BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit pada saluran pernapasan merupakan sumber yang paling penting pada
status kesehatan yang buruk dan mortalitas di kalangan anak-anak kecil. ISPA merupakan
suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun
di negara maju. ISPA meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan bagian
bawah. Banyak kasus dilaporkan pada penyakit ISPA perlu perawatan di rumah sakit
karena penyakitnya cukup gawat. Adapun yang termasuk ISPA adalah tonsilitis, rhinitis,
faringitis, influenza,bronkitis akut, bronkiolitis, dan pneumonia.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami betul tentang penyakit ISPA itu sendiri, sehingga dapat
memberikan pelayanan kesehatan berupa promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif
yang menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan berdasarkan pendekatan
kedokteran keluarga, dengan mengiikutsertakan pasien dan keluarga.
2. Mengetahui adanya hubungan antara riwayat keluarga (riwayat biologis, psikologis,
lingkungan/keadaan rumah, spiritual, sosial, kultural keluarga) terhadap penyakit
pasien (ISPA).
3. Mengetahui sikap, pengetahuan, serta pengobatan yang dilakukan keluarga terhadap
anak yang menderita ISPA
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Etiologi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan kelompok penyakit yamg komplek
dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis
virus, bakteri, dan riketsia. Virus penyebab ISPA antar lain golongan Miksovirus (termasuk di
dalamnya virus influensa, virus para-influensa), Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus,
Mikoplasma, Herpesvirus. Bakteri penyebab ISPA antara lain Streptococcushemoliticus,
Staphylococcus, Pneumococcus, Hemofilusinfluenza, Bordetellapertusis, dan Corynebacterium
diffteria. Ricketsia penyebab ISPA adalah Koksielaburnetti.3 Jamur penyebab ISPA adalah
Kokiodoidesimitis, Histoplasmakapsulatum, Blastomisesdermatidis, Aspergillusfikomycetes.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan
terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita.4 Bila
ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat
antibiotik.
Faktor Resiko
Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran virus, terutama melalui bahan
sekresi hidung. Virus ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak dalam mukosa hidung
daripada mukosa faring.
Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium, maupun di lapangan, diperoleh kesimpulan
bahwa sebenarnya kontak hand to hand (vide 3) merupakan modus yang terbesar
dibandingkan dengan cara penularan aerogen yang semula banyak diduga. 5
2.4 Patofisiologi
Perubahan pertama adalah edema dan vasodilatasi pembuluh darah pada
submukosa.Infiltrate sel mononuclear menyertai, yang dalam 1-2 hari menjadi
polimorfonuklear.6,2 Perubahan struktural dan fungsional silia mengakibatkan pembersihan
mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat, epitel superficial mengelupas. Regenerasi
sel epitel baru terjadi setelah lewat stadium akut. Ada produksi mukus yang banyak sekali, mula-
mula encer, kemudian mengental dan biasanya purulen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis
saluran pernafasan atas,termasuk oklusi dan kelainan rongga sinus
2.5 Penularan
Salah satu penularan ISPA adalah melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pernapasan. selain itu ISPA dapat juga terjadi karena transmisi organisme
melalui AC (air conditioner). Adanya bibit penyakit di udara umumnya berbentuk aerosol yakni
suatu suspensi yang melayang di udara. Penyebaran infeksi melalui aerosol dapat terjadi pada
waktu batuk dan bersin-bersin. Penularan dapat juga melalui kontak langsung/ tidak langsung
dari benda yang telah tercemari jasad renik ( hand to hand transmition ), dan melalui droplet
yang dapat menjadi jalan masuk bagi virus.7,8 Penularan faringitis terjadi melalui droplet, kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi
sehingga terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada
sinusitis, saat terjadi ISPA melalui virus, hidung akan mengeluarkan ingus yang dapat
menghasilkan superinfeksi bakteri, sehingga dapat menyebabkan bakteri-bakteri patogen masuk
ke dalam rongga-rongga sinus.1
2.6 Gejala :
Penemuan penderita ISPA dilakukan secara pasif (passive case finding) yaitu penemuan
penderita ISPA yang datang berobat dengan gejala-gejala saluran pernapasan yaitu :1
a. Batuk
b. Pilek
c. Kesulitan bernapas
d. Demam (38-40C)
Gejala ISPA sangat bervariasi. Antara penyakit satu dan yang lainnya sering mempunyai
gejala yang serupa. Berikut merupakan gejala penyerta pada anak-anak : 1,2
a. bersin-bersin
b. nyeri menelan
c. sakit kepala, nyeri sendi
d. lemah, lesu
e. frekuensi napas cepat
Tanda-tanda klinis :
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting
expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratorium : 4
hypoxemia,
hypercapnia dan
acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Pengobatan
Pengobatan pada penyakit ISPA dapat dibagi sesuai dengan klasifikasinya, yaitu :4
1. Pneumonia berat :
Dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dsb.
2. Pneumonia :
Diberi obat antibiotik kortimoksasol peroral.
Bila penderita tidak mungkin diberi kortimoksasol atau ternyata dengan
pemberian kortimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat
antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3. Bukan Pneumonia :
Pengobatan bersifat symptomatik
Tanpa pemberian obat antibiotik, diberikan perawatan di rumah, untuk batuk
dapat diberikan obat batuk yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein, dekstrometorfan dan, antihistamin.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol
2.9 Pencegahan
3.0 Komplikasi
1. Sinusitis
2. Sesak napas
3. Pneumonia dan pneumonia berat
4. Otitis Media Akut
5. Demam Reumatik, Penyakit Jantung Reumatik dan Glomerulonefritis, yang disebabkan
oleh radang tenggorokan karena infeksi Streptococcus beta hemolitikus grup A (Strep
Throat)
3.1 Prognosis
Prognosis untuk penyakit ISPA umunya baik apabila ditangani dengan tepat serta didukung
dengan status gizi yang baik. Namun dapat menjadi buruk bahkan sampai menimbulkan
kematian bila pasien datang berobat dalam keadaan berat serta adanya penyulit-penyulit
dan gizi yang buruk.
BAB III
3.1 Materi
Materi yang dibahas dalam laporan kasus ini adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) yang terjadi pada pasien.
3.2 Metode
I. Pengamatan atau observasi terhadap pasien, keluarga, serta lingkungan rumah dan
sekitarnya.
BAB IV
I Identitas Pasien
a. Nama : Alfarega
d. Pekerjaan :-
e. Pendidikan :
g.Telepon :-
Pneumonia Sangat Berat: jika anak semakin memburuk setelah pemberian kloramfenikol
selama 48 jam, periksa adanya komplikasi dan ganti dengan kloksasilin ditambah
gentamisin jika diduga suatu pneumonia stafilokokus.
Pneumonia Berat: jika anak tidak membaik setelah pemberian benzilpenisilin dalam 48
jam atau kondisinya memburuk setelah pemberian benzilpenisilin kemudian periksa
adanya komplikasi dan ganti dengan kloramfenikol. Jika anak masih menunjukkan tanda
pneumonia setelah 10 hari pengobatan antibiotik maka cari penyebab pneumonia
persistensi.
Pneumonia:Coba untuk melihat kembali anak setelah 2 hari dan periksa adanya tanda-
tanda perbaikan (pernafasan lebih lambat, demam berkurang, nafsu makan membaik).
Nilai kembali dan kemudian putuskan jika anak dapat minum, terdapat penarikan dinding
dada atau tanda penyakit sangat berat maka lakukan kegiatan ini yaitu rawat, obati
sebagai pneumonia berat atau pneumonia sangat berat. Jika anak tidak membaik sama
sekali tetapi tidak terdapat tanda pneumonia berat atau tanda lain penyakit sangat berat,
maka ganti antibiotik dan pantau secara ketat.
Telah diperiksa pasien anak berusia 2,5 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk dan
pilek sejak 3 hari yang lalu. Tidak adanya tanda tarikan dinding dada serta tidak terdapat
wheezing. Keluhan tambahan lainnya demam tapi tidak terlalu tinggi dan biasanya pada malam
hari. Nafsu makan pasien baik, pola istirahat baik, dan untuk masalah imunisasi dasar lengkap.
Keluhan dirasakan setelah sering mengkonsumsi es, cokelat. Penyakit serupa beberapa kali
dirasakan jika pasien mengkonsumsi es. Faktor resiko lainnya, paman dari pasien sering
merokok didalam rumah jika sedang berkunjung kerumah dan kakek dari pasien menderita TB
paru sejak 6 bulan yang lalu serta ayahnya sedang batuk-batuk. Riwayat penyakit terdahulu
yang pernah dialami adalah sesak pada usia 8 bulan
XII. Perkiraan akan timbulnya keadaan penyakit ditinjau dari perilaku dan lingkungan
Rumah pasien terletak di pemukiman padat penduduk. Jarak antara rumah yang satu dengan
yang lain hanya dipisahkan oleh dinding dan letaknya berdampingan antar rumah. Pasien tinggal
dirumah nenek bersama orang tuanya. Dari sini dapat kita lihat bahwa kepadatan penduduk
merupakan salah satu faktor resiko ISPA yang mana dapat ditularkan dari tetangga sekitar. Dan
kebiasaan untuk jajan sembarangan dan minum es pun bisa menjadi faKtor resiko timbulnya
penyakit. ISPA merupakan penyakit menular, hubungan dengan keluarga dan masyarakat yang
baik juga dapat memungkinkan pasien dapat menularkan penyakit yang dideritanya kepada
orang lain.
2. Social : menjelaskan untuk tetap berhati hati dengan masyarakat yang tinggal disekitar rumah
pasien. Karena kita tidak mengetahui apakah ada sumber penyakit yang mereka alami saat
mereka berkomunikasi dengan kita.
3. Gaya hidup dan perilaku : menyarankan pemakaian masker ketika bekerja atau berkomunikasi
dengan orang sakit agar kita tida terpapar debu, virus, dan juga bakteri yang ada dilingkungan
sekitar kita.
5. Pelayanan kesehatan : mengajak para pelayan kesehatan untuk memberdayakan kader agar
bisa memberikan konseling kesehatan kepada masyarakat.
XIV. Saran upaya pencegahan penyakit pasien dan keluarga oleh mahasiswa
a. Promotif : penyulahan dengan memberikan pengetahuan (edukasi)
kepada pasien dan keluarga pasien sehingga adanya
perubahan perilaku untuk kesembuhan dan kesehatan pasien
c. Kuratif : memberikan terapi obat yang tepat, dosis yang benar, waktu
pemberian yang adekuat, serta harga obat yang terjangkau.
Terapi yang diberikan puskesmas kepada pasien :
- paracetamol 500mg
- amoxicillin 500mg
Atau bila ada tanda bahaya penyakit (ISPA) segera bawa ke puskesmas atau rumah sakit
terdekat.
XV. Lampiran : foto foto perilaku atau lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit
atau yang nantinya akan mempengaruhi keadaan kesehatan keluarga
Gambar 1. Tampak depan rumah.
Gambar 2. Tampak dapur dan tempat mencuci pakaian
Gambar 3. Tampak dinding tanpa ventilasi dan pencahayaan.
Gambar 4. Tampak kamar tidur.
gambar 5. Foto bersama pasien dan nenek
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Diagnosis pada pasien ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur serta kejadian ISPA dapat dipicu oleh banyak faktor
resiko. Dari hasil analisis kedokteran keluarga terhadap kasus ini, penyebab ISPA pasien
ini dapat terjadi karena adanya faktor resiko, seperti : adanya kontak pasien dengan
masyarakat yang menderita gejala yang sama. Selain itu, faktor resiko lainnya yaitu
seringnya mengkonsumsi es serta terpapar dengan asap rokok. ISPA dapat sembuh dengan
baik. Namun dapat juga berdampak buruk bila penderita datang berobat dalam keadaan
berat serta adanya penyulit-penyulit dan kekurangan gizi.
Dalam mengatasi penyakit yang terjadi dalam masyarakat diperlukan tindakan yang
holostik, berkesinambungan, dan terpadu dengan menggunakan cara promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Diharapkan dengan cara tersebut dapat mengurangi angka
kesakitan dan kematian serta dapat meningkatkan kesehatan dalam masyarakat.
Daftar Pustaka