan tersebut menunjukan bahwa penyuluhan

pencegahan resistensi antibiotik untuk kesehatan masyarakat sangat

diminati dan menjadi ketertarikan sendiri bagi peserta di dusun kampung

Sidikan dan ada rasa ingin tahu yang berlebih sehingga interaksi antara

penyuluh dengan peserta berjalan lancar dan baik.

Selain dari pertanyaan evaluasi input juga didasarkan pada pretest dan

posttest yang dikerjakan oleh audience, untuk hasil dituangkan dalam tabel

seperti dibawah :

Hasil Pretest dan Posttest


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
pre test post test
Series1 68.23529412 75

Gambar 1. Grafik nilai pretest dan posttest

Dari grafik tersebut diatas terdapat rata-rata nilai pretest 72,5

sedangkan rata-rata nilai posttest 78,125. Disini terjadi peningkatan

pengetahuan namun tidak signifikan dalam artian hanya sedikit peningkatan

pengetahuan. Ini dapat terjadi karena pada saat penyampaian materi


20

pemateri terlalu terburu-buru dan tidak begitu melakukan interaksi dengan

audience pada saat penyampaian materi.

4. Impact Evaluation

Adapun kritik dan saran yang didapatkan dari kegiatan penyuluhan

kesehatan tentang pemanfaatan temulawak bagi kesehatan masyarakat di

kampong Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta sebagai berikut:

a. Kritik

 Waktu penyampaian materi sebaiknya tidak terburu-buru

b. Saran

 Diharapkan kedepannya dapat melakukan kegiatan penyuluhan

kesehatan secara rutin

F. Realisasi Biaya

Kegiatan promkes “CINTA SEHAT” cegah resistensi antibiotik ini

menghabiskan biaya sebesar Rp 835.000 (Delapan ratus tiga puluh lima

ribu rupiah) dengan rincian biaya terlampir pada lampiran realisasi biaya.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dampak kegiatan penyuluhan kesehatan yang telah dilakukan di

kampong Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta sangat baik karena setelah

dilakukan kegiatan penyuluhan, banyak masyarakat yang merasakan

manfaat dari adanya kegiatan tersebut. Antusiasme para peserta juga

sangat baik sehingga para peserta mengharapkan adanya penyuluhan

kembali mengenai kesehatan masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa

penyuluhan kesehatan seperti ini sangat membantu manyarakat untuk

menambah wawasan obat khususnya mengenai pencegahan resistensi

antibiotoik.

B. Saran

Sebaiknya dalam penyampaian materi pemateri tidak terlalu buru-

buru dan melakukan interaksi dengan audience.

21
DAFTAR PUSTAKA

Asharina, Ilma. Perlukah Undang-undang antibiotik. Bandung. Institut Teknologi


Bandung.https://www.researchgate.net/publication/318116567_RESISTE
NSI_ANTIBIOTIK_DI_INDONESIATAK_USAH_DULU_BERMAIN_
UNDANG-UNDANG [accessed Oct 05 2018].
Blondeau JM. Appropriate antibiotic use – past lessons provide future direction.
Dalam: Low DE, penyunting.International Congress and Symposium series
251. London:Royal Society of Medicine Press; 2001. h. 1-9.
Gold HS, Mollering RC. Antimicrobioal drug resistance.N Engl J Med
1996;335:1445–53.
Ventola, C. Lee. 2015. The Antibiotic Resistance Crisis, Part 2 Management
Strategies and New Agents. Journal of Pharmacy and Therapeutic.
40(5):344-348.
WHO Department of Communicable Disease Surveillance and Response. WHO
global strategy for containment of antimicrobial resistance. WHO Web site.
[OnLine] :URL. http://www.who.int/emc.
WHO. 2015. Worldwide Situatuon Analysis Response to Antimicrobial Resistance.
USA: World Health Organization. Halaman 2, 20, 29.

22
LAMPIRAN
Lampiran 1. Susunan Acara
NO ACARA WAKTU
1 Registrasi dan pembagian 20.00 – 20.15
souvenir serta snack + Pretest
2 Pembukaan 20.15 – 20.20
3 Sambutan dosen pembimbing 20.20 – 20.30
4 Sambutan ketua RT 20.30 – 20.40
5 Materi Penyuluhan “CINTA 20.40 – 21.10
SEHAT” Cegah resistensi
antibiotik
6 Tanya Jawab & Doorprize 21.10 – 21.40
7 Postest 21.40 – 21.50
8 Penutup 21.50 – 22.00

23
24

Lampiran 2. Daftar Hadir Peserta


25
26

Lampiran 3. Lembar Pretest dan Postest


NO pre test post test
1 70 80
2 60 80
3 80 70
4 100 100
5 60 90
6 80 70
7 90 100
8 90 80
9 60 90
10 90 80
11 50 70
12 80 90
13 70 70
14 80 80
15 60 80
16 90 90
17 70 70
18 70 70
19 80 90
20 70 70
21 60 80
22 70 80
23 60 90
24 50 80
25 80 80
26 90 70
27 30 50
28 80 50
29 80 80
30 90 80
31 70 70
32 60 70
Jumlah 2320 2500
Rata-rata 72.5 78.125
SD 15.02686 11.48281
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54

Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan


55
56

Lampiran 5. Materi Penyuluhan


57
58
59
60

Lampiran 6. Media Penyuluhan


61

Lampiran 7. Kesan dan Pesan


62
63
64
65
66
67
68
69
70
71

Lampiran 8. Bukti dana pengeluaran


NO Keterangan Pemasukan Pengeluaran Saldo
1 Dana kampus 250.000 250.000
2 Iuran anggota 585.000 835.000
3 Snack 246.600 588.400
4 Doorprize 98.500 489.900
5 Pulpen 32.000 457.900
6 Minuman 50.000 407.900
7 Leaflet 138.000 269.900
8 Fc pre/post test 49.400 220.500
9 Fc kesan pesan 24.000 196.500
10 Souvenir 112.500 84.000
11 Bingkisan 84.000 0
72
73
74

Anda mungkin juga menyukai