Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Teori Stufenbau merupakan teori yang dikemukakan oleh Hans

Kelsen yang menyatakan bahwa sistem hukum merupakan sistem anak

tangga dengan kaidah berjenjang dimana norma hukum yang paling

rendah harus berpegangan pada norma hukum yang lebih tinggi, dan

hukum yang tertinggi harus berpegangan pada norma hukum yang

paling mendasar (grundnorm). Menurut Kelsen, norma hukum yang

paling dasar (grundnorm) bentuknya tidak konkrit tapi abstrak.1

Penggunaan teori Stufenbau dalam karya ilmiah yang penulis buat

ini adalah dalam rangka memahami dasar hukum pembentukan

lembaga penyelenggara pemilihan umum. Pada prinsipnya banyak

teori-teori hukum yang dapat digunakan untuk memahami suatu konsep

namun penulis memandang teori yang tepat untuk digunakan adalah

teori Stufenbau. Mengapa demikian ?, karena penulis mengkaji tentang

dasar hukum pembentukan lembaga penyelenggara pemilihan umum

bukan mengenai penyelenggaraan pemilihan umum. Dan dilihat dari

dasar hukum pembentukan lembaga penyelenggara pemilihan umum di

Indonesia adalah dari hukum yang tertinggi sampai terendah. 1

1
Berdasarkan uraian itulah penulis tertarik untuk mengkaji lebih

dalam tentang “Teori Hirarki Peraturan (Stufenbau Theory) dalam

Perundang-Undangan di Indonesia.”

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Norma Hukum dalam Negara

Norma adalah suatu ukuran yang harus dipatuhi seseorang dalam

hubungannya dengan sesama ataupun dengan lingkungan, istilah

norma berasal dari bahasa latin, atau kaidah dalam bahasa arab, dan

sering juga disebut dengan pedoman, patokan, atau aturan dalam

bahsa Indonesia. Dalam perkembangannya norma itu di artikan sebagai

suatu ukuran atau patokan bagi seseorang dalam bertindak atau

bertingkah laku dalam masyarakat. Jadi, inti suatu norma adalah segala

aturan yang harus dipatuhi.2

Menurut Hans Kelsen, norma hukum adalah aturan, pola atau

standar yang perlu diikuti. Kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa

fungsi norma hukum, adalah:3

a. Memerintah

b. Melarang

c. Menguasakan

d. Membolehkan

e. Menyimpan dari ketentuan

Didalam mengkhususkan pembicaraan atau pembahasan mengenai

kaedah-kaedah atau norma-norma hukum, maka perlu dipahami

3
secara lebih mendalam lagi teori “stufenbau” dari Kelsen. Menurut

Kelsen, maka tata kaedah hukum dari suatu negara, merupakan suatu

sistem kaedah-kaedah hukum yang hierarki yang dalam bentuknya

yang sangat sederhana.4

1. Hierarki Norma Hukum

Menurut Adolf Merkl, suatu norma hukum itu ke atas ia

bersumber dan menjadi sumber bagi norma hukum di bawahnya

sehingga suatu norma hukum itu mempunyai masa berlaku

(rechtskracht) yang relatif oleh karena itu masa berlakunya suatu

norma hukum itu tergantung pada norma hukum yang berada

diatasnya sehingga apabila norma hukum yang berada diatasnya

dicabut atau dihapus, maka norma-norma hukum yang berada

dibawahnya tercabut dan terhapus pula.2

Berdasarkan teori Adolf Merkl tersebut, dalam teori jenjang

normanya Hans Kelsen juga mengemukakan teorinya mengenai

jenjang norma hukum (stufentheori), dimana ia berpendapat bahwa

norma hukum norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-

lapis dalam suatu hierarki tata susunan, dimana suatu norma yang

lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang

lebih tinggi, norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan

berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya

sampai pada suatu norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut

4
dan bersifat hipotetis dan fiktif. Sehingga kaidah dasar diatas sering

disebut dengan “grundnorm” atau “ursprungnorm”.5

Menurut Kelsen, grundnorm pada umumnya adalah meta

juridisch, bukan produk badan pembuat undang-undang (de

wetgeving), bukan bagian dari peraturan perundang-undangan,

namun merupakan sumber dari semua sumber dari tatanan

peraturan perundang-undangan yang berada dibawahnya. Norma

dasar yang merupakan norma tertinggi dalam sistem norma

tersebut tidak lagi dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi lagi,

tetapi norma dasar itu ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat

sebagai norma dasar yang merupakan gantungan bagi norma-

norma yang berada dibawahnya sehingga suatu norma dasar itu

dikatakan pre-supposed.6 Dari uraian diatas mengenei ajaran Hans

Kelsen, maka dapat disimpulkan bahwa:4

1) Suatu tata kaedah hukum merupakan sistem kaedah-kaedah

hukum secara hierarkis

2) Susunan kaedah hukum yang sangat disederhanakan dari

tingkat terbawah ke atas

3) Sahnya kaedah-kaedah hukum dari golongan tingkat yang lebih

rendah tergantung atau ditentukan oleh kaedah-kaedah yang

termasuk golongan tingkat lebih tinggi.

5
Tidak ada sistem didunia ini yang secara positif mengatur

tata urutan peraturan perundang undangan. kalaupun ada

pengaturannya hanya hanya sebatas pada asas yang menyebutkan

misalnya: “Peraturan daerah tidak boleh bertentang dengan dengan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya’. atau

dalam hal UUD ada ungkapan “the supreme law of the land”.7

Dalam buku Hans Kelsen “General Theori of Law and State”

terjemahan dari teori umum tentang hukum dan negara yang

diuraikan oleh Jimly Assihiddiqie dengan judul Teori Hans Kelsen

tentang hukum antara lain bahwa. 8 Analisis hukum, yang

mengungkapkan karakter dinamis dari sistem norma dan fungsi

norma dasar, juga mengungkapkan suatu kekhasan lebih lanjut dari

hukum: hukum mengatur pembentukannya sendiri karena suatu

norma hukum menentukan cara untuk membuat norma hukum yang

lain, dan juga sampai derajat tertentu, menentukan isi dari norma

yang lainnya itu. Karena, norma hukum yang satu valid lantaran

dibuat dengan cara yang ditentukan oleh suatu norma hukum yang

lain, dan norma hukum yang lain ini menjadi landasan validitas dari

norma hukum yang disebut pertama.

Menurut Hans Kelsen, norma itu berjenjang berlapis-lapis

dalam suatu susunan hierarki. Pengertiannya, norma hukum yang

dibawah berlaku dan bersumber, dan berdasar dari norm yang lebih

6
tinggi, dan norma lebih tinggi juga bersumber dan berdasar dari

norma yang lebih tinggi lagi begitu seterusnya sampai berhenti pada

suatu norma tertinggi yang disebut sebagai Norma Dasar

(Grundnorm) dan masih menurut Hans Kelsen termasuk dalam

sistem norma yang dinamis. Oleh sebab itu, hukum selalu dibentuk

dan dihapus oleh lembaga-lembaga otoritas-otoritasnya yang

berwenang membentuknya, berdasarkan norma yang lebih tinggi,

sehingga norma yang lebih rendah (Inferior) dapat dibentuk

berdasarkan norma yang lebih tinggi (superior), pada akhirnya

hukum menjadi berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis membentuk

suatu Hierarki.9

B. Sistem Norma Hukum di Indonesia

Istilah hukum Indonesia sering digunakan dalam kehidupan sehari-

hari untuk menunjuk pada sistem norma yang berlaku dan diberlakukan

di Indonesia. Secara sistematik berarti hukum dilihat sebagai suatu

kesatuan, yang unsur-unsur, sub-sistem atau elemen-elemennya saling

berkaitan, saling pengaruh mempengaruhi, serta saling memperkuat

atau memperlemah antara satu dengan yang lainnya tidak dapat

dipisahkan.10

Sistem norma hukum yang berlaku di Indonesia sama halnya

dengan teori yang dikemukakan oleh Hans kelsen yaitu Stuffenbau

7
Theory, secara umum dapat dikelompokan peraturan perundang-

undangan dalam empat tingkat yaitu:3

1. Kekentuan yang memuat norma dasar

2. Ketentuan legislatif yang menjabarkan norma dasar

3. Ketentuan yang dibentuk oleh pemerintahan sebagai aturan

pelaksanaan; dan

4. Ketentuan organik untuk mengoperasionalkan secara rinci

peraturan pemerintah.

Berdasarkan teori Hans Kelsen, struktur tata hukum Indonesia

adalah:11

1. Staatsfundamentalnorm : Pancasila (Pembukaan UUD 1945);

2. Staatsgrundgesetz : Batang Tubuh UUD 1945, TAP MPR, dan

Konvensi Ketatanegaraan;

3. Formell Gesetz : Undang-Undang;

4. Verordnung & Autonome Satzung : secara hierarkis mulai dari

Peraturan Pemerintah hingga Keputusan Bupati atau Walikota.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Teori Stufenbau merupakan teori yang dikemukakan oleh Hans

Kelsen yang menyatakan bahwa sistem hukum merupakan sistem

anak tangga dengan kaidah berjenjang dimana norma hukum yang

paling rendah harus berpegangan pada norma hukum yang lebih

tinggi, dan hukum yang tertinggi harus berpegangan pada norma

hukum yang paling mendasar (grundnorm).

2. Sistem norma hukum yang berlaku di Indonesia sama halnya

dengan teori yang dikemukakan oleh Hans kelsen yaitu Stuffenbau

Theory, secara umum dapat dikelompokan peraturan perundang-

undangan dalam empat tingkat yaitu Kekentuan yang memuat

norma dasar, Ketentuan legislatif yang menjabarkan norma dasar,

Ketentuan yang dibentuk oleh pemerintahan sebagai aturan

pelaksanaan; dan Ketentuan organik untuk mengoperasionalkan

secara rinci peraturan pemerintah.

9
B. Saran

Yang menjadi saran penulis dalam makalah ini adalah meskipun

sistem tata hukum yang berlaku di Indonesia pada umumnya

dipengaruhi oleh dan seolah-olah berkiblat dari teori Hans Kelsen,

maka tentunya tidak ada salahnya ketika kita menerapkan hal itu

karena memang dalam teori hukum tersebut terkandung nilai-nilai

ideal yang berorientasi pada nilai-nilai keadilan. Disamping itu, bangsa

Indonesia pun bukan berarti tidak boleh menggunakan filter dalam

menangkal kemungkinan-kemingkinan yang tidak diharapkan dari

pengadopsian sistem yang datangnya dari dunia barat.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Haryanti Dewi. 2015. Konstruksi Hukum Lembaga Penyelenggaraan

Pemilihan Umum di Indonesia Ditinjau dari Teori Stufenbau.

2. Maria Farida. 2006. Ilmu Perundang-Undangan Dasar-Dasar dan

Pembentukannya. Yogyakarta. h. 6,25-28

3. Yuliandri. 2010. Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-

Undagan Yang Baik. Jakarta. h. 21,44,45

4. Purnadi Purbacaraka. 1979. Perihal Kaidah Hukum. Bandung. h. 41,42

5. Ni’matul Huda. 2008. UUD 1945 dan Gagasan Amandemen Ulang.

Jakarta. h. 54

6. Maria Farida Indrati Soeprapto. 2010. Ilmu Perundang-Undangan : Jenis,

Fungsi, dan Materi Muatan. Yogyakarta. h. 4

7. Ni’matul Huda. 2005. Negara Hukum demokrasi dan judicial Review.

Cetakan Pertama. Yogyakarta. h. 48.

8. Hans Kelsen. 2010. Teori Umum Tentang Hukum dan Negara (Theory Of

Law and State). Bandung. H. 179.

9. Aziz Syamsuddi. 2011. Proses Dan teknik Penyusunan Undang-undang.

Cetakan Pertama. Jakarta. h. 14-15.

10. Ilham Bisri. 2004. Sistem Hukum Indonesia. Jakarta. h. 5

11
11. Jimly Asshiddiqie & M. Ali Safaat. 2006. Teori Hans Kelsen Tentang

Hukum. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.

Jakarta. h 171.

12

Anda mungkin juga menyukai