Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

“Laki laki usia 22 tahun dengan Orchitis Sinistra”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Bedah

Diajukan Kepada
Pembimbing
dr. Junizal Firdaus, Sp. B

Disusun Oleh
Dimas Pratama H.S.
H3A021043

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO SEMARANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus ini telah dipresentasikan dan disetujui oleh dokter pembimbing
dari:
Nama : Dimas Pratama Herlambang Saputra
NIM : H3A021043
Fakultas : Kedokteran Umum
Universitas : Universitas Muhammadiyah Semarang
Judul : Laki laki usia 22 tahun dengan Orchitis Sinistra
Pembimbing : dr. Junizal Firdaus, Sp. B

Semarang, Agustus 2022


Dokter Pembimbing,

dr. Junizal Firdaus, Sp. B


BAB I
STATUS PEMERIKSAAN FISIK

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. A
Usia : 22 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Abu Bakar RT 5, Tambakaji, Kota Semarang
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan Terakhir : SLTA
Nomor Rekam Medis : 63-26-xx
Tanggal Masuk RS : 15 Agustus 2022
Cara Penerimaan : IGD
Ruang Perawatan : Amarilis I

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2022 pukul 09.00 di
Bangsal Amarilis I RSUD Tugurejo Semarang, didapatkan hasil:
1. Keluhan Utama
Scrotum kiri terlihat membesar dan nyeri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien berusia 22 tahun datang dengan keluhan bengkak
dan nyeri pada scrotum kiri. Keluhan dirasakan sejak hari Jumat, 12
Agustus 2022. Pasien sulit untuk duduk dan berdiri karena nyeri.\
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat sakit seperti ini : disangkal
b. Riwayat operasi sebelumnya : disangkal
c. Riwayat asma : disangkal
d. Riwayat alergi : disangkal
e. Riwayat keganasan : disangkal
f. Riwayat alergi makanan//obat : disangkal
g. Riwayat perdarahan yang sulit berhenti : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat penyakit yang sama : disangkal
b. Riwayat hipertensi : disangkal
c. Riwayat diabetes mellitus : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
e. Riwayat Alergi : disangkal
5. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai pekerja pabrik.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2022 Pukul 09.00
WIB di Bangsal Amarilis I RSUD Tugurejo Semarang, didapatkan hasil :
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis, E4M6V5
3. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/82
b. Frek. Nadi : 85 x/menit
c. Frek. Nafas : 20 x/menit
d. Suhu : 36,5 ºC
e. SpO2 : 99%
4. Status Generalisata
a. Kepala
Mesocephal (+), jejas (-).
b. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-), pupil bulat sentral isokor,
diameter pupil ±3mm/3mm, refleks pupil direk & indirek (+/+)
c. Hidung
Deformitas (-), Nafas cuping hidung (-), sekret (-), bleeding (-).
d. Telinga
Deformitas (-/-), sekret (-/-), bleeding (-/-), lesi (-/-).
e. Mulut
Deformitas (-), Sianosis (-), mukosa licin (+).
f. Leher
Simetris (+), pembesaran kelenjar tiroid (-),pembesaran kelenjar getah
bening (-), massa (-), penggunaan otot bantu pernapasan (-)
g. Thorax
1) Paru-paru
Anterior Posterior
Inspeksi Gerakan dada simetris Gerakan dada simetris
Gerakan dada simetris, ICS Gerakan dada simetris, ICS tidak
Palpasi tidak melebar/ menyempit, nyeri melebar/ menyempit, nyeri tekan
tekan (-), krepitasi (-), massa (-) (-), krepitasi (-), massa (-)
Perkusi Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Suara dasar vesikuler (+/+), Suara dasar vesikuler (+/+), suara
Auskultasi
suara tambahan (-/-) tambahan (-/-)

2) Jantung
a) Inspeksi
Ictus cordis tidak tampak.
b) Palpasi
Ictus cordis teraba pada ICS V 1-2 cm ke arah medial linea
midklavicula sinistra.
c) Perkusi, batas:
 Atas : ICS II linea parasternal sinistra
 Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinsitra
 Kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
 Kiri bawah : ICS V 1-2 cm ke arah medial
midclavikula sinistra
d) Auskultasi
Suara jantung I dan II reguler, suara tambahan (-).
h. Abdomen
1) Inspeksi : datar (+), lesi (-), massa (-), warna kulit sama
seperti sekitar (+)
2) Auskultasi : Bising usus (+)
3) Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen.
4) Palpasi :
a. Ringan : Nyeri tekan (-) massa (-)
b. Dalam :
i. Hepar : tidak teraba
ii. Lien : tidak teraba
iii. Ginjal : tidak teraba
i. Ekstremitas :
Superior Inferior

Edema -/- -/-


Sianosis -/- -/-
Capillary refill time <2 detik/<2 detik <2 detik/<2 detik
Akral dingin -/- -/-
Status Lokalis

Inspeksi:
Scrotum kiri terlihat membesar dan hiperemis, bengkak (+), Pus/secret (-),
transluminasi (-)
Palpasi:
Nyeri tekan testis kiri (+), Testis kiri membesar (+), Scrotum sedikit nyeri
saat digerakkan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2022
Laboratorium
1. Hema Lengkap (WB EDTA)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit H 13,21 10^3/ul 3.8 – 10.6
Eritrosit H 5,91 10^3/ul 4.4 – 5.9
Hemoglobin H 17,8 g/dl 13.2 – 17.3
Hematokrit 49,7 % 40 – 52
MCV 84.1 Fl 80 – 100
MCH 30.1 Pg 26 – 34
MCHC 35.8 g/dl 32 – 36
Trombosit 258 10^3/ul 150 – 440
RDW 11.9 % 11.5 – 14.5
MPV 8.8 fL
PLCR 15.7 %
Eosinofil absolute 0.05 10^3/ul 0.045 – 0.44
Basofil absolute 0.08 10^3/ul 0 – 0.02
Netrofil absolute H 9.52 10^3/ul 1.8 – 8
Limfosit absolute 2.46 10^3/ul 0.9 – 5.2
Monosit absolute H 1.10 10^3/ul 0.16 – 1
Eosinofil L 0.04 % 2–4
Basofil 0.6 % 0–1
Neutrofil H 72.1 % 50 – 70
Limfosit L 18.6 % 25 – 40
Monosit H % 2– 8
8.3
Netrofil Limfosit Ratio H 3.87 < 3.13
2. Kimia Klinik (Serum) B
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Kalium 4.4 mmol/L 3.1 – 5.1
Natrium L 133 mmol/L 135 – 147
GDS 95 Mg/dL <125
3. USG

Testis Kanan
Ukuran : 3,29 x 2,99 x 1,73 cm/volume : 8,89 ml
Parenkim homogen, nodul (-)
Epididimis : ukuran normal
Vaskularisasi tak tampak peningkatan
Tampak minimal akumulasi cairan di peritestikular

Testis Kiri
Ukuran : 3,42 x 3,13 x 2,08 cm/volume : 11,25 ml
Parenkim homogen. Vaskularisasi tak tampak peningkatan
Epididimis : Ukuran : 1,41 x 1,63 x 1,67 cm
Vaskularisasi epididimus meningkat
Tak tampak akumulasi cairan di peritestikular

Tidak tampak herniasi jaringan lunak ke regio scrotal baik pada saat
relaksasi maupun valsava.
Tidak tampak dilatasi pleksus pampiniformis

Kesan : Epididimitis Kiri


I. DIAGNOSIS
Dx Klinis: Orchitis Sinistra
DD : Hidrokel, Torsio Testis, Hernia Scrotasli
II. INITIAL PLAN
a. Terapi :
- Infus RL 20 tpm
- Inj Ceftriaxone 1 gram
- Inj Metilprednisolone 125 mg
- Inj Ketorolac 30 mg
- Inj Ranitidin HCL
b. Monitoring :
- Keadaan umum
- Tanda vital
c. Edukasi :
 Menjelaskan kepad pasien mengenai penyakit pasien,
penyebab, hal yang memperberat, tatalaksana, komplikasi
 Memberitahukan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan
yang akan dilakukan.
III. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Testis
Testis merupakan sepasang struktur organ yang berbentuk oval dengan
ukuran 4x2,5x2,5 cm dan berat kurang lebih 20 gr. Terletak di dalam scrotum
dengan axis panjang pada sumbu vertical dan biasanya testis kiri lebih rendah
diabnding kanan, Letak anatomis testis adalah caudolateral dan craniomedial.
Testis diliputi oleh tunica albuginea pada 2/3 anterior kecuali pada sisi dorsal
dimana terdapat epidiymis dan pedikel vaskuler. Sedangkan epididymis
merupakan organ yang berbentuk kurva yang terletak di sekeliling bagian
dorsal dari testis. Suplai darah arteri pada testis dan epididimis berasal dari
arteri renalis.

Fungsi utama dari testis adalah memproduksi sperma dan hormone


androgen terutama testoteron. Sperma dibentuk di dalam tubulus seminiferus
yang memiliki 2 jenis sel yaitu sel sertoli dan sel spermatogenik. Diantar
tubulus seminiferus inilah terdapat jaringan stroma tempat dimana sel leydig
berada.
Pada perkembangannya, testis mengalami desensus dari posisi asalnya di
dekat ginjal menuju scrotum. Terdapat beberapa mekanisme yang menjelaskan
mengenai proses ini antara lain adanya tarikan gubernakulum dan tekanan
intraabdominal. Factor endocrine dan axis hypothalamus-ptuitary-testis juga
berperan dalam proses desensus testis. Antara minggu ke 12 dan 17 kehamilan,
testis mengalami migrasi transabdominal menuju lokasi di dekat cincin
inguinal interna.
Jaringan ikat testis dibagi menjadi 250 lobus pada bagian anterior dan lateral
testis dibungkus oleh suatu lapisan serosa yang disebut tunica vaginalis yang
meneruskan diri menjadi lapisan parietal. Lapisan ini langsung berhubngan
dengan kulit terutam skrotum. Di sebelah posterolateral testis berhubungan
dengan epididimis, terutama pada pool atas dan bawahnya.
Peredaran darah testis memiliki keterkaitan dengan peredaran darah di ginjal
karena asal embriologi ke dua organ tersebut. Pembuluh darah arteri ke testis
berasal dari aorta yang beranastomosis di funikulus spermatikus dengan arteri
dan vasa deferensia yang merupakan cabang dari arteri iliaca interna. Aliran
darah dari testis kembali ke pleksus pampiniformis di funikulus spermatikus.
Pleksus ini di annulus inguinalis interna akan membentuk vena spermatika.
Vena spermatika kanan akan masuk ke dalam vena cava inferior sedangkan
vena spermatika kiri akan masuk ke vena renalis sinistra.

B. Definisi Orchitis
Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis sekunder terhadap infeksi.
Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong, namun virus
lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis. Orchitis (inflamasi pada testis)
dapat disebabkan oleh bakteri atau akibat septicemia. Biasanya kedua testis
terkena, dan jika terjadi bilateral kemandulan sering diakibatkannya, steril
tidak terjadi bila bersifat unilateral.

C. Etiologi Orchitis
Orchitis bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang paling
sering menyebabkan Orchitis adalah virus gondongan (mumps). Virus lainnya
meliputi Coxsackie virus, varicella, dan echovirus. Bakteri yang biasanya
menyebabkan Orchitis antara lain Neisseria gonorhoeae, Chlamydia
trachomatis, E. coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus sp., dan Streptococcus sp. Pasien immunocompromised
(memiliki respon imun yang diperlemah dengan imunosupresif) dilaporkan
terkena Orchitis dengan agen penyebab Mycobacterium avium complex,
Crytococcus neoformas, Toxoplasma gondii, Haemophilus parainfluenzae, dan
Candida albicans
D. Epidemiologi Orchitis
Kejadian orchitis diperkirakan 1 diantara 1000 laki-laki, 4 dari 5 laki-laki
prepubertal (lebih muda dari 10 tahun). Sebagian besar kasus berhubungan
dengan epididimitis (epidiymoorchitis), dan terjadi pada laki-laki yang aktif
secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih tua dari 50 tahun
dengan hipertrofi prostat jinak (BPH).
Instrumentasi dan pemasangan kateter merupakan factor resiko yang umum
untuk epididimis akut. Urethritis atau prostatitis juga bisa menjadi factor
resiko. Refluks urin terinfeksi dari urethra prostatic ke epidiymis melalui
saluran sperma dan vas deferens bisa dipicu melalui valsava atau pendesakan
kuat. Uretritis gonore (gonnorheae) merupakan penyakit hubungan seksual
yang disebabkan oleh kuman neiserria gonorrheae yang menyerang uretra pada
laki-laki dan endocervix pada wanita.
E. Patofisiologi Orchitis
Peradangan pada testis bisa disebabkan oleh berbagai virus ataupun bakteri.
Hal ini akan menimbulkan proses inflamasi pada testis yang meliputi kalor,
rubor, dolor, tumor, dan function laesa. Orchitis paling umum disebabkan oleh
infeksi bakteri. Virus maupun trauma. Infeksi virus (mumps) bisa menginfeksi
secara hematogen, sedangkan infeksi bakteri biasanya melalui infeksi saluran
kencing atau melalui penyakit menular seksual.
Tanda dan gejala Orchitis dapat berupa demam, semen mengandung darah,
keluar nanah dari penis, pembengkakan skrotum, testis yang terkena terasa
berat, membengkak, dan teraba lunak, serta nyeri ketika berkemih, buang air
besar (mengedan), melakukan hubungan seksual. Selangkangan pasien juga
dapat membengkak pada sisi testis yang terkena. Manifestasi Orchitis termasuk
demam tinggi, peningkatan WBCs, kemerahan skrotum secara unilateral atau
bilateral, pembengkakan, dan nyeri.
F. Diagnosis Orchitis
 Anamnesis
Sebagian besar pasien dengan orchitis datang dengan keluhan nyeri dan bengkak
pada testis. Keluhan biasanya disertai dengan demam. Keluhan tambahan berupa
nyeri dan panas saat berkemih. Kadang disertai pembesaran getah bening.
 Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi ditemukan tanda-tanda radang pada testis yaitu: testis berwarna
kemerahan, suhu raba terasa hangat, bengkak dan nyeri saat dipalpasi.
 Laboratorium
Pada orchitis yang disebebabkan oleh bakteri dan virus terjadi peningkatan
leukosit.
 Ultrasonografi

G. Diagnosis Banding Orchitis


1. Torsio Testis
Torsio testis adalah terpuntirnya funikulus spermatikus, sehingga terjadi
hambatan aliran darah ke testis, sehingga apabila 5-6 jam (golden period)
tidak mendapatkan terapi akan terjadi atrofi testis. Karena perfusi oleh vasa
spermatika interna menurun. Torsio paling sering terjadi pada usia
pubertas. Torsi dimulai dari kontraksi testis sebelah kiri, dimana testis kiri
berputar berlawanan dari arah jarum jam sehingga terjadi oedem testis dan
funikulus spermatikus akibatnya terjadi iskemia.
Gambaran klinis torsio testis, biasanya pasien mengeluh nyeri hebat di
daerah skrotum, yang sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada
testis. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal.
Pada pemeriksaan fisik tampak testis membengkak, letaknya lebih tinggi
dan lebih horizontal daripada testis kontralateral. Kadang-kadang pada
torsio yang baru aja terjadi. Dapat diraba adanya lilitan atau penebalan
funikulus spermatikus. Keadaan ini biasanya tidak disertai dengan demam.
Pemeriksaan sedimen urine tidak menunjukkan adanya leukosit dalam
urine dan pemeriksaan darah tidak menunjukkan tanda inflamasi. Pada
torsio testis tidak didapatkan adanya aliran darah ke testis sedangkan pada
keradangan akut testis lainnya terjadi peningkatan aliran darah ke testis.
Terapi torsi testis: (1) detorsi manual, yaitu dengan mengembalikan
posisi testis ke asalnya dengan memutar testis kea rah berlawanan dengan
arah torsio, dengan local anastesi (lidokain 1%) pada funikulus spermatikus
di annulus 10-20 ccbila gagal dilakukan operasi. (2) operasi, tujuannya
adalah untuk mengembalikan testis kea rah yang benar. Bila testis
viabeldilakukan orkidopeksi pada tunica dartos, dilanjutkan orkidopeksi
sisi kontralateral pada 3 tempat. Bila testis nekrosisdilakukan orkidektomi
disusul orkidopeksi sisi kontralateral
2. Epididimitis
Epididimitis adalah reaksi inflamasi yang terjadi pada epididimis. Reaksi
inflamasi ini dapat terjadi secara akut atau kronis. Diduga reaksi inflamasi
ini berasal dari bakteri yang berada di dalam buli-buli, prostat atau uretra
yang secara ascending menjalar ke epididimis. Dapat pula terjadi refluks
urine melalui duktus ejakulatorius atau penyebaran bakteri secara
hematogen atau langsung ke epididimis. Mikroba penyebab infeksi pada
pria dewasa muda (<35 tahun) yang tersering adalah chlamidia trachomatis
atau Neisseria gonorhoika, sedangkan pada anak anak dan orang tua yang
tersering adalah E.coli atau ureoplasma ureolitikum. Biasanya pasien
datang dengan keluhan nyeri mendadak pada daerah skrotum diikuti
dengan bengkak pada kauda hingga caput epididymis. Tidak jarang disertai
demam, malese dan nyeri dirasakan hingga ke pinggang. Pada pemeriksaan
menunjukkan pembengkakan pada hemiskrotum dan kadang kala pada
palpasi sulit memisahkan antara epididymis dengan testis. Reaksi inflamasi
dan pembengkakan dapat menjalar ke funikullus spermatikus pada daerah
inguinal. Gejala klinis epididymitis akut sulit dibedakan dengan torsio
testis. Pada epididymitis akut jika dilakukan elevasi (pengangkatan) testis,
nyeri akan berkurang, hal ini berbeda dengan torsio testis.
3. Hidrokel
Hidrokel adalah penumpukkan cairan yang berlebihan di antara lapisan
parietalis dan visceralis tunica vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan
yang berbeda di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh system limfatik
disekitarnya. Hidrokel bisa disebabkan oleh (1) belum sempurnanya
penutupan processus vaginalis atau (2) belum sempurnanya system limfatik
di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Keluhan
utama pada hidrokel adanya benjolan yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi
kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya
transiluminasi.
4. Hernia Scrotalis
Hernia merupakan kondisi ketika organ di dalam tubuh menekan dan
menembus keluar melalui otot atau celah jaringan di sekitarnya yang
melemah. Salah satu jenis hernia yang paling umum terjadi adalah hernia
inguinalis. Hernia inguinalis terjadi ketika sebagian dari usus keluar dari
rongga perut melalui dinding bawah perut ke arah sekitar alat kelamin. Hal
ini membuat munculnya benjolan pada kantung buah zakar (skrotum), yang
dapat terasa sakit atau panas.
Pada hernia inguinalis, benjolan sering kali muncul ketika penderita
mengangkat sesuatu dan akan menghilang saat dalam posisi berbaring.
Meski hernia inguinalis sendiri tidak berbahaya, kondisi ini berisiko
mengarah pada komplikasi yang bisa membahayakan nyawa. Untuk
menangani hernia inguinalis yang terasa sakit dan membesar, dokter akan
menyarankan operasi untuk mengembalikan posisi usus dan menutup celah
yang menyebabkan hernia tersebut.
H. Penatalaksanaan Orchitis
Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling penting
adalah membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya
hampir mirip. Tidak ada obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis
karena virus. Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif
secara seksual, dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama
gonore dan klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin.
Antibiotik golongan Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan oleh Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan gonorrhea
karena sudah resisten.
1. Ceftriaxone
Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif;
efikasi lebih rendah terhadap organisme gram-positif. Menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat satu atau lebih penicillin-
binding proteins. Dewasa IM 125-250 mg sekali, anak : 25-50 mg / kg /
hari IV; tidak melebihi 125 mg / hari.
2. Doxycyline
Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara
mengikat 30S dan kemungkinan 50S subunit ribosom bakteri. Digunakan
dalam kombinasi dengan ceftriaxone untuk pengobatan gonore. Dewasa
cap 100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5 mg / kg / hari PO dalam 1-2 dosis
terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari.
3. Azitromisin
Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain rentan
mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi gonorrheal pada
saluran kelamin. Dewasa 1 g sekali untuk infeksi klamidia, 2 g sekali untuk
infeksi klamidia dan gonokokus. Anak: 10 mg / kg PO sekali, tidak
melebihi 250 mg / hari.
4. Trimetoprim-sulfametoksazol
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam
dihydrofolic. Umumnya digunakan pada pasien > 35 tahun dengan orchitis.
Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari. Anak 15-20 mg / kg / hari,
berdasarkan TMP, PO tid / qid selama 14 hari.
5. Ciprofloxacin
6. Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci,
MRSA, S epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun
tidak ada aktivitas terhadap anaerob. Menghambat sintesis DNA bakteri
dan akibatnya pertumbuhan bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO
selama 14 hari. Anak tidak dianjurkan.
I. Komplikasi Orchitis
 Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat
atrofi testis.
 Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%.
 Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.
 Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase bedah
untuk mengurangi tekanan dari tunika.
 Abscess scrotalis
 Infark testis
 Rekurensi
 Epididymitis kronis
 Impotensi tidak umum setelah epididymitis akut, walaupun kejadian
sebenarnya yang didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan dalam
kualitas sperma biasanya hanya sementara.
 Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang
disebabkan oleh gangguan saluran epididymal yang diamati pada laki-laki
penderita epididymitis yang tidak diobati dan yang diobati tidak tepat.
Kejadian kondisi ini masih belum diketahui.
J. Prognosis Orchitis
Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan dalam
3-10 hari. Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus
orchitis bakteri dapat sembuh tanpa komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Drake RL, Vogl AW, Adam WM. 2015. Gray's Anatomy for Students.
Third Edition. Churchill Livingstone. Elsevier
2. Pilatz A, Fijak M, Wagenlehner F, Schuppe HC. [Orchitis]. Urologe
A. 2019 Jun;58(6):697-710.
3. Kanda T, Mochida J, Takada S, Hori Y, Yamaguchi K, Takahashi S. Case
of mumps orchitis after vaccination. Int J Urol. 2014 Apr;21(4):426-8.
4. Silva CA, Cocuzza M, Carvalho JF, Bonfá E. Diagnosis and classification
of autoimmune orchitis. Autoimmun Rev. 2014 Apr-May;13(4-5):431-4.
5. Ludwig M. Diagnosis and therapy of acute prostatitis, epididymitis and
orchitis. Andrologia. 2008 Apr;40(2):76-80.
6. Hahné S, Whelan J, van Binnendijk R, Swaan C, Fanoy E, Boot H, de
Melker H. Mumps vaccine effectiveness against orchitis. Emerg Infect
Dis. 2012 Jan;18(1):191-3.
7. Başekim CC, Kizilkaya E, Pekkafali Z, Baykal KV, Karsli AF. Mumps
epididymo-orchitis: sonography and color Doppler sonographic
findings. Abdom Imaging. 2000 May-Jun;25(3):322-5.
8. Walker NA, Challacombe B. Managing epididymo-orchitis in general
practice. Practitioner. 2013 Apr;257(1760):21-5, 2-3.
9. Manavi K, Turner K, Scott GR, Stewart LH. Audit on the management of
epididymo-orchitis by the Department of Urology in Edinburgh. Int J STD
AIDS. 2005 May;16(5):386-7.
10. Street EJ, Justice ED, Kopa Z, Portman MD, Ross JD, Skerlev M, Wilson
JD, Patel R. The 2016 European guideline on the management of
epididymo-orchitis. Int J STD AIDS. 2017 Jul;28(8):744-749.
11. Banyra O, Shulyak A. Acute epididymo-orchitis: staging and
treatment. Cent European J Urol. 2012;65(3):139-43. 

Anda mungkin juga menyukai