Anda di halaman 1dari 18

Penanganan Kasus Low Back Pain yang Diperberat Pekerjaan

FelisiaVarian Wibowo
102013324
B9
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
e-mail: felisia.varianw@yahoo.com

A. Latar Belakang
Low back pain ( nyeri pinggang belakang) sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Low back
pain adalah rasa sakit yang terjadi didaerah lumbal atau lumbalsakral secara akut, menahun, atau
intermiten dan umumnya tanpa kelainan radiologik maupun neurologik. Dapat juga disertai
penyebaran nyeri anggota gerak bawah. Low back pain yang disertai kelainan neurologik,
misalnya dislokasi diskus invertebralis hanya 0,1% dari semua kasus.
Penyebab low back pain bermacam-macam dan sebagian besar low back pain dapat sembuh
dalam waktu singkat sehingga keluhan ini sering tidak mendapatkan perhatian yang khusus.
Sebagian besar penderita low back pain mengalami hernia nucleus pulposus (HNP) dimana
terjadi penekanan saraf spinal pada foramen intervertebra sehingga menimbulkan rasa nyeri
segmental serta kelumpuhan partial dari otot pada segmen tersebut.
Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan
produktivitas manusia, 50-80% penduduk di negara industry pernah mengalami nyeri punggung
bawah, prosentasenya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Sakit punggung
pemicunya tidak lebih dari posisi duduk yang salah. Sikap duduk dapat mengurangi dan
mencegah rasa nyeri pada punggung. Cara ini jauh lebih baik daripada mengobati sakit yang
sudah kronis sebagai akibat dari posisi tubuh yang salah dalam tempo lama. Punggung harus
bekerja non stop 24 jam sehari. Dalam posisi duduk, berdiri (mengerjakan pekerjaan
rumah tangga, berjalan) bahkan tidur, punggung harus bekerja keras menyangga tubuh kita.
Penyebab backpain yang paling sering adalah duduk terlalu lama, sikap duduk yang tidak tepat,
postur tubuh yang tidak ideal (improper), aktivitas yang berlebihan, serta trauma. Nyeri
punggung lalu menjadi masalah di banyak negara, karena seringkali mempengaruhi
produktivitas kerja.
1
7 Langkah Diagnosa Okupasi
I. Diagnosa Klinis
Anamnesis
Anamnesis merupakan langkah penting dalam evaluasi penderita nyeri pinggang. Penderita
dibiarkan menuturkan riwayat penyakitnya dengan kata-katanya sendiri sambil dipandu ke arah
yang memungkinkan munculnya informasi penting yang diperlukan untuk diagnosis.1
 Identitas pasien yaitu nama, usia, pekerjaan, dan alamat.
Usia penderita dapat membantu dalam menentukan penyebab potensial nyeri pinggang
mereka. Beberapa penyebab timbul lebih sering pada usia muda (spondilitis ankilosa,
sindrom Reiter), sedangkan yang lain pada usia lebih tua (stenosis spinal, polimialgia
reumatika).
Jenis kelamin juga dapat membantu. Beberapa penyakit lebih sering ditemukan pada pria
(spondiloartropati), yang lain lebih sering pada wanita (fibromialgia, osteoporosis). Ada pula
yang kekerapannya sama pada kedua jenis kelamin (inflammatory bowel disease). 1
Berdasarkan kasus pasien seorang perempuan usia 50 tahun dan bekerja sebagai perawat di
rumah sakit.
 Keluhan utama
Kita tanyakan keluhan utama pasien yaitu pada paha kanan sampai kaki kanan terasa nyeri
sejak 3 tahun terakhir. Lokasi dan lamanya nyeri membantu menentukan pertanyaan
berikutnya. Nyeri pinggang mekanik mempunyai onset yang berhubungan dengan aktifitas
fisik dan biasanya berlangsung singkat (beberapa hari sampai beberapa minggu) sedangkan
nyeri pinggang medik onsetnya lambat tanpa faktor presipitasi yang jelas dan sering
berlangsung lama (beberapa minggu sampai beberapa bulan).

Kebanyakan nyeri pinggang terbatas pada daerah lumbosakral. Nyeri radikuler ke paha atau
lutut biasanya berhubungan dengan nyeri referral dari unsur-unsur tulang belakang (otot
ligamen atau sendi apofiseal). Nyeri yang menjalar dari pinggang sampai ke bawah lutut
biasanya neurogenik dan menunjukkan kemungkinan adanya proses patologik yang
mengenai radiks saraf spinal.1
Nyeri rujukkan adalah nyeri yang diproyeksikan ke organ lain, misalnya nyeri pada sendi
posterior dirasakan penderita di daerah bokong, paha bagian belakang, lutut, sering sampai
2
tungkai bawah tetapi jarang sampai telapak kaki. Nyeri ini bertambah kalau tulang belakang
digerakkan, tetapi bisa juga terus menerus, adakalanya hanya dalam posisi tertentu nyeri
bertambah hebat. 2
Nyeri radikuler terjadi karena tekanan pada satu cabang saraf yang ditandai dengan
penurunan sensibilitas motorik dan reflex. Kedua nyeri tadi sangat mudah dibedakan dengan
melakukan bloking pada faset dimana spasme otot segmen didapat. Bila nyeri hilang berarti
kita berhadapan dengan nyeri rujukkan dan sebaliknya. 2

Riwayat Penyakit Sekarang


Sebagian besar anamnesis digunakan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
Anamnesis diarahkan kepada pemahaman tentang perkembangan kronologis nyeri pinggang,
karakteristik dan responnya terhadap pengobatan.
Di samping menilai nyeri, menemukan faktor-faktor yang memperberat atau memperingan nyeri
sangat membantu menentukan sumber keluhan.
Awalnya tanyakan kapan muncul nyeri ? apakah saat bekerja atau dalam kondisi lain ? 1

Tanyakan hubungan nyeri dengan posisi tubuh dan kegiatan fisik ; misal nya nyeri rupture diskus
intervertebralis lebih bertambah bila penderita membungkuk, bersin, atau batuk, atau lebih nyeri
pada posisi duduk bila dibandingkan dengan berdiri ; sedangkan nyeri dari tumor “spinal cord”
lebih nyeri pada saat berbaring daripada duduk 3

Yang bersifat khas, gangguan mekanik bertambah berat bila melakukan aktifitas, termasuk
duduk atau berdiri dalam jangka waktu lama, serta membaik jika berbaring.
Peninggian tekanan cairan serebrospinal akibat batuk atau bersin mengakibatkan eksaserbasi
nyeri radikuler pada penderita dengan HNP. Gerakan yang tiba-tiba dapat menyebabkan
kontraksi refleks otot paraspinal tanpa penjalaran nyeri ke tungkai bawah.
Beratnya nyeri dapat diukur dengan berbagai cara. Penderita mungkin menceritakan bagaimana
rasa nyerinya telah mempengaruhi aktifitasnya sehari-hari. Contoh lain ialah dengan
rnenggunakan Visual Analogue Scale (VAS). Ada yang rnenggunakan diagram nyeri; penderita
diminta mengisi diagram yang menggambarkan tempat, kualitas dan beratnya yang
menggambarkan tempat, kualitas dan beratnya nyeri. Diagram nyeri ini membantu pencatatan

3
luas daerah nyeri dan respon terhadap pengobatan. Bila nyeri muncul saat istirahat, pikirkan
kemungkinan tumor di daerah vertebra. 1

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit dahulu dan anamnesis sistem perlu ditinjau secara singkat. Biasanya tidak
banyak informasi yang dapat membantu. Meskipun demikian, pada penderita nyeri pinggang
medik dapat diperoleh data yang berharga. Riwayat penyakit dahulu seperti keganasan, artritis
atau penyakit tulang metabolik sangat membantu. Data dari anamnesis sistem dapat
mengidentifikasi penderita yang mempunyai penyakit sistemik yang menyebabkan nyeri
pinggang sekarang, tetapi tidak menyadari hubungan antara keduanya (misalnya ruam kulit
dengan spondiloartropati). 1

Riwayat Penyaki Keluarga dan sosial


Sebagai tambahan terhadap riwayat penyakit sekarang, riwayat keluarga dan riwayat sosial dapat
membantu mengungkapkan kelainan yang merupakan dasar nyeri pinggang yang diderita
sekarang; mungkin terdapat faktor predisposisi familial. Salah satu contoh penting ialah
sekelompok penyakit yang menyebabkan spondiloartropati. Faktor etnispun dapat merupakan
predisposisi terhadap penyakit tertentu, misalnya wanita kulit putih dari Eropa Utara mempunyai
risiko besar menderita osteoporosis. Kelainan mekanik seperti HNP dan stenosis spinal mungkin
mempunyai predileksi keluarga.
Pekerjaan dan riwayat sosial penting untuk mengidentifikasi penderita-penderita yang
mempunyai risiko mengalami nyeri pinggang mekanik. Hubungan kerja dengan onset nyeri
penting dalam menentukan ganti rugi.
Kebiasaan sosial juga perlu diketahui, terutama yang berkaitan dengan rokok, alkohol dan
penggunaan obat-obat tertentu/terlarang. Merokok merupakan faktor risiko yang independen
pada nyeri pinggang. Penggunaan alkohol yang berlebihan berkaitan dengan osteoporosis,
sedangkan obat-obat tertentu dapat menyebabkan imunosupresi dan predisposisi terhadap
infeksi. 1

Riwayat pekerjaan :
Perlu ditanyakan pekerjaan pasien. Apakah ada hubungan gejala dengan pekerjaan nya sekarang
Pekerjaan yang paling sering menimbulkan keluhan Low Back Pain : 4
4
1. Mengangkat dan atau memutar sambil memegang benda berat (misalnya, kotak, anak,
penduduk panti jompo
2. Operasi mesin yang bergetar
3. Duduk lama (misalnya, mengemudi truk jarak jauh , patroli polisi
4. Keterlibatan dalam tabrakan kendaraan bermotor
5. Riwayat jatuh

Hal yang dapt kita tanyakan antara lain:


- Sudah berapa lama kerja sekarang
- Riwayat pekerjaan sebelumnya
- Alat kerja, bahan kerja, proses kerja
- Barang yang diproduksi/dihasilkan
- Waktu bekerja sehari
- Kemungkinan pajanan yang dialami
- APD (Alat Pelindung Diri) yang dipakai
- Hubungan gejala dan waktu kerja
- Pekerja lain ada yang mengalami hal yang sama

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Perhatikan ekspresi wajah penderita apakah menderita karena penyakitnya, adanya penurunan
gerak, adanya gerak yang abnormal, adanya otot yang spasme, adanya kelainan bentuk tulang
belakang, adanya tanda-tanda radang, adanya atropi anggota gerak bawah, dan lain-lain. 2

Palpasi
Dengan palpasi kita dapat menentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan
ruangan intervetebralis. Kemudian lakukan refleks babinski terutama bila terdapat hiperrefleksi
menunjukan adanya gangguan upper motor neuron (UMN).

Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan dilakukan dengan membandingkan kedua sisi yaitu pemeriksaan berjalan
menggunakan tumit, berjalan menggunaka jari kaki, dan jongkok.

5
Refleks
Refleks yang harus diperiksa adalah refleks di dareah achiles dan pattela respon dari pasien dapat
digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.2
- Tes laseque
Tes ini menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1. Secara klinis
tanda laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900 lalu
dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan menghasilkan
nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut
dalam keadaan fleksi. Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan
nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan
tanda laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu
HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP
dan pada hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus
diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai pada
penderita yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun). Tanda Laseque
kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang sama, namun bila tungkai
yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif pada tungkai
kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.
- Tes kernig
Pasien dalam posisi terlentang paha difleksikan kemudian meluruskan tungkai bawah sejauh
mungkin. Hasil positif bial pasien terdapat spasme involunter otot semimembraneus, biceps
femoris yang membatasi ekstensi lutut.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan yaitu darah rutin dan urin rutin. Berdasarkan kasus
hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Pemeriksaan radiologis yang dilakukan
yaitu foto rontgen, CT scan, dan MRI. Pada pemeriksaan rontgen akan terlihat penyempitan pada
ruang intervetebra. Penyempitan interveterbra biasanya terlihat bersamaan dengan posisi
skoliosis akibat spasme otot paravetebral. CT scan meruapakan sarana diagnostik yang efektif
apabila vetebra dan level neurologis suspek kelainan tulang. MRI meruapakan pemeriksaan yang
akurasi berkisar 80%. Pemeriksaan sangat sensitif pada kasus HNP. MRI befrungsi untuk
6
melihat level neurologis yang belum jelas, kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal
atau jaringan lunak, untuk melihat suspek infeksi dan neoplasma.

Pemeriksaan rontgen yang segera dilakukan pada pasien dengan nyeri punggung akut
biasanya tidak menolong dan tentunya membuang uang. Sebagian besar nyeri punggung
sembuh dalam waktu singkat dan rontgen dibuat jika gejala menetap atau bila ditemukan
kelainan fisik abnormal. Bukti radiologis adanya penyakit degeneratif lebih banyak
ditemukan pada orang yang lebih tua. Perlu ditekankan bahwa degenerasi diskus dapat
timbul tanpa menimbulkan gejala bermakna. 5

Diagnosis
Low Back Pain
Nyeri tulang belakang memiliki banyak penyebab, meskipun sering tidak terdapat penyebab
spesifik yang bisa dikenali.5
Salah satu penyebab paling umum adalah otot dan persendian yang tegang dan terkilir. Otot yang
tegang dan terkilir bisa diakibatkan dari berjinjit, olah raga, atau berpindah pada cara yang tidak
diinginkan (seperti ketika terjatuh atau ketika kecelakaan mobil). Ketika dikarenakan olah raga,
luka pada tulang punggung kadangkala disebut punggung pengangkat berat (lumbar strain).
Punggung pengangkat berat kemungkinan tidak hanya disebabkan oleh mengambil benda yang
sangat berat dari bawah pada pengangkatan berat tetapi juga oleh mendorong berlawanan
menentang penjaga garis pada sepak bola, secara tiba-tiba berbelok untuk menggiring bola
setelah memantulkan bola pada bola basket, mengayunkan sebuah pemukul pada baseball, atau
mengayunkan pemukul pada golf. Punggung bagian bawah lebih mungkin terluka ketika kondisi
fisik seseorang adalah buruk dan otot penopang punggung adalah lemah. Memiliki postur yang
buruk, menjadi kelebihan berat badan, dan menjadi lelah juga bisa mendukung.6

Gejala klinik
Timbulnya nyeri punggung bawah dapat terjadi mendadak atau perlahan-lahan. Awitan
mendadak dapat muncul setelah mengangkat atau menarik dan rasa nyeri dialami segera, sering
bertambah berat setelah beberapa jam. Pasien mengeluh tidak mampu meluruskan punggung dan
mungkin menyadari bahwa tubuhnya miring ke satu sisi. Nyeri lebih sering muncul perlahan
tanpa ada riwayat terjadi cedera. Nyeri punggung secara khas muncul saat seseorang duduk atau
7
berdiri selama beberapa waktu, saat ia mengangkat atau menarik, atau pada saat mengambil
posisi tertentu yang tidak lazim pada pekerjaan nya, misal nya membungkukkan badan dan
berjongkok ( misalnya saat menge-las ). Gejala berkurang atau hilang dengan istirahat. Sering
ada riwayat masalah punggung bagian bawah yang hilang timbul.5

Nyeri punggung dapat berkaitan dengan penjalaran ke bawah pada satu atau kedua tungkai.
Nyeri tersebut dapat merupakan nyeri alih yang berasal dari diskus intervertebralis atau dari
daerah datar sendi tulang belakang, atau “radikular” akibat terkena nya akar saraf tulang
belakang oleh diskus intervertebralis yang mengalami prolaps. Nyeri alih secara khas menjalar
dari bagian belakang paha ke bagian belakang lutut sedangkan gejala radikular terasa pada
dermatom saraf yang terkena, menjalar melampaui dermatom saraf lutut ke kaki dan dapat terjadi
bersamaan dengan parestesia pada dermatom akar saraf yang terkena.5

Sering terdapat keluhan nyeri di daerah spinal, pada pemeriksaan fisik umumnya diperiksa
adanya spasme otot paraspinal, kemiringan batang tubuh, keterbatasan derajat, dan arah gerakan
tulang belakang, namun hal ini tidak spesifik.5

Diagnosis Banding
Hernia Nukleus Pulposus
Didahului oleh rusaknya serat-serat annulus fibrosus pada suatu tempat tertentu sehingga lapisan
annulus pada tempat tersebut tipis dan lemah. Dan oleh adanya factor pencetus berupa tekanan
intradiskus yang mendadak naik, lapisan tersebut akan terdorong ke luar. Jadi mekanisme ini
tidak terlepas dari proses degenerasi annulus yang telah berkembang sebelumnya. Akan tetapi
kenyataan klinis membuktikan bahwa HNP dapat pula terjadi pada usia muda, di mana proses
degenerasi diperkirakan belum terjadi, paling tidak masih dalam tahap permulaan. Timbulnya
herniasi spontan kadang dapat pula terjadi.

Dalam praktek, HNP lumbal menunjukkan predileksi tempat pada diskus L5-S1 disertai
keterlibatan radiks S1. Hal ini mudah dipahami bila diingat bahwa persendian L5-S1 merupakan
titik pusat beban tubuh. Dalam klinik HNP L5-S1 diserati iritasi radiks S1 dapat dikenal adanya :
1. NPB akut, dirasakan sebagai nyeri menjalar dari pinggang, bokong, paha belakang, tumit, dan
telapak kaki.
8
2. Tindakan provokasi untuk mempertinggi tekanan intradura memberikan hasil positif. Seperti
batuk, bersin, naffziger
3. Penderita HNP lumbal tidak mampu duduk atau berdiri untuk jangka waktu lama, posisi
paling menyenangkan adalah berbaring. 7
Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapikonservatif. Sebagian kecil
dapat berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi. Pada pasin yang dioperasi: 90 %
membaik terutama nyeri tungkai,kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.

Spondilosis
Adalah proses degenerasi diskus intervertebra secara progresif. Fakta tentang spondilosis :
1. Usia relative lanjut
2. Sifat nyeri kronis
3. Adanya penyempitan foramen intervertebra secara radiologis
4. Adanya deficit neurologis dermatom sesuai penyempitan foramen
5. Jarang nyata adanya tes Lasegue positif
6. Hiperekstensi dapat memprovokasi keluhan, oleh karena adanya hiperekstensi mengakibatkan
foramen mengecil
7. Manipulasi mempertinggi tekanan intradura dapat memprovokasi nyeri, oleh karena kantung
duira makin teregang.7

II. Pajanan Yang Dialami


Berbagai faktor dikaitkan sebagai penyebab nyeri pinggang, yaitu faktor pekerjaan dan faktor
bukan pekerjaan. Pada faktor pekerjaan, faktor beban fisik dan posisi kerja merupakan hal yang
penting. Persentase nyeri pinggang pada orang dengan beban kerja fisik berat 45% dan dengan
posisi kerja buruk 20%. Pekerjaan dengan beban kerja fisik perlu dipertimbangkan bagi yang
dengan riwayat nyeri punggung bawah sebelumnya. Risiko faktor fisik di tempat kerja dapat
diukur secara adekuat jika pajanannya (intensitas) jelas dapat diukur juga. Aktivitas yang
berisiko tinggi antara lain seperti mengangkat barang berat ketika berada pada posisi memutar
(seperti pada prolapse diskus), membungkuk dan memutar tubuh secara cepat, dan sangat
(ekstrim) membungkuk ke depan (pada herniasi diskus lumbal).5

9
Posisi kerja juga mempengaruhi risiko LBP. Sikap tubuh yang cenderung membungkuk atau
miring selama bekerja memiliki risiko untuk terjadinya LBP 2,58 kali lebih besar dibandingkan
sikap tubuh tegak. Sikap tubuh yang cenderung kombinasi antara membungkuk, miring,
memutar dan tegak memiliki risiko untuk terjadinya LBP 2,68 kali. Pekerja yang tidak mengerti
sikap dan cara kerja yang benar memiliki risiko 2,13 kali lebih besar dibandingkan pekerja yang
mengerti.

Pada profesi perawat, ditinjau dari lokasi kerja, walaupun secara statistik tidak berbeda,
persentase nyeri punggung bawah didapatkan relatif lebih tinggi pada responden yang bekerja di
bagian operasi, diikuti bagian saraf, dan bagian perinatologi. Sedangkan yang paling rendah
adalah yang bekerja di bagian ICU/ICCU. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut,
kemungkinan adanya perbedaan dari responden yang ditangani pada bagian-bagian tersebut
dapat menimbulkan perbedaan besarnya nyeri pinggang yang terjadi. Pada umumnya di bagian
saraf, pasien yang ditangani adalah pasien stroke dan pada bagian operasi adalah pasien yang
dalam keadaan dibawah pengaruh anestesi. Adanya faktor pasien yang lebih pasif kemungkinan
dapat mempengaruhi perbedaan besarnya persentase nyeri punggung bawah.

Untuk membuktikannya diperlukan suatu penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar
yang dapat mewakili per bagian. Pada bagian perinatologi yang merupakan bagian yang
termasuk dengan persentase nyeri pumggung bawah relatif tinggi dibandingkan dengan bagian
lainnya. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut, pada bagian ini, walaupun pasien yang
ditangani adalah bayi baru lahir yang dengan berat badan ringan, namun pada bagian ini
responden bekerja dengan posisi kerja yang buruk, yaitu dengan posisi kerja yang kebanyakan
dilakukan dengan cara membungkukkan badan. Posisi kerja yang buruk inilah kemungkinan
berhubungan dengan lebih tingginya persentase nyeri pinggang pada bagian ini.

Ditinjau dari lama kerja, nyeri pinggang lebih tinggi secara bermakna pada responden yang lebih
15 tahun dibandingkan yang 15 tahun kebawah. Faktor kimia dan biologi tidak diketahui. Faktor
psikososial lebih dikaitkan dengan stress pekerjaan atau kepuasan dalam bekerja dibandingkan
tuntutan pekerjaan dan dukungan social. Faktor psikososial lain yang berkaitan dengan kerja
adalah kerja yang terlalu cepat, monoton.5

10
III. Hubungan Pajanan Dengan Penyakit
Berat badan yang berlebih menyebabkan tonus otot abdomen lemah, sehingga pusat gravitasi
seseorang akan terdorong ke depan dan menyebabkan lordosis lumbalis akan bertambah yang
kemudian menimbulkan kelelahan pada otot paravertebra, hal ini merupakan risiko terjadinya
NPB. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh fakta bahwa 12,1% perawat memiliki masa kerja >5
tahun pada pekerja perusahaan kayu dan furniture, menunjukkan bahwa NPB berhubungan
dengan umur dan masa kerja yang lebih lama. Sikap tubuh dengan mengukur sudut lengkung
punggung perawat pada waktu membuka kunci kursi roda dalam proses mengangkat dan
memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur, ternyata berhubungan bermakna dengan
NPB. Hal ini berarti perawat yang melakukan pekerjaan dengan membungkuk dengan sudut
lengkung punggung >45° mempunyai risiko 4,5 kali untuk terjadinya NPB dibandingkan dengan
perawat yang membungkuk dengan sudut lengkung punggung <45°.5

Berdasarkan teori di atas dan kondisi pasien sekarang yang bekerja sebagai perawat dan bertugas
memandikan pasien dan mengangkat pasien, maka dapat disimpulkan adanya pajanan berupa:
1. Kerja yang monoton dan pada posisi yang sama terus menerus. Misal saat memandikan
pasien.
2. Sikap badan waktu kerja yang salah seperti mengangkat pasien dalam posisi yang tidak
bertumpu pada lutut melainkan pada pinggang.
3. Ukuran barang, tempat pegangan dan titik berat barang waktu diangkat. Kemungkinan karena
berat pasien yang diangkat yang terlalu besar.

IV. Besar atau Jumlah Pajanan


Pajanan yang diterima oleh pasien cukup besar, mengingat pasien sudah bekerja selama 25 tahun
sebagai perawat.

V. Peranan Faktor Individu


a. Usia
Terdapat kenaikan angka kejadian dan prevalensi nyeri punggung dengan bertambahnya usia
yang tidak dipengnaruhi kondisi kerja. Namun, masalah punggung mungkin secara tidak
langsung berhubungan dengan proses menua vertebra lumbal. Dalam suatu penelitian yang
dilakukan di satu pabrik industri yang besar di Amerika Serikat, menemukan resiko cedera
11
punggung yang lebih tinggi secara bermakna pada pegawai yang berusia kurang dari 25 tahun.
Hal ini mencerminkan waktu dan pengalaman yang diperlukan untuk mempelajari metode
penggunaan punggung yang aman dan efisien. Walaupun angka cedera lebih tinggi pada
kelompok usia muda, biaya klaim cenderung lebih rendah yang mungkin mencerminkan potensi
pegawai usia muda untuk mengalami pemulihan gejala yang lebih cepat. Data mereka juga
menunjukkan bahwa kelompok yang rentan terhadap cedera punggung dengan biaya tinggi
cenderung pada kelompok usia 31-40, penemuan yang sama pada penelitian nyeri punggung
bawah lain.5

b. Jenis Kelamin
Masalah punggung dilaporkan mengenai baik pria maupun wanita dalam perbandingan yang
sama banyak. Berdasarkan data kompensasi pekerja, pria dilaporkan melakukan 76% dan 80%
semua klaim kompensasi punggung. Secara keseluruhan, wanita lebih sedikit mengalami cedera
dibandingkan pria. Tapi wanita cenderung mempunyai peluang yang bertambah untuk
mengajukan klaim dan menjadi penagih kompensasi yang mahal.5

c. Status Antopometri
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya nyeri pinggang lebih
besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat
memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban anterior maupun
lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.5

d. Abnormalitas Struktur
Ketidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada skoliosis, lorodosis, maupun kifosis,
merupakan faktor risiko untuk terjadinya NPB. Kondisi menjadikan beban yang ditumpu oleh
tulang belakang jatuh tidak pada tempatnya, sehingga memudahkan timbulnya berbagai
gangguan pada struktur tulang belakang.5

e. Kebugaran Jasmani
Pekerja dengan kebugaran jasmani yang lemah mungkin beresiko mengalami cedera punggung.
Dalam sebuah penelitian prospektif terhadap 1.652 pemadam kebakaran melaporkan frekuensi
12
cedera yang dialami kelompok pekerja yang kurang bugar sebanyak 10 kali lipat lebih tinggi
dibandingkan kelompok pekerja yang sebagian paling bugar. Mereka mengambil kesimpulan
bahwa kebugaran jasmani berperan dalam mencegah terjadinya cedera punggung. Tinggi dan
berat badan mungkin tidak penting, walaupun ada laporan penelitian yang menyatakan bahwa
bertambahnya tinggi badan dan berat badan yang berlebihan membuat seseorang menjadi rentan
pada gejala punggung.5

f. Faktor Psikososial
Berbagai penelitian menunjukkan pentingnya tingkat pendidikan sebagai faktor prognostik nyeri
punggung dan penyakit muskuloskeletal lain. Korelasi ini kuat hanya untuk kaum pria.
Penjelasan yang diberikan mengenai hal ini adalah pria yang memiliki tingkat pendidikan yang
terbatas dan pekerjaan dengan bayaran yang rendah lebih memungkinkan melakukan pekerjaan
berat atau pekerjaan yang melibatkan getaran atau beban lain terhadap tulang belakang.faktor
psikologi lain yang ditemukan pada pasien dengan nyeri punggung meliputi depresi, kecanduan
alkohol, perceraian, ketidakpuasan melakukan pekerjaan, ketidakmampuan membangun kontak
emosi, masalah keluarga, dan riwayat operasi punggung.5

VI. Faktor Lain Diluar Pekerjaan


Kebiasaan merokok diketahui menimbulkan berbagai dampak pada kesehatan. Hubungannya
dengan kejadian NPB, diduga karena perokok memiliki kecenderungan untuk mengalami
gangguan pada peredaran darahnya, termasuk ke tulang belakang.5
Faktor lain yang dapat berpengaruh adalah kebiasaan pasien di rumah. Misalnya suka
mengangkat beban berat dengan cara yang salah.

VII. Diagnosis Okupasi


Nyeri punggung bawah adalah salah satu penyakit berhubungan kerja, yang utama berhubungan
dengan kerja fisik dan problema ergonomik, selain faktor-faktor lain yang juga berhubungan,
seperti psikososial (multi factorial condition). Pada pasien, yang merupakan perawat, sering
kerja berat secara fisik yaitu harus mengangkat dan memindahkan pasien. Dikemukakan bahwa
dalam hubungan dengan berat ringannya kerja secara fisik ternyata 64% dari pekerja yang
bekerja berat pernah atau sering mengeluh nyeri punggung bawah, sedangkan diantara karyawan
yang kerja ringan hanya 53%. Hal ini terjadi karena nyeri punggung bawah tidak hanya
13
disebabkan oleh masalah beratnya pekerjaan secara fisik, tetapi juga oleh masalah ergonomi,
meliputi rancangan sistem kerja, keadaan tempat kerja dan sikap badan waktu kerja. Selain itu,
stres psikososial di pekerjaan yang dialami setiap pekerja, dapat mempengaruhi tonus otot dan
dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal. Hal lain yang mungkin mempengaruhi adalah
aktivitas pribadi karyawan di luar jam kerja.2

Diagnosis okupasi pada pasien ini adalah NPB/LBP yang diperberat pekerjaan. Hal ini
disebabkan karena pajanan yang diterima pasien bisa juga berasal dari luar tempat kerjanya.
Pajanan pada pasien menjadi meningkat mengingat pekerjaan pasien sebagai perawat yang
cukup berat (memindahkan dan mengangkat pasien) dan pasien memiliki obesitas.

Epidemiologi
Frekuensi NPB tertinggi terjadi dalam kurun usia 35-55 tahun, dan akan semakin meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia. Nyeri punggung bagian bawah adalah kondisi medis yang
paling sering diiumpai. dialami harmpir 85% orang pada satu waktu tertentu selama
hidupnya Angka prevalensi yang sebenarnya mengenai nyeri punggung bawah dalam
dunia industri tidak diketahui. 5
Di rawat jalan unit penyakit saraf RSUP Dr. Sardjito, penderita NPB meliputi 5,5% dari jumlah
pengunjung, sementara itu proporsi penderita NPB yang dirawat inap antara 8%-9%. Persentase
tersebut memang kecil, tetapi di praktek dokter sehari-hari keluhan NPB ini sering dijumpai.
Mereka yang meminta pertolongan ke rumah sakit pada umumnya sudah menahun, tidak
kunjung sembuh, atau rasa nyerinya tidak tertahan lagi.8

Preventif
Upaya pencegahan nyeri punggung bawah belum berhasil sepenuhnya. Strategi pencegahan yang
umumnya digunakan dalam kelainan punggung akibat kerja meliputi seleksi pegawai baru yang
tepat, pelatihan teknik penanganan secara manual dan modifikasi ergonomi pada tempat kerja
dan melakukan tugas. Pelamar pekerjaan disaring dengan harapan untuk dapat mengidentifikasi
dan menghindari pekerja yang mungkin mempunyai resiko mangalami nyeri punggung bawah.
Prosedur yang biasanya dipakai ialah riwayat sebeluam bekerja dan pemeriksaan fisik.5

14
Cara yang efektif untuk mencegah nyeri punggung bawah adalah olahraga dengan teratur. Dua
jenis olahraga-olahraga aerobic dan olahraga meregangkan dan mengencangkan otot-sangat
membantu. Olahraga aerobik, seperti berenang dan berjalan, memperbaiki kesehatan umum,
mengurangi kegemukan, dan umumnya menguatkan otot. Olahraga khusus untuk menguatkan
dan meregangkan otot pada perut, bokong, dan punggung bisa menyeimbangkan tulang belakang
dan mengurangi ketegangan pada piringan yang melindungi tulang belakang dan ligamen yang
menopang nya pada tempatnya.5

Bila mungkin, tempat kerja harus diubah untuk menyesuaikan kemampuan para pekerja.
Merubah tinggi bangku kerja, mengurangi berat dan ukuran benda, serta merubah posisi dan
mekanisme mesin atau alat adalah beberapa tindakan untuk menghasilkan tempat kerja yang
lebih “ramah punggung”. Pendekatan lain yang mungkin dilakukan meliputi eliminasi tugas
penanganan secara manual., pemakaian alat pembantu mekanis, dan reorganisasi jadwal kerja
untuk menjamin pembagian kegiatan berbahaya yang lebih merata di antara para pegawai.5

Penatalaksanaan
A. Medika Mentosa
Penanggulangan LBP dapat dilakukan dengan berbagai intervensi misalnya dengan bedrest,
ortoses, pemberian NSAID, otot relaksan, serta terapi manual tidak terlalu berperan, namun
penanganan yang dibarengi dengan biopsikososial akan memberikan dampak yang jaih lebih
efesien.
Karena LBP bisa menyangkut nyeri neuropatik atau nosiseptif, maka obat-obatan kelompok
anti nyeri yang dapat digunakan adalah anti konvulsan (gabapentin, etodolak, diklofenak, dll)
atau analgesik parfasetamol, asam mefenamat, dan lain-lain. Nyeri neuropatik bisa
berkombinasi dengan nyeri inflamasi yang dalam penanggulangannya juaga dengan
menggunakan analgesik. Efektivitas dari obat-obat ini dibuktikan melalui hasil penelitian
dalam penanganan nyeri akut maupun kronis.
Seperti disebut di atas, permasalahan LBP juga menyangkut masalah biopsikososial, maka
bagian dari penanggulangannnya juga harus diarahkan pada dasar pemasalahan termasuk
pengagunaan anti depresan.6,8

15
B. Non-Medika Mentosa
LBP sering terjadi pada orang dengan pekerjaan yang berat dan sering berhubungan dengan
angkat-mengangkat beban seperti pada skenario. Pekerjaan mengangkat dan mengangkut jika
tidak dilakukan dengan benar dan hati-hati dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja
maupun penyakit akibat kerja. Oleh sebab itu maka teknik mengangkat dan mengangkut
yang benar serta alat mengangkat dan mengangkut yang ergonomis sangat diperlukan untuk
mewujudkan efektivitas dan efisiensi kerja. Cara mengangkat dan mengangkut yang baik
harus memenuhi 2 prinsip kinetis, yaitu :
1. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin otot
tulang yang lemah dibebaskan dari pembebanan.
2. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.

Untuk menerapkan kedua prinsip kinetis itu setiap kegiatan mengangkat dan mengangkut
harus dilakukan sebagai berikut :
1. Pegangan harus tepat. Memegang diusahakan dengan tangan penuh dan memegang
dengan hanya beberapa jari yang dapat menyebabkan ketegangan statis lokal pada jari
tersebut harus dihindarkan.
2. Lengan harus sedekat-dekatnya pada badan dan dalam posisi lurus. Fleksi pada lengan
untuk mengangkut dan mengangkat menyebabkan ketegangan otot statis yang
melelahkan.
3. Punggung harus diluruskan.
4. Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi seperti pada permulaan gerakan.
Dengan posisi kepala dan dagu yang tepat, seluruh tulang belakang diluruskan.
5. Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum
yang terjadi dalam posisi mengangkat. Satu kaki ditempatkan ke arah jurusan gerakan
yang dituju, kaki kedua ditempatkan sedemikian rupa sehingga membantu mendorong
tubuh pada gerakan pertama.
6. Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya untuk gerakan dan
perimbangan.
7. Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui pusat
gravitasi tubuh.

16
Gambar 1. Cara mengangkat beban yang benar

Selain hal diatas dalam kegiatan mengangkat dan mengangkut juga harus diperhatikan
ketentuan berikut ini :
1. Semua barang/benda yang menghalangi pandangan mata sebaiknya disingkirkan terlebih
dahulu, sebelum pekerjaan mengangkat dan mengangkut dilakukan.
2. Tinggi maksimum tempat pemegang dari lantai tidak lebih dari 35 cm.
3. Jika suatu beban harus diangkut dari permukaan lantai dianjurkan agar menggunakan
agar menggunakan alat mekanis (katrol).
4. Beban yang akan diangkut harus berada sedekat mungkin dengan tubuh.
5. Punggung harus lurus agar bahaya kerusakan terhadap diskus dapat dihindarkan.
6. Pertama lutut harus bengkok dan tubuh harus berada pada sikap dengan punggung lurus.

Selain itu,ada beberapa latihan yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa sakit pada penderita
LBP dan menguatkan otot-otot di sekitar daerah punggung bawah. Latihan ini harus dilakukan
setiap hari diawali dengan intensitas ringan yang dinaikkan bertahap. Pada penderita LBP
dengan kelebihan berat badan atau obesitas, perlu dilakukan juga pengaturan gizi yang sesuai.
Hal ini bertujuan agar penderita bisa kembali ke berat badan ideal, karena kelebihan berat badan
merupakan salah satu faktor resiko utama pada LBP.

C. Tindakan Operatif
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi pada saraf sehingga nyeri
dan gangguan fungsi akan hilang.
17
Prognosis
Kelainan nyeri punggung bawah ini prognosisnya baik, umumnya sembuh dalam beberapa
minggu jika dilakukan tindakan terapi secara dini.

Kesimpulan
Low back pain adalah nyeri yang dirasakan pada punggung bawah, nyeri ini terasa di dareah
lumbal atau lumbosakral dan sering disertai penjalaran nyeri ke arah tungkai serta kaki. Low
back pain merupakan gangguan muskuloskeletal, dan akibat mobilisasi yang salah. Aktivitas
fisik seperti mengangkat barang yang berat, posisi kerja membungkuk dalam waktu lama atau
terus menerus, atau duduk dalam waktu yang lama merupakan faktor yang banyak menyebabkan
pekerja menderita LBP. Faktor usia, jenis kelamin, dan berat badan juga mempengaruhi risiko
terjadinya LBP. Diagnosis suatu penyakit dengan hubungan pekerjaan adalah dengan 7 langkah
diagnosis okupasi yaitu: diagnosis klinis, pajanan yang dialami, hubungan pajanan dengan
penyakit, jumlah pajanan, faktor individu, faktor lain diluar pekerjaan, dan diagnosis okupasi.

Daftar Pustaka
1. Sistematika Pendekatan pada Nyeri Pinggang .Oleh Albar Zuljasri. Dalam : Cermin Dunia
Kedokteran. Diunduh dari www.kalbe.co.id. Diunduh tanggal 17 Oktober 2015
2. Suwondo S. Beberapa Tindakan operatif orthopedi pada Low Back Pain. Dalam: Kumpulan
naskah ilmiah penanganan Low Back Pain. Jakarta : RSPP ; 1987. h.120-2
3. Saleh S. Low Back Pain dalam bidang neurologi. Jakarta : RSPP ; 1987. p. 32-6
4. Mechanical Low Back Pain. Oleh : Everett C Hills. 12 May 2011. Diunduh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/310353-clinical. Diunduh tanggal 17 Oktober 2015
5. Jeyaratnam J. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta: EGC; 2009.h.206 – 14
6. Nyeri Punggung Bawah. Diunduh dari:
http://medicastore.com/penyakit/3228/Nyeri_Punggung_Bawah.html. Diunduh tanggal 18
Oktober 2015
7. Joyce LK. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Edisi 6. Jakarta : EGC; 2008.
h.175
8. Judana , Sastrowirjo S. Peranan neurologi dalam masalah nyeri punggung bawah. Edisi 2.
Jakarta: Binarupa Aksara; 2005.h.270-2
18

Anda mungkin juga menyukai