0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
36 tayangan3 halaman
Dokumen ini membahas panduan praktik klinis untuk penanganan krisis miastenia gravis. Krisis miastenia gravis ditandai dengan memburuknya kelemahan otot yang dapat mengakibatkan gagal pernafasan. Pengobatan krisis meliputi imunoglobulin intravena, plasma exchange, dan kortikosteroid disertai pemberian inhibitor asetilkolinesterase setelah ekstubasi. Edukasi pasien mengenai gejala, tindakan, dan pencegahan rekurensi sangat pent
Deskripsi Asli:
panduan smf syaraf
Judul Asli
SMF SYARAF PPK Myasthenia Gravis dan Krisis Myasthenia
Dokumen ini membahas panduan praktik klinis untuk penanganan krisis miastenia gravis. Krisis miastenia gravis ditandai dengan memburuknya kelemahan otot yang dapat mengakibatkan gagal pernafasan. Pengobatan krisis meliputi imunoglobulin intravena, plasma exchange, dan kortikosteroid disertai pemberian inhibitor asetilkolinesterase setelah ekstubasi. Edukasi pasien mengenai gejala, tindakan, dan pencegahan rekurensi sangat pent
Dokumen ini membahas panduan praktik klinis untuk penanganan krisis miastenia gravis. Krisis miastenia gravis ditandai dengan memburuknya kelemahan otot yang dapat mengakibatkan gagal pernafasan. Pengobatan krisis meliputi imunoglobulin intravena, plasma exchange, dan kortikosteroid disertai pemberian inhibitor asetilkolinesterase setelah ekstubasi. Edukasi pasien mengenai gejala, tindakan, dan pencegahan rekurensi sangat pent
1. Pengertian ( Definisi) Myasthenia Gravis ditandai dengan
memburuknya kelemahan otot, mengakibatkan kegagalan pernafasan yang membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanis
2. Anamnesis Miastenia Gravis dapat menyerang otot volunter,
yaitu otot yang mengontrol mata dan pergerakannya, ekspresi wajah, dan otot untuk menelan. Oleh karena itu dapat ditemui gejala, seperti kelemahan otot mata yang dapat menyebabkan ptosis dan diplopia, kesulitan menelan, dan bicara pelo. Selain itu, dapat juga menyebabkan kelemahan pada tangan, kaki, dan leher. Bila penyakit ini sudah mencapai tahap yang parah, dapat mengenai otot-otot pernapasan. Kelemahan bersifat fluktuatif dan membaik dengan pemberian asetilkolinesterase inhibitor sebelumnya.
3. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan neurologis dapat dijumpai
ptosis dan diplopia pada pemeriksaan mata, paresis pada tangan dan kaki, disartria, dan disfagia.
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Antibodi Reseptor – Anti
Asetilkolin 2. Pemeriksaan Antibodi Anti Striated Muscle 3. Pemeriksaan Antibodi Anti Muscle Spesific Kinase 4. Elektrodiagnostik 5. Repetitive Nerve Stimulation (RNS) 6. Single-Fiber Electromyography (SFEMG) 8. Tata Laksana Immunoglobulin Intravena (IVIg) Tindakan Operatif Plasma Exchange (PE) Terapi Konservatif Kortikosteroid diberikan bersama IVIg dan Lama perawatan PE Inhibitor Asetilkolinesterase, khususnya Pyridostigmine oral, dapat dimulai kembali setelah ekstubasi
9. Edukasi 1. Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat,
(Hospital Health Promotion) biaya, pengobatan, prosedur, masa dan tindakan pemulihan dan latihan, manajemen nyeri, risiko dan komplikasi) 2. Penjelasan mengenai Myasthenia Crisis, risiko dan komplikasi selama perawatan 3. Penjelasan mengenai factor risiko dan pencegahan rekurensi 4. Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge Planning) 5. Penjelasan mengenai gejala Myasthenia Crisis, dan apa yang harus dilakukan sebelum dibawa ke RS 10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam Ad Sanationam : dubia ad bonam Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis 1. dr. Susilo Siswonoto,Sp.S MSi Med
2. dr. Yetty Octavia Hutahaean,Sp.S 3. dr. Dwi Ananda Puspitasari,Sp.S
14. Indikator Pasien dapat dipulangkan bila krisis Myasthenia
telah teratasi
15. Kepustakaan 1. Godoy DA, Mello LJ, Massoti L, Napoli
MD, 2013, The Myasthenic Patient in Crisis: An Update of The Management in The Neurointensive Care Unit, Aq Neuropsiquatr, 71(19):627-639 2. Howard JF, 2008, Myasthenia Gravis: A Manual for Health Care Provider, Foundation of Myasthenia Gravis 3. Patwa HS, Chaudhry V, Katzberg H, et al, 2012, Evidence Based Guideline: Intravenous Immunoglobulin in the Treatment of Neuromuscular disorderss, Neurology, 78:1009-1015 4. Sussman J, Farrugia ME, Maddison P, et al, Myasthenia Gravis: Association British Neurologist’s Management Guidelines, Pract Neurol, 15:199-206. 5. Myasthenia Gravis. U.S Department of Health and Human Services. 2010. 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer 7. Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia, 2015