Modul Miastenia Gravis (Kompetensi 3B)

JUDUL PENYAKIT/KETERAMPILAN SESUAI SKDI 3 &4

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa mampu mengenali gejala dan tanda klinik (termasuk gejala dini) yang khas
untuk miastenia gravis.
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik secara efektif.
3. Mahasiswa mampu menunjukkan kemampuan dalam pendekatan diagnostik
4. Mahasiswa mampu menunjukkan kecakapan dalam hal penalaran klinik.
5. Mahasiswa mampu membuat keputusan diagnostik dan terapetik yang tepat

PERTANYAAN / PERSIAPAN DOKTER MUDA

 Apakah etiologi atau penyebab dari miastenia gravis?

 Bagaimanakah gejala klinik dan tanda klinik yang khas dari miastenia gravis?
 Bagaimanakah cara melakukan pemeriksaan fisik dan neurologis pada miastenia gravis?
 Bagaimanakah cara penegakan diagnostik miastenia gravis yang tepat?
 Bagaimanakah cara melakukan penatalaksanaan miastenia gravis yang tepat?

ALGORITMA KASUS

a. Pengertian

Komplikasi dari miasthenia gravis ditandai dengan memburuknya kelemahan otot,

mengakibatkan kegagalan pernafasan yang membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanis.

b. Anamnesis

Miastenia Gravis dapat menyerang otot volunter, yaitu otot yang mengontrol mata dan
pergerakannya, ekspresi wajah, dan otot untuk menelan. Oleh karena itu dapat ditemui gejala,
seperti kelemahan otot mata yang dapat menyebabkan ptosis dan diplopia, kesulitan menelan,
dan bicara pelo. Selain itu, dapat juga menyebabkan kelemahan pada tangan, kaki, dan leher.
Bila penyakit ini sudah mencapai tahap yang parah, dapat mengenai otot-otot pernapasan.

MODUL FK UMI (Harap judul modul dan bagian)

Kelemahan bersifat fluktuatif dan membaik dengan pemberian asetilkolinesterase inhibitor
sebelumnya.

c. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan neurologis dapat dijumpai ptosis dan diplopia pada pemeriksaan mata, paresis
pada tangan dan kaki, disartria, dan disfagia.

d. Kriteria Diagnosis :Memenuhi kriteria anamnesis, pemeriksaan fisik, dan neurofisiologi

e. Diagnosis Banding : Guiilain Barre Syndrome 

f. Pemeriksaan Penunjang 

 Pemeriksaan Antibodi Reseptor – Anti Asetilkolin

 Pemeriksaan Antibodi Anti Striated Muscle

 Pemeriksaan Antibodi Anti Muscle Spesific Kinase

 Elektrodiagnostik

 Repetitive Nerve Stimulation (RNS)

 Single­Fiber Electromyography (SFEMG)

g. Tatalaksana 

 Immunoglobulin Intravena (IVIg)

 Plasma Exchange (PE)

 Kortikosteroid diberikan bersama IVIg dan PE

 Inhibitor Asetilkolinesterase, khususnya Pyridostigmine oral, dapat dimulai kembali

setelah ekstubasi

MODUL FK UMI (Harap judul modul dan bagian)

DAFTAR KETERAMPILAN (kognitif dan psikomotor)

DAFTAR TILIK

1. Mengetahui penyebab terjadinya miastenia gravis

2. Mengetahui gejala klinik dan tanda klinik yang khas dari miastenia gravis
3. Mengetahui patomekanisme terjadinya miastenia gravis
4. Mengetahui pemeriksaan yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis miastenia gravis
5. Mengetahui penegakan diagnosis miastenia gravis berdasarkan tanda dan gejala klinik
6. Mengetahui penatalaksanaan dan pemberian terapi pada pasien miastenia gravis

MODUL FK UMI (Harap judul modul dan bagian)

REFERENSI

1. Godoy DA, Mello LJ, Massoti L, Napoli MD, 2013, The Myasthenic
Patient in Crisis: An Update of The Management in The
Neurointensive Care Unit, Aq Neuropsiquatr, 71(19):627-639

2. Howard JF, 2008, Myasthenia Gravis: A Manual for Health Care

Provider, Foundation of Myasthenia Gravis

3. Patwa HS, Chaudhry V, Katzberg H, et al, 2012, Evidence Based

4. Guideline: Intravenous Immunoglobulin in the Treatment of

Neuromuscular disorderss, Neurology, 78:1009-1015

5. Sussman J, Farrugia ME, Maddison P, et al, Myasthenia Gravis:

Association British Neurologist’s Management Guidelines, Pract
Neurol, 15:199-206.

6. Myasthenia Gravis. U.S Department of Health and Human Services.

2010.

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014

tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer

8. Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia, 2015

MODUL FK UMI (Harap judul modul dan bagian)