Anda di halaman 1dari 18

Glomerulonefrotik Akut

Pasca Streptokokus
pada Anak
RUMUSAN MASALAH

Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dengan keluhan buang air


kecil berwarna gelap, bengkak di kedua mata, dan nafas pendek.
MIND MAP
Anamnesis PF &
PP
WD &
Penatalaksana DD
an
Etiologi
RM
Prognosis
Epidemiologi
Pencegah
an Gejala
Komplikasi
klinis
HIPOTESIS

Anak laki-laki 5 tahun tersebut menderita


glomerulonefritis akut.
Anamnesis

Keluhan
Identitas
utama

RP
RPS + Secara klinis dapat digali riwayat adanya infeksi
dahulu,
keluhan
keluarga,
lain streptokokus seperti faringitis, tonsillitis, atau
ek-sos
pyoderma sebelum mengalami GNPSA.
Pemeriksaan Fisik
• Melakukan pengukuran berat dan tinggi badan, tekanan darah, adanya
sembab atau asites.
 Melakukan pemeriksaan kemungkinan adanya penyakit sistemik yang
berhubungan dengan kelainan ginjal seperti
 arthritis
 ruam kulit
 gangguan kardiovaskular
 paru
 sistem saraf pusat
Pemeriksaan Penunjang
 Urinalisis
• Volume urin berkurang
• Urin berwarna gelap atau kecoklatan
• 60-85% terdapat eritrosit
• 2-5% terdapat proteinuria massif

 Pemeriksaan urin lengkap


• LFG menurun
• Kadar kreatinin ureum dan kreatinin >

 ASTO
• Peningkatan titer antibodi terhadap streptolisin-O (ASTO) terjadi 10-14 hari setelah infeksi streptokokus
Diagnosis
Kerja

Berdasarkan gejala klinis :


• hematuria yang timbul mendadak
• edema
• gagal ginjal akut post infeksi streptococcus
•tanda glomerulonefritis yang khas pada
urinalisis
•adanya tanda infeksi streptococcus pada
pemeriksaan laboratorium
Diagnosis banding

Sindrom Nefrotik

Sindroma nefritik merupakan suatu kompleks klinis yang mencakup (1) proteinuria
massif, dengan pengeluaran protein di dalam urine 3,5 gram atau lebih perhari, (2)
hipoalbuminemia, dengan kadar albumin plasma kurang dari 3 gr/dl, (3) edema
generalisata, yaitu gambaran klinis yang paling mencolok, serta (4) hiperlipidemia dan
lipiduria. Saat onset sedikit atau tidak terdapat azotemia, hematuria, atau hipertensi.
Diagnosis banding

Infeksi Saluran Kemih

Berdasarkan ada tidaknya komplikasi, ISK dibagi menjadi ISK simpleks dan kompleks.
ISK simpleks/ sederhana/ uncomplicated UTI adalah terdapat infeksi pada saluran
kemih tetapi tanpa penyulit (lesi) anatomis maupun fungsional saluran kemih. ISK
kompleks/ dengan komplikasi/ complicated UTI adalah terdapat infeksi pada saluran
kemih disertai penyulit (lesi) anatomis maupun fungsional saluran kemih misalnya
sumbatan muara uretra, refluks vesikoureter, urolithiasis, parut ginjal, buli-buli
neurogenik, dan sebagainya.
Manifestasi klinis

 Edema, pada 80-90% kasus.


 Hal ini disebabkan adanya gangguan pada aliran darah intraglomerular akibat
hiperselularitas glomerulus, sehingga mengurangi aliran darah dan terjadi retensi air
dan garam.

 Hipertensi pada 50-90% kasus.


 Hipertensi disebabkan oleh retensi air dan garam yang hebat.

 Oliguria, terjadi pada 10-50% kasus, dan pada 15% pasien output urin berkurang dari
200 mL perhari atau 5 mL perjam (normalnya 600-2400 L perhari).

 Hematuria, merupakan gejala yang terjadi secara universal. Pada 30-50% kasus, terjadi
hematuria yang hebat.
Etiologi & Epidemiologi
• Di Amerika Serikat, frekuensi penyakit glomerulus ini
menurun, tetapi tetap menjadi penyakit yang cukup
sering dijumpai diseluruh dunia

• Penyakit ini sering muncul pada 1-4 minggu setelah


infeksi streptococcus pada faring dan kulit.

• Glomerulonefritis pasca streptokokus terjadi


palingsering pada anak usia 6 sampai 10 tahun, tetapi
orang dewasa juga dapat terkena.

• Glomerulonefritis akut pasca streptokokus menyertai


infeksi tenggorokan atau kulit oleh strain “nefrogenik”
dari sterptokokus beta hemolitikus grup A tertentu.
Patofisologi

 Respon berlebihan sistim imun pejamu pada stimulus antigen dengan produksi
antibody yang berlebihan  terbentuknya kompleks Ag-Ab  melintas pada
membrane basal glomerulus  aktivas sistim komplemen yang melepas
substansi yang akan menarik neutrofil. Enzim lisosom yang dilepas netrofil
merupakan faktor responsive untuk merusak glomerulus.

 neuraminidase yang dihasilkan oleh streptokokus mengubah IgG endogen


menjadi autoantigen Terbentuknya autoantibody terhadap IgG yang telah
berubah  pembentukan kompleks imun yang bersirkulasi, kemudian
mengendap dalam ginjal.
Komplikasi

Komplikasinya adalah gagal ginjal akut, dan meliputi kelebihan beban volume,
kongesti sirkulasi, hipertensi, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemia,
asidosis, kejang-kejang, dan uremia.
Tatalaksana

1. Perawatan dibutuhkan apabila dijumpai penurunan fungsi ginjal sedang sampai berat (klirens
kreatinin < 60 ml/ 1 menit/ 1,73 m2), BUN > 50 mg, anak dengan tanda dan gejala uremia,
muntah, letargi, hipertensi ensefalopati, anuria atau oliguria menetap. Pasien hipertensi ddapat
diberi diuretik atau anti hipertensi.

2. antimikroba berupa injeksi benzathine penisilin 50.000 U/kgBB IM atau eritromisin oral 40
mg/kgBB/hari seama 10 hari

3. Protein tidak perlu dibatasi bila kadar urea N kurang dari 75 mg/dL atau 100 mg/dL
Prognosis

Perbaikan klinis yang sempurna dan urin yang normal menujukkan prognosis
yang baik. Insiden gangguan fungsi ginjal berkisar 1-30%. Kemungkinan
GNAPS menjadi kronik 5-10%; sekitar 0,5-2% kasus menunjukkan penurunan
fungsi ginjal cepat dan progresif dan dalam beberapa minggu atau bulan jatuh
ke fase gagal ginjal terminal. Angka kematian pada GNAPS bervariasi antara
0,7%. Melihat GNAPS masih sering dijumpai pada anak, maka penyakit ini
harus dicegah karena berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal.
Kesimpulan

Anak laki-laki 5 tahun tersebut menderita glomerulonefrotik akut pasca


streptokokus sesuai dengan gejala klinisnya. Tatalaksana yang tepat akan
memberikan perkembangan perbaikan klinis yang menunjukan prognosis yang
baik.

Anda mungkin juga menyukai