Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus ISPA pada Anak di Puskesmas

Stella Nadia Sura


102013347
FF 41
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email: stella.2013fk347@civitas.ukrida.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu penyakit yang sering di derita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut) atau Acute Respiratory Infection (ARI), baik yang disebabkan
oleh bakteri maupun virus. Infeksi akut dalam arti adalah infeksi yang berlangsung sampai
dengan 14 hari. Batas 14 hari di ambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan ISPA dapat berlangsung lebih dari 14 hari.1

Penyakit pada saluran pernapasan merupakan sumber yang paling penting pada
status kesehatan yang buruk dan mortalitas di kalangan anak-anak kecil. ISPA merupakan
suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun
di negara maju. ISPA meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan bagian
bawah. Banyak kasus dilaporkan pada penyakit ISPA perlu perawatan di rumah sakit
karena penyakitnya cukup gawat. Adapun yang termasuk ISPA adalah tonsilitis, rhinitis,
faringitis, influenza,bronkitis akut, bronkiolitis, dan pneumonia.

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan


kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.
Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % - 60% dari
kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang
disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%. Kematian yang terbesar umumnya adalah
karena pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas
ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita
datang dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang dapat dirumuskan dari kasus ini adalah:
1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien
2. Adanya hubungan antara penyakit (ISPA) terhadap lingkungan keluarga dan
masyarakat sekitar, mengingat ISPA merupakan penyakit menular
3. Melihat bagaimana fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga dalam
mendukung penyembuhan pasien
4. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan pasien

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus :

1. Mengetahui dan memahami betul tentang penyakit ISPA itu sendiri, sehingga dapat
memberikan pelayanan kesehatan berupa promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif
yang menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan berdasarkan pendekatan
kedokteran keluarga, dengan mengiikutsertakan pasien dan keluarga.
2. Mengetahui adanya hubungan antara riwayat keluarga (riwayat biologis, psikologis,
lingkungan/keadaan rumah, spiritual, sosial, kultural keluarga) terhadap penyakit
pasien (ISPA).
3. Mengetahui sikap, pengetahuan, serta pengobatan yang dilakukan keluarga terhadap
anak yang menderita ISPA

1.4 Manfaat

1. Meningkatkan sikap, perilaku, dan pengetahuan pasien dan keluargannya terhadap


ISPA dan pengobatannya.
2. Mengenali gejala dini dan tanda-tanda bahaya dari penyakit tersebut, serta
memanfaatkan potensi pasien dan keluargannya dalam menanggulangi masalah yang
timbul.
3. Membantu dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas pada kasus penyakit menular
(contoh : ISPA) atau penyakit tidak menular.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut


ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari
istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Infeksi akut adalah infeksi
yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut
meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan ke dalam ISPA proses ini
berlangsung lebih dari 14 hari. ISPA terbagi menjadi dua, yaitu infeksi saluran pernafasan atas
dan infeksi saluran pernafasan bawah. Infeksi saluran pernafasan atas adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menyatakan suatu penyakit yang sering terjadi di saluran pernafasan atas, nasal
mucosaoropharynx. Penyakit ini juga biasa disebut pilek, acute rhinitis, acute nasopharyngitis,
acute rhinosinusitis.1

2.2 Klasifikasi ISPA


Klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya dan golongannya umur
yaitu :
a. Menurut Anonim (2008) ISPA berdasarkan golongannya :
1) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu (alveoli).
2) Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold), radang tenggorokan
(pharyngitis), tonsilitis dan infeksi telinga (otitis media).
b. Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongan umur
yaitu:2
1) Untuk anak usia 2-59 bulan :
a) Bukan pneumonia bila frekuensi pernafasan kurang dari 50 kali permenit untuk
usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali permenit untuk usia 12-59 bulan, serta
tidak ada tarikan pada dinding dada.
b) Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi pernafasan sama atau
lebih dari 50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan frekuensi pernafasan sama
atau lebih dari 40 kali permenit untuk usia 12-59 bulan), serta tidak ada tarikan
pada dinding dada.
c) Pneumonia berat yaitu adanya batuk dan nafas cepat (fastbreathing) dan tarikan
dinding pada bagian bawah ke arah dalam (servere chest indrawing).
2) Untuk anak usia kurang dari dua bulan :
a) Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali permenit dan
tidak ada tarikan dinding dada.
b) Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60 kali permenit
(fast breathing) atau adanya tarikan dinding dada tanpa nafas cepat.
Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli yang dapat disebabkan oleh
berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit. Pneumonia menjadi penyebab
kematian tertinggi pada balita dan bayi serta menjadi penyebab penyakit umum terbanyak.Tanda
serta gejala yang lazim dijumpai pada pneumonia adalah demam, tachypnea, takikardia, batuk
yang produktif, serta perubahan sputum baik dari jumlah maupun karakteristiknya. Selain itu
pasien akan merasa nyeri dada seperti ditusuk pisau, inspirasi yang tertinggal pada pengamatan
naik-turunnya dada sebelah kanan pada saat bernafas. Mikroorganisme penyebab pneumonia
meliputi: bakteri, virus, mycoplasma, chlamydia dan jamur. Pneumonia karena virus banyak
dijumpai pada pasien immunocompromised, bayi dan anak. Virus-virus yang menginfeksi adalah
virus saluran napas seperti RSV, Influenza type A, parainfluenza, adenovirus.

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko

Etiologi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan kelompok penyakit yamg komplek
dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis
virus, bakteri, dan riketsia. Virus penyebab ISPA antar lain golongan Miksovirus (termasuk di
dalamnya virus influensa, virus para-influensa), Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus,
Mikoplasma, Herpesvirus. Bakteri penyebab ISPA antara lain Streptococcushemoliticus,
Staphylococcus, Pneumococcus, Hemofilusinfluenza, Bordetellapertusis, dan Corynebacterium
diffteria. Ricketsia penyebab ISPA adalah Koksielaburnetti.3 Jamur penyebab ISPA adalah
Kokiodoidesimitis, Histoplasmakapsulatum, Blastomisesdermatidis, Aspergillusfikomycetes.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan
terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita.4 Bila
ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat
antibiotik.

Faktor Resiko

Kontak dekat (terutama pada anak-anak di sekolah)


Travelling
Gizi buruk
Merokok dan perokok pasif
Imunodefisiensi
Polip hidung, trauma jalan nafas atas
Penderita carrier streptococcus group A

Pada ISPA dikenal 3 cara penyebaran infeksi ini :

1. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk


2. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi waktu batuk-batuk dan bersin-bersin.
3. Melalui kontak langsung / tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari
jasad renik (hand to hand transmission)

Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran virus, terutama melalui bahan
sekresi hidung. Virus ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak dalam mukosa hidung
daripada mukosa faring.
Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium, maupun di lapangan, diperoleh kesimpulan
bahwa sebenarnya kontak hand to hand (vide 3) merupakan modus yang terbesar
dibandingkan dengan cara penularan aerogen yang semula banyak diduga. 5

2.4 Patofisiologi
Perubahan pertama adalah edema dan vasodilatasi pembuluh darah pada
submukosa.Infiltrate sel mononuclear menyertai, yang dalam 1-2 hari menjadi
polimorfonuklear.6,2 Perubahan struktural dan fungsional silia mengakibatkan pembersihan
mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat, epitel superficial mengelupas. Regenerasi
sel epitel baru terjadi setelah lewat stadium akut. Ada produksi mukus yang banyak sekali, mula-
mula encer, kemudian mengental dan biasanya purulen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis
saluran pernafasan atas,termasuk oklusi dan kelainan rongga sinus

2.5 Penularan
Salah satu penularan ISPA adalah melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pernapasan. selain itu ISPA dapat juga terjadi karena transmisi organisme
melalui AC (air conditioner). Adanya bibit penyakit di udara umumnya berbentuk aerosol yakni
suatu suspensi yang melayang di udara. Penyebaran infeksi melalui aerosol dapat terjadi pada
waktu batuk dan bersin-bersin. Penularan dapat juga melalui kontak langsung/ tidak langsung
dari benda yang telah tercemari jasad renik ( hand to hand transmition ), dan melalui droplet
yang dapat menjadi jalan masuk bagi virus.7,8 Penularan faringitis terjadi melalui droplet, kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi
sehingga terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada
sinusitis, saat terjadi ISPA melalui virus, hidung akan mengeluarkan ingus yang dapat
menghasilkan superinfeksi bakteri, sehingga dapat menyebabkan bakteri-bakteri patogen masuk
ke dalam rongga-rongga sinus.1

2.6 Gejala :

Penemuan penderita ISPA dilakukan secara pasif (passive case finding) yaitu penemuan
penderita ISPA yang datang berobat dengan gejala-gejala saluran pernapasan yaitu :1
a. Batuk
b. Pilek
c. Kesulitan bernapas
d. Demam (38-40C)

Gejala ISPA sangat bervariasi. Antara penyakit satu dan yang lainnya sering mempunyai
gejala yang serupa. Berikut merupakan gejala penyerta pada anak-anak : 1,2

a. bersin-bersin
b. nyeri menelan
c. sakit kepala, nyeri sendi
d. lemah, lesu
e. frekuensi napas cepat

2.7 Tanda-Tanda Bahaya ISPA

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan


dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi
lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan
mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalanpernapasan maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikianmortalitas masih tinggi, maka perlu
diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebihberat dan yang sudah berat cepat-cepat
ditolong dengan tepat agar tidak jatuhdalam kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya
dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tandatanda laboratoris.4

Tanda-tanda klinis :

a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting
expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratorium : 4

hypoxemia,
hypercapnia dan
acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

Tanda-tanda bahaya umum yang perlu diwaspadai :

1. Anak golongan umur kurang dari 2 bulan :


a. Kurang bisa minum ( kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari
setengah volume yang biasa diminumnya)
b. Kejang
c. Kesadaran menurun
d. Stridor
e. Wheezing
f. Demam atau dingin

2. Anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun :


a. tidak bisa minum
b. kejang
c. kesadaran menurun
d. stridor
e. gizi buru8

2.8 Penatalaksanaan ISPA

Pengobatan

Pengobatan pada penyakit ISPA dapat dibagi sesuai dengan klasifikasinya, yaitu :4

1. Pneumonia berat :
Dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dsb.
2. Pneumonia :
Diberi obat antibiotik kortimoksasol peroral.
Bila penderita tidak mungkin diberi kortimoksasol atau ternyata dengan
pemberian kortimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat
antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3. Bukan Pneumonia :
Pengobatan bersifat symptomatik
Tanpa pemberian obat antibiotik, diberikan perawatan di rumah, untuk batuk
dapat diberikan obat batuk yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein, dekstrometorfan dan, antihistamin.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol

2.9 Pencegahan

Penyakit ISPA dapat dicegah penularannya dengan cara :6

1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik


2. Immunisasi
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
5. Pemberian ASI eksklusif (antibodi)
6. Berhenti merokok atau hindari asap rokok
7. Nutrisi adekuat untuk meningkatkan daya tahan tubuh
8. Aktivitas fisik ditingkatkan
9. Hindari stress karena dapat menurunkan daya tahan tubuh
10. Istirahat yang cukup

3.0 Komplikasi

Komplikasi ISPA yang dapat terjadi diantaranya :5

1. Sinusitis
2. Sesak napas
3. Pneumonia dan pneumonia berat
4. Otitis Media Akut
5. Demam Reumatik, Penyakit Jantung Reumatik dan Glomerulonefritis, yang disebabkan
oleh radang tenggorokan karena infeksi Streptococcus beta hemolitikus grup A (Strep
Throat)

3.1 Prognosis

Prognosis untuk penyakit ISPA umunya baik apabila ditangani dengan tepat serta didukung
dengan status gizi yang baik. Namun dapat menjadi buruk bahkan sampai menimbulkan
kematian bila pasien datang berobat dalam keadaan berat serta adanya penyulit-penyulit
dan gizi yang buruk.

BAB III

MATERI dan METODE

3.1 Materi

Materi yang dibahas dalam laporan kasus ini adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) yang terjadi pada pasien.

3.2 Metode

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam laporan, yaitu :

I. Pengamatan atau observasi terhadap pasien, keluarga, serta lingkungan rumah dan
sekitarnya.

II. Wawancara/interview langsung dengan menggunakan alat berupa daftar pertanyaan.


Wawancara dilakukan kepada pasien.
III. Dokumentasi dengan melampirkan foto sebagai bukti pelaksanaan kunjungan ke rumah
pasien.

BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN

3.1 Hasil Data


Dari hasil wawancara dengan pasien serta pengamatan pada saat melaksanakan
kunjungan ke rumah pasien di Puskesmas Kelurahan Tomang, maka diperoleh data sebagai
berikut :

Puskesmas : Kelurahan Tomang

Alamat : Jl. Pulo Macan V NO. 40

I Identitas Pasien

a. Nama : Alfarega

b. Umur : 2,5 tahun

c. Jenis kelamin : laki-laki

d. Pekerjaan :-

e. Pendidikan :

f. Alamat : Jl. Banjir kanal Tomang RT/RW 01/11

g.Telepon :-

II. Anamnesis (dilakukan secara allo anamnesis)


a. Keluhan utama pasien : batuk, pilek
b. Riwayat penyakit sekarang : 3 hari yang lalu batuk disertai pilek, ada demam
tapi tidak terlalu tinggi biasanya hanya pada malam hari.
c. Riwayat penyakit dahulu: pada usia 8 bulan pernah sesak
d. Perilaku pasien yang berhubungan dengan penyakitnya sekarang : suka minum
es, makan cokelat, permen
e. Perilaku keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang : ketika
batuk, mulut tidak ditutup, paman dari pasien merokok didalam rumah
f. Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang :
- Kakek pasien : TB paru sejak 6 bulan yang lalu, rutin berobat.
- Ayah pasien : batuk-batuk (ayah bekerja sebagai ojek online).
g. Riwayat imunisasi: lengkap
III. Keluarga
a. Keadaan kesehatan sekarang:
- Kakek : masih dalam pengobatan TBC
b. Kebersihan perorangan: baik
c. Penyakit yang sedang diderita (anggota keluarga):
- Kakek : TBC sejak 6 bulan yang lalu
- Ayah : batuk-batuk
d. Penyakit keturunan : -
e. Penyakit kronis/menular : TB paru dari kakek
f. Kecacatan anggota keluarga: -
g. Pola makan: baik, kurang suka makan sayur
h. Pola istirahat: baik, teratur
i. Jumlah anggota keluarga: 5 orang (kakek, nenek, ayah, ibu, pasien)
IV. Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan buruk: paman pasien merokok didalam rumah jika sedang
berkunjung.
b. Ketergantungan obat: -
c. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas
d. Pola rekreasi: sedang
V. Identifikasi Keadaan rumah/lingkungan
a. Jenis bangunan: semi permanen
b. Lantai rumah: semen
c. Luas rumah: 3,5 m x 5 m
d. Penerangan: kurang, tidak ada sinar matahari
e. Kebersihan: kurang
- banyak pakaian kotor yang menumpuk.
- Kasur jarang dijemur karena lahan untuk menjemur
f. Ventilasi: tidak ada ventilasi
g. Dapur: ada, tapi berbatasan langsung dengan tempat mencuci pakaian
h. Jamban keluarga: tidak ada
- Harus ke MCK jika ingin mandi dan buang air.
i. Sumber air minum: beli air kemasan atau beli air ledeng.
j. Sumber pencemaran air:
k. Pemanfaatan pekarangan: tidak ada
l. System pembuangan limbah: tidak
m. Tempat pembuangan sampah: sampah dikumpulkan lalu dibuang ke TPS
n. Sanitasi lingkungan: kurang
VI. Spiritual keluarga
a. Ketaatan beribadah: baik
- Sholat 5 waktu
b. Keyakinan tentang kesehatan: baik
VII. Keadaan sosial keluarga
a. Tingkat pendidikan: rendah
b. Hubungan dengan orang lain: baik, sering bersosialisasi dengan tetangga
c. Hubungan dengan anggota keluarga: baik
d. Kegiatan organisasi social: sering ikut kerja bakti bersama warga lain
e. Keadaan ekonomi: kurang
- Ayah pasien berpendapatan 1.500.000/bulan sebagai ojek online (untuk
membiayai 5 anggota keluarga)
- Pengeluaran bisa lebih daripada pendapatan
VIII. kultural keluarga
a. adat yang berpengaruh: -
b. lain-lain: -
IX. Daftar anggota keluarga
a. Ayah
- Usia: 28 tahun
- Pekerjaan: ojek online
b. Ibu
- Usia: 24 tahun
- Pekerjaan: Ibu rumah tangga
c. Kakek
- Usia: 53 tahun
- Pekerjaan: -
d. Nenek
- Usia: 50 tahun
- Pekerjaan: ibu rumah tangga
e. Pasien
- Usia: 2,5 tahun
X. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: compos mentis
b. TTV
- Tekanan darah nenek 110/70 mmHg
- Pernapasan Pasien: 24x/menit
Nenek: 18x/menit
- Nadi Pasien: 80x/menit
Nenek: 74x/menit
c. Status gizi: baik
d. Pemeriksaan fisik: semua normal
e. Hasil pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan : belum dilakukan
f. Diagnosis pasien : Infeksi Saluran Pernafasan Akut non Pneumonia karena tidak
ada tarikan dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada napas cepat
g. Diagnosis banding : - rhinitis
- Nasofaringitis
- Laryngitis
- Tuberculosis paru
h. Diagnosis keluarga : kondisi keluarga beresiko tertular TB paru dari kakek yang
menderita sejak 6 bulan yang lalu.
XI. Usulan pemeriksaan penunjang untuk pasien dan keluarga mulai tingkat
pelayanan primer (pemeriksaan di puskesmas) hingga rujukan
Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Intervensi yang ditujukan bagi pencegahan faktor risiko dapat dianggap sebagai strategi untuk
mengurangi kesakitan (insiden).
Termasuk disini ialah:
Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan, dimana kegiatan ini diharapkan dapat
mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan faktor
resiko penyakit ISPA. Kegiatan penyuluhan ini dapat berupa penyuluhan penyakit ISPA,
penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi, penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak,
penyuluhan kesehatan lingkungan rumah, penyuluhan bahaya rokok.

Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)


Upaya penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan sedini mungkin.

Upaya pengobatan yang dilakukan dibedakan atas klasifikasi ISPA yaitu :


a) Untuk kelompok umur < 2 bulan, pengobatannya meliputi :
Pneumonia Berat: rawat dirumah sakit, beri oksigen (jika anak mengalami sianosi sentral,
tidak dapat minum, terdapat penarikan dinding dada yang hebat), terapi antibiotik dengan
memberikan benzilpenisilin dan gentamisin atau kanamisin.
Bukan Pneumonia: terapi antibiotik sebaiknya tidak diberikan, nasihati ibu untuk menjaga
agar bayi tetap hangat, memberi ASI secara sering, dan bersihkan sumbatan pada hidung
jika sumbatan itu menggangu saat memberi makan.
b) Untuk kelompok umur 2 bulan - <5 tahun, pengobatannya meliputi :
Pneumonia Sangat Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen, terapi antibiotik dengan
memberikan kloramfenikol secara intramuskular setiap 6 jam. Apabila pada anak terjadi
perbaikan (biasanya setelah 3-5 hari), pemberiannya diubah menjadi kloramfenikol oral,
obati demam, obati mengi, perawatan suportif, hati-hati dengan pemberian terapi cairan,
nilai ulang dua kali sehari.
Pneumonia Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen, terapi antibiotik dengan
memberikan benzilpenesilin secara intramuskular setiap 6 jam paling sedikit selama 3
hari, obati demam, obati mengi, perawatan suportif, hati-hati pada pemberian terapi
cairan, nilai ulang setiap hari.
Pneumonia: obati di rumah, terapi antibiotik dengan memberikan kotrimoksasol,
ampisilin, amoksilin oral, atau suntikan penisilin prokain intramuskular per hari, nasihati
ibu untuk memberikan perawatan di rumah, obati demam, obati mengi, nilai ulang setelah
2 hari.
Bukan Pneumonia (batuk atau pilek): obati di rumah, terapi antibiotik sebaiknya tidak
diberikan, terapi spesifik lain (untuk batuk dan pilek), obati demam.
Pneumonia Persisten: rawat (tetap opname), terapi antibiotik dengan memberikan
kotrimoksasol dosis tinggi untuk mengobati kemungkinan adanya infeksi pneumokistik,
perawatan suportif, penilaian ulang.

Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)


Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada penderita ISPA agar tidak bertambah parah dan
mengakibatkan kematian.

Pneumonia Sangat Berat: jika anak semakin memburuk setelah pemberian kloramfenikol
selama 48 jam, periksa adanya komplikasi dan ganti dengan kloksasilin ditambah
gentamisin jika diduga suatu pneumonia stafilokokus.
Pneumonia Berat: jika anak tidak membaik setelah pemberian benzilpenisilin dalam 48
jam atau kondisinya memburuk setelah pemberian benzilpenisilin kemudian periksa
adanya komplikasi dan ganti dengan kloramfenikol. Jika anak masih menunjukkan tanda
pneumonia setelah 10 hari pengobatan antibiotik maka cari penyebab pneumonia
persistensi.
Pneumonia:Coba untuk melihat kembali anak setelah 2 hari dan periksa adanya tanda-
tanda perbaikan (pernafasan lebih lambat, demam berkurang, nafsu makan membaik).
Nilai kembali dan kemudian putuskan jika anak dapat minum, terdapat penarikan dinding
dada atau tanda penyakit sangat berat maka lakukan kegiatan ini yaitu rawat, obati
sebagai pneumonia berat atau pneumonia sangat berat. Jika anak tidak membaik sama
sekali tetapi tidak terdapat tanda pneumonia berat atau tanda lain penyakit sangat berat,
maka ganti antibiotik dan pantau secara ketat.

1. Resume masalah kesehatan keluarga dan factor risikonya

Telah diperiksa pasien anak berusia 2,5 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk dan
pilek sejak 3 hari yang lalu. Tidak adanya tanda tarikan dinding dada serta tidak terdapat
wheezing. Keluhan tambahan lainnya demam tapi tidak terlalu tinggi dan biasanya pada malam
hari. Nafsu makan pasien baik, pola istirahat baik, dan untuk masalah imunisasi dasar lengkap.
Keluhan dirasakan setelah sering mengkonsumsi es, cokelat. Penyakit serupa beberapa kali
dirasakan jika pasien mengkonsumsi es. Faktor resiko lainnya, paman dari pasien sering
merokok didalam rumah jika sedang berkunjung kerumah dan kakek dari pasien menderita TB
paru sejak 6 bulan yang lalu serta ayahnya sedang batuk-batuk. Riwayat penyakit terdahulu
yang pernah dialami adalah sesak pada usia 8 bulan

2. Prognosis penyakit pasien dan keluarga

a. Pasien : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berprognosis baik


(dubia et bonam). Oleh karena itu, pasien harus meminum
obat secara teratur dan antibiotik yang diberikan harus
dihabiskan. Pasien juga harus mendapat asupan gizi yang
cukup dan seimbang, istirahat yang cukup, hindari faktor
resiko serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
untuk membantu dalam proses penyembuhannya.
b. Keluarga : Adanya hubungan yang baik di dalam keluarga pasien dan
adanya dukungan keluarga untuk kesembuhan pasien maka
prognosis baik. Perlu diketahui ISPA merupakan penyakit
menular. Kemungkinan keluarga pasien terkena ISPA juga
besar dikarenakan keluarga merupakan komunitas yang
berhubungan erat dengan pasien. Perlunya daya tahan tubuh
yang baik untuk mencegah penularan, hal yang dapat
dilakukan adalah nutrisi yang adekuat (makan makanan yang
bersih dan gizi seimbang), istirahat yang cukup, olahraga,
menjaga kebersihan rumah dan diri sendiri.

c. Masyarakat : Masyarakat juga komunitas yang dapat terkena ISPA,


sehingga perlunya menjaga kesehatan pribadi (olahraga,
perhatikan nutrisi adekuat, kebersihan lingkungan) dan
menghindari kontak dekat untuk mengurangi faktor resiko
tertularnya ISPA.

XII. Perkiraan akan timbulnya keadaan penyakit ditinjau dari perilaku dan lingkungan

Rumah pasien terletak di pemukiman padat penduduk. Jarak antara rumah yang satu dengan
yang lain hanya dipisahkan oleh dinding dan letaknya berdampingan antar rumah. Pasien tinggal
dirumah nenek bersama orang tuanya. Dari sini dapat kita lihat bahwa kepadatan penduduk
merupakan salah satu faktor resiko ISPA yang mana dapat ditularkan dari tetangga sekitar. Dan
kebiasaan untuk jajan sembarangan dan minum es pun bisa menjadi faKtor resiko timbulnya
penyakit. ISPA merupakan penyakit menular, hubungan dengan keluarga dan masyarakat yang
baik juga dapat memungkinkan pasien dapat menularkan penyakit yang dideritanya kepada
orang lain.

XIII. Strategi intervensi mahasiswa ke pasien dan keluarga:


1. Psikobiologi : menjelaskan kepada pasien bahwa dengan bertambahnya usia fungsi organ
tubuh akan semakin menurun. Sehingga kita harus lebih berhati hati dalam memelihara
kesehatan kita

2. Social : menjelaskan untuk tetap berhati hati dengan masyarakat yang tinggal disekitar rumah
pasien. Karena kita tidak mengetahui apakah ada sumber penyakit yang mereka alami saat
mereka berkomunikasi dengan kita.

3. Gaya hidup dan perilaku : menyarankan pemakaian masker ketika bekerja atau berkomunikasi
dengan orang sakit agar kita tida terpapar debu, virus, dan juga bakteri yang ada dilingkungan
sekitar kita.

4. Lingkungan rumah dan sekitar rumah : menyarankan penambahan ventilasiudara di bagian


kamar dan dapur. Dan menyarankan untuk lebih sering membersihkan rumah.

5. Pelayanan kesehatan : mengajak para pelayan kesehatan untuk memberdayakan kader agar
bisa memberikan konseling kesehatan kepada masyarakat.

XIV. Saran upaya pencegahan penyakit pasien dan keluarga oleh mahasiswa
a. Promotif : penyulahan dengan memberikan pengetahuan (edukasi)
kepada pasien dan keluarga pasien sehingga adanya
perubahan perilaku untuk kesembuhan dan kesehatan pasien

Contoh : penyuluhan mengenai pengertian ISPA, faktor


resiko, tanda-tanda bahaya ISPA, penyuluhan perilaku hidup
bersih dan sehat, anjuran memakan makanan yang bersih dan
bergizi (gizi seimbang).

b. Preventif : - Menerapkan perilaku bersih dan sehat, misalnya dengan cuci


tangan sebelum makan, sesudah BAB, sesudah bermain.

- Menjaga keadaan gizi dengan memakan makanan yang


bersih dan gizi seimbang dengan pola makan teratur (3 x
sehari).
Jangan jajan sembarang, hindari es, makan chiki, makan
makanan berminyak.

- Istirahat yang cukup dan perbanyak serat, buah, vitamin,


dan olahraga untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

- Imunisasi dasar yang lengkap.

- Hindari kontak dengan orang yang menderita ISPA atau


penyakit menular lainnya.

- Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar.

- Langsung segera di bawa ke rumah sakit apabila ada tanda-


tanda bahaya ISPA untuk mencegah keadaan yang lebih
buruk.

c. Kuratif : memberikan terapi obat yang tepat, dosis yang benar, waktu
pemberian yang adekuat, serta harga obat yang terjangkau.
Terapi yang diberikan puskesmas kepada pasien :
- paracetamol 500mg
- amoxicillin 500mg

d. Rehabilitatif : - membawa anak ke puskesmas untuk mengetahui status gizi


anak dengan mengukur berat badan, tinggi badan dan lingkar
lengan atas, tebal lemak.

- memperbaiki status gizi agar daya tahan tubuh meningkat


dan proses tumbuh kembang lebih baik. Perbaikan gizi
dapat dilakukan dengan menghindari anak untuk jajan
sembarangan sehingga anak makan makanan dirumah yang
lebih bersih dan bergizi.
- Minum obat yang teratur, terutama antibiotik harus
dihabiskan. Bila obat sudah habis dan penyakit belum
sembuh segera bawa pasien ke puskesmas kembali.

Atau bila ada tanda bahaya penyakit (ISPA) segera bawa ke puskesmas atau rumah sakit
terdekat.

XV. Lampiran : foto foto perilaku atau lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit
atau yang nantinya akan mempengaruhi keadaan kesehatan keluarga
Gambar 1. Tampak depan rumah.
Gambar 2. Tampak dapur dan tempat mencuci pakaian
Gambar 3. Tampak dinding tanpa ventilasi dan pencahayaan.
Gambar 4. Tampak kamar tidur.
gambar 5. Foto bersama pasien dan nenek
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Diagnosis pada pasien ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur serta kejadian ISPA dapat dipicu oleh banyak faktor
resiko. Dari hasil analisis kedokteran keluarga terhadap kasus ini, penyebab ISPA pasien
ini dapat terjadi karena adanya faktor resiko, seperti : adanya kontak pasien dengan
masyarakat yang menderita gejala yang sama. Selain itu, faktor resiko lainnya yaitu
seringnya mengkonsumsi es serta terpapar dengan asap rokok. ISPA dapat sembuh dengan
baik. Namun dapat juga berdampak buruk bila penderita datang berobat dalam keadaan
berat serta adanya penyulit-penyulit dan kekurangan gizi.

Dalam mengatasi penyakit yang terjadi dalam masyarakat diperlukan tindakan yang
holostik, berkesinambungan, dan terpadu dengan menggunakan cara promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Diharapkan dengan cara tersebut dapat mengurangi angka
kesakitan dan kematian serta dapat meningkatkan kesehatan dalam masyarakat.
Daftar Pustaka

1. Djojodibroto RD. Respirologi (Respiratory medicine). Jakarta : EGC;2009.


2. Depkes RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk
penanggulangan pneumonia balita. Jakarta : Depkes RI. 2002.
3. Supartini, Y. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC; 2004.
4. WHO. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang.
Pedoman Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior. Alih Bahasa; C. Anton Wijawa.
Jakarta: EGC;2003.
5. Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada
Anak. Jakarata; 2000.
6. Lokakarya dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut; 2010.
7. Amin Z. Manifestasi klinik dan pendekatan pada pasien dengan kelainan sistem
pernapasan Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Stiati S, ed. Ilmu
penyakit dalam. Edisi ke-5(III). Jakarta: Interna Publishing;2009.h.2189-95.
8. Pedoman pengendalian infeksi saluran pernafasan akut. Jakarta: kementrian kesehatan
RI; 2011.

Anda mungkin juga menyukai